Anda di halaman 1dari 8

A.

Pengertian Penelitian Historis Dan Etnografis


1. Penelitian Historis
Penelitian historis adalah penelitian yang dilakukan dengan penelaah dokumen serta
sumber-sumber lain yang berisi informasi mengenai masa lampau dan dilakukan secara
sistematis. Penelitian historis salah satu jenis penelitian yang mengkonstruksi kondisi masa
lalu secara sistematis, objektif, dan akurat yang mana dalam penelitian ini bukti-bukti
dikumpulkan, dievaluasi, dianalisis, dan disintesiskan. Selanjutnya dengan bukti-bukti itu
dirumuskanlah suatu kesimpulannya. Hasil penelitiannya biasanya berupa naratif deskriptif
(narrative description), atau analisis terhadap berbagai peristiwa pada masa lampau.
Dapat disimpulkan pengertian penelitian historis mengandung beberapa
unsur pokok yaitu:
a) Adanya proses pengkajian peristiwa atau kejadian masa lampau (berorientasi pada
masa lampau).
b) Usaha dilakukan secara sistematis dan objektif.
c) Merupakan sentetan gambaran masa lampau yang integrative anatara manusia,
peristiwa, ruang dan waktu.

2. Penelitian etnografis
Penelitian etnografis adalah genre penelitian kualitatif, yang berkembang dari metodologi
antropologi. Etnografi adalah sebuah metode penelitian yang berasal dari antropologi budaya,
dengan tujuan utama menghasilkan deskripsi rinci dan analisis holistik budaya berdasarkan
kerja lapangan yang intensif. Penelitian etnografi melibatkan partisipasi observasi, di mana
etnografer menjadi pengamat yang mengamati keseharian masyarakat. Penelitian ini bersifat
iteratif-induktif, dengan pertanyaan penelitian terbuka yang dipandu oleh konsep operasional
yang bisa berubah seiring dengan pencarian data.
Tujuan utama penelitian etnografi adalah untuk mendapatkan kompleksitas dan
keragaman budaya objek studi, serta menghasilkan "thick description" yang mendalam.
Etnografi juga merupakan praktik dan ekspresi dengan sejarah yang mencakup unsur
filosofis, politik, spiritual, dan estetika. Saat ini, perkembangan kajian etnografi sangat pesat,
dengan para peneliti di era modern dan postmodern menyusun agenda penelitian mereka
masing-masing.

B. Karakteristik Penelitian Historis dan Etnografis


1. Karakteristik Penelitian Historis
a. Metode sejarah lebih banyak menggantungkan diri pada data yang
diamati orang lain di masa-masa lampau.
b. Data yang digunakan lebih banyak bergantung pada data primer
dibandingkan dengan data sekunder. Bobot data harus dikritik, baik
secara internal maupun eksternal.
c. Metode sejarah mencari data secara lebih tuntas serta mengganti
informasi yang lebih tua yang tidak diterbitkan ataupun yang tidak
dikutip dalam bahan acuan yang standar
d. Sumber data harus dinyatakan secara definitif, baik nama pengarang,

1
tempat dan waktu. Sumber tersebut harus diuji kebenaran dan
ketulenannya. Fakta harus dibenarkan oleh sekurang-kurangnya dua
saksi yang tidak pernah berhubungan.
a. Karakteristik Penelitian Etnografis
Beberapa ciri penelitian etnografi yang dikemukakan oleh Smith dan Glass
adalah:
a. Topik permasalahan haruslah yang bermakna.

b. Prosedur peneritian haruslah sistematis dan jelas, sehingga pembaca dapat


mengikuti logika dan memahami validitas kesimpulan.
c. Verifikasi data dilakukan secara empiris.

Beberapa ciri dari Bogdan dan Biklen adalah:


a. penelitian etnografi memakai Iatar alami (natural setting) sebagai sumber
langsung data.
b. Penelitian etnografi bersifat deskriptif.

c. Peneliti etnografi lebih memperhatikan proses daripada hanya keluaran atau


produk
d. Data cenderung dianalisis secara induktif.

