Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS TATA NIAGA BAWANG MERAH DI DESA SIDOMULYO

KECAMATAN BELITANG KABUPATEN OKU TIMUR

ANALYSIS OF RED ONION TRADING IN SIDOMULYO VILLAGE, BELITANG


DISTRICT EAST OKU DISTRICT

M. RIJALUL FIKRI*, EMA PUSVITA2, GRIBALDI3


1Mahasiswa Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Baturaja
2,3Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Baturaja

Jln Ki Ratu Penghulu Karang Sari Baturaja Kabupaten OKU, Sumatera Selatan
*E-mail: rijalulfikri2511@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini memiliki arahan untuk menganalisis keragaan saluran pemasaran bawang merah di
Desa Sidomulyo Kecamatan Belitang Kabupaten OKU Timur, menganalisis efisiensi saluran
pemasaran bawang merah di Desa Sidomulyo Kecamatan Belitang Kabupaten OKU Timur dilihat
dari margin pemasaran dan farmer’s share. Data diperoleh dengan cara menyebarkan kuesioner.
Hasil penelitian ini menunjukkan Peragaan pada tataniaga bawang merah terdapat 3 pola system
tata niaga. Pola 1 terdapat 3 lembaga yaitu tengkulak, pedagang besar dan pengecer, pola ke II,
tengkulak dan pedagang pengecer. Kemudian pola ke III tanpa lembaga pemasaran yakni petani
langsung ke konsumen, 2 pola tataniaga yang efisien adalah pola system tataniaga III yaitu pola
system tanpa lembaga pemasaran, dimana petani menjual langsung ke konsumen.

Kata kunci: Usahatani Bawang Merah, Tataniaga, Efisiensi

ABSTRACT
This study has directions for analyzing the performance of the red onion marketing channel in
Sidomulyo Village, Belitang District, OKU Timur Regency, analyzing the efficiency of the shallot
marketing channel in Sidomulyo Village, Belitang District, OKU East Regency in terms of marketing
margins and farmer's share. Data obtained by distributing questionnaires. The results of this study
indicate that in the trading system of shallots there are 3 patterns of trading system. Pattern 1 has 3
institutions, namely middlemen, wholesalers and retailers, pattern II, middlemen and retailers. Then
the third pattern is without marketing institutions, namely farmers directly to consumers, 2 efficient
trading system patterns are the third trading system pattern, namely the system pattern without
marketing institutions, where farmers sell directly to consumers.

Keywords: Shallot Farming, Trading System, Efficiency

PENDAHULUAN sebagai bahan bumbu masakan dan bahan


Tanaman bawang merah obat untuk penyakit tertentu sehingga
merupakan salah satu komoditas sayuran melekat identitasnya sebagai tanaman
yang tumbuh dengan baik di dataran rempah dan obat. Sumatera Selatan
rendah. Kebutuhan masyarakat terhadap mengalami inflasi 0,15 persen pada maret
bawang merah terus meningkat karena 2021, salah satunya lantaran kenaikan
produk ini sering digunakan di hampir harga bawang merah sebesar 16,19 persen.
semua masakan. Bawang merah dikenal iBadan iPenelitian dan iPengembangan

1786
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 10, Nomor 3, September 2023 : 1786-1799

