Anda di halaman 1dari 9

RMK Joint cost

William mangumban A021231048


Muh. Nailal munadil A021231233
Wahyudi Agustin A021231177

Pengertian joint Cost

Joint cost mengacu pada biaya yang keluar oleh produsen dari proses produksi atau manufaktur
untuk memproduksi banyak produk secara bersamaan.

Proses alokasi biaya produksi bersama digabung sebab alur, alat, dan bahan baku yang diproses
sama antara satu produk dengan produk lainnya.

Adapun, joint cost sudah termasuk biaya pengeluaran untuk bahan baku, tenaga kerja,
dan biaya overhead.

Biaya bersama ini akan berakhir pada titik di mana produksi dapat diidentifikasi sebagai produk
jadi yang terpisah.

Berikut ciri-ciri atau karakteristik dari komponen pembiayaan ini:

 Common Input (Pemakaian Umum): Muncul ketika dua atau lebih produk diproduksi
dari satu bahan baku atau proses produksi umum. Pemakaian bersama ini adalah alasan
sifat bersama dari biaya.
 Incurred before Split-off Point: Berakhir setelah titik proses produksi terjadi pemisahan
antara satu produk dengan produk lainnya.
 Indivisibility (Tidak Terpisahkan) : Joint cost tidak dapat secara langsung dikaitkan
dengan suatu produk sampai setelah titik pemisahan karena biaya tersebut keluar saat
memproduksi beberapa produk secara bersama.

Memahami joint cost penting untuk pengelolaan akuntansi biaya sebuah produsen
atau perusahaan manufaktur.

Beberapa peran penting dari menghitung joint cost adalah:

 Untuk memastikan penilaian inventaris yang tepat.


 Memberikan data yang konkret terhadap pembiayaan proses produksi yang penting
untuk menganalisis kesehatan keuangan.
 Menetapkan harga jual yang sesuai untuk setiap produk.
 Untuk memastikan profitabilitas setiap lini produk.
 Sebagai pertimbangan untuk keputusan strategis perusahaan.

Rumus Perhitungan Joint Cost

Untuk menghitung joint cost dari sebuah proses produksi, berikut rumus sederhananya:

Joint Cost = Cost (Total Biaya)/ Unit (Total Unit yang Diproduksi Bersama)

Sedikit penjelasan, menghitung joint cost menggunakan metode average unit cost.

Dalam metode ini, total biaya semua produk yang diproduksi bersama dibagi dengan total unit
yang diproduksi.

Selain menggunakan metode ini, perhitungan joint cost juga dapat menggunakan metode
survei.

Dalam metode survei, faktor seperti kualitas bahan, biaya pemasaran, dan harga jual juga
menjadi bahan pertimbangan.

Secara keseluruhan, hasil pengukuran kualitatif dan kuantitatif dipertimbangkan dan


menurunkan rumus berikut:

Joint Cost = Total Cost (Total Biaya)/ Total Weighted Units (Total Unit Tertimbang)

Metode Alokasi Joint Cost Serta Contoh Perhitungannya

Selain menggunakan metode average unit cost, terdapat beberapa metode alokasi lain untuk
menentukan joint cost.

Salah satu tantangan dari joint cost adalah tidak ada metode yang sempurna, sehingga harus
menyesuaikan dengan kebutuhan, jenis usaha, dan keseragaman produk bisnis.

Ada lima metode alokasi yang perlu Anda ketahui selain average unit cost methods, berikut
penjelasan beserta contoh perhitungannya:
Metode Physical Unit

Metode ini menggunakan satuan pengukuran kuantitas beban relatif dari produk seperti satuan
berat ton atau galon.

Contoh soal dan perhitungannya sebagai berikut:

Perusahaan A adalah sebuah pabrik olahan kopi yang memproduksi kopi dalam jumlah besar.
Hasil produksi terbesar dalam 1 ton kopi menghasilkan 600kg arabika dan 400kg robusta.
Dengan biaya bahan baku 1 ton kopi sebesar Rp 25.000.000, biaya tenaga kerja Rp 12.000.000,
dan biaya overhead sebesar Rp 5.000.000. Berapa joint cost-nya?

Berikut tabel laporan pembagian joint cost perusahaan A:

Berdasarkan perhitungan dengan metode physical unit, joint cost perusahaan A yaitu Rp
42.000.000.

Metode Market Value

Menggunakan metode ini memerlukan nilai pasar setiap produk untuk menentukan joint
cost secara keseluruhan.

