Anda di halaman 1dari 125

SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT STRESS PERAWAT DENGAN KINERJA


PERAWAT DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT
BHAYANGKARA KOTA MAKASSAR

Oleh :

ENJHEL LITHA MASEHI


NIM : A1C219051

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS MEGA REZKY
MAKASSAR
2023

i
SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT STRESS PERAWAT DENGAN KINERJA


PERAWAT DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT
BHAYANGKARA KOTA MAKASSAR

Disusun dan diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


gelar sarjana di Program Studi Pendidikan Profesi Ners Fakultas
Keperawatan dan Kebidanan Universitas Mega Rezky

Oleh :

ENJHEL LITHA MASEHI


NIM : A1C219051

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS MEGA REZKY
MAKASSAR
2023

ii
iii
iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas


segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Proposal Penelitian ini dengan Judul : “Hubungan
Tingkat Stres Perawat Dengan Kinerja Perawat Di Rumah Sakit
Bhayangkata Kota Makassar”, yang merupakan salah satu
persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana pada Program Studi
Pendidikan Profesi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan
Universitas Megarezky

Dalam Skripsi ini Walaupun penulis menyadari masih terdapat


beberapa kesalahan dan kekurangan di dalamnya dan masih cukup
jauh dari yang diharapkan, penulis telah bekerja keras untuk
melakukan yang terbaik yang dia bisa.
Dalam penyusunan Skripsi ini, penulis mendapatkan banyak
tantangan dan hambatan, tapi dengan usaha dan kemauan serta
kerjasama yang baik dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat
menyelesaikan Skripsi ini. karena itu, perkenanlah penulis atas
segala hormat dan kerendahan hati memberikan ucapan terima kasih
dan penghargaan yang sebesar-besarnya khususnya penulis
mengucapkan banyak terimah kasih kepada papa Ifan
Bethalembah Masehi.dan m a m a Agustina Patambing serta
semua keluarga besar penulis untuk segala perhatian, pengorbanan,
kasih sayang serta doa restunya yang luar biasa diberikan kepada
penulis selama ini. kepada Ibu Dr.Julia Fitrianingsih,
S.Kep.,Ns.,M.Kes.,M.Kep selaku Pembimbing I dan Ibu Dr.
Syamsuriati S.ST.,SKM,.M.Kes Selaku Pembimbing II dengan
penuh kesabaran dan keikhlasan meluangkan waktu, tenaga dan
pikirannya untuk memberikan perhatian, bimbingan dan arahan
kepada penulis, serta Ibu Ayu Lestari,S.Kp.,M.Kep Selaku Penguji

v
yang telah meluangkan waktu dan tenaganya dalam memberikan
masukan dan arahan guna perbaikan Skripsi ini.
Tak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Alimuddin, SH., MH., MKn. selaku Pembina


YPI Mega Rezky Makassar.
2. Ibu Hj. Suryani, SH., MH. selaku Ketua YPI Mega Rezky Makassar.

3. Bapak Prof. Dr. dr. H. Ali Aspar Mappahya, Sp.PD., Sp.JP(K)


selaku Rektor Universitas Megarezky.

4. Ibu Dr. Syamsuriyati, S.ST., SKM., M.Kes., selaku Dekan


Fakultas Keperawatan dan Kebidanan.
5. Bapak Sudirman Efendi, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku Ketua
Program Studi Pendidikan Profesi Ners.
6. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Universitas Megarezky yang
telah memberikan kemudahan bagi penulis dalam
menyelesaikan pendidikan selama ini.
7. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Profesi Ners
Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Angkatan 2019 yang tak
dapat penulis sebutkan satu per satu yang secara langsung
maupun tidak langsung telah memberikan dukungan, dorongan
moral dan berbagai bantuan selama perkuliahan sampai
menyelesaikan pendidikan.
8. Rini Alfriani Selaku orang yang sangat berjasa bagi penulis
memberikan saran dan kritikan dalam menyelesaikan Skripsi.
9. Bripda Alan Nuary Selaku orang yang penting bagi penulis,
mendukung memberikan motivasi yang banyak kepda penulis
dalam menyelesaikan Skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa pada saat penulisan
skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu dengan
hati yang terbuka, penulis siap menerima masukan dan saran yang
bersifat konstruktif dan konstruktif dari pihak manapun untuk

vi
mencapai kesempurnaan kedepannya. menulis.
Makassar, Januari 2023

Penulis,

Peneliti

vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Biodata Peneliti
Nama : Enjhel Litha Masehi
Tempat Tanggal Lahir : Makassar, 23 Mei 2001
Alamat : Lrg Komp IDI, Bukit Batu Tello Baru
E-mail : angellithamasehi@gmail.com
No. Telp : 082293422455
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Katholik
Status : Mahasiswa/Belum menikah
Tinggi/Berat Badan : 160 cm/53 Kg
Golongan Darah :A
Kewarganegaraan : Indonesia
B. Pengalaman Pendidikan
TK : TK Mamasa Makassar (2006 – 2007)
SD : SDN 1 Pamona Tenggara (2007 - 2013)
SMP : SMPN 1 Pamona Tenggara (2013 - 2016)
SMA : SMAN 1 Pamona Selatan (2016 – 2019)
Kuliah : Universitas Mega Rezky (2019 – 2023)

viii
MOTTO

Kesempatan tak akan datang dua kali, maka perbanyak belajar untuk

mendapat ilmu.

Semakin keras kamu berusaha, semakin terlihat kesuksesan di masa

depan.

Jangan takut gagal, karena kegagalan adalah kesempatan terbaik untuk

memulai kembali

@Enjhel Litha Masehi

ix
ABSTRAK

ENJHEL LITHA MASEHI A 1 C 2 1 9 0 5 1

Hubungan Tingkat Stres Perawat Dengan Kinerja Perawat Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
Bhayangkara Makassar

Julia Fitrianingsih1 Syamsuriyati2

Latar Belakang : Profesi perawat memiliki resiko yang sangat tinggi terkena stress, karena mempunyai
tugas dan tanggung jawab yang sangat besar pada keselamatan nyawa manusia. Kinerja perawat ialah
aktivitas perawat untuk mengimplementasikan sebaik-baiknya suatu wewenang, tugas dan tanggung
jawabnya.
Tujuan : Tujuan umum dari penenlitian ini untukdiketahui Hubungan Tingkat Stres Perawat Dengan
Kinerja Perawat Di Ruang Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Bayangkara Makassar.
Metode Penelitian : Menggunakan deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectiona. Populasi
dalam penelitian ini yaitu perawat yang bekerja pada ruang perawatan rawat inap yang dengan jumlah
11 ruangan perawatan di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar dan berjumlah 169 orang. Dengan
pengambilan sampel menggunakan Simple Random Sampling sehingga menghasilkan 35 orang sampel.
Instrumen penelitian menggunakan kuisioner tingkat stress dan kinerja perawat. Analisa data
menggunakan Uji Chi-Square.
Hasil : Pada penelitian ini, hasil Uji Chi-Square hubungan tingkat stress perawat dengan kinerja
perawat di ruang instalsi rawat inap rumah sakit Bhayangkara Makassar menunjukkan nilai p=(0,002)
sedangkan karakteristik lainnya yaitu usia menunjukkan nilai p=(0,886), jenis kelamin menunjukkan
nilai p=(0,580), pendidikan terakhir menunjukkan nilai p=(0,313), dan massa kerja menunjukkan nilai
p=(0,086). Standar nilai hubungan sig < 0,05 memiliki hubungan sedangkan sig > 0,05 artinya tidak
memiliki hubungan dengan kinerja perawat.

Saran agar Rumah Sakit Bhayangkara Makassar bisa melakukan upaya penurunan stress kerja pada
perawat, agar terjadi peningkatan kinerja perawat yang memiliki peningkatan mutu pelayanan di rumah
sakit.

KATA KUNCI: Kinerja, Perawat, Stres Kerja

Referensi : 27 Jurnal Nasional, 2 Jurnal Internasional, 6 e-book

x
Abstract

ENJHEL LITHA MASEHI A 1 C 2 1 9 0 5 1

Correlation Between Nurse Stres Levels And Nurse Performance In The Inpatient Installations Of
The Bhayangkara Hospital Makassar

Julia Fitriangsih1 Syamsuriyati2

Background: The nursing profession has a very high risk of being exposed to stress, because it has
very high duties and responsibilities for the safety of human life. Nurse performance is the nurse’s
activity in properly implementing an authority.

Objective: The general objective of this study is to find out the relationship between stress levels of
nurses and nurse performance at te Bhayangkara Hospital Makassar.

Research Methods: Using descriptive correlation with Cross Sectionsl approach. The population in this
study were nurses working in inpatien treatment rooms with a total of 11 treatment rooms at
Bhayangkara Makassar Hos[ital. and totaling 169 people. By taking samples using Simple Random
Sampling to produce 35 samples. The research instrument used a stress level and nurse performance
quisionnaire. Data analysis using Chi-SquareI.

Result: In this study, the result of the Chi-Square test for the relationship between stress levels of
nurses an d nurse performance in the inpatient ward of Bhayangkara Hospital Makassar showed a value
p=(0,002) while other characteristics, namely age, showed a value of p=(0,886), gender indicated
p=(0,580), last education shows the value of p=(0,313), and working mass showed the value p=(0,086).
The standard value of the relationship sig <0,005 has a relationship while sig > 0,005 means that it has
no relationship with nurse performance.

Suggestions that the Bhayangkara Hospital Mkassar can make efforts to reduce work stress on nurses,
resulting in an increase in nurse performance which has an impact on improving the quality of service in
the hospital.

Keywords: Performance, Nurse, Job stress

Reference: 27 National Journals, 2 Internasional Journals, 6 e-books

xi
DAFTAR ISI

COVER.............................................................................Error! Bookmark not defined.


HALAMAN PERSETUJUAN........................................Error! Bookmark not defined.
HALAMAN PENGESAHAN.........................................Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR...................................................................................................v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP..................................................................................viii
MOTTO........................................................................................................................ix
ABSTRAK.....................................................................................................................x
DAFTAR ISI................................................................................................................xii
BAB I..............................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................5
C. Tujuan Penelitian.................................................................................................6
D. Manfaat Penelitian...............................................................................................7
E. Bidang Ilmu..........................................................................................................8
F. Keaslian Penelitian...............................................................................................8
Tabel 1.1..................................................................................................................9
Tabel Keaslian Penelitian........................................................................................9
BAB II..........................................................................................................................11
TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................11
A. TINJAUAN UMUM STRES DAN STRES KERJA.........................................11
B. TINJAUAN UMUM TENTANG KINERJA.....................................................27
C. KERANGKA TEORI.........................................................................................41
D. KERANGKA KONSEP.....................................................................................43
E. VARIABEL PENELITIAN...............................................................................44
F. HIPOTESIS........................................................................................................44
BAB III.........................................................................................................................45
METODE PENELITIAN...........................................................................................45

xii
A. DESAIN PENENLITIAN..................................................................................45
B. POPULASI DAN SAMPEL..............................................................................45
C. DESAIN OPERASIONAL................................................................................50
Tabel 3.2................................................................................................................50
Definisi Operasional Penelitian.............................................................................50
D. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN..........................................................51
E. ALAT PENGUMPULAN DATA......................................................................51
F. PROSEDUR PENGUMPULAN DATA............................................................53
G. RENCANA ANALISIS DATA.........................................................................54
H. ETIKA PENELITIAN.......................................................................................57
BAB IV.........................................................................................................................59
HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................................59
A. GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MAKASSAR. .59
B. HASIL UJI UNIVARIAT..................................................................................61
C. HASIL ANALISIS BIVARIAT.........................................................................63
D. PEMBAHASAN................................................................................................65
E. KEKURANGAN DALAM PENELITIAN INI.................................................72
BAB V...........................................................................................................................73
PENUTUP....................................................................................................................73
A. KESIMPULAN..................................................................................................73
B. SARAN..............................................................................................................73
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................75
LAMPIRAN.................................................................................................................79

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslihan Penelitian……………………………………………….9

Tabel 3.1 Jumlah Perawat Di Ruang Rawat Inap RS Bhayangkara


Makassar………………………………………………………….48

Tabel 3.2 Definisi Operasional Peneliti.........................................................52

Tabel 3.3 Analisis Univariat……….………………………………………..59

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi karakteristik perawat yang meliputi usia, jenis
kelamin, massa kerja, pendidikan
terakhir……………………………………………………..……..62

Tabel 4.2 Hasil Distribusi frekuensi stress

Tabel 4.3 Hasil Distribusi frekuensi kinerja perawat……………………….65

Tabel 4.4 Hubungan Karakteristik Perawat………………….……………..69

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Kerangka Teori…………………………………..44


Gambar 2.2 Skema Kerangka Konsep………………………………..45

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Biodata Responden


Lampiran 2 Lembar Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 3 Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 4 Lembar Kuisioner A dan B Penelitian
Lampiran 5 Surat Permohonan ususlan judul skripsi
Lampiran 6 Surat Pengantar Pengambilan Data Awal LPPM→Rs Bhayangkara
Makassar
Lampiran 7 Lembar Persetujuan Seminar Proposal
Lampiran 8 Lembar Halaman Pengesahan Seminar Proposal
Lampiran 9 Surat Pengantar Perizinan Peneliti Prodi→Fakultas
Lampiran 10 Surat Rekomendasi Izin Penelitian LPPM→BKPMD→PTSP
Lampiran 11 Surat Izin Penelitian DPMPTSP→RS Bhayangkara Makassar
Lampiran 12 Surat Izin Penelitian RS Bhayangkara Makassar
Lampiran 13 Master Tabel Analisis Kuisioner Tingkat Kuisioner Tingkat Stres
Perawat
Lampiran 14 Master Tabel Karakteristik Perawat
Lampiran 15 Master Tabel Kinerja Perawat
Lampiran 16 SPSS Analisis Univariat
Lampiran 17 SPSS Analisis Bivariat
Lampiran 18 Surat Selesai Penelitian
Lampiran 19 Dokumentasi Penelitian

xvi
1
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit adalah institusi untuk memberikan pelayanan

kesehatan perorangan secara pari purna, yang memberikan bentuk

pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat (Undang-Undang No

44 Tahun 2009). Rumah Sakit di dirikan dan ditetatapkan dengan tujuan

utama memberikan pelayanan kesehatan, tindakan medis dan diagnostik

serta upaya rehabilitasi medis untuk memenuhi kebutuhan pasien.

Kesembuhan pasien yang di rawat ialah salah satu tujuan perawatan pasien

di rumah sakit. Untuk mencapainya, di butuhkan kinerja kariyawan,

khususnya perawat yang baik yang sifatnya subjektif, di samping itu

peranan dari petugas medis lainnya seperti dokter (Depkes RI, 2009).