iDaerah i(Balitbangda) iProvinsi iSumatera regulasi untuk membantu pengembangan


iSelatan. iSaat peresmian iSriwijaya budidaya Bawang Merah di OKU Timur
iScience iTehno iPark, Gubernur Sumatera dan mengalami peningkatan produksi di
Selatan Bapak H. Herman Deru berharap tahun 2022. Berikut produksi dan luas
keberadaan SSTP dapat mendongkrak tanam bawang merah di Kabupaten OKU
produk pertanian lokal Sumatera Selatan Timur:
salah satunya komoditi bawang merah Tabel 2. Produksi dan Luas Tanam
(Pakruddin, 2021). Berikut produksi Komoditi Bawang Merah di OKU
bawang merah di Sumatera Selatan: Timur, 2022
Tabel 1. Produksi Bawang Merah di Kecamatan Poduksi Luas
Sumatera Selatan, 2022 (Kwintal) Lahan
Produksi (Kwintal) (Ha)
Kabupaten
2020 2021 2022 Buay Madang 34 2
Pagar Alam 3.730 5.345 6.421 Timur
Muara Enim 1.796 1.671 1.756 BP. Bangsa Raja 56,60 2,75
Musi Rawas 236 1.520 1.832 Belitang Madang 16 1
OKU 2.560 660 620 Raya
OKU Timur 870 648 730 Belitang 315 4
Sumber : BPS Sumatera Selatan, 2022 Sumber : Dinas Pertanian dan Holtiultura
Berdasarkan Tabel. 1 di atas OKU Timur, 2022
merupakan Kabupaten lima besar Berdasarka Tabel 2, produksi dan
penghasil produksi bawang merah. Salah luas lahan tertinggi berada di Kecamatan
satu nya Kabupaten OKU Timur dimana Belitang yaitu sebesar 315 kwintal. Dinas
terjadi fluktuasi produksi bawang merah, Pertanian dan Holtikultura menyebutkan
walaupun sempat sebelumnya mengalami bahwa daerah yang memenuhu targetkan
penurunan di tahun 2021 disebabkan bibit panen bawang berhasil dan mampu
kurang tua, pengaruh hujan yang tinggi mencukupi kebutuhan bawang merah di
dan panas tinggi, seharusnya bawang yaitu di willayah Desa Sidomulyo
tumbuh jika curah hujan tidak terlalu tinggi Kecamatan Belitang OKU Timur. Setelah
dan tidak terlalu panas. Akan tetapi petani menghasilkan bawang merah, tindak lanjut
yang di dukung oleh pemerintah daerah petani kemudian adalah memasarkan hasil
OKU Timur akan mengkaji dari sisi produksinya. Sistem pemasaran bawang

1787
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 10, Nomor 3, September 2023 : 1786-1799

merah yang ada selama ini dinilai dan Sistem pemasaran yang belum efisien
belum dapat mensejahterakan petani tersebut menyebabkan harga bawang
produsen. Kemudian Wacana (2017) merah di tingkat konsumen relatif lebih
menyatakan bahwa sistem dan pola saluran mahal jika dibandingkan dengan harga
pemasaran, fungsi lembaga pemasaran bawang merah di tingkat petani.
serta struktur, dan perilaku pasar dalam Berdasarkan latar belakang diatas
kegiatan tata niaga komoditas bawang maka penulis tertarik untuk melakukan
merah dan efisiensi saluran pemasaran rencana penelitian dengan judul “Analisis
masing-masing lembaga pemasaran yang Tata Niaga Bawang Merah di Desa
berada di Kelurahan Brebes sesuai dengan Sidomulyo Kecamatan Belitang Kabupaten
peran dan kebutuhannya. Sukriyanto OKU Timur”
(2018) mendeskripsikan tentang bentuk
saluran pemasaran, besarnya margin METODE PENELITIAN
pemasaran, bagian harga yang diterima Penelitian dilaksanakan di Sidomulyo
oleh petani dan efisiensi pemasaran Kecamatan Belitang Kabupaten OKU
komoditi bawang merah. Pemasaran Timur. Penentuan lokasi dilakukan secara
bawang merah di Desa Sidomulyo yang sengaja (Purposive) dengan pertimbangan
tidak efektif berdampak pada keuntungan bahwa di Desa Sidomulyo merupakan desa
yang diperoleh lembaga pemasaran yang produksi bawang merah paling besar.
maupun petani akan semakin kecil karena Pengumpulan data di lokasi ini
banyak biaya yang harus dikeluarkan dilaksanakan pada bulan Desember 2022
dalam memasarkan bawang merah hingga mulai pada awal persiapan untuk
sampai ke tangan konsumen. Saluran pengumpulan data hingga tahap
pemasaran juga menentukan marjin penyusunan jurnal. Jenis laporan ini
keuntungan yang diterima oleh para petani, bersifat kuantitatif. Metode pengolahan
Semakin panjang alur pemasaran semakin data ini bertujuan untuk menjawab
banyak lembaga pemasaran yang rumusan masalah. Untuk menjawab
menikmati marjin keuntungan. Harga yang rumusan masalah di atas maka di gunakan
terjadi di tingkat konsumen akhir selama pengolahan data sebagai berikut:
ini dinilai belum seimbang jika 1. Secara sistematis untuk menghitung
dibandingkan dengan margin pemasaran biaya pemasaran dapat menggunakan
yang diterima oleh pedagang perantara. rumus sebagai berikut :

1788
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 10, Nomor 3, September 2023 : 1786-1799

