Anda di halaman 1dari 10

Citra Diri Seorang Da’i di Media Sosial

Selly Oktaviani

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya; Jl. A.Yani 117 Surabaya, (031) 8410298
Pascasarjana Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam
UIN Sunan Ampel Surabaya
e-mail: oct.shelly@gmail.com

Abstract
Social media as a medium of information and public communication at this time, became a medium of
propaganda for preachers to deliver their propaganda widely. People who need a self-image that can
get people and their preaching can be easily accepted by the community (mad’u). How does a preacher
break his image involved in social media, how the preacher prepares the image before Mad’u (the area
behind the stage), how the preacher displays the image before Mad’u (front stage area), and How Da’i
denied his popularity in the community as a trust from what should be opposed to him in the mass
media (out of the regional stage) into the formulation of the problem in this study. A preacher uses a
variety of ways so that the purpose of his da’wah is successful. Self-image is used to attract the attention
of the target of the Da’wah (mad’u). Before dealing with mad’u for da’wah, a preacher made some
preparations to present a self-image that was confirmed before mad’u. Remember the full meaning of
belief in him. Convincing self-image approved by the preacher, it will give a positive impression also
by mad’u. Convincing here, it can be seen from the attitudes, clothes, and sayings of the preacher. A
preacher needs that trust to succeed in carrying out his da’wah. In addition, the preacher also received
various benefits both material and immaterial obtained.
Keywords: Self-image; dramaturgy; da’i; mad’u; social media

Abstrak
Media sosial sebagai media informasi dan komunikasi publik saat ini, menjadi media dakwah bagi da’i
untuk menyampaikan dakwahnya secara meluas. Seorang da’i membutuhkan citra diri yang baik agar
bisa dipercaya orang dan dakwahnya bisa diterima dengan mudah oleh masyarakat (mad’u). Bagaimana
seorang da’i memahami citra dirinya yang ditampilkan di media sosial, bagaimana da’i mempersiapkan
penampilan citra dirinya dihadapan mad’u (back stage region), bagaimana da’i menampilkan citra
dirinya dihadapan mad’u (front stage region), dan bagaimana da’i memahami popularitasnya di publik
sebagai dampak dari kepercayaan yang dimiliki mad’u terhadap dirinya di media sosial (out stage region)
menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini. Untuk mengungkapkan citra diri seorang da’i dalam
media sosial, penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan teori dramaturgi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa citra diri seorang da’i dibentuk sesuai dengan alasan atau tujuan
beliau berdakwah. Seorang da’i menggunakan beragam cara agar tujuan dakwahnya berhasil. Citra
diri digunakan untuk menarik perhatian sasaran dakwah (mad’u) nya. Sebelum berhadapan dengan
mad’u untuk bertausiyah, seorang da’i melakukan beberapa persiapan untuk menampilkan citra diri
yang meyakinkan dihadapan mad’u. Da’i memahami sepenuhnya makna kepercyaan bagi dirinya. Citra
diri yang meyakinkan yang ditampilkan oleh da’i, maka akan memberi kesan positif juga oleh mad’u.
Meyakinkan disini, dapat dilihat dari sikap, pakaian, dan perkataan da’i tersebut. Dengan begitu,
dakwah bisa diterima oleh banyak orang. Kepercayaan mad’u di media sosial membawa dampak yang
besar bagi da’i. Seorang da’i membutuhkan kepercayaan itu untuk dapat berhasil dalam menjalankan
dakwahnya. Selain itu, da’i juga mendapatkan berbagai keuntungan baik secara materi maupun
immateriil yang diperolehnya.
Kata kunci: Citra diri; dramaturgi; da’i; mad’u; media sosial