Sumber daya manusia (SDM) Keperawatan merupakan salah satu

aset dan komponen penting dalam pelayanan rumah sakit. (Koesmono

2007, dalam Sari 2010) menjelaskan yaitu perawat rumah sakit,

diharuskan untuk mempunyai kemauan dan kemampuan dalam

pengembangan ketrampilan dan pengetahuannnya dalam upaya

memberikan pelayanan yang ramah, sopan serta berkualitas kepada pasien.

Keperawatan merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan satu

bentuk pelayanan kesehatan professional yang ditujukan kepada klien atau

pasien baik dalam keadaan sehat dan sakit melalui kiat-kiat keperawatan.
2

Keperawatan ini mempunyai peranan yang sangat penting karena

perawtlah yang memberikan pelayanan dan perawatan secara langsung

pada pasien di rumah sakit tersebut (Kusumaningrum, 2012)

Berdasarkan peraturan mentri kesehatan republik Indonesia

No.HK.02.02/MENKES/148/1/2010 yaitu izin dan pelaksanaan praktik

perawat, definisi perawat ialah seseorang yang telah menyelesaikan

pendidikan perawat baik di dalam maupun diluar Negeri berdasarkan

dengan peraturan perundang-undangan. Seorang perawat diharuskan untuk

memiliki sikap professional sehingga kualitas pelayanan kesehatan yang

diberikan semakin meningkat. Semakin meningkatnya tuntutan tugas yang

dimiliki seorang perawat maka dapat menimbulkan stress (Selvia dkk,

2013).

Profesi perawat mempunya resiko yang cukup tinggi terkena stres,

karena perawat mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sangat tinggi

terhadap keselamatan nyawa manusia. Masalah-masalah yang sering di

hadapi perawat di antaranya: tingginya tingkat stress kerja yang di pacu

harus selalu maksimal kepada pelayan pasien. Dalam menjalani tugas dan

profesinya perawat mudah untuk stress. Setiap hari, dalam melaksanakan

tugasnya seorang perawat tidak hanya berkaitan dengan pasien melainkan

dengan keluarga pasien juga, teman pasien, rekan kerja sesama perawat,

berkaitan dengan dokter dan aturan-aturan yang terdapat di tempat kerja

dan beban kerja yang kadang di nilai tidak sesuai dengan keadaan fisik,

psikisnya dan emosional (Raman dkk, 2017).


3

World Health Organization (WHO) mengatakan stress adalah

epidemi dan meluas keseluruh dunia. The American Institute of stress

mengemukakan bahwa penyakit penyakit yang berhubungan dengan stress

telah mengakibatkan kerugian ekonomi Amerika Serika lebih dari $100

miliar per tahun. Survey pada pekerja tenaga perawat pelaksanan di

amerika serikat menemukan bahwa 46% merasa kerjaan mereka penuh

dengan stres dan 34% berpikir serius agar keluar dari pekerjaan mereka 12

bulan sebelumnya karena stress di tempat kerja (Fajrillah dkk, 2015).

American National Asosiattion For Accupational Safety menempatkan

kejadian stress pada perawat berada di tingkat yang atas 40 pertama kasus

stress pada pekerja. Berdasarkan hasil survey yang di lakukan Perancis di

temukan bahwa presentase terjadi stress yang di alami perawat yaitu 74%.

Sedangkan berdasarkan studi yang dilakukan perawat di Swedia di peroleh

hasil 80% profesi perawat mendaptkan stress yang lumayan tinggi

dikarenakan pekerjaannya. Hasil riset PPNI (Persatuan Perawat Nasional

Indonesia) Tahun 2007 menunjukkan 50,9% yang bekerja di empat provisi

mendapatkan stress, keseringan pusing, capek, kurang istrahat karena

beban kerja cukup tinggi dan menghabiskan waktu, gaji rendah tanpa

insentif yang memadai (Revalicha, 2013 Susanti dkk, 2017).

Menurut penulis semua rumah sakit yang terdapat di Indonesia

pasti telah melaksanakan tugas berdasarkan dengan keputusan Menteri

tersebut, tetapi banyaknya beban tugas yang di laksanakan oleh pihak

rumah sakit maka menyebabkan pada tingkat stress yang tinggi yang
4

dirasakan oleh tenaga medis dan non paramedis khususnya pada perawat.

Stress pada kinerja dapat berperan positif dan juga berperan merusak,

seperti di jelaskan oleh “hukum Yerkes Dodson (1904) yang menyatakan

hubungan antara stress dengan kinerja seperti huruf U terbalik” (Mas’ud,

2002). Pola U terbalik tersebut menunjukkan kaitannya tingkat stress

(rendah-tinggi) dengan kinerja (rendah-tinggi).

Rumah sakit Bhayangkara Makassar merupakan rumah sakit yang

berada di bawah naungan kepolisian Republik Indonesia dan merupakan

salah satu rumah sakit tipe B di kota Makassar yang memberikan

pelayanan kesehatan tidak hanya pada PNS dan ASN saja namun juga

memberikan pelayanan kesehatan umum untuk siapa saja. Maka dari itu

Rumah sakit Bhayangkara Makassar memerlukan (SDM) yang berkualitas

agar dapat memberikan pelayanan kesehatan yang maksimal kepada

masyarakat.

Pada Tahun 2022 data yang didapatkan dari hasil pengambilan data

awal yang dilakukan peneliti pada bagian SDM keperawatan di Rumah

Sakit Bhayangkara Kota Makassar di dapati data dimana total perawat

yang bekerja di Rumah Sakit ini sebanyak 268 orang perawat. Selanjutnya

pada kali ini penelitian ini meneliti pada Ruang Instalasi Rawat Inap

dengan total perawat yang bekerja di bagian Ruang Rawat Inap yaitu 169

orang perawat dengan jumlah 11 Ruang Rawat Inap yang terdapat di

Rumah Sakit Bhayangkara Makassar, pada pengamilan data awal di


5

te,ukan bahwa pada tahun 2017-2021 pengunduran perawat sejumlah 7

orang di RS Bhayangkara.

Berdasarkan data BOR pada Tahun 2017, 2018, 2019, 2020, 2021

di RS Bhayangkara Makassar angka penggunaan tempat tidur tidak stabil,

pada tahun 2017 BOR 80,92% kemudia pada tahun 2018 mengalami

penurunan 78,93% kemudian Tahun selanjutnya mengalami peningkatan

kembali yaitu 82,31% setalah itu pada Tahun 2020 menurun kembali

46,49% dan pada Tahun 2021 kembali mengalami peningkatan 58,84%,

dan angka BOR yang tertinggi itu Tahun 2019 dan sangat berpengaruh

pada kinerja perawat.

Berdasarkan data kunjungan pada data awal dapat kita ketahui

bahwa kunjungan/pasien yang masuk dalam ruang perawatn rawat inap

setiap tahun tidak stabil, kadang mengalami kenaikan dan mengalami

penurunan. Dapat dilihat pada data table pada tahun 2017 kunjungan

pasien RI 21.158 pasien kemudia pada Tahun 2018 kunjungan pasien RI

menurun dari Tahun sebelumnya menjadi 19.257 kemudia kembali

mengalami peningkatan kunjungan pada Tahun 2019 dan 2020 mengalami

penurunan kembali, dan pada Tahun 2020 kembali mengalami

peningkatan kunjuan RI, hal ini sangat berpengaruh pada kinerja perawat.

B. Rumusan Masalah

Dalam Pemberian Asuhan keperawatan perawat di tuntut harus

berada dalam keadaan sehat baik secara fisik maupun mental. Seperti yang

bisa kita ketahui bahwa dengan banyaknya tuntutan pekerjaan pada


6

wilayah kerja perawat itu sendiri dan dalam pemberian Asuhan

Keperawatan, itu sangat berdampak buruk pada tenaga kesehatan salah

satunya pemicu stressor pada Tenaga kesehatan khususnya pada perawat

yang berada pada Ruang rawat inap. Hal ini banyak atau bahkan hampir

semua RS di Indonesia mengklasifikasikan tenaga kesehatannya khusunya

perawat pada tingkat stressbaik, ringan, sedang, dan berat.

Berdasarkan permasalahan pada latar belakang di atas: peneliti

ingin mencari tahu, Bagaimana Hubungan Tingkat Stress Perawat

Dengan Kinerja Perawat Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit

Bhayangkara Makassar?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk Mengetahui Hubungan Tingkat Stres Perawat Dengan Kinerja

Perawat Di Ruang Instalasi rawat Inap Rumah Sakit Bhayangkara

Makassar.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui stress kerja perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

Bhayangkara Makassar.

b. Diketahui Kinerja Perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

Bhayangkara Makassar.

c. Menganalisa Hubungan Stres Kerja Perawat Dengan Kinerja

Perawat di Ruang Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Bhayangkara

Makassar.
7

D. Manfaat Penelitian

a. Teoritis

Sebagai salah satu bahan kajian yang dapat di jadikan acuan bagi

seluruh tenaga kesehatan dalam proses menghadapi kinerja di wilayah

kerja yang melibatkan SDM Keperawatan. Diharapkan juga untuk

penelitian ini dapat menjadi sumber keilmuan untuk lebih

memperhatikan dan mengembangkan SDM Keperawatan dan

menjunjung penelitian selanjutnya.

b. Praktis

1. Peneliti

Sebagai pengalaman belajar dan menambah pengetahuan dalam

peneliti sehingga dapat di jadikan pedoman dalam penelitian dan

sebagai pengalaman yang nyata.

2. Institusi

Memberikan informasi bagi institusi mengenai Hubungan Tingkat

Stres Perawat Dengan Kinerja Perawat. Hasil penelitian ini

diharapkan dapat berguna dan menunjang bagi penelitian

selanjutnya.

3. Rumah Sakit Bhayangkara Makassar

Sebagai bahan evaluasi untuk rumah sakit untuk melakukan

upayah penurunan stress pada perawat sehingga terjadi

peningkatan kinerja perawat yang berdampak pada peningkatan

mutu pelayanan di rumah sakit.


8

E. Bidang Ilmu

Dalam penelitian ini, peneliti membahas tentang Hubungan Tingkat Stres

Perawat Dengan Kinerja perawat, yang di mana merupakan bagian penting

dan sangat berpengaruh pada SDM Keperawatan yang terfokus pada

bidang ilmu Manajemen Keperawatan yang berkaitan dengan kinerja pada

perawat.

F. Keaslian Penelitian

Berikut Merupakan review dari beberapa penelitian terdahulu yang

mendukung penelitian ini, berkaitan dengan hubungan stress kerja dengan

kinerja perawat.
9

Tabel 1.1
Tabel Keaslian Penelitian

No Nama Tahun dan Judul Variabel dan Desain Hasil Penelitian Perbedaan dengan
Penulis Penelitian Penelitian Penelitian ini
1 Fajrillah 2015 Variabel bebas: Hasil penelitian Instalasi ruang Gawat
dan Hubungan stress Stress kerja perawat menunjukkan bahwa Darurat
Nurfitriani perawat dengan kinerja Variabel Terikat: sebagian besar responden
perawat pelaksana Kinerja Perawat mengalami stres kerja dalam
dalam melaksanakan kategori tinggi (54,8%) dan
pelayanan keperawatan Desain Penelitian: kinerja sebagian besar
di instalasi gawat Menggunakan metode perawat berada dalam
darurat rumah sakit penelitian kuantitatif kategori kurang baik
umum Anutapura Palu (Corelational Analysis) (83,3%). Hasil uji Chi-
Square menunjukkan bahwa
ada hubungan yang
signifikan antara stres kerja
dengan kinerja perawat
(pvalue=0,031 dan
OR=0,117).
2 Ahsan 2014 Variabel Bebas: Sebagian besar perawat sift Variabel Bebas:
Humaera Stress Kerja Sift Stres Kerja Sift Malam malam berada pada kategori Stress kerja shif malam
Hafid Malam Dam Kinerja Variabel Terikat: stress ringan, yaitu 16 Variable Terikat:
Perawat Pelaksana Di Kinerja Perawat perawat sebanyak 53,3%, Kinerja perawat di
Ruang Rawat Inap RS sebagian besar berada pada ruang rawat inap
Wava Husada Desain Penelitian: kategori baik 23 perawat
Menggunakan metode atau sebanyak 76,7% yang
penelitian kuantitatif berarti ada hubungan antara
(Analysis Corelasional) stress kerja sift malam dan
kinerja perawat pelaksana
3 Enny 2016 Variabel Bebas: Hasil penelitian Lokasi Tempat
Nurcahyani, Hubungan Tingkat Stres Kerja menunjukkan bahwa 108 Penelitian
Dyah stress dengan kinerja Variabel terikat: responden (99,1%) memiliki
Widodo, perawat Kinerja Perawat tingkat stres ringan,
Yanti sebagian besar responden
Rosdiana Desain Penelitian: memiliki kinerja baik
Menggunakan metode sebanyak 87 orang (71,5%),
penelitian kuantitatif dan terdapat hubungan
(Crosectional) tingkat stres kerja dengan
kinerja perawat di ruang
rawat inap. . RSUD Waluya
Sawahan Malang
4 Nur 2018 Variabel Bebas: Hasil Penelitian menunjukan Shif Malam
Kholifatul Hubungan Stres Kerja Stres Kerja sift malam bahwa sebagaian besar
Hidayati Dengan Kinerja Variable Terikat: perawat sift malam RSI Siti
Perawat Sift Malam Di Kinerja Perawat Aisyah Madiun mengalami
Instalasi Rawat Inap stress kerja kategori sedang.
10

Islam Siti Aisyah Desain Penelitian: Hasil uji kolerasi Kendal


Madiun Megunakan metode Tau menunjukan nilai
penelitian Kuantitatif p.value 0,000<0,05 dengan
(Cross Sectional) koefisien korelasi 0,582 jadi
penelitian dapat di
simpulkan dengan ada
hubungan stress kerja
dengan kinerja perawat sift
malam di ruang rawat inap
RSI Siti Aisyah Madiun.
5 Suherni, 2019 Variabel Bebas: Hasil penelitian Penelitian sebelumnya
Bambang Hubungan Stres Kerja Stres Kerja menunjukkan bahwa menggunakan
Dengan Kinerja Variabel Terikat: perawat mayoritas stress deskriptif sedangkan
Perawat Di Ruang Kinerja Perawat kategori sedang (46,6%) penenlitian ini
Rawat Inap RSUD kinerja perawat mayoritas menggunakan
Dr.Prigngadi Kota Desain Penelitian: cukup (40,4%) terdapat kuantitatif
Medan Megunakan metode hubungan antara stress kerja
Deskriptif Korelasi dengan kinerja perawat
Dan teknik total sampling
dengan menggunakan uji
sperman rho
6 Dian 2020 Variabel Bebas: Hasil penelitian 21 orang Desain Penelitian
Dwiana Hubungan Stres Kerja Stres Perawat perawat (48,8%) mengalami Observasi Analitik
Maydinar, Dengan Kinerja Variabel Terikat: stress kerja ringan, 19 orang
Fatima Perawat Di Ruang Kinerja Perawat perawat (44,2%) stress kerja
Nuraini, Rawat Inap Melati Dan sedang, dan 3 orang lainnya
Venni Seruni RSUD DR.M. Desain Penelitian: (7%) mengalami stress kerja
Selandio Yunus Bengkulu Observasional Analitik berat. Berdasarkan Rank
Spearmen di dapat p value
Rho = 0,377 dengan p value
= 0,013 < 0,05 berarti
signifikan, sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada
hubungan stres dengan
kinerja perawat di ruang
rawat inap Melati dan
Seruni RSUD Dr.M.Yunus
Bengkulu
11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN UMUM STRES DAN STRES KERJA

1. Definisi Stres

Mangkunegara (dalam Ellyzar, Yunus & Amri, 2017) menjelaskan

bahwa stres ialah suatu perasaan tertekan yang dialami pekerja dalam

suatu pekerjaan. Stres diketahui dari emosi yang tidak teratur, perasaan

tidak senang, suka menyendiri, susah tidur, tidak bisa rileks, cemas dan

lain-lain. Dalam penjelasan lain, (Wijono 2010) menjelaskan bahwa

stres adalah umpan balik atas diri karyawan secara fisiologis maupun

psikologis pada target organisasi. Stres juga dikatakan sebagai faktor

penghalang dan pengganggu individu d wilayah kerja.

