Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH HADIS TARBAWI II

“ Kewajiban Mencari Ilmu “

Dosen pengampu :
Dr. Ahmad,S.Pd.I., MA

Disusun oleh :
Kelompok 1
Wahyudi (10120210130)
Nurfadilla (10120210115)
Sitti Aisyah (10120220140)

PRODI PENDIDIKAN AGAMA


ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas segala limpahan nikmat dan karunia Allah Subhanahu Wa

Ta’ala berkat Ridho-Nya, kami dapat merampungkan makalah ini dengan tepat

waktu. Tidak lupa juga kami haturkan shalawat serta salam kepada junjungan

Nabi Muhammad Shallallahu `alaihi Wa Sallam, beserta keluarganya, para

sahabatnya dan semua ummatnya yang selalu istiqomah sampai akhir zaman.

Penyusunan makalah ini memiliki tujuan untuk memenuhi tugas kelompok

mata kuliah Hadis Tarbawi II “Kewajiban Mencari Ilmu”. Kami menyadari

bahwa penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan beberapa pihak yang

memberikan doa, saran dan kritiknya, sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Oleh karena itu, kami sangat berharap kritik dan saran konstruktif demi

penyempurnaan makalah ini. Harapan kami, semoga makalah ini dapat

bermanfaat serta mampu memenuhi harapan berbagai pihak. Aamiin.

Makassar, 13 Februari 2024

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

MAKALAH HADIS TARBAWI II.........................................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4

A. Latar Belakang..............................................................................................5

B. Rumusan Masalah.........................................................................................5

C. Tujuan Penulisan...........................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................6

A. Pengertian ilmu.............................................................................................6

B. Hadis terkait kewajiban mencari ilmu..........................................................7

C. Keutamaan orang berilmu dalam hadis.........................................................9

D. Etika mencari ilmu......................................................................................12

BAB III PENUTUP...............................................................................................14

A. Kesimpulan.................................................................................................14

B. Saran............................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Satu hal yang membedakan manusia dengan makhluk lain adalah

ilmu dan akal. Hanya manusia makhluk yang diberi ilmu pengetahuan,

akal pikiran, dan nafsu. Dengan akal manusia dapat mencari ilmu

pengetahuan. Namun, tidak ada manusia yang terlahir dan hidup di dunia

ini langsung dalam keadaan pandai. Mereka harus melewati tahapan

belajar dan fase-fase perkembangan otak sehingga manusia itu menjadi

pandai.

Pendidikan pertama manusia adalah lingkungan keluarga, kemudian

sekolah dan masyarakat. Mereka memilih bidang yang mereka sukai dan

tekuni sehingga ahli dalam bidangnya. Ilmu dan zaman akan terus

berkembang sehingga manusia dituntut untuk dapat mengikutinya. Bagi

yang tidak dapat mengikutinya maka ia hanya akan menjadi penonton

perkembangan ilmu dan zaman.

Oleh karena itu, Islam mewajibkan kepada pemeluknya supaya

menuntut ilmu dari buaian sampai liang lahat. Jadi tidak ada kata terlambat

untuk mencari ilmu. Meskipun usia sudah tua, tetapi jika belum

memahami suatu ilmu hendaknya selalu berusaha menguasai ilmu itu,

terutama ilmu agama. dengan menguasai ilmu agama dan

mengamalkannya berarti kita telah berusaha untuk taat kepada Allah SWT

sehingga akan mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat.

4
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan ilmu?

2. Apa hadis terkait kewajiban Mencari ilmu ?

3. Apa Keutamaan orang berilmu dalam hadis?

4. Apa saja etika mencari ilmu?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian ilmu

2. Untuk mengetahui hadis terkait kewajiban mencari ilmu?

3. Untuk mengetahui keutamaan orang berilmu dalam hadis?

4. Untuk mengetahui etika mencari ilmu

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian ilmu

Al ‘Ilm (ilmu) berarti ma’rifah (pengetahuan) tentang sesuatu yang

diketahui dari dzat (esensi), sifat dan makna sebagaimana adanya. Ia adalah

kata absrak atau masdhar dari Alima – ya’malu – ‘ilman.

