PENGANTAR MANAJEMEN STRATEGIK 1. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan untuk memutuskan strategi penurunan harga antara lain 1) Biaya produksi, termasuk biaya bahan baku, tenaga kerja, dan biaya tambahan lainnya. 2) Permintaan pasar, yaitu seberapa besar permintaan konsumen terhadap produk tersebut. 3) Tingkat persaingan, yaitu seberapa banyak pesaing yang menjual produk serupa dan menawarkan harga yang bersaing. 4) Tingkat inovasi produk, yaitu seberapa unik dan berbeda produk tersebut dibandingkan dengan produk serupa yang ada di pasaran. 5) Target pasar, yaitu siapa konsumen yang menjadi target penjualan produk tersebut. 6) Tujuan pendapatan dan laba, yaitu seberapa besar keuntungan yang ingin dicapai oleh perusahaan. 7) Regulasi pemerintah, yaitu peraturan dan kebijakan yang diberlakukan oleh pemerintah terkait penetapan harga produk. Dalam memutuskan strategi penurunan harga, perusahaan perlu mempertimbangkan faktor-faktor di atas agar dapat menetapkan harga yang tepat dan sesuai dengan kondisi pasar. 2. Perusahaan baru dan perusahaan kecil menghadapi perusahaan dominan dalam pasar dapat menggunakan beberapa strategi berikut: 1) Strategi Penurunan Harga: Jika pasar amat besar dan masih tumbuh serta disaat yang sama, perusahaan baru memiliki biaya rata-rata yang rendah, maka strategi penurunan harga dapat digunakan untuk menghadapi perusahaan dominan. 2) Strategi Bersaing: Perusahaan baru dan perusahaan kecil dapat bersaing dengan perusahaan dominan dengan mengoptimalkan produk atau layanan yang ditawarkan, seperti kualitas produk, pelayanan klien, dan pemasaran. 3) Strategi Pemasaran Target: Perusahaan baru dan perusahaan kecil dapat menargetkan pelanggan yang lebih spesifik dan segmen pasar yang belum dijelajahi oleh perusahaan dominan. Hal ini akan membantu mereka menghadapi persaingan yang ketat dengan perusahaan dominan. 4) Strategi Aliansi: Perusahaan baru dan perusahaan kecil dapat membentuk aliansi dengan perusahaan lain untuk menggabungkan sumber daya dan menciptakan synergi yang lebih besar dalam menghadapi perusahaan dominan. 5) Strategi Inovasi: Perusahaan baru dan perusahaan kecil dapat berkembangkan produk atau layanan inovatif yang menggunakan teknologi canggih dan inovatif untuk menghadapi persaingan yang ketat dengan perusahaan dominan. 6) Strategi Pengembangan Sumber Manusia: Perusahaan baru dan perusahaan kecil dapat menginvestasikan pada pengembangan sumber manusia, seperti keterampilan dan pengetahuan kualitas, untuk menghadapi tantangan yang disebabkan oleh perusahaan dominan. Dalam menerapkan strategi-strategi ini, perusahaan baru dan perusahaan kecil harus mempertimbangkan faktor-faktor lokal dan global, seperti perkembangan pasar, persaingan harga, dan perubahan market. Selain itu, perusahaan-perusahaan ini harus memiliki keahlian dan kapasitas manajemen yang cukup untuk menerapkan strategi- strategi ini secara efektif dan efisien. 3. Dalam penyusunan strategi perusahaan, terdapat beberapa pantangan atau hambatan yang perlu dihindari agar proses tersebut dapat berjalan dengan efektif. Berikut adalah beberapa pantangan perencanaan strategi: 1) Kurangnya Keterlibatan Pemangku Kepentingan (Stakeholders): Keterlibatan pemangku kepentingan, seperti pemimpin perusahaan, karyawan, dan pelanggan, sangat penting dalam merumuskan strategi. Jika pihak-pihak ini tidak terlibat, strategi yang disusun mungkin tidak mencerminkan kebutuhan dan harapan mereka. 