Mulyadi (2015:223) Stres adalah sebuah tekanan yang terdapat

pada diri seorang individu baik itu berupa beban pekerjaan maupun

lainnya, yang mengakibatkan individu tersebut merasa terbebani dan

keberatan untuk menyelesaikan sebagian tugasnya. Bisa disimpulkan

yaitu, stress adalah tekanan yang tidak biasa terjadi pada diri setiap

individu di sebabkan terdapatnya tuntutan tertentu. (Vanchapo 2020)

stres keaaan emosional yang timbul karena adanya ketidaksesuaian

beban kerja dengan kemampuan individu untuk menghadapi tekanan-

tekanan yang dihadapi Stres juga bisa diartikan sebagai suatu kondisi

ketegangan yang menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik dan


12

psikis yang mempengaruhi emosi, proses berpikir, dan kondisi seorang

pegawai.

2. Klasifikasi Stres

National Safety Council (2004) dalam Muthmainah (2012)

menklasifikasikan bentuk stres menjadi dua, yaitu: eustres dan distres.

Eustres, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat,

positif, dan konstruktif (bersifat membangun). Hal ini termasuk

kesejateraan individu dan juga organisasi yang di asosiasikan dengan

perkembangan, fleksibilitas, kemampuan adaptasi dan peningkatan

performance yang tinggi. Distres, ialah hasil dari respon terhadap stres

yang bersifat tidak sehat, negative atau destruktif (bersifat merusak).

Hal ini termasuk konsekuensi individu untuk tahap lanjut seperti

terjadinya penyakit kardiovaskuler juga konsekuensi organisasi seperti

tingkat ketidakhadiran (absenteisme) yang meningkat, yang

diasosiasikan dalam keadaan sakit, penurunan kondisi fisik sampai

pada kematian.

3. Tingkat Stres

Setiap individu memiliki persepsi dan respon berbeda-beda pada

stres. Persepsi seseorang didasarkan pada keyakinan dan norma,

pengalaman dan pola hidup, faktor lingkungan, struktur dan fungsi

keluarga, pengalaman masa lalu dengan stres dan mekanisme koping.

Terganggu atau tidaknya individu, tergantung pada persepsinya pada

kejadian yang dialaminya. Dengan kata lain bahwa sikap pada stres
13

dipengaruhi oleh bagaimana pikiran dan tubuh individu

mempersepsikan suatu kejadian. Penilaian kognitif bersifat individual

differences, maksudnya ialah berbeda pada masing-masing individu.

Perbedaan ini di sebabkan oleh persepsi dan respon yang berbeda

pada stres tersebut. Penilaian kognitif itu, bisa merubah cara pandang

akan stres. Dimana stres diganti menjadi suatu cara pandang positif

pada diri dalam menghadapi situasi yang stressful, sehingga respon

pada stressor bisa menunjukkan outcome yang lebih baik untuk

individu (Potter % Perry, 2005).

1) Stres Ringan

Stres ringan merupakan stressor yang di hadap setiap orang secara

teratur, seperti terlalu banyak tidur, kemacetan lalu lintas serta

kritikan dari atasan. Kondisi ini berlangsung selama beberapa

menit sampai beberapa jam. Stressor ini bukan resiko signifikan

yang dapat menimbulkan gejalah yang muncul akibat stres. Akan

tetapi, stressor ringan dan banyak dalam waktu singkat dapat

meningkatkan resiko penyakit.

2) Stres Sedang

keadaan stres terjadi beberapa jam sampai beberapa hari, bentuk

stressor yang dihadapi misalnya perselisihan dengan rekan kerja,

anak yang sedang sakit, serta ketidakhadiran anggota keluarga

dalam waktu yang cukup lama.

3) Stres Berat
14

keadaan stres berat adalah keadaan kronis yang berlangsung lama,

durasinya mulai beberapa minggu sampai beberapa Tahun. bentuk

stressor yang dihadapi seperti perselisihan perkawinan, kesulitan

keuangan yang berkepanjangan, serta penyakit kronis. Semakin

sering dan semakin lama situasi stres, makin tingga resiko

kesehatan yang ditimbulkan.

4. Faktor Stres

Stres yang dialami seseorang biasanya selalu berkonotasi negatif

karena dapat mengalami suatu kontra produktif. Stres sendiri bisa juga

membantu proses mengingat yang dialami pada jangka pendek dan

tidak terlalu kompleks. Stress bisa menaikkan glukosa menuju otak,

yang memberikan energi banyak ke neuron. Hal ini bisa mendorong

pada meningkatkan pembentukan dan pengembalian ingatan. Di

samping itu jika stres dilakukan dengan terus-menerus, akan

menyebebkan terhambatnya transfer glukosa keotak yang

menyebabkan kurangnya daya ingatan manusia (Mulyadi, 2015:223).

Selain itu, Luthans (dalam Biru, Mayowan, 2019 : 51-52)

menjelaskan berbagai faktor penyebab stres yaitu:

1) Faktor Organisasi

Stersor organisasi adalah penyebab stres yang bersumber dari

dalam organisasi. Intervensi perubahan langkah bisnis untuk

bersaing menyebabkan:
15

a) Kebijakan otoriter pada pekerja yang membuat pekerja tertekan

dan tidak nyaman untuk bekerja.

b) Ketidak jelasan tugas yang dibebankan kepada petugas

membuat karyawan bingung karena bukan porsi dan

keahliannya sebab tuntutan perusahanan yang tinggi.

2) Faktor Kelompok

a) Rekan kerja yang tidak menyenangkan sangat mempengaruhi

karyawan dalam bekerja sebab pekerja membutuhkan

dukungan teman sejawat yang kohesif seperti saling berbagi

kebahagiaan, bercerita, dan hubungan sehat antar teman

sejawat.

b) sedikitnya kebersamaan rekan kerja adalah salah satu pemicu

stres kerja karena kohesifitas dan kebersamaan adalah hal

penting bagi pekerja, dan jika dikurangi atau terdapatnya

eliminasi pada anggota kelompok dapat menjadi penyebab

stres.

3) Faktor Personal

a) Personal Keluarga, seperti kesulitan dalam mencari nafkah dan

retaknya hubungan keluarga

b) Personal Ekonomi, seperti sesuatu yang dimilikinya tidak

sesuai dengan apa yang didambahkannya. Berasal dari

keperibadiannya sendiri.
16

Berbagai tekanan dan gangguan dalam sebuah organisasi

tentunya pasti sangat sering terjadi. Hal inilah yang harus dihindari

sehingga kinerja tidak terganggu. Semua bisa diatasi asalkan dapat

menhadapi masalah yang kita hadapi itu sendiri. Semakin

seseorang menemukan tekanan dari luar batas kemampuan dirinya

sendiri hal tersebut akan menyebabkan stres pula yang lumayan

berat dan cukup mengganggu kerja otak termasuk dengan daya

ingat.

Osipow (1998) dalam Jackson (2008) mengatakan bahwa area

pengukuran stress kerja meliputi kedudukan stres, ketegangan

pribadi, dan sumber koping. Hal tersebut adalah faktor akibat dari

terjadinya stres. Osipow memulai OSI (Occupational Stress

Inventory) mengatakan terdapat 3 batasan untuk menilai stres

kerja, yaitu peran kedudukan, ketegangan pribadi dan sumber dari

diri sendiri.

Osipow (1998) dalam Jackson (2008) mengatakan ada

beberapa factor stres yang menjadi dasar penilaian stres adalah

sebagai berikut:

1) Peranan dan beban dalam pekerjaan

a) Beban peranan yang terlalu berat

b) Ketidakcukupan peran

c) Keracunan/ketidakjelasan peran
17

d) Batasan peran

e) Tanggung jawab

f) Lingkungan Fisik

2) Ketegangan karir pribadi

a) Tekanan vokasional

b) Ketegangan psikologis

c) Ketegangan hubungan antara pribadi (rekan kerja)

d) Ketegangan fisik

3) Sumber dari diri sendiri dan rekan kerja

a) Rekreasi setelah lelah bekerja

b) Kepedulian diri

c) Dukungan social

d) Koping kognitif

5. Definisi Stres Kerja

Stres pada dasarnya adalah sesuatu yang bisa dialami oleh siapa

saja, di mana saja di dunia. Seperti yang ditunjukkan oleh Nusran

(2019: 72) definisi stres, itu adalah kondisi internal yang disebabkan

oleh situasi sosial yang berpotensi merugikan dan tidak terkendali,

tuntutan fisik (tubuh), dan faktor lingkungan. Keadaan ini dapat

membuat aktivitas sehari-hari seperti bekerja menjadi sulit

(Permatasari & Prasetio, 2018: 89).


18

Tekana-tekanan yang dialami para pekerja menimbulkan kejadian-

kejadian yang merupakan luapan emosi, yaitu tekanan pekerjaan. Teori

para ahli (dalam Safitri & Austutik, 2019:15), Robbins

mengungkapkan bahwa stres kerja adalah keadaan tegang yang

mempengaruhi perasaan, jalan, dan keadaan seseorang. Rivai (dalam

Safitri & Astutik, 2019: sejalan dengan pernyataan ini) 15)

menegaskan bahwa stres kerja menyebabkan ketidakseimbangan fisik

dan psikis kerja yang berpengaruh pada keadaan, pikiran, dan emosi

seseorang. Sementara itu, Sinambela, Greenberg dan Barton, Luthans

(dalam Permatasari dan Prasetio, 2018: 89) mengartikan bahwa

tekanan kerja adalah suatu kondisi ketika orang mengalami tekanan

atau ketegangan di tempat kerja dan tempat kerjanya sehingga orang

menjawab secara negatif dan merasa terganggu dalam bekerja.

menyelesaikan komitmen mereka.

Peneliti lebih memilih teori Rivai (dalam Safitri & Astutik, 2019)

bahwa stres kerja terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara

potensi individu dan tuntutan kerja dengan tujuan organisasi yang

mempengaruhi aspek fisik, psikologis, dan emosional individu.

Berdasarkan uraian yang telah diuraikan di atas, peneliti sampai pada

kesimpulan bahwa stres kerja merupakan respon terhadap perasaan

yang muncul dari dalam diri individu berdasarkan cara individu

menilai suatu tekanan atau beban yang diterimanya.


19

6. Indikator Stres Kerja

Menurut Nursalam (2015) instrumen stres kerja di bagi menjadi 3

yaitu:

a. Stres Biologis

Menurut Sunaryo dalam Hidayah stressor merupakan semua

keadaan stimulasi yang berbahaya dan menyebabkan reaksi stres,

seperti jumlah semua respon fisiologis nonspesifik yang

menyebabkan kerusakan dalam system biologis. Stres reaction

acute (reaksi stress akut) adalah gangguan sementara yang muncul

pada seseorang individu tanpa adanya gangguan mental lain yang

jelas, terjadi akibat stres fisik dan atau mental yang sangat berat,

biasanya mereda dalam beberapa jam atau hari. Sumber stres dapat

berasal dari dalam tubuh dan diluar tubuh. Salah satu sumber stres

dapat berupa biologic. Stressor biologic dapat berupa bakteri, virus

dan jasad renik lainnya, hewan, binatang, bermacam tumbuhan dan

mahkluk hidup lainnya yang dapat mempengaruhi kesehatan

misalnya: tumbuhnya jerawat (acne), demam, digigit binatang, dll

yang dipersepsikan dapat mengancam konsep diri individu.

b. Stres Psikologis

Ada beberapa jenis stress psikologis yaitu:

1) Tekanan (Pressures)

Tekanan terjadi akibat adanya tuntutan dalam pencapaian

sasaran atau tujuan tertentu maupun tuntutan tingkah tertentu.


20

Secara umum tekanan mendorong individu untuk menaikkan

performa, mengintesifkan usaha atau mengubah sasaran

tingkah laku. Tekanan sering ditemui dalam kehidupan sehari-

hari dan memiliki bentuk yang berbeda-beda setiap individu.

Tekanan dalam beberapa kasus tertentu dapat menghabiskan

sumber-sumber daya yang dimiliki dalam proses pencapaian

sasarannya, bahkan bila berlebihan dapat mengarah pada

perilaku maladaptive (Rasmun 2018).

2) Frustasi

Frustasi dapat terjadi apabilah usaha individu untuk mencapai

sasaran tertentu mendapat hambatan atau hilangnya

kesempatan dalam mendapatkan hal yang diinginkan. Frustasi

juga dapat diartikan sebagai efek psikologis terhadap situasi

yang mengancam, seperti misalnya timbul reaksi marah,

penolakan maupun depresi (Rasmun, 2018).

c. Stres Sosial

Stressor sosial yaitu labeling (Penamaan) dan prasangka,

ketidakpuasan terhadap diri sendiri, kekejaman (aniaya,

pemerkosaan) konflik peran, percaya diri yang rendah, perubahan

ekonomi, emosi yang negative, dan kehamilan (Rusman 2018).