Selly Oktaviani, Citra Diri Seorang Da’i di Media Sosial... 153


A. Pendahuluan Berdasarkan latar belakang masalah
Seorang da’i sangat memahami seperti yang dikemukakan diatas, maka
peran media untuk perkembangan masalah yang dapat dirumuskan sebagai
dakwahnya. Banyak da’i yang kemudian berikut: “Bagaimana pembentukan citra
memanfaatkan media sosial untuk diri da’i di media sosial?”. Dari fokus
memperluas syiarnya. Semakin banyak penelitian di atas, maka identifikasi
mad’u yang tertarik dengan dakwah masalah yang dirumuskan adalah (1)
mereka, semakin mendongkrak Bagaimana seorang da’i memahami citra
kepercayaan seseorang pada diri mereka. dirinya yang ditampilkan di media sosial?
Kepercayaan ini yang kemudian menjadi (2) Bagaimana da’i mempersiapkan
modal bagi da’i tersebut untuk mencapai penampilan citra dirinya dihadapan
tujuan dakwahnya. mad’u (back stage region)? (3) Bagaimana
Di sini, da’i seringkali menuntut da’i menampilkan citra dirinya dihadapan
dirinya sendiri untuk kreatif dan inovatif mad’u (front stage region)? (4) Bagaimana
di media sosial. Media sosial bekerja untuk da’i memahami popularitasnya di media
menyampaikan informasi bagi khalayak, sosial sebagai dampak dari kepercayaan
informasi itu dapat membentuk, yang dimiliki mad’u terhadap dirinya di
mempertahankan atau meredefinisikan media sosial (out stage region)?
citra. Media sosial merupakan salah Adapun maksud dari penelitian adalah
satu bentuk dari media massa. Menurut untuk mengkaji bagaimana memahami
Mc.Luhan (dalam Rakhmat, 2008: 224), citra diri da’i yang ditampilkan di media
media massa adalah perpanjangan alat sosial, mengerti persiapan da’i dalam
indra kita. menampilkan citra dirinya dihadapan
Dengan media massa, kita memperoleh mad’u, mengerti penampilan citra diri
informasi tentang benda, tempat da’i dihadapan mad’u, dan memahami
yang tidak kita alami secara langsung, popularitas da’i di media sosial sebagai
maupun figur-figur tertentu. Realitas dampak dari kepercayaan yang dimiliki
yang ditampilkan media adalah realitas mad’u terhadap dirinya di media sosial.
yang sudah diseleksi – realitas tangan Berdasarkan pada maksud penelitian
kedua (second hand reality). Mad’u adalah diatas yang menjadi tujuan penelitian
orang yang kemudian menampilkan ini adalah untuk mengkaji bagaimana
realitas simbol-simbol yang diterimanya (1) Citra diri da’i yang ditampilkan di
pada saat mendengarkan tausiyah dari media sosial, (2) Persiapan da’i dalam
seorang da’i. menampilkan citra dirinya di media
Pemilihan judul pada penelitian ini sosial, (3) Penampilan da’i dalam
dimaksudkan untuk menggambarkan menampilkan citra dirinya di media
bahwa penelitian ini juga mencakup hal- sosial, (4) Pemahaman da’i mengenai
hal yang telah diteliti sebelumnya, tetapi popularitasnya di media sosial sebagai
dengan sudut pandang yang lebih luas, dampak dari kepercayaan yang dimiliki
artinya hasil dari penelitian-penelitian mad’u terhadap dirinya di media sosial.
sebelumnya dipergunakan peneliti Mengacu pada harapan-harapan
sebagai bagian dari analisis yang peneliti yang telah diungkapkan dalan tujuan
lakukan. penelitian, hasil akhir dari penelitian
ini adalah berupaya mengetahui relatif

