Evaluasi Profil Sensori Kopi Gayo Aceh Berbagai Merek Yang Dijual Di Marketplace Menggunakan Metode Analisis Deskriptif Kuantitatif
Evaluasi Profil Sensori Kopi Gayo Aceh Berbagai Merek Yang Dijual Di Marketplace Menggunakan Metode Analisis Deskriptif Kuantitatif
Evaluasi Profil Sensori Kopi Gayo Aceh Berbagai Merek yang Dijual
di Marketplace Menggunakan Metode Analisis Deskriptif Kuantitatif
Sensory Profile Evaluations of Various Brands of Aceh Gayo Coffee that Sold in
Marketplace using Quantitative Descriptive Analysis Method
Abstract
This study aims to identify the sensory profile of gayo aceh coffee quantitatively using the QDA method.
The research phase began with panelist selection, which is followed by 15 people. The panelists who were
selected and met the requirements were 10 people and proceeded to the next stage, namely FGD. The FGD
stage aims to identify and determine the sensory attributes detected in coffee. Then proceed with sample
preparation and testing, filling the test questionnaire and continued to the final stage of the research which
is proceeding the data from the QDA analysis. The QDA result data is displayed in the form of spider web
graphs and PCA biplot graphs. The results obtained 10 qualified and trained panelists who are baristas from
Starbucks Tomang Raya and 13 sensory attributes identified in Gayo Aceh coffee consisting of floral
aroma, fruity aroma, peanut aroma, chocolate aroma, spice aroma, bitter taste, sweet taste, sour taste,
viscosity level, bitter aftertaste, dry aftertaste, astringent aftertaste and sour aftertaste. There are
characteristic differences in each samples such as the "Hatana Coffee" brand sample which has dominant
attribute of chocolate aroma and bitter aftertaste, the "Kafe.Inc" sample. which has the dominant attribute
of sweet taste, the "Sentra Kopi" sample has the dominant attribute of peanut aroma, the "SOPIC" sample
has the dominant attribute of floral aroma and bitter taste, the "Sunset Lotus" sample has the dominant
attribute of fruity aroma, sour taste, and sour aftertaste, and the "Tageto Coffee" sample has the dominant
attribute of spice aroma with high viscosity, dry and astringent aftertaste, while the coffee samples with the
"Kieta Coffee" and "Sakha Coffee" brands tend to have chocolate and peanut aromas. This is because of
the type of coffee used, the coffee roasting profile, or the post-harvest method of coffee.
309
Itepa: Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan, ISSN : 2527-8010 (Online)
Teddy Anderson dkk. /Itepa 12 (2) 2023 309-322
menjadi kopi arabika terbaik di dunia. Kopi denaturasi protein, terbentuknya gas CO2
gayo memiliki aroma yang khas dengan sebagai hasil oksidasi dan terbentuknya
flavor kompleks dan kekentalan (body) yang aroma yang menjadi karakteristik pada kopi
kuat sehingga menjadikan kopi gayo sebagai (Ciptadi dan Nasution, 1985). Sehingga kopi
kopi berkualitas tinggi yang sangat diminati walaupun berasal dari varietas kopi yang
pasar kopi dunia (Putri et al, 2013). Merek sama akan memiliki atribut sensoris yang
kopi gayo di Indonesia bermacam- macam bervariasi karena aroma dan citarasa kopi
seperti kopi gayo aceh “Sentra Kopi”, kopi yang timbul dipengaruhi oleh banyak faktor
gayo aceh “Tagetto Coffee”, kopi gayo aceh seperti lokasi tanam, kandungan kimia,
“Kieta Coffee”, kopi gayo aceh “Hatana maupun metode pengolahan kopi. ()
Coffee”, kopi gayo aceh “Kafe.Inc”, kopi Salah satu metode untuk
gayo aceh “Sunset Lotus”, kopi gayo aceh mendeskripsikan karakteristik profil sensori
“SOPIC”, dan kopi gayo aceh “Sakha kopi adalah dengan metode analisis
Coffee”. deskriptif kuantitatif. Metode analisis
Menurut Mulato (2002), biji kopi deskriptif kuantitatif (QDA/ Quantitative
mengandung berbagai jenis senyawa seperti Descriptive Analysis) merupakan salah satu
karbohidrat, senyawa nitrogen, lemak, metode analisis sensori deskriptif yang
senyawa asam, dan mineral. Jenis senyawa menggunakan kemampuan panelis dalam
kimia makro yang terkandung dalam biji mengekspresikan persepsi produk dengan
kopi memiliki peran yang berbeda dalam kata- kata dan memberikan informasi
pembentukan citarasa kopi saat penyeduhan. mengenai derajat atau intensitas
Selain itu, metode pengolahan seperti karakteristik tersebut. Menurut Lawless
fermentasi dan penyangraian juga berperan (2010), Analisis deskriptif kuantitatif
penting dalam membentuk senyawa flavor melibatkan 8 hingga 20 panelis terlatih dan
pada kopi. Tahap fermentasi bertujuan untuk melalui tiga tahapan metodologi yaitu
menghilangkan lapisan lendir yang tersisa di generasi deskripsi (description generation),
permukaan kulit tanduk biji kopi sehingga pelatihan panelis (assessor training) dan
mempermudah proses pencucian lendir, evaluasi sampel (evaluation of samples).