7. Faktor Stres Kerja

Kristanto (2009), menyatakan bahwa kemampuan individu dalam

mengambil sikap dan keputusan dapat menyebabkan stres kerja. Faktor


21

penyebab yang dominan stres kerja perawat disebabkan kondisi yang

di hadapi perawat sehari-hari, baik dalam hal pekerjaan ataupun dalam

kehidupannya sehari-hari. Penelitian dari National Institude for

Occupational Safety and Health (NIOSH) menetapkan perawat

sebagai profesi beresiko sangat tinggi terhadap stres. Hal tersebut

disebabkan karena perawat memiliki tugas dan tnggung jawab untuk

menyelamatkan nyawa pasien. NIOSH sebagai salah satu organisasi

yang paling sering meneliti tentang stres, mengembangkan model

dimana kondisi kerja memainkan peran utama dalam menyebabkan

stress kerja. Model ini bukan merupakan standarisasi stres, namun

lebih sabagai panduan dalam mengembangkan program untuk

pencegahan stres (Widodo, 2010 dalam Hutasuhut 2012).

Stres dapat disebabkan oleh segala aspek pekerjaan. Angkatan

kerja memutuskan sejauh mana keadaan saat ini sedang terjadi atau

tidak. Kolaborasi mereka di tempat kerja juga dipengaruhi oleh

konsekuensi dari koneksi mereka di tempat lain, di rumah, di

lingkungan pertemuan, dll. Penyakit seseorang dapat disebabkan oleh

kombinasi berbagai sumber stres, bukan hanya satu. Menurut Yanto

(2015), lingkungan kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

stres karyawan karena manusia menghabiskan sebagian besar

waktunya di tempat kerja.

Terdapat tiga kategori penyebab stres yaitu:

1. Karakteristik Organisasional
22

a. Otonomi, yaitu kemandirian perawat seorang perawat dalam

menjelaskan tugasnya dan tidak perlu pengawasan yang ketat

oleh atasanya.

b. Mutasi atau relokasi pekerjaan, yaitu perpindahan tempat

seseorang dari unit satu ke unit yang lainnya.

c. Karier, yaitu jabatan yang di miliki oleh seseorang pekerja

dalam pekerjaannya.

d. Beban kerja, yaitu tanggung jawab yang diterimah dari

pekerjaannya yang dilakukan.

e. Interaksi perawat, yaitu kontak langsung terhadap pasien atau

keluarga pasien dalam asuhan keperawatan yang dilakukan

oleh seorang perawat.

f. Masa kerja, yaitu pada awal bekerja perawat mengalami stres

kerja yang lwbih tinggi, dan akan semakin menurun seiring

dengan berjalannya waktu secara bertahap lima atau sepuluh

tahun.

g. Shift kerja, yaitu pekerja shift seluruh pekerja shift rentan

terkena stress akibat gangguan-ganggu yang sering di

perhadapkan kepada mereka.

2. Karakteristik Individual

a. Dukungsn Keluarga, yaitu dukungan yang diberikan

suami/istri dan anak-anak serta saudara dalam melaksanakan

pekerjaan.
23

b. Kejenuhan, yaitu rasa bosan terhadap pekerjaan yang selalu

dirasakan.

c. Konflik dengan rekan kerja, yaitu ketidak serasian antara dua

atau lebih anggota atau kelompok ditempat kerja.

d. Usia, yaitu perawat yang berumur dibawah 40 Tahun lebih

banyak mengalami stres kerja dari pada perawat yang berumur

40 tahun. Pekerja dari pada perawat yang berumur lebih tua

yaitu sekitar 41-50 tahun lebih memiliki kemampuan dalam

mengendalikan stres.

Beberapa penelitian tentang stres kerja terhadap perawat juga telah

dilakukan berhubungan dengan:

1) Beban kerja berlebihan (work overload)

2) Shift Kerja

3) Tuntutan waktu pekerjaan tugas yang cepat

4) Tidak adanya dukungan social dalam bekerja (khususnya dari

supervisior, kepala perawat dan managerial keperawatan yang

lebih tinggi)

5) Terpapar penyakit infeksi, tertusuk jarum misalnya

6) Berhubungan dengan pasien sulit atau kondisi sulit pasien yang

serius (NIOSH, 2008) dalam Muthmainah (2012)

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan stres kerja perawat

dalam pelaksanaan tugasnya. Rosnawati et al (2018) dalam yanto


24

(2020) mengidentifikasikan 7 sumber stres pada perawat yang bekerja

di rumah sakit:

1) Menghadapi kematian

2) Konflik dengan dokter

3) Persiapan tidak memadai untuk menghadapi kebutuhan-kebutuhan

emosional pasien dan keluarganya

4) Kurangnya dukugan terhadap staf

5) Konflik dengan perawat lain dan supervisior

6) Beban kerja berlebihan, dan

7) Ketentuan pengobatan

Sementara faktor-faktor yang menyebabkan stres kerja menurut

Greenberg (2019) meliputi kombinasi dari:

1) Faktor pekerjaan yang bersumber dari pekerjaan

2) Faktor stres kerja yang bersumber pada karakteristik individu, dan

3) Faktor stres kerja yang beberapa bagian yang dapat tercermin

dalam cara berpikir dan perilaku individu yang mengalami stres

tersebut.

8. Manajemen stres Kerja

Stres di tempat kerja dapat dicegah dan dapat dikelola tanpa

menimbulkan konsekuensi yang merugikan. Menekankan para

eksekutif adalah sesuatu di luar mengelolanya, khususnya memikirkan

bagaimana mengelolanya secara adaptif dan nyata. Mengetahui apa


25

yang tidak boleh dilakukan dan apa yang harus dicoba hampir sama

pentingnya. Orang-orang yang mengalami stres di tempat kerja sebagai

akibat persaingan sering melebih-lebihkan usaha mereka. Ini bukan

strategi yang baik karena tidak melakukan apa pun untuk mengatasi

akar stres dan hanya akan memperburuk masalah.

Strategi manajemen stres kerja menurut (Mangkunegara, 2007:158,

Hamali, 2016: 246-247) dapat diatasi dengan tiga pola sebagai berikut:

1. 1. Pola sehat, pola terbaik dalam mengatasi stres dengan

kemampuan mengelola perilaku dan tindakan agar stres tidak

menimbulkan gangguan, tetapi menjadi lebih sehat dan

berkembang.

2. Pola Harmonis, yaitu pola menghadapi stres dengan kemampuan

mengelolah waktu dan kegiatan secara harmonis dan tidak

menimbulkan kesibukan dan tantangan dengan cara mengatur

waktu secara teratur.

3. Pola Patologis, yaitu pola menghadapi stres dengan berdampak

pada berbagai hangguan fisik maupun social-psikologisnya.

9. Pendekatan Stres Kerja

Stres di tempat kerja dapat dicegah dan dapat dihadapi tanpa

menimbulkan dampak negatif. Manajemen stres lebih dari sekedar

menghadapinya, yaitu belajar mengatasinya secara adaptif dan efektif.

Pendekatan stres kerja dikelompokkan menjadi dua, yaitu (Umam,

2012: 217-218, Hamli, 2016: 247-248):


26

1. Pendekatan Individual

Seorang karyawan dapat berusaha sendiri untuk

mengurangi tingkat stresnya. Strategi yang bersifat individual yang

cukup efektif adalah pengelolaan waktu, latihan fisik, latihan

relaksasi dan dukungan sosial.

2. Pendekatan Pengorganisasian

Penyebab-penyebab stres adalah tuntutan dari tugas dan

peran serta struktur organisasi yang semuanya dikendalikan oleh

manajemen sehingga faktor-faktor itu dapat dirubah. Strategi-

starategi yang dapat digunakan oleh manajement perusahan untuk

mengurangi stres karyawannya adalah melalui seleksi dan

penempatan, penetapan tujuan, desain ulang pekerjaan.


27

A. TINJAUAN UMUM TENTANG KINERJA

1. Definisi Kinerja

kinerja memiliki makna yang luas, berkomunikasi karena

pekerjaan, tetapi juga cara siklus kerja itu terjadi. kinerja terkait dengan

menyelesaikan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan. Apa yang

dilakukan dan bagaimana hal itu dilakukan penting dalam kinerja. Kinerja

adalah konsekuensi dari pekerjaan yang memiliki bidang kekuatan yang

serius untuk tujuan utama asosiasi, loyalitas konsumen, dan komitmen

keuangan. (Amstrong dan Baron, 1998: 15, Wibowo, 2016:2).

Kinerja atau performance menurut Supriyanto dan Ratna (2007)

dalam Nursalam (2015: 120) adalah effort (upaya atau aktifitas) ditambah

achievements (hasil kerja atau pencapaian hasil upaya). Selanjutnya

kinerja dirumuskan sebagai (P=E+A) atau Performance = Effort +

Achievement. Kinerja berasal dari kata to perform artinya (1) melakukan,

menjalankan, melaksanakan (to do or carry of a excecute) (2) memenuhi

atau melaksanakan suatu kewajiban suatu intense atau niat (to discharge of

fulfil), (3) melaksanakan atau menyempurnakan tanggung jawab (to

excecute or complete an understanding), (4) melakukan sesuatu yang

diharapkan oleh seseorang atau mesin (to do what expected of a person,

machine). Robbins dalam Nursalam (2015:121) mendefinisikan kinerja

sebagai fungsi interaksi anatar kemampuan (Abilty), Motivasi

(Motivation), dan kesempatan (Opportunity).


28

Hellriegel dan Slocum (1992) dalam Robbins (2006) mengatakan

bahwa penilaian kerja (presentasi kerja) adalah suatu proses sistematik

untuk mengevaluasi kelebihan dan kekurangan setiap karyawan serta

menemukan jalan untuk memperbaiki perstasi karyawan. Selanjutnya

menurut Willan J.A menyatakan bahwa penilaian kinerja karyawan harus

dilakukan secara periodic dan secara objektif. Penilaian dilakukan

terhadap hasil kerja yang dihubungkan dengan analisis jabatan serta

prestasi apa yang seharusnya diproduksikan oleh seorang karyawan

(Aditama, 2007: 46 dan 47).

2. Faktor yang mempengaruhi Kinerja

Wirawan (2015, dikutip dalam yuli, 2019) menyatakan bahwa kinerja

merupakan hasil dari sinergi sejumlah faktor yang meliputi:

1) Faktor internal pegawai, yaitu faktor-faktor dari dalam diri pegawai

yang merupakan faktor bawaan dari lahir (misalnya bakat, sifat

pribadi, serta keadaan fisik dan kejiwaan) dan faktor yang di peroleh

ketika berkembang (misalnya penegtahuan, keterampilan, etos kerja

dan pengalaman kerja).

2) Faktor lingkungan eksternal organisasi, yaitu dukungan dari organisasi

tempat pegawai bekerja (misalnya dukungan teknologi, sumber daya

yang dimiliki organisasi, system manajemen dan kompetensi, startegi

organisasi dan iklim kerja dalam organisasi)


29

3) Faktor lingkungan eksternal organisasi, meliputi keadaan, kejadian,

atau situasi yang terjadi dilingkungan sekitar organisasi yang

mempengaruhi kinerja pegawai.

Kinerja merupakan perilaku yang nyata yang ditampilkan setiap orang

sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh pegawai sesuai dengan

perannya dalam perusahaan. Gibson (1997) menyatakan ada 3 faktor yang

berpengaruh terhadap kinerja, yaitu:

a. Faktor Individu: Kemampuan, keterampilan, latar belakang keluarga,

pengalaman kerja, tingkat sosial dan demografi seseorang,

b. Faktor Psikologis: persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi dan

kepuasan kerja

c. Faktor Organisasi: struktur organisasi, desain pekerjaan,

kepemimpinan, system penghargaan (reward system) (Nursalam,

2015)

3. Indikator Yang Menunjang Kinerja

Untuk mencapai atau menilai kinerja, ada dimensi yang menjadi tolak

ukur, menurut (John Miner) yaitu (Emron Edison dkk, 2016):

1) Kualitas, Yaitu: tingkat kesalahan, kerusakan, kecermatan

2) Kuantitas, Yaitu: jumlah pekerja yang dihasilkan

3) Penggunaan waktu dalam kerja, yaitu: tingkat ketidakhadiran,

keterlambatan waktu kerja yang efektif/jam kerja hilang.

4) Kerja sama dengan orang lain dalam bekerja.


30

Penulis (Emron Edison, Yohny Anwar, Komariyah, 2020) mencoba

mengembahkan pemikiran John Miner yang brilian ini dengan beberapa

perubahan, dimana john Miner menekankan indicator waktu terhadap

kehadiran pegawai/karyawan, sedangkan penulis menekannya pada waktu

penyelesaian produk. Di sisi lain, penulis menganggap bahwa taat asas

adalah bagian penting dari kinerja, sehingga dimensi kinerja

dideskripsikan penulis menjadi:

1) Target

Target merupakan indicator terhdapat pemenuhan jumlah barang,

pekerjaan, atau jumlah uang yang dihasilkan.

2) Kualitas

Kualitas adalah elemen penting, karena kualitas yang dihasilkan

menjadi kekuatan dalam mempertahankan loyalitas pelanggan.

3) Waktu Penyelesaian

Penyelesaian yang tepat waktu membuat kepastian distribusi dan

penyerahan pekerjaan menjadi pasti. Ini adalah modal untuk membuat

kepercayaan pelanggan.

4) Taat Asas

Tidak saja harus memenuhi target, kualitas dan tepat waktu juga harus

dilakukan dengan cara yang benar, transparan, dan dapat

dipertanggung jawabkan.
31

4. Perawat

Dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Kesejahteraan

Tenaga Kerja disebutkan bahwa tenaga kesehatan adalah setiap orang yang

mengabdikan dirinya di bidang kesejahteraan dan memiliki pengetahuan

atau kemampuan potensial melalui pendidikan di bidang kesejahteraan

yang pada jenis tertentu mengharapkan tenaga untuk melakukan usaha

kesejahteraan. Perawat adalah salah satu jenis tenaga kesehatan.

perawat memberikan asuhan keperawatan individu, keluarga,

kelompok, atau komunitas kepada pasien dalam keadaan sehat dan buruk

dikenal sebagai keperawatan. Seseorang yang telah menyelesaikan

pendidikan tinggi yang diakui oleh pemerintah sesuai dengan ketentuan

perundang-undangan dianggap sebagai perawat (UU RI No. 38 Tahun

2014 tentang Keperawatan).

Perawat adalah seorang yang telah menyelesaikan program pendidikan

keperawatan, berwenang di Negara yang bersangkutan untuk memberikan

pelayanan dan bertanggung jawab dalam peningkatan kesehatan,

pencegahan penyakit serta pelayanan terhadap pasien (Internasional

Council Of Nursing 1965) dalam (Zaidin, 2012).

Fungsi perawat menurut (Phaneuf 1972) yaitu:

1. Melaksanakan instruksi dokter (fungsidependen)

2. Observasi gejalah dan respon pasien yang berhubungan dengan

penyakit dan penyebabnya.


32

3. Memantau pasien, menyusun dan memperbaiki rencana

keperawatan secara terus menerus berdasarkan pada kondisi dan

kemampuan pasien.

