Anda di halaman 1dari 14

RINGKASAN MATERI KULIAH

TUJUAN, BUKTI, DAN KERTAS KERJA AUDIT


Mata Kuliah: Auditing 1
Dosen Pengampu: Putu Budi Anggiriawan SE, M.Si, CPA

Oleh:
Kelompok 5
Ni Putu Vina Adi Friyantidewi (202133121169)
Ni Kadek Anggi Astela (202133122002)
Luh Putu Novi Damayanti (202133122037)

UNIVERSITAS WARMADEWA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
2023
BAB IV
TUJUAN, BUKTI, DAN KERTAS KERJA AUDIT

1. TUJUAN AUDIT
A. Tujuan Umum
Pada dasarnya tujuan umum audit adalah untuk menyatakan pendapat atas
kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil
usaha serta arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku untuk
mencapai tujuan ini, auditor perlu menghimpun bukti kompeten yang
cukup.
Untuk menghimpun bukti kompeten yang cukup, auditor perlu
mengidentifikasikan dan menyusun sejumlah tujuan audit spesifik untuk
setiap akun laporan keuangan. Dengan melihat tujuan audit spesifik
tersebut, auditor akan dapat mengidentifikasikan bukti apa yang dapat
dihimpundan bagaimana cara menghimpun bukti tersebut.
B. Tujuan Audit Spesifik dan Bukti Audit
Tujuan audit spesifik lebih diarahkan untuk pengujian terhadap pos pos
yang terdapat dalam laporan keuangan yang merupakan asersi
manajemenDalam bab sebelumnya telah disebutkan bahwa asersi
manajemen dalam laporan keuangan menjadi pedoman bagi auditor untuk
merencanakan pengumpulan bukti auditLima asersi manajemen yang
digariskan dalam standar auditing yang berlaku umum GAAS) adalah
sebagai berikut
1. Tujuan Audit untuk Keberadaan dan Keterjadian
Berkaitan dengan masalah keberadaan dan keterjadiaan biasanya
auditor akan memastikan hal-hal sebagai berikut: Validitas/pisah
batassemua transaksi tercatat benar-benar telah terjadi selama periode
akuntansi
Validitas, semua aktivakewajiban, ekuitas adalah valid dan telah
dicatat sebagaimana mestinya dalam neraca. Pada saat auditor
memeriksa siklus penjualan dan penagihania harus mengikuti tiga alur
transaksi utama, yaitu: penjualan kreditpenagihandan penyesuaian
penjualanWaktu dan perhatian yang diberikan kepada tujuan audit ini
tergantung pada kepentingan dan materialitis transaksi pada proses
bisnis inti entitas
2. Tujuan Audit Untuk Kelengkapan
Berkaitan dengan masalah kelengkapan, auditor biasanya akan
memastikan hal-hal sebagai berikut:
Kelengkapan/pisah batas, semua transaksi yang terjadi dalam periode itu
telah dicatat.
Kelengkapan, semua saldo yang tercantum dalam neraca meliputi semua
aktiva kewajibandan ekuitas sebagaimana mestinya. Dalam konteks siklus
penjualan dan penagihan, biasanya auditor akan menekankan perhatian
tentang transaksi penjualan, penerimaan kas, dan penyesuaian penjualan
serta akumulasinya pada saldo piutang usahaMasalah pisah batas
seringkali di review oleh para auditor karena transaksi-transaksi yang tidak
tercatat merupakan kesalahan pencatatan pada periode yang salah
3. Tujuan Audit Untuk Hak dan Kewajiban
Biasanya Auditor menguji kepemilikankesesuaian atas hak entitas terhadap
aktiva, serta hak kepemilikan yang jelas terhadap aktivaApabila ingin
mempertimbangkan kelangsungan usaha dan arus kas, auditor akan
mengukur risiko kemungkinan klien telah menggadaikan atau menjual
piutang
4. Tujuan Audit untuk Penilaian atau Alokasi
Berkaitan dengan masalah penilaian atau alokasibiasanya auditor akan
memastikan hal-hal sebagai berikut:
Penerapan GAAP bahwa saldo telah dinilai sebagaimana mestinya untuk
mencerminkan penerapan GAAP dalam hal penilaian kotor dan alokasi
jumlah tertentu antarperiode (seperti penyusutan dan amortisasi)
Pembukuan dan Pengikhtisaran, transaksi telah dibukukan dan
diikhtisarkan sebagaimana mestinya dalam jurnal dan buku besar. Nilai
bersih yang dapat direalisasikan saldo-saldo yang telah dinilai sebagimana
mestinya pada nilai bersih yang dapat direalisasikan.
Terdapat beberapa tujuan audit pokok atas asersi penilaian atau alokasi
dimana masing- masing mencerminkan jenis salah saji yang berbeda dan
akan memerlukan bukti audit yang berbeda pula.
5. Tujuan Audit Untuk Penyajian dan Pengungkapan
Berkaitan dengan masalah penyajian dan pengungkapan, biasanya Auditor
akan memastikan hal-hal sebagai berikut : Pengklasifikasian, Transaksi
dan saldo telah diklasifikasikan sebagaimana mestinya dalam laporan
keuangan.