membentuk prekursor flavor dan Analisis deskriptif kuantitatif dapat
mengurangi rasa pahit pada cita rasa membantu mengidentifikasi variabel bahan
seduhannya sedangkan pada tahap tambahan atau proses yang berkaitan dengan
penyangraian merubah sifat fisik dan kimia profil sensori tertentu dari produk sehingga
kopi seperti swelling, penguapan air, dapat digunakan untuk pengembangan
terbentuknya senyawa volatil, karamelisasi produk baru, parameter dari konsistensi
karbohidrat, pengurangan serat kasar,
310
Itepa: Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan, ISSN : 2527-8010 (Online)
Teddy Anderson dkk. /Itepa 12 (2) 2023 309-322
profil sensori, memperbaiki produk atau kopi untuk menjadi bahan rekomendasi kopi
proses serta pengendalian mutu. () gayo aceh dengan merek tertentu yang
Beberapa penelitian menggunakan menghasilkan citarasa kopi berkualitas dan
metode analisis deskriptif kuantitatif telah sesuai dengan keinginan konsumen.
dilakukan sebelumnya terhadap produk teh
METODE
hijau (Dede et al, 2019), mayonnaise (Dwi
Bahan Penelitian
et al, 2015), pastry (Dase & Fitriyah, 2019),
Bahan utama yang digunakan dalam
kopi komersial (Windy, 2019). Namun,
penelitian ini adalah 8 merek biji kopi gayo
penelitian mengunakan metode analisis
aceh yang dikomersilkan dalam bentuk biji
deskriptif kuantitatif pada produk kopi lokal
pada marketplace. Sampel dibeli secara acak
khususnya kopi gayo aceh belum pernah
tanpa melihat spesifikasi biji kopi dan
dilakukan dan dipublikasikan secara ilmiah
dibatasi sebanyak 8 sampel dengan rating
dimana penelitian- penelitian kopi lokal
penjualan tertinggi sebagai berikut kopi
seperti kopi gayo aceh dapat memberikan
gayo aceh “Sentra Kopi”, kopi gayo aceh
informasi mengenai kekhasan karakter kopi
“Tagetto Coffee”, kopi gayo aceh “Kieta
gayo aceh sehingga dapat membantu
Coffee”, kopi gayo aceh “Hatana Coffee”,
meningkatkan potensi daerah dan
kopi gayo aceh “Kafe. Inc”, kopi gayo aceh
menambah penghasilan daerah serta dapat
“Sunset Lotus”, kopi gayo aceh “SOPIC”,
menjadi referensi konsumen dalam membeli
dan kopi gayo aceh “Sakha Coffee”. Selain
kopi dengan karakteristik yang diminati.
itu, bahan pendukung yang digunakan
Oleh karena itu, penelitian mengenai
adalah air mineral.