4. Supervise semua pihak yang ikut terlibat dalam perawatan pasien.

5. Mencatat dan melaporkan keadaan pasien.

6. Melaksanakan prosedur dan teknik keperawatan.

7. Memberikan pengarahan dan penyuluhan untuk meningkatkan

kesehatan fisik dan mental.

Fungsi perawat menurut (PK.St. Carolus 1983) yaitu:

1. Fungsi Pokok

Membantu individu, keluarga dan masyarakat, baik yang

sakit maupun yang sehat, dalam melakukan kegiatan yang

menunjang kesehatan, penyembuhan atau menghadapi kematian,

yang pada hakekatnya dapat dilakukan tanpa bantuan apabila

mempunyai kekuatan, kemauan dan pengetahuan. Bantuan yang

diberikan bertujuan untuk menolong dirinya sendiri secepat

mungkin.

2. Fungsi Tambahan

Membantu individu, keluarga dan masyarakat dalam

melaksanakan rencana pengobatan yang ditentukan oleh dokter

(Zaidin, 2012).
33

5. Konsep Kinerja Perawat

Kinerja perawat adalah upaya perawat untuk melaksanakan sebanyak

mungkin wewenang, tugas, dan tanggung jawabnya dalam rangka

mencapai tujuan utama profesi dan unit organisasi. (Faizan dkk, 2008

Hendrawati, 2019).

Menurut (Nursalam, 2008 dalam Nopa 2018) Pernyataan deskriptif

tentang kualitas pelayanan yang harus digunakan untuk mengevaluasi

pelayanan yang telah diberikan kepada pasien dikenal dengan standar

pemberian pelayanan. Tujuan bantuan standar adalah untuk menurunkan

biaya, meningkatkan kualitas, dan melindungi pasien dan perawat dari

perilaku non-terapeutik sekaligus memastikan bahwa perawat dapat

menjalankan tugasnya dengan aman. Memanfaatkan keahlian praktik

standar, yang menjadi acuan bagi perawat dalam memberikan perawatan

kepada pasien, dalam mengevaluasi kualitas perawatan yang mereka

terima dari perawat.

Norma asuhan keperawatan adalah sifat ideal asuhan keperawatan

yang menggabungkan beberapa standar untuk kelangsungan asuhan

keperawatan yang dapat dinilai. Standar proses, yang terkait dengan

kualitas asuhan yang diberikan, standar mutan (contet), yang merupakan

inti dari asuhan keperawatan, dan standar hasil, yang merupakan

perubahan yang diharapkan pada klien dan lingkungan setelah intervensi

keperawatan, semuanya merupakan contoh keperawatan. standar

perawatan. (Manson, 1984 dalam Royani, 2010).


34

Tujuan asuhan keperawatan adalah untuk bekerja berdasarkan sifat

keperawatan, mengurangi biaya keperawatan, menjaga agar petugas tidak

melakukan kecerobohan. Terlebih lagi, karena tidak ada norma standar

tunggal dari panggilan, setiap asosiasi dan panggilan harus membuat

prinsip-prinsip objektif untuk mengarahkan para ahli individu dalam

presentasi perawatan. yang efisien dan aman. Dimensi dan ruang lingkup

keperawatan profesional harus ditentukan oleh standar bagi para praktisi.

(Gillies, 1996 dalam Nopa 2016).

Evaluasi kinerja perawat dengan memperhatikan peraturan yang

berlaku dan standar praktik profesional dikenal dengan sebutan penilaian

kinerja perawat. Evaluasi pelaksanaan pengasuhan adalah metode untuk

menjamin pencapaian pedoman praktik keperawatan. Alat manajer

perawat yang paling dapat diandalkan untuk mengelola sumber daya

manusia dan produktivitas adalah evaluasi kinerja. Untuk menghasilkan

pelayanan keperawatan yang berkualitas dan bervolume tinggi, proses

pelaksanaan performance review dapat dilakukan secara efisien dengan

mengarahkan perilaku pegawai. Dewan dapat memanfaatkan siklus ujian

presentasi untuk mengatur sikap kerja dalam memilih, mempersiapkan,

mengarahkan penataan profesi yang kompeten (Depkes. RI, 2002).

Berdasarkan surat keputusan no.025/PP.PPNI/SK/K/XII/2009,

pengurus pusat PPNI telah menyusun standar praktik professional yang

mengacu pada tahapan pengkajian keperawatan, perencanaan,

implementasi, dan evaluasi keperawatan.


35

a. Pengkajian Keperawatan

Perawat mengumpulkan data status kesehatan pasien dengan detail,

menyeluruh, akurat, singkat, dan berkesinambungan. bentuk pengkajian

keperawatan yaitu:

1) Mengumpulkan seluruh data dengan cara anamnesa, observasi,

pemeriksaan fisik serta dari pemeriksaan penunjang.

2) Pengambilan Sumber data adalah klien itu sendiri, keluarga, atau

orang yang terkait, tim kesehatan, rekam medis, dan catatn lain.

3) Data yang terkumpul, akan dianalisa untuk mengidentifikasi:

a. Status kesehatan klien masa lalu

b. Status kesehatan klien saat ini

c. Status biologis - psikologis – sosial – spiritual

d. Respon terhadap terapi

e. Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal

f. Resiko-resiko tinggi masa lalu

b. Diagnosa Keperawatan

Perawat menganalisa data pengkajian untuk merumuskan diagnose

keperawatan.

Adapun kriteria proses:

1. Proses diagnosa terdiri dari analisa, interpretasi data, identifikasi

masalah klien, dan perumusan diagnose keperawatan

2. Diagnosa keperawatan terdiri dari: masalah (P), penyebab (E), tanda

dan gejalah (S), atau terdiri dari masalah dan penyebab (PE)
36

3. Bekerja sama dengan klien, dan petugas kesehatan lain untuk

memvalidasi diagnosa keperawatan

4. Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosa berdasarkan data

terbaruh.

c. Perencanaan Keperawatan

Perawat menetukan rencana tindakan keperawatan untuk dapat

mengatasi masalah dan meningkatkan status kesehatan klien, kriteria

prosesnya, meliputi:

1. Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan, dan

rencana tindakan keperawatan.

2. Bekerja sama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan

keperawatan.

3. Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi atau kebutuhan

klien.

4. Mendokumentasikan rencana keperawatan.

d. Implementasi

Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasikan

dalam rencana asuhan keperawatan. Kriteria proses, meliputi:

1. Bekerja sama dengan klien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan

2. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain.

3. Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan klien


37

4. Memberikan pendidikan pada klien dan keluarga mengenai konsep

keterampilan asuhan diri serta membantu klien memodifikasi

lingkungan yang digunakan.

5. Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan

berdasarkan respon klien.

e. Evaluasi Keperawatan

Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan keperawatan

dalam pencapaian tujuan dan merevisi data dasar dan perecanaan. Adapun

kriteria prosesnya:

1. Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara

komprehensif, tepat waktu dan terus menerus.

2. Menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengikuti

perkembangan kearah pencapaian tujuan.

3. Memvaliadasi dan menganalisa data baru dengan teman sejawat.

4. Bekerja sama dengan keluarga klien untuk memodifikasi rencana

asuhan keperawatan.

5. Mendokumentasi hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan.

Sistem keperawatan merupakan suatu siklus yang konsisten, sistem

keperawatan dimulai dengan latihan evaluasi pada saat pasien masuk

ke poliklinik gawat darurat. Setelah melakukan analisis data maka

tujuan penelitian adalah mengumpulkan data-data penting yang akan

digunakan untuk membuat diagnosa keperawatan. Rencana tindakan

keperawatan dibuat berdasarkan kebutuhan pasien dan masalah yang


38

paling mendesak setelah diagnosis. Eksekusi merupakan langkah

substansial dari menyusun kegiatan yang dilanjutkan dengan penilaian.

Penilaian dilakukan untuk melihat apakah kegiatan tersebut layak atau

tidak dalam mengatasi kekhawatiran pasien. Sistem penilaian kinerja

perawat adalah ukuran kontrol yang digunakan manajer perawat untuk

mendapatkan hasil organisasi. Manajer harus mampu mencapai

sejumlah tujuan dengan mengevaluasi kinerja setiap karyawan secara

teratur. Ini berguna untuk membantu pemenuhan keperawatan dan

untuk lebih mengembangkan pelaksanaan pekerjaan mereka, memberi

tahu pengasuhan bahwa penampilan mereka tidak dapat diterima dan

memajukan posisi dan kenaikan gaji, melihat perwakilan yang

memenuhi persyaratan tugas khusus, lebih mengembangkan

korespondensi antara atasan dan bawahan dan menentukan persiapan

dasar untuk menyiapkan tenaga kerja yang berkualitas. membutuhkan

arahan yang luar biasa (Depkes. RI 2017).

Prinsip-prinsip penilaian kinerja perawat sebagai berikut:

1) Evaluasi pekerja sebaiknya didasarkan pada standar pelaksanaan kerja

orientasi tingkah laku untuk posisi yang ditempati. Kerena deskripsi kerja dan

standar pelaksanaan kerja disajikan pegawai selama orientasi sebagai tujuan yang

harus di usahakan, pelaksanaan kerja sebaiknya dievaluasi berkenaan dengan

sasaran-sasaran yang sama.

2) Sampel tingkah laku perawat yang cuku representative sebaiknya diamati

dalam rangka evaluasi pelaksanaan kerjanya. Perhatian harus diberikan untuk


39

mengevaluasi tingkah laku umum atau tingkah laku konsistennya serta guna

menghindari hal-hal yang tidak di inginkan.

3) Perawat sebaiknya diberi salinan deskripsi kerjanya, standar pelaksanaan

kerja, dan bentuk evaluasi untuk peninjauan ulang sebelum pertemuan evaluasi

sehingga baik perawat maupun supervisior dapat mendiskusikan evaluasi dari

kerangka kerja yang sama.

4) Jika diperlukan, manejer sebaiknya menjelskan area mana yang akan

diprioritaskan seiring dengan usaha perawat untuk meningkatkan pelaksanaan

kerja.

5) Pertemuan evaluasi sebaiknya menjelskan area mana yang akan

diprioritaskan seiring dengan usaha perawat unuk meningkatkan pelaksanaan

kerja.

6) Baik laporan evaluasi maupun pertemuan sebaiknya disusun dengan

terencana sehingga perawat tidak meras kalau pelaksanaan kerjanya sedang

dianalisa (Depkes RI, 2002).

6. Shif Kerja

Menurut (Sujoso dkk, 2020:88) shift kerja adalah jam kerja shift.

Karena proses produksi harus selalu berjalan 24 jam sehari, 7 hari

seminggu, terkadang diperlukan kerja shift. Rumah sakit, polisi, dan

industri hanyalah beberapa contoh pekerjaan yang membutuhkan proses

produksi yang konstan. Jika siklus produksi melibatkan manusia sebagai

pekerja dan harus terus menerus, kondisi ini akan mengganggu sistem

homeostatis tubuh, menyebabkan penyakit, sehingga diperlukan shift


40

kerja. Terdapat lima faktor utama yaitu harus diperhatikan dalam

merancang shif kerja, yaitu:

1) Jenis shift (pagi,siang,malam)

2) Panjang waktu tiap shift

3) Waktu dimulai dan diakhirinya shift

4) Distribusi waktu istrahat

5) Arah transisi shift

Kromer (2018) menjelaskan bahwa model bekerja sepanjang hari, atau

selama 24 jam, menjadi sangat umum seiring dengan kemajuan

industrialisasi. Model ini terdiri dari bekerja dua shift setiap hari dan 12

shift malam, atau tiga shift, masing-masing selama 8 jam: pagi, siang, dan

malam. Beberapa sistem kerja menggunakan 8 jam setiap hari selama 5

hari dalam seminggu. Sebagai hasil dari tren ini, karyawan mendapatkan

libur akhir pekan dua hari dari pekerjaan, memungkinkan mereka untuk

mengurangi kelelahan, menghindari kecelakaan di tempat kerja, dan

mendapatkan kapasitas kerja tambahan. Fluktuasi 24 jam berbagai fungsi

tubuh dikenal sebagai "ritme sirkadian" pada manusia. Fase "tropotropik",

di mana tubuh mengisi kembali cadangan energi atau mendapatkan

kembali kekuatan, terjadi pada malam hari pada manusia. Sementara itu,

pada tahap siang hari, manusia berada pada tahap "ergotropik", yaitu tahap

di mana semua organ dan kemampuan tubuh dipersiapkan untuk bergerak.


41

B. KERANGKA TEORI

Skema 2.1
Kerangka Teoritis

Organisasi Psikologis

1. Otonomi 1. Persepsi
2. Mutasi 2. Peran
3. Karier 3. Sikap
4. Beban Kerja 4. Kepribadian
5. Interaksi Perawat 5. Motivasi
6. Masa Kerja 6. Kepuasan kerja
7. Shift Kerja

Karakteristik Individual

1. Dukungan
Keluarga
2. Kejenuhan
3. konflik
4. Usia

Kinerja Perawat

1. Pengkajian Keperawatan
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
4. Implementasi
5. Evaluasi Keperawatan
42

Model Kerangka Teoritis ini mendeskripsikan terkait konsep stress

perawat dengan kinerja perawat, dimana Organisasi dan psikologis

menjadi bagian utama yang berhubungan langsung dengan variable

independen (Tingkat Stres) yang akan mempengaruhi variable

dependen (Kinerja), selain itu pula ada aspek karakteristik individual

yang merupakan variable tambahan umum tidak menjadi variable

utama dalam penelitian tetapi ikut serta mempengaruhi tingkat stress

dan kinerja perawat (Suroso et al., 2011).

= Berhubungan

= Mempengaruhi

= Aspek Penting Variabel Independen

= Aspek variable Tambahan

= Aspek Variabel Dependen


43

C. KERANGKA KONSEP

Kerangka konsep dari penenlitian ini akan memberikan ga,baran tentang

hubungan antar variable bebas dan variable terikat, dimana variable bebas

yaitu Tingkat Stres dan variable terikat adalah Kinerja Perawat.

Kerangka konsep dapat dijelaskan sebagai berikut:

Skema 2.2
Kerangka Konsep Penelitian

Stress Kerja
Kinerja
Indikator Stres Kerja Perawat

1. Stres Biologis
2. Stres Psikologis
3. Stres Sosial

Variabel Perancu

Masa Kerja
Usia
Jenis Kelamin
Keterangan Gambar:
= Variabel Independent

= Variabel Dependen

= Berhubungan

= Variabel Perancu

= Tidak di teliti
44

Dimana variabel independent (Tingkat stress) yang didalamnya terdapat

indikator stress yaitu: stress biologis, stress psikologis, dan stress sosial

yang akan berhubungan denga variabel Dependen (Kinerja Perawat).