Oleh karena itu, cara mengalokasikan joint cost beradssarkan pada nilai pasar atau penjualan
setiap unit produksi.

Dalam hal ini, kuantitas yang terjual dikalikan dengan harga jual unit.

Contoh soal dan perhitungannya sebagai berikut:


Sebuah pabrik B pengolahan biji kedelai biasanya memproduksi dan menghasilkan produk
olahan kedelai yaitu tahu, tempe, dan oncom dengan total biaya produksi gabungan sebesar Rp
7.000.000. Berikut jumlah produksi dari masing-masing produk:

 Tahu dengan hasil produksi 190 kg, nilai jual Rp 24.000/ kg


 Tempe dengan hasil produksi 180 kg, nilai jual Rp 21.000/ kg
 Oncom dengan hasil produksi 130 kg, nilai jual Rp 15.000/ kg

Nilai tersebut sudah sesuai dengan penyesuaian biaya produksi bersama. Oleh karena itu,
tentukan komponen joint cost dengan metode market value.

Berikut tabel laporan pembagian joint cost pabrik B:

Metode Survei

Selain menggunakan metode ini, perhitungan joint cost juga dapat menggunakan metode
survei.

Dalam metode survei, faktor seperti kualitas bahan, biaya pemasaran, dan harga jual juga
menjadi bahan pertimbangan.

Nilai atau persentase poin diberikan pada masing-masing produk sesuai dengan prioritas proses
produksinya.

Contoh soal dan perhitungannya sebagai berikut:

Sebuah perusahaan manufaktur C memproduksi baju dengan berbagai kualitas, mulai


dari grade A, grade B, hingga grade C. Adapun, jumlah produksi serta poin alokasi dari
masing-masing produk adalah sebagai berikut.
 Baju grade A telah berhasil diproduksi sebanyak 600 buah dan poin alokasi 4.
 Baju grade B telah berhasil diproduksi sebanyak 950 buah dan poin alokasi 6.
 Baju grade A telah berhasil diproduksi sebanyak 400 buah dan poin alokasi 2,5.

Sedangkan total joint cost yang berhasil tercatat yaitu Rp 58.500.000. Gambarkan metode
perhitungan joint cost melalui metode survei.

Berikut tabel laporan pembagian joint cost perusahaan C:

Metode Contribution Margin

Di bawah metode margin kontribusi, pembagian biaya bersama dilakukan melalui teknik biaya
marjinal di mana kontribusi dapat dipahami sebagai surplus penjualan atas biaya variabel.

Selain itu, biaya variabel ditentukan dengan bantuan unit yang terjual, dan biaya tetap
dipastikan melalui rasio margin kontribusi.

Contoh soal dan perhitungannya sebagai berikut:

Sebuah bisnis UKM D mengolah padi menjadi dua varietas beras, yaitu beras putih dan beras
merah.

Adapun, biaya produksi bersama sebesar Rp 12.200.000, dengan biaya tetap sebesar Rp
2.000.000.

Produk yang dihasilkan setelah melalui proses produksi adalah beras putih 500 Kg dan beras
merah 500 Kg dan masing-masing dijual sebesar Rp 13.000 untuk beras putih per Kg dan Rp
14.000 untuk beras merah per Kg.
Berikut tabel laporan pembagian joint cost perusahaan D:

Peran Joint Cost dalam Pengambilan Keputusan Bisnis

Peran Joint Cost dalam pengambilan keputusan bisnis sangat penting dan berpengaruh pada
beberapa aspek utama dalam operasi perusahaan.

Salah satunya dalam pengambilan keputusan bisnis strategis mengenai harga jual,
mengevaluasi keuntungan produk, dan mengatur prioritas produksi.

Berikut adalah beberapa cara informasi Joint Cost dapat digunakan dalam konteks pengambilan
keputusan:

1. Menentukan Harga Jual Produk

Hasil perhitungan join cost secara keseluruhan dapat membantu perusahaan dalam menentukan
harga jual produk yang wajar.

Tentunya harga jual produk juga telah menyesuaikan dengan tingkat permintaan pasar, agar
dapat mencapai keuntungan yang sesuai dengan target perusahaan.

2. Evaluasi Keuntungan Produk

Selain untuk menentukan harga jual produk, perhitungan joint cost juga membantu dalam
menganalisi dan mengevaluasi keuntungan.

Dengan membandingkan biaya produksi dengan harga jual produk, perusahaan dapat
mengevaluasi keuntungan kotor dari setiap produk.
Ini bertujuan untuk mengidentifikasi produk-produk yang memberikan kontribusi keuntungan
yang tinggi atau rendah.