154 Mediakita Vol. 3 No. 2 Juli 2019 | 153-162


mendalam tentang citra diri da’i di teori dengan merujuk pada teori
media sosial dan dampak kepercayaan fenomenologis, maka penelitian dengan
mad’u terhadap kesuksesan dakwah mengungkapkan pengelolaan citra diri
mereka. Bagi perkembangan Ilmu da’i dalam media sosial menggunakan
Komunikasi, penelitian ini diharapkan metode kualitatif dengan pendekatan
dapat menambah wacana tentang teori dramaturgi. Dramaturgi sebenarnya
penggunaan simbol-simbol dalam berada dibawah payung perspektif
komunikasi oleh individu sebagai bagian yang lebih besar yang sering disebut
dari upaya interpretasinya terhadap perspektif fenomenologis atau perspektif
lingkungan sekitar, pengaruh simbol- interpretatif (Mulyana, 2006: 59). Oleh
simbol tadi terhadap perilaku individu, Mulyana dijelaskan bahwa perspektif
dan komunikasi interpersonal individu seringkali disebut sebagai pendekatan
mampu memperkuat hubungan. Secara fenomenologi. Jenis penelitian yang
praktis, hasil penelitian ini diharapkan digunakan dalam penelitian ini adalah
dapat memberi manfaat langsung pendekatan kualitatif dengan jenis
dan tidak langsung dalam konteks penelitian fenomenologis.
mengungkapkan realitas sosial tentang Pada dasarnya fenomenologi
kehidupan da’i yang sesungguhnya, cenderung menggunakan paradigma
dan sebagai acuan kontekstual dalam penelitian kualitatif sebagai landasan
memahami kehidupan sosial da’i dan pola metodologinya. Penelitian dengan
komunikasi yang dikembangkan antara menggunakan metode kualitatif dengan
da’i dan mad’u dalam aktivitas dakwah. pendekatan fenomenologis menjadi
sangat relevan untuk memahami
B. Metode Penelitian bagaimana da’i berupaya untuk
Metode penelitian berhubungan dengan membentuk citra diri yang meyakinkan
teori penelitian yang akan digunakan dan di media sosial. Kepercayaan yang
menggambarkan proses penelitian, model kemudian dihasilkan dari pengembangan
apa yang akan digunakan oleh peneliti citra diri tersebut kemudian menjadi aset
untuk menyelesaikan permasalahan terbesar seorang da’i dalam dakwahnya.
yang akan diteliti. Metode adalah Alfred Schutz adalah orang pertama
proses, prinsip, dan prosedur yang akan yang menerapkan fenomenologi dalam
digunakan untuk mendekati problem penelitian ilmu sosial. Schutz mengawali
dan mencari jawaban. Dengan ungkapan pemikirannya dengan mengatakan
lain metodologi adalah suatu pendekatan bahwa objek penelitian ilmu sosial
umum untuk mengkaji topik penelitian. pada dasarnya berhubungan dengan
Penggunaan metode kualitatif diharapkan interpretasi terhadap realitas (dalam
mampu menyelidiki lebih mendalam Kuswarno, 2009: 38). Jadi peneliti harus
terhadap fokus yang diamati dengan membuat interpretasi terhadap realitas
seksama, sebab peneliti melibatkan diri yang diamati. Orang-orang saling
dan mengamati kehidupan mereka, terikat satu sama lain ketika membuat
mendengar mereka berbicara tentang interpretasi ini. Menurut Lofland dan
dirinya dan pengalaman mereka sendiri. Lofland, sumber data utama dalam
Berdasarkan latar belakang, penelitian kualitatif adalah kata-kata,
identifikasi masalah, dan paradigma dan tindakan, selebihnya adalah data

Selly Oktaviani, Citra Diri Seorang Da’i di Media Sosial... 155


tambahan seperti data dokumen, dan data pada dasarnya selain digunakan
lain-lain. (Moleong, 2006: 157). untuk menyanggah balik apa yang
Dalam melakukan pencatatan data dituduhkan kepada penelitian kualitatif
hasil wawancara, peneliti melakukan yang mengatakan tidak ilmiah, juga
kualifikasi apakah informan memberikan merupakan sebagian unsur yang tidak
jawaban atas pertanyaan yang diajukan terpisahkan dari tubuh pengetahuan
atau keterangan yang tidak diminta. Juga penelitian kualitatif. Penelitian ini
diperhatikan situasi ketika informan dilakukan melalui proses dalam beberapa
memberikan jawaban, apakah ketika tahap yang masing-masing tahap
sedang berdua saja dengan peneliti atau memiliki spesifikasi tersendiri.
ketika ada orang lain yang disekitarnya.
Proses penyimpanan data (data storing) C. Hasil dan Pembahasan
merupakan tahap terakhir dari proses Secara umum, penelitian ini dalam
Data Collection Circle, sebelum memulainya lingkup sosial keagamaan dengan da’i
lagi dengan penentuan tempat atau sebagai pelaku utamanya. Pada penelitian
individu (locating site/individuals), untuk ini, peneliti terjun untuk memahami
pengumpulan data ulang. aktivitas dakwah.
Penelitian ini dilakukan dengan Da’i pertama yang menjadi objek
pertimbangan da’i nasional yang penelitian ini adalah Ustadz Hanan Attaki.
sedang populer di media sosial. Dari Hanan Attaki lahir di Aceh pada tanggal
hasil survei yang dilakukan peneliti 31 Desember 1981 dengan nama lengkap
sebelum terjun melakukan penelitian, Tengku Hanan Attaki. Ia memiliki 6 orang
peneliti menentukan untuk meneliti 2 saudara dimana ia adalah anak kelima.
da’i nasional. Proses pendekatan yang Sejak masih anak-anak, Hanan Attaki
dimaksud adalah apa yang disebut sudah dekat dengan Alquran. Dikenal
Creswell sebagai “Gaining Acces and cerdas saat masih duduk disekolah
Making Rapport”. dasar sehingga ia kemudian mendapat
Proses analisis data dimulai dengan beasiswa untuk pendidikannya. Setelah
menelaah seluruh data yang tersedia selesai menamatkan pendidikannya di
dari berbagai sumber, yaitu dokumen, Pondok Pesantren Ruhul Islam Banda
wawancara, observasi, dan alat-alat Aceh, beliau mendapat beasiswa ke
fisik. Data yang dihasilkan dari berbagai Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir karena
sumber tersebut akan sangat banyak. prestasinya dalam hal tilawatil Quran.
Setelah data terkumpul dan dirasa cukup Setelah menamatkan pendidikannya di
untuk pembuktian penelitian, peneliti Mesir, Hanan Attaki kemudian kembali
melakukan pengolahan data. Kegiatan ke Indonesia dan tinggal di kota Bandung.
pengolahan data umumnya terdiri dari Di kota Bandung pula Hanan Attaki
analisis data dan penafsiran data. Dalam mendirikan Gerakan Pemuda Hirjah pada
penelitian ini hanya akan dilakukan bulan Maret 2015 yang kemudian menjadi
penafsiran data. saluran dakwahnya. Pemuda Hijrah
Setelah dilakukan analisis data dan memiliki akun di Instagram, Facebook,
penafsiran data, selanjutnya adalah Twitter, serta Youtube.
langkah untuk memeriksa keabsahan Da’i kedua yang menjadi objek
data. Pemeriksaan terhadap keabsahan penelitian ini adalah Ustadz Abdul