2) Kurangnya Informasi dan Analisis: Strategi yang baik memerlukan informasi yang akurat dan analisis yang mendalam terkait lingkungan bisnis, pesaing, dan kekuatan-kelemahan internal perusahaan. Kurangnya data atau analisis yang tidak memadai dapat mengarah pada keputusan strategis yang kurang tepat. 3) Ketidakmampuan Mengelola Perubahan: Implementasi strategi sering kali memerlukan perubahan dalam organisasi. Ketidakmampuan mengelola perubahan dengan baik dapat menyebabkan resistensi internal dan kesulitan dalam menerapkan strategi yang telah dirumuskan. 4) Ketidakjelasan Visi dan Misi Perusahaan: Strategi yang baik harus sesuai dengan visi dan misi perusahaan. Jika visi dan misi tidak jelas atau tidak didefinisikan dengan baik, perencanaan strategi dapat menjadi tidak fokus dan tidak konsisten. 5) Pendekatan Top-Down yang Terlalu Kuat: Strategi yang dikembangkan secara eksklusif dari atas ke bawah tanpa memperhatikan masukan dari tingkat bawah dapat menghasilkan rencana yang tidak mempertimbangkan kondisi operasional di tingkat yang lebih rendah. 6) Ketidakmampuan Mengukur Kinerja: Penting untuk dapat mengukur kinerja implementasi strategi. Tanpa sistem pengukuran kinerja yang efektif, sulit untuk mengetahui sejauh mana strategi telah berhasil atau jika perlu dilakukan penyesuaian. 7) Kurangnya Fleksibilitas: Lingkungan bisnis dapat berubah dengan cepat. Strategi yang terlalu kaku dan tidak fleksibel mungkin tidak dapat menanggapi perubahan pasar atau situasi yang tidak terduga. 8) Kurangnya Komunikasi: Komunikasi yang buruk atau tidak memadai dapat mengakibatkan ketidakjelasan dalam hal strategi di seluruh organisasi. Hal ini dapat menghambat kesuksesan implementasi strategi. 4. Untuk mencapai kemakmuran jangka panjang, para perencana strategis umumnya menetapkan tujuan jangka panjang dalam 7 bidang yaitu: 1) Profitabilitas Kemampuan dari suatu perusahaan untuk beroperasi dalam jangka panjang bergantung pada tingkat laba yang memadai. Perusahaan yang dikelola secara strategis pada umumnya memiliki tujuan laba, yang dinyatakan dalam bentuk laba persaham. 2) Produktivitas Para manager strategis secara terus mencoba meningkatkan produktivitas sistem mereka. Perusahaan yang dapat memperbaiki hubungan input-output pada umumnya dapat meningkatkan profitabilitas. 3) Posisi Kompetitif Salah satu ukuran keberhasilan perusahaan adalah salah satu dominasi relatifnya di pasar. Perusahaan-perusahaan yang lebih besar pada umumnya menetapkan tujuan dalam hal posisi kompetitif, sering kali menggunakan penjualan total atau pangsa pasar sebagai ukuran posisi kompetitifnya. 4) Pengembangan sumber daya manusia Dalam lingkungan bisnis semakin meluas kesadaran bahwa sumber daya manusia merupakan unsure dan aset perusahaan yang paling penting. Artinya semakin disadari bahwa manusia tidak boleh diperlakukan sebagai salah satu alat produksi semata yang posisi dan statusnya disamakan dengan alat-alat produksi lain. 5) Pemeliharaan hubungan industry Dalam sasaran jangka panjang, para pengambil keputusan stratejik biasanya mencantumkan pentingnya pemeliharaan hubungan industrial yang serasi antara manajemen dengan para pekerja yang pada analisis terakhir sesungguhnya sama- sama berkepentingan dalam keberhasilan perusahaan meraih keuntungan dan mewujudkan pertumbuhan. 