Rangkuman Materi B.Indo 8
Rangkuman Materi B.Indo 8
1. Teks persuasi adalah teks yang berisi ajakan atau himbauan untuk membujuk pembaga agar
melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang disampaikan oleh penulis.
2. Teks persuasi mengandung pendapat maupun fakta yang dapat digunakan dalam rangka
memperkuat dan memengaruhi pembaca agar mau mengikuti bujukan-bujukan itu.
3. Struktur teks persuasi:
Pengenalan isu pengantar atau penyampaian tentang masalah yang menjadi dasar
tulisan/pembicaraan.
Rangkaian argumen sejumlah pendapat terkait isu yang dikemukakan pada bagian
sebelumnya.
Pernyataan ajakan sebagai inti dari teks persuasi yang di dalamnya dinyatakan
dorongan kepada pembaca/pendengar untuk melakukan sesuatu.
Penegasan kembali dapat berupa simpulan atau rangkuman. Biasanya ditandai oleh
ungkapan-ungkapan seperti demikianlah, dengan demikian, oleh karena itulah.
4. Kaidah kebahasaan teks persuasi:
Menggunakan kata bujukan, seperti penting, harus, sepantasnya.
Menggunakan kata kerja imperatif, seperti jadikanlah, hendaknya, waspadalah.
Menggunakan kata kerja mental, seperti diharapkan, memprihatinkan, memperkirakan,
mengagumkan, menduga, berpendapat, berasumsi, menyimpulkan.
Menggunakan kata-kata teknis atau istilah yang berkaitan dengan topik yang dibahas.
Menggunakan kata-kata penghubung yang argumentatif atau konjungsi kausalitas,
seperti jika, sebab, karena, dengan demikian, akibatnya, oleh karena itu.
Menggunakan kata-kata perujukan, seperti berdasarkan data..., merujuk pada
pendapat....
5. Contoh teks persuasi:
Pengenalan isu
Negeri Indonesia kaya akan tradisi dan ragam kesenian termasuk permainan
tradisional. Buku Statistik Kebudayaan yang dikeluarkan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan tahun 2016 mencatat setidaknya terdapat 424 permainan tradisional yang
tersebar dari Sabang hingga Merauke. Ragam permainan tersebut sarat dengan nilai-
nilai luhur, seperti kekompakan, kejujuran, dan mencintai alam.
Rangkaian argumen
Mayoritas permainan tradisional mengajarkan kebersamaan dan membangun
relasi sosial karena tidak bisa dimainkan sendiri. Hingga kini sejumlah permainan
tradisional masih hidup dalam masyarakat. Layang-layang merupakan jenis permainan
paling populer, diikuti petak umpet, kelereng, congklak, dan main tali.
Sekolah dan keluarga harus memberikan tempat untuk melestarikan permainan
yang lahir dari kreativitas masyarakat dan alam sekitar tersebut. Apalagi, perkembangan
teknologi dan internet, seperti gawai dan playstation yang lebih individual cara
bermainnya perlahan-lahan mulai menggeser permainan tradisional dari dunia anak-
anak.
Pernyataan ajakan
Oleh karena itu, kita perlu untuk melestarikan kembali permainan-permainan
tradisional untuk mempertahankan kebudayaan kita yang hampir ditinggalkan oleh
generasi-generasi muda saat ini, terutama bagi anak-anak. Permainan-permaian
tradisional akan menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan, terutama wisatawan
asing mancanegara.
Penegasan kembali
Permainan tradisional memang sudah seharusnya mendapatkan perhatian
khusus. Permainan tradisional, bagian dari kebudayaan kita. Kebudayaan yang memiliki
nilai-nilai luhur akan diwariskan kepada generasi selanjutnya.
BAB 6 TEKS ULASAN
1. Teks ulasan adalah suatu teks yang berisi ulasan, penilaian atau review terhadap suatu karya
seperti film, drama, atau sebuah buku.
2. Teks ulasan disebut juga dengan resensi.
3. Teks ulasan memiliki beberapa tujuan, yaitu:
Menunjukkan pandangan atau penilaian penulis resensi terhadap suatu karya.