Bp = Bp1 + Bp2 + Bp3 +……Bpn 50%. Besarnya Farmer’s Share yang


Keterangan : diterima petani dan harga yang dibayarkan
Bp= Biaya pemasaran Bawang Merah konsumen dapat dihitung menggunakan
Bp1 … Bpn = Biaya pemasaran bawang rumus sebagai berikut :
merah di setiap lembaga pf
𝐹𝑠 = 𝑥 100%
pemasaran pr

2. Margin Pemasaran, secara sistematika Keterangan

dapat dirumuskan sebagai berikut : Fs : bagian harga yang diterima petani

(Rahim & Hastuti, 2017) (Farmer’s Share)

M = Hj – Hb pf : harga ditingkat petani

M = Hj – Hb pr : harga ditungkat pengecer

Keterangan: 4. Efisiensi Pemasaran

M = Margin pemasaran bawang merah Efisiensi tataniaga atau efisiensi

Hj = Harga jual bawang merah pemasaran merupakan hasil pembagian

Hb = Harga beli bawang merah antara biaya pemasaran dan harga eceran

Dalam perhitungannya marjin pemasaran produk yang dinyatakan dalam bentuk

juga merupakan penjumlahan dari biaya persentase. Menurut Soekartawi (2011),

pemasaran dan keuntungan pemasaran efisiensi tataniaga atau efisensi pemasaran

M = Kp + Bp dapat dihitung menggunakan persamaan

Keterangan : berikut ini :

M = Marjin pemasaran bawang merah EP = BP/HE x 100%

Kp = Keuntungan pemasaran bawang Di mana :

merah EP = Efisiensi tataniaga (%)

Bp = Biaya pemasaran bawang merah BP = Biaya tataniaga (Rp/kg)


HE = Harga Eceran (Rp/kg)

3. Farmer’s Share Kaidah pengambilan keputusan efisiensi

Menurut Downey dan Erickson pemasaran ini adalah

(1992) dalam Hantoro (2017), jika - EP sebesar 0-50% maka saluran

Farmer’s Share ≥ 40% maka saluran pemasaran efisien

pemasaran dikatakan efisien. Menurut - EP > 50% maka saluran pemasaran

Gultom (1996) saluran pemasaran kurang efisien

dikatakan efisien juka Farmer’s Share ≥


HASIL DAN PEMBAHASAN

1789
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 10, Nomor 3, September 2023 : 1786-1799

Analisis Keragaan Saluran Pemasaran Glen Walters (Swastha, 1982), saluran


Bawang Merah di Desa Sidomulyo pemasaran adalah sekelompok pedagang
Kecamatan Belitang Kabupaten OKU dan agen perusahaan yang
Timur. mengkombinasikan antara pemindahan
Dalam beberapa bulan terakhir, fisik dan nama dari suatu produk untuk
persoalan kebutuhan bawang merah menciptakan kegunaan bagi pasar tertentu.
khususnya yang menyangkut masalah Dalam mendistribusikan hasil
pemasaran seperti tingginya harga bawang pertanian dari petani sampai ke tangan
merah mendapat perhatian berbagai pihak, konsumen, diperlukan adanya pola
pemerintah berpendapat produksi bawang distribusi tataniaga agar mempermudah
merah oleh petani lokal dapat memenuhi pendistribusian. Terdapat beberapa pelaku
kebutuhan dalam negeri, meroketnya harga tata niaga yang terlibat, yaitu : petani,
bawang merah di dalam negeri disebabkan tengkulak, pedagang besar, pedagang
karena terhambatnya logistik bawang pengepul, pedagang pengecer, dan
merah di pedagang. Kenaikan harga konsumen dengan menggunakan pola
bawang merah dapat menjadi salah satu distribusi yang ada, yaitu sebagai berikut :
kontributor terbesar terhadap inflasi Pola Pertama
nasional. Inflasi bisa dipicu kenaikan harga Petani Tengkulak
BBM bersubsidi dan dampak turunannya. Pedagang Besar Pengecer
Selain BBM kenaikan harga pangan juga Konsumen
dipengaruhi cuaca yang tidak menentu Pada pola pertama menjelaskan,
yang menyebabkan pasokan bawang merah ketika harga bawang merah naik, sebagain
berfluktuasi. Harga bawang merah juga besar tengkulak akan membeli bawang
dipengaruhi oleh berbagai macam faktor merah petani dengan cara langsung
seperti, produksi, permintaan konsumen, mendatangi ke lahan petani yaitu dengan
permainan pedagang, impor. Menurut sistem tebas. Harga yang diberikan
Soekartawi (1999), bila mekanisme berdasarkan luas lahan petani, dan
pemasaran berjalan baik maka semua transaksi terjadi secara lisan. Tengkulak
pihak yang terlibat akan diuntungkan. Oleh akan menyerahkan sejumlah uang sebagai
karena itu peranan lembaga perantara uang muka (panjer). Dalam pola pertama
pemasaran menjadi amat penting untuk ini petani dapat meminimalisir biaya
menentukan mekanisme pasar. Menurut C. produksi, karena semua biaya penanganan

