Anda di halaman 1dari 134

SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN SELF CARE

PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI KELURAHAN TELLO BARU


PUSKESMAS BATUA KOTA MAKASSAR
Skripsi ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep)

Oleh

NURSIN

MARASABESSY

C051171716

PROGRAM STUDI ILMU

KEPERAWATAN FAKULTAS

KEPERAWATAN UNIVERSITAS

HASANUDDIN MAKASSAR

2019
ii
s

iii
i
ABSTRAK

Nursin Marasabessy C051171716. HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN


SELF CARE PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI KELURAHAN TELLO BARU
PUSKESMAS BATUA KOTA MAKASSAR, dimbimbing oleh Andy Masyitha Irwan dan
Nuurhidayat Jafar

Latar belakang:Hipertensi merupakan salah satu penyakit kronis yang tidak menular dan
mengalami peningkatan setiap tahunnya. Self care adalah perawatan diri hipertensi yang dilakukan
oleh lansia. Sedangkan self efficacy adalah keyakinan diri seseorang terhadap kemampuan yang
dapat dilakukan dan bertujuan mencapai hasil yang diinginkan. Tujuan penelitian: Untuk
mengetahui hubungan antara self efficacy dengan self care pada lansia dengan hipertensi di
kelurahan Tello Baru puskesmas Batua Kota Makassar.
Metode: Desain penelitian ini adalah kuantitatif melalui pendekatan cross sectional. Instrumen
yang digunakan adalah kuesioner yang berupa pertanyaan dan pernyataan. Sampel pada penelitian
ini berjumlah 113 lansia dengan hipertensi di kelurahan Tello Baru Puskesmas Batua Kota
Makassar. Uji statistik yang digunakan adalah Chi-Square dengan tingkat signifikasi α=0,000.
Hasil: pada penelitian ini diperoleh hasil yaitu sebagian besar responden memiliki self efficacy
yang rendah sebanyak (64,6%) dan yang memiliki self efficacy tinggi sebanyak (35,4%). Sebagian
besar Responden yang memiliki self care baik juga lebih banyak yaitu (54,9%) dan yang
memiliki self care kurang yaitu sebanyak (45,1%). Kesimpulan dan saran: Disimpulkan bahwa
ada hubungan antara self-efficacy dengan self care pada lansia dengan hipertensi di kelurahan
Tello Baru Puskesmas Batua Kota Makassar. Untuk perawat di Puskesmas lebih banyak lagi
memberikan informasi terhadap lansia dan keluarganya terkait dengan self-efficacy dan self care
hipertensi agar kualitas hidup lansia akan menjadi lebih baik lagi.

Kata kunci : Hipertensi, Self efficacy, Self care


Sumber Literatur : 34 Literatur (2003-2018)

v
ABSTRACT

Nursin Marasabessy C051171716. RELATIONSHIP BETWEEN SELF-EFFICACY AND


SELF CARE IN ELDERLY WITH HYPERTENSION IN TELLO BARU DISTRICT
BATUA HEALTH CENTER MAKASSAR CITY, supervised by Andy Masyitha Irwan and
Nuurhidayat Jafar

Background: Hypertension is a chronic disease that is not contagious and has increased every
year. Self-care is a hypertension-self-care carried out by the elderly. While self-efficacy is a
person's self-confidence in abilities that can be done and aims to achieve the desired results.
Objective: To determine the relationship between self-efficacy and self-care in the elderly with
hypertension in the Tello Baru district of Batua Community Health Center (Puskesmas), Makassar
City. Method: The design of this study was quantitative through a cross-sectional approach. The
instrument used was a questionnaire in the form of questions and statements. The sample in this
study amounted to 113 elderly with hypertension in the Tello Baru district of Puskesmas Batua,
Makassar City. The statistical test used was Chi-Square with a significance level of α = 0,000.
Results: This study found that most respondents had low self-efficacy (64.6%) than those who had
high self-efficacy (35.4%). Most of the respondents had good self-care (54.9%) compared to those
who have less self-care (45.1%). Conclusions and suggestions: It was concluded that there was a
relationship between self-efficacy and self-care in the elderly with hypertension in the Tello Baru
district of Puskesmas Batua, Makassar City. For nurses in Puskesmas, it recommends delivering
more information about the elderly and their families which is related to self-efficacy and
hypertension self-care so that the quality of life of the elderly will be even better.

Keywords: Hypertension, Self-efficacy, Self-care


Source of Literature: 34 Literature (2003-2018)

v
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah subhanah wa taala atas limpahan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Hubungan Antara Self-Efficacy dengan Self Care pada Lansia

dengan Hipertensi di Kelurahan Tello Baru Puskesmas Batua Kota

Makassar”. Demikian pula salam dan shalawat senantiasa tercurahkan untuk

baginda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam, keluarga, dan para sahabat

beliau.

Skripsi sebagai syarat dalam proses penyelesaian tugas akhir pada Program

Studi Sarjana Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Hasanuddin.

Penyusunan skripsi ini tentunya menghadapi banyak hambatan dan kesulitan sejak

awal hingga akhir. Namun berkat bimbingan, bantuan, doa, dan kerjasama dari

berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan.

Rasa terima kasih tak terhingga penulis ucapkan kepada kedua orang tua,

suami, anak-anak dan saudara/i yang selalu mendoakan, memberikan ridho,

dukungan dan semangat dalam menuntut ilmu dan kelancaran dalam proses

penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini juga perkenankanlah penulis

menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada

yang terhormat:

1. Ibu Dr. Ariyanti Saleh, S.Kep., M.Si, selaku Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Hasanuddin.

v
2. Ibu Rini Rachmawaty, S.Kep., Ns., MN., Ph.D., selaku Wakil Dekan Bidang

Akademik, Riset, dan Inovasi.

3. Ibu Dr. Yuliana Syam, S.Kep,. Ns., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Hasanuddin.

4. Ibu Andi Masyitha Irwan, S.Kep.,Ns.,Man.,Ph.D selaku pembimbing 1 dan

Bapak Nuurhidayat Jafar, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku pembimbing 2 yang

senantiasa memberikan masukan, arahan, serta motivasi dalam

penyempurnaan proposal penelitian ini.

5. Ibu Silvia Malasari, S.Kep.,Ns.,MN selaku penguji 1 dan Ibu Wa Ode Nur

Isnah Sabriyati, S.kep.Ns.,M.Kes selaku penguji 2. Seluruh Dosen, Staf

Akademik, dan Staf Perpustakaan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas

Keperawatan Universitas Hasanuddin yang banyak membantu selama proses

perkuliahan dan penyusunan proposal penelitian ini.

6. Suami tercinta (Yusuf Al Marssy) dan ketiga anak tersayang (Farhat, Eillya,

Zafran) serta keluarga yg lainnya di kota Ambon yang senantiasa memberikan

kasih sayang, perhatian, semangat, doa dan motivasi kepada penulis

7. Teman-teman seperjuangan sekaligus sahabat rasa saudara (Wiwik, Yuni,

Anggi, Halmin, Naimah, dan bu Hasmiati, Pink, kak Opan, kak Melinda)

8. Teman-teman kelas kerjasama angkatan 2017, saya bangga menjadi bagian

dari kalian, terimakasih atas kebersamaan yang kita lalui dengan saling

mendukung, memberi semangat, dan juga doa.

Dari semua bantuan dan bimbingan yang telah diberikan, penulis tentunya

tidak dapat memberikan balasan yang setimpal kecuali berdoa semoga Allah SWT

v
senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada Hamba-Nya yang

senantiasa membantu sesamanya. Akhirnya, dengan segala kerendahan hati

penulis menyadari bahwa penulis hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari

salah dan khilaf dalam penyusunan skripsi ini, karena sesungguhnya kebenaran

sempurna hanya milik Allah semata. Maka dari itu penulis senantiasa

mengharapkan masukan yang konstruktif sehingga penulis dapat berkarya lebih

baik lagi di masa yang akan datang.

Makassar, 28 Juni 2019

Nursin Marasabessy

i
DAFTAR ISI

SKRIPSI................................................................................................................................i
ABSTRAK...........................................................................................................................v
ABSTRACT........................................................................................................................vi
KATA PENGANTAR........................................................................................................vii
DAFTAR ISI........................................................................................................................x
DAFTAR TABEL..............................................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................................xiii
DAFTAR BAGAN.............................................................................................................xv
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...............................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................5
C. Tujuan Penelitian.........................................................................................................6
1. Tujuan Umum......................................................................................................6
2. Tujuan Khusus.....................................................................................................6
D. Manfaat Penelitian.......................................................................................................6
BAB II..................................................................................................................................8
TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................................8
A. Tinjauan Umum Tentang Lansia..................................................................................8
1. Definisi Lansia.....................................................................................................8
2. Masalah Kesehatan Lansia...................................................................................8
B. Tinjauan Umum Hipertensi........................................................................................10
1. Definisi Hipertensi.............................................................................................10
4. Patofisiologi hipertensi pada lansia....................................................................12
C. Self care......................................................................................................................20
D. Self-efficacy................................................................................................................32
BAB III..............................................................................................................................37

x
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS......................................................................37
A. Kerangka konsep........................................................................................................37
B. Hipotesis.....................................................................................................................37
BAB IV..............................................................................................................................38
METODE PENELITIAN...................................................................................................38
A. Rancangan penelitian.................................................................................................38
B. Tempat dan waktu penelitian.....................................................................................38
C. Populasi dan sampel...................................................................................................38
1. Populasi..............................................................................................................38
3. Kriteria inklusi dan eksklusi..............................................................................40
D. Alur Penelitian...........................................................................................................41
E. Variabel Penelitian.............................................................................................42
2. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif........................................................43
F. Instrumen penelitian...................................................................................................44
1. Pengolahan data.................................................................................................47
BAB V...............................................................................................................................52
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................................52
A. Hasil..........................................................................................................................52
B. Pembahasan................................................................................................................61
BAB VI..............................................................................................................................70
KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................................70
A. Kesimpulan...............................................................................................................70
B. Saran........................................................................................................................72
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................73
LAMPIRAN.......................................................................................................................76

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi............................................................................11

Tabel 4.2 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif...........................................43

Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Demografi.......................................................53

Tabel 5.2 Karakteristik Data Objektif Self Care dengan Hipertensi.....................54

Tabel 5.3 Gambaran Self-efficacy Berdasarkan Item Pertanyaan..........................56

Tabel 5.4 Gambaran self care Berdasarkan Item Pernyataan................................58

Tabel 5.5 Self-fficacy dan Self Care Berdasarkan Skor Penilaian.........................59

Table 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Self-efficacy dengan Self

Care.......................................................................................................60

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar penjelasan untuk responden

Lampiran 2. Lembar persetujuan responden

Lampiran 3. Lembar kuisioner data demografi

Lampiran 4. Lembar kuisioner self-efficacy

Lampiran 5 Lembar kuisioner self care

Lampiran 6. Standar operasional pengukuran tekanan darah

Lampiran 7. Standar operasional pemeriksaan berat badan

Lampiran 8. Standar operasional pemeriksaan tinggi badan

Lampiran 9. Standar ooperasional pemeriksaan kadar garam dalam

urin Lampiran 10. Master data

Lampiran 11. Hasil olah data SPSS

Lampiran 12. Izin Penelitian pengambilan data awal pada Dinas Kesehatan Kota

Makassar

Lampiran 13. Izin penelitian PSIK Fakultas Keperawatan UNHAS Makassar

Lampiran 14. Izin Penelitian Dinas Penanaman Modal dan pelayanan terpadu

satu pintu kota Makassar

Lampiran 15. Rekomendasi mengadakan penelitian KESBANG Kota Makassar

x
Lampiran 16. Rekomendasi mengadakan penelitian Dinas Kesehatan Kota

Makassar

Lampiran 14. Rekomendasi persetujuan Etik Kementrian Riset, Teknologi dan

Pendidikan Tinggi Komite Etik Penelitian Kesehatan FK UNHAS

Makassar

Lampiran 17. Surat keterangan selesai penelitian Puskesmas Batua Kota

Makassar

x
DAFTAR BAGAN

Bagan 3.1 Kerangka konsep......................................................................37

Bagan 4.1 Alur penelitian...........................................................................41

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan salah satu penyakit kronis yang tidak menular

dan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Menurut World Health

Organization (WHO, 2013) diseluruh dunia ada sekitar 972 juta (26.4%)

terkena hipertensi dan dapat mengakibatkan kematian hingga sembilan juta

orang setiap tahun. Insiden dan keparahan hipertensi terus berkembang di

seluruh dunia, dan banyak terjadi pada negara-negara berkembang yang

berpenghasilan rendah. Diperkirakan pada tahun 2025 penderita hipertensi

akan mencapai 1,56 miliar (Bell, Twiggs, & Olin, 2018).

Data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) mengatakan bahwa

pada tahun 2018 prevalensi hipertensi di Indonesia yang menderita

hipertensi sebanyak 34,11%. Angka ini meningkat sebesar 8,31%

dibandingkan dengan hasil Riskesdas tahun 2013 yaitu 25,8%, sedangkan

pada lansia di Indonesia yang mengalami hipertensi pada saat ini sebesar

47,35%. Untuk penderita hipertensi di Sulawesi Selatan pada tahun 2018

mencapai 31,68%. Menurut Dinas kesehatan kota Makassar tahun 2015,

prevalensi hipertensi berdasarkan jumlah kunjungan umur ≥ 15 tahun

mencapai 11.596. Sedangkan menurut Dinkes (2018), tercatat sebanyak

58.025 (0,097%). khusus puskesmas Batua berdasarkan jumlah kunjungan

1
terdapat 1.434 penderita hipertensi dengan jumlah lansia sebanyak 397

penderita dan terdapat 159 orang pada kelurahan Tello baru.

Menurut American Heart Association (AHA, 2017) hipertensi

merupakan suatu kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik

≥130 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 80 mmHg. Hipertensi dapat

ditandai dengan gejala sakit kepala secara terus-menerus, pusing, kelelahan,

jantung berdebar-debar, sesak, penglihatan nampak kabur, dan mimisan

(Black & Hawk, 2014). Tekanan darah yang meningkat dan berlangsung

lama dan jika tidak terdeteksi sejak dini ataupun tidak mendapatkan

pengobatan yang seharusnya akan menyebabkan komplikasi seprti infark

miokard, stroke, gagal ginjal dan kematian (James et al., 2014). Perlu

adanya upaya pengobatan yang maksimal agar dampak dari hipertensi dapat

dicegah ataupun berkurang.

Untuk mencegah atau mengurangi dampak dari hipertensi pada lansia

Salah satu bentuk upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan cara self care

(perawatan diri). Perawatan diri adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh

individu untuk menjaga kesehatannya secara mandiri (Permatasari, Lukman,

& Supriadi, 2014). Dalam teori middle-range of self-care of chronic illness,

Riegel, Jaarsma, & Strömberg, (2012) mengatakan bahwa Self care

(perawatan diri) merupakan proses menjaga kesehatan melalui praktek

promosi kesehatan dalam mengelola suatu penyakit.

Menurut (Cameron, Ski, & Thompson, 2012) Perawatan diri adalah

proses yang melibatkan individu sehingga dapat mengelola kesehatan

2
mereka dengan mengadopsi keterampilan dan perilaku untuk mencegah

penyakit, merawat penyakit dan memulihkan kesehatan. Dari beberapa

penelitian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa Kegiatan perawatan diri

hipertensi yaitu dengan meliputi modifikasi gaya hidup. Perawatan diri

hipertensi antara lain yaitu diet rendah garam, pembatasan dalam

mengkonsumsi alkohol, olahraga dan latihan fisik, tidak merokok dan yang

paling penting adalah mengkonsumsi obat hipertensi ((Larki, Tahmasebi, &

Reisi, 2018). Penelitian yang dilakukan oleh Yang et al. (2014) mengatakan

bahwa perilaku perawatan diri pada hipertensi adalah pengobatan rutin, diet

rendah garam dan lemak, aktivitas fisik, mengendalikan stres, monitoring

berat badan, tidak merokok, dan monitoring tekanan darah.