evaluasi profil sensori kopi gayo aceh
Alat Penelitian
menggunakan metode ini dengan panelis
Alat-alat yang digunakan dalam
terlatih untuk memperkuat nilai sensoris dari
penelitian ini adalah alat french press, water
setiap merek kopi gayo aceh perlu
container, termometer, timer, penggiling biji
dilakukan.
kopi, pemanas air, timbangan digital, paper
Berdasarkan latar belakang tersebut,
cup, gelas stainless, dan spidol.
maka penelitian ini difokuskan untuk
Pelaksanaan Penelitian
mengidentifikasi atribut sensori pada kopi
Pelaksanaan penelitian meliputi
gayo aceh dan menentukan penilaian atribut
beberapa tahap, pada tahap pertama
sensori secara kuantitatif pada kopi gayo
dilakukan seleksi panelis dari calon panelis
aceh dengan menggunakan metode QDA.
yang sudah mengisi formulir kuisioner yang
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
telah disebarkan. Panelis yang memenuhi
memberikan manfaat bagi para penikmat
syarat dilanjutkan dengan tahap selanjutnya
kopi, barista, maupun para pelaku usaha
yaitu Focus Group Discussion untuk
311
Itepa: Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan, ISSN : 2527-8010 (Online)
Teddy Anderson dkk. /Itepa 12 (2) 2023 309-322
mengidentifikasi dan menentukan atribut kemudian masing- masing atribut rasa dan
sensori yang terdeteksi pada kopi. Kemudian aroma pada kopi disamakan persepsi atau
dilanjutkan dengan persiapan dan pengujian terminologi agar semua panelis memiliki
sampel, pengisian kuisioner pengujian dan persepsi yang sama terhadap produk kopi.
tahapan akhir dari penelitian ini adalah Atribut sensori yang tidak terdeteksi pada
pengolahan data hasil analisis QDA. saat pengujian maka akan dieliminasi. Pada
Seleksi Panelis tahap ini bertujuan untuk mengidentifikasi
Tahap seleksi panelis dilaksanakan dan menentukan atribut sensori yang
dengan pengisian kuisioner oleh seluruh meliputi rasa, aroma, tingkat kekentalan dan
Barista Starbucks Tomang Raya. Kuisioner aftertaste yang terdeteksi pada kopi. Daftar
seleksi panelis dirancang untuk memperoleh atribut beserta penjelasan atribut sensori
informasi latar belakang panelis seperti yang digunakan pada FGD dapat dilihat
nama, jenis kelamin, usia, domisili, dan pada Tabel 1.
intensitas mengonsumsi kopi. Calon panelis Persiapan Sampel Kopi
diharuskan memiliki pengetahuan mengenai Sebanyak 20 g biji kopi digiling dan
kopi, mengetahui dasar uji sensori kopi, diseduh menggunakan alat penyeduhan
memiliki minat terhadap kopi, terbiasa yaitu French Press dengan perbandingan
dengan atribut kopi, mengetahui teknik bubuk kopi dengan air yaitu 1:18. sehingga
seduh manual kopi dan memiliki kebiasaan air yang digunakan sebanyak 360 ml dengan
mengonsumsi kopi. Setelah panelis suhu 90oC dan diseduh selama 4 menit. Air
memenuhi syarat biodata diri dan pola seduhan kemudian dituang kedalam paper
konsumsi kopi maka panelis berhak cup yang telah diberikan kode tiga digit
memasuki tahap selanjutnya. angka acak.
Focus Group Discussion Pengujian Sampel Kopi
Metode Focus Group Discussion Pada tahap ini bertujuan untuk
(FGD) merupakan sebuah sistem diskusi mengetahui karakteristik atribut sensori kopi
dimana peneliti bertindak sebagai moderator gayo dalam bentuk angka- angka kuantitatif.
untuk memonitor jalannya diskusi, Pengujian dilakukan oleh seluruh panelis.
menyediakan keperluan diskusi seperti Penilaian intensitas atribut sensori kopi
standar atribut, sampel dan lembar pengujian dilakukan menggunakan unstructured scale
(Setyaningsih, 2010). Pada tahap ini, panelis sepanjang 15 cm. Hasil dari penilaian semua
mencicipi sampel kopi gayo aceh dan panelis diolah dan disajikan dalam bentuk
mendeskripsikan atribut sensori yang spider web untuk membandingkan intensitas
terdapat pada sampel berdasarkan panduan masing-masing atribut sensori kopi.