1790
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 10, Nomor 3, September 2023 : 1786-1799

selanjutnya menjadi tanggungan Pola Kedua :


tengkulak. Petani Tengkulak
Tengkulak akan mendistribusikan Pengecer Konsumen
hasil pertanian petani selanjutnya ke Pada pola kedua tengkulak
pedagang besar untuk disetorkan lagi ke membeli hasil panen petani dengan cara
pengecer dalam skala besar. Pedagang mendatangi langsung kerumah petani
besar menentukan tengkulak untuk atau lahan petani yang sedang panen.
menentukan harga ke petani. Dalam pola Keadaan ini terjadi ketika kualitas
pertama ini petani akan mendapatkan bawang merah kurang bagus sehingga
harga yang sedikit tinggi yaitu sebesar Rp petani harus mengeluarkan biaya
17.000– Rp 18.000/kg tergantung kualitas produksi lebih dari sebelum panen
dan ukuran bawang merah. Pada pola sampai sesudah panen. Pada pola kedua
pertama ini dikarenakan pertimbangan petani menjual ke tengkulak yang
untuk meminimalisir biaya transaksi yang notabennya adalah tetangga sendiri
ada menyebabkan petani cenderung dikarenakan adanya motif sosial selain
menerima harga yang ditawarkan oleh motif ekonomi yang didapat oleh petani
tengkulak tanpa adanya negoisasi ke tengkulak. Adanya motif sosial dan
panjang yang dilakukan oleh kedua belah ekonomi menyebabkan timbulnya motif
pihak. kepercayaan petani ke tengkulak untuk
Tengkulak akan mendatangi lahan mencari informasi mengenai harga
petani sebanyak 1-2 kali untuk melakukan bawang merah, sehingga menjadikan
tawar-menawar, apabila tidak ada ketergantungan bagi petani untuk
kecocokan tengkulak akan mencari petani mencari informasi harga secara detail.
lain yang mau menjual hasil pertanian ke Hal ini akan menyebabkan perbadaan
tengkulak. Sehingga adanya tenggang position bargaining yang rendah pada
waktu sedikit pada petani menjadikan petani dan tengkulak yang menjadi
petani tidak mempunyai kebebasan dalam price taker akan memiliki keleluasaan
mencari informasi harga, selain itu factor dalam menetapkan harga ke petani.
kebutuhan biasanya menyebabkan petani Harga yang diberikan tengkulak
menjual ke tengkulak karena prosesnya ke petani berdasarkan pembayaran
lebih cepat yang dilakukan oleh pengecer ke
tengkulak.Pada pola kedua ini petani

1791
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 10, Nomor 3, September 2023 : 1786-1799

