Makalah Hadis Tarbawi Ii
Makalah Hadis Tarbawi Ii
Dosen pengampu :
Dr. Ahmad,S.Pd.I., MA
Disusun oleh :
Kelompok 1
Wahyudi (10120210130)
Nurfadilla (10120210115)
Sitti Aisyah (10120220140)
Puji syukur atas segala limpahan nikmat dan karunia Allah Subhanahu Wa
Ta’ala berkat Ridho-Nya, kami dapat merampungkan makalah ini dengan tepat
waktu. Tidak lupa juga kami haturkan shalawat serta salam kepada junjungan
sahabatnya dan semua ummatnya yang selalu istiqomah sampai akhir zaman.
bahwa penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan beberapa pihak yang
memberikan doa, saran dan kritiknya, sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Oleh karena itu, kami sangat berharap kritik dan saran konstruktif demi
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................5
B. Rumusan Masalah.........................................................................................5
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................6
A. Pengertian ilmu.............................................................................................6
A. Kesimpulan.................................................................................................14
B. Saran............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ilmu dan akal. Hanya manusia makhluk yang diberi ilmu pengetahuan,
akal pikiran, dan nafsu. Dengan akal manusia dapat mencari ilmu
pengetahuan. Namun, tidak ada manusia yang terlahir dan hidup di dunia
pandai.
sekolah dan masyarakat. Mereka memilih bidang yang mereka sukai dan
tekuni sehingga ahli dalam bidangnya. Ilmu dan zaman akan terus
menuntut ilmu dari buaian sampai liang lahat. Jadi tidak ada kata terlambat
untuk mencari ilmu. Meskipun usia sudah tua, tetapi jika belum
mengamalkannya berarti kita telah berusaha untuk taat kepada Allah SWT
4
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian ilmu
diketahui dari dzat (esensi), sifat dan makna sebagaimana adanya. Ia adalah
‘Alim yaitu orang yang tahu (subyek), sedang yang menjadi objek ilmu
sesuatu yang datang dari Allah yang diturunkan kepada Rasul-rasul-Nya dan
batiniyah.
Ilmu terbagi menjadi dharuury dan nadhary. Ilmu dharuury adalah ilmu
yang telah ada dalam pikiran (al badahiyyaat) seperti pengetahuan tentang
pemikiran, baik yang diketahui melalui hati saja sepeti hal-hal ghaib,
6
menempatkan orang berilmu sebagai orang dengan derajat yang tinggi. Hal
tersebut terlihat dalam firman Allah dalam surah Al-Mujadalah ayat 11
berikut :
ُٱ ََّّلل
ْ سحو ۟ا ِفى ٱ ْل َم َٰ َج ِلس َ فٱ َّ َّل ك ِ ي َ ل ُ زو ۟ا ُ ز ََذا ِ قي َ ل ل ءا َ يَٰٓأَ ُّي َها ٱل
َفٱن و ۟ا ر ٱن ْفسحو ۟ا َ ي ْفس ُل ْم إذَا ُك ْ م ت َ َ ف ِذي َ ن َمنُ َٰٓو
ف و ٱ ۟ا
ت ۚ وٱ ََّّ للُ ِ ب َما ت خ ِبي ˚ر ٱلَّ ِذي َ ن ءا منُك وٱلَّ ِذي َ ن أُ وتُ و ۟ا ٱ ْل ِع
ْع َملُو َ ن ْل َم َد َر َٰ َج
منُو ۟ا ْم
َ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu
Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadalah:
11).
bagi setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan untuk menuntut ilmu
agar menjadi omanusia yang ceras dan jauh dari kejahiliyahan (kebodohan).