C. Penggunaan Penelitian Historis dan Etnografis


1. Penggunaan Penelitian Historis
Penelitian historis mengandung beberapa unsur pokok, yaitu :
a. Adanya proses pengkajian peristiwa atau kejadian masa lalu
(berorientasi pada masa lalu);
b. Usaha dilakukan secara sistematis dan objektif;

c. Merupakan serentetan gambaran masa lalu yang integrative anatar


manusia, peristiwa, ruang dan waktu;
d. Dilakukan secara interktif dengan gagasan, gerakan dan intuiasi
yang hidup pada zamannya (tidak dapat dilakukan secara parsial).

Objek yang menjadi sumber informasi harus mempunyai karakteristik


yang berbeda dengan metode penelitian lainnya. Beberapa sumber tersebut
di antaranya adalah sebagai berikut :
a. Sumber-sumber primer, yaitu data yang diperoleh dari cerita para
pelaku perisriwa itu sendiri, dan atau saksi mata yang mengalami
atau mengetahui peristiwa tersebut. Contoh sumber-sumber primer
lainnya yang sering menjadi perhatian perhatian para peneliti di
lapangan atau situs di anataranya seperti, dokumen asli, relief dan
bendabenda peninggalan masyarakat zaman lampu.
b. Sumber informasi sekunder, yaitu informasi yang diperoleh dari

2
sumber lain yang mungkin tidak berhubungan langsung dengan
peristiwa tersebut. Sumber sekunder ini dapat berupa para ahli yang
mendalami atau mengetahui peristiwa yang dibahas dan dari buku atau
catatan yang berkaitan dengan peristiwa, buku sejarah, artikel dalam
ensiklopedia, dan review penelitian.
Dari adanya sumber primer dan sekunder ini, sebaiknya peneliti apabila
mungkin lebih memberikan bobot sumber-sumber data primer lebih
dahulu, baru kemudian data sekunder, data tersier, dan seterusnya.
Ada 4 (empat) langkah esensial dalam penelitian historis, yaitu sebagai
berikut:
a. Merumuskan Masalah.
Dalam merumuskan masalah historis terdapat beberapa
persyaratan sebagaimana dalam penelitian yang lain, yaitu :
1) Manageable,

2) Memiliki rasional yang kuat.

3) Menemukan Sumber Informasi sejarah yang Relevan.

Secara umum sumber informasi yang relevan dalam penenlitian


sejarah dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) bagian berikut ini.
a) Dokumen, yaitu materi yang tertulis atau tercetak dalam bentuk
buku, majalah, Koran, buku catatan, dan sebagainya. Dokumen
merujuk pada beberapa jenis informasi yang eksis ke dalam
bentuk tertulis atau cetak.
b) Rekaman yang bersifat numeric, yaitu rekaman yang di
dalamnya terdapat bentuk-bentuk data numerik, mislanya skor
tes, laporan sensus, dan sebagainya.
c) Pernyataan lisan, yaitu melakukan interview dengan orang yang
merupakan saksi saat peristiwa lalu terjadi. Ini merupakan
bentuk khusus dari penelitian sejarah yang disebut oral history.
d) Relief, yaitu objek fisik atau karakteristik visual yang
memberikan beberapa informasi tentang peristiwa masa lalu.
Contohnya berupa bangunan monument, peralatan, pakaian dan
sebagainya.
b. Meringkas Informasi yang Diperoleh dari Sumber Historis
Peneliti berusaha untuk menentukan relevansi materi utama
dengan pertanyaan atau masalah yang diteliti, yang dapat dilakukan
dengan rekaman data biografi yang lengkap dari sumber,
mengorganisasikan data berdasarkan kategori yang dihubungkan dengan
masalah yang diteliti, dan meringkas informasi yang berhubungan fakta,
jumlah, dan pertanyaan yang penting).
c. Mengevaluasi Sumber Sejarah

3
Dalam langkah ini peneliti sejarah harus mengadopsi sikap kritis
ke arah beberapa atau seluruh sumber informasi. Dalam mengevaluasi
sumber sejarah terdapat dua kritik yaitu Kritik eksternal, untuk
menetapkan keaslian atau auntentisitas data, dilakukan kritik eksternal.
d. Kritik Internal