Dalam beberapa kasus, manajemen dapat mempertimbangkan untuk menghentikan produksi


produk tertentu atau mengoptimalkan proses produksi.

3. Mengatur Prioritas Produksi

Joint Cost membantu perusahaan memutuskan untuk produksi mana yang diprioritaskan
berdasarkan keuntungan relatif yang dihasilkan.

Produk dengan margin keuntungan yang lebih tinggi atau tingkat permintaan yang lebih tinggi
dapat diberi prioritas dalam alokasi sumber daya dan produksi untuk memaksimalkan
keuntungan perusahaan secara keseluruhan.

4. Evaluasi Efisiensi Produksi

Joint Cost juga membantu dalam mengevaluasi efisiensi proses produksi secara keseluruhan.

Jika biaya produksi relatif tinggi dibandingkan dengan nilai produk akhir, perusahaan dapat
mencari cara untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya produksi.

5. Meningkatkan Strategi Penjualan

Pengetahuan tentang biaya produksi membantu dalam menentukan strategi pemasaran yang
efektif seperti apakah akan memberikan diskon yang sesuai dengan kondisi pasar dan tujuan
perusahaan.

Informasi ini membantu perusahaan untuk menyesuaikan strategi penjualan agar tetap
kompetitif dalam pasar.

6. Riset dan Pengembangan Produk Baru

Dalam pengembangan produk baru, pengetahuan tentang Joint Cost membantu perusahaan
dalam memahami potensi keuntungan dan risiko yang terkait dengan produk baru.

Hal ini membantu manajemen dalam mengambil keputusan tentang apakah investasi dalam
riset dan pengembangan produk baru layak dilakukan.

Penggunaan informasi Joint Cost dalam pengambilan keputusan membantu perusahaan untuk
memiliki pemahaman yang lebih baik tentang biaya produksi dan kontribusi masing-masing
produk terhadap keuntungan perusahaan.
Ini dapat membantu perusahaan mengoptimalkan alokasi sumber daya dan mengambil
keputusan yang lebih cerdas dalam mengelola produksi dan strategi penjualan mereka.

Tantangan dalam Mengelola Joint Cost

Setelah pembahasan di atas, dapat dikatakan bahwa joint cost memberikan kontribusi yang
cukup besar dalam perkembangan sebuah bisnis maupun proses produksi.

Namun, masih terdapat beberapa tantangan dalam mengimplementasi jenis biaya ini sehingga
menerapkannya masih cukup kompleks.

Tiga tantangan terbesar yang harus perusahaan hadapi dalam mengimplementasi joint
cost dalam proses produksinya adalah:

1. Tidak ada metode alokasi atau pendekatan yang sempurna sehingga perlu melewati
masa trial and error agar menemukan metode yang tepat.
2. Proses pelaksanaan, perhitungan, dan pemantauan proses produksi yang terkesan
menjadi lebih rumit.
3. Permintaan pasar yang cenderung fluktuaktif mempengaruhi harga jual dan
keuntungan, secara tidak langsung juga mempengaruhi alokasi proses produksi.

Dalam beberapa kondisi, tantangan tersebut dapat diminimalisir atau dihilangkan dengan cara:

1. Membentuk kolaborasi antar tim yang terjalin dengan kuat.


2. Menggunakan metode alokasi yang bijaksana dan tepat sasaran dengan proses dan
tujuan produksi perusahaan.
3. Meningkatkan pengukuran, analisa, dan pelacakan biaya.
4. Memahami value dan kontribusi setiap produk terhadap perusahaan.
5. Memiliki sistem akuntansi dan pelaporan yang cepat, tepat, dan akurat.

Kesimpulan

Joint Cost merupakan komponen penting dalam cost accounting yang berhubungan erat dengan
proses produksi.

Komponen pembiayaan ini mencakup biaya bahan baku, tenaga kerja, dan biaya overhead yang
terjadi sebelum titik pemisahan produk final.

Adanya komponen joint cost membantu dalam menganalisis dan pengambilan keputusan
bisnis baik untuk keuangan maupun produksi.
Namun, masih banyak tantangan yang perusahaan hadapi agar penerapan joint cost dapat
berhasil.

Untuk menjawab semua tantangan tersebut, penggunaan teknologi informasi dan sistem
manajemen yang baik dapat menjadi solusi utama untuk mengatasi beberapa tantangan tersebut
dan memungkinkan perusahaan untuk lebih efektif dalam mengelola Joint Cost.

Anda mungkin juga menyukai