Hal serupa juga dikemukakan oleh Findlow, Seymour, & Huber,

(2012) yang berpendapat bahwa aktifitas dalam melakukan perawatan diri

sangat berpengaruh terhadap pengendalian tekanan darah. Perawatan diri

hipertensi sangatlah penting bagi pasien lansia yang menderita hipertensi,

hal ini bertujuan agar lansia dapat mengontrol tekanan darahnya dalam batas

normal dan terus dapat mempertahankan kulaitas hidupnya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri hipertensi adalah

pengalaman dan keterampilan, motivasi, keyakinan dan nilai-nilai budaya,

kepercayaan, kebiasaan, fungsional dan kemampuan kognitif, akses ke

pelayanan dan dukungan (keluarga atau orang terdekat). Untuk mencapai

keberhasilan dalam melakukan perawatan diri dibutuhkan adanya self-efficacy

atau keyakinan diri. Self-efficacy menurut Bandura (2004) adalah keyakinan

3
seseorang tentang kemampuan mereka untuk menghasilkan tindakan yang

ingin dicapai dan mempunyai pengaruh pada kehidupan mereka. Keyakinan

tentang self-efficacy akan memberikan dasar motivasi, kesejahteraan dan

prestasi seseorang. Self-efficacy akan menentukan bagaimana seseorang

merasa, berpikir memotivasi dirinya dan berperilaku.

Menurut Bandura (2004) terdapat empat sumber yang mempengaruhi

self-efficacy diantaranya pencapaian prestasi, pengalaman orang lain, persuasi

verbal, dan respon fisiologis. Findlow, Seymour, & Huber (2012)

berpendapat bahwa self-efficacy merupakan salah satu komponen yang dapat

mempengaruhi perawatan diri pada pasien dengan hipertensi. Penelitian ini

menyatakan bahwa individu yang memiliki self-efficacy yang tinggi akan

mengalami peningkatan yang signifikan terhadap kepatuhan pengobatan, diet

rendah garam, terlibat dalam aktifitas fisik, tidak merokok, dan melakukan

manajemen berat badan.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Saffari, Mohammadi,

& Bengt (2015) juga mengatakan bahwa pasien hipertensi yang tidak

memiliki kontrol yang baik menunjukan ketidakpatuhan terhadap obat anti

hipertensi, dan secara signifikan mereka yang memiliki self-efficacy dianggap

mampu dalam mengontrol tekanan darahnya. Lansia dengan hipertensi

memerlukan self-efficacy yang baik agar perawatan diri hipertensi yang

dilakukan dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan.

Self-Efficacy merupakan bagian yang penting dalam perawatan diri

dan berhubungan dengan manajemen berat badan, selain itu self-efficacy

4
berhubungan dengan kepatuhan terhadap pengobatan anti hipertensi. Menurut

penelitian Saffari, Mohammadi, & Bengt (2015) mengatakan bahwa self-

efficacy dianggap sebagai landasan dari pengobatan dan keberhasilan suatu

pengobatan. Ogedegbe et al., (2003) dalam penelitiannya juga mengatakan

self-efficacy telah dianggap sebagai prediktor yang paling menonjol untuk

perubahan perilaku kesehatan dalam hal ini kepatuhan terhadap pengobatan

pada pasien dengan penyakit kronis. Pasien hipertensi yang mempunyai

tingkat self-efficacy yang tinggi lebih percaya diri untuk mematuhi obat

mereka.

Penelitian yang dilakukan oleh Irwan et al. (2016) menyatakan bahwa

pemahaman tentang praktek perawatan diri dan self-efficacy lansia diperlukan

untuk meningkatkan derajat kesehatan. Self-efficacy yang tinggi harus

dipromosikan bersamaan dengan kesadaran diri seseorang terhadap kesehatan

secara layak. Lansia perlu mengetahui pentingnya pemeriksaan kesehatan

secara teratur untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, dan

memperlambat perkembangan penyakit kronis termasuk hipertensi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan fenomena yang terjadi saat ini, angka kejadian hipertensi

semakin meningkat dan pada umumnya hipertensi diderita oleh lansia. Untuk

mengurangi dampak dari hipertensi pada lansia, diperlukan self-Efficacy yang

baik sehingga lansia dapat melakukan perawatan diri secara maksimal

sehingga dapat mengurangi komplikasi yang mungkin terjadi dan dapat

meningkatkan kualitas hidupnya. Dengan demikian maka peneliti tertarik

5
untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Antara self-efficacy dengan

self care pada lansia dengan hipertensi.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya hubungan antara self-efficacy dengan self care pada lansia

dengan hipertensi

2. Tujuan Khusus

a. Terukurnya self-efficacy lansia dengan hipertensi

b. Terukurnya self care lansia dengan hipertensi

c. Teridentifikasinya hubungan antara self-efficacy dengan self care pada

lansia dengan hipertensi

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi institusi pelayanan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi tenaga kesehatan dalam

meningkatkan mutu pelayanan untuk mewujudkan masyarakat yang sehat

dan terhindar dari penyakit, termasuk hipertensi.

2. Bagi mahasiswa keperawatan

Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan dapat dijadikan

pertimbangan untuk penelitian selanjutnya yang akan dilakukan oleh

peneliti lain.

6
3. Bagi peneliti

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti

dalam memberikan pelayanan keperawatan komunitas dan keperawatan

gerontik khususnya mengenai hipertensi

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Lansia

1. Definisi Lansia

Menua adalah proses menghilangnya secara bertahap kemampuan

jaringan dalam memperbaiki diri dan mempertahankan struktur fungsi

normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi tidak dapat

bertahan dan memperbaiki kerusakan yang dialami. Menua merupakan

proses secara alamiah yang terus-menerus dialami oleh seluruh makhluk

hidup (Nugroho, 2015). Lanjut usia yaitu seseorang yang mencapai usia

60 tahun ke atas. Makin bertambahnya usia, makin besar kemungkinan

seseorang mengalami permasalahan fisik, jiwa, spiritual, dan sosial

ekonomi (Kemenkes, 2016).

2. Masalah Kesehatan Lansia

Seiring dengan bertambahnya usia, fungsi fisiologis mengalami

penurunan akibat proses penuaan sehingga penyakit tidak menular banyak

muncul pada lanjut usia. Selain itu masalah degeneratif menurunkan daya

tahan tubuh sehingga rentan terkena infeksi penyakit menular (Infodatin,

2016). Perubahan akibat dari proses menua berdampak pada perubahan

fisik dan fungsi.

8
Terdapat empat penyakit yang sangat berhubungan erat dengan

proses menua menurut Stieglitz (dalam Nugroho, 2015) yaitu :

a. Gangguan sirkulasi darah, misalnya hipertensi, kelainan pembuluh

darah, gangguan pembuluh darah diotak (koroner, ginjal, dan lain-lain).

b. Gangguan metabolisme hormonal, misalnya diabetes mellitus,

klimakterium, dan ketidakseimbangan tiroid

c. Gangguan pada persendian, misalnya osteoatritis, gout artritis, ataupun

penyakit kolagen lainnya.

d. Berbagai macam neoplasma.

Menurut informasi data Indonesia (Infodatin, 2016) pada tahun

2016 terdapat 10 keluhan kesehatan lanjut usia yang biasa muncul

berdasarklan kelompok umur dan hipertensi merupakan keluhan yang

paling utama dialami oleh lansia. Beberapa keluhan diantaranya adalah

sebagai berikut:

a. Hipertensi dengan jumlah penderita untuk kelompok umur 65-74 tahun

sebesar 57,6 % dan untuk kelompok usia 75 tahun keatas sebesar 63,8

%.

b. Artritis dengan jumlah penderita untuk kelompok umur 65-74 tahun

sebesar 51,9 % dan untuk kelompok usia 75 tahun keatas sebesar 54,8

%.

c. Stroke dengan jumlah penderita untuk kelompok umur 65-74 tahun

sebesar 46,1% dan untuk kelompok usia 75 tahun keatas sebesar 67%.

9
d. PPOK dengan jumlah penderita untuk kelompok umur 65-74 tahun

sebesar 8,6% dan untuk kelompok usia 75 tahun keatas sebesar 9,4%.

e. Diabetes melitus dengan jumlah penderita untuk kelompok umur 65-74

tahun sebesar 4,8% dan untuk kelompok usia 75 tahun keatas sebesar

3,5%.

f. Kanker dengan jumlah penderita untuk kelompok umur 65-74 tahun

sebesar 3,9% dan untuk kelompok usia 75 tahun keatas sebesar 5%.

g. Penyakit jantung koroner dengan jumlah penderita untuk kelompok

umur 65-74 tahun sebesar 3,6% dan untuk kelompok usia 75 tahun

keatas sebesar 3,2%.

h. Batu ginjal dengan jumlah penderita untuk kelompok umur 65-74 tahun

sebesar 1,2% dan untuk kelompok usia 75 tahun keatas sebesar 1,1%.

i. Gagal jantung dengan jumlah penderita untuk kelompok umur 65-74

tahun sebesar 0,9% dan untuk kelompok usia 75 tahun keatas sebesar

1,1%.

j. Gagal ginjal dengan jumlah penderita untuk kelompok umur 65-74

tahun sebesar 0,5%, dan untuk kelompok usia 75 tahun keatas sebesar

0,6%.

B. Tinjauan Umum Hipertensi

1. Definisi Hipertensi

Hipertensi atau biasa dikenal dengan dengan darah tinggi

merupakan suatu kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan darah

normalnya yaitu tekanan darah sistolik ≥130 mmHg dan tekanan darah

1
diastolik ≥80 mmHg (AHA, 2017; Bell et al., 2018). Hipertensi dapat

ditandai dengan gejala sakit kepala secara terus-menerus, pusing,

kelelahan, berdebar-debar, sesak, penglihatan nampak kabur, dan mimisan.

Tekanan darah yang meningkat dan berlangsung lama dapat menyebabkan

komplikasi penyakit lain seperti kerusakan pada ginjal, penyakit jantung

koroner serta gangguan pada otak yang dapat menyebabkan stroke apabila

tidak terdeteksi sejak dini dan tidak mendapatkan pengobatan yang

seharusnya (Black & Hawk, 2014)

Hipertensi merupakan kondisi kronis yang paling sering dialami

oleh lansia, semakin bertambahnya usia biasanya tekanan darah meningkat

secara perlahan. Semakin bertambahnya usia tekanan darah sistolik

cenderung naik dan sebaliknya tekanan darah diastolik cenderung turun.

Hipertensi merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap

insiden penyakit jantung dan pembuluh darah (Black & Hawk, 2014;

Darmojo, 2015).

2. Klasifikasi hipertensi

Klasifikasi hipertensi menurut (AHA, 2017)

Kategori tekanan darah Tekanan darah sistolik Tekanan darah diastolic

Normal ≤ 120 ≤ 80

Pre-hipertensi 120-129 ≤ 80

Hipertensi stage 1 130-139 80-89

Hipertensi stage 2 ≥ 140 ≥ 90

Krisis hipertensi ≥ 180 ≥ 120

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi.

1
3. Tanda dan gejala hipertensi pada lansia

Pada tahap awal pekembangan hipertensi, tidak ada gejala yang

dapat dideteksi oleh klien ataupun petugas kesehatan. Pada akhirnya

tekanan darah akan meningkat, dan jika keadaan ini tidak terdeteksi

selama pemeriksaan yang dilakukan secara rutin, klien akan tetap tidak

sadar bahwa tekanan darahnya naik. Apabila keadaan ini dibiarkan tidak

terdiagnosis, maka tekanan darah akan semakin naik dan tanda dan gejala

klinis akan semakin jelas (Black & Hawk, 2014)

Menurut Black & Hawk (2014) gejala-gejala hipertensi yang dapat

dikeluhkan oleh penderitanya adalah sebagai berikut :

a. Sakit kepala yang terus-menerus

b. Kelelahan

c. Pusing

d. Jantung berdebar-debar

e. Napas terasa sesak dan sulit bernapas

f. Penglihatan kabur atau penglihatan ganda

g. Mimisan (hidung berdarah)

4. Patofisiologi hipertensi pada lansia

Semakin bertambahnya usia terjadi perubahan vaskuler dan neuro-

hormonal sehingga lansia cenderung terkena hipertensi, dan perubahan

tekanan darah sistolik dan perubahan darah diastolik pada lansia

merupakan konsekuensi relatif untuk terjadinya kekakuan arteri dan

resistensi. Berbagai faktor yang berperan sehingga terjadi hipertensi pada

1
lansia adalah kekakuan pembuluh darah arteri (khususnya pada arteri

besar), neurohormonal dan disregulasi autonomy, disfungsi endotel, proses

menuanya ginjal (kemampuan untuk mengeluarkan sodium menurun,

plasma renin rendah) dan resistensi insulin (Airlangga University Press,

2015)

Kekakuan pembuluh darah arteri merupakan salah satu penentu

yang sangat penting untuk terjadinya hipertensi sistolik pada lansia.

Distenstabilitas arteri dan pulse wave velocity merefleksikan elastisitas

dari arteri. Aorta berfungsi seperti tabung elastis yang dapat mengalirkan

darah dengan denyutannya dari jantung ke pembuluh darah perifer.

Dengan bertambahnya usia ada jaringan viskoelastis yang hilang secara

progresif pada sambungan pembuluh darah, terjadi peningkatan penyakit

aterosklerosis arterial, hipertropi dan sklerosis dan pembuluh darah dan

otot arteri dan arteriol. Perubahan ini mengakibatkan hilangnya fungsi

bantalan pembuluh darah arteri (Airlangga University Press, 2015).

Dengan bertambahnya usia, mekanisme neurohormonal seperti

system renin-angiotensin-aldosteron (RAA) menurun. Aktifitas renin

plasma pada usia 60 tahun berada pada level 40-60% dibandingkan pada

usia muda. Level plasma aldosterone juga menurun sehingga lansia lebih

mudah untuk terjadi hyperkalemia. Sebaliknya system saraf simpatik

meningkat saat lansia. Pada lansia lebih ditemukan konsentrasi plasma

norepinefrin dua kali lipat dibandingkan dengan orang yang masih muda.

1
Pada usia 50 tahun fungsi endotel mulai menurun pada umur 50

tahun, yaitu ketika tekanan nadi mulai meningkat. Fungsi endotel lebih

sering mucul pada wanita yang pre menopause dibandingkan pada laki-

laki. Endotel menghasilkan variasi mediator biologi yang mempengaruhi

tonus dan struktur pembuluh darah, yang mempermudah terjadinya

aterogenesis dinding pembuluh darah (Airlangga University Press, 2015)

Proses menua berhubungan dengan penuaan komponen utama

ginjal yaitu pembuluh darah, glomerulus dan tubulointerstitium, gangguan

pada ketiga elemen ini dapat menyebabkan hilangnya masa ginjal, sitem

pada ginjal, metabolik dan penyakit imunologis. Ginjal yang tua dapat

dikarakteristikkan dengan terjadinya glomeroloskelerosis. Pembersihan

kreatinin 30-40% pada lansia, juga berhubungan dengan menurunnya

aktifitas dari pompa membran sodium-potassium-kalsium-adenosine-

triphospat yang mengakibatkan terjadinya kalsium dan sodium yang

berlebihan di intraseluler, yang mengakibatkan vasokontriksi dan

resistensi vaskuler. Sensitifitas terhadap garam yang meningkat dapt

dikarakteristikkan dengan peningkatan tekanan darah pada saat terjadi

overload dari sodium, sebagai hasil dari kemampuan ginjal yang terdapat

untuk mensekresi kelebihan sodium (Airlangga University Press, 2015).

Terjadinya hipertensi berkaitan dengan Resistensi insulin dan

hiperinsulinemia. Kemungkinan hiperinsulinemia dapat mengakibatkan

hipertensi termasuk menyebabkan retensi sodium ginjal, terjadi

peningkatan aktifitas sistem saraf simpatik, dan menginduksi hipertropi

1
otot polos vaskular. Terdapat kemungkinan lain dimana insulin dapat

meningkatkan tekanan darah yaitu dengan meningkatnya konsentrasi

kalsium intraseluler, yang dapat meningkatkan resistensi vaskuler.

Hiperinsulinemia selalu bersamaan dengan kenaikan berat badan yang

berlebih, namun meskipun tidak ada dasar pada individu yang hipertensi

ditunjukkan dengan adanya resistensi insulin, intoleransi glukosa, dan

hiperinsulinemia (Airlangga University Press, 2015).