Memberikan informsi kepada publik tentang kelayakan yang dimiliki suatu karya.
Membantu pembaca untuk mengetahui isi suatu karya.
Memberikan informasi kepada pembaca tentang kelebihan dan kekurangan karya yang
diulas atau diresensi.
Mengetahui perbandingan karyaa tersebut dengan karya lain yang sejenis.
Memberikan informasi yang komprehensif tentang suatu karya.
Memberi tahu dan mengajak pembaca untuk merenungkan, memikirkan dan
mendiskusikan masalah yang terdapat dalam suatu karya.
Memberikan pertimbangan pada pembaca apakah suatu karya tersebut pantas untuk
dinikmati atau tidak.
Memudahkan pembaca dalam memahami hubungan suatu karya dengan karya lain yang
serupa.
Memberikan pertimbangan bagi pembaca sebelum memutuskan untuk memilih,
membeli dan menikmati suatu karya.
4. Struktur teks ulasan:
Identitas karya, meliputi judul, pengarang, penerbit, tahun terbit, tebal halaman, dan
ukuran buku.
Orientasi, bagian yang berisi tentang pembahasan mengenai gambaran umum suatu
karya yang akan diulas seperti nama, kegunaan, dan sebagainya.
Sinopsis, berupa ringkasan yang menggambarkan pemahaman penulis terhadap isi karya
yang diulas.
Analisis, berisi penjabaran keberadaan unsur-unsur cerita seperti tema, penokohan, dan
alur.
Evaluasi, berupa penjabaran tentang kelebihan dan kekurangan suatu karya. Pada bagian
ini, pengulas mengevaluasi atau mengungkapkan pandangannya terhadap hasil karya
yang diulas. Pengulas mengevaluasi bagian yang mempunyai nilai dan bagian yang
kurang.
5. Kaidah kebahasaan teks ulasan:
Menggunakan konjungsi penerang, seperti bahwa, yakni, yaitu.
Menggunakan konjungsi temporal, seperti sejak, semenjak, kemudian, akhirnya.
Menggunakan konjungsi penyebab, seperti karena, sebab.
Menggunakan pernyataan-pernyataan yang berupa saran atau rekomendasi pada bagian
akhir teks. Hal ini ditandai oleh kata jangan, harus, hendaknya.
6. Contoh teks ulasan:
Identitas karya
Judul Buku : Sungging
Penulis : Alan TH
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia
Cetakan : I, Oktober 2017
Tebal : ix + 625 halaman
ISBN : 978-602-424-414-9
Orientasi
Novel dengan base on Majapahit dan Singasari sepertinya tidak ada habisnya.
Kisah-kisah awal dan akhir Singasari, awal dan puncak kejayaan Majapahit adalah yang
paling banyak diungkap. Puluhan novel telah muncul dari kisah Ken Arok-Ken Dedes
hingga Gayatri kemudian Raden Wijaya hingga Hayam Wuruk atau yang kemudian
Iebih mengekspos Gadjah Mada. Demikian juga kisah ‘Sungging’ ini. Sekalipun masih
istana sentries. Bedanya Sungging bukan mengisahkan raja-raja dan keluarga, tapi justru
pujangga istana.
Sinopsis
Kertanegara melarang pujangga istana ikut perang karena tugasnya adalah
mencatat. Juga saat Tentara Tartar yang bérkolaborasi dengan Majapahit menyerbu
Kediri, Raden Wijaya melarang pujangga untuk maju ke medan pertempuran. Bahkan
pujangga yang bertugas menulis kisah dan perjalanan yang terjadi inilah kemudian
menjadi satu-satunya orang yang diberitahu dan sudah tahu strategi Iain dari Raden
Wijaya.
Namun pujangga Sanghika, memilih meninggalkan junjungannya ketika
mengetahui tipisnya batas antara strategi dan pengkhianatan, yang membuat Raden
Wijaya rela mengorbankan sahabatnya. (hal 513-517).