7
ِ ري ى ’ل ل „ م مس ˚ع و وا ْل ِم ِع ا ْل
عل ِ ِ ض َ ع ْند
غ ْي ِر
َوالذَّه ب واللُّ ْؤل˚ ْ َ ر خنَا ِ ل’ ِد أ
َؤ ا ْل و ا ْل ِزي ِر ْه لِ ِه ك
َ˚مق ه
ج
Sirin]
8
Dari [Anas bin Malik] ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
orang yang meletakkan ilmu bukan pada pada ahlinya, seperti seorang
220]
ِلّال
سل م وسلَّ علَ ّلال˚ صل ط ِم ا ْل جَّن ِة ِ ريًقا ّلال س ً ما
ى ك ْن َم ْي ِريًقا س ِإلَى لَه˚ ط ˚ َّه ِفي ِه ع
ِه ْلَت ْل َل
Telah kepada kami Al Aswad bin 'Amir, telah mengabarkan kepada kami
Abu Bakr dari Al A'masy dari Abu Shalih dari Abu Hurairah, dia berkata,
7965]
ilmu agama seperti akidah, fiqh, baca tulis Al-Quran dan lain sebagainya.
9
Dengan ilmu-ilmu itu umat islam dapat beribadah lebih sempurna. Selain
hidup di dunia, seperti ilmu ekonomi, matematika, ilmu sosial, dan lain
1
C. Keutamaan Mencari Ilmu
menjadi mulia ketika tujuan yang hendak dicapainya juga muliaketika tujuan
yang dicapai tersebut mulia maka sarananya pun mulia. Demikian pula
sebaliknya, ketik tujuan yang hendak dicapainya hina dan kotor, maka sarana
yang dipergunakannya pun hina dan kotor. Dari perspektif (sudut pandang)
ini, ilmu yang merupakan sesuatu yang mulia dan agung, maka menuntut
ilmu merupakan perbuatan yang mulia dan penuntutya sebagai orang yang
"Barang siapa menelusuri jalan untuk mencari ilmu padanya, Allah akan
ح ًبا
م ا ْل ِع ْل، ِ ظلُّه˚ ا ْل َم َلئِ ا ْل ِع ْل ط ب َ ، ْر ب ث˚ َّم ْ عضا ْع
ِم بطال ْر َكة˚ َلتَ وت˚ ِم حُّفه˚ ا ِبأَ ْج ِن ها َك
ب ِل ح ضه
ِت ˚ َي
1
˚َ يطل
1
kecintaan mereka (Malaikat) kepada ilmu yang dipelajarinya."
(Shahih: HR. Ath-Thabrani no. 7347 dalam Al-Mu'jam Al-Kabir).
3. Wajahnya akan bersinar pada hari kiamat
Dalam sebuah hadits Rasulullah
bersabda:
َ ع ا ّلال˚ ض َر حتَ ِ ظ ح م حا ˚ ْ ي َره˚ ي˚ َب ِم ْنه˚ أ َ و م ْ ن „ه،
ْم َر ًأ ى ف ه ِديثًا نَّا غ، ِم ر ِل’غَه˚ ب إَلى ْق ˚ْفَقه
ِ
س ِم ˚ ِل ف
ح
حا و ˚رب ِ قي „ه ل ْ ق
ِم ْي ِبفَ „ه
ِل س
ِف
Hadits Abdullah bin Mas’ud RA, bahwa ia berkata: aku mendengar
Rasulullah SAW bersabda, “Allah mencemerlangkan seseorang yang
mendengar perkataanku dan ia memeliharanya kemudian
menyampaikannya sebagaimana ia mendengarnya, dan berapa
banyak orang yang menyampikan (ilmunya) lebih menyadari daripada
orang yang mendengar.” (HR. At- Tarmidzi no. 2656)
Isyarat tentang keutamaan penuntut ilmu dalam hadits ini tampak
jelas sebab Nabi SAW menyebut orang yang menuntut ilmu dan yang
mengajarkannya kepada orang lain sebagai orang yang wajahnya
cerah cemerlang pada hari kiamat. Ini merupakan seruan nabi yang
akan dikabulkan dengan masuk ke dalam surga dan melihat wajah
Allah SWT sebagaimana Allah berfirman, “Wajah-wajah (orangorang
mu’min)pada hari itu berseri-seri. Kepad Rabb-nya lah mereka
melihat.” (QS. Al-Qiyamah: 22-23)
Keutamaan ini dapat diterima oleh penuntut ilmu dan orang yang
mengajarkan ilmu kepada orang lain meskipun tingkat pemahamannya
belum mencapai tingkat tinggi, tetapi cukuplah baginya untuk
memelihara dan menjaga ilmu serta menyampaikannya kepada orang
lain, yang mungkin saja ia meyampaikannya kepada orang yang
memiliki pemahaman lebih tinggi
4. Dapatkan dunia akhirat dengan ilmu
Keutamaan orang-orang yang berilmu adalah mendapatkan dunia dan
akhirat.