D. VARIABEL PENELITIAN

a. Variabel Independent di dalam penenlitian ini : Tingkat Stres Perawat

b. Variabel Dependen di dalam penelitian ini : Kinerja Perawat

E. HIPOTESIS

H0 : Tidak ada Hubungan Tingkat stress perawat dengan Kinerja perawat

Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Bhayangkara Kota Makassar

H1 : Ada Hubungan Tingkat stress perawat dengan Kinerja Perawat Di

Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Bhayangkara Kota Makassar


45

BAB III

METODE PENELITIAN

A. DESAIN PENENLITIAN

Pada penenlitian kali ini, jenis metode penenltian yang digunakan oleh

penenliti ialah deskriptif korelatif dengan pendekatan Cross Sectional,

untuk melihat apakah ada hubungan antara Tingkat Stres perawat dengan

Kinerja perawat di ruang instalasi rawat inap Rumah Sakit Bhayangkara

Makassar. Metode deskriptif korelatif itu sendiri adalah suatu metode

penenlitian untuk mencari apakah ada hubungan antara 2 variabel.

Variabel yang dimaksud disini ialah variabel bebas (Independen) yakni,

Tingkat Stres dan variabel terikat (Dependen) yakni, kinerja perawat.

Kemudian semua data yang berkaitan dengan kedua variabel ini akan

dikumpulkan secara bersamaan untuk dilihat apakah terdapat hubungan

antara kedua variabelnya Suroso et al.,(2011).

B. POPULASI DAN SAMPEL

1. Populasi

Menurut Hartati, (2019) populasi ialah keseluruhan dari tiap elemen

yang akan diteliti dalam sebuah penelitian, yang memiliki ciri yang

sama, baik berupa peristiwa atau bahkan individu dari sebuah

kelompok, atau sesuatu lain yang akan diteliti. Jumlah keseluruhan

perawat di Rumah Sakit Bhayangkara Kota Makassar adalah 268

perawat. Populasi dalam penenlitian ini adalah perawat di Instalasi


46

Rawat Inap Rumah Sakit Bhayangkara Makassar yang berjumlah 169

perawat dengan jumalah 11 ruang rawat inap yang terdapat di Rumah

Sakit Bhayangkara Makassar.

2. Sampel

Hartati (2019) menyatakan bahwa sampel adalah bagian yang

mewakili keseluruhan dari populasi yang akan diteliti. Arikunto

(2017;173) menyatakan bahwa jika memiliki populasi 100 maka

jumlah popolasinya dapat dijadikan seluruh sampel dengan tingkat

kesalahan 5% ,menggunakan rumus Slovin, sedangkan jika

populasinya lebih dari 100 dapat menggunakan tingkat kesalahan 15%

dengan menggunakan rumus Slovin. Yang menjadi sampel atau

responden di dalam penelitian ini adalah perawat yang bekerja di

Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Bhayangkara Kota Makassar.

Tabel 3.1

Jumlah Perawat di Ruang RS Bhayangkara Makassar


NO RUANGAN JUMLAH PERAWAT SAMPEL/RUANG
1 Camar 15 3
2 Wallet 15 3
3 Garuda 16 4
4 Merak 15 3
5 Cendrawasi 16 4
6 Merpati 15 3
7 LoveBerd 15 3
8 Manyar 15 3
9 Kolibri 15 3
10 Ibis 16 4
11 Icis 16 4
TOTAL 169 35
47

3. Banyak Sampel

Untuk menentukan besar sampel dengan menggunakan rumus slovin,

berikut:

N
n=
1+ N ( d ) 2

Keterangan
n : Besar Sampel
N : Besar Populasi
d : Konstanta= 0,15 yaitu penyimpangan terhadap populasi atau derajat
ketepatan yang diinginkan 15%
berdasarkan rumus maka diperoleh:
N
n=
1+ N ( d ) 2

169
n= 2
1+169 (0 ,15)

169
n=
4,8

n=35 , 2
n=35

Jadi jumlah sampel pada penenlitian ini adalah 35 perawat yang


bekerja di ruang rawat inap Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.
Untuk penentuan jumlah responden pada setiap ruangan, peneliti
menggunakan rumus:
48

Jumlah perawat di ruangan x Jumlah Sampel


Total keseluruhan perawat

15
x 35=3 , 1 atau 3
169

4. Teknik Sampling
Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel. Pada
penelitian ini pemilihan responden ini menggunakan teknik Simple
Random Sampling yaitu merupakan sample yang terdiri dari beberapa
jumlah elemen yang terpilih secara tidak beraturan atau acak,sehingga
setiap elemen atau anggota populasi mempunyai kesempatan yang
sama untuk terpilih dalam sampel Sugiyono, (2016: 85).

5. Kriteria Sampel
a) Kriteria Inklusi:

Adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap

anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel, pada

penelitian kali ini menggunakan kriteria inklusi sebagai berikut:

1) Bekerja di Rumah sakit Bhayangkara sebagai perawat di Ruang

rawat Inap

2) Tidak dalam kondisi sedang sakit

3) Bersedia menjadi responden

b) Kriteria Eksklusi

Adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai

sampel penenlitian.
49

1) Perawat yang sedang cuti

2) Perawat KARU (Kepala Ruangan)


50

C. DESAIN OPERASIONAL

Tabel 3.2
Definisi Operasional Penelitian

No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Hasil Ukur Skala


Penelitian
1 Variabel Bebas: Stres kerja adalah kondisi Dengan menggunakan Dalam hasil ukur Ordinal
Stres Keja ketegangan yang Kuisioner A, yang terdiri dari dikategorikan menjadi
menciptakan adanya 18 pertanyaan yang terbagi stress dan tidak stress
ketidakseimbangan fisik dan dalam indicator Gejala Dimana:
psikis, yang mempengaruhi Psikologis terdapat 7  Jika X > Mean
emosi, proses berpikir, yang pertanyaan, Gejala Biologis 5 + 1 SD : tinggi
disebabkan beban kerja dan Pertanyaan, dan Gejala Sosial  Jika Mean – 1
rasa lelah yang dirasakan terdapat 6 pertanyaan dengan SD £ X £ mean
oleh perawat di Instalasi menggunakan skala likert pada + 1 SD : sedang
rawat inap RS Bhayangkara setiap pertanyaan  Jika X < mean –1
Makassar. 18 pertanyaan negatif SD: rendah
4 = Selalu
3 = Sering
2 = Kadang-kadang
1 = Tidak Pernah
2 Variabel Hasil akhir dari pekerjaan Dengan mengunakan kuisioner Dalam hasil ukur Ordinal
Terikat : atau prestasi yang benar- B yang terdiri dari 20 dikategorikan menjadi baik
Kinerja Perawat benar diperoleh oleh petugas pertanyaan, dengan dan kurang baik.
medis di Ruang Jangka menggunakan skala gutman.  Jika skor T ≥
Panjang Poliklinik Gawat 20 pertanyaan positif Mean : baik
Darurat Bhayangkara 2= Dilakukan  Jika skor T <
Makassar bergantung pada 1= Tidak Dilakukan Mean : kurang
norma-norma yang telah baik
ditetapkan sebelumnya
dalam menjalankan tugas
sesuai dengan kewajiban
yang diberikan.
51

D. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

1. Tempat Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan oleh peneli sendiri bertempat di

Rumah sakit Bhayangkara Makassar, yang beralamat di Jl.Letnan

Jendral Jl.Andi Mappaodang No.63,Jongaya,Kec,tamalate,Kota

Makassar,Sulawesi Selatan. Rumah sakit Bhayangkara adalah Rumah

sakit milik Kepolisian Negara Republik Indonesia berdiri dibawah

naungan Kepolisian.

2. Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada 21 April-10 Mei 2023.

E. ALAT PENGUMPULAN DATA

Dalam penelitian ini, data yang digunakan oleh peneliti adalah data primer

dan sekunder, yaitu ;

a. Data Primer, diperoleh langsung menggunakan kuisioner dan dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan dua kuisioner yaitu kuisioner A

merupakan stress kerja dan kuisiner B merupakan Kinerja perawat,

selain itu ada lembar biodata responden, yang terdiri dari 5 pertanyaan

yaitu: nama, Umur, Jenis kelamin, pendidikan terakhir, dan masa kerja

di instalasi rawat Inap RS Bhayangkara Makassar. Kedua kuisioner

yang digunakan peneliti saat ini diadopsi dari penelitian sebelumnya

atas nama NUR KHOLIFATUL HIDAYANTI


52

b. Data Sekunder, diperoleh dari data di Rumah Sakit, berupa data kinerja

perawat, profil RS Bhayangkara Makassar dan jumlah perawat di

Instalasi rawat inap RS Bhayangkara Makassar.

c. Instrumen penelitian, Format yang dipakai kuesioner adalah format

skala likert dan skala gutman. Skala likert adalah menentukan lokasi

kedudukan seseorang dalam suatu kontinum sikap terhadap objek,

sikap, mulai dari sangat negatif sampai dengan sangat positif

(Widoyoko, 2012). Instrumen penelitian skala likert disusun dalam

bentuk checklist (√). Skor penelitian yang digunakan dalam untuk

variabel stres yaitu Selalu (4), Sering (3), Jarang (2), Tidak Pernah (1).

Sedangkan skor penelitian yang digunakan dalam variabel kinerja

yaitu Tidak dilakukan (2), Dilakukan (1). Pada tingkat stress yang

tebagi menjadi 3 yaitu tinggi jika > 51, sedang jika dia 33-51, dan

rendah < 33, sedangkan pada variabel dependen terbagi menjadi 2

yaitu baik > 37, dan dikatakan kurang baik jika dia kurang dari < 37

berdasarkan rumus yang digunakan oleh peneliti sebelumnya. Pada

kuisioner Independen terdapat 18 pertanyaan dengan 3 indikator yaitu

indicator psikologi memiliki nilai tinggi jika > 22, sedang 17-22 dan

rendah jika < 17, kemudian indicator Biologis memiliki nilai tinggi

jika > 15, sedang jika 11-15 dan rendah jika < 11, dan indicator social

memiliki nilai tinggi > 19, sedang 13-19 dan rendah < 13. Kemudian

pada kuisioner dependen terbagi menjadi asuhan keperawatan yaitu

pengkajian keperawatan, diagnose keperawatan, intervensi


53

keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan

dengan standar nilai baik jika > 5 dan dikatakan kurang baik jika > 5,

sesuai dengan kententuan standar nilai yang digunakan oleh peneliti

sebelumnya.

F. PROSEDUR PENGUMPULAN DATA

Peneliti akan mengurus surat-surat yang diperlukan dari Universitas

MegaRezky untuk dimasukkan ke Rumah sakit Bhayangkara Makassar.

Kemudian melakukan koordinasi dengan pihak Rumah sakit, menentukan

responden yang bersedia berpartisipasi didalam penelitian. Kemudian

peneliti akan melakukan kontrak waktu dengan responden, menjelaskan

nantinya apa tujuan dan bagaimana langkah dari peneliti kepada semua

responden serta memberikan surat persetujuan (Informent Consent)

menjadi responden penelitian untuk ditandatangani.

Kuesioner akan dikembalikan kepada peneliti setelah diisi untuk

menentukan apakah sudah diisi sesuai dengan pertanyaan. Setelah itu,

sebagai tanda terima kasih atas kesediaan Anda membantu pengisian

kuesioner, peneliti akan memberikan souvenir. Efek akhir dari survei yang

telah selesai dicatat pada lembar pengumpulan informasi, perubahan,

pengkodean, investigasi dan tampilan informasi. Masing-masing dilakukan

sekali, tanpa tindak lanjut.


54

G. RENCANA ANALISIS DATA

Setelah di dapatkan data yang diperlukan dalam penelitian hungan

tingkat stress dengan kinerja perawat, maka selanjutnya akan dilakukan

proses pengolahan data dan analisa data sebagai berikut:

1. Pemeriksaan data (editing)

Editing sendiri adalah proses pengecekan ulang atau pengkoreksian

ulang terhadap data – data yang sudah terkumpul. Sebelum diolah, data

– data yang telah terumpul diedit terlebih dahulu sehingga ada

beberapa hal yang mesti yakni diantaranya kejelasan, kelengkapan,

serta kesempurnaan data.

2. Pemberian Kode (coding)

Coding sendiri merupakan pemberian kode – kode kepada setiap data

yang telah terkumpul yang termasuk dalam kategori yang sama. Kode

diberikan pada kuisioner yang digunakan serta nilai dari jawaban para

responden untuk memudahkan peneliti dalam mengolah data.

Singkatnya proses pengcodingan ini dipakai oleh peneliti untuk

memberi identitas pada angket kuisioner sesuai dengan nomor urut tiap

responden.

3. Memasukkan data (entry)

Data penelitian yang telah melalui proses editing dan coding

selanjutnya dapat diinput masuk keprogram SPSS Komputer untuk

memudahkan pengolahan data penelitian.

4. Tabulasi data (Tabulating)


55

Pada proses ini data – data yang sudah diediting dan coding akan

dimasukkan kedalam rekapan data yang berbentuk tabel – table.

Selanjutnya data yang dikumpulkan tersebut akan dikelompokkan

berdasarkan jawaban yang sesuai dengan variabel yang diteliti dan

diberi penilaian berdasarkan jawaban yang sesuai dengan variabel

yang diteliti

Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat adalah teknik menganalisis data terhadap suatu

variabel secara mandiri. Sederhananya teknik ini akan menganalisis

tiap variabel tanpa mengaitkan dengan variabel yang sama. Yang

bertujuan untuk melihat karakteristik dari masing-masing variabel

yang diteliti.

Dalam penelitian ini, penggunaan analisis univariat bertujuan untuk

melihat gambaran terkait distribusi frekuensi dari variabel yang diteliti,

yakni variabel bebas (Tingkat stress perawat), variabel terikat

(Keinerja Perawat), serta variabel tambahan (umur, pendidikan

terakhir, lama bekerja, jenis kelamin).


56

Tabel 3.3
Analisa Univariat Penelitian Gubungan Tingkat Stres Perawat
Dengan Kinerja Perawat Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Bhayangkara Kota Makassar

No Variabel Bebas Variabel Terikat Uji Statistik

1 Tingkat Stres Kinerja Perawat Chi Squer

2 Umur Kinerja Perawat Chi Squer

3 Jenis Kelamin Kinerja Perawat Chi Squer

4 Lama Bekerja Kinerja Perawat Chi Squer

5 Pendidikan Terakhir Kinerja Perawat Chi Squer

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariate adalah proses analisis data yang dilakukan guna

mencari adanya Hubungan 2 atau lebih variabel yang diteliti (Hartati,

2019).

Uji statistik yang dapat digunakan untuk analisis bivariate ini

adalah Uji Shi-Squer. Berdasarkan variabel yang ada dalam penelitian

ini maka akan terlihat seperti demikian uji statistik bivariate sebagai

berikut:

Uji bivariate digunakan untuk melihat dan menilai suatu hubungan

antara variabel bebas dan variabel terikat dengan variabel tambahan

(perancu). Dengan penggunaan p value 0,05. Dengan begitu, apbilah p

value yang dihasilkan dari uji bivariate > 0,05 maka dapat dikatakan

tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kedua variabel tersebut.