Analisis
Novel yang menceritakan tokoh Sungging - pemilik darah campur Jawa China,
cucu ponakan Jenderal Kau Shing yang kembali ke Jawa oleh kakeknya untuk
meluruskan sejarah. Setelah berpisah dengan kakeknya, Sungging - nama Jawanya -
bertemu dengan Rsi Sanghika yang semula pelayan Mpu Satir, pujangga zaman
Kertanegara. Rsi Sangriika, pujangga Majapahit ini sahabat kakek Sungging ini
memiliki kemampuan menghafal bacaan inilah yang kemudian menceritakan akhir
sejarah Singasari dan awal Majapahit. Karena dia telah membaca cepat dan menghafal
karya-karya pujangga Mpu Satir dan juga karya Kertanegara: Kitab Begawan Ksatria.
Kitab yang akhirnya membuat Rsi Sanghika diburu kerajaan Majapahit. Karena
Sanghika telah membaca dan menghafal isikitab atas perintah Mpu Satir termasuk kitab
perbaikan sekaligus petunjuk atas banyaknya kesalahan isi kitab yang ditulis raja (hal
273). Sementara kitab karya Kertanegara berhasil ‘diselamatkan’ salah seorang teman
Raden Wijaya, Gajah Pagon yang kemudian melahirkan keturunan bernama Ganesha
Mada atau Gadjah Mada. Sosok yang justru telah mempelajari Kitab Begawan Ksatria
karya Kertanegara yang belum disempurnakan Mpu Satir.
Evaluasi
Kisah yang menarik, sulit dikira endingnya dan perlu mengernyitkan dahi untuk
membacanya. Sampai akhir pun ending masih menggantung. Rupanya penulis
merencanakan dalam dwilogi. Beberapa kekeliruan cukup mengganggu seperti
penyebutan nama keempat anak Kertanegara yang berbeda-beda, juga kesalahan ketik.
Namun tidak mengurangi kenikmatan membaca.
BAB 8
DRAMA
1. Drama adalah cerita atau kisah yang menggambarkan kehidupan dan watak manusia
melalui tingkah laku (akting) yang dipentaskan.
2. Ciri utama drama berupa cerita
berbentuk dialog
bertujuan untuk dipentaskan
3. Istilah drama tradisional:
- Sandiwara diciptakan oleh Mangkunegara VII
berasal dari bahasa Jawa sandhi yang berarti ‘rahasia’ dan warah yang
berarti ‘pengajaran’.
Oleh Ki Hajar Dewantara, istilah sandiwara sebagai pengajaran yang
dilakukan dengan perlambang, secara tidak langsung.
- Lakon cerita yang dimainkan dalam drama, wayang, atau film
karangan yang berupa cerita sandiwara
perbuatan, kejadian, peristiwa
- Tonil berasal dari bahasa Belanda toneel, yang artinya ‘pertunjukan’
- Sendratari kepanjangan dari seni drama dan tari
pertunjukan serangkaian tari-tarian yang dilakukan oleh sekelompok
orang penari dan mengisahkan suatu cerita dengan tanpa menggunakan
percakapan
- Tablo drama yang menampilkan kisah dengan sikap dan posisi pemain,
dibantu oleh pencerita.
pemain tablo tidak berdialog
4. Unsur-unsur drama:
1) Alur ---- rangkaian peristiwa dan konflik yang menggerakkan jalan cerita.
Alur drama mencakup bagian-bagian:
Pengenalan cerita
Konflik awal
Perkembangan konflik
Penyelesaian
2) Penokohan
* Berdasarkan perannya, tokoh terbagi atas:
- Tokoh utama tokoh yang menjadi sentral cerita dalam pementasan drama.
cirinya paling sering muncul dalam setiap adegan.
menjadi sentral/pusat perhatian tokoh-tokoh lain.
kejadian-kejadian yang melibatkan tokoh lain selalu dapat
dihubungkan dengan peran tokoh utama.
dialog-dialog yang dilibatkan tokoh-tokoh lain selalu
berkaitan dengan peran tokoh.
