Anda di halaman 1dari 5

Nama : Shata Prima Primulia

Nim : 23087271
Prodi : Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Dosen : Dr. Amril Amir, M.Pd.
Mata kuliah : Bahasa Indonesia

RESUME MATERI
1. Hakikat Karangan Ilmiah
Menulis karya ilmiah merupakan salah satu cara bagi para akademisi baik tenaga
pengajar, siswa dan mahasiswa, peneliti, praktisi ataupun ilmuwan untuk memaparkan
gagasan, pemikiran, atau temuan sehingga dapat disebarkan dan dikomunikasikan kepada
sesama ilmuwan ataupun masyarakat luas lainnya. Kemampuan menulis karya ilmiah tidak
dapat dimiliki oleh seseorang begitu saja. Day (1983) mendefinisikan karya ilmiah sebagai
tulisan yang harus ditulis dengan cara tertentu dan juga dipublikasi dengan cara tertentu
pula.
Dari kelima ciri (karakterisitik) karangan ilmiah itu dapat dijelaskan bahwa
sesungguhnya karangan ilmiah itu berbeda dari jenis karangan lainnya karena karangan
ilmiah berisikan tentang pengetahuan. Pengetahuan yang dimakud dapat berupa ide atau
gagasan, deskripsi atau pemaparan tentang sesuatu, atau pemecahan satu masalah.
Pengetahuan yang berupa ide atau gagasan serta pemecahan suatu masalah itu harus
berlandaskan kepada kajian empirik, yaitu bertolak dari data, fakta dan, atau teori .

Bahasa yang digunakan di dalam menyajikan karangan ilmiah harus bahasa baku.
Dalam konteks ini, karangan ilmiah yang dimaksud harus menggunakan ragam bahasa
Indonesia baku. Istilah-istilah yang digunakan harus istilah yang bersifat teknis, bukan
istilah populer, dan harus kata-kata dengan makna denotatif. Untuk lebih jelasnya konsep
tentang karangan ilmiah ini, cermatilah beberapa contoh berikut ini. Bandingkan contoh-
contoh yang ditampilkan itu, dan tentukan mana yang termasuk karangan ilmiah dan mana
yang bukan karangan ilmiah.
Contoh 1
Di setiap kota, para pelancong akan mencari makanan khas kota tersebut. Nah, lalu
ditanyalah di mana yang paling enak atau yang paling beda. Contohnya di Bandung,
siapa yang tidak kenal dengan batagor Ihsan atau batagor Riri, mie bakso Akung, lotek
Kalipa Apo, atau kue Kartika Sari. Semuanya dicari dan diburu orang karena
menampilkan sesuatu yang berbeda dalam soal rasa maupun kemasannya.
(dikutip dari buku Menginstall Nyali, h.73)
Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan bahwa yang dimaksud dengan
karangan ilmiah adalah karya tulis yang bersifat keilmuan. Karya tersebut disusun secara
sistematis menurut kaedah-kaedah tertentu berdasarkan hasil berfikir ilmiah dan metode
ilmiah. Kaedah-kaedah dimaksud dapat berupa kaidah-kaidah keilmuan, kebakuan
bahasa, kekonsistenan, keobjektifan, kelogisan, kejelasan, kebermaknaan, tata tulis,
dan lain-lain.
Pada umumnya, orang beranggapan bahwa karangan ilmiah adalah karya
tulis yang didasarkan atas suatu penelitian ilmiah. Anggapan seperti ini tidak selalu
benar, karena dalam kenyataannya ada karangan ilmiah yang tidak didahului oleh
suatu penelitian, melainkan didasarkan atas kajian teoretis secara mendalam
terhadap objek yang dipermasalahkan. Hal ini sejalan dengan analisis rasional
sebagaimana yang telah dikemukakan di atas .