5. Dampak hipertensi pada lansia

Menurut (Black & Hawk, 2014) dampak dari hipertensi yang tidak

tertangani dengan baik dapat menyebabkan beberapa komplikasi

diantaranya :

a. Penyakit jantung

Salah satu akibat dari hipertensi yang tidak tertangani dengan

baik dapat menyebabkan penyakit jantung dan berujung pada

kematian. Tekanan darah yang terus meningkat akan merusak struktur

dan fungsi jantung serta pembuluh darah, ketika tekanan darah

meningkat dan dibiarkan terus-menerus maka jantung harus bekerja

lebih keras untuk memompakan darah keseluruh tubuh. Akibatnya

bilik kiri jantung yang bertugas memompa darah akan membengkak,

dan kondisi ini dapat menyebabkan serangan jantung, stroke, dan

dapat berujung dengan kematian.

1
b. Stroke

Stroke dapat terjadi ketika aliran darah ke otak terhambat

karena adanya sumbatan atau pembuluh darah di otak pecah. Meski

jarang terjadi, hipertensi juga dapat mengakibatkan ensefalopati akut

yang ditandai dengan sakit kepala hebat, gangguan kesadaran, rasa

mengantuk, dan bingung. Jika tidak segera diobati kondisi ini dapat

menyebabkan kejang atau koma, terutama di fase hipertensi maligna

c. Kerusakan pada ginjal

Semakin bertambahnya usia, fungsi ginjal akan mengalami

penurunan dan akan semakin memburuk dengan adanya hipertensi.

Apabila hipertensi yang tidak tertangani dengan baik maka akan

berakibat fatal, pembuluh darah menebal sehingga mengurangi asupan

darah ke ginjal. Hal ini mengakibatkan kematian jaringan terkecil

ginjal yang disebut nefron, dan dapat berujung pada gagal ginjal

kronis.

d. Penyakit mata

Hipertensi dapat langsung memperlihatkan dampaknya pada

mata, tekanan darah tinggi pada mata disebut dengan hipertensi

retinopati. Kerusakan pada retina yang menjadi bagian vital dari indra

penglihatan dapat mengakibatkan gangguan penglihatan yang serius.

Tekanan darah yang tinggi dan tidak segera ditangani maka semakin

parah kerusakan mata yang mungkin terjadi. Pada awalnya perubahan

pada retina ditandai dengan penglihatan tampak kabur atau

1
penglihatan ganda, sakit kepala, gangguan penglihatan, hingga dapat

kehilangan penglihatan.

6. Penatalaksanaan hipertensi

a. Terapi Farmakologis

Secara umum, terapi farmakologis pada hipertensi dimulai pada

pasien hipertensi derajat 1 yang tidak mengalami penurunan tekanan

darah setelah ≥6 bulan menjalani pola hidup sehat dan pada pasien

dengan hipertensi derajat ≥ 2. Beberapa prinsip dasar terapi farmakologi

yang perlu diperhatikan untuk menjaga kepatuhan dan meminimalisasi

efek samping, yaitu :

1) Bila memungkinkan, berikan obat dosis tunggal

2) Berikan obat generik (non-paten) bila sesuai dan dapat mengurangi

biaya.

3) Berikan obat pada pasien usia lanjut (diatas usia 80 tahun) seperti

pada usia 55-80 tahun, dengan memperhatikan faktor komorbid

4) Jangan mengkombinasikan angiotensin converting enzyme

inhibitor (ACE-i) dengan angiotensin II receptor blockers (ARBs)

5) Berikan edukasi yang menyeluruh kepada pasien mengenai terapi

farmakologi.

b. Non Farmakologis

Salah satu faktor yang dapat menurunkan tekanan darah dan

dapat menguntungkan yaitu dengan cara memodifikasi gaya hidup

sehat yang sudah banyak terbukti dapat menurunkan tekanan darah, dan

1
mengurangi faktor-faktor risiko terhadap masalah kardiovaskular.

Menurut seventh report of the joint national committee on prevention,

detection, evaluation, and treatment of high blood pressure (National

High Blood Pressure Education Program, 2004), modifikasi gaya hidup

sangat dianjurkan sebagai terapi definitif awal pada beberapa penderita,

setidaknya untuk 6-12 bulan pertama setelah terdiagnosis. Modifikasi

gaya hidup juga dianggap sebagai terapi penunjang untuk semua

penderita hipertensi yang menerima terapi farmakologi (Black & Hawk,

2014). Dengan demikian, beberapa pola hidup sehat yang dianjurkan

oleh banyak guidelines adalah:

1) Mengurangi berat badan. Mengganti makanan tidak sehat dengan

memperbanyak asupan sayuran dan buah-buahan, kacang-

kacangan, dan diet rendah lemak dengan mengurangi lemak jenuh

dan lemak total dapat memberikan manfaat yang lebih selain

penurunan tekanan darah, seperti menghindari diabetes dan

dyslipidemia yang merupakan factor resiko utama terjadinya

ateresklerosis (Black & Hawk, 2014)

2) Mengurangi asupan garam. Di negara kita, makanan yang tinggi

garam dan lemak merupakan makanan tradisional pada kebanyakan

daerah. Tidak jarang pula pasien tidak menyadari kandungan garam

pada makanan cepat saji, makanan kaleng, daging olahan dan

sebagainya. Tidak jarang, diet rendah garam ini juga bermanfaat

untuk mengurangi dosis obat antihipertensi pada pasien hipertensi

1
derajat ≥ 2. Dianjurkan untuk asupan garam tidak melebihi 2 gr/

hari (Irwan et al., 2016)

3) Olahraga. Program olahraga yang dilakukan secara teratur minimal

30 – 45 menit/ hari, dalam seminggu, dapat membantu penurunan

tekanan darah, menurunkan berat badan, dan mengurangi risiko

penyakit kardiovaskular dan semua penyebab kematian. Tekanan

darah dapat berkurang dengan intensitas aktifitas fisik yang cukup

seperti joging ataupun mengendarai sepeda.

4) Pembatasan alkohol. Angka kejadian hipertensi yang lebih tinggi

diakibatkan oleh buruknya kepatuhan terhadap terapi obat anti

hipertensi, serta sesekali terjadi hipertensi refraktori yang

berhubungan dengan pengonsumsian alkohol lebih dari 1 ons per

hari dapat meningkatkan tekanan darah. Dengan demikian

membatasi atau sebaiknya menghentikan konsumsi alkohol sangat

membantu dalam penurunan tekanan darah.

5) Menghentikan kebiasaan merokok. Meskipun secara statistik

merokok tidak ada hubungannya dengan perkembangan hipertensi,

namun diketahui dengan jelas bahwa nikotin dapat meningkatkan

denyut jantung dan vasokontriksi perifer yang memang

meningkatkan tekanan darah arteri dalam jangka waktu yang

pendek selama dan setelah merokok. Merokok juga merupakan

salah satu faktor risiko utama penyakit kardiovaskular, dan

sebaiknya penghentian kebiasaan merokok sangat dianjurkan.

1
C. Self care

1. Pengertian

Self care (perawatan diri) merupakan kemampuan individu,

keluarga dan masyarakat dalam meningkatkan kesehatan, memelihara

kesehatan, mencegah penyakit dan untuk mengatasi penyakit dan

kecacatan dengan atau tanpa dukungan dari penyedia layanan kesehatan

(World Health Organization, 2013). Self care (perawatan diri) merupakan

proses menjaga kesehatan melalui praktek promosi kesehatan dalam

mengelola suatu penyakit. Konsep self care dianggap penting untuk

pengelolan penyakit kronis. Perawatan diri dapat dilakukan secara

mandiri maupun dengan bantuan keluarga atau orang terdekat dan

kemudian disetujui oleh pasien atau yang dipilih oleh pasien untuk

memenuhi tujuannya sendiri (Riegel et al., 2012).

2. Self care hipertensi

Beberapa perawatan diri hipertensi yang direkomendasikan oleh

Joint National Committee (JNC 8) diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Menurunkan berat badan

Lemak badan mempengaruhi peningkatan tekanan darah dan

hipertensi. Penurunan berat badan dapat menurunkan tekanan darah

dan memberikan efek yang menguntungkan pada faktor risiko

terkait, seperti resistensi insulin, diabetes mellitus, hiperlipidemia,

dan hipertropi ventrikel kiri. Penurunan tekanan darah sistolik dan

diastolik pada penurunan berat badan 5,1 kg adalah 4,4 dan 3,6

2
mmHg. Kejadian obesitas lebih banyak dialami oleh wanita 34,4%

dibandingkan pada pria 28,6%. Kelebihan berat badan merupakan

masalah kesehatan, dan merupakan salah satu risiko terjadi

hipertensi.

Seseorang yang memiliki berat badan berlebih atau

kegemukan sangat berisiko tinggi mengalami penyakit jantung.

Kegemukan seringkali disertai dengan peningkatan kadar lipid

serum, yang meningkatkan risiko. Selain itu juga kegemukan

mengakibatkan peningkatan beban kerja jantung, yang meningkatkan

kebutuhan oksigen (Kozier et al. (2010)

Mengganti makanan tidak sehat dengan memperbanyak

asupan sayuran dan buah-buahan, kacang-kacangan, dan diet rendah

lemak dengan mengurangi lemak jenuh dan lemak total dapat

memberikan manfaat yang lebih selain penurunan tekanan darah,

seperti menghindari diabetes dan dyslipidemia yang merupakan

faktor risiko utama terjadinya aterosklerosis (Black & Hawk, 2014).

Penurunan berat badan dapat menurunkan tekanan darah.

Perlu adanya kesadaran diri pada setiap individu untuk tetap menjaga

berat badannya dalam batas normal, sehingga risiko terhadap

kejadian hipertensi dapat berkurang. Menurut Findlow et al. (2012)

menjelaskan bahwa penderita hipertensi perlu melakukan penurunan

berat badan agar tekanan darah dapat menurun. Tingginya angka

hipertensi juga disebabkan karena penyakit ini merupakan penyakit

2
dengan banyak penyebab (multi faktor) salah satunya adalah obesitas

atau kelebihan berat badan (Ulumuddin & Yhuwono, 2018).

Untuk melakukan penurunan berat badan agar fungsi

kardiovaskuler tetap terjaga dengan baik maka dapat dilakukan

dengan cara diet. Diet sehat dengan kalori, protein dan zat gizi

lainnya yang adekuat sangat penting untuk tetap mempertahankan

fungsi imun yang baik dan meningkatkan ketahanan terhadap

penyakit (Kozier et al., 2010)

Diet asupan lemak dengan menurunkan fraksi lemak jenuh

dan meningkatkan lemak tak jenuh. Hal ini berpengaruh terhadap

penurunan tekanan darah dan penurunan kadar kolesterol secara

signifikan. Displidemia merupakan factor risiko utama terjadinya

aterosklerosis, terapi diet ini bertujuan untuk mengurangi lipid yang

merupakan hal penting dari keseluruhan diet (Black & Hawk, 2014).

Terdapat hubungan antara peningkatan kadar lipid serum dan

terjadinya penyakit jantung koroner. Lipoprotein bersirkulasi di

dalam darah yang terdiri dari kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid.

Tingginya asupan diet lemak jenuh merupakan factor pencetus

terjadinya peningkatan lipid serum. Rata-rata diet orang di Amerika

mengandung lebih dari 40% kalori dalam bentuk lemak.

Rekomendasi dari American Heart Association (AHA) bahwa total

kalori yang diperoleh dari lemak dikurangi sampai kurang dari 30%

(Kozier et al., 2010)

2
Dalam melakukan diet juga perlu dilakukan control glikemic,

terdapat hubungan yang erat antara gula darah yang tinggi dengan

peningkatan pembentukan aterosklerosis dan juga meningkatnya

kadar lipid serum dan trigliserida. Kadar gula darah harus terus

dipantau secara cermat karena hal ini dapat sangat mengurangi risiko

dan memperlambat pembentukan aterosklerosis (Kozier et al., 2010)

Salah satu faktor terjadinya hipertensi disebabkan oleh

hiperglikemia (Tanto & Husrini, dikutip dalam Winta, Setiyorini, &

Wulandari, 2018). Hiperglikemia sering disertai dengan timbulnya

sindrom metabolik yaitu hipertensi, displidemia, kegemukan, dan

disfungsi endotel yang kesemuanya itu akan memicu dan

memperberat komplikasi kardiovaskular (cheung et al dalam Winta,

Setiyorini, & Wulandari, 2018)

b. Diet rendah garam/pembatasan natrium

Sebagian besar penderita hipertensi yang sensitif terhadap

natrium, mereka yang mengkonsumsi natrium secara berlebihan

mengalami peningkatan tekanan darah. Oleh sebab itu penggunaan

asupan natrium dianjurkan hanya 2 gram perhari untuk

mempertahankan tekanan darah agar tidak terjadi peningkatan. Rata-

rata asupan harian garam pada orang dewasa adalah 5-15 g, namun

efek terapi pengurangan garam pada tekanan darah tidak akan terjadi

sampai asupan garam dikurangi sampai 6mg/hari atau lebih rendah

(Black & Hawk, 2014).

2
Asupan garam yang berlebihan dapat mempengaruhi tekanan

darah dan mengakibatkan hipertensi. Asupan garam yang tinggi

dapat menyebabkan hipertensi dengan dua cara yaitu yang pertama,

asupan garam yang tinggi dapat meningkatkan pelepasan sebuah

hormon yang disebut natriuretic yang secara tidak langsung

menyebabkan hipertensi (Kozier et al., 2010).

Di negara kita, makanan yang tinggi garam dan lemak

merupakan makanan tradisional pada kebanyakan daerah. Tidak

jarang pula pasien tidak menyadari kandungan garam pada makanan

cepat saji, makanan kaleng, daging olahan dan sebagainya. Tidak

jarang, diet rendah garam ini juga bermanfaat untuk mengurangi

dosis obat antihipertensi pada pasien hipertensi derajat ≥ 2.

Dianjurkan untuk asupan garam tidak melebihi 6 mg/ hari (Irwan et

al., 2016)

c. Membatasi alkohol

Salah satu yang menyebabkan angka kejadian hipertensi yaitu

mengkonsumsi alkohol secara berlebihan, sering terjadi hipertensi

refraktori berhubungan dengan konsumsi alkohol lebih dari 1 ons per

hari. Sebaiknya penderita hipertensi mengkonsumsi alkohol dalam

jumlah sedang (misalnya tidak lebih dari 1 ons etanol per hari untuk

pria dan 0,5 ons untuk wanita) atau sebaiknya berhenti

mengkonsumsi lebih baik karena hal ini sangat membantu

menurunkan tekanan darah (Black & Hawk, 2014).

2
Asupan alkohol yang berlebihan mempengaruhi oksigenasi,

Alkohol dapat memperlambat pernapasan. Sseorang yang sudah

kecanduan dengan alkohol seing kali mengalamikekurangan nutrisi,

sehingga risiko mereka terkena anemia dan infeksi menjadi

meningkat. Asupan alkohol yang berlebihan juga meningkatkan

risiko terjadinya hipertensi (Kozier et al., 2010)

Strategi yang paling penting untuk mengendalikan tekanan

darah dan dapat mempertahankannya pada kisaran optimal adalah

salah satunya dengan melakukan perawatan diri menghindari alcohol

. Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat mengakibatkan masalah

kesehatan jangka panjang. Salah satu akibat dari konsumsi alkohol

yang berlebihan tersebut adalah terjadinya peningkatan tekanan

darah yang disebut hipertensi (Grace, Kalesaran, & Kaunang, 2018).

Penelitian sebelumnya membuktikan bahwa alkohol dapat merusak

organ-organ seperti jantung dan pembuluh darah. Salah satu faktor

resiko hipertensi adalah kebiasaan konsumsi alkohol yang berlebihan

(Grace et al., 2018)

d. Tidak merokok

Meskipun secara statistik merokok tidak ada hubungannya

dengan perkembangan hipertensi, namun diketahui dengan jelas

bahwa nikotin dapat meningkatkan denyut jantung dan vasokontriksi

perifer yang memang meningkatkan tekanan darah arteri dalam

jangka waktu yang pendek selama dan setelah merokok. Merokok

2
juga merupakan salah satu faktor risiko utama penyakit

kardiovaskular, dan sebaiknya penghentian kebiasaan merokok

sangat dianjurkan.

