b. Evaluasi
Secara umum istilah evaluasi dapat disamakan dengan penaksiran,
pemberian angka dan penilaian, kata-kata yang menyatakan usaha
untuk menganalisis hasil kebijakan dalam arti satuan nilainya. Dalam
arti yang lebih spesifik, evaluasi berkenaan dengan produksi informasi
mengenai nilai atau manfaat hasil kebijakan. Dunn (2003)
mengungkapkan tentang sifat-sifat yang ada dalam pelaksanaan
evaluasi. Sifat-sifat tersebut yaitu meliputi:
1. Fokus nilai. Evaluasi berbeda dengan pemantauan, dipusatkan
pada penilaian menyangkut keperluan atau nilai dari sesuatu
kebijakan dan program. Evaluasi terutama merupakan usaha
untuk menentukan manfaat atau kegunaan sosial kebijakan atau
program, dan bukan sekedar usaha untuk mengumpulkan
informasi mengenai hasil aksi kebijakan yang terantisipasi
dan
tidak terantisipasi. Karena ketepatan tujuan dan sasaran
kebijakan dapat selalu dipertanyakan, evaluasi mencakup
prosedur untuk mengevaluasi tujuan-tujuan dan sasaran itu
sendiri.
2. Independensi fakta-fakta. Tuntutan evaluasi tergantung baik
“fakta” maupun “nilai”. Untuk menyatakan bahwa kebijakan
kebijakan atau program tertentu telah mencapai tingkat kinerja
yang tertinggi (atau rendah) diperlukan tidak hanya bahwa hasil-
hasil kebijakan berharga bagi sejumlah individu, kelompok atau
seluruh masyarakat. Untuk menyatakan demikian, harus
didukung oleh bukti bahwa hasil-hasil kebijakan secara actual
merupakan konsekuensi dari aksi-aksi yang dilakukan untuk
memecahkan masalah tertentu. Oleh karena itu, pemantauan
merupakan prasyarat bagi evaluasi.
3. Orientasi masa kini dan masa lampau. Tuntutan evaluasi,
berbeda dengan tuntutan advokatif, diarahkan pada hasil
sekarang dan masa lalu, ketimbang hasil di masa depan.
Evaluasi bersifat retrospektif dan setelah aksi-aksi dilakukan (ex
post). Rekomendasi yang juga mencakup premis-premis nilai,
bersifat prospektif dan sebelum aksi-aksi dilakukan (ex ante).
4. Dualitas nilai. Nilai-nilai yang mendasari tuntutan evaluasi
mempunyai kualitas ganda, evaluasi sama dengan rekomendasi
sejauh berkenaan dengan nilai yang ada (misalnya, kesehatan)
dapat dianggap sebagai intrinsic (diperlukan bagi dirinya) atau
pun ekstrinsik (diperlukan karena hal itu mempengaruhi
pencapaian tujuan-tujuan lain). Nilai-nilai sering ditata di dalam
suatu hierarki yang merefleksikan kepentingan relative dan
saling ketergantungan antar tujuan dan sasaran.
Selanjutnya tentang bagaimana teknik-teknik yang dapat dilakukan dalam evaluasi,
Elfindri (2010) berpendapat bahwa terdapat dua jenis teknik , yaitu:
1. Kualitatif, esensinya adalah pada cara evaluasi kuantitatif sering digunakan untuk
menemukan proses dan fenomena yang kita pelajari. Hasil evaluasi lebih banyak
digunakan untuk mendalami seluk beluk proses, sebab dan konsekuensi yang dihasilkan.
Melalui untaian kata dan deskripsi yang memberikan makna.
2. Kuantitatif. Teknik kuantitatif mencoba menemukan besaran kuantitatif dari hubungan-
hubungan relasional dari fenomena yang dipelajari. Dimulai dengan membangun model,
kemudian model tersebut mampu memberikan gambaran apakah pertanyaan penelitian
telah mampu diungkap dengan metode yang digunakan.
Berikut ini daftar struktur organisasi perpustakaan serta fungsi tugasnya dalam perpustakaan.
Dalam rangka mencapai hasil yang optimal diperlukan sinergitas dari semua pihak yang
mempunyai peran, tugas, dan fungsi masing-masing.
GURU KepalaPerpustakaan
Garis Koordinasi
Garis Komando
2. Program Monitoring dan Evaluasi (Monev) Perpustakaan
Desa di Kabupaten Blora
Program monitoring evaluasi terhadap keberjalanan
perpustakaan SMK Teknologi Plus Padang sepanjang tahunnya.
Dilakukan secara beriringan dengan keberjalanan program
monitoring evaluasi terhadap perpustakaan-perpustakaan
sekolah. Terhitung dalam satu tahun, program monitoring
evaluasi berjalan selama enam bulan, dengan ketentuan jadwal
yang harus bergantian setiap bulannya.
Awal mula dari diadakannya kegiatan monitoring
perpustakaan, yaitu bertujuan untuk mengidentifikasi dan
melakukan pendataan tentang perpustakaan-perpustakaan yang
ada di sekolah. Setelah diperoleh data mengenai perpustakaan
yang ada di sekolah selaku pihak yang berwenang melakukan
pembinaan, menjalankan tugasnya dalam membina perpustakaan
tersebut.
Pembinaan yang dilakukan dapat berupa penyelenggaraan
kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) terhadap pengelola
perpustakaan yang ada di sekolah. Kemudian sebagai tindak
lanjut dari kegiatan pembinaan perpustakaan, dilaksanakan
monitoring terhadap perpustakaan-perpustakaan yang menjadi
perpustakaan binaan. Bertujuan untuk memantau keberjalan dari
perpustakaan binaan yang ada di sekolah . Terakhir, untuk
mengetahui bagaimana perkembangan dari program yang telah
berjalan maka dilakukanlah suatu tindakan evaluasi.
b. Proses Pelaksanaan
Dalam proses pelaksanaan kegiatan monitoring evaluasi
perpustakaan yang ada di SMK Teknologi Plus, sesuai dengan
namanya, program tersebut terdiri dari dua hal utama, yaitu
proses monitoring dan proses evaluasi.