Pengungkapan, Semua pengungkapan yang dipersyaratkan oleh GAAP


telah tercantum dalam laporan keuangan.
Berkaitan dengan masalah penyajian dan pengungkapan, auditor
menekankan perhatian secara khusus pada klasifikasi dan pengungkapan
yang tepat atas transaksi pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa
(related party) dalam siklus penjualan dan penagihan. Tujuan audit spesifik
dibuat sedemikian rupa agar sesuai untuk setiap klien. AU 326.09,
Evidential Matter (SAS Nos. 31,48, dan 80) menyebutkan bahwa auditor
harus mempertimbangkan keadaan dimana klien beroperasi, sifat kegiatan
ekonominya, dan praktik akuntansi yang unik untuk industry tersebut.
Sebagai contoh, tujuan spesifik tambahan akan diperlukan apabila
sebagian dari transaksi dan piutang entitas dinyatakan dalam valuta asing.
Demikian juga, jumlah tujuan spesifik untuk setiap kategori asersi akan
beragam sebagaimana ditunjukkan dalam daftar sebelumnnya.

2. BUKTI AUDIT
A. Definisi Bukti Audit
Bukti Audit adalah informasi yang digunakan oleh Auditor untuk
menentukan apakah informasi yang diaudit telah dinyatakan sesuai
dengan criteria yang ditetapkan. Informasi ini sangat bervariasi
sesuai kemampuannya dalam meyakinkan Auditor bahwa laporan
keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi
yang berlaku umumBukti Audit mencakup informasi yang sangat
persuasif, misalnya perhitungan auditor atas sekuritas yang dapat
diperjualbelikan, dan informasi yang kurang persuasif, misalnya
respons atas pertanyaan- pertanyaan dari para karyawan klien.
B. Audit Top-Down dan Audit Bottom Up
Pendekatan Auditor biasanya datang dari dua arah secara simultan.
Pada satu sisi, auditor bertolak dari pemahaman mereka atas bisnis
dan industri yang dikombinasikan dengan pemahaman atas
keunggulan kompetitif klien untuk mengembangkan harapan yang
berkenaan dengan laporan keuangan. Pada sisi lain, auditor juga
mengaudit pencatatan transaksi-transaksi individual dan kumpulan
dari transaksi-transaksi tersebut. Salah satu tantangan dalam audit
ini adalah menyeimbangkan dua pendekatan yaitu:
1). Bukti Audit Top-Down, yaitu berfokus pada upaya auditor
dalam memperoleh pemahaman tentang bisnis dan industry,
sasaran dan tujuan manajemen, bagaimana manajemen
menggunakan sumber dayanya untuk mencapai sasaran,
keunggulan kompetitif organisasi di pasaran, proses bisnis inti,
serta laba dan arus kas yang dihasilkan. Prosedur audit Top-Down
memberikan bukti tentang risiko bisnis strategis yang dihadapi
klien, bagaimana klien menanggapi risiko tersebut, dan
kelangsungan hidup entitas.
2). Bukti Audit Bottom-UP, yaitu berfokus pada pengujian secara
langsung atas transaksi, saldo akun, serta sistem yang mencatat
transaksi tersebut yang pada akhirnya menghasilkan saldo akun.
Bukti Bottom-UP meliputi beberapa bentuk penarikan sampel
transaksi, atau penarikan sampel terinci yang mendukung saldo
akun (misalnya, setiap item-item dalam persediaan atau piutang
usaha) dan mengevaluasi kewajaran penyajian dari setiap rincian
yang terakumulasi dalam laporan keuangan.
Keputusan Penting Tentang Bukti Audit
Ketika merencanakan Audit, auditor harus membuat empat
keputusan penting tentang lingkup dan pelaksanaan audit.
Keputusan tersebut meliputi:
1). Sifat Pengujian Audit
Sifat pengujian audit mengacu pada sifat dan efektivitas pengujian
audit yang akan dilaksanakan. Pertama, prosedur audit tersebut
harus dapat memberikan bukti tentang kinerja kompetitif suatu
entitas atau terkait dengan tujuan audit spesifik yang ingin dicapai
auditor. Akhirnya bukti tersebut harus relevan dengan asersi
laporan keuangan manajemen. Auditor juga harus
mempertimbangkan biaya relatif serta efektivitas prosedur dalam