mendapatkan harga sebesar Rp 17.000– dengan konsumen secara langsung


Rp 18.000/kg dari tengkulak yang dikarenakan adanya motif social, seperti
menerima pembayaran secara tunai dari keluarga ataupun tetangga. Biasanya
pengecer. Kemudian biasanya pengecer bawang merah yang dijual yang kecil-
akan menerima harga dari tengkulak kecil sisa dari sortiran.
sebesar Rp. 22.000- Rp. 25.000/kg dari Pada pola ketiga ini terdapat
tengkulak, kemudian pengecer biasanya kebebasan petani dalam mengakses
menjual dengan harga Rp. 30.000- informasi mengenai harga bawang
35.000/kg tergantung dengan lokasi merah. Namun, masih adanya beberapa
pemasaran, kualitas dan ukuran bawang kendala yang dirasakan oleh petani,
merah yang telah di sortir. Biasanya menjadikan petani tidak untuk
penjualan bawang merah untuk di mengolah hasil bawang merah dan
kalangan daerah belitang dijual dengan menjualnya langsung ke konsumen.
harga Rp. 30.000/kg tapi di hari biasa Berdasarkan hasil survei dilapangan,
mereka biasanya menjual di pasar sebanyak 70% hasil panen petani masih
Martapura dan Baturaja dengan harga dijual ke tengkulak dimana hal ini
lebih tinggi. menjadikan petani lebih mudah dan
Pola Ketiga: mengurangi biaya produksi dalam
Petani Konsumen menjual panennya apabila ke tengkulak.
Pada pola ketiga merupakan 10% dijual petani ke pasar kalangan,
pola terpendek dalam distribusi 10% dari hasil panen dijual langsung ke
tataniaga bawang merah yang dilakukan konsumen dan untuk dikonsumsi
oleh petani. Petani harus melakukan sendiri. Serta 10% lainnya dijadikan
pengolahan terhadap bawang merah bibit untuk ditanam kembali.
yang akan dijual langsung ke konsumen. Keterbasan modal merupakan
Pada pola ketiga ini petani mendapatkan salah satu alasan bagi petani enggan
harga Rp 24.000/kg - Rp 25.000/kg nya. untuk memproduksi bawang merah
Harga yang ditawarkan petani ke sendiri. Petani mendapatkan bantual
konsumen lebih murah dibandingan modal dari lembaga informal pertani
dengan harga yang ditawarkan oleh seperti gapoktan dan poktan secara
pelaku tataniaga lainnya ke konsumen. bergiliran Ketergantungan petani dalam
Hubungan yang terjadi diantara petani menjual hasil panennya ke tengkulak

1792
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 10, Nomor 3, September 2023 : 1786-1799

menjadikan alasan bagi petani untuk Timur Dilihat Dari Margin


menerima hasil secepatnya walaupun Pemasaran Dan Farmer’s Share
keuntungan yang didapatkan lebih Biaya Pemasaran Bawang Merah
sedikit daripada menjual langsung ke Berdasarkan penelitian biaya dalam
konsumen. tingkat rantai pemasaran tata niaga pisang
Analisis Efisiensi Saluran Pemasaran di Kecamatan Jayapura dapat dilihat pada
Bawang Merah di Desa Sidomulyo Tabel 10 sebagai berikut:
Kecamatan Belitang Kabupaten OKU
Tabel 3. Rata-Rata Biaya Tataniaga pada Setiap Rantai pada Bawang Merah di Desa
Sidomulyo Kecamatan Belitang Kabupaten OKU Timur.
No Uraia Saluran I Saluran II (Rp/Kg) Saluran III (Rp/Kg)
(Rp/Kg)
1 Petani Bawang merah 17200 17500 14000
Harga Jual
2 Tengkulak
Harga Beli 17200 17500
Biaya Transportasi 5000 5333
Harga Jual 27000 23334
Margin Pemasaran 9800 5834
3 Pedagang Besar
Harga beli 22200
Biaya Transportasi 5000
Harga Jual 26400
Margin Pemasaran 4200
4 Pedang Pengecer
Harga Beli 26400 23334
Biaya Transportasi 10000 `6667
`` Harga Jual 31400 46667
Margin Pemasaran 5000 23333
5 Konsumen
Biaya Transportasi
Harga beli konsumen 31400 30833 24555
Total Biaya Pemasaran 760000 636000 221000

Margin Pemasaran 9800 4200 5000


Farmer Share 54% 56% 57%
Sumber : Data Primer, 2023
Keterangan :
HJ = Harga Jual
HB = Harga Beli

1793
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 10, Nomor 3, September 2023 : 1786-1799