daftar atribut sensori pada Tabel 1,
312
Itepa: Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan, ISSN : 2527-8010 (Online)
Teddy Anderson dkk. /Itepa 12 (2) 2023 309-322
(2010)
Tabel 1. Daftar atribut sensori
Deskripsi
No Atribut
Rasa
1 Pahit Rasa yang menyerupai rasa pahit dari kafein
2 Asin Rasa yang menyerupai rasa asin dari garam
3 Manis Rasa yang menyerupai rasa manis dari gula
4 Asam Rasa yang menyerupai rasa asam dari jeruk
5 Umami Rasa yang menyerupai rasa umami dari MSG
Aroma
1 Bunga Aroma yang menyerupai dengan bunga melati
2 Buah Aroma yang menyerupai dengan buah
3 Kacang Aroma yang menyerupai dengan kacang
4 Caramel Aroma yang menyerupai dengan gula terbakar
5 Coklat Aroma yang menyerupai dengan coklat
6 Asap Aroma yang menyerupai dengan kayu berasap
7 Herbal Aroma yang menyerupai dengan rempah segar
8 Rempah Aroma yang menyerupai dengan rempah kering
Tingkat Kekentalan
1 Kekentalan Memberikan kesan kental seperti meminum susu full cream
2 Medium Memberikan kesan lebih ringan seperti meminum susu nonfat
3 Watery Memberikan kesan ringan seperti meminum air
4 Plain Memberikan kesan datar saat diminum
5 Dry Memberikan kesan kering saat dikonsumsi
Aftertaste
1 Pahit Sensasi rasa pahit yang tertinggal
2 Manis Sensasi rasa manis yang tertinggal
3 Sepat Sensasi rasa sepat yang tertinggal
4 Asam Sensasi rasa asam yang tertinggal
5 Dry Sensasi rasa kering yang tertinggal
Sumber : (Specialty Coffee Association of America, 2013)
313
Itepa: Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan, ISSN : 2527-8010 (Online)
Teddy Anderson dkk. /Itepa 12 (2) 2023 309-322
30%
70%
Frekuensi konsumsi kopi panelis produk kopi yang dikonsumsi adalah kopi
bervariasi. Mayoritas panelis mengonsumsi bubuk. Frekuensi konsumi kopi panelis
kopi sebanyak 1- 2 kali per hari dengan dapat dilihat pada Gambar 3
.
10%
30%
60%
314
Itepa: Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan, ISSN : 2527-8010 (Online)
Teddy Anderson dkk. /Itepa 12 (2) 2023 309-322
Karakteristik Atribut Sensori Kopi Gayo 13 atribut sensori yang disetujui untuk
Aceh mendeskripsikan kopi gayo aceh yaitu
Penentuan karakteristik atribut aroma bunga, aroma buah, aroma kacang,
sensori kopi gayo aceh dilakukan aroma coklat, aroma rempah, rasa pahit, rasa
menggunakan metode FGD (Focus Group manis, rasa asam, tingkat kekentalan,
Discussion) yang melibatkan seluruh aftertaste pahit, aftertaste dry, aftertaste
panelis. Berdasarkan tahap FGD, jumlah sepat, dan aftertaste asam. Penjelasan atau
atribut sensori awal yang diajukan adalah deskripsi atribut sensori yang telah disetujui
sebanyak 23 atribut sensori. Namun, hanya dalam FGD dapat dilihat pada Tabel 2.