kaitannya dengan tujuan audit yang spesifik. Auditor dapat
memilih melaksanakan pengujian guna memperoleh pemahaman
yang diperlukan dalam audit, melaksanakan pengujian
pengendalian, atau melaksanakan pengujian substantif. Setiap
keputusan tersebut mencerminkan pertimbangan audit yang
penting tentang sifat pengujian audit tersebut.
2). Saat Pengujian Audit
Saat mengacu pada kapan auditor akan melaksanakan pengujian
audit serta menarik kesimpulan audit. AU 313.02,Substantive Test
Prior to Balance Sheet Date (SAS 45) menyatakan bahwa
pengujian audit pada tanggal interim dapat memberikan
pertimbangan awal tentang masalah-masalah signifikan yang dapat
mempengaruhi laporan keuangan pada akhir tahun buku (sebagai
contoh, transaksi-transaksi pihak- pihak yang memiliki hubungan
istimewa) selain itu, banyak perencanaan audit yang meliputi
upaya memperoleh pemahaman tentang pengendalian internal,
mengukur risiko pengendalian, dan penerapan pengujian
substantive atas transaksi, dapat dilaksanakan sebelum tanggal
neraca.
3). Luas pengujian Audit
Luas prosedur Audit berkaitan dengan keputusan auditor tentang
berapa banyak bukti audit yang harus diperoleh. Bukti yang lebih
banyak diperlukan untuk mencapai suatu tingkat risiko deteksi
yang rendah dibandingkan dengan tingkat risiko yang tinggi
Sebagai contoh, seorang auditor dapat mengirim permintaan
konfirmasi sebanyak 50% dari akun yang ada dalam akun piutang
usaha atau hanya 10% saja dari akun-akun yang ada.
4). Penetapan Staf Audit
Auditor harus ditugaskan pada tugas-tugas yang telah ditetapkan
dan disupervisi sesuai dengan tingkat pengetahuan, keterampilan,
dan kemampuannya. Sehingga mereka dapat mengevaluasi bukti
audit yang sedang diperiksa. (AU 316.27), consideration of fraud
in a financial statement Audit SAS no 82, menyatakan bahwa
auditor dapat menanggapi risiko salah saji material yang
disebabkan oleh kecurangan dengan cara penugasan personel.
Tanggung jawab yang ditetapkan harus disesuaikan dengan
pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan personel yang
ditugaskan sesuai dengan penilaian auditor atas tingkat risiko yang
berkaitan dengan tnggung jawab tersebut. Singkatnya auditor
membuat empat pilihan penting yang berkaitan dengan bukti audit;
- apa yang akan diperoleh (sifat),
- bilamana akan memperoleh bukti (saat),
- berapa banyak bukti yang akan diperoleh (luas),
- siapa yang akan ditugaskan untuk memperoleh bukti (penetapan
staf audit).
3. PROSEDUR AUDIT
Setelah Auditor mengembangkan tujuan audit spesifik untuk saldo akun atau golongan
transaksi yang material, selanjutnya ia akan mengembangkan prosedur audit yang dapat
digunakan sebagai pedoman dalam mengumpulkan bahan bukti kompeten yang cukup.
Telah disebutkan bahwa materialitas dan risiko, factor-faktor ekonomi, serta ukuran dan
karakteristik populasi mempengaruhi pertimbangan auditor tentang kecukupan bukti
audit. Sedangkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertimbangan auditor tentang
kompetensi bukti audit adalah relevansi, sumber, ketepatan waktu, dan objektivitas.
Keputusan Bukti Audit
Keputusan utama yang dihadapi para auditor adalah menentukan jenis dan jumlah bukti
audit yang tepat untuk dikumpulkan agar dapat memberikan keyakinan yangt memadai
bahwa berbagai komponen dalam laporan keuangan serta dalam keseluruhan laporan
lainnya telah disajikan secara wajar.
Berbagai keputusan auditor dalam pengumpulan bukti audit dapat dipilah kedalam
empat sub keputusan berikut ini:
a. Prosedur-prosedur audit apakah yang akan digunakan
b. Ukuran sampel sebesar apakah yang akan dipilih untuk prosedur tertentu
c. Item-item manakah yang akan dipilih dari populasi
d. Kapankah berbagai prosedur itu akan dilakukan

