Anda di halaman 1dari 4

Nama: Ni Kadek Anggi Astela

NPM: 202133122002

UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL


PENGANTAR MANAJEMEN STRATEGIK
1. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan untuk memutuskan strategi penurunan harga
antara lain
1) Biaya produksi, termasuk biaya bahan baku, tenaga kerja, dan biaya tambahan
lainnya.
2) Permintaan pasar, yaitu seberapa besar permintaan konsumen terhadap produk
tersebut.
3) Tingkat persaingan, yaitu seberapa banyak pesaing yang menjual produk serupa
dan menawarkan harga yang bersaing.
4) Tingkat inovasi produk, yaitu seberapa unik dan berbeda produk tersebut
dibandingkan dengan produk serupa yang ada di pasaran.
5) Target pasar, yaitu siapa konsumen yang menjadi target penjualan produk
tersebut.
6) Tujuan pendapatan dan laba, yaitu seberapa besar keuntungan yang ingin
dicapai oleh perusahaan.
7) Regulasi pemerintah, yaitu peraturan dan kebijakan yang diberlakukan oleh
pemerintah terkait penetapan harga produk.
Dalam memutuskan strategi penurunan harga, perusahaan perlu mempertimbangkan
faktor-faktor di atas agar dapat menetapkan harga yang tepat dan sesuai dengan kondisi
pasar.
2. Perusahaan baru dan perusahaan kecil menghadapi perusahaan dominan dalam pasar
dapat menggunakan beberapa strategi berikut:
1) Strategi Penurunan Harga: Jika pasar amat besar dan masih tumbuh serta disaat
yang sama, perusahaan baru memiliki biaya rata-rata yang rendah, maka strategi
penurunan harga dapat digunakan untuk menghadapi perusahaan dominan.
2) Strategi Bersaing: Perusahaan baru dan perusahaan kecil dapat bersaing dengan
perusahaan dominan dengan mengoptimalkan produk atau layanan yang
ditawarkan, seperti kualitas produk, pelayanan klien, dan pemasaran.
3) Strategi Pemasaran Target: Perusahaan baru dan perusahaan kecil dapat
menargetkan pelanggan yang lebih spesifik dan segmen pasar yang belum
dijelajahi oleh perusahaan dominan. Hal ini akan membantu mereka
menghadapi persaingan yang ketat dengan perusahaan dominan.
4) Strategi Aliansi: Perusahaan baru dan perusahaan kecil dapat membentuk
aliansi dengan perusahaan lain untuk menggabungkan sumber daya dan
menciptakan synergi yang lebih besar dalam menghadapi perusahaan dominan.
5) Strategi Inovasi: Perusahaan baru dan perusahaan kecil dapat berkembangkan
produk atau layanan inovatif yang menggunakan teknologi canggih dan inovatif
untuk menghadapi persaingan yang ketat dengan perusahaan dominan.
6) Strategi Pengembangan Sumber Manusia: Perusahaan baru dan perusahaan
kecil dapat menginvestasikan pada pengembangan sumber manusia, seperti
keterampilan dan pengetahuan kualitas, untuk menghadapi tantangan yang
disebabkan oleh perusahaan dominan.
Dalam menerapkan strategi-strategi ini, perusahaan baru dan perusahaan kecil
harus mempertimbangkan faktor-faktor lokal dan global, seperti perkembangan pasar,
persaingan harga, dan perubahan market. Selain itu, perusahaan-perusahaan ini harus
memiliki keahlian dan kapasitas manajemen yang cukup untuk menerapkan strategi-
strategi ini secara efektif dan efisien.
3. Dalam penyusunan strategi perusahaan, terdapat beberapa pantangan atau hambatan
yang perlu dihindari agar proses tersebut dapat berjalan dengan efektif. Berikut adalah
beberapa pantangan perencanaan strategi:
1) Kurangnya Keterlibatan Pemangku Kepentingan (Stakeholders): Keterlibatan
pemangku kepentingan, seperti pemimpin perusahaan, karyawan, dan pelanggan,
sangat penting dalam merumuskan strategi. Jika pihak-pihak ini tidak terlibat,
strategi yang disusun mungkin tidak mencerminkan kebutuhan dan harapan mereka.