156 Mediakita Vol. 3 No. 2 Juli 2019 | 153-162


Somad. UAS lahir pada hari Rabu, 18 media sosial, maka dengan mudah banyak
Mei 1977 atau 30 Jumadil Awal 1397 H mad’u yang mendengarkan tausiyahnya.
di sebuah kampung yang bernama Silo Ini akan sangat baik, demi tercapainya
Lama, Silau Laut, Kabupeten Asahan, tujuan dakwah yang dibangun.
Sumatera Utara. Ustaz Abdul Somad Masing-masing da’i yang menjadi
menempuh pendidikan dasar di SD Al- objek penelitian memiliki citra diri
Washliyah Medan dan tamat tahun 1990. (image) yang khas dipublik, yang dibentuk
a lalu melanjutkan ke MTs Mu’allimin di media sosial. Ustadz Hanan Attaki
Al-Washliyah yang juga masih di Medan dikenal dengan style nya yang kekinian
dan tamat tahun 1993. Selama satu tahun yang banyak disukai oleh remaja atau
setelahnya, UAS menimba ilmu di Pondok pemuda. Mulai dari pakaian hingga
Pesantren Darul Arafah, Deliserdang, cara bertutur beliau sederhana dan
Sumatera Utara. Di tanah perantauan mudah diterima oleh anak-anak muda.
itu UAS melanjutkan pendidikannya Khususnya gerakan untuk berhijrah.
ke Madrasah Aliyah Nurul Falah, Air Sedangkan Ustadz Abdul Somad dengan
Molek, Indragiri Hulu sampai lulus tiga karakternya yang sederhana apa
tahun kemudian. Pada tahun 1998, UAS adanya namun tegas. Beliau berhasil
mendapatkan beasiswa untuk kuliah di menerangkan soal fiqh munoqoroh
Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Ustad dengan jelas kepada setiap mad’u nya.
Abdul Somad kemudian melanjutkan Ilmu beliau tentang hadits dan hukum-
pendidikan S2 nya pada tahun 2004 di hukum Islam membuat beliau selalu bisa
Maroko tepatnya di Institut Dar Al-Hadis menjawab segala persoalan dalam ibadah
Al-Hassania melalui beasiswa kerajaan umat. Meskipun bab yang diterangkan
Maroko. Kini Ustadz Abdul Somad aktif adalah sebuah tema yang serius untuk
dalam memberikan ceramah agama islam dibicarakan, namun dalam tausiyahnya
di berbagai pelosok di wilayah Indonesia. beliau selalu menyelipkan candaan
Dimulai dari memberikan dakwah agama sederhana yang mampu membuat mad’u
melalui kanal Youtube nama Ustad Abdul terhibur.
Somad semakin dikenal di masyarakat Masing-masing Da’i memiliki
setelah video-video ceramahnya menjadi citra diri yang kuat dihadapan publik,
viral di internet. terutama terkait dengan kepribadian
Berikut adalah hasil penelitian dan dan keilmuan beliau yang mampu
pembahasan bagaimana da’i memahami meyakinkan dan mengajak mad’u
citra diri yang ditampilkannya di media menjadi pribadi yang lebih baik. Para Da’i
sosial: Peneliti mendapatkan beberapa ini sangat memahami bahwa citra dirinya
indikator bagaimana da’i memahami citra di depan publik terbentuk sematamata
dirinya di depan mad’u di media sosial, justru karena media sosial yang banyak
yaitu: (1) Da’i sangat berhati-hati dalam menampilkan dirinya. Oleh sebab itu,
mengelola citra dirinya di depan mad’u, Da’i sangat menjaga citra dirinya untuk
karena akan mempengaruhi kesan yang terus dipercaya oleh masyarakat.
ditampilkan di media sosial. Da’i berusaha Berikut adalah hasil penelitian
menampilkan citra dirinya yang sesuai dan pembahasan bagaimana Da’i
dengan sasaran mad’u nya. dan (2) Jika mempersiapkan citra dirinya dihadapan
ceramah Da’i semakin banyak mengisi mad’u (back stage area): Peneliti