4. KERTAS KERJA
Berdasarkan SAS 41, working Papers (AU 339.03), menguraikan kertas kerja
(working papers) sebagai catatan yang di simpan oleh auditor tentang prosedur
audit yang diterapkan, pengujian ayng dilaksanakan, informasi yang diperoleh,
dan kesimpulan tentang masalah yang dicapai dalam audit. Kertas kerja
memberikan :
a. Dukungan utama bagi laporan audit
b. Cara untuk melakukan koordinasi dan supervisi audit
c. Bukti bahwa audit dilaksanakan sesuai dengan GAAS

Isi Kertas Keria Audit


Kertas kerja audit meliputi semua berkas yang dibuat mulai dari perencanaan
sampai dengan konsep laporan hasil audit, antara lain terdiridari: program audit,
hasil pemahaman terhadap pengendalian intern, analisis,memorandum, surat
konfirmasi, pernyataan dari klien, ikhtisar dan salinan/copy dari dokumen yang
dikumpulkan, daftar atau komentar yang dibuat atau diperoleh auditor, draft
laporan hasil audit, dan sebagainya. Kertas kerja tidak hanya berwujud kertas,
tetapi dapat pula berupa pita magnetis, film, atau media yang lain. Kertas kerja
berupa salinan/copy dokumen auditi diberi cap "COPY SESUAI ASLINYA,
DIBERIKAN UNTUK AUDITOR" dan ditanda tangani/paraf oleh
petugas/counterpart yang ditugaskan manajemen.
Secara lebih rinci dokumen yang terdapat pada kertas kerja audit harus meliputi
aspek-aspek berikut:
a. Perencanaan
b. Pengujian dan evaluasi terhadap kecukupan dan efektivitas sistem
pengendalian internal
c. Prosedur audit yang dilakukan, informasi yang diperoleh, analisa yangdibuat
dan kesimpulan yang dicapai oleh auditor
d. Review atas KKA
e. Pelaporan hasil audit
f. Monitoring tindak lajut terhadap hasil audit