‘Alim yaitu orang yang tahu (subyek), sedang yang menjadi objek ilmu

disebut ma’lum atau yang diketahui

Secara istilah ilmu adalah segala pengetahuan atau kebenaran tentang

sesuatu yang datang dari Allah yang diturunkan kepada Rasul-rasul-Nya dan

alam ciptaan-Nya termasuk manusia yang memiliki aspek lahiriyah dan

batiniyah.

Ilmu terbagi menjadi dharuury dan nadhary. Ilmu dharuury adalah ilmu

yang tidak memerlukan perenungan dan pemikiran mengeni segala sesuatu

yang telah ada dalam pikiran (al badahiyyaat) seperti pengetahuan tentang

sesuatu yang dapat dirasakan (mahsuusaat) dan dilihat (mar’iyyaat) yang

diketahui dengan panca indera yaitu pendengaran dan peglihatan,

penciuman, rasa dan raba.

Sedangka ilmu nadhary adalah ilmu yang memerlukan perenungan dan

pemikiran, baik yang diketahui melalui hati saja sepeti hal-hal ghaib,

misalnya mengenai keberadaan Allah, malaikat dan lain-lain, atau yang

diketahui melalui hati dan indera

6
menempatkan orang berilmu sebagai orang dengan derajat yang tinggi. Hal
tersebut terlihat dalam firman Allah dalam surah Al-Mujadalah ayat 11
berikut :

ُ‫ٱ ََّّلل‬
ْ ‫سحو ۟ا ِفى ٱ ْل َم َٰ َج ِلس َ فٱ َّ َّل ك ِ ي َ ل ُ زو ۟ا ُ ز‬ َ‫َذا ِ قي َ ل ل‬ ‫ءا‬ ‫َ يَٰٓأَ ُّي َها ٱل‬
‫َفٱن و ۟ا ر‬ ‫ٱن‬ ‫ْفسحو ۟ا َ ي ْفس ُل ْم إذَا‬ ‫ُك ْ م ت َ َ ف‬ ‫ِذي َ ن َمنُ َٰٓو‬
‫ف‬ ‫و‬ ‫ٱ‬ ‫۟ا‬
‫ت ۚ وٱ ََّّ للُ ِ ب َما ت خ ِبي ˚ر‬ ‫ٱلَّ ِذي َ ن ءا منُك وٱلَّ ِذي َ ن أُ وتُ و ۟ا ٱ ْل ِع‬
‫ْع َملُو َ ن‬ ‫ْل َم َد َر َٰ َج‬
‫منُو ۟ا ْم‬
َ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu

“Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” lapangkanlah, niscaya Allah

akan memberi kelapangan untukmu. Apabila dikatakan, “Berdirilah,”

(kamu) berdirilah. Allah niscaya akan mengangkat orang-orang yang

beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.

Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadalah:

11).

B. Hadist Terkait kewajiban Mencari ilmu

Apabila kita memerhatikan Al-Qur’an dan Hadits banyak sekali anjuran

bagi setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan untuk menuntut ilmu

agar menjadi omanusia yang ceras dan jauh dari kejahiliyahan (kebodohan).

Menuntut ilmu merupakan usaha mengubah akhlak baik dengan cara

bertanya, melihat atau mendengar.

‫„ر بن هش حَدّثَنَا‬ ‫ص‬ ‫َّم ْ ْ ظي ˚ر َ نا س˚ َل ْي َما ح‬ ‫سي ب‬ ْ ‫أَ نَس‬


‫ع َّما ا‬ ‫حَدّثَنَا‬ ْ
‫َن بن حَّدثَ ف‬ ‫ِري ِن ِد مح ن ن „ر بن كِثي‬ ‫ن‬
‫˚م‬ ‫َن‬
‫ع ش‬ ‫ع‬

‫ب ِ ن‬ ‫ال‬ ‫ى‬ ‫ْي ِه‬ ‫سل‬ ‫ا‬ ‫ِ م ِع‬


‫ما‬ ‫ِ ر قا ا‬ ‫ص‬ ˚‫ع ّلال‬ ‫ب‬ ‫ض ط‬
ْ ‫ْل‬
‫ِل ك‬ ‫لّ ˚سول َل َل‬ ‫ل‬ َ‫ل‬ ‫ل ة˚ ل َ م و‬