Kebiasaan merokok dapat mempengaruhi Sistem

kardiovaskular. Nikotin meningkatkatkan frekuensi jantung, tekanan

darah dan tahanan vascular perifer, yang meningkatkan beban kerja

jantung. Terjadinya vasokontriksi disebabkan oleh akibat dari

merokok, dan terjadi penyempitan di area pembuluh darah oleh

aterosklerosis, oksigenasi jaringan dapat terganggu (Kozier et al.,

2010). Menurut (Larki et al., 2018) salah satu strategi yang termasuk

dalam mengendalikan tekanan darah dan dapat mempertahankannya

pada kisaran optimal yaitu dengan cara berhenti merokok.

e. Aktifitas fisik/olahraga

Program olahraga yang dilakukan secara teratur minimal 30 –

45 menit/ hari, dalam seminggu, dapat membantu penurunan

tekanan darah, menurunkan berat badan, dan mengurangi risiko

penyakit kardiovaskular dan semua penyebab kematian. Tekanan

darah dapat berkurang dengan intensitas aktifitas fisik yang cukup

(40-60% dari konsumsi oksigen) seperti joging ataupun mengendarai

sepeda.

Olahraga atau aktifitas fisik dapat meningkatkan frekuensi

jantung dan juga dapat meningkatkan suplai oksigen di dalam tubuh.

Olahraga secara teratur, otot menjadi lebih kuat. Senam aerobik

2
dapat memperlambat proses aterosklerotik, sehingga mengurangi

risiko penyakit jantung. Sebaliknya, orang yang hanya banyak duduk

dan jarang melakuykan aktifitas sangat berisiko tinggi menderita

penyakit kardiovaskular (Kozier et al., 2010)

Menurut (Lee et al., 2010) dalam penelitiannya mengatakan

bahwa salah satu perawatan diri dalam mengelola hipertensi adalah

dengan berolahraga. Lansia di Korea-Amerika dianggap mampu

serta cenderung melakukan perawatan diri termasuk olahraga dan

mereka memiliki self-efficacy yang tinggi sehingga dapat mengontrol

hipertensi.

f. Kepatuhan terhadap obat hipertensi

Menurut rekomendasi dari The Seventh Report of the Join

National Committee on Detection, Evaluation, and Treatment of

High Blood Pressure (JNC VII) salah satu perawatan diri pada

hipertensi yaitu dengan minum obat anti hipertensi secara teratur

konsumsi obat hipertensi dimulai pada pasien hipertensi derajat 1

yang tidak mengalami penurunan tekanan darah setelah ≥ 6 bulan

menjalani pola hidup sehat dan pada pasien dengan hipertensi derajat

≥ 2. Beberapa prinsip dasar terapi farmakologi yang perlu

diperhatikan untuk menjaga kepatuhan dan meminimalisasi efek

samping, yaitu :

2
1) Bila memungkinkan, berikan obat dosis tunggal

2) Berikan obat generik (non-paten) bila sesuai dan dapat

mengurangi biaya.

3) Berikan obat pada pasien usia lanjut (diatas usia 80 tahun)

seperti pada usia 55-80 tahun, dengan memperhatikan faktor

komorbid

4) Jangan mengkombinasikan angiotensin converting enzyme

inhibitor (ACE-i) dengan angiotensin II receptor blockers

(ARBs)

5) Selain minum obat secara teratur dan berdasarkan resep dokter

penderita juga dianjurkan monitoring tekanan darahnya dengan

pergi memeriksakan diri ke pusat pelayanan kesehatan secara

rutin untuk mengetahui perkembangan tekanan darahnya.

Untuk dapat mengontrol tekanan darah dalam batas normal perlu

kesadaran diri dari penderita hipertensi terkait dengan kepatuhan minum

obat anti hipertensi, hal ini dikemukakan oleh (Findlow et al., 2012; Saffari,

Mohammadi, & Bengt, 2015)

g. Pengendalian stres

Stres merupakan penyebab respons neurohormonal. Respon

stress melibatkan sejumlah respond dan pengaruh yang saling

berkaitan. Efek utama dari stres adalah pelepasan hormon medula

adrenal yaitu epineprin dan norepineprin. Beberapa efek yang

dimiliki oleh epineprin dapat menyebabkan: Jantung dapat

2
berkontraksi lebih kuat, meningkatkan frekuensi jantung, dan

menstimulasi vasokontriksi perifer. Sedangkan norepinefrin dapat

mengakibatkan penyebaran vasokontriksi yang meningkatkan

tekanan darah.

Penelitian yang dilakukan oleh (Seke, Bidjuni, & Lolong,

2016) mengatakan bahwa stres yang berkepanjangan dapat

menambah parah hipertensi. Stres yang terjadi pada seseorang

dipengaruhi oleh berbagai sumber. Sumber-sumber stres: dari dalam

diri, keluarga dan komunitas.

Untuk mencapai keberhasilan dalam melakukan perawatan

diri dibutuhkan adanya self-efficacy yang baik sehingga

kemungkinan dampak dari hipertensi dapat dihindari. Menurut

Findlow et al. (2012) self-efficacy merupakan salah satu komponen

yang dapat mempengaruhi perawatan diri pada pasien dengan

hipertensi. Penelitian ini menunjukan bahwa pasien dengan

hipertensi yang memiliki self-efficacy yang baik akan menghasilkan

beberapa manfaat dalam proses penanganan hipertensi, termasuk

kepatuhan dalam mengkonsumsi obat hipertensi

3. Faktor yang mempengaruhi self care

a. Pengalaman dan keterampilan

Pengalaman sebelumnya digunakan untuk cepat

mengidentifikasi pola yang memberikan isyarat yang relevan,

menyarankan hasil yang diharapkan terkait dengan respons

2
spesifik, dan menunjuk ke tujuan dan tindakan yang masuk akal

dalam jenis situasi tertentu. Keterampilan dalam perawatan diri

sangat penting dan pasien perlu memiliki kemampuan untuk

merencanakan, menetapkan tujuan, dan membuat keputusan.

b. Motivasi

Motivasi merupakan kekuatan yang mendorong manusia

untuk mencapai tujuan mereka. Motivasi berasal terdiri dari

motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik

muncul dari keinginan untuk berasimilasi dan belajar dan

mencakup aspek kenikmatan dan minat. Sedangkan motivasi

ekstrinsik mengacu pada perubahan perilaku karena itu

mengarah pada hasil tertentu yang telah ditentukan yang

diinginkan untuk beberapa alasan, misalnya untuk meningkatkan

kesehatan, untuk menyenangkan orang lain.

c. Keyakinan dan nilai-nilai budaya

Budaya di mana kemerdekaan dihargai, tetapi di

beberapa budaya perawatan diri tidak penting. Dalam situasi ini,

mungkin lebih penting untuk menunjukkan cinta dan perhatian

melalui perawatan dan perhatian ketika anggota keluarga sakit.

Perilaku ini mungkin juga relevan dalam budaya di mana cita-

cita kolektivis mempengaruhi adopsi perubahan gaya hidup

3
d. Kepercayaan

Perawatan diri sangat dipengaruhi oleh sikap dan

keyakinan seperti self-efficacy. Kepercayaan merupakan

keyakinan bahwa sesorang memiliki kemampuan dalam

melakukan tindakan tertentu dan untuk bertahan dalam

melakukan tindakan meskipun ada hambatan

e. Kebiasaan

Kebiasaan atau rutinitas sehari-hari merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi perawatan diri, beberapa pasien

terbiasa melakukan perawatan diri dan menjadikannya sebagai

rutinitas.

f. Fungsional dan kemampuan kognitif

Pelaksanaan perawatan diri membutuhkan kemampuan

fungsional untuk terlibat dalam perilaku yang diperlukan,

masalah dengan pendengaran, penglihatan, ketangkasan manual,

dan energi dapat membuat perawatan diri yang sulit.

g. Akses keperawatan

Perawatan diri dengan penyakit kronis sering dipengaruhi

akses untuk mendapakan perawatan kesehatan.akses ke tempat

pelayanan kesehatan ini juga dipengaruhi oleh ekonomi dan

lokasi.

h. Dukungan dari orang lain (keluarga, atau orang terdekat)

3
Pelaksanaan perawatan diri pada penderita penyakit kronik,besar

kontribusi dukungan keluarga dan teman-teman dalam hal

komunikasi, pengambilan komunikasi dan timbal balik (Riegel

et al., 2012)

D. Self-efficacy

1. Pengertian

Menurut Bandura (2006) self-efficacy merupakan keyakinan

seseorang terhadap kemampuan mereka untuk menghasilkan tindakan

yang ingin dicapai dan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan

mereka. Self-efficacy dapat mempengaruhi pola pikir seseorang,

memberikan dasar motivasi terhadap diri sendiri dan bertindak. Self-

efficacy akan menentukan bagaimana seseorang berperilaku yang baik

dan bermanfaat bagi dirinya. Self-efficacy akan menentukan bagaimana

seseorang merasa, berpikir memotivasi dirinya dan berperilaku.

2. Self-efficacy lansia dengan hipertensi

Self-efficacy merupakan konsep yang sangat penting untuk

digunakan dalam manajemen hipertensi. Self-efficacy seorang yang

menderita hipertensi dianggap baik jika mereka mampu beradaptasi

dengan baik, salah satu cara untuk mengetahui self-efficacy pasien yaitu

dengan membina hubungan yang baik antara dokter dengan pasien

emudian
k memberikan instrumen yang dirancang untuk mengukur self-

efficacy. Self-efficacy adalah salah satu teori dan model yang paling

ampuh yang telah digunakan untuk menjelaskan kepatuhan

3
pada pasien hipertensi. Self-efficacy bertujuan untuk menunjukkan

seberapa besar keyakinan pasien terkait dengan pengetahuan dan

pengobatan hipertensi yang merupakan aspek penting untuk memahami

kegagalan pasien dalam pengobatan dalam mengontrol tekanan darahnya.

Dalam menghadapi pasien dengan hipertensi kepatuhan perawatan

diri sangat diperlukan, guna meningkatkan derajat kesehatan dan

mempertahankan kualitas hidup mereka. Salah satu komponen dari

perawatan diri yaitu self-efficacy. Pasien dengan hipertensi yang

memiliki self-efficacy yang baik dapat menghasilkan beberapa manfaat

dalam penanganan hipertensi misalnya kepatuhan dalam mengkonsumsi

obat anti hipertensi (Findlow et al., 2012; Saffari, Mohammadi, &

Bengt, 2015). Penelitian ini menyatakan bahwa individu yang memiliki

self-efficacy yang tinggi akan mengalami peningkatan yang signifikan

terhadap kepatuhan pengobatan, diet rendah garam, terlibat dalam

aktifitas fisik, tidak merokok, dan melakukan manajemen berat badan.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Saffari et al.

(2015) juga mengatakan bahwa pasien hipertensi yang tidak memiliki

kontrol yang baik menunjukan ketidakpatuhan terhadap obat anti

hipertensi, dan secara signifikan mereka yang memiliki self-efficacy

dianggap mampu dalam mengontrol tekanan darahnya. Lansia dengan

hipertensi memerlukan self-efficacy yang baik agar perawatan diri

hipertensi yang dilakukan dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan.

3
Self-Efficacy merupakan bagian yang penting dalam perawatan

diri dan berhubungan dengan manajemen berat badan, selain itu self-

efficacy berhubungan dengan kepatuhan terhadap pengobatan anti

hipertensi. Menurut penelitian Saffari et al., (2015). mengatakan bahwa

self-efficacy dianggap sebagai landasan dari pengobatan dan

keberhasilan suatu pengobatan. Ogedegbe et al., (2003) dalam

penelitiannya juga mengatakan self-efficacy telah dianggap sebagai

prediktor yang paling menonjol untuk perubahan perilaku kesehatan

dalam hal ini kepatuhan terhadap pengobatan pada pasien dengan

penyakit kronis. Pasien hipertensi yang mempunyai tingkat self-efficacy

yang tinggi lebih percaya diri untuk mematuhi obat mereka. Penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh (Okatiranti, Irawan, & Amelia,

2017)juga menunjukan bahwa lansia dengan hipertensi yang memiliki

self-efficacy yang tinggi mereka mampu melakukan perawatan diri

dengan baik.

3. Faktor yang mempengaruhi self-efficacy

Menurut (Bandura, 2004) terdapat terdapat empat sumber yang

mempengaruhi self-efficacy diantaranya

a. Pencapaian prestasi (performance accomplishment)

merupakan suatu pengalaman atau prestasi yang pernah

dicapai oleh individu tersebut di masa lalu. Faktor ini adalah

pembentuk self-efficacy yang paling kuat. Prestasi yang baik pada

masa lalu yang pernah dialami oleh subjek akan membuat

3
peningkatan pada ekspektansi efikasi, sedangkan pengalaman

kegagalan akan menurunkan efikasi individu. Keyakinan diri akan

timbul ketika lansia mengalami keberhasilan dalam merawat diri

b. Pengalaman orang lain (Vicarious experience)

merupakan pengalaman yang diperoleh dari orang lain, dan

meniru perilaku mereka untuk mendapatkan seperti apa yang orang

lain peroleh. Self-efficacy akan meningkat apabila individu

mengamati seseorang yang memiliki kemampuan setara dengan

dirinya mengalami keberhasilan dan sebaliknya self-efficacy

menurun apabila mengamati seseorang yang memiliki kemampuan

setara dengan dirinya mengalami kegagalan. Pengaruh yang

diberikan faktor ini terhadap self-efficacy adalah berdasarkan

kemiripan orang yang diamati dengan diri pengamat itu sendiri.

Semakin orang yang diamati memiliki kemiripan dengan dirinya,

maka semakin besar potensial self-efficacy yang akan disumbangkan

oleh faktor ini. Keyakinan lansia dapat meningkat ketika lansia

hipertensi melihat lansia lain yang memiliki hipertensi dapat

merawat diri.

c. Persuasi verbal (verbal persuasion)

merupakan persuasi yang dilakukan orang lain secara verbal

maupun oleh diri sendiri (self talk) yang dapat mempengaruhi

bagaimana seseorang bertindak atau berperilaku. Individu mendapat

pengaruh atau sugesti bahwa ia mampu mengatasi masalah-masalah

3
yang akan dihadapi. Seseorang yang senantiasa diberikan keyakinan

dan dorongan untuk sukses, maka akan menunjukkan perilaku untuk

mencapai kesuksesan tersebut, begitu pun sebaliknya. Pemberian

motivasi atau dukungan yang dianggap lansia memiliki pengaruh

besar seperti dari keluarga, teman, dokter dan juga perawat.

d. Respon fisiologis (physiological responses)

Lansia akan terlihat stress dan juga tegang ketika dia tidak

mampu merawat diri, mood yang positif dapat meningkatkan

keberhasilan lansia dalam perilaku merawat diri, sebaliknya

keputusasaan dapat menyebabkan kegagalan dalam perilaku

merawat diri pada lansia.

3
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

A. Kerangka konsep

Berdasarkan landasan teori pada tinjauan pustaka maka dapat disusun

kerangka konseptual penelitian seperti berikut :

Variabel Independent Variabel Dependen

Self care lansia dengan hipertensi :

1. Penurunan berat badan


2. Diet rendah garam
Self-efficacy 3. Membatasi alkohol
4. Tidak merokok
5. Aktifitas fisik/olahraga
6. konsep
Bagan 3.1 Kerangka Kepatuhan minum obat
7. Pengendalian stres
B. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari rumusan masalah atau

pertanyaan dari sebuah penelitian yang setiap hipotesis terdiri dari bagian

permasalahan (Nursalam, 2017). Hipotesis dalam penelitian ini adalah

1. Ada hubungan antara self-efficacy dengan self care pada lansia dengan

hipertensi di kelurahan Tello baru Puskesmas Batua kota Makassar

3
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Rancangan penelitian

Rancangan penelitian merupakan strategi yang digunakan untuk

mendapatkan data yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis dan untuk

menjawab pertanyaan penelitian. Rancangan penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah kuantitatif non-eksperimental melalui pendekatan

cross sectional. Rancangan penelitian cross sectional merupakan jenis

penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran, dimana variabel

dependen dan independen dinilai hanya satu kali saja dan tidak disertai

dengan tindak lanjut (Nursalam, 2017)

B. Tempat dan waktu penelitian

1. Tempat penelitian

Tempat penelitian dilakukan di kelurahan Tello baru Puskesmas Batua

2. Waktu penelitian

Penelitian ini telah dilakukan pada bulan april sampai dengan mei 2019.

C. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian merupakan subyek yang sesuai dan

memenuhi kriteria yang ditetapkan dalam penelitian (Nursalam, 2017).

Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia dengan hipertensi yang

3
sudah didiagnosa oleh dokter di wilayah kerja kelurahan Tello baru

puskesmas Batua sebanyak 159 orang

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dapat digunakan sebagai

subyek penelitian. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan

menggunakan cara purposive sampling. Populasi dalam penelitian ini

diketahui jumlahnya sehingga perhitungan sampel dengan menggunakan

rumus Yamane (Sugiyono, 2015)

n = 1+NN(d)²

Keterangan :

n : Besar sampel

N : Besar populasi

D : Tingkat signifikansi

n = 1+NN(d)²

159
=1+159(0,05)²

= 113

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 113 lansia dengan

hipertensi. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan purposive

sampling. Purposive sampling adalah pengambilan sampel yang

didasarkan atas pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri.

3
3. Kriteria inklusi dan eksklusi

Kriteria inklusi merupakan karakteristik umum subyek penelitian

dari suatu populasi target yang akan diteliti dan terjangkau (Nursalam,

2017). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

a. Berusia ≥ 60 tahun

b. Tekanan darah sistole mencapai >130 mmHg dan tekanan darah

diastole > 80 mmHg

c. Didiagnosa hipertensi oleh dokter

d. Bersedia menjadi responden secara sukarela

Kriteria eksklusi adalah subyek yang memenuhi kriteria inklusi

dihilangkan atau dikeluarkan dalam penelitian (Nursalam, 2017). Kriteria

eksklusi dalam penelitian ini yaitu :

a. Pasien yang mengalami penurunan kesadaran atau menderita stroke.

b. Pasien yang mengalami gangguan pendengaran berat

4
D. Alur Penelitian

Permohonan izin untuk pengambilan data awal di Puskesmas

Menentukan populasi (N= 159)


Populasi dalam penelitian ini yaitu semua lansia dengan hipertensi yang didiagnosa oleh Dokter

Penetapan jumlah sampling secara purposive sampling (n=113 )


vv

tidak mau terlibat dalam penelitian karena pengalaman yang tidak baik terkait dengan pengambilan data yang dilakukan sebe

Pengumpulan data

Informed consent

Penelitian dilakukan dengan melalui pendekatan cross sectional

Pengisian kuisioner

Pengambilan sampel urin

Pengolahan dan analisa data

Penyajian Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan dan saran

Bagan 2.2 Alur Penelitian

4
E. Variabel Penelitian

Variabel menurut Nursalam (2017) merupakan perilaku atau

karakteristik yang memberi perbedaan nilai terhadap sesuatu baik berupa

benda, manusia, atau yang lainnya.

1. Identifikasi Variabel

a. Variabel independen

Variabel independen disebut juga dengan variabel bebas yang

mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel

dependen (Sugiyono, 2015). Variabel independen dalam penelitian ini

yaitu self-efficacy

b. Variabel dependen

Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang

dipengaruhi atau menjadi akibat karena ada variabel bebas (Sugiyono,

2015). Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu self care pada

lansia dengan hipertensi.

4
2. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

Tabel 4.2 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

Variabel Definisi operasional Cara ukur Alat ukur Kriteria objektif


Self- Self-efficacy adalah Peneliti memberikan dan Kuisioner self-efficacy Self-efficacy baik jika
efficacy keyakinan dan membacakan kuesioner yang khusus hipertensi yang skor lebih dari 9 dan
kemampuan lansia berisi pernyataan mengenai berjumlah 10 pertanyaan self efficacy kurang
terhadap persepsi aspek self-efficacy pada jika skor kurang dari 9
atau pemahaman penderita hipertensi. Responden
lansia dalam kemudian melingkari angka yang
mengatasi tekanan sudah ada pada tiap kolom
darah tinggi pertanyaan
Self care Self care adalah Peneliti memberikan dan 1. Kuisioner self care Self care baik apabila
hipertensi perawatan diri yang membacakan kuesioner yang khusus hipertensi skor rata-rata dari
lansia dilakukan lansia berisi pertanyaan mengenai poin yang terdiri dari 10 responden ≥ 49, dan
untuk mengelola self care pada penderita pernyataan, nilai self care kurang baik
hipertensi yang hipertensi. Responden kemudian maksimal 70 dan nilai apabila skor ≤ 49
meliputi: Penurunan memberikan tanda chek list minimal 10
berat badan, diet angka 1 sampai 7 sesuai dengan Untuk melihat IMT
rendah garam, pernyataan yang ada pada dalam batas normal
membatasi alkohol, lembar kuesioner. dengan cara
tidak merokok, menggunakan rumus
aktifitas Peneliti Menimbang BB 2. Timbangan berdiri IMT yaitu BB(kg)/TB
fisik/olahraga, responden, melakukan merek GEA dan (m) x TB (m) dengan
kepatuhan minum pengukuran kadar natrium dalam merek Chamry untuk hasil :
obat, Pengendalian urin mengukur berat badan, Kurus (≤18,5)
stres stature meter merek Normal (18,5-24,9)
GEA untuk mengukur Gemuk (≥25,0)
tinggi badan, dan
Hipertensi stage 1:
3.Spigmomanometer TDS:130-139 mmHg,
Peneliti mengukur tekanan darah merek one med dan TDD:80-89 mmHg.
pada responden dalam kondisi stetoskop merek One Hipertensi stage 2:
yang tenang dan rileks sekitar 30 Med TDD: ≥140 mmHg,
menit setelah melakukan TDD: ≥ 90 mmHg.
aktifitas. Tekanan darah yang Krisis hipertensi:
diambil yaitu rat-rata dari TDS: ≥180 mmHg,
pengukuran tekanan darah dan TDD: ≥120
pertama dan kedua dengan
selang 15 menit. Cara
pengukuran yaitu dengan
memasang manset sekitar 3 jari
di atas garis lengan, meletakkan
stetoskop pada arteri brakhialis
pada lipatan siku, sambil
menekan nadi kemudian
menaikkan tekanan pada
spigmomanometer dengan cara
memompa kemudian dengarkan
hingga tidak terdengar denyut
nadi maka inilah yang disebut
tekanan darah sistole dan
turunkan hingga terdengar

4
Variabel Definisi operasional Cara ukur Alat ukur Kriteria objektif
denyut nadi kembali yang
disebut tekanan darah diastole.
Jika kadar natrium
Peneliti memeriksa urin dalam urin tidak boleh
responden yang sudah lebih dari 2 mg
ditampung pada pagi hari setelah 4. Salinity checker untuk
bangun tidur mengukur kadar natrium
dalam urin

F. Instrumen penelitian

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah kuesioner dimana peneliti mengumpulkan data secara formal kepada

subyek penelitian untuk dapat menjawab pertanyaan secara tertulis

(Nursalam, 2017). Kuesioner dalam penelitian ini yaitu:

1. Instrumen self-efficacy

Instrumen self efficacy khusus hipertensi yang diberi nama self-

efficacy to manage hypertension yang dirancang oleh Warren-findlow &

Huber, (2012). Kuisioner ini diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dan

digunakan oleh peneliti sebelumnya (Rezky, 2018) telah diuji validitas

dan realibilitas dengan nilai Cronbach’s Alpha 0,83. Hasil dari uji

validitas dan realibilitas menunjukkan kuisioner yang terdiri dari 5

pertanyaan dengan dinyatakan valid, sehingga kuisioner ini layak untuk

digunakan. Kuisioner ini kemudian diberikan kepada lansia yang

menderita hipertensi dengan cara meminta lansia membaca kemudian

menjawab sesuai keadaan yang dirasakan. Lansia yang tidak memiliki

kemampuan membaca, maka kuisioner akan dibacakan oleh peneliti

engan
d bahasa mudah dipahami. Kuisioner yang digunakan berjenis

rating question yaitu skor 1 sampai dengan 10 dimana skor 1 sampai 8

4
menyatakan sangat tidak yakin dan Skor 9 sampai 10 menyatakan sangat

yakin.

2. Instrumen self care

Instrumen perawatan diri hipertensi yang di modifikasi dari

Measuring blood pressure knowledge and self care behaviors of

Americans yang diteliti oleh (Peters & Templin, 2008), kemudian ini

diadopsi oleh peneliti di Indonesia (Prasetyo, 2012) telah diuji validitas

dan realibilitas dengan nilai Cronbach’s Alpha 0,807 dan terdiri dari 10

item pertanyaan yang berkaitan dengan tatalaksana perawatan diri

hipertensi. Kuisioner ini menggunakan skala likert dimana responden

diminta untuk memberikan tanda chek list pada skala yang sesuai pada 7

poin skala.

Sebelum pengisian kuesioner akan dilakukan beberapa pemeriksaan

yaitu diantaranya sebagai berikut :

1. PengukuranTekanan Darah

Tekanan darah akan diukur menggunakan sphygmomanometer

digital merek omron. Sebelum mengukur tekanan darah peneliti

menanyakan terlebih dahulu kepada respondent aktifitas apa saja yang

baru dilakukan misalnya seperti mengayun sepeda, mengangkat beban

berat atau yang aktifitas fisik lainya, maka responden diminta untuk

istirahat terlebih dahulu kurang lebih 10-15 menit, sambil menyiapkan

alat, beri tahu responden, jelaskan prosedurnya, kemudian cuci tangan

dan pakai sarung tangan, atur posisi pasien, letakkan lengan yang akan

4
diukur pada posisi terlentang, lengan baju dibuka, pasang manset pada

lengan kanan/kiri atas sekitar 3 cm fossa cubiti dengan tidak ketat

maupun terlalu longgar, kemudian tentukan arteri radialis dektra sinistra,

letakkan diafragma steteskop diatas nadi brachialis, letakkan steteskop

pada denyut nadi yang sudah ditentukan.

Kemudian pompa balon udara isi manset sampai manometer

setinggi 200 mmHg lebih tinggi titik radialis tidak teraba dan setelah itu

kempeskan balon udara manset secara perlehan-lahan dengan cara

memutar scrup pada pompa udara berlawanan jarum jam sambil

mendengarkan ketukan sistole dan diastole. Jika menggunakan

spigmomanometer digital merk omron, setelah memasang manset

kemudian tekan tombol on sampai getaran berhenti dan catat hasilnya.

2. Penimbangan Berat Badan

Menimbang berat badan respondent dengan menggunakan

timbangan berdiri merk Chamry, sebelum menimbang pastikan

timbangan berfungsi dengan baik dengan cara mengatur penunjuk angka

tepat diangka nol. Kemudian meminta responden melepas alas kaki dan

meletakkan barang bawaan, dan naik k atas timbangan dengan posisi

berhadapan dengan pemeriksa, memperhatikan jarum penunjuk berhenti

dari arah depan tegak lurus dengan angka. Kemudian memberitahukan

hasil pengukuran pada responden, mencatat hasilnya.

4
3. Pengukuran Tinggi Badan

Mengukur tinggi badan dengan menggunakan stature meter merek

GEA dengan cara memberitahu responden tentang tindakan yang akan

dilkukan, menganjurkan responden melepas alas kaki dan berdiri tegak

ditempat pengukuran dengan menghadap petugas, menarik alat pengukur

TB tepat pada kepala responden dan melihat skala yang ada pada

pengukur TB dan mencatat hasilnya.

4. Pengambilan Sampel Urin

Pengukuran kadar natrium dalam urine responden dengan

menggunakan KME-03 salinity checker (Kawano me lab, Yokohama,

Jepang). Prosedur pengambilan sampel urin pagi hari dengan

menyampaikan kepada setiap responden (lansia) untuk menampung air

urine pertama (air seni yang pertama kali keluar pada saat berkemih di

pagi hari saat setelah bangun tidur.

G. Pengolahan dan Analisa Data

1. Pengolahan data

Setelah proses pengumpulan data, selanjutnya data yang diperoleh

diolah dan dianalisis agar dapat menghasilkan informasi yang dapat

digunakan untuk menjawab tujuan penelitian. Proses pengolahan dan

analisis data menurut Notoatmodjo (2012) adalah :

4
a. Editing

Editing dilakukan dengan memeriksa kembali data yang telah

diperoleh, dianalisis apakah ada kesalahan dan memastikan data yang

diperoleh sudah lengkap. Pemeriksaan kelengkapan dilakukan pada

saat responden mengembalikan kuesioner kepada peneliti. Kegiatan

ini meliputi:

1) Perhitungan dan penjumlahan

Menghitung lembaran-lembaran kuesioner atau daftar

pertanyaan, pernyataan yang telah diisi untuk mengetahui

apakah jumlahnya telah sesuai dengan jumlah yang telah

disebarkan atau ditentukan.

2) Koreksi

Peneliti memeriksa kelengkapan data, kesinambungan data,

keseragaman data.

b. Coding

Coding atau pengkodean dilakukan dengan memberikan kode

pada tiap kategori pertanyaan untuk setiap kuesioner menjadi bilangan

atau angka sesuai dengan urutan nomor responden. Data yang sudah

dalam bentuk kode, dimasukkan kedalam program komputer. Salah

satu paket program yang paling sering digunakan untuk memasukkan

data penelitian adalah SPSS (Statistical Product and Service

Solutions). Peneliti membuat symbol tertentu pada masing-masing

data yang sudah diklasifikasikan.

4
c. Entry Data/Procesing

Entry yaitu proses pengolahan data kedalam tabel yang sudah

dianggap benar. Peneliti membuat tabel dan memasukkan data-data

hasil pengisian kuesioner kedalam tabel.

d. Tabulating

Tabulating membuat tabel-tabel data sesuai dengan tujuan

penelitian atau yang diinginkan oleh penelitian. Peneliti menyusun

dan mengorganisir data sedemikian rupa untuk memudahkan

dilakukan penjumlahan, disusun dan disajikan dalam bentuk tabel atau

grafik dengan cara manual maupun elektronis (computer)

2. Analisa data

Setelah semua data diolah maka selanjutnya dilakukan analisis

dengan cara:

a. Analisis Univariat

Yaitu analisa data yang menganalisis suatu variabel. univariat

dilakukan dengan penyajian dalam bentuk tabel distribusi frekuensi

dan persentase berdasarkan pada karakteristik responden dan variabel

penelitian. Variabel penelitian ini yaitu self efficacy dan self care

lansia dengan hipertensi. Semua data akan diolah dan dianalisa secara

deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel.

b. Analisa Bivariat

Yaitu analisa data yang menganalisis dua variabel. Analisis

bivariat dilakukan untuk menjawab tujuan dari penelitian dan menguji

4
hipotesis penelitian dan untuk mengetahui hubungan antara variabel

independen dan variabel dependen yang diuji dengan uji statistic chi

square dengan tingkat kemaknaan p ≤ 0,05. Uji statistic dengan

menggunakan bantuan program SPSS

H. Prinsip Etika

Dalam melakukan penelitian, peneliti mendapatkan rekomendasi

persetujuan etik yang dikeluarkan oleh Komite Etik Penelitian Kesehatan

Universitas Hasanuddin Makassar dengan No. Protokol : Oleh sebab itu

peneliti tetap harus memperhatikan prinsip etik penelitian. Prinsip etika dalam

penelitian secara umum menurut Nursalam, (2017) terdiri dari :

1. Prinsip manfaat

Prinsip manfaat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penelitian

yang dilakukan tidak mengakibatkan penderitaan kepada subyek karena

tidak menggunakan tindakan khusus dan informasi yang diberikan oleh

subyek tidak akan dipergunakan untuk merugikan subyek

2. Prinsip menghargai hak asasi manusia (respect human dignity)

Peneliti menjelaskan dan memberikan informasi secara lengkap tentang

tujuan penelitian dan peneliti menghargai hak subyek untuk memutuskan

bersedia atau tidak dalam penelitian

3. Prinsip keadilan (right to justice)

Prinsip keadilan dilakukan kepada subyek penelitian sebelum, selama,

dan sesudah subyek ikut serta dalam penelitian tanpa ada diskriminasi

5
jika subyek tidak bersedia atau dikeluarkan dari penelitian. Subyek

penelitian juga berhak untuk meminta jika informasi yang mereka

berikan dijaga kerahasiaaannya oleh peneliti.