Penyaluran komoditi bawang merah agen yang terlibat. Rantai saluran


milik di Desa Sidomulyo melibatkan pemasaran II rata-rata biaya pemasaran
beberapa lembaga tataniaga untuk sampai sebesar Rp. 106.000,- dan rantai saluran
kepada konsumen akhir, lembaga pemasaran III biaya pemasarannya rata-
pemasaran yang dimaksud adalah rata sebesar Rp. 24.555,-. Berdasarkan
tengkulak, pedagang besar dan pedagang penelitian Rantai saluran I lebih tinggi di
pengecer. Tengkulak adalah orang yang antara keduanya hal ini dikarenakan
membeli hasil produksi bawang merah banyaknya lembaga yang terkait. Pada
yang akan di salurkan ke pedagang rantai I keuntungan untuk petani kecil di
pengecer. Pedagang besar adalah pedagang karenakan tengkulak membeli pisang
yang melakukan pembelian bawang merah dengan harga yang sangat murah yakni
dari petani dan menyalurkaan kepada sebesar Rp. 17.000-18.000/Kg, sesuai
pedagang pengecer, sedangkan pedagang dengan keadaan lapangan petani
pengecer adalah lembaga pemasaran yang mengatakan bahwa memang mereka
berhubungan langsung dengan konsumen. menjual dengan murah akan tetapi ada
Berdasarkan hasil penelitian pada beberapa hal kelebihan dari menjual ke
Tabel 10 diatas biaya yang dikeluarkan tengkulak salah satunya adalah
pada setiap rantai pemasaran berbeda-beda peminjaman modal di awal, kemuadian
tergantung jarak antara petani dengan petani tidak lagi susah untuk memasarkan
konsumen dan banyak lembaga atau karena tengkulak langsung yang
stakeholder yang terlibat. Tengkulak mengambil ke lahan.
biasanya mengambil hasil panen dengan Rantai tataniaga II, pemasaran pada
menggunakan motor berkeranjang atau rantai ini juga lebih besar dibandingkan
mobil pickup. Kemudian mereka pada rantai III. Biaya rata-rata saluran
mengantarkan bawang merah ke pedagang pemasaran II itu sebesar Rp. 106.000,-. Hal
besar dengan menggunakan motor yang ini terjadi karena harga jual di masing-
berkeranjang ataupun mobil pickup. masing lembaga berbeda. Harga jual di
Berdasarkan hasil penelitian rantai tingkat pedagang pengecer pada rantai I
tataniaga I, Biaya pemasaran yang sebesar Rp.22.200,-/kg, sedangkan pada
dikeluarkan oleh tengkulak rata-rata rantai II sebesar Rp.23.334,- /kg begitu
sebesar Rp. 152.000,- lebih tinggi juga harga di tingkat konsumen pada rantai
dibandingkan rantai II karena lebih banyak I sebesar Rp.31.400,-/kg sedangkan pada

1794
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 10, Nomor 3, September 2023 : 1786-1799

rantai II sebesar Rp.30.833,- /kg dan rantai tiga rantai pemasaran bawang merah.
III sebesar Rp. 24`555,-.. Harga jual yang Rantai I melibatkan tengkulak, pedagang
lebih tinggi akan menutupi biaya besar, pedagang pengecer dan konsume.
pemasaran yang lebih besar, sehingga Harga beli dan harga jual serta marjin
keuntungan yang diperoleh baik di masing pemasaran dari setiap lembaga pemasaran
– masing lembaga maupun secara total pada rantai pemasaran I dapat dilihat pada
menjadi besar. di bawah.
Rantai tataniaga III, pemasaran pada Tabel 4. Margin Pemasaran Bawang
rantai ini lebih kecil biaya pemasarannya merah pada rantai 1 di Desa
yakni rata-rata sebesar Rp. 24.555,-. Sidomulyo Kecamatan Belitang
Bahkan pada rantai pemasaran ini tidak Kabupaten OKU Timur.
memakai biaya lain kecuali biaya beli. Hal No Lembaga Harga Harga Margin
Pemasaran Beli (Rp) Jual (%)
ini dikarenakan Hubungan yang terjadi (Rp)
1 Petani - 17200
diantara petani dengan konsumen secara 2 Tengkulak 17200 22200 77,47
langsung dikarenakan adanya motif social, 3 Pedagang 22200 26400 84,09
Besar
seperti keluarga ataupun tetangga. 4 Pedagang 26400 31400 84,07
Pengecer
Biasanya Pemasaran pada rantai ini 5 Konsumen 31400 -
untungnya tidak terlalu besar akan tetapi
kelebihanya adalah konsumen mengambil Berdasarkan Tabel 4 diatas , rantai
langsung dan membawa kendaraan sendiri tataniaga I bawang merah dapat dilihat
ke petani. Biasanya konsumen membeli marjin pemasaran pedagang pengecer lebih
dengan jumlah yang tidak begitu banyak. besar dari pada marjin pemasaran
tengkulak dan pedangang besar. Hal ini
Margin Tataniaga Bawang Merah di dikarenakan pedagang pengecer
Kecamatan Jayapura Kabupaten OKU merupakan tangan tiga dari rantai saluran
Timur pemasan, sehingga harga untuk bawang
perkilo naik di setiap lembaga pemasaran.
Menurut Sukamto (2014), margin Hal ini sesuai dengan teori salura
tataniaga adalah harga ditingkat petani dan pemasaran jika tataniaga semakin panjang
harga ditingkat lembaga pemasaran. maka marginnya semakin besar oleh
Berdasarkan hasil penelitian di Desa karena itu harga ditingkat konsumen akan
Sidomulyo Kecamatan Belitang terdapat semakin mahal. Perbedaan ini menurut