7
‫ِ ري‬ ‫ى‬ ‫’ل‬ ‫ل‬ „ ‫م‬ ‫مس‬ ‫˚ع‬ ‫و وا‬ ‫ْل ِم ِع ا ْل‬
‫عل‬ ِ ِ ‫ض‬ َ ‫ع ْند‬

‫غ ْي ِر‬
َ‫والذَّه ب واللُّ ْؤل˚ ْ َ ر خنَا ِ ل’ ِد أ‬
‫َؤ ا ْل و ا ْل ِزي ِر ْه لِ ِه ك‬
َ‫˚مق‬ ‫ه‬
‫ج‬

Telah menceritakan kepada kami [Hisyam bin Ammar] berkata, telah

menceritakan kepada kami [Hafsh bin Sulaiman] `berkata, telah

menceritakan kepada kami [Katsir bin Syinzhir] dari [Muhammad bin

Sirin]

8
Dari [Anas bin Malik] ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam

bersabda: "Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim. Dan

orang yang meletakkan ilmu bukan pada pada ahlinya, seperti seorang

yang mengalungkan mutiara, intan dan emas ke leher babi."[Ibnu Majah

220]

‫بن ا و حَدّثَ نَ ا‬ َ‫َ ب ْك „ر أَ ب˚و أ‬ ‫ر ا قا َ ر ْي َرة ْ ص أَ ِبي ْ ن َ م‬


َ „
˚‫ْْل د‬ ‫ر‬ ‫ْخ َب َر نَ ا ع ِن‬ ‫ا َْْل ش‬ ‫أَ ِبي ن ا‬ ‫˚سول َل َل‬
‫س‬ ‫عا‬ ‫ع ع‬ ‫ِل‬
‫ِم‬ ‫ع‬

‫ِلّال‬
‫سل م وسلَّ علَ ّلال˚ صل‬ ‫ط‬ ‫ِم‬ ‫ا ْل جَّن ِة ِ ريًقا ّلال س ً ما‬
‫ى‬ ‫ك ْن َم ْي‬ ‫ِريًقا‬ ‫س‬ ‫ِإلَى لَه˚ ط ˚ َّه ِفي ِه ع‬
‫ِه‬ ‫ْلَت‬ ‫ْل‬ ‫َل‬

Telah kepada kami Al Aswad bin 'Amir, telah mengabarkan kepada kami

Abu Bakr dari Al A'masy dari Abu Shalih dari Abu Hurairah, dia berkata,

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, "Barang siapa meniti jalan guna menuntut

ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga." [Ahmad

7965]

Pada hadits ini Rasulullah menjelaskan tenang kewajiban menuntut

ilmu. Agama Islam sangat memerhatikan ilmu oengetahuan karena dengan

ilmu pengetahuan manusia bisa berkarya dan beribadah lebih sempurna.

Begitu pentingya ilmu sampai Rasulullah SAW mewajibkan umatnya agar

menuntut ilmu, baik laki-laki maupun perempuan dan baik yang

membahas masalah duniawi maupun ukhrawi. Umat islam wajib menuntut

ilmu agama seperti akidah, fiqh, baca tulis Al-Quran dan lain sebagainya.

9
Dengan ilmu-ilmu itu umat islam dapat beribadah lebih sempurna. Selain

itu, umat islam juga diperintahkan mempelajari ilmu untuk kemaslahatan

hidup di dunia, seperti ilmu ekonomi, matematika, ilmu sosial, dan lain

sebagainya. Mencari ilmu yang diwajibkan Allah SWT adalah mencari

ilmu dengan niat untuk menjunjung tinggi ajaran Allah SWT.

1
C. Keutamaan Mencari Ilmu

Sarana yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan biasanya

menjadi mulia ketika tujuan yang hendak dicapainya juga muliaketika tujuan

yang dicapai tersebut mulia maka sarananya pun mulia. Demikian pula

sebaliknya, ketik tujuan yang hendak dicapainya hina dan kotor, maka sarana

yang dipergunakannya pun hina dan kotor. Dari perspektif (sudut pandang)

ini, ilmu yang merupakan sesuatu yang mulia dan agung, maka menuntut

ilmu merupakan perbuatan yang mulia dan penuntutya sebagai orang yang

paling mulia dan utama.