1
م ْن
ِباْل ِع ْل ِم َفعَ َل ْي ِه، اآل ِخ َر َه أ و َم ْ ن، َ علَ ْي ِه أ و َم ْ ن ب ِال ِع ْل ِم
الدُّ ْن َيا أَ َراد َرادَ َع َل ْي ِه َراَد ˚ه َما ِبا ْل ِع ْل ِم
Artinya: "Barangsiapa yang hendak menginginkan dunia, maka
hendaklah ia menguasai ilmu. Barangsiapa menginginkan akhirat
hendaklah ia menguasai ilmu, dan barangsiapa yang menginginkan
1
keduanya (dunia dan akhirat) hendaklah ia menguasai ilmu," (HR
Ahmad).
5. Pentingnya memiliki ilmu
لµµول و العمµ µ ل القµ µ µالعلم قب
Artinya: "Berilmulah sebelum kamu berbicara, beramal, atau
beraktivitas." (HR Bukhari).
6. Ilmu yang bermanfaat
Keutamaan ilmu yang bermanfaat, baik saat masih di dunia atau setelah
wafat.
َ ِ َمل˚ه˚ ط َ ع سا مات
إذا َ ث م: „ ة َ ي، َأ ْو ˚ ب ِ ِ ه ي، „ د أ َ ْ و ص
ا ْنقَ ع ا ْ ِْل ْن ن ََل صدََق ْن ّّل „ة ع ْل َْنتَ َف ˚ع َول َ ا
˚له
ث „م جا ِل
و
ِر َ
يد
1
D. Etika Menuntut Ilmu
Ilmu merupakan suatu yang muia, maka bagi seseorang yang
menuntut ilmu hendaknya memiliki etika dan ketentuan yang harus
diindahkannya. Berikut beberapa point yang harus diperhatikan:
1. Kemurnian
Seorang penuntut ilmu hendaknya bertujuan mengetahui (ma’rifah)
Allah Ta’ala, mengetahui jalan dan cara untuk sampai kepadaNya dan
memelihara ilmunya dengan mengaplikasikannya (mengamalkannya)
dalam setiap perbuatannya bagi setiap umat Islam yang merupakan
fondasi kehidupan mereka, inilah yang dimaksud menghidupkan islam
dengan ilmu
َ ب ْك ِر حَدّثَنَا ش ْي َب ˚س حَدّثَن حدَّثَ نَ ا ال ُّن ْ ن َ واَلةَ أ ِ ِّ ل ع ْب ب
أَ ب˚و بن َة أَ ِبي ا َر ْيج ْع َما ِ ن ِبي ف˚لَ ْيح ال د ِد ِن
بن ع ع
ْب
ص ْ ع ب ِ ن ح َم ِ ن ْ „ ب ِ ع ا َْْل ْن صل ِ ر ول َقا َ ل َ ر ْي َرة ّل
َم ال َّر ا ن ر ِن ي ِد ع ْن أَ ِبي َقا َ ل ّى ل ال
„ر ِر س َي سا ل ˚
يم ِ ع ا
ً ما َت م وسلَّ علَ ْي ِه َ َ ِ ّ وجه˚ ِ ب ِه ب ِإ َّّل َيَت َعلَّ وج ضا ِ ه َ م ْن
ََّعل َم ع ْن َم ي˚ ْبتَ َغى ّم ّ لال ˚مه˚ ّل َّل لي˚صي ر
ْل ا ز
م ع
ع
ِجْد لَ ْم الُدّ ْن َيا ريح َها ْ ع ِني ا ْل ِق َ م ج ْ ف َ ي
َيا َم ِة ا ْل َّن ر
ْو ِة
ع
Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakr bin Abu Syaibah], telah
menceritakan kepada kami Suraij bin An Nu'man, telah menceritakan
kepada kami Fulaih dari [Abu Thuwalah Abdullah bin Abdurrahman
bin Ma'mar Al Anshari dari Sa'id bin Yasar] dari Abu Hurairah ia
berkata, "Rasulullah ﷺbersabda, "Barang siapa mempelajari suatu
ilmu yang seharusnya karena Allah 'Azza wa Jalla, namun ia tidak
mempelajarinya kecuali untuk mendapatkan sebagian dari dunia, maka
