Dyah Hanifah - Tugas Ke 7
Dyah Hanifah - Tugas Ke 7
NIM : 202201579023
MATKUL : Evaluasi pembelajaran
DOSEN : Drs. Slamet Hamid M.Pd.
KELAS : YC
TUGAS KE 7
MATERI MODEL EVALUASI BK
1. Model evaluasi goal attainment adalah suatu pendekatan atau metode yang digunakan untuk menilai
sejauh mana suatu organisasi, proyek, atau program mencapai tujuan atau sasaran yang telah
ditetapkan sebelumnya. Pendekatan ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang pencapaian
tujuan tersebut dan memberikan dasar untuk pengambilan keputusan, perbaikan, atau perubahan
strategi jika diperlukan.
2. Model evaluasi formatif dan sumatif adalah dua pendekatan utama dalam mengukur dan
mengevaluasi proyek, program, atau kegiatan pendidikan. Kedua model ini memiliki fokus dan
tujuan yang berbeda. Berikut adalah penjelasan singkat tentang masing-masing model:
Model Evaluasi Formatif:
Tujuan: Evaluasi formatif dirancang untuk memberikan umpan balik dan informasi selama
proses pengembangan atau implementasi suatu program atau kegiatan. Tujuannya adalah
untuk memahami dan meningkatkan proses atau desain selama perjalanan.
Waktu Pelaksanaan: Dilakukan selama proses (berkesinambungan).
Fokus: Pusat perhatian pada identifikasi kekuatan, kelemahan, dan area perbaikan selama
implementasi.
Metode : Pengumpulan data dilakukan secara berkala untuk memberikan umpan balik yang
dapat digunakan untuk mengoreksi atau meningkatkan pelaksanaan program.
Contoh : Penggunaan uji coba, wawancara, dan observasi selama tahap pengembangan atau
implementasi suatu metode pengajaran di sekolah.
3. Model evaluasi responsive mengacu pada pendekatan evaluasi yang responsif atau tanggap terhadap
perubahan, kebutuhan, dan dinamika yang terjadi selama implementasi suatu program, kebijakan,
atau inisiatif. Pendekatan ini menekankan fleksibilitas dan kemampuan untuk beradaptasi dengan
perubahan konteks atau kebijakan sehingga evaluasi tetap relevan dan bermanfaat.
4. Model evaluasi CIPP (Context, Input, Process, Product) adalah suatu pendekatan evaluasi yang
dikembangkan oleh Daniel L. Stufflebeam. Model ini memberikan fokus pada berbagai aspek dari
suatu program atau inisiatif evaluasi, dan membantu dalam memahami dan menilai konteks, input,
proses, dan hasil dari suatu program atau kebijakan. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut tentang
masing-masing komponen model evaluasi CIPP:
Context (Konteks):
Fokus pada pemahaman konteks atau latar belakang suatu program atau kebijakan. Pertanyaan
evaluasi dapat melibatkan: Apa konteks sosial, politik, ekonomi, dan budaya yang
mempengaruhi implementasi program? Apa tantangan atau peluang yang dihadapi di dalam
konteks tersebut?
Input (Masukan):
Berkaitan dengan sumber daya, perencanaan, dan desain program atau kebijakan.
Pertanyaan evaluasi dapat melibatkan: Bagaimana perencanaan dan desain program dibuat?
Apakah sumber daya yang tersedia memadai? Apakah input tersebut mendukung pencapaian
tujuan?
Process (Proses):
Mengevaluasi implementasi dan jalannya program atau kebijakan.
Pertanyaan evaluasi dapat melibatkan: Bagaimana program diimplementasikan? Apakah
prosesnya berjalan sesuai rencana? Apakah ada masalah pelaksanaan yang dihadapi?
Product (Produk):
Mengukur hasil atau produk yang dihasilkan oleh program atau kebijakan. Pertanyaan
evaluasi dapat melibatkan: Apakah tujuan dan hasil yang diinginkan telah tercapai? Apakah
ada dampak positif atau negatif yang dapat diidentifikasi?
MATERI TEKNIK NONTES DALAM EVALUASI PEMBELAJARAN.