Persyaratan Kertas Kerja Audit


Kertas kerja audit memperlihatkan kecakapan teknis dan keahlian profesional
dari auditor yang menyusunnya. Seorang auditor yang kompeten dalam
melaksanakan tugasnya akan menghasilkan kertas kerja yang bermanfaat. Agar
bermanfaat, kertas kerja harus lengkap, teliti, ringkas, jelas dan rapi:
a. Kertas kerja yang lengkap :
1) Berisi semua informasi utama, dengan pengertian semua informasipenting
harus dicantumkan dalam kertas kerja
2) Tidak memerlukan penjelasan tambahan. Auditor harus mempertimbang-kan
bahwa kertas kerja akan direviu dan digunakan oleh seniornya untukpenyusunan
llaporan dan reviu hasil audit.
5.
6. b. Auditor harus memperhatikan ketelitian dalam penulisan dan perhitungan
sehingga bebas dari kesalahan.
7.
8. c. Kertas kerja harus dibatasi pada informasi pokok saja yang diperlukan dan
relevan dengan tujuan audit dan disajikan secara ringkas, tidak memuat data
yang tidak perlu.
9.
10. d. Kertas kerja harus mampu menyajikan informasi yang jelas dan sistematis,
penggunaan
11.
12. istilah yang menimbulkan arti ganda perlu dihindari.
13.
14. e. Kerapian dalam pembuatan dan keteraturan dalam penyusunan kertas kerja
diperlukan
15.
16. untuk mempermudah ketua tim dan supervisor mereviu hasil pekerjaan dan
menyusun
17.
18. laporan hasil audit
19.
20. Jenis Kertas Kerja
21.
22. Terdapat banyak jenis kertas kerja yang ada di dalam suatu audit. Jenis-jenis
tersebut meliputi (1) kertas kerja neraca saldo, (2) skedul dan analisis, (3)
memoranda audit dan dokumentasi informasi penguat, dan (4) ayat jurnal
penyesuaian dan reklasifikasi. ➤ Kertas Kerja Neraca Saldo
23.
24. Pada contoh kertas kerja neraca saldo tersedia kolom-kolom untuk saldo buku
besar tahun berjalan (sebelum penyesuaian dan reklasifikasi audit),
penyesuaian, saldo setelah penyesuaian, reklasifikasi, dan saldo akhir (telah
diaudit). Dicantumkannya saldo akhir (yang tealh diaudit) tahun sebelumnya
akan mempermudah pelaksanaan proses analitis tertentu.
25.
26. Kertas kerja neraca saldo merupakan kertas kerja yang paling penting di dalam
27.
28. audit karena : 1. Menjadi mata rantai penghubung antara akun buku besar klien
dan item-item yang
29.
30. dilaporkan dalam laporan keuangan 2. Memberikan dasar untuk pengendalian
seluruh kertas kerja individual
31.
32. 3. Megindetifikasi kertas kerja spesifik yang memuat bukit audit bagi setiap item
laporan keuangan
33.
34. Tidak adanya nomor akun untuk Kas menunjukkan bahwa item laporan
keuangan ini merupakan gabungan dari beberapa akun buku besar kasDalam
kasus seperti ini, kertas kerja awal dengan indeks A harus memuat skedul
kelompok yang menunjukkan akun buku besar apa yang telah digabungkan
untuk item atau pos laporan keuangan ini.
35. ➤ Skedul dan Analisis
36.
37. Istilah skedul kertas kerja (working paper schedule) dan analisis kertas kerja
(working paper analysis) digunakan secara bergantian untuk menggambarkan
setiap kertas kerja yang memuat bukti yang mendukung item-item dalam kertas
kerja neraca saldo. Dalam paragraf sebelumnya telah disebutkan bahwa apabila
beberapa akun buku besar digabung untuk tujuan pelaporan, maka harus
disusun sebuah skedul kelompok (group schedule) atau sering juga disebut
sebagai skedul utama (lead schedule)Selain
38.
39. menunjukkan akun masing-masing buku besar yang adat dalam kelompok
tersebut, skedul utama juga mengindentifikasi skedul atau analisis kertas kerja
individu yang memuat bukti audit yang diperoleh untuk masing-masing akun
dalam kelompok tersebut.
40.
41. Setiap skedul atau analisis seringkali menunjukkan komposisi saldo akun pada
tanggal neraca (atau pada tanggal lain menurut kepentingan audit) seperti yang
terdapat pada kertas kerja A-1 pada contoh kertas kerja kas terintegrasi. Contoh