2. Ciri- Ciri Karangan Ilmiah


Apa pun jenis dan seberapapu kadar keilmiahan sebuah karya yang ditulis oleh
seorang ilmuwan atau akademisi, sebuah karya tulis dapat dianggap sebagai karangan
ilmiah jika mempunyai beberapa ciri tertentu, Pada umumnya, ciri-ciri tersebut meliputi
beberapa hal sebagai berikut, yaitu: (1) sifat keilmuan, (2) objektif, (3) netral, (4)
sistematis, (5) logis, dan (6) menyajikan fakta.
 Sifat keilmuan
Ciri utama karangan ilmiah adalah sifat keilmuannya. Ciri ini merupakan pembeda
utama antara karangan ilmiah dengan karya tulis nonilmiah. Sifat keilmuan ini
dapat dicermati dari berbagai pengamatan, misalnya dalam hal pembuktian
kebenaran. karangan ilmiah harus dapat dibuktikan kebenarannya. Pembuktian
tersebut dapat dilakukan berdasarkan rasional dan empiris.
 Objektif
Yang dimaksud dengan objektif adalah mengungkapkan segala sesuatu seperti apa
adanya. Setiap fakta dan data diungkapkan berdasarkan kenyataan yang sebenarnya,
tidak dimanipulasi, tidak direkayasa. Setiap pernyataan atau simpulan yang
disampaikan didasarkan kepada bukti-bukti yang bisa dipertanggungjawabkan.
Dengan cara yang demikian, siapa pun yang menyangsikan dan mempertanyakan
karya tersebut dapat mengecek kebenaran dan keabsahanya.
 Netral
Aspek kenetralan ini mengacu kepada setiap pernyataan, pengungkapan, atau
penilaian yang terbebas dari kepentingan-kepentingan tertentu baik kepentingan
pribadi maupun kepentingan kelompok. karangan ilmiah tidak mempertimbangkan
atau tidak mempermasalahkan apakah seseorang akan senang atau tersinggung
dengan pernyataan yang dikemukakan. karangan ilmiah bebas dari persoalan rasa-
rasa atau hal-hal yang berbau emosional. Oleh karena itu, pernyataan-pernyataan
yang bersifat mengajak, membujuk, melarang, atau mempengaruhi pembaca perlu
dihindarkan.
 Sistematis
Aspek sistematis ini mengacu kepada pola penyajian yang bersifat baku, bukan
beku. Sebuah karangan ilmiah menguraikan dan menyajikan sesuatu secara
berurutan. Sebagai contoh adalah skripsi, tesis, atau disertasi. Masing-masing
tulisan ilmiah tersebut terdiri dari bagian awal, tengah, dan akhir. Masing-masing
bagian tersebut terdiri dari berbagai subbagian yang letak atau posisinya juga
terurut secara sistematis. Misalnya, bagian awal terdiri dari subbagian halaman
judul (kulit atau kover), halaman persembahan (kalau ada), halaman pengesahan
(pembimbing dan penguji), halaman abstrak, halaman kata pengantar, halaman
ucapan terima kasih (kalau ada), halaman daftar isi, dan halaman awal daftar-daftar
(dattar tabel, bagan, gambar, dan lain-lain).
 Logis
Kelogisan ini mengacu kepada pola penalaran yang digunakan penulis, misalnya
pola penalaran induktif atau deduktif. Kalau penulis bermaksud menyimpulkan
suatu fakta atau data digunakan pola induktif, sebaliknya, kalau penulis bermaksud
membuktikan suatu teori atau hipotesis digunakanlah pola deduktif. Selain itu,
aspek kelogisan ini juga terlihat pada pola menyatakan pikiran pada kalimat yang
digunakan. Sangat banyak penulis yang kurang atau tidak awas terhadap tata
kalimat ini. Artinya, kalimat tersebut tidan mampu mengkomunikasikan pemikiran
penulisnya Akibatnya, pembaca tidak mampu memahami pesan yang hendak
disampaikan penulis karya ilmiah yang bersangkutan.
 Menyajikan fakta
(bukan emosi atau perasaan). Setiap pernyataan, uraian, atau simpulan dalam karya
ilmiah harus bersifat faktual, yaitu menyajikan segala sesuatu berdasarkan fakta dan
data. Oleh karena itu, pernyataan atau ungkapan yang emosional (menggebu-gebu
seperti orang berkampanye, perasaan sedih seperti orang berkabung, perasaan
senang seperti orang mendapatkan hadiah, dan perasaan marah seperti orang