6) Keunggulan Teknologi Sebuah kenyataan yang tidak bisa disangkal bahwa untuk peningkatan efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja suatu perusahaan tidak punya pilihan lain kecuali memanfaatkan berbagai kemajuan dan terobosan yang terjadi dibidang teknologi. Dalam strategi jangka panjang, para perumus strategi perusahaan biasanya menyatakan apakah perusahaan ingin memperoleh dan mempertahaankan keunggulan teknologikal dengan implikasinya ataukah puas sekedar pengikut dalam pemanfaatan berbagai kemajuan dan terobosan teknologikal yang dilakukan oleh puhak lain. 7) Tanggung Jawab social Para manajer memahami tanggung jawab mereka terhadap pelanggan dan masyarakat secara umum. Bahkan banyak perusahaan mencoba untuk memenuhi tanggung jawab sosialnya melampaui persyaratan pemerintah. Perusahaan- perusahaan tersebut bukan hanya bekerja untuk mengembangkan reputasi sebagai produsen dari produk dan jasa dengan harga yang layak, melainkan menjadi warga negara yang bertanggung jawab. 5. Pantangan yang dihadapi oleh individu yang bertanggung jawab sebagai perencana strategis, berikut adalah beberapa aspek yang mungkin dihadapi: 1) Ketidakpastian Lingkungan Bisnis: Perencana strategis seringkali harus beroperasi di lingkungan bisnis yang dinamis dan tidak pasti. Ketidakpastian ini dapat membuat sulit untuk merumuskan strategi yang tepat. 2) Tekanan untuk Hasil Cepat: Perencana strategis mungkin menghadapi tekanan untuk memberikan hasil segera. Hal ini bisa menjadi hambatan karena perencanaan strategis memerlukan waktu dan upaya yang cukup untuk dikembangkan dengan baik. 3) Tuntutan dari Pemangku Kepentingan yang Beragam: Pemangku kepentingan seperti pemilik, dewan direksi, dan karyawan mungkin memiliki tujuan dan kepentingan yang berbeda. Menyelaraskan semua kepentingan ini dalam perencanaan strategis bisa menjadi tugas yang kompleks. 4) Ketidakpastian Teknologi: Perubahan cepat dalam teknologi dapat menciptakan ketidakpastian dalam perencanaan strategis. Kesulitan dalam memprediksi perkembangan teknologi mungkin membuat strategi menjadi kurang relevan. 5) Keterbatasan Sumber Daya: Keterbatasan anggaran, tenaga kerja, atau sumber daya lainnya dapat menjadi hambatan bagi perencana strategis untuk mengimplementasikan strategi dengan optimal. 6) Kendala Budaya Organisasi: Budaya organisasi yang tidak mendukung perubahan atau inovasi dapat menjadi hambatan serius. Perencana strategis perlu menavigasi dan memanfaatkan budaya organisasi dengan bijak. 7) Ketidakmampuan untuk Melibatkan Tim Secara Efektif: Jika perencana strategis tidak dapat melibatkan tim dan pemangku kepentingan secara efektif, hal ini dapat menghambat pemahaman yang holistik dan adopsi strategi. 8) Kurangnya Keterlibatan Pemimpin Tertinggi: Tanpa dukungan dan keterlibatan langsung dari pemimpin tertinggi, perencana strategis mungkin mengalami kesulitan dalam mendapatkan dukungan dan sumber daya yang diperlukan. 9) Ketidakmampuan Mengelola Resiko: Perencana strategis harus mampu mengidentifikasi dan mengelola resiko dengan baik. Ketidakmampuan dalam mengelola resiko dapat mengakibatkan implementasi strategi yang tidak sukses. 10) Kurangnya Keterampilan dan Pengetahuan: Perencana strategis perlu memiliki keterampilan dan pengetahuan yang cukup dalam analisis bisnis, manajemen proyek, dan pemahaman mendalam tentang industri perusahaan.