- Tokoh pembantu tokoh yang dilibatkan/dimunculkan untuk mendukung jalan
cerita dan memiliki kaitan dengan tokoh utama.
*
3) Dialog
4) Latar
5) Bahasa
5. Struktur drama:
Prolog
Dialog:
Orientasi
Komplikasi
Resolusi
Epilog
6. Kaidah kebahasaan drama:
Kalimat langsung
Kata ganti orang ketiga
7. Kalimat tanya
Struktur Teks Drama
1. Prolog
Merupakan bagian pembukaan atau peristiwa pendahuluan dalam sebuah drama atau
sandiwara.
Bagian ini biasanya disampaikan oleh tukang cerita (dalang) untuk menjelaskan gambaran
pemain, gambaran latar, dan sebagainya.
2. Dialog
Merupakan media kiasan yang melibatkan tokoh-tokoh drama yang diharapkan dapat
menggambarkan kehidupan dan watak manusia, problematika hidup yang dihadapi, dan
cara manusia dalam menyikapi persoalan hidupnya.
Di dalam dialog tersaji urutan peristiwa yang dimulai dengan orientasi, komplikasi, dan resolusi.
a. Orientasi
Bagian awal cerita yang menggambarkan situasi yang sedang atau sudah terjadi.
b. Komplikasi
Berisi konflik-konflik dan pengembangannya; gangguan-gangguan, halangan-halangan
dalam mencapai tujuan, atau kekeliruan yang dialami tokoh utama.
Pada bagian ini dapat diketahui watak tokoh utama.
c. Resolusi
Bagian klimaks dari drama, berupa babak akhir cerita yang menggambarkan
penyelesaian atas konflik yang dialami para tokoh.
3. Epilog
Merupakan bagian akhir dari sebuah drama yang berfungsi untuk menyampaikan inti sari
cerita atau bagian yang menafsirkan maksud cerita oleh salah seorang aktor atau dalang pada
akhir cerita.
SAHABAT SEJATI
PROLOG
Suatu ketika disaat keadilan sudah menjadi kata yang punah. Sedang diadakannya ujian semester. Adi
dan Banu duduk sebangku, Sita dan Dini duduk sebangku di depannya, sedangkan Budi duduk sendiri
disamping Banu.
Mata pelajaran yang sedang di ujiankan adalah matematika, semua murid terlihat kebingungan dan
kewalahan melihat soalnya. Dan terjadi lah percakapan antara 5 sekawan, Adi, Budi, Banu, Sita dan
Dini.
DIALOG
Orientasi
Banu : “Din, aku minta jawaban soal nomor 5 dan 6!”
Dini : “A dan C.”
Sita : “Kalau soal nomor 10, 11, dan 15 jawabannya apa Ban?”
Banu : “10 A, 11 D, nomor 15 aku belum.”
Adi : “Huss, jangan kencang-kencang nanti gurunya dengar.”
Sita : “Soalnya sulit sekali, masih banyak yang belum aku kerjakan.”
Mereka berempat saling contek-mencontek seperti pelajar lainnya. Tapi tidak dengan Budi, ia terlihat
rileks dan mengerjakan soal ujian sendiri tanpa menyontek.
Banu : “Bud, kamu sudah selesai?”
Budi : “Belum, tinggal 3 soal lagi.”
Komplikasi
Banu : “Aku minta jawaban nomor 15 sampai 20, Bud!”
Budi : “Tidak bisa, Ban.”
Banu : “Kenapa? Kita sahabat Bud, kita harus kerja sama.”
Dini : “Iya Bud, kita harus kerja sama.”
Adi : “Iya, kamu kan yang paling pintar di sini, Bud.”
Budi : “Tapi bukan kerja sama seperti ini teman-teman.”
Sita : “Kenapa memang Bud? Hanya 5 soal saja!”
Budi : “Menyontek atau pun memberi contek adalah hal buruk, yang dosanya sama. Aku tidak mau
mencotek karena dosa, begitu pula memberi contek ke kalian. Aku minta maaf.”