bertengkar) hendaknya dihindarkan.
3. Jenis Karangan Ilmiah
Telah dijelaskan bahwa karangan ilmiah merupakan karya tulis yang
menonjolkan sifat keilmuan, dihasilkan dengan landasan berpikir ilmiah, menggunakan
metode ilmiah, dan disajikan secara sistematis. Berdasarkan batasan tersebut, secara
umum, karangan ilmiah dapat diklasifikasi atas tiga klasifiksi utama, yaitu: (1)
makalah, (2) artikel, dan (3) laporan penelitian. Dikatakan sebagai klasifikasi utama
karena masing-masing klasifikasi tersebut dapat dibagi atas beberapa jenis karangan
ilmiah lainnya. Uraian rinci klasifikasi tersebut adalah sebagai berikut.
 Makalah
Makalah merupakan suatu karangan ilmiah yang membahas suatu permasalahan
secara tuntas berdasarkan satu kerangka berpikir, yaitu berpikir induktif atau
berpikir deduktif. Biasanya penulisan makalah dimaksudkan untuk memenuhi
tujuan-tujuan tertentu. Berdasarkan tujuan tersebut, maka pada umumnya jenis
makalah dapat dibedakan atas tiga, yaitu: (1) makalah tugas perkuliahan, (2)
makalah tugas akhir, dan (3) makalah seminar. Uraian rinci dari ketiga klasifikasi
makalaha tersebut adalah sebagai berikut
 Artikel
Pada hematnya antara makalah dengan artikel terdapat kesamaan. Hal ini
disebabkan karena proses penyusunan kedua jenis tulisan tersebut menggunakan
kerangka berpikir yang sama, yaitu pola berpikir deduktif atau induktif, kecuali
untuk artikel yang ditulis berdasarkan hasil suatu penelitian.
Artikel merupakan jenis karangan ilmiah yang dimaksudkan untuk dipublikasikan
melalui media cetak umum (Koran, majalah, atau tabloid) atau media cetak kusus
(jurnal). Akibat sasaran atau tujuannya penulisannya adalah untuk publikasi, maka
pola atau sistematika penulisannya sangat dipengaruhi oleh segala ketentuan yang
ditetapkan oleh media target, misalnya: materi yang akan ditulis, bahasa, panjang
tulisan, calon pembaca, dan lain-lain. Bila tidak mengikuti ketentuan yang
dipersyaratkan oleh media target, besar kemungkinan artikel tersebut tidak akan
dipublikasikan. Berdasakan hal tersebut, kemurnian keilmiahan karya tulis tersebut
kadang-kadang sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur publikasi.
 Laporan penelitian
Landasan berpikir laporan penelitian tidak hanya pada satu pola berpikir saja, yaitu
deduktif atau induktif, akan tetapi didasarkan kepada kedua pola berpikir tersebut.
Gabungan kedua pola pikir ilmiah inilah yang akan melahirkan metode ilmiah yaitu
logiko, hipotesiko. dan verivikatif. Dengan kata lain, laporan penelitian selalu
melalui tahapan pengajuan masalah, kajian teori, hipotesis/pertanyaan, verifikasi
data, dan kesimpulan. Akibat adanya perbedaan ini, maka proses menghasilkan
makalah jauh lebih mudah daripada proses menghasilkan laporan penelitian. Akan
tetapi, hasil dari penulisan laporan penelitian jauh lebih bermakna.
4. Langkah atau Tahap Penulisan Karangan Ilmiah
Menulis karya ilmiah tidak dapat dipisahkan dari prosedur ilmiah dan metode ilmiah,
yaitu suatu metode yang dilandasi oleh tiga hal utama, yaitu logiko, hipotiko, dan verikatif
data. Berdasarkan metode tersebut, menurut Sudjana (1998), biasanya prosedur yang akan
ditempuh dalam menulis karya ilmiah adalah sebagai berikut, yaitu: (1) merumuskan
permasalahan, (2) mengajukan hipotesis atau pertanyaan penelitian, (3) verifikasi atau
analisis data, dan (4) penarikan kesimpulan. Sejalan dengan pendapat Sudjana tersebut,
Graves dan McCrimmon (dalam Akhadiah dkk, 1990) mengemukakan bahwa pada
umumnya kegiatan menulis terdiri dari tiga tahap. Ketiga tahap tersebut adalah (1) tahap
persiapan, (2) tahap penulisan, dan (3) tahap perbaikan .

Anda mungkin juga menyukai