Profil Sensori Kopi Gayo Aceh dengan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif
Metode QDA (Meilgard et al, 1999). (Meilgard 1999)
Metode QDA merupakan suatu Berdasarkan survei produsen kopi
metode sensori yang digunakan untuk yang digunakan, terdapat lebih dari 10
menilai dan membandingkan intensitas dari merek kopi gayo aceh. Namun, sampel yang
masing- masing atribut sensori dengan digunakan dibatasi sejumlah 8 merek sampel
standar yang telah ditentukan dari tahap biji kopi gayo aceh dengan rating penjualan
sebelumnya. Tahapan dari metode QDA tertinggi yang dibeli secara acak tanpa
terdiri dari seleksi panelis, pelatihan panelis, melihat spesifikasi biji kopi. Sampel
meliputi kopi gayo aceh “Sentra Kopi”, kopi
315
Itepa: Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan, ISSN : 2527-8010 (Online)
Teddy Anderson dkk. /Itepa 12 (2) 2023 309-322
gayo aceh “Tagetto Coffee”, kopi gayo aceh sampel yang memiliki atribut aroma rempah
“Kieta Coffee”, kopi gayo aceh “Hatana dengan kekentalan yang tinggi, aftertaste
Coffee”, kopi gayo aceh “Kafe.Inc”, kopi dry dan sepat yang paling kuat adalah
gayo aceh “Sunset Lotus”, kopi gayo aceh sampel merek “Tagetto Coffee”. Sampel
“SOPIC”, dan kopi gayo aceh “Sakha kopi dengan merek “Kieta Coffee” dan
Coffee”. Atribut sensori yang digunakan “Sakha Coffee” tidak memiliki atribut
untuk metode QDA berdasarkan data dari sensori yang lebih kuat daripada merek yang
Focus Group Discussion (FGD) dengan lainnya. Namun, sampel dengan merek
panelis, berjumlah 13 atribut sensori yang “Kieta Coffee” dan “Sakha Coffee”
terdiri dari aroma bunga, aroma buah, aroma cenderung beraroma coklat dan kacang.
kacang, aroma coklat, aroma rempah, rasa Perbedaan karakteristik sensori
pahit, rasa manis, rasa asam, tingkat dominan pada kopi dipengaruhi oleh proses
kekentalan, aftertaste pahit, aftertaste dry, penyangraian yang menyebabkan terjadinya
aftertaste sepat, dan aftertaste asam. perubahan fisik yang meliputi warna, ukuran
Data hasil pengujian sampel kopi dan volume kopi. Selain itu, interaksi secara
gayo aceh berbagai merek menggunakan kimiawi antar senyawa dalam kopi
metode QDA ditampilkan dalam bentuk menghasilkan senyawa baru penghasil
grafik jaring laba- laba untuk melihat profil citarasa pada kopi. Reaksi kimia
atribut sensori sampel. Berdasarkan grafik berlangsung secara berurutan yaitu reaksi
spider web pada Gambar 4, sampel kopi maillard, karamelisasi, dan pirolisis. Reaksi
memiliki karakteristik sensori dominan yang Maillard merupakan reaksi pertama dalam
berbeda- beda. Sampel yang memiliki pembentukan citarasa kopi. Hasil reaksi ini
atribut aroma coklat dan aftertaste pahit berupa senyawa volatil pyrazine dan
yang paling kuat dibandingkan sampel senyawa non volatil pyridin yang
lainnya yaitu sampel merek “Hatana memberikan rasa pahit. Pada reaksi
Coffee”. Sampel yang memiliki atribut rasa karamelisasi, senyawa sukrosa akan
manis yang paling kuat adalah sampel merek mengalami dehidrasi dan menjadi senyawa
“Kafe.Inc”. Sampel yang memiliki atribut karamel yang membuat kopi berwarna
aroma kacang yang paling dominan adalah coklat, manis, dan membentuk senyawa
sampel merek “Sentra Kopi”. Sampel yang furan yang menghasilkan rasa manis
memiliki atribut dominan aroma bunga dan karamel dan kacang. Pirolisis merupakan
rasa pahit adalah sampel merek “SOPIC”. reaksi dekomposisi senyawa organik
Sampel yang memiliki atribut dominan kompleks dalam biji kopi yang
aroma buah, rasa asam, dan aftertaste asam menghasilkan citarasa yang lebih pahit dan
adalah sampel merek “Sunset Lotus”, dan keasaman yang menurun (Mulato, 2002).