2) Kurangnya Informasi dan Analisis: Strategi yang baik memerlukan informasi yang
akurat dan analisis yang mendalam terkait lingkungan bisnis, pesaing, dan
kekuatan-kelemahan internal perusahaan. Kurangnya data atau analisis yang tidak
memadai dapat mengarah pada keputusan strategis yang kurang tepat.
3) Ketidakmampuan Mengelola Perubahan: Implementasi strategi sering kali
memerlukan perubahan dalam organisasi. Ketidakmampuan mengelola perubahan
dengan baik dapat menyebabkan resistensi internal dan kesulitan dalam
menerapkan strategi yang telah dirumuskan.
4) Ketidakjelasan Visi dan Misi Perusahaan: Strategi yang baik harus sesuai dengan
visi dan misi perusahaan. Jika visi dan misi tidak jelas atau tidak didefinisikan
dengan baik, perencanaan strategi dapat menjadi tidak fokus dan tidak konsisten.
5) Pendekatan Top-Down yang Terlalu Kuat: Strategi yang dikembangkan secara
eksklusif dari atas ke bawah tanpa memperhatikan masukan dari tingkat bawah
dapat menghasilkan rencana yang tidak mempertimbangkan kondisi operasional di
tingkat yang lebih rendah.
6) Ketidakmampuan Mengukur Kinerja: Penting untuk dapat mengukur kinerja
implementasi strategi. Tanpa sistem pengukuran kinerja yang efektif, sulit untuk
mengetahui sejauh mana strategi telah berhasil atau jika perlu dilakukan
penyesuaian.
7) Kurangnya Fleksibilitas: Lingkungan bisnis dapat berubah dengan cepat. Strategi
yang terlalu kaku dan tidak fleksibel mungkin tidak dapat menanggapi perubahan
pasar atau situasi yang tidak terduga.
8) Kurangnya Komunikasi: Komunikasi yang buruk atau tidak memadai dapat
mengakibatkan ketidakjelasan dalam hal strategi di seluruh organisasi. Hal ini dapat
menghambat kesuksesan implementasi strategi.
4. Untuk mencapai kemakmuran jangka panjang, para perencana strategis umumnya
menetapkan tujuan jangka panjang dalam 7 bidang yaitu:
1) Profitabilitas
Kemampuan dari suatu perusahaan untuk beroperasi dalam jangka panjang
bergantung pada tingkat laba yang memadai. Perusahaan yang dikelola secara
strategis pada umumnya memiliki tujuan laba, yang dinyatakan dalam bentuk laba
persaham.
2) Produktivitas
Para manager strategis secara terus mencoba meningkatkan produktivitas sistem
mereka. Perusahaan yang dapat memperbaiki hubungan input-output pada
umumnya dapat meningkatkan profitabilitas.
3) Posisi Kompetitif
Salah satu ukuran keberhasilan perusahaan adalah salah satu dominasi relatifnya di
pasar. Perusahaan-perusahaan yang lebih besar pada umumnya menetapkan tujuan
dalam hal posisi kompetitif, sering kali menggunakan penjualan total atau pangsa
pasar sebagai ukuran posisi kompetitifnya.
4) Pengembangan sumber daya manusia
Dalam lingkungan bisnis semakin meluas kesadaran bahwa sumber daya manusia
merupakan unsure dan aset perusahaan yang paling penting. Artinya semakin
disadari bahwa manusia tidak boleh diperlakukan sebagai salah satu alat produksi
semata yang posisi dan statusnya disamakan dengan alat-alat produksi lain.
5) Pemeliharaan hubungan industry
Dalam sasaran jangka panjang, para pengambil keputusan stratejik biasanya
mencantumkan pentingnya pemeliharaan hubungan industrial yang serasi antara
manajemen dengan para pekerja yang pada analisis terakhir sesungguhnya sama-
sama berkepentingan dalam keberhasilan perusahaan meraih keuntungan dan
mewujudkan pertumbuhan.