Hadits-hadits dan riwayat berikut menjelaskan dan menguatkan hal ini :

1. Memudahkan jala menuju surga

Sebagaimana hadits Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah

shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

‫سل م ْن‬ ‫ِم ط‬ ‫ِف‬ ‫ا ْل ج لَى ط لَه˚ لال˚ س َّه‬


‫ك‬ ‫س ِر ْيًقا‬ ‫ْي ِه‬ ، ‫ِ ه َل‬ ‫ِر ْيًقا‬ ‫َّن‬
‫ْلَت‬ ‫ع ْل‬ ‫ِة‬
‫ًما‬

"Barang siapa menelusuri jalan untuk mencari ilmu padanya, Allah akan

memudahkan baginya jalan menuju surga." (HR. Muslim 4867).

2. Dilindungi para malaikat

Sebagaimana dalam sabda Rasulullah yang berbunyi:

‫ح ًبا‬
‫م‬ ‫ا ْل ِع ْل‬، ‫ِ ظلُّه˚ ا ْل َم َلئِ ا ْل ِع ْل ط ب‬ َ ، ‫ْر ب ث˚ َّم‬ ‫ْ عضا ْع‬
‫ِم بطال ْر‬ ‫َكة˚ َلتَ وت˚ ِم حُّفه˚ ا‬ ‫ِبأَ ْج ِن ها‬ ‫َك‬
‫ب‬ ‫ِل‬ ‫ح‬ ‫ضه‬
‫ِت‬ ‫˚ َي‬

‫َء حتَ ّى‬ ‫ِ ’ م ْ ن الُدّ ْن‬


‫ح‬
‫ل َما‬
‫َيا ال َي ْبل˚غ˚وا‬ ‫ب ِه‬ ‫ب‬
‫س َما‬ ‫ْم‬

1
˚‫َ يطل‬

"Selamat datang wahai penuntut ilmu. Sesungguhnya penutup ilmu


benar-benar ditutupi para Malaikat dan dinaungi dengan sayap-
sayapnya. Kemudian mereka saling bertumpuk-tumpuk hingga
mencapai langit dunia (langit paling dekat dari bumi), karena

1
kecintaan mereka (Malaikat) kepada ilmu yang dipelajarinya."
(Shahih: HR. Ath-Thabrani no. 7347 dalam Al-Mu'jam Al-Kabir).
3. Wajahnya akan bersinar pada hari kiamat
Dalam sebuah hadits Rasulullah
bersabda:
‫َ ع ا ّلال˚ ض َر‬ ‫حتَ ِ ظ ح م‬ ‫حا ˚ ْ ي َره˚ ي˚ َب‬ ‫ ِم ْنه˚ أ َ و م ْ ن „ه‬،
‫ْم َر ًأ‬ ‫ى ف ه ِديثًا نَّا‬ ‫غ‬، ‫ِم ر ِل’غَه˚ ب‬ ‫إَلى ْق‬ ˚‫ْفَقه‬
ِ
‫س ِم‬ ˚ ‫ِل ف‬
‫ح‬
‫حا و ˚رب‬ ‫ِ قي „ه ل ْ ق‬
‫ِم‬ ‫ْي ِبفَ „ه‬
‫ِل‬ ‫س‬
‫ِف‬
Hadits Abdullah bin Mas’ud RA, bahwa ia berkata: aku mendengar
Rasulullah SAW bersabda, “Allah mencemerlangkan seseorang yang
mendengar perkataanku dan ia memeliharanya kemudian
menyampaikannya sebagaimana ia mendengarnya, dan berapa
banyak orang yang menyampikan (ilmunya) lebih menyadari daripada
orang yang mendengar.” (HR. At- Tarmidzi no. 2656)
Isyarat tentang keutamaan penuntut ilmu dalam hadits ini tampak
jelas sebab Nabi SAW menyebut orang yang menuntut ilmu dan yang
mengajarkannya kepada orang lain sebagai orang yang wajahnya
cerah cemerlang pada hari kiamat. Ini merupakan seruan nabi yang
akan dikabulkan dengan masuk ke dalam surga dan melihat wajah
Allah SWT sebagaimana Allah berfirman, “Wajah-wajah (orangorang
mu’min)pada hari itu berseri-seri. Kepad Rabb-nya lah mereka
melihat.” (QS. Al-Qiyamah: 22-23)
Keutamaan ini dapat diterima oleh penuntut ilmu dan orang yang
mengajarkan ilmu kepada orang lain meskipun tingkat pemahamannya
belum mencapai tingkat tinggi, tetapi cukuplah baginya untuk
memelihara dan menjaga ilmu serta menyampaikannya kepada orang
lain, yang mungkin saja ia meyampaikannya kepada orang yang
memiliki pemahaman lebih tinggi
4. Dapatkan dunia akhirat dengan ilmu
Keutamaan orang-orang yang berilmu adalah mendapatkan dunia dan
akhirat.