Selly Oktaviani, Citra Diri Seorang Da’i di Media Sosial... 157


mendapatkan beberapa upaya Da’i bersangkutan. Beberapa fenomena
dalam mempersiapkan citra diri yang yang peneliti dapatkan dari manajemen
ingin dibentuknya dihadapan mad’u. Da’i dalam penelitian ini adalah: (1)
Da’i sangat memahami, jika persiapan Manajemen berusaha mengatur mad’u
sebelum bertemu mad’u dan tausiyah untuk tertib sebelum bertemu dengan
penting untuk dilakukan. Berikut Da’i; (2) Manajemen yang mengatur
beberapa upaya Da’i sebelum melakukan susunan segala aktifitas dakwah dari da’i.
tausiyah: (1) Selalu berusaha tampil rapi (3) Manajemen mendampingi da’i yang
dan bersih dengan style khas beliau, bersangkutan ketika sedang melakukan
sebelum tampil dihadapan mad’u; (2) tausiyah. Masing-masing da’i yang
Menguasai materi dakwah; dan (3) peneliti teliti dalam penelitian ini juga
Berdiskusi dengan manajemen untuk memiliki cara masing-masing untuk
menampilkan citra diri yang positif mempertahankan citra diri yang mereka
dihadapan mad’u. Da’i sangat memahami inginkan, terutama ketika berhadapan
mengenai pentingnya penampilan dan dengan mad’u. Mereka memahami, bahwa
materi yang disampaikan agar tampil melalui tausiyah secara langsunglah,
maksimal didepan mad’u, karena ini akan citra diri mereka terbentuk di media
mempengaruhi keberhasilan dakwah sosial. Mereka menyadari, keberhasiilan
beliau. dakwah tergantung bagaimana mereka
Hal ini tepat seperti yang dikemukakan bersikap.
oleh Goffman (Poloma, 2004: 231) Dengan konsep dramaturgis dan
bukan memusatkan perhatiannya pada permainan peran yang dilakukan oleh
struktur sosial, melainkan pada interaksi da’i, terciptalah suasana-suasana dan
tatap-muka atau kehadiran bersama kondisi interaksi antara da’i dan mad’u
(Co-presence). Interaksi tatap-muka itu yang kemudian memberikan mad’u
dibatasinya sebagai “individuindividu makna tersendiri untuk menerima
yang saling mempengaruhi dakwah di media sosial. Munculnya
tindakantindakan mereka satu sama lain pemaknaan ini sangat tergantung pada
ketika masingmasing berhadapan secara latar belakang sosial da’i itu sendiri.
fisik”. Da’i beranggapan jika penampilan Berikut adalah hasil penelitian dan
lahiriah mereka juga penting untuk pembahasan bagaimana Da’i memahami
konsumsi publik di media sosial. popularitasnya di media sosial sebagai
Berikut adalah hasil penelitian dan dampak dari kepercayaan yang dimiliki
pembahasan bagaimana Da’i ketika mad’u terhadap dirinya di media sosial
menampilkan citra dirinya dalam tausiyah (out stage area). Da’i memiliki berbagai
dihadapan mad’u (front stage region): (1) pemahaman tentang popularitas.
Berusaha menyampaikan dakwah yang Berikut adalah beberapa pemahaman
tidak menimbulkan kontroversi atau ujar Da’i tentang popularitas yang diraih
kebencian; (2) Berusaha mengatur ritme sebagai dampak dari kepercayaan yang
tausiyah, dan (3) Berusaha mengatur dimiliki mad’u terhadap dirinya di media
kalimat sehingga kalimat yang dikatakan sosial: (1) Popularitas adalah dampak
bisa masuk dalam relung hati mad’u. dari kepercayaan masyarakat terhadap
Upaya-upaya tersebut biasanya juga dirinya; (2) Bagi Da’i yang benar-benar
didukung oleh manajemen Da’i yang tulus di jalan Allah dan memiliki tujuan

