Anda di halaman 1dari 5

Living Qur’an (Analisis Gambar Ayat al Qur’an dalam Rumah

masyarakat jember desa Ajung Kaliwates)


Jayyid Muslim Fahmidz Dzikriy Muhammad (212104010034)
A. Latar Belakang
Dalam kajian Living Qur’an, Fenomena sosial merupakan suatu objek kajian dalam
masyarakat yang sengaja ingin menghidupkan al Qur’an dalam kesehariannya, baik
berbentuk praktik ritual dalam tradisi, simaan, doa doa, juga dalam bentuk pengobatan
Tradisional.1
Bagi umat Islam, al-Quran dianggap sebagai teks suci yang menjadi landasan dan
panduan dalam menjalani kehidupan mereka. Dalam Kesehariannya, mereka umumnya
telah mengadopsi ajaran al-Quran dalam praktik kehidupan mereka, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Interaksi atau cara masyarakat Muslim membaca al-Quran di
berbagai lingkungan sosial menunjukkan tingkat dinamisme dan variasi yang signifikan.
Sebagai bagian dari proses resepsi sosio-kultural, cara umat Islam menghargai dan
merespons al-Quran sangat dipengaruhi oleh pola pikir, konteks sosial, dan pengalaman
hidup mereka. Sebagai hasilnya, beragam bentuk dan model praktik resepsi serta respon
masyarakat terhadap al-Quran disebut sebagai Konsep Al-Quran yang Hidup, yang
mencerminkan realitas kehidupan masyarakat yang terus berubah.2
Dalam realitas yang ada kian banyak masyarakat mengadopsi ayat ayat al Qur’an
dengan pemahaman yang berbeda beda, mereka berusaha untuk menerapkan al Qur’an dan
menjadikannya hidup dalam kesehariannya. Hal inipun terjadi dalam kehidupan
masyarakat yang ada di daerah kabupaten jember tepatnya pada desa kaliwates dimana
tidak sedikit masyarakat yang menjadikan al Qur’an dalam bentuk gambar/kaligrafi
dijadikan hiasan, hal inilah yang menjadi ketertarikan penulis dalam menganalisis
fenomena sosial tersebut.
Adapun rumusan masalah pada kajian Living Qur’an tersebut adalah (1)
Bagaimana pengertian Living Qur’an dan (2) Bagaimana pemahaman masyarakat
kaliwates Terhadap pemasangan gambar ayat al Qur’an dalam rumah mereka. Sehingga
menghasilkan Tujuan yakni mengetahui pengertian Living Qur’an, dan memahami dari

1
M masrur. “Living Qur’an dalam Lintasan sejarah Studi al Qur’an”. (2017) hal. 29
2
Abdul Mustaqim, Metode Penelitian al-Quran dan Tafsir,( Yogyakarta; Idea Press Yogyakarta, 2014), hlm, 103.
pada pemahaman masyarakat kaliwates terhadap fenomena gambar ayat al Qur’an dalam
rumah.
Kajian Living Qu’an (Analisis Fenomena Simaan Al Qur’an
pada pondok pesantren Al Anwar Kaliwates)
Jayyid Muslim Fahmidz Dzikriy Muhammad (212104010034)
A. Latar belakang
Al-Qur’an adalah teks suci bagi umat Islam yang diturunkan kepada Nabi
terakhir, Muhammad saw., dengan beberapa tujuan utama. Al-Marāghī, dalam
tafsirnya, menyatakan bahwa al-Qur’an adalah sumber hukum Islam yang disebut
sebagai Dustūr al-Tasyri’ (undang-undang syari’at Islam), yang menjadi rujukan bagi
umat Muslim dalam mencari hukum-hukum agama. Quraish Shihab menyimpulkan
bahwa tujuan utama penurunan al-Qur’an adalah: 1) Memberikan petunjuk tentang
keyakinan dan kepercayaan, termasuk keimanan kepada Tuhan dan kepercayaan akan
hari pembalasan, 2) Memberikan pedoman tentang moralitas yang tinggi dengan
menjelaskan norma-norma agama dan etika yang harus diikuti oleh individu maupun
masyarakat, 3) Memberikan petunjuk tentang hukum syari’at dengan menjelaskan
prinsip-prinsip hukum yang harus diikuti dalam hubungan dengan Tuhan dan sesama
manusia.3
Salah satu topik populer dalam studi al-Qur'an saat ini adalah konsep Living
Qur’an. Meskipun memiliki unsur kultural dan fenomenologis, namun tetap menjadi
bagian dari analisis kitab suci. Living Qur’an pada dasarnya berasal dari pengamatan
terhadap fenomena al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. Ini merujuk pada
pemahaman dan pengalaman nyata yang dimiliki oleh masyarakat Muslim terhadap
makna dan fungsi al-Qur’an. Dalam konteks lain, ini mengacu pada tingkah laku
masyarakat yang terkait dengan al-Qur’an dalam realitas mereka. Al-Qur’an secara
teksual berperan sesuai dengan apa yang dapat dipahami atau dirasakan oleh
masyarakat, dengan keyakinan bahwa pengamalan ajaran tersebut akan membawa
manfaat dalam kehidupan nyata, dan keyakinan ini diperkuat oleh teks-teks al-Qur’an
itu sendiri.4