1795
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 10, Nomor 3, September 2023 : 1786-1799

Santoso (2022), disebabkan karena Tabel 6 Margin Tataniaga Bawang


berbagai macam besarnya permodalan Merah Pada Rantai III di Desa
yang dimiliki pedagang, jarak lokasi Sidomulyo Kecamatan Belitang
pedagang dan lokasi petani sehingga Kabupaten OKU Timur.
berpengaruh dengan besaran transportasi. No Lembaga Harga Harga Margin
Pemasaran Beli Jual
Rantai tataniaga II, pada rantai II
1 Petani - 24555
hanya melibatkan dua lembaga pemasaran 2 Konsumen 24555 -
yaitu pedagang besar dan pedagang
pengecer di Desa Sidomulyo. Pedagang Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat

besar dan Pedagang pengecer pada rantai bahwa pada rantai tataniaga II diperoleh

pemasaran II adalah pedagang besar dan marjin pemasaran pedagang besar sebesar

pedagang pengecer yang ada di rantai 74,99,- . Marjin pemasaran pada rantai II

tataniaga I disajikan pada Tabel 5 sebagai berbeda dikarenakan pada rantai kedua ini

berikut: tidak melalui pedagang besar sehingga


berpengaruh terhadap biaya pemasaran

Tabel 5. Margin Tataniaga Bawang yang berkurang terutama untuk harga beli

Merah Pada Rantai II di Desa dan biaya transportasi. Tabel 13, diatas

Sidomulyo Kecamatan Belitang menunjukkan bahwa rantai tataniaga III

Kabupaten OKU Timur. bawang merah langsung dijual kepada

No Lembaga Harga Harga Margin konsumen dengan cara konsumen


Pemasara Beli Jual mendatangi lokasi penanaman bawang
n
1 Petani - 17500 merah Keuntungan terbesar diperoleh oleh
2 Tengkula 17500 23334 74,99
petani sebesar Rp. 7.355/kg jika di
k
3 Pedagang 23334 30883 75,55 bandingkan dengan harga jual ke
Pengecer
4 Konsume 30833 - tengkulak, keuntungan petani dapat
n dimanfaatkan untuk menutupi biaya
usahataninya. Sukamto (2014), terdapat
perbedaan besarnya margin pemasaran
pada berbagai saluran pemasaran karena
tergantung pada panjang atau pendek dari
saluran pemasaran dan aktifitas-aktifitas
yang telah dilaksanakan dan keuntungan

1796
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 10, Nomor 3, September 2023 : 1786-1799

yang diharapkan oleh masing masing- merah di tingkat petani disebabkan karena
masing lembaga pemasaran. petani menjual secara borongan dan tidak
Efisiensi Pemasaran Bawang Merah lagi disortir sedangkan ditingkat pedagang
Tabel 7. Nilai Efesiensi Tataniaga pengecer bawang merah dilakukan
Bawang Merah di Desa sortiran yang baik dan kemasan yang
Sidomulyo Kecamatan Belitang menarik sehingga dapat menarik
Kabupaten OKU Timur. konsumen. Menurut gemilang (2016),
Saluran Rata-rata Nilai Efesiensi bahwa rendahnya harga jual petani
Pemasaran Biaya Produk (%)
Pemasaran Dipasarkan dikarenakan mereka menjual secara curah
(Rp) (Rp)
I 152.000 31400 48% dan tidak memberikan nilai tambah yang