Setelah dilakukan suatu dokumen diuji melalui kritik eksternal,


berikutnya dilakukan kritik internal.
e. Hipotesis dan Generalisasi Dalam Penelitian Sejarah

Dalam penelitian sejarah dapat juga diajukan hipotesis, meskipun


tidak selalu dinyatakan secara eksplisit. Biasanya sejarawan
menyimpulkan bukti-bukti dan secara cermat menilai kepercayaannya.
Jika buktinya ternyata cocok dengan hipotesisnya maka hipotesis
tersebut teruji.
2. Penggunaan Penelitian Etnografis
Penelitian etnografi berkaitan dengan dengan antropologi. Peneliti secara
langsung menjadi bagian atau membaur dengan budaya masyarakat yang
diteliti untuk mengumpulkan data dengan cara observasi yang diteliti untuk
mengumpulkan data dengan cara observasi mendalam dan wawancara
dengan beberapa narasumnber/informan. Selain itu peneliti juga mempelajari
berbagai dokumen yang berkaitan dengan topik yang diteliti.
Untuk penggunaan penelitian etnografis memerlukan beberapa langkah
dalam proses penelitaian, diantaranya :
a. Menetapkan narasumber / Informan

Ada beberapa persyaratan untuk memilih informan yang baik


diantaranya:
Enkulturasi penuh : Enkulturasi merupakan proses alami
dalam mempelajari suatu budaya tertentu. Kaitannya
dengan penelitian adalah bagaimana kita menentukan atau
menyerap kebudayaan tersebut kedalam dirinya.
1) Keterlibatan langsung : Peneliti melihat secara langsung apa
yang sebenarnya terjadi. Seorang pencari data harus melihat
secara cermat keterlibatan langsung yang dialami oleh calon
informan.
2) Suasana budaya yang tidak dikenal: kebanyakan etnografer
memulai studi etnografinya pada kebudayaan yang berbeda
dari kebudayaan yang dimilikisendiri.
3) Cukup waktu: Ketersediaan waktu informan juga perlu
diperhatikan, karena informan yang bersedia diwawancarai
belum tentu memiliki waktu yang cukup untuk diwawancarai.
4) Non Analitik: etnografer harus memiliki kemampuan analisis
yang memadai, serta mampu menemukan hubungan dan pola

4
yang tersembunyi dari informasi tersebut.
b. Wawancara Narasumber/Informan
Wawancara etnografis memiliki perbedaan dengan percakapan
persahabatan atau percakapan biasa antara dua orang atau lebih.
Unsur dalam percakapan persabahatan adalah sebagai berikut :
1) Sapaan untuk memulai sebuah percakapan maka biasanya
diawali dengan pertanyaan semisal “Apa kabar?”, “Senang
bertemu anda”, “Halo”, dan sebagainya.
2) Tidak ada tujuan yang eksplisit: di dalam percakapan
persahabatan biasanya tidak memiliki tujuan khusus arah
percakapan mereka.
3) Menghindari pengulangan: kedua orang yang melakukan
percakapan persahabatan berasumsi bahwa sesuatu yang
pernah ditanyakan atau dinyatakan tidak perlu diulangi.
4) Mengajukan pertanyaan: percakapan persahabatan
memungkinkan orang yang melakukan percakapan untuk
menanyakan hal-hal yang bersifat lebih pribadi tanpa ada rasa
malu.
5) Menunjukkan minat, untuk menunjukkan minat dalam
percakapan persahabatan sering pula menggunakan ungkapan
non verbal seperti tersenyum, mendengarkan dengan kontak
mata, dan berbagai macam gaya tubuh.

