Anda di halaman 1dari 5

Vol. 01 No. 03 Edisi Januari - Maret 2024 Hal.

396-400
Journal homepage: https://jurnal.ittc.web.id/index.php/jebd/index
Published by: ITTC INDONESIA

Kesetaraan Gender Di Tempat Kerja Serta Langkah-Langkah Untuk


Memastikan Keadilan Dalam MSDM

Suci Cahyaningtyas Fatima 1, Ahmad Gunawan 2


Program Studi Manajemen Universitas Pelita Bangsa
sucicf91@gmail.com

ABSTRAK
Membahas isu kesetaraan gender dalam Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) di Indonesia. Kesetaraan gender
tercapai bila tidak ada diskriminasi antara laki-laki dan perempuan, serta keduanya mempunyai akses yang sama,
kesempatan berpartisipasi, mengendalikan pembangunan, serta menikmati manfaat dan keadilan yang sama dalam
pembangunan. Meskipun Indonesia telah menerapkan prinsip kesetaraan antara laki-laki dan perempuan di depan hukum,
namun perempuan masih tertinggal jauh dalam berbagai aspek yang memerlukan perhatian khusus. Sikap negatif terhadap
pekerja perempuan, khususnya perempuan kelas menengah, mulai berubah setelah kemerdekaan. Namun masih ada
kecenderungan menilai perempuan berdasarkan kelemahannya. Partisipasi perempuan dalam angkatan kerja meningkat,
yang juga berkontribusi terhadap pembangunan Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif kualitatif dengan tujuan untuk memperjelas pokok permasalahan penelitian, sedangkan analisis gender
merupakan metode atau alat yang digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan gender dengan cara menganalisis data,
fakta, dan informasi tentang gender.
Kata kunci : Analisis gender; kesetaraan gender; manajemen sumber daya manusia

ABSTRACT
Discussing the issue of gender equality in human resource management (HR) in Indonesia. Gender equality is achieved
when there is no discrimination between men and women, and both have equal access, the opportunity to participate,
control development, and enjoy the same benefits and fairness in development. Although Indonesia has applied the
principle of equality between men and women in front of the law, women are still far behind in various aspects that require
special attention. Negative attitudes towards female workers, especially middle-class women, began to change after
independence. But there is still a tendency to judge women based on their weaknesses. Women's participation in the labor
force is increasing, which also contributes to Indonesia's development. The method used in this research is a qualitative
descriptive method with the aim of clarifying and clarifying the subject matter of research, while gender analysis is a
method or tool used to identify gender differences by analyzing data, facts, and information about gender.
Keywords : Gender analysis; gender equality; human resource management

Pendahuluan
Pada prinsipnya, kebanyakan orang setuju bahwa ada perbedaan antara wanita dan pria. Jika kita
melihat karakteristik fisik mereka, kita dapat dengan mudah mengenali perbedaan-perbedaan ini. Perbedaan
alami, sering disebut perbedaan jenis kelamin, sebenarnya hanya mengacu pada perbedaan biologis yang ada
sejak lahir antara wanita dan pria.
Selama perbedaan-perbedaan ini tidak mengarah pada ketidakadilan, konflik, penindasan, atau jika
satu kelompok tidak merasa superior, kuat atau dominan atas yang lain, maka mungkin perbedaan-perbedaan
ini tidak akan menjadi masalah topik. Namun, pada kenyataannya, perbedaan-perbedaan ini telah
menyebabkan ketidakadilan dan ketidaksetaraan. Satu kelompok sering merasa unggul, kuat, dan memiliki
lebih banyak hak daripada kelompok lain, yang menciptakan ketidaksetaraan.
Masalah kesetaraan antara pria dan wanita, juga dikenal sebagai kesetaraan gender. Kesetaraan
gender mencakup banyak aspek, seperti kesetaraan sehubungan dengan pendidikan, kesempatan kerja,
keputusan politik, pengambilan keputusan, dan perlindungan hukum (Iftitah et al., 2023). Setelah lama
mencoba meyakinkan dunia bahwa perempuan sering menghadapi diskriminasi berdasarkan perbedaan gender
dan sosial, pada tahun 1979, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) secara resmi mengadopsi konvensi tersebut.
Konvensi untuk menghilangkan semua bentuk diskriminasi terhadap perempuan. Bahkan, baik di Indonesia
maupun di seluruh dunia, banyak perempuan yang masih menjadi sasaran berbagai bentuk kekerasan,
termasuk kekerasan fisik, mental, sosial dan ekonomi, baik di dalam maupun di luar negeri. tempat
kerja dan masyarakat. Masalah kesetaraan gender selalu mencakup aspek kemanusiaan dan hak asasi manusia.
Di bidang kesetaraan gender itu sendiri atau feminisme, ada beberapa feminis Muslim yang bekerja di dua
bidang ini. Misalnya, Qasim Amin, Fatima Mernissi, Amina Wadud Muhsin.(Anggoro, 2019).
Di dalam undang-undang No. 13 tahun 2003 memiliki peraturan tentang kesetaraan gender yang
tercantum dalam Bab III, yaitu Pasal 5 dan Pasal 6. Pasal 5 menetapkan bahwa "setiap orang yang bekerja

Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Digital Vol.01 No.03 Edisi Januari - Maret 2024 396
Vol. 01 No. 03 Edisi Januari - Maret 2024 Hal. 396-400
Journal homepage: https://jurnal.ittc.web.id/index.php/jebd/index
Published by: ITTC INDONESIA

memiliki kesempatan yang sama, tanpa diskriminasi dalam pekerjaan." memiliki pekerjaan. Demikian juga,
Pasal 6 menekankan hak "setiap pekerja atau karyawan untuk diperlakukan sama tanpa diskriminasi oleh
majikan" (UU No. 13 tahun 2003 - Pekerjaan). Ini berarti bahwa semua jenis kelamin, etnis, ras, agama,
pendapat politik, termasuk penyandang cacat, memiliki hak, peluang, dan perlakuan yang sama di lingkungan
kerja, tanpa diskriminasi. diskriminasi di semua bidang. Tujuannya adalah menciptakan lingkungan kerja
yang aman, harmonis, dan sejahtera.
Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan tujuan
menggambarkan dan menjelaskan masalah subjek penelitian. Sementara data kualitatif terdiri dari kumpulan
artikel, sedangkan analisis gender adalah metode atau alat yang digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan
gender dengan menyajikan data, fakta dan informasi tentang gender. Dalam analisis ini, data dikelompokkan
berdasarkan kelompok pria dan wanita sehubungan dengan dimensi akses, peran, kontrol, dan manfaat.
Pembahasan
Memahami dan menganalisis gender penting untuk menilai dampak perbedaan non-alami yang
menyebabkan diskriminasi, yang berarti bahwa perbedaan ini berbahaya dan menyebabkan penderitaan bagi
perempuan. Perbedaan karakteristik sosial antara pria dan wanita dipengaruhi oleh pengaruh keluarga, teman,
budaya, sekolah, dan lingkungan kerja.
Memperkenalkan gender dalam keluarga harus menjadi salah satu prioritas dalam membangun
kesetaraan gender dalam masyarakat sesuai dengan nilai-nilai agama dan sifat alami perempuan. Pendidikan
keluarga yang peka gender dianggap sebagai pendidikan yang efektif dan strategis untuk mengajarkan nilai-
nilai dasar kehidupan, terutama nilai-nilai keadilan dan kesetaraan gender (Qomariah, 2019). Melalui
pendidikan gender di rumah, anak-anak akan memastikan bahwa nilai-nilai yang diajarkan di rumah akan
diwariskan dan diterapkan di lingkungan yang paling dekat dengan anak.
Ketidaksetaraan gender adalah fenomena yang dapat dilihat di banyak tempat, terutama di sektor
keluarga, khususnya rumah tangga, di mana perempuan sering memainkan peran penuh, sementara laki-laki
berpartisipasi di tingkat yang lebih rendah. Masalah yang dihadapi perempuan muncul ketika mereka harus
mengambil dua peran ganda, yaitu peran di sektor publik selain tanggung jawab keluarga.
Kesetaraan gender harus diberikan secara adil. Kesetaraan gender didefinisikan tidak hanya dalam
lingkup keluarga tetapi juga dalam hal mencapai keadilan dengan menyediakan sebanyak mungkin ruang
untuk seluruh anak bangsa guna mengembangkan kreativitas mereka untuk membangun bangsa yang adil,
mulia dan layak (Azzam et al., 2023).
Di Indonesia, aturan tersebut tetap berlaku karena nilai-nilai sosial lebih menekankan pada peran
merawat anak dan suami di rumah daripada memberi penghargaan kepada wanita yang mengejar karir di luar
rumah. Selain itu, tingkat pendidikan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk memasuki pasar tenaga kerja
rendah dan tingkat pernikahan dini di kalangan wanita Indonesia tetap tinggi (Nuraeni & Lilin Suryono,
2021). Diskriminasi gender dalam pekerjaan terjadi karena kesalahpahaman dan kesalahpahaman masih ada
di masyarakat tentang arti kerugian, ketergantungan, prasangka, kekerasan, dan tekanan sosial (Subagja,
2022).
Kesadaran akan pentingnya pendidikan dan karier adalah pendorong utama dalam membantu
perempuan mengakses hak yang sama dengan laki-laki. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan
bahwa jumlah perempuan dalam pekerjaan formal di Indonesia mencapai 38,20% pada tahun 2018, turun
sedikit dari 38,63% pada tahun 2017, tetapi lebih tinggi dari 30,16 % tahun 2016 dan 37,16% tahun 2015
(bps.go.identification).,2018). Meskipun perubahan ini tidak signifikan, itu masih mencerminkan tingginya
partisipasi perempuan dalam angkatan kerja di Indonesia. Selain itu, menurut Syaifuddin Zuhdi, perempuan
juga memberikan kontribusi yang signifikan di sektor informal (Zuhdi et al., 2018). Partisipasi perempuan
dalam sektor ekonomi ini tidak hanya berdampak positif pada pendapatan keluarga tetapi juga berkontribusi
pada total pendapatan nasional.
Diskriminasi Gender
Diskriminasi gender masih terjadi di bidang ketenagakerjaan karena kepercayaan yang salah
mengenai konsep seperti alienasi, subordinasi, stereotip, kekerasan, dan beban kerja yang masih bertahan di
masyarakat (Dyah et al., 2020). Ketidakadilan gender atau diskriminasi sering terjadi dalam keluarga,
komunitas dan lingkungan kerja dalam berbagai bentuk, yaitu :
1. Stereotip adalah tindakan memberi label negatif pada satu jenis kelamin, yang sering mengarah pada
ketidakadilan. Misalnya, wanita sering dianggap ramah, lembut, dan rapi, sehingga dianggap lebih
cocok untuk pekerjaan seperti sekretaris atau guru prasekolah.

Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Digital Vol.01 No.03 Edisi Januari - Maret 2024 397
Vol. 01 No. 03 Edisi Januari - Maret 2024 Hal. 396-400
Journal homepage: https://jurnal.ittc.web.id/index.php/jebd/index
Published by: ITTC INDONESIA

2. Ketergantungan adalah keyakinan bahwa satu jenis kelamin dianggap lebih rendah atau ditempatkan
pada posisi yang lebih rendah daripada jenis kelamin lainnya. Sebagai contoh, selama berabad-abad,
wanita bertanggung jawab atas pekerjaan rumah tangga dan oleh karena itu sering dianggap sebagai
"ibu rumah tangga".
3. Marginalisasi terjadi ketika satu jenis kelamin dikeluarkan dari pekerjaan primer atau kegiatan
produktif, yang dapat menyebabkan kemiskinan. Sebagai contoh, kemajuan teknologi dapat
menggantikan tenaga kerja manual yang sebelumnya dilakukan terutama oleh wanita dengan mesin
yang biasanya dilakukan oleh pria.
4. Beban ganda adalah situasi di mana satu jenis kelamin memiliki beban kerja yang jauh lebih berat
daripada jenis kelamin lainnya. Misalnya, wanita mungkin harus bekerja lebih keras daripada pria
dalam konteks tertentu.
Perspektif Tentang Kesetaraan Gender Dalam Tenaga Kerja Perempuan
Pengaruh konstruksi sosial berperan dalam membentuk kepercayaan dan budaya masyarakat tentang
tindakan apa yang dianggap tepat untuk pria dan wanita sesuai dengan norma sosial (Ponizovskiy et al.,
2019). Oleh karena itu, tidak mengherankan jika pria mendominasi berbagai bidang seperti politik, bisnis, dan
lainnya karena wanita sering dianggap lebih lemah dan lebih tidak berdaya. Peran-peran ini cenderung
menguntungkan pria, karena perbedaan fisik dan psikologis antara jenis kelamin dalam masyarakat, dan pria
sering dianggap sebagai individu yang kuat. Akibatnya, perempuan sering tertinggal di semua bidang
kehidupan publik, seringkali terbatas pada pekerjaan rumah tangga.
Dalam beberapa budaya, posisi wanita mungkin lebih rendah dari pria (Sczesny et al., 2022). Banyak
orang percaya bahwa perbedaan antara pria dan wanita adalah hasil alami dari kelahiran laki-laki atau
perempuan (Huriani, Y 2021). Masyarakat menciptakan perilaku yang memisahkan dan membedakan pria dan
wanita berdasarkan kebutuhan yang mereka rasakan, yang membatasi partisipasi wanita.
Meningkatnya tuntutan hidup mendorong wanita untuk berbagi beban keuangan keluarga (Fortier,
2020). Keadaan darurat dapat mengganggu tradisi dan stereotip gender yang ada di masyarakat. Bahkan di
desa-desa pedesaan, wanita merasakan tekanan yang sama. Akses mereka yang terbatas ke pendidikan formal
sering memaksa mereka untuk bergabung dengan sektor informal, sebagai ibu rumah tangga. Beban keuangan
yang besar telah mendorong sebagian besar wanita, yang sebelumnya hanya mengambil peran sebagai ibu
rumah tangga, Dan sekarang memilih untuk bekerja di luar negeri. Karena kesenjangan upah yang signifikan