316
Itepa: Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan, ISSN : 2527-8010 (Online)
Teddy Anderson dkk. /Itepa 12 (2) 2023 309-322
317
Itepa: Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan, ISSN : 2527-8010 (Online)
Teddy Anderson dkk. /Itepa 12 (2) 2023 309-322
Atribut aroma coklat yang dominan Coffee” yang paling dominan. Hal ini
pada sampel dengan merek “Hatana Coffee” mungkin dikarenakan sampel ini
dihasilkan dari produk sugar browning dan menggunakan metode pascapanen semi
karena adanya senyawa pyrazine yang washed sehingga menghasilkan aroma
mudah menguap (T. R., The Coffee cuppers rempah serta profil yang kuat. Menurut
handbook : a systematic guide to the sensory Duarte et al (2008) , faktor lain yang sangat
evaluation of coffees flavour (p.72). Third berpengaruh terhadap citarasa dan
Edition 2001). Senyawa pyrazine komposisi kimia biji kopi yaitu pengolahan
merupakan produk reaksi Strecker yang pasca panen.
diperoleh dari hasil reaksi gugus karbonil Pada atribut sensori rasa, sampel kopi
dari sukrosa dan asam amino, karena merek “Kafe.Inc” memiliki atribut rasa
sifatnya yang tidak stabil maka terbentuklah manis yang dominan, hal ini mungkin
senyawa amadori. Senyawa amadori akan disebabkan oleh profile roasting sampel ini
dekomposisi membentuk senyawa aromatis yaitu medium roast. Menurut Fadri et al
pyrazine yang berperan dalam pembentukan (2019), citarasa dalam kopi secara nyata
aroma karena mempunyai nilai ambang dipengaruhi oleh mutu dari kopi beras
batas aroma paling rendah sehingga uap (green bean) dan kualitas penyangraiannya.
pyrazine mudah dideteksi oleh indera Pada proses penyangraian terjadi proses
penciuman (Mulato, 2002). Pada atribut pembentukan rasa dan aroma pada biji kopi.
aroma kacang, sampel merek “Sentra Kopi” Menurut Purnamayanti (2017), bahwa
paling dominan. Aroma kacang dapat perbedaan suhu dan lama penyangraian akan
dihasilkan dari reaksi browning antara gula menghasilkan citarasa yang berbeda- beda.
pereduksi dan asam amino pada kopi dengan Pada profile roasting medium semua
adanya pemanasan dengan suhu yang tinggi. karakter kopi akan muncul seperti aroma dan
Aroma kacang merupakan sensasi yang citarasa yang manis, hal ini dikarenakan
menyebabkan munculnya aroma/ rasa pada penyangraian tingkat ini, karbohidrat
menyerupai kacang- kacangan. Pada kopi pada kopi mulai terdegradasi membentuk
yang menyebabkan terbentuknya aroma sukrosa dan gula- gula sederhana. Rasa
kacang adalah senyawa 2-acetypyridin yang manis juga dapat dihasilkan dari adanya
tergolong dalam senyawa pyridin dan kandungan karbohidrat pada kopi yang
senyawa 2-acetyl-3-methylpyrazin, serta 2- mencapai lebih dari 50 % berat biji kopi
ethyl-1-2, 5-dimethylpyrazin yang tergolong (Flament 2002) yang memicu terjadinya
dalam senyawa pyrazine (Selli dan reaksi mallard.
Amanpour 2016). Sedangkan pada atribut Pada atribut rasa pahit, kopi dengan
aroma rempah, sampel merek “Tagetto merek “SOPIC” memiliki atribut rasa pahit
318
Itepa: Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan, ISSN : 2527-8010 (Online)
Teddy Anderson dkk. /Itepa 12 (2) 2023 309-322
yang paling dominan. Rasa pahit mungkin serat kopi. Kopi robusta cenderung
dipengaruhi oleh suhu, kopi yang diseduh mengandung protein yang lebih tinggi dari
menggunakan suhu yang tinggi akan kopi arabika (A 2012), sehingga kopi
menyebabkan proses ekstrasi berlebih yang arabika menghasilkan kopi yang lebih encer
menyebabkan kandungan padatan terlarut daripada kopi robusta. Selain itu, kekentalan
terlalu banyak dan mendegradasi asam juga ditimbulkan oleh keberadaan senyawa
klorogenat menjadi komponen yang lebih lipida dan polisakarida yang terlarut dalam
sederhana seperti asam quinon yang larutan kopi (Mulato dan S. Edy 2012).