6) Menunjukkan ketidaktahuan: untuk menghindari kebosanan


karena lawan bicara selalu mengulangi percakapan
persahabatan maka dapat dihindari dengan menunjukkan
ketidaktahuan.
7) Bergiliran: aturan budaya yang implisit dalam melakukan
percakapan persahabatan.
8) Penyingkatan : memberikan informasi yang bersifat parsial
untuk menghemat katakata dan menghindari percakapan yang
menjelaskan secara detail tentang topik yang dibahas.
9) Waktu sela : berfungsi untuk menunjukkan kedua belah pihak
berharap untuk tidak melanjutkan pembicaran, atau sedang
berpikir untuk menjawab pertanyaan atau ingin untuk
mengganti topik pembicaraan.
10) Penutupan : percakapan persahabatan tidak akan pernah berhenti
tanpa ada beberapa ritual verbal misalnya seperti kata
“selesai”.
c. Membuat catatan etnografis

5
d. Mengajukan pertanyaan deskriptif
Dalam wawancara etnografis meliputi dua proses yang berbeda
namun saling melengkapi, yaitu mengembangkan hubungan dan
mencari informasi.
e. Analisis wawancara etnografis

1) Memilih Masalah.
2) Mengumpulkan Data Kebudayaan.
3) Menganalisis Data Kebudayaan.
4) Memformulasikan Hipotesis Etnografis.
5) Menulis Etnografi.

f. Membuat analisis domain

1) Langkah Satu : Memilih satu hubungan semantik tunggal.


Dalam upaya mempermudah proses penemuan, maka paling
baik jika penelitian dimulai dari hubungan semantik universal
2) Langkah Dua : Mempersiapkan satu lembar kerja analisis
domain. Gunakan lembar kerja yang terpisah sehingga
membantu dalam visualisasi masing-masing domain. Masing-
masing kertas kerja analisis domain menuntut untuk
memasukkan informasi tertentu sebelum memulai pencarian:
(1) hubungan semantic yang dipilih; (2) statemen dalam
bentuk yang diekspresikan; (3) contoh kalimat dari budaya
yang memiliki istilah tercakup.

6
3) Langkah ketiga: Memilih satu sampel dari statemen informan.
4) Langkah Empat: Mencari istilah pencakupdan istilah
tercakup yang memungkinkan dan sesuai dengan hubungan
sematik.
5) Langkah lima: Memformulasikan pertanyaan-pertanyaan
struktural untuk masingmasing domain.
6) Langkah enam: Membuat daftar untuk semua domain
yang dihipotesiskan.
g. Mengajukan pertanyaan struktural

Prinsip mengajukan pertanyaan structural terdiri dari :


1) Prinsip Konkuren. Ajukan pertanyaan-pertanyaan structural
secara konkuren dengan pertanyaan deskriptif. Pertanyaan
structural ini bersifat melengkapi bukan menggantikan
pertanyaan deskriptif.
2) Prinsip Penjelasan. Pertanyaan structural seringkali menuntut
penjelasan
3) Prinsip Pengulangan. Pertanyaan structural harus diulang
berkali-kali untuk memperoleh semua istilah tercakup dalam
suatu domain.
4) Prinsip Konteks. Ketika mengajukan pertanyaan structural,
beri informan informasi kontekstual. Ini akan menempatkan
informan dalam setting dimana domain itu relevan.
5) Prinsip Kerangka Kerja Budaya. Etnografer harus
mengucapkan pertanyaan-pertanyaan structural dalam
batasan budaya dan juga dalam batasan personal.
h. Membuat analisis taksonomi
Kriteria dalam memilih fokus sementara sebagai berikut :
1) Saran dari Informan.
2) Kepentingan Teoritis.
3) Etnografi Strategis.
4) Domain yang Mengatur.
i. Mengajukan pertanyaan kontras
Pertanyaan Kontras adalah pertanyaan yang dapat mendorong
penemuan banyak hubungan tambahan diantara objek yang diteliti.
Prinsip-prinsip penemuan dalam studi makna diantaranya :
1) Prinsip relasional
2) Prinsip kegunaan
3) Prinsip kemiripan
4) Prinsip kontras
j. Analisis komponen

7
Analisis komponen merupakan suatu pencarian sistematik berbagai
atribut (komponen makna) yang berhubungan dengan simbol-simbol
budaya. Setiap kali seorang etnografer menemukan perbedaan di
antara anggota suatu kategori, perbedaan ini dianggap paling baik
sebagai atribut atau komponen makna untuk setiap istilah.
k. Penentuan tema budaya

Anda mungkin juga menyukai