antara pekerjaan dalam dan luar negeri, banyak wanita memilih untuk bekerja sebagai pekerja manual
(Pekerjaan Wanita atau TKW) untuk meningkatkan situasi keuangan keluarga mereka. Faktor ekonomi adalah
alasan utama mengapa wanita bermigrasi ke luar negeri, tetapi dalam realitas sosial, peran suami juga
memainkan peran penting dalam pengambilan keputusan, di mana wanita adalah pencari nafkah utama dalam
keluarga. Posisi dan peran pria sebagai pencari nafkah utama semakin digantikan oleh wanita yang
bekerja di luar negeri. Pendapatan keduanya sangat berbeda secara nominal. Partisipasi minimal perempuan
dalam pertanian sering didasarkan pada asumsi bahwa pekerjaan ini membutuhkan pekerja yang mampu
secara fisik. Oleh karena itu, banyak ibu-ibu muda yang suka mencari pekerjaan alternatif, lebih mudah dan
tidak terlalu berat seperti bekerja di luar negeri. Dihadapkan dengan tuntutan hidup yang meningkat, wanita
harus berbagi beban keuangan keluarga, dan keadaan mendesak dapat mematahkan tradisi dan stereotip
gender (Del Boca et al., 2020). Perlu ada solusi alternatif untuk mengatasi masalah keuangan keluarga, dan
salah satunya adalah menjadi pekerja migran di luar negeri, Terutama di Indonesia, ketidakseimbangan antara
jumlah pekerja dan peluang kerja yang tersedia menjadi isu yang perlu ditangani.
Keadilan Menegakkan Gender Dalam MSDM
Kesetaraan gender dicapai ketika tidak ada diskriminasi antara pria dan wanita, sehingga keduanya
memiliki akses yang sama, kesempatan untuk berpartisipasi, mengendalikan pembangunan, dan menikmati
manfaat dan keadilan yang sama satu sama lain selama pembangunan.
Seperti negara-negara lain, Indonesia juga memperkenalkan prinsip kesetaraan antara laki-laki dan
perempuan sebelum hukum sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945. Pasal 27 (1) Konstitusi
1945 menetapkan bahwa semua warga negara memiliki posisi yang sama di hadapan hukum dan pemerintah
tidak terkecuali. Pasal 2 menegaskan bahwa setiap warga negara memiliki hak untuk bekerja dan hidup
bermartabat sebagai manusia. Pasal 365 Konstitusi 1945 juga menetapkan bahwa tindakan yang melanggar
hukum dan menyebabkan kerugian bagi orang lain mengharuskan pihak yang bertanggung jawab untuk
mengkompensasi kerusakan. Klausul ini menekankan perlunya menghormati dan mematuhi peraturan yang
berlaku dan untuk menghormati semua orang, termasuk orang-orang dari jenis kelamin yang berbeda.
Meskipun perempuan saat ini menyumbang lebih dari setengah populasi dan memiliki potensi untuk
menjadi sumber daya tenaga kerja yang penting dalam pembangunan, kami juga menyadari bahwa meskipun

Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Digital Vol.01 No.03 Edisi Januari - Maret 2024 398
Vol. 01 No. 03 Edisi Januari - Maret 2024 Hal. 396-400
Journal homepage: https://jurnal.ittc.web.id/index.php/jebd/index
Published by: ITTC INDONESIA