Sebaliknya, jika p value < 0,05 maka dapat dikatakan terdapat

hubungan antara kedua variabel.


57

H. ETIKA PENELITIAN

Menurut Hidayat (2007), Peneliti harus menyadari hak asasi manusia yang

mendasar ketika melakukan penelitian, khususnya dengan subyek

manusia. Manusia memiliki kesempatan untuk menentukan dirinya

sendiri, sehingga eksplorasi yang akan dilakukan benar-benar

mempertahankan kesempatan manusia, etika penelitian dari hal tersebut

ada beberapa yang harus diperhatikan oleh peneliti antara lain:

1. Memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian serta

izin untuk melakukan penelitian dari direktur Rumah Sakit Umum

Bhayangkara Makassar.

2. Menepatkan orang-orang yang diteliti (perawat) atau responden bukan

sebagai “objek” melainkan orang yang derajatnya sama dengan

peneliti.

3. Menghargai, menghormati dan patuh semua peraturan , norma, nilai

yang ada di dalam lingkungan Rumah Sakit Bhayangkara Makassar

tempat penelitian dilakukan.

4. Memegang segala rahasia yang berkaitan dengan informasi responden.

5. Informasi tentang responden tidak di publishkan bila responden tidak

menghendaki, termasuk nama responden tidak akan dicantumkan

dalam laporan penelitian.

6. Peneliti dalam merekrut partisipan terlebih dahulu, memberikan

informed consent, yaitu memberi tahu secara jujur maksud dan tujuan
58

terkait dengan tujuan penelitian pada responden dengan sejelas-

jelasnya.

7. Selama dan sesudah penelitian (privacy) tetap dijaga, semua partisipan

diperlakukan sama, nama partisipan diganti dengan nomor

(anonymity), peneliti akan menjaga kerahasiaan informasi yang

diberikan dan hanya digunakan untuk kegiatan penelitian serta akan

dipubliskan tanpa izin partisipannya.

8. Selama pengambilan dan penelitian memberi kenyamanan pada


partisipan denganmengambil tempat wawancara sesuai dengan
keinginan partisipannya.
59

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT BHAYANGKARA

MAKASSAR

1. Sejarah Singkat Rumah Sakit Bhayangkara Makassar

Pada tanggal 2 November 1965, Rumah Sakit Makassar didirikan.

Sekitar waktu itu AKP Klinik Bhayangkara Makassar dr. Pangdam

XVIII Sulseltra memberikan perintah lisan kepada Adam Iman

Santoso, seorang perwira Polda Sulawesi Selatan untuk mengubah

bekas Sekolah Polisi Negara Djongaya menjadi rumah sakit dengan

nama Rumah Sakit Bhayangkara Makassar (juga dikenal sebagai

Rumah Sakit Bhayangkara Makassar) dan tanah seluas 17.642 M2 di

Jln Bongaya dan sekarang Jln Mappaou 63 Desa Jongaya, Kecamatan

Tamalate Kota Makassar.

Mabes Polri memberikan pengakuan dan pengesahan secara resmi

kepada Rumah Sakit Bhayangkara Makassar pada tanggal 10 Januari

1970, melalui Surat Keputusan Kapolri No. Pol. Tempat Perawatan

Sementara (IPS) Polda Bone, IPS Polda Pare-Pare, TPS SPN Batua,

dan 30 Poliklinik Polres dan Brimob masuk dalam dokumen

bertanggal 11/117.341/1977 yang ditandatangani Wakil Ketua Irjen

Pol, T.A. Aziz.

Dengan berjalannya waktu Rumah Sakit Bhayangkara Makassar


60

selalu mengadakan perubahan-perubahan dalam rangka memperbaiki

pelayanan kepada anggota polisi dan keluarganya serta masyarakat

umum. Mengingat bangunan yang di gunakan sebagai Rumah Sakit

Bhayangkara merupakan bekas SPN rumah sakit pada umumnya. Oleh

karena itu pada tanggal 7 Oktober 1971, Kapolda Sulsel Komisaris

Besar Polisi Drs. Upa Suparya meresmikan pembangunan dan renovasi

kantor Disdikkes dan Rumah Sakit Bersalin serta aula sehingga

kondisinya Nampak seperti Rumah Sakit. Dengan Surat keputusan

Kapolri tanggal 10 Oktober 2001 No. Pol: SKEP/1549/X/2001 rumah

sakit Bhayangkara akhirnya menjadi rumah sakit tingkat II. Pada

Kepolisian Bhayangkara Makassar hanya di peruntukkan bagi anggota

Polri maka berdasarkan Surat Keputusan Kapolda Sulsel No. Pol:

SKEP/321/X/2001 tanggal 16 Oktober 2001 di putuskan penggantian

nama rumah sakit Kepolisian Bhayangkara Makssar menjadi Rumah

Sakit Bhayangkara Mappaoudang.

2. Visi Rumah Sakit Bayangkara Makassar

Untuk mencapai misi rumah sakit Bhayangkara Makassar memiliki

visi pencapian yaitu:

a. 3 Tahun Terbaik Pangkat POLRI – 5 Tahun Terbaik Daerah

Sulawesi Selatan.

b. 10 tahun terbaik di Indonesia Timur

3. Misi Rumah Sakit Bhayangkara Makassar

a. menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang optimal bagi aparat


61

Polri, aparatur negara dan keluarganya, serta masyarakat umum.

b. Menyelenggarakan kesehatan rekanan Polri untuk menunjang tugas

operasional Polri. C. Meningkatkan jumlah tenaga medis,

paramedis, dan penunjang lainnya yang berkualitas.

c. Siapkan kerangka kerja klinik dan perangkat keras klinis mutakhir.

e. Melaksanakan administrasi saat ini dalam penanganan Klinik Medis.

B. HASIL UJI UNIVARIAT

1. Karakteristik Responden

Hasil gambaran karakteristik perawat yang bekerja di 11 ruang rawat

inap Rumah Sakit Bhayangkara Makassar

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Perawat Yang Bekerja Di Ruang Rawat
Inap Rumah Sakit Bhayangkara Makassar. (N=35)
NO Karakteristik F %
1 Usia
25-35 Tahun 14 40.0
36-45 Tahun 21 60.0
Total 35 100.0
2 Jenis Kelamin
Laki-Laki 10 28.6
Perempuan 25 71.4
Total 35 100.0
3 Masa Kerja
1-3 Tahun 15 42.9
≥ 3 Tahun 20 51.7
Total 35 100.0
4 Pendidikan Terakhir
D3 Keperawatan 15 42.9
S1/Ns 20 57.1
Total 35 100.0
Hasil uji analisis univariat yang telah dilakukan oleh peneliti

menunjukan bahwa karakteristik perawat di RS Bhayangkara

Makassar yang bekerja di Ruang Rawat Inap, mayoritas berumur 36-

45 Tahun (60.0%), kemudian berjenis kelamin perempuan 25 orang


62

(71.4%), dengan masa kerja ≥ 3 Tahun sebanyak 20 orang (51.7%)

dan pendidikan terakhir S1/Profesi sebanyak 20 orang (57.1%).

Tabel 4.2
Hasil Distribusi Frekuensi Stres Kerja Perawat Di Rumah Sakit
Bhayangkara Makassar. (N=35)
Variabel F %

Stres Berat 20 57.1


Stres Sedang 15 42.9
Stres Ringan 0 0
Total 35 100.0
Hasil uji analisis univariat yang telah dilakukan oleh peneliti

menunjukkan bahwa mayoritas perawat di ruang rawat inap Rs

Bhayangkara Makassar mempunya tingkat stress tinggi sebanyak 20

orang (57.1%)., dapat kita lihat dari hasil analisis univariat tingginya

angka tingkat tres perawat di RS Bhayangkara Makassar ada hal yang

menyebabkan tingginya tingkat stress perawat di RS Bhayangkara

Makassar.

Tabel 4.3

Hasil Distribusi Frekuensi Kinerja Perawat Di Ruang Rawat Inap Rumah


Sakit Bhayangkara Makassar. (N=35)

Asuhan keperawatan standar yang meliputi pengkajian

keperawatan, diagnosis keperawatan, intervensi keperawatan, dan

implementasi keperawatan, serta evaluasi keperawatan yang terdiri dari 20

item pertanyaan yang terbagi dalam kategori baik dan buruk digunakan

untuk mengevaluasi kinerja perawat.


63

Berikut hasil distribusi frekuensi kinerja perawat di ruang rawat

inap Rumah Sakit Bhayangkara Makassar

Variabel F %

Baik 13 37.1
Kurang Baik 22 62.9
Total 35 100.0
Hasil uji analisis univariat yang telah dilakukan oleh peneliti

tentang kinerja perawat di ruang rawat inap Rs Bhayangkara Makassar

kurang baik dengan frekuensi 22 orang (62.9%).

C. HASIL ANALISIS BIVARIAT

Analisis biavariat yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini untuk

melihat hubungan dari kedua variabel yang diteliti yakni stress sebagai

variael independen dan kinerja sebagzi variabel dependen. Pada analisis

bivariate ini juga digunakan oleh peneliti untuk melihat hubungan tingkat

stress perawat dengan kinerja perawat. Dalam analisis ini digunakan uji

Chi-Square.

Tabel 4.4

Hubungan Tingkat Stres Perawat dengan Kinerja Perawat Yang Bekerja Di


Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Bhayangkara Kota Makassar

Variabel Kinerja Perawat Total P (Value)


Baik Kurang Baik
N % N % N
Tingkat Sres
Berat 3 8,6 17 48,6 20 0,002
Sedang 10 28,6 5 14,3 15
Ringan 0 0 0 0 0
Dalam table ini Karakteristik yang terakhir yakni jumlah perawat

berdasarkan Tingkat Stres Perawat kategori berat yang bekerja dengan


64

kinerja yang baik presentasenya sebesar 8,6%, sedangkan perawat dengan

kategori tingkat stress sedang presentasenya sebesar 28,6% dan perawat

dengan kategori tngkat stress ringan presentasenya 0%. Perbedaan ini

dapat diartikan bermakna, dilihat dari nilai p = 0,002 (α=0,05). Sehingga

itu berarti terdapat hubungan antara Tingkat Stres Perawat dengan Kinerja

perawat yang bekerja di ruang rawat inap Rumah Sakit Bhayangkara

Makassar.
65

D. PEMBAHASAN

1. Karakteristik Perawat

Berdasarkan hasil uji yang tertera dalam table 4.1 terlihat bahwa

mayoritas perawat yang bekerja di ruang rawat inap di Rumah Sakit

Bhayangkara Makassar berumur 36-45 Tahun. Selanjutnya, perawat

yang bekerja di ruang rawat inap di Rumah Sakit Bhayangkara

Makassar di dominasi oleh perawat perempuan. Dari hasil pengujian

juga terlihat, bahwa tingkat pendidikan perawat yang bekerja di ruang

rawat inap Rumah Sakit Bhayangkara Makassar paling banyak adalah

profesi Ners, dengan mayoritas memiliki massa kerja ≥ 3 tahun.

Bertolak dari dari hasil penelitian mayoritas perawat yang

menjadi responden sebanyak 24 orang dan berumur 20-40 Tahun.

Umur merupakan salah satu factor demografi penting yang dapat

mempengaruhi lapangan pekerjaan, status pekerjaan, dan kinerja

dalam bekerja. Menurut suriastini, (2016) dengan bertambahnya

usia membuat turunnya peluang seorang pekerja untuk berpindah

dari pekerjaannya. Selanjutnya, rumah sakit yang mempekerjakan

perawat dengan rentang usia produktif akan membawa dampak

baik bagi rumah sakit itu sendiri jika dikelolah baik juga oleh

bidang sumber daya manusia (SDM) keperawatan sr. Sofia.

Saragih. Gusnia., CB., BSN & Angela (2013).

Peneliti berasumsi bahwa umur perawat di ruang rawat

inap RSBM yakni sebanyak 24 orang yang berumur 20-40 tahun


66

berada dalam rentang produktif karena memiliki fisik yang lebih

kuat, kreatif dan dinamis. Sedangkan 11 orang perawat yang

berusia 41-55 memiliki usia kerja lebih lama dan pengalaman yang

lebih banyak sehingga memiliki komitmen tinggi terhadap Rumah

Sakit.

Selanjutnya jenis kelamin perempuan mendominasi jumlah

perawat yang menjadi responden dalam penelitian ini, yakni

sebanyak 25 orang atau 71,4%. Kondisi ini sama halnya dengan

wuryanto , (2010) di RSUD Tugurejo semarang jumalah perawat

perempuan sebanyak 152 orang atau 67,6%. Didukung oleh Becker

et el, (2015), bahwa kemampuan menganalisis, dorongan

kompetitif, motivasi, social, keinginan untuk terus belajar tidak

ditemukan perbedaan antara laki-laki dan perempuan.

Peneliti berpendapat bahawa tingkat stress perawat tidak

melihat jenis kelamin menjadi factor penentunya. Hal ini

dibuktikan selama peneliti melakukan penelitian tidak semua

kepala ruangan dijabat oleh laki-laki melainkan seorang perempuan

juga memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi kepala

ruangan. Selanjutnya tingkat pendidikan antara perawat laki-laki

dan perawat perempuan juga banyak yang setara. Kegiatan bekerja

bagi perempuan adalah bentuk aktualisasi diri meningkatkan

kesejateraan ekonomi secarapribadi ataupun perekonomian

keluarga, memperluas kehidupan social, menambah ilmu,


67

menyalurkan kreativitas atau hanya sekedar menambah

pengalaman diluar rumah.

Dalam penelitian ini tingkat pendidikan yang mendominasi

adalah profesi Ners, yakni sebanyak 20 perawat atau (57.1%).

Hasil penenlitian lainnya dari syaputra (2019) mayoritas tingkat

pendidikan perawat di RS Bhayangkara Sartika Asih adalah Profesi

Ners sebanyak 93 orang atau (93%).

Lama bekerja perawat dalam penelitian ini paling banyak

ialah ≥ 3 Tahun sebanyak 32 orang atau (91.4%). Hasil penenlitian

ini sama dengan hasil penelitian Sahrudin, (2014) menyebutkan

bahwa perawat di RS kartika Medika Cilegon mayoritas memiliki

lama bekerja ≥ 3 tahun dengan jumlah sebanyak 68 perawat atai

(51.1%). Kemudian menurut Becker et el., (2015) lama bekerja

adalah masa pengabdian diri seorang pekerja pada sebuah instansi

atau perusahaan, diikuti dengan semakin bertambahnya

ketrampilan dan pengalaman dalam bekerja. Peneliti berasumsi

bahwa semakin lama seorang bekerja maka akan semakin banyak

pula pengalaman inilah yang dapat menjadi pembelajaran bagi

perawat kedepannya.