memiliki nilai treshold hingga 20 kali lebih Atribut terakhir yang diujikan adalah atribut
tinggi dan memberikan kontribusi lebih pada aftertaste. Aftertaste sepat, pahit, dry, asam
atribut rasa pahit. () pada minuman kopi dikarenakan adanya
Atribut rasa asam merupakan atribut senyawa asam klorogenat dalam proses
yang mengacu pada sesuatu yang terlalu ekstraksi kopi (Farah dan Donangelo 2006).
tajam, mengigit, atau tidak menyenangkan, Hasil analisis lain yang diperoleh dari
yang dapat dikaitkan dengan aroma kopi penelitian kopi gayo aceh menggunakan
yang difermentasi (Lingle, 1984). Pada metode QDA adalah peta korelasi kurva
penelitian ini, kopi dengan merek “Sunset PCA (Principle Component Analysis). Peta
Lotus” memiliki rasa asam yang paling kolerasi kurva menunjukkan korelasi antara
dominan. Hal ini mungkin dikarenakan sampel kopi gayo aceh dengan atribut
sampel merupakan kopi arabika. Menurut sensori yang dimiliki. Data korelasi kurva
Budryn (2006), biji kopi arabika cenderung PCA disajikan pada Gambar 5. Berdasarkan
memiliki rasa asam yang lebih tinggi peta correlation circle pada Gambar 5, dapat
daripada biji kopi robusta. Selain itu, rasa dilihat bahwa atribut sensori aftertaste sepat,
asam pada kopi juga dapat dipengaruhi oleh aftertaste dry, aroma rempah, aroma kacang,
berbagai faktor seperti ukuran penggilingan, aftertaste pahit, aroma bunga, dan rasa pahit
suhu penyeduhan, proporsi air, dan lama saling berkorelasi positif satu sama lain.
proses ekstraksi. Namun, pada atribut lain yaitu rasa manis,
Atribut sensori tingkat kekentalan aftertaste asam, rasa asam, tingkat
menunjukkan bahwa kopi dengan merek kekentalan dan aroma buah berkorelasi
“Tagetto Coffee” memiliki tingkat negatif dikarenakan letaknya yang bertolak
kekentalan yang tinggi. Hal ini dikarenakan belakang. Sedangkan atribut aroma coklat
sampel kopi ini merupakan kopi robusta memiliki korelasi yang rendah terhadap
dimana menurut Panggabean (2012), atribut lain, karena letaknya yang berjauhan
kekentalan atau kepekatan kopi berkaitan dan berlawanan dengan seluruh atribut
dengan tingginya kandungan protein dan sensori lainnya.
319
Itepa: Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan, ISSN : 2527-8010 (Online)
Teddy Anderson dkk. /Itepa 12 (2) 2023 309-322
F2 (18.82 %)
Asam
Asam Aroma
Kacang
0
Aftertaste
Aroma
Pahit
-0,25 Bunga
Rasa Pahit
-0,5
Aroma
Coklat
-0,75
-1
-1 -0,75 -0,5 -0,25 0 0,25 0,5 0,75 1
F1 (44.90 %)
Active variables
Pada Gambar 6, dapat dilihat korelasi dominan. Sampel dengan merek “Sunset
antara atribut dengan sampel yang Lotus” memiliki karakteristik aroma buah
menunjukkan karakteristik dominan dari yang dominan, sedangkan sampel dengan
masing- masing sampel. Pada kuadran I merek “Sakha Kopi” cenderung memiliki
terdapat dua sampel yaitu sampel merek karakteristik aroma coklat yang dominan.