5
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 25 April 2019 sampai dengan

25 Mei 2019. Pelaksanaan penelitian ini bertempat di kelurahan Tello Baru

wilayah kerja Puskesmas Batua dengan menggunakan rancangan Cross

Sectional dan teknik pengambilan sampel dengan cara purposive sampling.

Besar sampel yang diikutsertakan dalam penelitian ini sebanyak 113 orang

responden yang memenuhi kriteria inklusi.

Sebelum dilakukan pengumpulan data, peneliti memperoleh izin dari

Puskesmas Batua, kemudian peneliti ikut bersama petugas puskesmas dalam

kegiatan posyandu lansia yang sudah dijadwalkan oleh Puskesmas. Peneliti

memperkenalkan diri dan meminta izin pada responden, menjelaskan tujuan

penelitian serta memberikan informed consent. Setelah responden

menandatangani informed consent, peneliti mempersilahkan responden untuk

mengisi lembar kuesioner yang telah disiapkan oleh peneliti. Pengisian

kuesioner berlangsung kurang lebih 20 menit. Selain mengikuti kegiatan

posyandu, peneliti juga melakukan kunjungan ke rumah calon responden

yang tidak hadir di kegiatan posyandu. Peneliti melakukan kunjungan rumah

sebanyak dua kali untuk memberikan wadah urin terlebih dahulu, kemudian

keesokan harinya peneliti datang kembali untuk memeriksa urin pagi yang

sudah ditampung responden. Setelah data terkumpul peneliti melakukan

5
pengolahan data, hasil data yang ditampilkan berupa analisis univariate dan

analisis bivariat. Adapun data tersebut adalah sebagai berikut :

a. Karakteristik Demografi Responden

Tabel 5.1
Karakteristik Demografi Lansia Dengan Hipertensi di Wilayah Kerja Kelurahan
Tello Baru Puskesmas Batua (n=113)
Karakteristik f %

Umur
60-74 (usia lanjut)
75-89 (lanjut usia tua 88 77.7%
25 22.3%
Jenis Kelamin
Laki-Laki 27 23.9
Perempuan 86 76.1

Status Pernikahan
Menikah 48 42.5
Janda 58 51.3
Duda 7 6.2
Status Domisili
Tinggal Sendiri 11 9.7
Dengan Keluarga 102 90.3
Sumber Pengobatan
BPJS 95 84.1
Umum 18 15.9

Status Pekerjaan
Bekerja 20 17.7
Tidak Bekerja 93 82.3

Status Pendidikan
Tidak Sekolah 48 42.5
SD 37 32.7
SMP 10 8.8
SMA 16 14.2
Perguruan Tinggi 2 1.8

Lama Hipertensi
Kurang dari 1 tahun 17 15.0
Lebih dari 1 tahun 96 85.0

Hasil analisis distribusi karakteristik responden berdasarkan tabel


.1 menunjukkan bahwa di wilayah kerja pada kelurahan Tello Baru
5

5
Puskesmas Batua responden yang paling banyak berusia 60-74 tahun

dengan jumlah 88 orang responden (77,7%), pada kategori jenis kelamin

yang paling banyak adalah perempuan dengan jumlah 86 orang

responden (76.1%), status pernikahan yang paling mendominasi adalah

janda sebanyak 58 responden (51.3%). Status domisili yang paling

mendominasi adalah tinggal bersama keluarga sebanyak 102 responden

(90.3%), sumber pengobatan yang terbanyak adalah dengan

menggunakan pengobatan BPJS sebanyak 95 orang (84.1%). Status

pekerjaan, lebih banyak responden yang tidak bekerja sebanyak 93 orang

(82.3%), status pendidikan responden yang terbanyak berada pada

kategori tidak sekolah yaitu sebanyak 48 responden (42.5%), pada

kategori responden lama hipertensi, sebagian besar responden memiliki

riwayat hipertensi lebih dari 1 tahun sebanyak 96 responden (85%).

b. Karakteristik data Objektif Self Care

Tabel 5.2
Distribusi Karakteristik Objektif Self Care Dengan Hipertensi di Wilayah
Kerja kelurahan Tello Baru Puskesmas Tello Baru (n=113)
Data objektif self-care M (SD) Min-Max f %
Tekanan darah rata-rata
TD Sistole (mmHg) 147.49(16.71) 100-190
TD Diastole (mmHg) 82.88 (8.82) 67-110
IMT rata-rata
<18.5 (Kurus) 21 18.6
18.5-25.0 (Normal 66 58.4
>25 (Gemuk) 26 23.0

Kadar Garam dalam Urin 54


Kelebihan Kadar Garam 46.5
(>6.0 mg) 59 53.5
Batas Kadar garam dalam
Urin ( < 6 mg )
M : Mean SD : Standar deviasi

5
Hasil analisis dari distribusi karakteristik objektif self care pada

tabel 5.2 menunjukkan nilai rata-rata pada TD responden yaitu sistole

147 mmHg dan diastole 82 mmHg, pada kategori Indeks Massa Tubuh

(IMT) 66 responden berada pada kategori IMT Normal 18.5-25 (58.4%).

Untuk kategori kadar garam dalam urin yang lebih dari 6 mg sebesar 54

responden (46,5%)

5
c. Gambaran Self-efficacy pada lansia dengan hipertensi berdasarkan item pertanyaan

Tabel 5. 3 Gambaran Self-Efficacy Berdasarkan Item Pertanyan di Wilayah Kerja di Kelurahan Tello Baru Puskesmas Batua
(n=113)

Pertanyaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
F % f % f % f % f % f % f % f % f % f %
Melakukan hal-hal yang 0 0 2 1.8 2 1.8 10 8.8 12 10.6 12 10.6 11 9.7 16 14.2 33 29.2 15 13.3
dibutuhkan untuk mengatasi
tekanan darah tinggi secara
rutin?
Menilai perubahan yang 1 0.9 0 0 0 0 6 5.3 16 14.2 12 10.6 9 8.0 14 12.4 36 31.9 19 16.8
terjadi pada tekanan darah
sehingga harus mengunjungi
dokter

mengontrol tekanan darah 1 0.9 0 0 0 0 6 5.3 13 11.5 9 8.0 15 13.3 23 20.4 26 23.0 20 17.7
tinggi sehingga kebutuhan
mengunjungi dokter
berkurang

Mengontrol perubahan emosi 0 0 0 0 4 3.5 4 3.5 8 7.1 8 7.1 14 12.4 19 16.8 31 27.4 25 22.1
yang disebabkan oleh tekanan
darah tinggi sehingga tidak
mempengaruhi kegiatan
sehari-hari?

Melakukan usaha lain 0 0 0 0 0 4 3.5 15 13.3 9 8.0 9 8.0 17 15.0 34 30.1 25 22.1
selain meminum obat

Keterangan: 1-8 = tidak yakin


9-10 = sangat yakin

5
Dari tabel 5.3 dapat diketahui bahwa ¼ dari lansia yakin dalam

mengontrol perubahan emosi yang disebabkan oleh tekanan darah tinggi

(22.1%) dan lansia yakin melakukan usaha lain selain minum obat

(22.1%). 1/5 dari lansia yakin mampu mengontrol tekanan darah tinggi

sehingga kebutuhan untuk menghubungi dokter berkurang (17.7%).

sebagian kecil lansia mampu menilai perubahan yang terjadi pada

tekanan darah sehingga harus mengunjungi dokter (16.8%). Sebagian

kecil lansia juga sangat yakin mampu melakukan hal-hal yang

dibutuhkan untuk mengatasi tekanan darah tinggi secara rutin (13.3%).

5
d. Gambaran self care pada lansia dengan hipertensi berdasarkan item

pernyataan

Tabel 5. 4 Gambaran Self Care Berdasarkan Item Pernyataan di Wilayah


Kerja Kelurahan Tello Baru Puskesmas Batua (n=113

Pernyataan 1 2 3 4 5 6 7
f % f % f % f % f % f % f %
Saya makan 7 6.2 8.8 9 24 21.2 28 24.8 9 8.0 3 2.7 32 28.3
makanan rendah
lemak setiap
hari
Saya makan 57 50.4 3 2.7 13 11.5 13 11.5 4 3.5 3 2.7 20 17.7
makanan rendah
garam setiap
hari
Saya makan 3 2.7 6 5.3 18 15.9 23 20.4 13 11.5 8 7.1 42 37.2
sedikitnya lima
buah-buahan
dan sayuran
setiap hari
Saya 28 24.8 5 4.4 9 8.0 8 7.1 7 6.2 4 3.5 52 46.2
berolahraga
sedikitnya 30
menit setiap hari
Saya berusaha 25 22.1 3 2.7 9 8.0 6 5.3 9 8.0 8 7.1 53 46.9
menjaga diri
saya tetap
tenang ketika
ada masalah
Saya selalu 25 22.1 3 2.7 10 8,8 4 3.5 3 2.7 4 3.5 64 56.6
berusaha
menjaga berat
badan saya tetap
normal, dan
tidak mengalami
kegemukan
Saya minum 1 0.9 1 0.9 1 0.9 1 0.9 0 0 0 0 109 96.5
alkohol (seperti
bir, minuman
keras) setiap
hari
Saya merokok 10 8.8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 103 91.2
Saya periksa ke 30 26.5 11 9.7 21 18.6 7 6.2 3 2.7 3 2.7 38 33.6
dokter sesuai
anjuran dokter
Saya minum 27 23.9 2 1.8 7 6.2 4 3.5 1 0.9 0 0 72 63.7
obat penurun
tekanan darah
sesuai dosis
Keterangan : 1 = Tidak pernah
7 = Selalu

5
Dari tabel 5.4 dapat diketahui bahwa Hasil penelitian yang

dilakukan pada 113 responden berdasarkan item pernyataan, sebagian

besar lansia tidak minum alkohol (96.5%), tidak merokok (91.2%), lansia

mampu menjaga berat badannya agar tetap normal dan tidak mengalami

kegemukan (56.6%). Setengah dari lansia berusaha menjaga dirinya agar

tetap tenang ketika menghadapi masalah (46.9), dan lansia berolahraga

sedikitnya 30 menit per hari (46.2). 1/3 dari lansia yang memeriksakan

diri ke dokter sesuai anjuran dokter (33.6%), dan lansia yang makan

makanan rendah lemak setiap hari (28.3). Setengah dari lansia tidak

pernah makan makanan rendah garam (50.4%).

e. Gambaran Self-efficacy dan Self Care pada Lansia berdasarkan total

skor penilaian kuisioner

Tabel 5.5
Gambaran Self-Efficacy dan Self Care pada Lansia Berdasarkan Total Skor
Penilaian di Wilayah Kerja Kelurahan Tello Baru Puskesmas Batua (n=113)
Karakteristik f %
Self-Efficacy
Tinggi (>9) 40 35.4
Rendah (<9) 73 64.6
Self Care
Baik (>49) 62 54.9
Kurang (<49) 51 45.1

Dari tabel 5.4 dapat diketahui bahwa dari 113 responden hasil dari

gambaran self-efficacy di kelurahan Tello Baru Puskesmas Batua

sebagian responden memilikii self-efficacy yang kurang sebanyak 73

orang (64.6 %) dan sebagian memiliki self-efficacy tinggi sebanyak 40

rang
o (35.4%). Pada gambaran self care menunjukkan bahwa sebagian
esponden
r melakukan self care baik sebanyak 62 orang (54.9%) dan

5
sebagian responden melakukan yang self care kurang yaitu sebanyak 51

orang (45.1%).

f. Hubungan self-efficacy dengan self care pada lansia dengan

hipertensi

Tabel 5.6
Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan
Self-Efficacy dengan Self Care di Wilayah Kerja Kelurahan Tello Baru Puskesmas
Batua (n=113)

Self-Efficacy Self care P-Value


f Baik f Kurang f Total
Tinggi 33 3 36
(29.2%) (2.7%) (31.9%)
Rendah 29 48 77 0.000
(25.7%) (42,5%) (68.1%)
Total 62 51 113
(54.9%) (45.1%) ((100%)
Keterangan : Uji Chi Square

Dari tabel 5.6 diatas hasil uji analisis Chi Square test yang

menunjukkan bahwa ada hubungan antara self-efficacy dengan self care

lansia di wilayah kerja Puskesmas Batua kelurahan Tello Baru dengan

nilai p=0.000 berarti p<α (0.05) yang menunjukkan terdapat hubungan

yang bermakna antara self-efficacy dengan self care pada lansia dengan

hipertensi di wilayah kerja kelurahan Tello Baru Puskesmas Batua.

6
B. Pembahasan

1. Karakteristik responden

Hasil penelitian ini menunjukkan usia yang paling banyak adalah

60-74 tahun (77,7). Semakin bertambahnya usia terjadi perubahan

vaskuler dan neuro-hormonal sehingga lansia cenderung terkena

hipertensi, dan perubahan tekanan darah sistolik dan perubahan darah

diastolik pada lansia merupakan konsekuensi relatif untuk terjadinya

kekakuan arteri dan resistensi. Berbagai faktor yang berperan sehingga

terjadi hipertensi pada lansia adalah kekakuan pembuluh darah arteri

(khususnya pada arteri besar), neurohormonal dan disregulasi autonomy,

disfungsi endotel, proses menuanya ginjal (Airlangga University Press,

2015)

Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin sebagian besar adalah

perempuan (76,1%). Saat memasuki menopause, perempuan akan

meningkatkan penurunan hormon estrogen yang dialami perempuan akan

meningkatkan risiko hipertensi. Dengan berkurangnya hormon estrogen

tersebut, hal ini dapat merusak sel-sel endotel sehingga memicu

terjadinya plak di pembuluh darah dan risiko hipertensi semakin besar.

Berdasarkan status pernikahan yang paling banyak adalah janda

(51,3%). Pada status domisili, Mereka (lansia) yang sudah tidak bersuami

ataupun beristri lebih memilih untuk tetap tinggal bersama keluarga

90,3%).
( Sumber biaya pengobatan yang lansia dapatkan adalah dengan

menggunakan BPJS (84,1%). Kebanyakan dari lansia pada kelurahan

6
Tello Baru Puskesmas Batua sebagian besar tidak bekerja (82,3%) dan

Sebagian kecil dari mereka yang masih mendapatkan penghasilan dari

gaji pensiunan setiap bulannya dan ada yang membuka usaha lainnya

dirumah dengan membuat kios-kios kecil

Hasil penelitian ini juga menunjukan lama hipertensi sebagian

besar lebih dari 1 tahun (85%) dan nilai rerata pada tekanan darah lansia

yaitu 147/82 mmHg. Lansia yang sudah lama menderita hipertensi lebih

sering memperhatikan masalah perawatan dirinya dalam hal ini

mengikuti apa yang dianjurkan oleh dokter maupun perawat. Pada indeks

masa tubuh yang berada pada kisaran normal 18.5-25 (58,4%). Seseorang

yang memiliki berat badan berlebih atau kegemukan sangat berisiko

tinggi mengalami penyakit jantung. Kegemukan seringkali disertai

dengan peningkatan kadar lipid serum, yang meningkatkan risiko. Selain

itu juga kegemukan mengakibatkan peningkatan beban kerja jantung,

yang meningkatkan kebutuhan oksigen (Kozier et al., 2010)

Hasil penelitian kadar garam dalam urin lebih dari 6 mg (46,5%).

Asupan garam yang berlebihan dapat mempengaruhi tekanan darah dan

mengakibatkan hipertensi. Asupan garam yang tinggi dapat

menyebabkan hipertensi dengan dua cara yaitu yang pertama, asupan

garam yang tinggi dapat meningkatkan pelepasan sebuah hormon yang

disebut natriuretic yang secara tidak langsung menyebabkan hipertensi

Kozier
( et al., 2010). makanan yang tinggi garam dan lemak merupakan

makanan tradisional pada kebanyakan daerah. Tidak jarang pula pasien

6
tidak menyadari kandungan garam pada makanan cepat saji, makanan

kaleng, daging olahan dan sebagainya. Tidak jarang, diet rendah garam

ini juga bermanfaat untuk mengurangi dosis obat antihipertensi pada

pasien hipertensi derajat ≥ 2. Dianjurkan untuk asupan garam tidak

melebihi 6 mg/ hari (Irwan et al., 2016).