Pasal 27 Konstitusi menekankan kesetaraan geografis, posisi di hadapan hukum dan pemerintah, tetapi
perempuan terus tertinggal secara signifikan dalam berbagai aspek yang memerlukan perhatian khusus.
Sikap negatif terhadap perempuan pekerja, terutama perempuan kelas menengah, mulai berubah
setelah kemerdekaan. Saat ini sikap negatif ini telah berubah menjadi penghargaan, meskipun masih ada
kecenderungan untuk menilai wanita berdasarkan kelemahan mereka. Partisipasi perempuan dalam angkatan
kerja meningkat, yang juga berkontribusi pada pembangunan Indonesia.
Jumlah perempuan pekerja meningkat. Motivasi beragam, seperti insentif ekonomi, aspirasi untuk
membangun karir, karena pengembangan membutuhkan tenaga kerja campuran, dll. Di daerah pedesaan, di
mana suami dan istri harus berpartisipasi dalam kegiatan pertanian, menumbuk padi, berdagang di pasar,
peran perempuan pedesaan sangat penting dalam masyarakat. Mereka bahkan menjadi faktor penentu
kehidupan sosial ekonomi desa.
Kesetaraan gender adalah cara bagi pria untuk tidak menganggap wanita sebagai lemah, rendah, atau
tercela. Dengan kesetaraan gender, perempuan memiliki kesempatan untuk melakukan hal-hal yang juga
dilakukan laki-laki (Zuhri S, 2022.). Hal ini bertujuan untuk mengakhiri diskriminasi terhadap perempuan dan
mencegah penganiayaan terhadap mereka. Kesetaraan gender memungkinkan perempuan untuk mendapatkan
kemandirian ekonomi dan mengatasi situasi di mana laki-laki tidak ada atau tidak dapat membantu mereka.
Menyadari harapan untuk mencapai kesetaraan gender sering dianggap sangat sulit, bahkan
sebanding dengan upaya untuk memerangi ketidakadilan sosial yang telah bertahan sepanjang sejarah
manusia. Namun, dengan perspektif optimis dan kesadaran bahwa jalan menuju kesetaraan masih
membutuhkan waktu, sejumlah solusi dan alternatif dapat diterapkan untuk mencapai kesetaraan gender
seperti :
1. Menunjukkan pendekatan sosialisasi yang seimbang dalam lingkungan keluarga.
2. Menilai dan menghilangkan bias gender dalam sistem pendidikan.
3. Menganalisis dan mengatasi nilai patriarki dalam konteks nasional.
4. Mendukung visi yang dipromosikan oleh Kantor Menteri Pemberdayaan Perempuan untuk mencapai
kesetaraan dan kesetaraan gender.
5. Mendukung misi yang dilakukan oleh Kantor Sekretaris Negara untuk Promosi Perempuan, termasuk
:
 Meningkatkan kualitas hidup wanita.
 Mendidik masyarakat tentang pentingnya kesetaraan gender.
 Hilangkan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan.
 Memastikan hak asasi manusia (HAM) perempuan.
 Meningkatkan kesejahteraan dan perlindungan anak.
Tercapainya kesetaraan dan keadilan gender ditandai dengan non-diskriminasi antara perempuan dan laki-laki,
sehingga perempuan memiliki kesempatan untuk berpartisipasi, pengembangan langsung, dan menerima
manfaat yang sama dan adil (Aniqurrohmah, 2023).
Kesimpulan
Perspektif Tentang Kesetaraan Gender Dalam Tenaga Kerja Perempuan Pengaruh konstruksi sosial
berperan dalam membentuk kepercayaan dan budaya masyarakat tentang tindakan apa yang dianggap tepat
untuk pria dan wanita sesuai dengan norma sosial.
Perlu ada solusi alternatif untuk mengatasi masalah keuangan keluarga, dan salah satunya adalah
menjadi pekerja migran di luar negeri, Terutama di Indonesia, ketidakseimbangan antara jumlah pekerja dan
peluang kerja yang tersedia menjadi isu yang perlu ditangani.
Keadilan Menegakkan Gender Dalam MSDM kesetaraan gender dicapai ketika tidak ada
diskriminasi antara pria dan wanita, sehingga keduanya memiliki akses yang sama, kesempatan untuk
berpartisipasi, mengendalikan pembangunan, dan menikmati manfaat dan keadilan yang sama satu sama lain
selama Pembangunan.
Meskipun perempuan saat ini menyumbang lebih dari setengah populasi dan memiliki potensi untuk
menjadi sumber daya tenaga kerja yang penting dalam pembangunan, kami juga menyadari bahwa meskipun
Pasal 27 Konstitusi menekankan kesetaraan geografis, posisi di hadapan hukum dan pemerintah, tetapi
perempuan terus tertinggal secara signifikan dalam berbagai aspek yang memerlukan perhatian khusus.