158 Mediakita Vol. 3 No. 2 Juli 2019 | 153-162


dakwah yang jelas, popularitas bukan popularitas dalam karir dakwahnya.
hal yang utama dalam dakwahnya; (3) Da’i menyadari bahwa popularitas tidak
Popularitas adalah salah satu wujud dari datang dengan sendirinya, tetapi juga
keberhasilan dakwah atau tercapainya melalui proses yang panjang. Kerja
tujuan dakwah da’i tersebut. keras dalam berdakwah menjadi salah
Da’i memahami jika popularitas satu upaya yang dilakukan Da’i dalam
adalah dampak yang diraih dari upayanya meraih keberhasilan dakwah.
kepercayaan mad’u terhadap dirinya Hal ini memang dapat dijelaskan melalui
di media sosial. Jika kepercayaan sudah teori fenomenologi yang memang
terbentuk, maka dakwah akan dengan bertujuan untuk mengetahui dunia dari
mudah untuk diterima masyarakat luas. sudut pandang orang yang mengalaminya
Tetapi jika sebaliknya, maka dakwah pun secara langsung atau berkaitan dengan
akan sulit diterima karna ada beberapa sifat-sifat alami pengalaman manusia
golongan yang kontra terhadap dakwah dan makna yang ditempelkan padanya.
da’i tersebut. Beberapa dampak dari Hal ini selaras dengan George Herbert
citra diri Da’i yang baik di media massa Mead yang berpendapat bahwa manusia
adalah bertambahnya tawaran tausiyah merupakan makhluk yang paling rasional
atau show di banyak kota di Indonesia, dan memiliki kesadaran akan dirinya.
kesempatan bertemu berbagai kalangan Konsep diri menurut George Herbert
masyarakat, peluang pendapatan lain Mead, pada dasarnya terdiri dari jawaban
misalnya dari banyaknya subscriber individu atas pertanyaan “Siapa Aku.”.
youtube, dan lain-lain, serta penambahan Da’i sangat memahami, jika citra diri
jumlah jama’ah yang signifikan. Selain yang ingin diraih harus melalui proses
itu, beberapa dampak dari citra diri pembentukan terlebih dahulu. Proses
Da’i yang negatif di media sosial yaitu pembentukan itu meliputi persiapan
pemutusan hubungan kerja dengan sebelum melakukan tausiyah, dan ketika
pihak ketiga yang biasanya membantu melakukan tausiyah di hadapan mad’u.
mensukseskan dakwah, berkurangnya Citra diri yang ditangkap oleh mad’u itulah
sumber pendapatan di media sosial, dan yang kemudian akan dikembangkan oleh
lain-lain, serta kehilangan jama’ah. Da’i mad’u dalam memahami dakwah di media
juga berupaya untuk meraih maupun sosial. Da’i juga memahami, jika tausiyah
mempertahanan popularitas yang sudah darinya yang tersebar di media sosial
dicapai. Beberapa upaya yang dilakukan akan berdampak secara psikologis bagi
Da’i sebagai bentuk upaya tersebut masyarakat. Tausiyah dengan citra yang
yang berhasil didapat peneliti dalam positif akan menghasilkan bertambahnya
penelitian ini adalah: (1) Da’i berusaha kepercayaan masyarakat. Sebaliknya,
untuk kreatif, inovatif, dan update saat jika tausiyah memuat ujaran kebencian,
menyampaikan materi dakwah, agar maka akan menghasilkan berkurangnya
mad’u teratrik untuk terus mendengarkan kepercayaan masyarakat pula.
tausiyah da’i tersebut; dan (2) Da’i tidak Beberapa dampak dari citra diri
menyampaikan materi ujaran kebencian Da’i yang positif di media sosial adalah
yang dapat menimbulkan permasalahan bertambahnya tawaran pekerjaan off
baru karena perbedaan pendapat dengan air, kesempatan bertemu berbagai
da’i lainnya. Da’i sangat memahami peran kalangan masyarakat, diantaranya