1
‫م ْن‬
‫ ِباْل ِع ْل ِم َفعَ َل ْي ِه‬، ‫ اآل ِخ َر َه أ و َم ْ ن‬، ‫َ علَ ْي ِه أ و َم ْ ن‬ ‫ب ِال ِع ْل ِم‬
‫الدُّ ْن َيا أَ َراد‬ ‫َرادَ َع َل ْي ِه‬ ‫َراَد ˚ه َما ِبا ْل ِع ْل ِم‬
Artinya: "Barangsiapa yang hendak menginginkan dunia, maka
hendaklah ia menguasai ilmu. Barangsiapa menginginkan akhirat
hendaklah ia menguasai ilmu, dan barangsiapa yang menginginkan

1
keduanya (dunia dan akhirat) hendaklah ia menguasai ilmu," (HR
Ahmad).
5. Pentingnya memiliki ilmu
‫ل‬µµ‫ول و العم‬µ µ ‫ل الق‬µ µ µ‫العلم قب‬
Artinya: "Berilmulah sebelum kamu berbicara, beramal, atau
beraktivitas." (HR Bukhari).
6. Ilmu yang bermanfaat

Keutamaan ilmu yang bermanfaat, baik saat masih di dunia atau setelah
wafat.
َ ِ ‫َمل˚ه˚ ط َ ع سا مات‬
‫إذا‬ َ ‫ث م‬: ‫„ ة‬ ‫ َ ي‬، ‫َأ ْو‬ ˚‫ ب ِ ِ ه ي‬، ‫„ د أ َ ْ و‬ ‫ص‬
‫ا ْنقَ ع ا ْ ِْل ْن ن‬ ‫ََل صدََق ْن ّّل‬ ‫„ة‬ ‫ع ْل‬ َ‫ْنتَ َف ˚ع َول‬ ‫َ ا‬
˚‫له‬
‫ث‬ ‫„م جا‬ ‫ِل‬
‫و‬
‫ِر‬ َ
‫يد‬

"Jika seorang manusia meninggal, terputuslah amalnya, kecuali dari


tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak shaleh
yang berdoa untuknya." (HR. Muslim).

1
D. Etika Menuntut Ilmu
Ilmu merupakan suatu yang muia, maka bagi seseorang yang
menuntut ilmu hendaknya memiliki etika dan ketentuan yang harus
diindahkannya. Berikut beberapa point yang harus diperhatikan:
1. Kemurnian
Seorang penuntut ilmu hendaknya bertujuan mengetahui (ma’rifah)
Allah Ta’ala, mengetahui jalan dan cara untuk sampai kepadaNya dan
memelihara ilmunya dengan mengaplikasikannya (mengamalkannya)
dalam setiap perbuatannya bagi setiap umat Islam yang merupakan
fondasi kehidupan mereka, inilah yang dimaksud menghidupkan islam
dengan ilmu
‫َ ب ْك ِر حَدّثَنَا‬ ‫ش ْي َب‬ ‫˚س حَدّثَن‬ ‫حدَّثَ نَ ا ال ُّن‬ ‫ْ ن‬ ‫َ واَلةَ أ‬ ِ ّ‫ِ ل‬ ‫ع ْب ب‬
‫أَ ب˚و بن‬ ‫َة أَ ِبي‬ ‫ا‬ ‫َر ْيج‬ ‫ْع َما ِ ن‬ ‫ِبي ف˚لَ ْيح‬ ‫ال د‬ ‫ِد ِن‬
‫بن‬ ‫ع‬ ‫ع‬
‫ْب‬
‫ص ْ ع ب ِ ن ح َم ِ ن‬ ‫ْ „ ب ِ ع ا َْْل ْن‬ ‫صل ِ ر ول َقا َ ل َ ر ْي َرة‬ ‫ّل‬
‫َم ال َّر‬ ‫ا‬ ‫ن ر ِن ي ِد ع ْن‬ ‫أَ ِبي‬ ‫َقا َ ل‬ ّ‫ى ل‬ ‫ال‬
‫„ر‬ ‫ِر‬ ‫س‬ ‫َي سا‬ ‫ل‬ ˚
‫يم‬ ِ ‫ع‬ ‫ا‬
‫ً ما َت م وسلَّ علَ ْي ِه‬ َ ‫َ ِ ّ وجه˚ ِ ب ِه‬ ‫ب ِإ َّّل َيَت َعلَّ وج‬ ‫ضا ِ ه‬ َ ‫م ْن‬
‫ََّعل َم ع ْن َم‬ ‫ي˚ ْبتَ َغى ّم‬ ‫ّ لال‬ ‫˚مه˚ ّل َّل‬ ‫لي˚صي‬ ‫ر‬
‫ْل‬ ‫ا‬ ‫ز‬
‫م‬ ‫ع‬
‫ع‬
‫ِجْد لَ ْم الُدّ ْن َيا‬ ‫ريح َها ْ ع ِني ا ْل ِق َ م ج ْ ف َ ي‬
‫َيا َم ِة ا ْل َّن ر‬
‫ْو ِة‬
‫ع‬
Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakr bin Abu Syaibah], telah
menceritakan kepada kami Suraij bin An Nu'man, telah menceritakan
kepada kami Fulaih dari [Abu Thuwalah Abdullah bin Abdurrahman
bin Ma'mar Al Anshari dari Sa'id bin Yasar] dari Abu Hurairah ia
berkata, "Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, "Barang siapa mempelajari suatu
ilmu yang seharusnya karena Allah 'Azza wa Jalla, namun ia tidak
mempelajarinya kecuali untuk mendapatkan sebagian dari dunia, maka
ia tidak akan mendapatkan baunya Surga pada hari kiamat." (HR Abu
Daud 3179)

2. Berakhlak mulia dan memiliki sifat terpuji

1
Penuntut ilmu harus berakhlak mulia dan menghiasi dirinya dengan
tatakrama yang mulia pula, memiliki sifat yang terpuji dan tabiat yang
diridhai Allah SWT. Maka seorang penuntut ilmu harus memiliki sifat
zuhud (menjauhkan diri dari hal-hal keduniawian) di dunia, qana’ah
(kepuasan batin) yang jauh dari berlebih-lebihan, sabar, jujur,
ketenangan dan ketentraman.
3. Menjauhkan diri dari sifat tercela

1
Seorang penuntut ilmu harus menjauhkan diri dari sifat riya’, iri
hati, kesombongan dan kebanggaan pada diri sendiri. Tidak boleh
menganggap kecil dan meremehkan orang lain. Jika hal tersebut
terdapat pada seorang penuntut ilmu maka cahaya dan keagungannya
akan hilang dan tergolong orang yang merugi baik dunia maupun
akhirat.
4. Mempelajari secara perlahan
Mempelajarinya secara perlahan Seorang penuntut ilmu hendaknya
mempelajari ilmu sedikit demi sedikit, karena jika ia memelajarinya
dalam jumlah yang banyak maka akan cepat hilang.
5. Mencari ilmu dengan baik
Mencari ilmu dengan baik Seorang penuntut ilmu hendaknya
mencari ilmu yang paling baik dan lebih diwajibkan, yang paling baik
manfaatnya dan yang dapat mendekatkan diri kepada Allah dan
mencapai keridhaan-Nya.

6. Tidak boleh malu bertanya,apabila ada persoalan yang belum paham


Seorang penuntut ilmu tidak boleh malu bertanya kepada
pengajarnya atau kepada orang lain yang lebih ahli dalam setiap
persoalan yang belum dipahaminya.
7. Harus banyak menghafal
Seorang penuntut ilmu harus banyak menghafal dan
menjadikannya pegangan dan juga ditulis. Penyair mengatakan: ilmu
itu bagaikan binatang buruan dan tulisan adalah ikatannya, ikatlah
buruanmu dengan tali yang kencang.

1
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Ilmu adalah seluruh usaha sadar manusia untuk meningkatkan


pemahaman dari berbagai pengetahuan. Menuntut ilmu hukumnya wajib
baik bagi muslim lakilaki maupun perempuan, karena dengan ilmu
seseorang akan memiliki keutamaan yang Allah berikan, sehingga apa pun
segala perbuatan baik yang dilakukan manusia khususnya orang-orang
yang beriman dan orang-orang yang berilmu pasti akan Allah balas dengan
apa yang telah ia perbuat. Di antaranya keutamaan orang yang berilmu
yaitu orang yang berilmu lebih utama dari pada orang yang beribadah,
mendapatkan kebaikan dari Allah SWT, menjadi pewaris para nabi, dan
pahalanya tidak akan pernah terputus. Sedangkan keutamaan orang yang
menuntut ilmu yaitu dimudahkan jalannya menuju surga, para malaikat
ridha dengan apa yang dikerjakannya, mendapatkan pahala haji secara
sempurna, dan kedudukannya seperti orang-orang yang berjihad di jalan
Allah.

B. SARAN
Kita sebagai golongan terpelajar hendaknya kita lebih mendalam di
dalam mempelajari keutamaan dan pentingnya ilmu, baik yang bersumber
dari alQur’an, hadits kitab-kitab para ulama islam, maupun cendikiawan
yang lain. Hendaknya kita mengembangkan sikap bangga akan ilmu yang
telah kita raih, agar keutamaannya tampak menghiasi diri kita dan orang-
orang disekitar kita. Karena begitu besar keutamaan dan pentingnya
menuntut ilmu, maka hendaknya kita tidak berhenti begitu saja dalam
menuntut ilmu tetap diharuskan sampai tubuh kita terkubur dalam liang
lahat

1
DAFTAR PUSTAKA

Al Jazairy Abu Bakar, 2001.Ilmu dan Ulama Pelita Kehidupan Dunia dan Akhirat

.Jakarta: Pustaka Azzam

Library, 2 Oktober 2017 http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14

/jtptiain-gdl-s1-2004-abdulfatah-658-BAB2_319-8.pdf.

Mukarom Faisal Rosidin dan Ngatiman, Menelaah Ilmu Hadits ,Solo: Aqila

(n.d). “Mushaf Al-Quran Terjemah”. Jakarta Pusat: PT. Pena Pundi Aksara, 2010.

Abdul Majid, Khon. 2012. Hadis TARBAWI (Hadis Hadis Pendidikan

(Jakarta: Prenadamedia Group).

Albani, Muhammad Nasiruddin. 2007. Shahih At-Targhib wa At-Tarhib Jilid I.

(Jakarta: Pustaka Sahifa).

Albani, Muhammad Nasiruddin. 2008. Ringkasan Shohih Bukhari (Jakarta: Gema

Insani).

Fatonah, Siti. ‘’Konsep Ilmu Menurut Ibn Qayyim Al-Jawzyyah’’, Jurnal Studi

Islam Vol. 16 No. 1 (Juni, 2020).

Muri Yusuf, A. 2014. “Metode Penelitian kuantitatif, kualitatif,dan penelitian

gabungan”, (Jakarta : Kencana ) Muslim no 6, Imam Nawawi, Terjemah

Riyadhus Shalihin, Jakarta:

Pustaka Imani. Rusuli, Izatu & Zakiul Fuady M. Daud. 2015. Ilmu Pengetahuan

dari John Locke ke AlAttas’’, Jurnal Pencerahan Vol. 9 No. 1. (Maret, 2015)

Anda mungkin juga menyukai