TEKNIK OBSERVASI
1. Definisi : Teknik observasi adalah metode pengumpulan data dalam penelitian yang melibatkan
pengamatan sistematis dan dokumentasi perilaku, kejadian, atau fenomena yang diamati. Dalam
konteks penelitian, teknik observasi digunakan untuk mengumpulkan informasi langsung
tentang situasi atau objek yang diamati, tanpa mempengaruhi atau mengubah kondisi tersebut
2. Tujuan teknik observasi dalam konteks penelitian adalah untuk mengumpulkan data secara
langsung melalui pengamatan sistematis terhadap perilaku, kejadian, atau fenomena tertentu.
Dengan menggunakan teknik observasi, peneliti dapat mencapai berbagai tujuan, termasuk:
3. Jalannya observasi dalam penelitian dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Penting untuk
mempertimbangkan faktor-faktor ini agar hasil observasi menjadi akurat, reliabel, dan
bermakna. Berikut adalah beberapa faktor yang dapat mempengaruhi jalannya observasi:
Subjektivitas Pengamat:
Subjektivitas atau interpretasi subjektif oleh pengamat dapat mempengaruhi pengumpulan
data. Perbedaan latar belakang, keyakinan, atau pengalaman antara pengamat dapat
membawa dampak pada interpretasi terhadap perilaku yang diamati.
Bias Pengamat:
Bias dapat muncul ketika pengamat memiliki ekspektasi atau prasangka tertentu yang
memengaruhi cara mereka mengamati dan mencatat data. Kesadaran akan bias ini
penting untuk meminimalkan dampaknya.
Efek Hawthorne:
Efek Hawthorne merujuk pada perubahan perilaku subjek karena mereka sadar bahwa
mereka sedang diamati. Hal ini dapat menyebabkan perubahan buatan dalam perilaku
yang sebenarnya tidak mencerminkan kondisi normal.
Konteks Sosial dan Budaya:
Faktor-faktor sosial dan budaya dapat memengaruhi perilaku individu atau kelompok.
Pengamat perlu memahami konteks tersebut untuk menginterpretasikan observasi
dengan benar.
Posisi dan Lokasi Pengamat:
Lokasi fisik pengamat dalam hubungan dengan subjek yang diamati dapat
mempengaruhi persepsi dan kesempatan untuk melihat atau mendengar. Posisi yang
terlalu jauh atau terlalu dekat dapat menghasilkan data yang tidak representatif.
Waktu dan Durasi Observasi:
Waktu yang dipilih untuk melakukan observasi dapat memengaruhi hasil. Observasi
pada waktu tertentu atau durasi yang panjang mungkin menghasilkan data yang berbeda.
Pemilihan waktu yang tepat dapat meningkatkan validitas hasil.
Ketersediaan Subjek atau Objek:
Ketersediaan subjek atau objek yang diamati dapat membatasi atau memengaruhi
jalannya observasi. Misalnya, jika subjek atau objek tidak dapat diakses dalam situasi
tertentu, hal ini dapat membatasi data yang dikumpulkan.
Instrumen dan Metode Pengamatan:
Jenis instrumen atau metode yang digunakan dalam observasi dapat mempengaruhi
jalannya proses. Pedoman observasi yang tidak jelas, instrumen yang tidak
terstandarisasi, atau metode yang tidak konsisten dapat menghasilkan data yang tidak
dapat diandalkan.
Kemampuan dan Keahlian Pengamat:
Kemampuan dan keahlian pengamat dalam mengidentifikasi dan merekam perilaku
penting dapat memengaruhi hasil observasi. Pelatihan dan pengalaman dapat membantu
meningkatkan keterampilan pengamat.
Interaksi dengan Subjek:
Interaksi antara pengamat dan subjek dapat memengaruhi jalannya observasi. Pengamat
harus menyadari dampak interaksinya terhadap subjek yang diamati dan berusaha
meminimalkan pengaruhnya.
TEKNIK WAWANCARA
1. Teknik wawancara adalah metode pengumpulan data dalam penelitian yang melibatkan
pertanyaan dan jawaban langsung antara peneliti dan responden. Wawancara sering digunakan
untuk mendapatkan informasi mendalam tentang pandangan, pengalaman, atau pengetahuan
individu atau kelompok. Teknik ini memungkinkan peneliti untuk menggali data kualitatif
dengan mendengarkan langsung apa yang diungkapkan oleh responden.
2. Menurut Zainal (2010) tujuan wawancara adalah sebagai berikut: Untuk memperoleh informasi
secara langsung guna menjelaskan suatu hal atau situasi dan kondisi tertentu. Untuk melengkapi
suatu penyelidikan ilmiah. Untuk memperoleh data agar dapat memengaruhi situasi atau orang
tertentu.