Selly Oktaviani, Citra Diri Seorang Da’i di Media Sosial... 159


pengusaha dan atau pejabat publik, tinggi di kalangan masyarakat. Da’i
peluang mendapatkan kesempatan menempati kelas yang berbeda di tengah
menambah penghasilan lain dari media masyarakat. Da’i seringkali dianggap
sosial misalnya youtube, dan lain-lain, sebagai kelompok yang disegani banyak
serta penambahan jumlah jama’ah yang orang. Oleh sebab itu, Da’i dianggap
signifikan. Selain itu, beberapa dampak sebagai sosok yang menjadi tuntunan
dari citra diri Da’i yang negatif di media bagi masyarakat. Selain itu, Da’i
sosial yaitu pemutusan hubungan kerja sangat memahami peran media untuk
dengan pihak ketiga yang biasanya perkembangan karir dakwahnya.
membantu dakwahnya, berkurangnya Banyak Da’i yang kemudian
penghasilan di media sosial, off air, dan memanfaatkan media sosial untuk
lain-lain, serta yang lebih parah adalah berbagai tujuan seperti memperluas
bisa sampai berkurangnya jama’ah. dakwah, bentuk inovasi baru dalam
Da’i juga memahami jika citra diri yang dakwah, atau memanfaatkan media
ingin diraih harus senantiasa dipelihara sebagai media promosi untuk
dengan konsisten. Konsistensi penting kepentingan dakwahnya, dan lain-
agar publik tidak bingung dalam menilai lain. Semakin banyak orang yang ikut
citra yang ingin ditampilkan. menyebarkan tausiyahnya di media
Ada beberapa cara yang ditempuh sosial, semakin mendongkrak popularitas
Da’i untuk mempertahankan konsistensi sang Da’i. Popularitas ini yang kemudian
citra dirinya, diantaranya dengan tampil menjadi modal bagi Da’i tersebut untuk
berkala di media sosial. Akibat dari citra mendapatkan kepercayaan mad’u
diri yang diterima oleh mad’u di media untuk mempermudah tujuan dakwah
sosial, dampaknya adalah popularitas Da’i terealisasi. Oleh sebab itu, Da’i seringkali
yang meningkat di publik. Popularitas menuntut dirinya sendiri untuk kretif
ini juga berperan penting dalam karir dan inovatif dengan media sosial.
dakwahnya. Berikut adalah beberapa Mereka cenderung menampilkan citra
manfaat popularitas bagi Da’i yang diri yang sesungguhnya. Citra diri itulah
berhasil peneliti dapatkan di lapangan: yang kemudian dibawa ke ranah publik
(1) Menambah pemasukan karena melalui media sosial, yang berdampak
bertambahnya tawaran tausiyah secara pada popularitas Da’i yang bersangkutan.
langsung; (2) Membuka kesempatan
untuk bertemu dengan berbagai kalangan D. Penutup
masyarakat seperti pengusaha dan atau Citra diri bagi da’i menentukan kesan
pejabat publik, (3) Penambahan jumlah yang ingin dibentuk dalam media sosial.
jama’ah yang signifikan. Semakin baik citra diri yang ditampilkan,
Da’i sangat memahami bahwa maka peluang untuk mendapatkan kesan
profesinya sebagai penceramah di sosial yang baik di media sosial juga akan
masyarakat sangat berkorelasi erat tercapai. Hal ini sejalan dengan pernyataan
dengan pencitraan. Semakin baik dan jika tidak semua orang mempunyai
unik citra diri yang ditampilkan, maka pengaruh yang sama terhadap citra diri
semakin positif respon yang akan didapat da’i. Yang paling mempengaruhi citra
dari publik. Hal ini akan berdampak diri da’i adalah orang-orang sekitar yang
pada popularitas yang akan semakin berinteraksi dengan dirinya, karena