6) Keunggulan Teknologi
Sebuah kenyataan yang tidak bisa disangkal bahwa untuk peningkatan efisiensi,
efektivitas dan produktivitas kerja suatu perusahaan tidak punya pilihan lain kecuali
memanfaatkan berbagai kemajuan dan terobosan yang terjadi dibidang teknologi.
Dalam strategi jangka panjang, para perumus strategi perusahaan biasanya
menyatakan apakah perusahaan ingin memperoleh dan mempertahaankan
keunggulan teknologikal dengan implikasinya ataukah puas sekedar pengikut
dalam pemanfaatan berbagai kemajuan dan terobosan teknologikal yang dilakukan
oleh puhak lain.
7) Tanggung Jawab social
Para manajer memahami tanggung jawab mereka terhadap pelanggan dan
masyarakat secara umum. Bahkan banyak perusahaan mencoba untuk memenuhi
tanggung jawab sosialnya melampaui persyaratan pemerintah. Perusahaan-
perusahaan tersebut bukan hanya bekerja untuk mengembangkan reputasi sebagai
produsen dari produk dan jasa dengan harga yang layak, melainkan menjadi warga
negara yang bertanggung jawab.
5. Pantangan yang dihadapi oleh individu yang bertanggung jawab sebagai perencana
strategis, berikut adalah beberapa aspek yang mungkin dihadapi:
1) Ketidakpastian Lingkungan Bisnis: Perencana strategis seringkali harus beroperasi
di lingkungan bisnis yang dinamis dan tidak pasti. Ketidakpastian ini dapat
membuat sulit untuk merumuskan strategi yang tepat.
2) Tekanan untuk Hasil Cepat: Perencana strategis mungkin menghadapi tekanan
untuk memberikan hasil segera. Hal ini bisa menjadi hambatan karena perencanaan
strategis memerlukan waktu dan upaya yang cukup untuk dikembangkan dengan
baik.
3) Tuntutan dari Pemangku Kepentingan yang Beragam: Pemangku kepentingan
seperti pemilik, dewan direksi, dan karyawan mungkin memiliki tujuan dan
kepentingan yang berbeda. Menyelaraskan semua kepentingan ini dalam
perencanaan strategis bisa menjadi tugas yang kompleks.
4) Ketidakpastian Teknologi: Perubahan cepat dalam teknologi dapat menciptakan
ketidakpastian dalam perencanaan strategis. Kesulitan dalam memprediksi
perkembangan teknologi mungkin membuat strategi menjadi kurang relevan.
5) Keterbatasan Sumber Daya: Keterbatasan anggaran, tenaga kerja, atau sumber daya
lainnya dapat menjadi hambatan bagi perencana strategis untuk
mengimplementasikan strategi dengan optimal.
6) Kendala Budaya Organisasi: Budaya organisasi yang tidak mendukung perubahan
atau inovasi dapat menjadi hambatan serius. Perencana strategis perlu menavigasi
dan memanfaatkan budaya organisasi dengan bijak.
7) Ketidakmampuan untuk Melibatkan Tim Secara Efektif: Jika perencana strategis
tidak dapat melibatkan tim dan pemangku kepentingan secara efektif, hal ini dapat
menghambat pemahaman yang holistik dan adopsi strategi.
8) Kurangnya Keterlibatan Pemimpin Tertinggi: Tanpa dukungan dan keterlibatan
langsung dari pemimpin tertinggi, perencana strategis mungkin mengalami
kesulitan dalam mendapatkan dukungan dan sumber daya yang diperlukan.
9) Ketidakmampuan Mengelola Resiko: Perencana strategis harus mampu
mengidentifikasi dan mengelola resiko dengan baik. Ketidakmampuan dalam
mengelola resiko dapat mengakibatkan implementasi strategi yang tidak sukses.
10) Kurangnya Keterampilan dan Pengetahuan: Perencana strategis perlu memiliki
keterampilan dan pengetahuan yang cukup dalam analisis bisnis, manajemen
proyek, dan pemahaman mendalam tentang industri perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai