Askep Kritis CA Serviks
Askep Kritis CA Serviks
PENDAHULUAN
A. DEFINISI
Kanker adalah istilah umum untuk satu kelompok besar penyakit yang dapat
mempengaruhi setiap bagian tubuh. Istilah lain yang digunakan adalah tumor ganas dan
neoplasma. Kanker adalah pertumbuhan sel-sel baru secara abnormal yang tumbuh
melampaui batas normal, dan yang kemudian dapat menyebar bagian seluruh tubuh dan
menyebar ke organ lain. Proses ini disebut metastase. Metastase merupakan penyebab utama
kematian akibat kanker.
Kanker serviks adalah kanker yang terjadi pada serviks uterus, yaitu suatu daerah
pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak
antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina)
Kanker serviks adalah keganasan yang bermula pada sel-sel serviks (leher rahim) dan
dimuali pada lapisan serviks.Terjadi kanker serviks sangat perlahan, pertama beberapa sel
normal berubah menjadi sel prakanker, kemudian berubah menjadi sel kanker. Perubahan ini
di sebut dysplasia dan biasanya terdeteksi dengan tes pap smear.
B. ETIOLOGI
Penyebab langsung kanker serviks belum diketahui. Faktor ekstrinsik yang diduga
berhubungan dengan insiden karsinoma serviks antara lain infeksi Human Papiloma Virus
(HPV) dan spermatozoa. Karsinoma serviks timbul di sambugan skuamokolumer servis.
Faktor resiko yang berhubungan dengan karsinoma serviks ialah perilaku seksual berupa
mitra seks multipel, multiparitas, nutrisi, rokok, dan lain-lain.Karsinoma serviks dapat
tumbuh eksofitik maupun endofitik. Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko
terjadinya kanker serviks antara lain:
1) Merokok Pada wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah servik 56 kali lebih tinggi
dibandingkan didalam serum, efek langsung bahan tersebut pada serviks adalah
menurunkan status imun lokal sehingga dapat menjadi kokarsinogen infeksi virus.
2) Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini ( kurang dari 18 tahun).
3) Berganti - ganti pasangan seksual.
4) Suami atau pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama pada usia 18
tahun, berganti - berganti pasangan dan pernah menikah dengan wanita yang menderita
kanker serviks.
5) Pemakaian DES ( Diethilstilbestrol ) pada wanita hamil untuk mencegah keguguran.
6) Pemakaian Pil KB
Kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka panjang yaitu lebih dari lima tahun dapat
meningkatkan resiko relatif 1,53 kali. WHO melaporkan resiko relative pada pemakaian
kontrasepsi oral sebesar 1,19 kali dan meningkat sesuai dengan lamanya pemakaian.
7) Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamedia menahun.
8) Golongan ekonomi lemah.
9) Dikaitkan dengan ketidakmampuan dalam melakukan tes pap smear secara rutin dan
pendidikan yang rendah.
C. KLASIFIKASI
FIGO Deskripsi
D. MANIFESTASI KLINIK
Pada fase prakanker (tahap displasia), sering tidak ada gejala atau tanda-tanda yang
khas. Namun, kadang bisa ditemukan gejala-gejala sebagai berikut :
1) Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang keluar dari vagina ini makin
lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan
2) Perdarahan setelah senggama (post coital bleeding) yang kemudian berlanjut menjadi
perdarahan yang abnormal.
3) Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan dan berbau busuk.
4) Bisa terjadi hematuria karena infiltrasi kanker pada traktus urinarius
5) Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.
6) Kelemahan pada ekstremitas bawah
7) Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang panggul. Bila
nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah, kemungkinan terjadi infiltrasi kanker pada
serabut saraf lumbosakral.
8) Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema kaki, timbul
iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah (rektum), terbentuknya fistel
vesikovaginal atau rektovaginal, atau timbul gejala-gejala akibat metastasis jauh.
E. PATOFISIOLOGI
Infeksi Human Papiloma Virus dapat berkembang menjadi neoplasma intraepitel
serviks (NIS). Seorang wanita dengan aktivitas seksual aktif dapat terinfeksi oleh HPV
resiko-tinggi dan 80% akan menjadi transien serta tidak akan betkembang menjadi NIS dan
HPV akan hilang dalam waktu 6-8 bulan. Hal ini di pengaruhi oleh respons antibodi terhadap
HPV resiko tinggi. 20% sisanya berkembang menjadi NIS dan sebagian besar yaitu 80%
virus menghilang kemudian lesi juga menghilang. Maka yang berperan adalah cytotoxic T-
cell.Sebanyak 20% dari yang terinfeksi virus tidak menghilang dan terjadi infeksi yang
persisten. NIS akan bertahan atau NIS 1 akan berkembang menjadi NIS 3 atau kanker
invasive, tetapi menjadi NIS 2. Pertumbuhan kanker dapat bersifat :
1) Eksofitik, tubuh mulai dari squamo-columnar junction kearah lumen vagina, proliferative
serta cenderung mengalami infeksi sekunder dan nekrosis.
2) Endofitik, tubuh mulai dari squamo-columnar junction kedalam serviks dan cenderung
mengadakan infiltrasi menjadi ulkus.
3) Ulseratif, tubuh muali dari squamo-columnar junction ke forniks vagina dan cenderung
merusak struktur jaringan serviks serta membentuk ulkus lunas.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Pemeriksaan Sitologi Pap Smear
Salah satu pemeriksaan sitologi yang bisa dilakukan adalah pap smear. Pap smear
merupakan salah satu cara deteksi dini kanker leher rahim. Test ini mendeteksi adanya
perubahan-perubahan sel leher rahim yang abnormal, yaitu suatu pemeriksaan dengan
mengambil cairan pada laher rahim dengan spatula kemudian dilakukan pemeriksaan
dengan mikroskopi.
Saat ini telah ada teknik thin prep (liquid base cytology) adalah metoda pap smear
yang dimodifikasi yaitu sel usapan serviks dikumpulkan dalam cairan dengan tujuan
untuk menghilangkan kotoran, darah, lendir serta memperbanyak sel serviks yang
dikumpulkan sehingga akan meningkatkan sensitivitas. Pengambilan sampel dilakukan
dengan mengunakan semacam sikat (brush) kemudian sikat dimasukkan ke dalam cairan
dan disentrifuge, sel yang terkumpul diperiksa dengan mikroskop.
Pap smear hanyalah sebatas skrining, bukan diagnosis adanya kanker serviks. Jika
ditemukan hasil pap smear yang abnormal, maka dilakukan pemeriksaan standar berupa
kolposkopi. Penanganan kanker serviks dilakukan sesuai stadium penyakit dan gambaran
histopatologimnya. Sensitifitas pap smear yang dilakukan setiap tahun mencapai 90%.
b) Kolposkopi
Pemeriksaan dengan pembesaran (seperti mikroskop) yang digunakan untuk
mengamati secara langsung permukaan serviks dan bagian serviks yang abnormal.
Dengan kolposkopi akan tampak jelas lesi-lesi pada permukaaan serviks, kemudian
dilakukan biopsi pada lesi-lesi tersebut.
c) IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat)
IVA merupakan tes alternatif skrining untuk kanker serviks. Tes sangat mudah
dan praktis dilaksanakan, sehingga tenaga kesehatan non dokter ginekologi, bidan
praktek dan lain-lain. Prosedur pemeriksaannya sangat sederhana, permukaan
serviks/leher rahim diolesi dengan asam asetat, akan tampak bercak-bercak putih pada
permukaan serviks yang tidak normal.
d) Serviksografi
Servikografi terdiri dari kamera 35 mm dengan lensa 100 mm dan lensa ekstensi
50 mm. Fotografi diambil oleh tenaga kesehatan danslide (servikogram) dibaca oleh yang
mahir dengan kolposkop. Disebut negatif atau curiga jika tampak kelainan abnormal,
tidak memuaskan jika SSK tidak tampak seluruhnya dan disebut defek secara teknik jika
servikogram tidak dapat dibaca (faktor kamera atauflash).