“SOPIC” dan “Tagetto Coffee” yang Pada Kuadran IV terdapat tiga sampel yaitu
memiliki karakteristik aroma kacang, aroma dengan merek “Sentra Kopi”, “Hatana
rempah, aftertaste dry dan aftertaste sepat Coffee” dan “Kieta Coffee” yang memiliki
yang dominan. Pada kuadran II, sampel karakteristik dominan aroma coklat, rasa
dengan merek “Kafe.Inc” memiliki pahit, aftertaste pahit dan aroma bunga.
karakteristik rasa manis, aftertaste asam,
rasa asam dan tingkat kekentalan yang
320
Itepa: Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan, ISSN : 2527-8010 (Online)
Teddy Anderson dkk. /Itepa 12 (2) 2023 309-322
-2
Kieta Coffee Rasa Pahit
-3
Aroma Coklat
-4
-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4
F1 (44.90 %)
321
Itepa: Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan, ISSN : 2527-8010 (Online)
Teddy Anderson dkk. /Itepa 12 (2) 2023 309-322
Budryn. 2006. Evaluation Of Sensory Najayati, S., dan Danarti. 2012. Kopi,
Attributes Of Coffee Brews From Budidaya dan Penanganan Lepas
Robusta Coffee Roasted Under Panen.PT. Penebar Swadaya,
Different Conditions. Institute Of Jakarta.
Chemical Technology Of Food, Panggabean, E. 2012. The Secret of
Polandia. Barista.PT Wahyumedia, Jakarta.
Ciptadi, W, dan M. Z. Nasution. 2005. Purnamayanti, A., I. B. P . Gunadnya, dan G.
“Pengolahan Kopi. Departemen Arda. 2017. “Pengaruh Suhu dan
Teknologi Hasil Pertanian.” Fatemeta- Lama Penyangraian terhadap
IPB. Karakteristik Fisik dan Mutu
Duarte.A.G., dan Farah. 2008. “Chlorogenic Sensori Kopi Arabica (Coffea
Acids And Lactones On Brazillian arabica L).” Jurnal BETA.
Commercial Coffees.” Proceedings Selli, S., dan Amanpour. 2016.
22nd International Conference on “Differentiation of Volatile Profiles
Coffee Science (Asic) 2008. Campinas, and odor Activity Values of Turkish
Brazil, p. 224- 227. Coffee and French Press Coffee.”
Fadri, R.A., K. Syuti, N. Nazir, dan I. Journal of Food Processing and
Suliansyah. 2019. “The Effect of Preservation ISSN 1745- 4549.
Temperature and Roasting Duration on Setyaningsih, D, A. Apriyantono., dan M. P.
Physical Characteristics and Sensory Sari. 2010. Analisis Sensori untuk
Quality of Singgalang Arabica Coffee Industri Pangan dan Agro.IPB
(Coffea arabica) Agam Regency.” Press, Bogor.
Journal of Applied Agricultural Science T. R., Lingle. 1984. Coffee Cuppers'
and Technology, p.189- 201. Handbook. The Specialty Coffee
Farah, A., dan C.M. Donangelo. 2006. Association of America (SCAA).
“Phenolic Compound In Coffee.” T.R., Lingle. 2001. The Coffee cuppers
Brazilian Journal of Plant Physiology handbook : a systematic guide to the
,p.23- 26. sensory evaluation of coffees
Flament. 2002. Coffee Flavour Chemistry. flavour (p.72). Third
John Wiley and Sons, Ltd, England. Edition.Specialty Coffee
Kemp, S.E., T. Hollowood., dan J. Hort. Association of America,
2009. Sensory Evaluation : A Practical Longbeach, California, USA.
Handbook. Wiley Blackwell, United
Kingdom.
Lawless, T. Harry, dan H. Heymann. 2010.
Sensory Evaluation of Food Principles
and Practices Second Edition.
Springer, New York.
Meilgard, M., G.V. Civille., dan B.T. Carr.
1999. Sensory Evaluation Techniques,
Third Edition. CRC Press LLC, Florida.
Mulato, S. 2002. “Simposium Kopi 2002
dengan tema Mewujudkan Perkopian
Nasional yang Tanggih melalui
Diversifikasi Usaha Berwawasan
Lingkungan dalam Pengembangan
Industri Kopi Bubuk Skala Kecil untuk
Meningkatkan Nilai Tambah Usaha
Tani Kopi Rakyat.” Pusat Penelitian
Kopi dan Kakao Indonesia.
Mulato, S, dan S. Edy. 2012. Kopi, Seduhan,
& Kesehatan. Pusat Penelitian Kopi
dan Kakao Indonesia, Jember.
322