ia tidak akan mendapatkan baunya Surga pada hari kiamat." (HR Abu
Daud 3179)
1
Penuntut ilmu harus berakhlak mulia dan menghiasi dirinya dengan
tatakrama yang mulia pula, memiliki sifat yang terpuji dan tabiat yang
diridhai Allah SWT. Maka seorang penuntut ilmu harus memiliki sifat
zuhud (menjauhkan diri dari hal-hal keduniawian) di dunia, qana’ah
(kepuasan batin) yang jauh dari berlebih-lebihan, sabar, jujur,
ketenangan dan ketentraman.
3. Menjauhkan diri dari sifat tercela
1
Seorang penuntut ilmu harus menjauhkan diri dari sifat riya’, iri
hati, kesombongan dan kebanggaan pada diri sendiri. Tidak boleh
menganggap kecil dan meremehkan orang lain. Jika hal tersebut
terdapat pada seorang penuntut ilmu maka cahaya dan keagungannya
akan hilang dan tergolong orang yang merugi baik dunia maupun
akhirat.
4. Mempelajari secara perlahan
Mempelajarinya secara perlahan Seorang penuntut ilmu hendaknya
mempelajari ilmu sedikit demi sedikit, karena jika ia memelajarinya
dalam jumlah yang banyak maka akan cepat hilang.
5. Mencari ilmu dengan baik
Mencari ilmu dengan baik Seorang penuntut ilmu hendaknya
mencari ilmu yang paling baik dan lebih diwajibkan, yang paling baik
manfaatnya dan yang dapat mendekatkan diri kepada Allah dan
mencapai keridhaan-Nya.
1
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Kita sebagai golongan terpelajar hendaknya kita lebih mendalam di
dalam mempelajari keutamaan dan pentingnya ilmu, baik yang bersumber
dari alQur’an, hadits kitab-kitab para ulama islam, maupun cendikiawan
yang lain. Hendaknya kita mengembangkan sikap bangga akan ilmu yang
telah kita raih, agar keutamaannya tampak menghiasi diri kita dan orang-
orang disekitar kita. Karena begitu besar keutamaan dan pentingnya
menuntut ilmu, maka hendaknya kita tidak berhenti begitu saja dalam
menuntut ilmu tetap diharuskan sampai tubuh kita terkubur dalam liang
lahat
1
DAFTAR PUSTAKA
Al Jazairy Abu Bakar, 2001.Ilmu dan Ulama Pelita Kehidupan Dunia dan Akhirat
/jtptiain-gdl-s1-2004-abdulfatah-658-BAB2_319-8.pdf.
Mukarom Faisal Rosidin dan Ngatiman, Menelaah Ilmu Hadits ,Solo: Aqila
(n.d). “Mushaf Al-Quran Terjemah”. Jakarta Pusat: PT. Pena Pundi Aksara, 2010.
Insani).
Fatonah, Siti. ‘’Konsep Ilmu Menurut Ibn Qayyim Al-Jawzyyah’’, Jurnal Studi
Pustaka Imani. Rusuli, Izatu & Zakiul Fuady M. Daud. 2015. Ilmu Pengetahuan
dari John Locke ke AlAttas’’, Jurnal Pencerahan Vol. 9 No. 1. (Maret, 2015)