3
Muhammad Quraish Shihab, Membumikan al-Qur‟an; Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat,
(Bandung: Mizan, 1994), 40
4
Moh. Mansyur, dkk.,Metodologi Artikel Living Qur‟an dan Hadis, (Yogyakarta: TH. Press,2007), 5.
Pada penelitian ini merupakan kajian Living Qur’an pada konteks
membumikan al Qur’an Lewat simaan Al Qur’an pada pondok pesantren al Anwar,
pada kesehariannya dalam pondok pesantren tersebut simaan al Qur’an telah menjadi
budaya yang tidak bisa lepas pada santri santri pondok tersebut, hal ini sangat menarik
untuk menjadi bahan penelitian dimana terdapat pemahaman pada budaya yang telah
lama dilakukan oleh para santri tersebut.
Pembacaan Surah alfatihah Sebelum perkuliahan dimulai
(Analisis Kajian Living Qur’an UIN KHAS Jember Prodi Ilmu
Al Qur’an dan Tafsir)
Jayyid Muslim Fahmidz Dzikriy Muhammad (212104010034)
A. Latar Belakang
Dengan perjalanan waktu, studi tentang Al-Quran telah berkembang menjadi
beragam bidang, mulai dari analisis teks hingga studi sosial budaya yang dikenal
sebagai Living Quran. Menurut M. Mansur, Living Quran berakar dari fenomena Al-
Quran yang diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat, atau yang dikenal
sebagai Al-Quran in every day live. Ini mencakup pemahaman dan pengalaman
masyarakat Muslim umum terhadap makna dan peran Al-Quran. Fenomena ini
meliputi berbagai hal dalam masyarakat, seperti metode pembelajaran membaca Al-
Quran, praktik menuliskan sebagian ayat Al-Quran, penggunaan Al-Quran dalam
pengobatan, doa, dan sebagainya, yang mungkin terjadi pada sebagian masyarakat
Muslim tetapi tidak pada yang lain.5
Seperti halnya yang terjadi pada kampus Universitas KH Achmad Siddiq
Jember pada prodi Ilmu Al Qur’an dan tafsir terdapat beberapa dosen yang
membudayakan hal tersebut, dimana sebelum perkuliahan dimulai para mahasiswa
diarahkan untuk membaca surah alfatihah terlebih dahulu, hal inilah yang menjadi
ketertarikan penulis untuk meneliti terhadap pemahaman para dosen pada fenomena
tersebut.
Bagi penulis hal ini sangat menarik untuk diteliti sebagai model alternatif bagi
suatu komunitas sosial dan lembaga pendidikan untuk selalu berinteraksi dan bergaul
dengan Al-Quran sehingga Al-Quran menjadi lebih hidup dalam lingkungan kampus
atau yang lebih dikenal dengan istilah Living Quran atau Al quran in everyday live.

5
Muhammad Mansur. “Living Quran dalam Lintasan sejarah studi Alquran”, dalam Sahiron Syamsuddin (Ed.),
Metode Penelitian Living Quran dan Hadits, (Yogyakarta: Teras, 2007), hlm. 6-7

Anda mungkin juga menyukai