II 106.000 30883 34% banyak, tidak mensortasi secara detail dan

III 24.555 24555 1% tidak mengemas secara menarik produk


yang akan mereka jual. Nilai farmer’s
Sumber : Data Primer 2022
share berhubungan negatif dengan nilai
Berdasarkan penelitian
marjin pemasaran, semakin besar nilai
menunjukkan nilai rata-rata farmer’s
farmer’s share, nilai marjin pemasaran
share pada saluran pemasaran 1 adalah
semakin kecil. Nilai farmer’s share yang
4,8%. Kondisi tersebut artinya petani
semakin besar mencerminkan rantai pasok
menerima bagian penjualan sebesar 48%
yang semakin efisien, akan tetapi farmer’s
dari harga yang dibayarkan oleh
share yang tinggi tidak mutlak. Hal ini
konsumen akhir, konsumen secara
menunjukkan bahwa pemasaran berjalan
langsung mendapatkan bawang merah.
dengan efisien.
Nilai rata-rata farmer’s share pada saluran
pemasaran II bawang merah 34 %, dan
KESIMPULAN DAN SARAN
1% untuk rantai pemasaran III di Desa
Kesimpulan
Sidomulyo dinyatakan efisien karena
1. Peragaan pada tataniaga bawang
memiliki nilai persentasi farmer’s share
merah terdapat 3 pola system tata
yang tinggi dan nilai EP sebesar 0-50%
niaga. Pola 1 terdapat 3 lembaga
maka saluran pemasaran efisien. Farmer’s
yaitu tengkulak, pedagang besar
share artinya angka tersebut menunjukkan
dan pengecer, pola ke II, tengkulak
harga di tingkat petani jauh lebih rendah
dan pedagang pengecer. Kemudian
dari pada harga di tingkat pedagang
pola ke III tanpa lembaga
pengecer. Rendahnya harga jual bawang

1797
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 10, Nomor 3, September 2023 : 1786-1799

pemasaran yakni petani langsung Gultom, H. L. T. (1996). Tataniaga


ke konsumen. Pertanian. USU - Press : Medan
2. 2 pola tataniaga yang efisien adalah Hantoro. (2017). Analisis Usahatani
pola system tataniaga III yaitu pola Bawang Merah di Desa Sumber
system tanpa lembaga pemasaran, Kledung Kecamatan Tegalsiwalan
dimana petani menjual langsung ke Kabupaten Probolinggo. Artikel
konsumen. Ilmiah Mahasiwa.
Saran Pakruddin. (2021). Strategi Pengembangan
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka Komoditi Bawang Merah Di
saran yang diberikan adalah sebagai Kabupaten Ogan Komering Ulu.
berikut: Jurnal IJSEIT 2(3). Hal 56-67.
1. Pemerintah lebih memperhatikan Wacana. (2017). Analisis Tataniaga
lagi masalah permodalan, karena Bawang Merah (Kasus Di
petani menjual bawag merah murah Kelurahan Brebes, Kecamatan
ke tengkulak dikarenakan adanya Brebes, Kabupaten Brebes).
pinjaman modal di awal, sehingga Skripsi. Tidak Dipublikasi.
petani mengurangi keuntungan. Rahim dan Hastuti. (2017). Ekonomika
2. Diperlukannyya strategi Pertanian, Pengantar Teori dan
pengembangan komoditi bawang Kasus : Penebar Swadaya.
merah mengingat lahan di Desa Soekartawi, (1999). Agribisnis Teori dan
Sidomulyo berpotensi untuk Aplikasi, Raja Persada : Jakarta.
mengembangkan komoditi bawang Soekartawi. (2011). Prinsip Ekonomi
merah. Pertanian. Raja Grafindo Persada:
DAFTAR PUSTAKA Jakarta.
Gemilang. (2016). Analisis Keuntungan Sukamto. (2014). Tata Niaga Bawang
Usahatani Bawang Daun Di Desa Merah Studi Kasus : Desa
Bongkudai Utara Kecamatan Parangtritis, Kecamatan Kretek,
Mooat Kabupaten Bolaang Kabupaten Bantul, DIY. Jurnal
Mongondow Timur. Manado: Program Studi Ekonomi
Universitas Sam Ratulangi. Pembangunan 2 (4). Hal 121-129.
Skripsi. Tidak dipublikasi. Santoso. (2022). Klasifikasi Tanaman
Bawang Merah.

1798
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 10, Nomor 3, September 2023 : 1786-1799

http://hortikultura.litbang.deptan.g Swastha (2019). Pemberdayaan Petani


o.id. Diakses Pada Tanggal 26 Bawang Merah Terhadap
Juni 2022. Makassar. Kesejahteraan Keluarga Kolai
Sukriyato. (2018). Strategi Pengembangan Kabupaten Enrekang. Jurnal
Agribisnis Bawang Merah di Mimbar Kesejahteraan Sosial
Kabupaten Solok. Jurnal 3(2). Hal 68-73.
Agribusiness Development 13 (2).
Hal 45-78.

1799

Anda mungkin juga menyukai