2. Gambaran self-efficacy lansia dengan hipertensi berdasarkan item

pertanyaan

Hasil penelitian yang dilakukan pada 113 responden di wilayah

kerja kelurahan Tello baru Puskesmas Batua kota Makassar, berdasarkan

pada 5 item pertanyaan yang tertera pada kuisioner didapatkan hasil

bahwa sebagian besar responden yakin mampu mengontrol tekanan darah

tinggi (22.1%) dan mampu melakukan usaha lain selain minum obat

(22.1%). sed

Self-efficacy merupakan tolak ukur dari sebuah keberhasilan

dalam melakukan perawatan diri. Semakin tinggi self-efficacy seseorang

maka tingkat perawatan dirinya juga lebih baik dibandingkan dengan

yang self-efficacy rendah. Menurut Bandura (2006) self-efficacy

merupakan keyakinan seseorang terhadap kemampuan mereka untuk

menghasilkan tindakan yang ingin dicapai dan mempunyai pengaruh

terhadap kehidupan mereka. Self-efficacy adalah salah satu teori dan

model yang paling ampuh yang telah digunakan untuk menjelaskan

epatuhan
k pengobatan pada pasien hipertensi. Self-efficacy bertujuan

untuk menunjukkan seberapa besar keyakinan pasien terkait dengan

6
pengetahuan dan pengobatan hipertensi yang merupakan aspek penting

untuk memahami kegagalan pasien dalam pengobatan dalam mengontrol

tekanan darahnya.

Rendahnya self-efficacy dalam diri sesorang tidak lepas dari

faktor yang mempengaruhinya. Tinggi rendahnya tingkat self-efficacy

bervariasi dalam individu seseorang. Hal ini karena bermacam faktor

yang memepengaruhinya, yaitu usia, jenis kelamin, pendidikan, dan

pengalaman (Bandura, 2006). Dari penelitian yang dilakukan oleh

(Findlow et al., 2012) menyatakan bahwa individu yang memiliki self-

efficacy yang tinggi akan mengalami peningkatan yang signifikan

terhadap self care (perawatan diri) seperti kepatuhan pengobatan, diet

rendah garam, terlibat dalam aktifitas fisik, tidak merokok, dan

melakukan manajemen berat badan.

Sejalan dengan penelitian lainnya juga mengatakan bahwa pasien

hipertensi yang tidak memiliki kontrol yang baik menunjukan

ketidakpatuhan terhadap obat anti hipertensi, dan secara signifikan

mereka yang memiliki self-efficacy dianggap mampu dalam mengontrol

tekanan darahnya ( Saffari et al., 2015).

3. Gambaran self care pada lansia hipertensi berdasarkan item

pernyataan

Hasil penelitian yang dilakukan pada 113 responden di wilayah

kerja kelurahan Tello baru Puskesmas Batua kota Makassar berdasarkan


tem
i pernyataan menunjukkan bahwa lansia lebih banyak memilih pada

6
angka 7 yang artinya selalu, sedangkan pada item pernyataan negatif

pada item pertama lansia cenderung memilih angka 1 yang artinya tidak

pernah. Sehingga dalam penelitian ini dapat dikatakan bahwa self care

pada lansia dengan hipertensi tergolong baik. Lansia memahami item

pernyataan yang tertera pada kuesioner baik pernyataan yang negatif

maupun pernyataan positif.

4. Gambaran self-efficacy dan self care pada lansia dengan hipertensi

berdasarkan total skor kuisioner

Hasil penelitian ini dapat terlihat bahwa sebagian besar lansia

dengan hipertensi memiliki self-efficacy yang rendah (64.6%).

Rendahnya self-efficacy dalam diri seseorang tidak terlepas dari faktor

yang mempengaruhinya. Tinggi rendahnya self efficacy bervariasi dalam

individu seseorang. Beberapa faktor yang mempengaruhi self-efficacy

antara lain yaitu usia, jenis kelamin, pendidikan dan pengalaman.

(Bandura, 2006). Dari 113 responden Terdapat sebagian besar lansia di

Kelurahan Tello baru yang tidak bersekolah sebanyak (42,5%) dan yang

tamat sekolah sebanyak (32,7%).

Penelitian sebelumnya mengemukakan bahwa tingkat

pengetahuan berpengaruh terhadap self-efficacy dan pengetahuan yang

tinggi dapat meningkatkan self-efficacy. Pendidikan erat kaitannya

dengan pengetahuan dan bukan merupakan salah satu penyebab

erjadinya
t hipertensi melainkan pendidikan dapat mempengaruhi gaya

hidup seseorang (Harsono dalam Okatiranti et al., 2017) Adapun

6
penelitian yang terkait dengan self care (perawatan diri) pada Kelurahan

Tello Baru Puskesmas Kota Makassar didapatkan bahwa lansia yang

memiliki self care baik sebanyak (54,9%). Hasil penelitian ini

menunjukan bahwa lansia dapat melakukan perawatan diri dengan baik.

Self care merupakan proses menjaga kesehatan melalui praktek promosi

kesehatan dalam mengelola suatu penyakit. Konsep self care dianggap

penting untuk pengelolaan penyakit kronis. Perawatan diri dapat

dilakukan secara mandiri maupun dengan bantuan keluarga atau orang

terdekat dan kemudian disetujui oleh pasien atau yang dipilih oleh pasien

untuk memenuhi tujuannya sendiri (Riegel et al., 2012). Perawatan diri

adalah suatu proses yang melibatkan seseorang dalam memanajemen

kesehatannya dengan mengadopsi keterampilan dan tindakan untuk

mencegah terjadinya penyakit, merawat serta pemulihan penyakit

(Cameron, Thompson, & Ski, 2012).

Salah satu faktor yang mempengaruhi self care adalah

pengalaman dan keterampilan (Riegel, 2012). Pengalaman sebelumnya

digunakan untuk cepat mengidentifikasi pola yang memberikan isyarat

yang relevan, menyarankan hasil yang diharapkan terkait dengan respons

spesifik, dan menunjuk ke tujuan dan tindakan yang masuk akal dalam

jenis situasi tertentu. Keterampilan dalam perawatan diri sangat penting

dan pasien perlu memiliki kemampuan untuk merencanakan, menetapkan

ujuan,
t dan membuat keputusan

6
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Okatiranti,

Irawan, & Amelia. 2017) menjelaskan bahwa ketika pengalaman yang

dialaminya baik artinya dapat membuat kesehatannya juga lebih baik

sehingga dari pengalaman tersebut dapat meningkatkan motivasi untuk

melakukan perawatan diri dengan baik. Namun jika pengalaman

sebelumnya tidak baik, maka dari pengalaman tersebut akan menurunkan

motivasinya dalam melakukan perawatan diri sehingga dapat terjadi

penurunan kesehatannya.

5. Hubungan Self-efficacy dengan Self Care lansia hipertensi

Berdasarkan hasil penelitian pada 113 responden di wilayah kerja

Puskesmas Batua kelurahan Tello baru dengan Uji Chi Square

didapatkan hasil bahwa antara self-efficacy dengan self care nilai p-Value

0.000 nilai ini lebih kecil daripada α (0.05). Hal ini menunjukkan bahwa

terdapat hubungan antara self-efficacy dengan self care.

Menurut Riegel (2012), Self care dipengaruhi oleh beberapa

faktor, diantaranya adalah kebiasaan, yaitu Kebiasaan atau rutinitas

sehari-hari merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perawatan

diri, beberapa pasien terbiasa melakukan perawatan diri dan

menjadikannya sebagai rutinitas.

Fungsional dan kemampuan kognitif, yaitu Pelaksanaan

perawatan diri membutuhkan kemampuan fungsional untuk terlibat

alam
d perilaku yang diperlukan, masalah dengan pendengaran,

englihatan,
p ketangkasan manual, dan energi dapat membuat perawatan

6
diri yang sulit. Dukungan dari orang lain seperti keluarga dan orang

terdekat, yaitu Pelaksanaan perawatan diri pada penderita penyakit

kronik,besar kontribusi dukungan keluarga dan teman-teman dalam hal

komunikasi, pengambilan komunikasi dan timbal balik. Kemudian yang

sangat berperan penting adalah sikap dan keyakinan seperti self-efficacy.

Self-efficacy merupakan konsep yang sangat penting untuk

digunakan dalam manajemen hipertensi. Self-efficacy seorang yang

menderita hipertensi dianggap baik jika mereka mampu beradaptasi

dengan baik. Lansia dengan hipertensi memerlukan self-efficacy yang

baik agar perawatan diri hipertensi yang dilakukan dapat tercapai sesuai

dengan yang diharapkan.

Self-efficacy merupakan bagian yang penting dalam perawatan diri

dan berhubungan dengan manajemen berat badan, selain itu self-efficacy

berhubungan dengan kepatuhan terhadap pengobatan anti hipertensi.

Menurut penelitian Saffari et al., (2015). mengatakan bahwa self-efficacy

dianggap sebagai landasan dari pengobatan dan keberhasilan suatu

pengobatan. Ogedegbe et al., (2003) dalam penelitiannya juga

mengatakan self-efficacy telah dianggap sebagai prediktor yang paling

menonjol untuk perubahan perilaku kesehatan dalam hal ini kepatuhan

terhadap pengobatan pada pasien dengan penyakit kronis. Pasien

hipertensi yang mempunyai tingkat self-efficacy yang tinggi lebih

ercaya
p diri untuk mematuhi obat mereka. Penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Okatiranti, Irawan, & Amelia, (2017) juga menunjukan

6
bahwa lansia dengan hipertensi yang memiliki self-efficacy yang tinggi

mereka mampu melakukan perawatan diri dengan baik.

Penelitian yang dilakukan oleh (Findlow et al., 2017) yang

menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara self-

efficacy dengan self care penderita hipertensi. Dalam menghadapi pasien

dengan hipertensi kepatuhan perawatan diri sangat diperlukan, guna

meningkatkan derajat kesehatan dan mempertahankan kualitas hidup

mereka. Menurut Saffari et al., (2015) dalam penelitiannya juga

mengatakan bahwa salah satu komponen perawatan diri yaitu pasien

dengan hipertensi yang memiliki self-efficacy yang baik maka mereka

juga dapat melakukan perawatan diri hipertensi dengan baik.

6
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil pengolahan data penelitian yang dilakukan diperoleh

kesimpulan bahwa :

1. Berdasarkan karakteristik responden dapat disimpulkan bahwa lansia yang

menderita hipertensi lebih banyak diusia 60-74 tahun dan cenderung

wanita lebih banyak dari pada pria. Lansia yang tinggal bersama keluarga

lebih banyak dibandingakan dengan tinggal sendiri dan sebagian besar dari

mereka sudah berstatus janda dan tidak bekerja. Sumber pengobatan yang

mereka dapatkan sebagian besar menggunakan BPJS, pendidikan lansia

lebih dominan tidak besekolah. Riwayat lama hipertensi sebagian besar

diatas 1 tahun, IMT lansia rata-rata dalam batas normal dan rata-rata

tekanan darah mereka yaitu 147/82 mmHg. Hasil pemeriksaan urin

sebagian lansia dalam batas normal (59 orang).

2. Gambaran lansia dengan hipertensi berdasarkan pertanyaan self-efficacy,

¼ dari lansia yakin mampu mengontrol perubahan emosi yang disebabkan

oleh tekanan darah tinggi dan lansia yakin mampu melakukan usaha lain

selain minum obat. Sebagian kecil dari total 113 lansia yang ada, terdapat

15 lansia yang yakin mampu melakukan hal-hal yang dibutuhkan untuk

mengatasi tekanan darah tinggi secara rutin.

7
3. Gambaran lansia dengan hipertensi berdasarkan pernyataan self care, dari

10 pernyataan, sebagian besar lansia tidak minum alkohol, tidak merokok ,

lansia mampu menjaga berat badannya agar tetap normal dan tidak

mengalami kegemukan. Setengah dari lansia berusaha menjaga dirinya

agar tetap tenang ketika menghadapi masalah dan lansia berolahraga

sedikitnya 30 menit per hari. 1/3 dari lansia memeriksakan diri ke dokter

sesuai anjuran dokter dan lansia yang makan makanan rendah lemak

setiap hari. Setengah dari lansia tidak pernah makan makanan rendah

garam.

4. Gambaran tinggi rendahnya self-efficacy maupun baik dan kurangnya self

care, sebagian besar lansia memiliki self-efficacy rendah dan lansia

cenderung lebih banyak memiliki self care baik

5. Terdapat hubungan yang signifikan antara self-efficacy dengan self care

pada lansia dengan hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Batua kelurahan

Tello kota Makassar.

7
B. Saran

1. Bagi institusi pendidikan

Penelitian ini bisa dijadikan rujukan informasi tambahan bahwa

self-efficacy dan self care penting untuk diketahui dan dikembangkan

karena merupakan salah satu masalah yang dihadapi oleh lansia hipertensi

dan sebagai acuan penelitian lanjutan.

2. Bagi responden

Lansia dengan hipertensi dan juga keluarga dapat lebih

meningkatkan kemampuan self-efficacy dan self care dengan menerapkan

pola hidup sehat dan sering memeriksakan diri ke puskesmas agar

kesadaran untuk menerapkan prinsip self-efficacy dan self care dapat

meningkat

3. Bagi peneliti selanjutnya

Peneliti selanjutnya mampu mengembangkan penelitian ini dengan

sampel lebih besar dan bervariasi agar hasil penelitian mengenai hubungan

self efficacy dan self care lebih menyeluruh selain itu dapat juga

menggunakan metode penelitian kualitatif untuk mempelajari makna self-

efficacy dan self care yang dialami lansia dengan hipertensi.

7
DAFTAR PUSTAKA

Airlangga University Press. (2015). Hipertensi manajemen komprehensif (1st ed.).