lain berupa sebuah daftar saldo pelanggan yang terdiri dari saldo akun
pengendali piutang usaha serta sebuah daftar investasi yang terdiri dari saldo
akun sekuritas yang dapat diperdagangkan. ➤ Memoranda Audit dan Informasi
Penguat
42.
43. Memoranda audit (audit memoranda) merujuk pada data tertulis yang disusun
oleh auditor dalam bentuk naratif. Memoranda meliputi komentar-komentar
atas pelaksanaan prosedur-prosedur audit yang meliputi (1) lingkup pekerjaan,
(2) temuan- temuan, dan (3) kesimpulan audit. Sebagai contoh, auditor dapat
menulis sebuah memo yang berisikan ikhtisar dari lingkup konfirmasi, tanggapan
konfirmasi, temuan-temuan, dan kesimpulan audit berdasarkan bukti-bukti yang
diperoleh.
44.
45. Selain itu, auditor juga dapat menyusun
46.
47. memoranda mendokumentasikan informasi penguat sebagai berikut:
48.
49. Salinan risalah rapat dewan direksi
50.
51. Reprensentasi tertulis dari manajemen dan para pakar yang berasal dari luar
52.
53. organisasi
54.
55. Salinan kontrak-kontrak penting
56.
57. Ayat Jurnal Penyesuaian dan Ayat Jurnal Reklasifikasi
58.
59. Ayat jurnal penyesuaian (adjusting entries) merupakan koreksi atas kesalah klien
sebagai akibat pengabaian atau salah penerapan GAAP. Oleh karena itu, pada
akhirnya ayat jurnal penyesuaian secara sendiri-sendiri atau bersama-sama akan
dianggap material, dengan harapan akan dicatat oleh klien sehingga saldo buku
besar dapat disesuaikan. Sebaliknya, ayat jurnal reklasifikasi berkaitan dengan
penyajian.
60. laporan keuangan yang benar dengan saldo akun yang sesuai. Pada dasarnya
ayat jurnal reklasifikasi hampir sama dengan ayat jurnal penyesuaian, namun
pengaruh material pada ayat jurnal reklasifikasi masih harus dibuat terlebih
dahulu.
61.
62. Ikhtisar ayat jurnal penyesuaian dan ayat jurnal reklasifikasi pada awalnya
dirancang sebagai "ayat jurnal yang diusulkan", karena pertimbangan akhir yang
harus dibuat auditor atas ayat jurnal tersebut mungkin tidak akan terjadi sampai
audit tersebut berakhir. Pada akhirnya susunan setiap ayat jurnal yang diusulkan
tersebut harus dicatat dalam kertas kerja. Namun, apabila klien menolak untuk
membuat ayat jurnal penyesuaian dan ayat jrunal reklasifikasi yang dianggap
penting oleh auditor, maka auditor akan melakukan modifikasi seperlunya atas
laporan auditor.
63.
64. Menyusun kertas Kerja Teknik-teknik dasar yang harus diperhatikan untuk
menyusun kertas kerja yang baik adalah sebagai berikut ini :
65.
66. 1. Judul (heading). Setiap kertas kerja harus memuat nama klien, judul deskriptif
yang dapat mengidentifikasi isi dari kertas kerja tersebut, seperti "Rekonsilisasi
Bank-City
67.
68. Nasional Bank", serta tanggal neraca atau periode yang menjadi ruang lingkup
audit.
69.
70. 2. Nomor Indeks (index number)Setiap kertas kerja diberi nomor indeks atau
nomor referensi untuk tujuan identifikasi atau pengarsipan, seperti A-1, B-1, dan
seterusnya.
71.
72. 3. Referensi silang (cross-referencing)Data dalam kertas kerja yang diambil dari
kertas
73.
74. kerja lainnya atau yang digunakan dalam kertas kerja lain harus diberi referensi
silang. 4. Tanda koreksi (tick marks)Tanda koreksi berupa simbol-simbol seperti
tanda pengecekan () yang digunakan dalam kertas kerja, menunjukkan dalam
auditor telah melaksanakan sejumlah prosedur pada item-item dimana tanda
pengecekan tersebut diberikan, atau dapat juga berarti bahwa informasi
tambahan tentang item tersebut dapat diperoleh pada bagian lain dalam kertas
kerja tersebut.
75.
76. 5. Tanda tangan dan tanggal (signature and dates). Setelah menyelesaikan
masing-masing tugasnya, penyusun maupun pe-review kertas kerja tersebut
harus membubuhkan paraf dan tanggal pada kertas kerja tersebut. Hal ini
diperlukan untuk menetapkan tanggung jawab atas pekerjaan dan review yang