Kerusakan (defect) secara teknik pada servikogram kurang dari 3%. Servikografi
dapat dikembangkan sebagai skrining kolposkopi. Kombinasi servikografi dan
kolposkopi dengan sitologi mempunyai sensitivitas masing-masing 83% dan 98% sedang
spesifisitas masing-masing 73% dan 99%. Perbedaan ini tidak bermakna. Dengan
demikian servikografi dapat di-gunakan sebagai metoda yang baik untuk skrining massal,
lebih-lebih di daerah di mana tidak ada seorang spesialis sitologi, maka kombinasi
servikogram dan kolposkopi sangat membantu dalam deteksi kanker serviks.
e) Gineskopi
Gineskopi menggunakan teleskop monokuler, ringan dengan pembesaran 2,5 x
dapat digunakan untuk meningkatkan skrining dengan sitologi. Biopsi atau pemeriksaan
kolposkopi dapat segera disarankan bila tampak daerah berwarna putih dengan pulasan
asam asetat. Sensitivitas dan spesifisitas masing-masing 84% dan 87% dan negatif palsu
sebanyak 12,6% dan positif palsu 16%. Samsuddin dkk pada tahun 1994 membandingkan
pemeriksaan gineskopi dengan pemeriksaan sitologi pada sejumlah 920 pasien dengan
hasil sebagai berikut: Sensitivitas 95,8%; spesifisitas 99,7%; predictive positive
value 88,5%; negative value 99,9%; positif palsu 11,5%; negatif palsu 4,7% dan akurasi
96,5%. Hasil tersebut memberi peluang digunakannya gineskopi oleh tenaga paramedis /
bidan untuk mendeteksi lesi prakanker bila fasilitas pemeriksaan sitologi tidak ada.
f) Pemeriksaan Penanda Tumor (PT)
Penanda tumor adalah suatu suatu substansi yang dapat diukur secara kuantitatif
dalam kondisi prakanker maupun kanker.Salah satu PT yang dapat digunakan untuk
mendeteksi adanya perkembangan kanker serviks adalah CEA (Carcino Embryonic
Antigen) dan HCG (Human Chorionic Gonadotropin). Kadar CEA abnormal adalah > 5
µL/ml, sedangkan kadar HCG abnormal adalah > 5ηg/ml. HCG dalam keadaan normal
disekresikan oleh jaringan plasenta dan mencapai kadar tertinggi pada usia kehamilan 60
hari. Kedua PT ini dapat dideteksi melalui pemeriksaan darah dan urine.
g) Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi tingkat komplikasi pendarahan yang
terjadi pada penderita kanker serviks dengan mengukur kadar hemoglobin, hematokrit,
trombosit dan kecepatan pembekuan darah yang berlangsung dalam sel-sel tubuh.
G. KRITERIA DIAGNOSA
Interpretasi sitologi yang dapat menunjang diagnosis kanker serviks :
a. Hasil pemeriksaan negatif
Tidak ditemukan sel ganas. Ulangi pemeriksaan sitologi dalam 1 tahun lagi.
b. Inkonklusif
Sediaan tidak memuaskan. Bisa disebabkan fiksasi tidak baik. Tidak ditemukan sel
endoserviks, gambaran sel radang yang padat menutupi sel. Ulangi pemeriksaan sitologi
setelah dilakukan pengobatan radang dan sebagainya.
c. Displasia
Terdapat sel - sel diskariotik pada pemeriksaan mikroskopik. Derajat ringan, sedang,
sampai karsinoma in situ. Diperlukan konfirmasi dengan kolposkopi dan biopsi.
Dilakukan penangan lebih lanjut dan harus diamati minimal 6 bulan berikutnya.
d. Hasil pemeriksaan positif
Terdapat sel - sel ganas pada lapisan epitel serviks melalui pengamatan mikroskopik.