Surabaya: Airlangga university press.
American Hearth Assosiation. (2017). Answer by hearth. American Hearth
Association.
Bandura, A. (2004). Health promotion by social cognitive means (Vol. 31, pp.
143–164). https://doi.org/10.1177/1090198104263660
Bandura, A. (2006). Guide for constructing self-efficacy scales (pp. 307–337).
Bell, K., Twiggs, J., & Olin, bernie R. (2018). Hypertension : the silent killer :
updated JNC-8 guideline recommendations.
Black, J. M., & Hawk, J. H. (2014). Keperawatan medikal bedah: manajemen
klinis untuk hasil yang diharapkan. Singapore: Elsevier.
Cameron, J., Ski, C. F., & Thompson, D. R. (2012). Screening for determinants of
self-care in patients with chronic heart failure. Heart, Lung and Circulation,
22–24. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.hlc.2012.07.050
Findlow, J. W., Seymour, R. B., & Huber, L. R. B. (2012). The association
between self-efficacy and hypertension self-care activities among african
american adults. J Community Health, 15–24.
https://doi.org/10.1007/s10900-011-9410-6
Grace, T. G., Kalesaran, A. F. C., & Kaunang, W. P. J. (2018). Hubungan antara
konsumsi alkohol dengan kejadian hipertensi pada pasien rawat jalan di
puskesmas kolongan kecamatan kalawat kabupaten Minahasa Utara. Jurnal
Kesehatan Masayarakat, 7(5).
Infodatin. (2016). Situasi lanjut usia (lansia) di Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI.
Irwan, A. M., Kato, M., Kitaokja, K., Kido, T., Taniguchi, Y., & Shogenji, M.
(2016). Self-care practices and health-seeking behavior among older persons
in a ceveloping Country: theories-based research. International Journal of
Nursing Sciences, 3(1), 11–23. https://doi.org/10.1016/j.ijnss.2016.02.010
James, P. A., Oparil, S., Carter, B. L., Cusman, W. C., Dennison-himmelfarb, C.,
Handler, J., … Ortiz, E. (2014). 2014 Evidence-based guideline for the
management of high blood pressure in adults report from the panel members
appointed to the eighth joint national Committee (JNC 8). The Journal of the
American Medical Association, 1097(5), 507–520.
https://doi.org/10.1001/jama.2013.284427
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S. J. (2010). Buku ajar fundamental

7
keperawatan konsep, proses, & praktik volume 2. Jakarta: EGC.
Larki, A., Tahmasebi, R., & Reisi, M. (2018). Factors predicting self-care
behaviors among low health literacy hypertensive patients based on health
belief model in bushehr district , south of Iran, 2018, 1–8.
https://doi.org/org/10.1155/2018/9752736
Lee, J., Han, H., Song, H., Kim, J., Kim, K. B., Ryu, J. P., & Kim, M. T. (2010).
Correlates of self-care behaviors for managing hypertension among Korean
Americans : a questionnaire survey. International Journal of Nursing
Studies, 47(4), 411–417. https://doi.org/10.1016/j.ijnurstu.2009.09.011
National High Blood Pressure Education Program. (2004). The seventh report of
the joint national committee on Prevention , Detection , Evaluation , and
Treatment of High Blood Pressure.
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nugroho, H. W. (2015). Keperawatan gerontik & geriatrik. (E. Tiar & M. Ester,
Eds.). Jakarta: EGC.
Nursalam. (2017). Metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Ogedegbe, G., Mancuso, C. A., Allegrante, J. P., & Charlson, M. E. (2003).
Development and evaluation of a medication adherence self-efficacy scale in
hypertensive African-American patients, 56, 520–529.
https://doi.org/10.1016/S0895-4356(03)00053-2
Okatiranti, Irawan, E., & Amelia, F. (2017). Hubungan self-efficacy dengan
perawatan diri hansia Hipertensi. Jurnal Keperawatan BSI, V(2), 130–139.
Permatasari, L. I., Lukman, M., & Supriadi. (2014). Hubungan dukungan keluarga
dan self-efficacy dengan perawatan diri hansia Hipertensi. Jurnal Kesehatan
Komunitas Indonesia, 10, 993–1003.
Peters, R. M., & Templin, T. N. (2008). Measuring blood pressure knowledge and
self-care behaviors of African Americans, 543–552.
https://doi.org/10.1002/nur.20287
Prasetyo, A. S. (2012). Analisis faktor-faktor yang behubungan dengan self care
management pada asuhan keperawatan pasien hipertensi di RSUD Kudus.
Rezky, A. N. (2018). Gambaran self-efficacy lansia penderita hipertensi di
wilayah puskesmas Jumpandang Baru.
Riegel, B., Jaarsma, T., & Strömberg, A. (2012). A middle-range theory of self-
care of chronic illness, (35), 1–23.
Saffari, M., Mohammadi, I., & Bengt, Z. (2015). A persian adaptation of

7
medication adherence self-efficacy scale ( MASES ) in hypertensive
patients : psychometric properties and factor structure. High Blood Pressure
& Cardiovascular Prevention, 22(3), 247–255.
https://doi.org/10.1007/s40292-015-0101-8
Seke, P. A., Bidjuni, H. J., & Lolong, J. (2016). Hubungan kejadian stres dengan
penyakit hipertensi pada lansia di balai penyantunan lanjut usia senjah cerah
kecamatan mapanget kota Manado. E-Journal Keperawatan(e-Kp), 4(2), 1–
5.
Sugiyono. (2015). Metode penelitian tindakan komprehensif. Bandung: Alfabeta.
Ulumuddin, I., & Yhuwono, Y. (2018). Hubungan indeks massa tubuh dengan
tekanan darah pada lansia di desa Pesucen, Banyuwangi. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Indonesia, 13(1), 1–6.
WHO. (2013). A global brief on hypertension: Silent killer, global public health
crisis.
Winta, A. E., Setiyorini, E., & Wulandari, N. A. (2018). Hubungan kadar gula
darah dengan tekanan darah pada lansia penderita diabetes tipe2 ( the
correlation of blood glucose level and blood ressure of elderly with type 2
diabetes ). Jurnal Ners Dan Kebidanan, 5(2), 163–171.
https://doi.org/10.26699/jnk.v5i2.ART.
World Health Organization. (2013). Self Care for A Handbook for Community
Health Workes & Volunteers.
Yang, S., Jeong, G. H., Kim, S., Lee, S. H., & Lee, S. (2014). Correlates of self-
care behaviors among low-income elderly women with hypertension in
South Korea. Journal of Obstetric, Gynecologi, and Neonatal Nursing, 97–
106. https://doi.org/10.1111/1552-6909.12265

7
LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Penjelasan Untuk Responden

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, salam sejahtera untuk

kita semua. Perkenalkan Nama saya Nursin Marasabessy, NIM: C051171716

adalah Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan

Universitas Hasanuddin, sedang melakukan penelitian Skripsi dalam rangka

menyelesaikan pendidikan Sarjana Keperawatan pada Program Studi Ilmu

Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Hasanuddin dengan judul

“Hubungan Antara Self-efficacy dengan Self care pada Pasien Lansia dengan

Hipertensi Di Puskesmas Batua Kota Makassar”. Manfaat dari penelitian ini

adalah untuk mengukur self-efficacy atau keyakinan diri dan self care atau

perawatan diri pada lansia d engan hipertensi, untuk mengetahui keyakinan atau

kemampuan dalam melakukan perawatan diri hipertensi. Bapak/ Ibu yang turut

berpartisipasi dalam penelitian ini diharapkan dapat mengisi kuesioner dan

menjawab pertanyaan yang telah disediakan.

Dalam penelitian ini juga akan dilakukan pemeriksaan tekanan darah

menggunakan tensimeter dan steteskop, penimbangan berat badan dan

pengukuran berat badan, pemeriksaan kadar garam dalam urine (air seni) yang

akan dilakukan pagi hari setelah bangun tidur dan belum makan atau minum

apapun. Pengambilan data berupa pemberian kuesioner berupa pertanyaan dalam

waktu sekitar 20 menit. Seluruh data dari responden akan dijaga kerahasiannya

7
selama penelitian berlangsung dengan memberikan kode pada lembar kuesioner

sehingga hanya peneliti yang akan mengetahuinya

Dalam penelitian ini peneliti tidak memberikan kompensasi kepada

responden. Apabila Bapak/Ibu ingin mengundurkan diri selama proses penelitian

berlangsung karena ada hal-hal yang kurang berkenan, maka Bapak/Ibu dapat

mengungkapkan langsung ataupun menelpon peneliti kapan saja. Jika

Bapak/Ibu/Saudara bersedia mengikuti penelitian ini, silahkan menandatangani

lembar persetujuan responden. Apabila terdapat hal-hal yang kurang jelas

sehubungan dengan penelitian ini, maka Bapak/Ibu dapat menghubungi saya

(Nursin Marasabessy / HP. 082220385020).

Makassar, April 2019

Peneliti,

Nursin Marasabessy

7
Lampiran 2. Lembar Persetujuan Responden

ID
Setelah mendapatkan penjelasan, saya yang bertanda tangan dibawah ini

: Nama :

Jenis Kelamin :

Umur :

Alamat :

No.Hp :

Berdasarkan penjelasan yang telah disampaikan oleh peneliti dengan ini,

saya menyatakan SETUJU secara sukarela untuk ikut serta dalam penelitian ini

dan mengikuti berbagai prosedur seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

Saya memahami dan percaya bahwa catatan mengenai penelitian ini akan

dijamin kerahasiannya, semua berkas yang mencantumkan identitas subjek

penelitian hanya akan digunakan untuk keperluan pengolahan data yang akan

disajikan dalam bentuk lisan maupun tulisan.

Demikianlah surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya dalam keadaan

sadar tanpa ada paksaan dari pihak manapun.

Makassar, April 2019

Responden,

(……………………)

7
Lampiran 3. Kuesioner Data Demografi

No Responden (diisi oleh peneliti) :

Petunjuk

1. Isi semua pertanyaan sesuai dengan diri anda

2. Silahkan mengisi pada tempat yang sesuai dan yang telah disediakan

3. Khusus untuk pertanyaan pilihan pengisian dengan chek list (√) pada

kotak pilihan yang telah disediakan

1. Umur ( dalam tahun) :…………………

2. Pendidikan Tidak sekolah


:
SD

SMP
SMA/SMK

3. Jenis kelamin Laki-laki


: Perempuan

4. Status perkawinan Tidak menikah

Menikah

Janda/Duda

5. Apakah anda mengalami komplikasi penyakit lain selain

hipertensi?

7
Ya

Tidak

Jika ya sebutkan

Diabetes melitus (penyakit gula) Penyakit ginjal

Stroke Penyakit jantung

6. Sudah berapa lama menderita ≤ 1 tahun


hipertensi
≥ 1 tahun

7. Berat badan : Kg (diisi peneliti)

8. Tinggi badan : Cm (diisi peneliti)

9. Status IMT Kurus (≤ 18,5)


: Normal (18,5-24,9)

Gemuk (≥ 25,0)

10. Tekanan darah (diisi peneliti) TD 1 : Sistolik mmHg

: diastolik mmHg

TD 2 : Sistolik mmHg

: diastolik mmHg

11. Kadar garam dalam urin : gr (diisi peneliti)

12.

8
Lampiran 4. kuisioner self-efficacy

Kami ingin mengetahui seberapa yakin Bapak/Ibu dalam melakukan

kegiatan-kegiatan tertentu terkait pengelolaan tekanan darah tinggi. Lingkari

angka yang sesuai dengan kondisi Bapak/Ibu. Angka 1 jika Bapak/Ibu sangat

tidak yakin sampai angka 10 jika sangat yakin.

1. Seseorang yang menderita tekanan darah tinggi akan memiliki kegiatan yang

berbeda dengan orang lain untuk mengatasi kondisinya. Seberapa yakin

Bapak/Ibu mampu melakukan hal-hal yang dibutuhkan untuk mengatasi

tekanan darah tinggi secara rutin?

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2. Seberapa yakin Bapak/Ibu mampu menilai perubahan yang terjadi pada

tekanan darah sehingga harus mengunjungi dokter/pelayanan

kesehatan?

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

3. Seberapa yakin Bapak/Ibu mampu melakukan hal-hal yang dibutuhkan untuk

mengontrol tekanan darah tinggi sehingga kebutuhan untuk mengunjungi

dokter/pelayanan kesehatan berkurang?

1 2 3 45 6 7 8910

8
4. Seberapa yakin Bapak/Ibu mampu mengontrol perubahan emosi yang

disebabkan oleh tekanan darah tinggi sehingga tidak mempengaruhi

kegiatan sehari-hari?

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

5. Seberapa yakin Bapak/Ibu mampu melakukan usaha lain selain

meminum obat untuk mengatasi dampak sehari-hari dari tekanan darah

tinggi?

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Modifikasi dari The Associattion Between Self-Efficacy and Hypertension Self-Care


Activies Among African American Adults (Findlow et al., dal Rezky 2018)

8
Lampiran 5. Kuesioner Self care hipertensi

Petunjuk

1. Berikut ini adalah pernyataan yang berkaitan penatalaksanaan hipertensi.

Bacalah pernyataan berikut dengan cermat sebelum menjawab

2. Seberapa sering yang anda terkait pernyataan berikut? jawablah dengan

memberikan tanda chek list (√) pada kolom angka yang tersedia

No Pernyataan Tidak Selalu

pernah

Saya makan makanan rendah lemak 1 2 3 4 5 6 7


1
setiap hari

Saya makan makanan rendah garam 1 2 3 4 5 6 7


2
setiap hari

Saya makan sedikitnya lima buah- 1 2 3 4 5 6 7


3
buahan dan sayuran setiap hari

Saya berolahraga sedikitnya 30 1 2 3 4 5 6 7


4
menit setiap hari

Saya berusaha menjaga diri saya 1 2 3 4 5 6 7


5
tetap tenang ketika ada masalah

Saya selalu berusaha menjaga berat 1 2 3 4 5 6 7


6
badan saya tetap normal, dan tidak

mengalami kegemukan

8
Saya minum alcohol (seperti bir, 7 6 5 4 3 2 1
7
minuman keras) setiap hari

7 6 5 4 3 2 1
8
Saya merokok

Saya periksa ke dokter sesuai 1 2 3 4 5 6 7


9
anjuran dokter

Saya minum obat penurun tekanan 1 2 3 4 5 6 7


10
darah sesuai dosis

Modifikasi dari measuring blood pressure knowledge and self care behaviors of African American.
(Peters, R. And Templin, T dalam Prase tyo 2012)

8
Lampiran 6. Standard operational prosedur (sop) pengukuran tekanan

darah

Langkah-langkah pengukuran tekanan darah yang sesuai dengan SOP :

1. Sebelumnya pada pasien yang baru datang diistirahatkan terlebih dahulu

kurang lebih 10 menit sambil menyiapkan alat.

2. Setelah menyiapkan alat, beri tahu responden, jelaskan prosedurnya.

3. Kemudian cuci tangan dan pakai sarung tangan

4. Atur posisi pasien, letakkan lengan yang akan diukur pada posisi terlentang

dan lengan baju dibuka

5. Pasang manset pada lengan kanan/kiri atas sekitar 3 cm fossa cubiti dengan

tidak ketat maupun terlalu longgar

6. Kemudian tentukan arteri radialis dektra sinistra, letakkan diafragma

steteskop diatas nadi brachialis

7. Letakkan steteskop pada denyut nadi yang sudah ditentukan.

8. Kemudian pompa balon udara isi manset sampai manometer setinggi 200

mmHg lebih tinggi titik radialis tidak teraba dan setelah itu kempeskan balon

udara manset secara perlehan-lahan dengan cara memutar scrup pada pompa

udara berlawanan jarum jam sambil mendengarkan ketukan sistole dan

diastole.

9. Jika menggunakan spigmomanometer digital merk omron, setelah memasang

manset kemudian tekan tombol on sampai getaran berhenti dan catat hasilnya.

10. Rapikan lengan baju pasien dan mengucapkan terima kasih.

8
Lampiran 7. Standar prosedur operasional penimbangan berat badan

A. Tujuan: Mengetahui berat badan

B. Sasaran: Lansia dengan hipertensi

C. Sarana:

1. Timbangan

2. Buku catatan

D. Prosedur

1. Memastikan timbangan badan berfungsi dengan baik dengan cara

menagatur petunjuk angka tepat diangka “nol”

2. Meminta responden melepas alas kaki dan meletakkan barang bawaan

3. Meminta pasien naik keatas timbangan dengan posisi berhadapan dengan

pemeriksa

4. Memperhatikan jarum penunjuk berhenti dari arah depan tegak lurus

dengan angka.

5. Memberitahukan hasil pengukuran pada responden, mencatat hasilnya.

8
Lampiran 8. Standar operasional pengukuran tinggi badan

A. Tujuan: Mengetahui tinggi badan

B. Sasaran: Lansia dengan hipertensi

C. Sarana:

1. Alat ukur tinggi badan

2. Buku catatan

D. Prosedur

1. Memberitahu pasien tindakan yang akan dilakukan

2. Menganjurkan responden melepas alas kaki

3. Mempersilahkan pasien berdiri tegak ditempat pengukuran dengan

menghadap petugas

4. Menarik alat pengukur TB tepat pada kepala pasien

5. Melihat skala yang ada pada pengukur TB

6. Pengukuran selesai, pasien diperbolehkan memakai alas kaki kembali

7. Mencatat hasil pengukuran.

8
Lampiran 9. Standar operasional pengambilan sampel urin

A. Tujuan: Untuk mengetahui kadar natrium dalam urin

B. Sasaran: Lansia dengan hipertensi

C. Sarana:

1. Wadah penampung urin

2. Etiket

D. Prosedur

1. Memberi salam kepada pasien

2. Mempersilahkan pasien untuk duduk dan menjelaskan tentang

pengambilan sampel urin

3. Mempersiapkan peralatan dan bahan untuk pengambilan dan

pemewriksaan sampel

4. Mempersiapkan pasien untuk pengambilan sampel, dengan menjelaskan

kepada pasien bahwa yang diambil adalah urin tengah yaitu pasien

mengeluarkan urinnya sedikit terlebih dahulu tanpa ditampung, lalu

diambil urin yang setelahnya

5. Memberikan wadah urin yang telah diberi etiket (nama, umur, alamat,

jenis urin dan tanggal).

8
Lampiran 10. Master data Tabel

8
90
9
9
93
94
95
96
97
98
99
10
10
10
10
10
10
10
10
Keterangan : Total score = total score self care

10
Keterangan : Total score 1= total score self-efficacy

10
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11

Anda mungkin juga menyukai