Sita : “Tapi saat ini sangat mendesak, Bud.”
Dini : “Iya Bud, bantu kami.”
Budi : “Tetap tidak bisa.”
Adi : “Yasudah, biarkan. Urus saja dirimu sendiri Bud dan kami urus diri kami sendiri.” (marah dan
kesal)
Banu : “Biarkan, kita lihat di buku saja.”
Banu lalu mengeluarkan buku dari kolong bangkunya secara diam-diam, kemudian melihat rumus dan
jawaban di dalamnya. Lalu Sita menanyakan hasilnya.
Sita : “Bagaimana, Ban? Ada tidak?”
Banu : “Ada, kalian dengar ya. 15 A, 16 D, 17 D, 18 B, 19 A, 20 C.”
Karena suara Banu yang agak terdengar keras, Guru pun mendengarnya dan menghampiri mereka
berempat.
Guru : “Kalian ini, menyontek terus. Keluar kalian.”
Mereka berempat dihukum di lapangan untuk menghormati tiang bendera.
Resolusi
Banu : “Aku tidak menyangka akan seperti ini.”
Dini : “Aku juga tidak menyangka akan dihukum.”
Sita : “Seharusnya kita belajar ya.”
Adi : “Iya, Budi benar.”
Banu : “Disaat seperti ini, baru kita menyadarinya yah!”
Sita : “Aku menyesal!”
Adi, Dini, dan Banu : “Aku juga.” (bersama)
Setelah itu Budi keluar dari kelas dan menghampiri mereka. Kemudian Budi ikut berdiri hormat
seperti yang lain.
Dini : “Kenapa, Bud? Kamu dihukum juga?”
Budi : “Tidak, aku ingin menjalani hukuman kalian juga. Kita sahabat kan? Aku ingin kita
bersama.”
Sita : “Aku berharap ini menjadi pelajaran kita semua.”
Dini : “Dan tidak kita ulangi lagi.”
Adi : “Kita sahabat sejati.”
EPILOG
Lalu mereka semua menjalani hukuman dengan penuh senyum dan tawa. Persahabatan akan
mengalahkan segala keburukan.
Kaidah Kebahasaan Teks Drama
Berupa dialog
Menggunakan tanda petik pada dialog (“...”)
Menggunakan kata ganti orang ketiga pada bagian prolog atau epilog (dia, beliau, ia, -nya)
Menggunakan kata ganti orang pertama dan kedua pada bagian dialog (aku, saya, kami, kita,
kamu)
Banyak menggunakan kata yang menyatakan urutan waktu atau konjungsi temporal (sebelum,
sekarang, setelah itu, mula-mula, kemudian)
Banyak menggunakan kata kerja yang menggambarkan suatu peristiwa (menyuruh,
menobatkan, menyingkirkan, menghadap, berisitrahat)
Banyak menggunakan kata kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan oleh
tokoh (merasakan, menginginkan, mengharapkan, mendambakan, mengalami)
Menggunakan kata-kata sifat untuk menggambarkan tokoh, tempat, atau suasana (ramai,
bersih, baik, gagah, kuat)
Tidak perlu jawaban karena sudah pasti semua petani ingin untung dari usahanya.
2. Siapa sih yang berharap usahanya merugi terus?
Tidak perlu jawaban karena sudah pasti tidak ada yang berharap usahanya rugi.
c. Kalimat tanya yang memiliki tujuan selain bertanya.
Dari segi tujuannya kalimat ini serupa dengan kalimat perintah. Kalimat itu sesungguhnya
berisikan suruhan, permintaan, ajakan, rayuan, sindiran, sanggahan.
Contoh:
1. Mau tidak kamu mengambil benih itu di rumah Pak Lurah? (sebenarnya berisi atau
bermakna permintaan, suruhan)
2. Kamu mau kan bekerja di kebun saya? (sebenarnya berisi atau bermakna ajakan)
3. Masa seorang petani sekadar untuk menanam padi pun tidak bisa? (sebenarnya berisi atau
bermakna sindiran)