Harus dilakukan biopsi untuk memperkuat diagnosis. Penanganan harus dilakukan di
rumah sakit rujukan dengan seorang ahli onkologi.
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Menurut Mansjoer (2007) di bawah ini adalah klasifikasi penatalaksanaan medis secara
umum berdasarkan stadium kanker serviks :
Stadium Penatalaksanaan
J. PENCEGAHAN
Kanker stadium dini (karsinoma in situ) sangat susah dideteksi karena belum
menimbulkan gejala yang khas dan spesifik, kematian pada kasus kanker serviks terjadi
karena sebagian besar penderita yang berobat sudah berada dalam stadium lanjut. Cara
terbaik yang bisa dilakukan untuk mencegah kanker ini adalah bentuk skrining yang
dinamakan Pap Smear dan skrining ini sangat efektif. Ada beberapa protokol skrining yang
bisa ditetapkan bersama - sama sebagai salah satu upaya deteksi dini terhadap perkembangan
kanker serviks, beberapa di antaranya :
a. Skrining awal
Skrining dilakukan sejak seorang wanita telah melakukan hubungan seksual (vaginal
intercourse) selama kurang lebih tiga tahun dan umurnya tidak kurang dari 21 tahun
saat pemeriksaan. Hal ini didasarkan pada karsinoma serviks berasal lebih banyak dari
lesi prekursornya yang berhubungan dengan infeksi HPV onkogenik dari hubungan
seksual yang akan berkembang lesinya setelah 3-5 tahun setelah paparan pertama dan
biasanya sangat jarang pada wanita di bawah usia 19 tahun.
b. Pemeriksaan DNA HPV
Penelitian dalam skala besar mendapatkan bahwa Pap’s smear negatif disertai DNA
HPV yang negatif mengindikasikan tidak akan ada CIN 3 sebanyak hampir 100%.
Kombinasi pemeriksaan ini dianjurkan untuk wanita dengan umur diatas 30 tahun
karena prevalensi infeksi HPV menurun sejalan dengan waktu. Infeksi HPV pada usia
29 tahun atau lebih dengan ASCUS hanya 31,2% sementara infeksi ini meningkat
sampai 65% pada usia 28 tahun atau lebih muda. Sehingga, deteksi DNA HPV yang
positif yang ditemukan kemudian lebih dianggap sebagai HPV yang persisten. Apabila
ini dialami pada wanita dengan usia yang lebih tua maka akan terjadi peningkatan risiko
kanker serviks.
c. Skrining dengan Thinrep/Liquid-Base Method
Disarankan untuk wanita di bawah 30 tahun yang berisiko dan dianjurkan untuk
melakukan pemeriksaan setiap 1 - 3 tahun. Skrining dihentikan bila usia mencapai 70
tahun atau telah dilakukan 3 kali pemeriksaan berturut-turut dengan hasil negatif.
1. PROGNOSIS
Karsinoma serviks yang tidak diobati atau tidak memberikan respon terhadap
pengobatan, 95 % mengalami kematian dalam 2 tahun setelah timbul gejala. Pasien yang
menjalani histerektomi dan memiliki risiko tinggi terjadinya rekurensi harus terus diawasi
karena lewat deteksi dini, perkembangan kanker seviks dapat diobati dengan radioterapi. Ada
beberapa faktor yang menentukan prognosis dalam angka kejadian kanker serviks, antara
lain: usia penderita, keadaan umum, tingkat klinis keganasan, ciri - ciri histologik sel kanker,
kemampuan tim kesehatan dan sarana pengobatan yang tersedia.
Stadium Penyebaran kanker serviks Harapan Hidup
5 Tahun (%)
0 Karsinoma insitu 100
I Terbatas pada uterus 85
II Menyerang luar uterus tetapi meluas ke dinding pelvis 60
III Meluas ke dinding pelvis dan atau sepertiga bawah 33
vagina atau hidronefrosis
IV Menyerang mukosa kandung kemih atau rektum atau 7
meluas keluar pelvis sebenarnya
PATHWAY
Kanker Serviks
hipovolemia
Nyeri kronik