4. Kelebihan Wawancara
- Mampu menggali informasi lebih pas dan mendalam, sehingga hasil data lebih berkualitas.
- Peneliti mampu mengembangkan pertanyaan sesuai dengan situasi terbaru.
- Tidak pernah memiliki batas pada tingkatan pendidikan tertentu, asal responden dapat berbicara
dengan baik.
- Instrumen terbaik untuk mendapatkan data pribadi.
- Peneliti dapat hal-hal khusus yang sering luput dari perhatian peneliti.
Kekurangan Wawancara
- Membutuhkan banyak waktu dan tenaga baik dari peneliti maupun responden.
- Keberhasilan proses wawancara disesuaikan dari kepandaian wawancara atau peneliti dalam
menggali informasi dari narasumber.
- Interpretasi peneliti dapat dipengaruhi oleh responden, hingga menjadi tidak objektif.
- Ketika wawancara dilakukan, responden harus mampu berbicara dengan jelas dan benar.
- Kecukupan data disesuaikan pada kesediaan responden untuk menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh pewawancara.
- Untuk objek yang luas komen dibutuhkan pewawancara yang cukup banyak.
TEKNIK DAFTAR CEK
1. Daftar cek (checklist) adalah suatu alat atau daftar yang dirancang untuk mencatat dan
memastikan bahwa serangkaian tugas, item, atau kriteria tertentu telah dipenuhi atau
diselesaikan. Daftar cek digunakan untuk membantu memastikan keakuratan, keberlanjutan,
atau kepatuhan terhadap standar atau prosedur tertentu dalam berbagai konteks, seperti
pekerjaan, pengawasan, atau penelitian.
- Membantu Mengingat : Manfaat utama dari penggunaan checklist adalah untuk membantu
mengingatkan Auditor mengenai pertanyaan apa saja yang akan disampaikan kepada
Auditee.
- Menjamin Mencakup Keseluruhan Point yang Dikendalikan : Dibutuhkan ketelitian dan
kehati-hatian dari Auditor pada saat penyusunan checklist sehingga checklist yang dibuat
sempurna dan mencakup seluruh persyaratan yang terkait dengan Auditee.
- Meyakinkan bahwa interaksi antara proses dicakup : Dalam suatu proses pasti akan
melibatkan beberapa departemen dalam organisasi. Sebagai contoh dalam proses
pengadaan barang dan jasa, dapat melibatkan beberapa departemen, yaitu: bagian terkait
yang mengajukan, bagian purchasing, bagian finance, direksi, sampai bagian gudang
(penerimaan barang). Dengan adanya checklist dapat memberikan gambaran bagi Auditor
mengenai beberapa interaksi antar proses tersebut, untuk itu Auditor harus mempelajari
prosedur bagian yang akan diaudit dan mencatat poin-poin dimana terdapat proses yang
melibatkan dengan bagian lain.
- Menjamin kedalaman dan kontinuitas audit :Manfaat lain dari penggunaan checklist
adalah agar pemeriksaan menjadi lebih dalam, tidak sekadar ada/ tidak ada, ya/ tidak,
sudah/ belum. Dalam checklist Auditor dapat menuliskan pertanyaan yang lebih rinci
terhadap suatu persyaratan yang akan diperiksa
- Menolong dalam pengelolaan waktu : Waktu audit adalah terbatas, umumnya dalam satu
bagian/ departemen waktu audit maksimal adalah 2 jam, ini karena jika sudah lebih dari 2
jam biasanya Auditee sudah lelah, sehingga jika lewat dari 2 jam audit sudah tidak efektif
dilakukan.
- Pengaturan pengambilan catatan : Checklist dapat membantu Auditor untuk mencatat hasil
pengamatan selama proses audit, baik catatan ketidaksesuaian, kesesuaian, dan observasi
dapat dicatat dalam checklist. Dengan checklist catatan Auditor menjadi lebih rapi dan
terstrukur. Catatan – catatan dalam cheklist dapat menjadi dasar organisasi untuk
melakukan perbaikan ketika proses audit yang berikutnya.
- Bagian dari laporan audit : Checklist dapat dijadikan sebagai bukti kepada Auditor
Eksternal bahwa Audit Internal telah dilaksanakan, untuk itu checklist sangat penting
digunakan sebagai pelengkap dari laporan audit internal.