Daftar Pustaka
Anggoro, T. (2019). Konsep Kesetaraan Gender Dalam Islam. Afkaruna, 15(1). https://doi.org/10.18196/aiijis.2019.0098.129-134

Aniqurrohmah, S. F. L. (2023). Kesetaraan Gender Dan Nilai Nilai Yang Terkandung Di Dalamnya Menurut Hak Asasi Manusia. Jurnal
Dunia Ilmu Hukum (JURDIKUM), 1(2), 50–56. https://doi.org/10.59435/jurdikum.v1i2.170

Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Digital Vol.01 No.03 Edisi Januari - Maret 2024 399
Vol. 01 No. 03 Edisi Januari - Maret 2024 Hal. 396-400
Journal homepage: https://jurnal.ittc.web.id/index.php/jebd/index
Published by: ITTC INDONESIA

Azzam, A. A., Meidina, A. R., Syariah, F., Uin, H., Kalijaga, S., Jalan, Y., Adisucipto, L., Daerah, Y., & Yogyakarta, I. (2023). As-Syar’i:
Jurnal Bimbingan & Konseling Keluarga Membangun Kesetaraan Gender Dalam Keluarga Karier.
https://doi.org/10.47476/assyari.v6i1.3485

Del Boca, D., Oggero, N., Profeta, P., & Rossi, M. (2020). Women’s and men’s work, housework and childcare, before and during
COVID-19. Review of Economics of the Household, 18(4), 1001–1017. https://doi.org/10.1007/s11150-020-09502-1

Dyah, P., Fitriyaningsih, A., & Faizah, F. N. (2020). AL-MAIYYAH Media Transformasi Gender dalam Paradigma Sosial Keagamaan
Relevansi Kesetaraan Gender dan Peran Perempuan Bekerja terhadap Kesejahteraan Keluarga di Indonesia (Perspektif
Ekonomi Islam).

Fortier, N. (2020). Covid-19, gender inequality, and the responsibility of the state. International Journal of Wellbeing, 10(3), 77–93.
https://doi.org/10.5502/ijw.v10i3.1305

Huriani, Y. (2021). PENGETAHUAN FUNDAMENTAL TENTANG PEREMPUAN.

Iftitah, A., Romei Puspitasari, N., Yulianti, N., Taufan Perdana Putra, M., Hukum, F., & Islam Balitar, U. (2023). Kesetaraan Gender
Dalam Hukum Ketenagakerjaan. Jurnal Ilmu Hukum Dan Administrasi Negara, 1(2).

Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi, J., Zuhri, S., Amalia Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi UPN, D.,
& Jatim JlRaya Rungkut Madya Gunung Anyar Surabaya, V. (2022). KETIDAKADILAN GENDER DAN BUDAYA PATRIARKI
DI KEHIDUPAN MASYARAKAT INDONESIA.

Nuraeni, Y., & Lilin Suryono, I. (2021). Analisis Kesetaraan Gender dalam Bidang Ketenagakerjaan Di Indonesia. Nakhoda: Jurnal Ilmu
Pemerintahan, 20(1). https://doi.org/10.35967/njip.v20i1.134

Ponizovskiy, V., Grigoryan, L., Kühnen, U., & Boehnke, K. (2019). Social construction of the value-behavior relation. Frontiers in
Psychology, 10(APR). https://doi.org/10.3389/fpsyg.2019.00934

Qomariah, D. N. (2019). PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI KESETARAAN GENDER DALAM KELUARGA. In Jurnal
Cendekiawan Ilmiah PLS (Vol. 4, Issue 2).

Sczesny, S., Nater, C., & Haines, S. (2022). Perceived to be incompetent, but not a risk: Why men are evaluated as less suitable for
childcare work than women. Journal of Applied Social Psychology, 52(8), 693–703. https://doi.org/10.1111/jasp.12845

Subagja, Y. H. (2022). Perspektif Kesetaraan Gender pada Tenaga Kerja Wanita di Kabupaten Bandung Barat. Jurnal Iman Dan
Spiritualitas, 2(4), 513–520. https://doi.org/10.15575/jis.v2i4.19034

Zuhdi, S., Hi, S., & Hi, M. (2018). Membincang Peran Ganda Perempuan Dalam Masyarakat Industri. 8(2).

Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Digital Vol.01 No.03 Edisi Januari - Maret 2024 400

Anda mungkin juga menyukai