dilaksanakan.
77. Me-review Kertas Kerja
78.
79. Terdapat beberapa tingkatan dalam melakukan review kertas kerja dalam suatu
kantor CPA. Review tingkat pertama dilakukan oleh supervisor dari penyusun,
seperti atasan atau manajernya. Review dilakukan apabila pekerjaan pada
segmen tertentu dalam suatu audit telah diselesaikan. Pihak yang melakukan
review terutama menekankan perhatian pada lingkup pekerjaan yang dilakukan,
bukti dan temuan yang diperoleh, serta kesimpulan yang tela dicapai oleh
penyusun. Review lainnya dilakukan atas kertas kerja apabila pekerjaan lapangan
telah diselesaikan semuanya.
80.
81. Pengarsipan Kertas Kerja
82.
83. Pada umumnya kertas kerja diarsipkan menurut dua kategori sebagai berikut; (1)
file
84.
85. permanen dan (2) file tahun berjalan. File permanen (permanent file) memuat
data yang diharapkan tetap bermanfaat bagi auditor dalam banyak perikatan
dengan klien di masa mendatang. Sebaliknya, file tahun berjalan (current file)
memuat informasi penguat yang
86.
87. berkenaan dengan pelaksanaan program audit tahun berjalan saja. Pada
umumnya item-item yang dijumpai dalam berkas permanen ialah :
88.
89. Salinan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga klien
90.
91. Bagan akun dan manual atau pedoman prosedur Struktur organisasi
92.
93. Tata letak pabrik, proses produksi, dan produk-produk utama Ketentuan-
ketentuan dalam modal saham dan penerbitan obligasi
94.
95. Salinan kontrak jangka panjang, seperti sewa guna usaha, rencana pensiun,
perjanjian
96.
97. pembagian laba dan bonus
98.
99. Skedul amortisasi kewajiban jangka panjang serta penyusutan aktiva pabrik
100.
101. Ikhtisar prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan oleh klien
102.
103. Kepemilikan dan Penyimpanan Kertas kerja
104.
105. Kertas kerja menjadi milik kantor akuntan, bukan milik klien atau pribadi
auditor. Namun hak kepemilikikan oleh kantor akuntan tersebut masih tunduk
pada pembatasan- pembatasan yang diatur dalam kode etik profesi auditor itu
sendiri. Peraturan 301, code of professional conduct dari AICPA menentukan
bahwa seorang CPA dilarang untuk mengungkapkan setiap informasi rahasia
yang diperoleh selama pelaksanaan penugasan profesional tanpa seizin klien,
kecuali untuk kondisi tertentu sebagaimana ditetapkan dalam peraturan.
106.
107. Penyimpanan kertas kerja terletak pada tangan auditor, dimana ia
bertanggung jawab untuk menyimpannya dengan aman. Kertas kerja yang
tergolong sebagai file permanen akan disimpan untuk waktu yang tak terbatas.
Sedangkan kertas kerja yang tergolong sebagai file tahun berjalan akan disimpan
selama file tersebut dibuuhkan oleh auditor untuk melayani klien atau
diperlukan untuk memenuhi persyaratan hukum sebagai retensi catatan.
Ketentuan mengenai batasan waktu penyimpanan jarang yang melampui waktu
enam bulan.
108.
109. Hal-hal yang membuat auditor dapat memberikan informasi tentang
klien kepada pihak
110.
111. lain adalah :
112.
113. a. Jika klien tersebut menginginkannya,.
114.
115. b. Jika misalnya praktek kantor akuntan dijual kepada akuntan publik
lain, jika kertas kerjanya diserahkan kepada pembeli harus atas seijin klien.
116.
117. c. Dalam perkara pengadilan (dalam perkara pidana).
118.
119. d. Dalam program pengendalian mutu, profesi akuntan publik dapat
menetapkan keharusan untuk mengadakan peer review di antara sesama
akuntan publik. Untuk me- review kepatuhan auditor terhadap standar auditing
yang berlaku, dalam peer review informasi yang tercantum dalam kertas kerja
diungkapkan kepada pihak lain (kantor akuntan public lain) tanpa memerlukan
izin dari klien yang bersangkutan dengan kertas kerja tersebut.
Arens. Alvin A, Elder. Randal j. Auditing dan jasa assurance. 2006. Erlangga,Jakarta

Anda mungkin juga menyukai