160 Mediakita Vol. 3 No. 2 Juli 2019 | 153-162


interaksi tersebutlah yang akan menjadi membawa dampak popularitas yang
realita. Realita tersebut harus mampu besar bagi da’i. Da’i membutuhkan
dibingkai da’i menjadi bagian dari citra popularitas untuk dapat bertahan dalam
dirinya. Jika bingkai citra diri yang menjalankan profesinya. Selain itu, da’i
ditampilkan tidak sesuai dengan realita, juga mendapatkan berbagai keuntungan
maka suatu saat ketika realita tersebut baik secara materi maupun immateriil
terbuka, da’i akan mendapat publikasi sebagai dampak dari popularitas yang
yang buruk. Tetapi jika citra diri yang diperolehnya. Oleh sebab itu, da’i selalu
ditampilkannya positif, maka dampak berupaya untuk memberikan tausiyah
positiflah yang akan diperoleh da’i pada sesuai dengan yang sedang dibutuhkan
kehidupan personalnya. mad’u.
Sebelum berhadapan dengan mad’u Berdasarkan simpulan dan
untuk berdakwah, da’i melakukan pembahasan pada uraian sebelumnya,
beberapa persiapan, (1) Selalu berusaha maka saran-saran yang diberikan
tampil rapi dan bersih dengan style peneliti terhadap da’i adalah: (1) Da’i
khas beliau, sebelum tampil dihadapan harus cerdik dalam menjaga citra
mad’u; (2) Menguasai materi dakwah; dirinya, dan cerdik dalam mengelola
dan (3) Berdiskusi dengan manajemen popularitas yang sudah diraih. Da’i
untuk menampilkan citra diri yang harus mampu menjaga integritasnya
positif dihadapan mad’u. Da’i memahami agar publik tidak merasa ditipu. Oleh
sepenuhnya makna popularitas bagi sebab itu, da’i perlu menjauhkan diri
dirinya. Popularitas yang positif dari perbuatan-perbuatan buruk atau
akan menghasilkan dampak positif, ujaran kebencian yang menimbulkan
diantaranya bertambahnya tawaran kontroversi hingga perdebatan antar
pekerjaan, off air, kesempatan bertemu umat beragama, (2) Da’i dihimbau untuk
berbagai kalangan masyarakat seperti terus menerus menambah keilmuan
pengusaha dan atau pejabat publik, dalam menyampaikan materi dakwah. (3)
peluang mendapatkan kesempatan Popularitas tidak harus menjadi sasaran
menambah penghasilan lain misalnya akhir yang wajib diraih, tetapi juga dapat
dari youtube, dan lain-lain, juga berarti sebagai dampak dari kerja keras
penambahan jumlah jama’ah yang dan totalitas dalam berdakwah. Semakin
signifikan. Sementara jika popularitas baik dakwah bisa diterima masyarakat,
negatif yang didapat maka akan maka akan semakin baik pula dampaknya
berdampak pada pemutusan hubungan terhadap popularitas da’i yang
kerja dengan pihak ketiga yang biasanya bersangkutan, (4) Da’i harus memiliki
membantu dakwahnya, berkurangnya kerja sama yang baik dengan manajemen
penghasilan lewat media sosial, off air, dll dakwhanya. Demi tercapainya tujuan
dan berkurangnya jumlah jama’ah. dakwah.
Citra diri yang ditampilkan oleh
da’i, jika dipahami secara positif di
media sosial, maka akan memberi kesan
positif juga oleh publik. Jika sebaliknya,
maka publik juga yang akan menolak
dakwahnya. Berita di media massa

Selly Oktaviani, Citra Diri Seorang Da’i di Media Sosial... 161


Referensi

Ahmadi, Abu. (2005). Munawar Sholeh,


Psikologi Perkembangan Edisi Revisi,
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Creswel, J. W. (1998). Qualitative inquiry
and research design, choosing among
five traditions. California: Sage
Publications, Inc.
Jahja, Yudrik. (2011). Psikologi
Perkembangan, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Kuswarno, E. (2009). Fenomenologi,
Konsepsi, Pedoman, dan Contoh Penelitian.
Bandung: Widya Padjadjaran.
Moleong, L. J. (2006). Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Mulyana, D. (2006). Metodologi Penelitian
Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Musta’in. (2010). “Teori Diri” Sebuah
Tafsir Makna Simbolik (Pendekatan
Teori Dramaturgi Erving Goffman).
Purwokerto: Komunika.
Poloma, M. M. (2010). Sosiologi kontemporer.
Jakarta: Raja Grafindo Perkasa.
Rakhmat, J. (2001). Metode penelitian
komunikasi. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Ritzer, George. (2012). Teori Sosiologi : Dari
Modern Klasik Sampai Perkembangan
Terakhir Postmodern, Yogyakarta,
Pustaka Pelajar.
Severin & Tankard Jr. (2007). Teori
komunikasi, sejarah, metode, dan terapan
di dalam media massa. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.

162 Mediakita Vol. 3 No. 2 Juli 2019 | 153-162

Anda mungkin juga menyukai