2. Stres Kerja

Berdasarkan penenlitian yang telah dilakukan pada perawat yang

bekerja di ruang rawat Inap Rumah Sakit Bhayangkara Makassar

tentang stress kerja. Dari 35 responden terdapat 20 perawat (57.1%)


68

yang mengalami stress tinggi, 15 perawat (42.9%) yang mengalami

stress sedang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa stress kerja proporsi

tertinggi adalah perawat yang mengalami stress Berat sebanyak 20

perawat (57.1%).

Stress kerja perawat yang bekerja di ruang rawat inap Rumah Sakit

Bhayangkara Makassar termasuk pada kategori sedang didukung dari

perhitungan tiap indicator stress kerja yang meliputi gejala psikologis,

fisik, dan perilaku.

Menurut peneliti, stress kerja perawat yang bekerjaa di ruang rawat

inap Rumah Sakit Bhayangkara Makassar dipengaruhi oleh banyak

factor yang sering terjadi seperti peningkatan jumlah pasien sehingga

beban kerja yang dialami perawat semakin berat dan dikarenakan jam

kerja yang panjang sehingga dampaknya pada stress kerja.

3. Kinerja Perawat

Menurut penelitian pada perawat di unit rawat inap RS

Bhayangkara Makassar mengenai kinerja perawat dengan

menggunakan lima indikator asuhan keperawatan yaitu pengkajian

keperawatan, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,

pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan kinerja perawat di

instalasi rawat jalan RS Bhayangkara Makassar meliputi Penampilan

yang bagus. Dari 35 tenaga medis, terdapat 13 tenaga medis (37.1%)

dengan kinerj baik dan 22 tenaga medis (62.9%) dengan kinerja yang

kurang baik. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa


69

berdasarkan distribusi frekuensi kinerja perawat di ruang rawat inap

RS Bhayangkara Makassar, kinerja perawat berada pada tingkatan

kurang baik dengn presentase sebanyak 22 orang atau 62,9%. Latar

belakang pendidikan perawat berdampak pada tingginya kinerja

mereka.

Kinerja perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Bhayangkara

Makassar termasuk kategori baik didukung dari perhitungan tiap

indicator kinerja perawat yang meliputi pengkajian, diagnose,

intervensi, implementasi, dan evaluasi. Kelima indicator tersebut

menunjukan kinerja yang baik pada perawat yaitu pada indicator

pengkajian keperawatan semua perawat dalam kategori kinerja baik,

indicator diagnose keperawatan kategori baik, intevensi kategori baik,

sampai pada evaluasi dengan kategori baik.

Berdasarkan hasil penelitian ada beberapa responden yang

menyatakan tidak melakukan asuhan keperawatan dengan benar yaitu

pada indicator perencanaan keperawatantidak melakukan penetapan

prioritas masalah keperawatan dengan melibatkan pasien , kemudian

responden juga tidak mendokumentasikan rencana keperawatan yang

telah ditentukan. Hal tersebut menyebabkan sebagian kinerja perawat

kurang baik.

Dalam undang-undang (UU) Kesehatan No. 36 Tahun 2009

disebutkan bahwa kinerja merupakan aktivitas yang diberikan kepada


70

klien melalui pelaksanaan asuhan keperawatan untuk mencapai tujuan

layanan kesehatan.

Menurut pendapat peneliti, perawat yang bekerja diruang rawat

inap Rumah Sakit Bhayangkara Makassar sudah melakukan asuhan

keperawatan dengan baik karena pada dasarnya tugas perawat sebagai

tenaga kesehatan ialah melakukan layanan kesehatan sesuai dengan

asuhan keperawatan dengan sebaik-baiknya dengan mengesampingkan

masalah pribadi, waktu, dan tempat. Dimanapun seorang perawat

dibutuhkan untuk melayani pasien, ia harus selalu siap memberi

layanan.

4. Hubungan Stres Kerja Dengan Kinerja Perawat

Menurut temuan penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit

Bhayangkara Makassar, perawat mengalami gejala stres kerja secara

fisik, psikologis, dan perilaku. Mayoritas responden termasuk dalam

kategori stres kerja Berat. Sedangkan penyajian tenaga medis sudah

termasuk asuhan keperawatan, dimana sebagian besar responden

memiliki klasifikasi pelaksanaan tenaga medis yang layak.Hasil

penenlitian dengan menggunakan Uji Chi-Squar dapat diketahui dari

nilai sig < atau 0,002 < 0,05 maka H0 ditolak, artinya bahwa ada

hubungan pada tingkat stress kerja dengan kinerja perawat di instalasi

rawat inap Rumah Sakit Bayangkara Makassar.

Menurut Sutrisno (2009), Lingkungan kerja, budaya organisasi,

kepuasan kerja, dan motivasi semuanya berdampak pada kinerja


71

perawat. Faktor internal, seperti faktor yang berkaitan dengan

kecerdasan, keterampilan, stabilitas emosi, karakteristik seseorang,

termasuk sikap, sifat kepribadian, karakteristik fisik, keinginan atau

motivasi, usia, jenis kelamin, pendidikan, pengalaman kerja, latar

belakang budaya, dan variabel pribadi lainnya, dikatakan

mempengaruhi kinerja, menurut Tika (2010). Peraturan tempat kerja,

kebutuhan pelanggan, persaingan, kondisi ekonomi, kebijakan

organisasi, kepemimpinan, tindakan rekan kerja, jenis pelatihan dan

pengawasan, sistem pengupahan, dan lingkungan sosial merupakan

contoh faktor eksternal yang mempengaruhi kinerja karyawan.Hasil

penelitian ini sesuai dengan penelitian Yesi Gustian (2010),

menyatakan ada hubungan yang bermakna antara stress kerja perawat

dengan kinerja perawat dalam melakukan asuhan keperawatan di ruang

rawat inap RSUD Pasmanan Barat Tahun 2010 (P=0,035).

Hasil penelitian ini Rahman (2013) menunjukan mayoritas perawat

mengalami stress kerja dalam kategori sedang dan kinerja perawat

mayoritas dalam kategori cukup. Hasil Uji Korelasi Sperman Rho

menyatakan ada hubungan yang bermakna antara stress kerja dengan

kinerja perawat (p=0,001 dan r=0,831).

Hasil ini berbanding terbalik dengan penelitian Fajrilah dan

Nurfitriani (2015), menyatakan bahwa tidak ada hubungan bermakna

anatara tingkat stress perawat dengan kinerja perawat di ruang rawat

inap RSUD Anutapura Palu dibuktikan dengan nilai (p=0,031 > 0,05).
72

Menurut pendapat peneliti, stress kerja perawat yang bekerja di

ruang rawat inap Rumah Sakit Bhayangkara Makassar tergolong

kategori sedang karena tekanan dalam bekerja merupakan hal yang

banyak dialami pada sebagian tenaga kerja.

E. KEKURANGAN DALAM PENELITIAN INI

1. Peneliti kurang mengeksplor variabel dalam penelitian ini secara

mendalam

2. Keacakan sampel ridak mewakili seluruh populasi


73

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Stres kerja pada perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

Bhayangkara Makassar dengan presentase 57.1% dengan kategori

Kurang.

2. Kinerja perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Bhayangkara

Makassar sebagian besar dengan presentase 62.9% dengan kategori

kurang baik.

3. Ada hubungan stress kerja dengan kinerja perawat dengan nilai

p=(0,002) di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Bhayangkara

Makassar.

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan dan pembahasan penelitian Hubungan

Tingkat Stress Perawat Dengan Kinerja Perawat Di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Bhayangkara Makassar, maka peneliti dapat memberikan

saran sebagai berikut:

1. Untuk Rumah Sakit Bhayangkara Makassar

a. Perawat perlu diberikan tanggung jawab untuk meningkatkan

pelayanan kepada pasien


74

b. Perawat diberikan kesempatan untuk melanjutkan studi

c. Perawat perlu menciptakan hubungan yang lebih baik antar teman

d. Perlu adanya perubahan model kepemimpianan yang demokratis

2. Untuk Peneliti Selanjutnya

Disarankan pada peneliti selanjutnya dapat digunakan sebagai

salah satu sumber data untuk penelitian selanjutnya dan dilakukan

penelitian lebih lanjut berdasarkan variabel dan indicator yang berbeda

yang berhubungan dengan stress kerja maupun kinerja perawat.

3. Untuk Peneliti

Diharapkan peneliti tidak berpuas diri dengan penelitian yang telah

diselesaikan, melainkan tetap terus memperluas ilmu pengetahuan

melalui penelitian-penelitian lainnya yang dapat dilakukan atau

dipelajari oleh peneliti. Agar dapat mengembangkan kemampuan

intelektual peneliti dalam dunia keperawatan.

4. Untuk Masyarakat

Masyarakat dapat menampaba ilmu pengetahuan tentang dunia

keperawatan, khusunya manjemen keperawatan, sehingga dalam

paradigm masyarakat seorang perawat mampu memanejement waktu

sehingga tidak menimbulkan stress kerja pada setia tugas yang

diberikan.
75

DAFTAR PUSTAKA

Amin et al., 2020)Amin, M., Ekwinaldo, Y., & Novrianti, Y. (2020). Stress Kerja
dan Konflik Kerja Mempengaruhi Kinerja Perawat. Journal of Telenursing
(JOTING), 2(1), 31–40. https://doi.org/10.31539/joting.v2i1.521

Edison, emron. Anwar, Yohny. Komariyah, Ims. 2016. Manajemen Sumber


Daya Manusia Strategi dan Perubahan dalam Rangka Meningkatkan
Kinerja Pegawai dan Organisasi. Bandung: CV alfabeta.

Enny Nurcahyani , Dyah Widodo , Yanti Rosdiana. 2016. Hubungan Tingkat


Stres Kerja Dengan Kinerja Perawat. Fakultas Ilmu Kesehatan ,
Universitas Tribhuwana Tunggadewi.

Frederick Hezberg. 2006. Perilaku Organisasi, Edisi Sepuluh. Andy.


Yogyakarta. Gibson. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi
Keempat. Jakarta: Erlangga.

Fajrillah, Nurfitriani. 2015. “Hubungan Stres Kerja Dengan Kinerja Perawat


Pelaksana Dalam Melaksanakan Pelayanan Keperawatan Di Instalasi
Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Anutapura Palu”.
(online), (https://media.neliti.com/media/publications/181762-ID-
hubungan-stres- kerja-dengan-kinerja-pera.pdf)

Haq et al., 2018)Haq, N., Imalah, R. N., & Kurniasih, Y. (2018). Hubungan
Tingkat Stres Dengan Kinerja Perawat Di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Yogyakarta. Skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Imu Kesehatan Universitas Aisyah Yogyakarta.
http://digilib2.unisayogya.ac.id/handle/123456789/1299

https://123dok.com/article/sejarah-singkat-bhayangkara-makassar-gambaran-
rumah-obyek-penelitian.q5m295wr

(Ismail & Supriyadi, 2020)Ismail, F., & Supriyadi, S. (2020). Hubungan stres
kerja dengan kelelahan kronis pada perawat di ruang rawat inap RSUD
Wonosari. Jurnal Keperawatan, 12(1), 9–18.
76

http://ejournal.akperykyjogja.ac.id/index.php/yky/article/view/12

Kartika, Dwi, Sari. Urgensi Undang-Undang Tentang Keperawatan.


http://www.academia.edu/.

KepMenKes Indonesia No.340/Menkes/PER/III/2010 tentang Rumah Sakit.


Kreiter, Robert dan Kinicki, Angelo. 2015. Perilaku Organisai, buku 1
dan 2. Jakarta. Salemba Empat.

Konoralma, Moningka dkk. 2011. “Hubungan Shift Kerja Perawat Dengan


Stres Kerja Di Ruang Irdm Blu Rsup Prof Dr. R. D. Kandou Manado”.
(online), (https://ejurnal.poltekkesmanado.ac.id/index.php/jpd/article/view/
143)

Kreitner, Robert dan Kinicki, Angelo. 2020. Perilaku Organisasi, buku 1 dan
2.Jakarta : Salemba Empat.

Kusnadi. 2003. Teori dan Mnajemen Konflik. Malang: Taroda.

Kusumaningrum, R. 2012. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pasien.

Universitas Diponegoro, Semarang. Tugas Akhir S1.

(Khusnawati et al., 2021)Khusnawati, S., Endriyani, L., Isni Yuli Lestari, T.,
Koeswandari Program Studi Profesi Ners, R., Ilmu Ilmu Kesehatan, F., &
Alma Ata Yogyakarta, U. (2021). Stres Kerja dan Kinerja Perawat Ruang
Isolasi Covid-19 RSUP Dr Sardjito Yogyakarta. Indonesian Journal of
Hospital Administration, 4(2), 69–75.
http://ejournal.almaata.ac.id/index.php/IJHAA

Luthans. 2018. Perilaku Organisasi. Yogyakarta:


Andi.
Mangkunegara, A.P. 2020. Manajemen Sumber Daya Manusia Rumah
sakit. Bandung : ROSDA.

Moleong, Lexy J. 2014. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Bandung. PT Remaja


Rodakarya.
77

Nazir, Moh. 2016. Metode Penelitian (Cetakan Keempat). Jakarta: Ghalia


Indonesia.

Nila Ismani, 2016. Etika Keperawatan. Jakarta. Widya Medika.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta.

Nursalam (2016). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik


Keperawatan Provesional. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. 2002. Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik


Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Empat.

Nursalam.2008. Konsep danPenerapanMetodologiPenelitianIlmu


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi


Penelitian Ilmu Keperawatan Profesional, Edisi
Kedua. Jakarta. Salemba Medika.

Nursalam. 2015. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik


Keperawatan Provesional. Jakarta: Salemba Medika.

Rasmun. 2004. Stres Koping dan Adaptasi.Jakarta: CV. Agung


Seto. Riduwan. 2010. Dasar-dasar Statiska. Bandung: CV
Alf

(Putri et al., 2019)Putri, I. I., Nawangsari, H., & Maunaturrahmah, A. (2019).


Hubungan Antara Tingkat Stres Kerja Perawat dengan Perilaku Caring
Perawat (Studi di Ruang Rawat Inap Melati RSUD Bangil Tahun 2018).
Jurnal Kesehatan, 1(1), 1–8.
Https://repo.stikesicme-jbg.ac.id/1387/9/143210149 INSYIRA IMANIA
PUTRI ARTIKEL.pdf

Setiyawan, Y. (2017). Skripsi hubungan tingkat stres kerja dengan kinerja


78

perawat kamar bedah (ok & rr) dan perawatan kritis (icu) rumah sakit islam
siti aisyah madiun oleh. 1–14.

Sitorus, Ratna Dr. 2020. Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit.

Jakarta. EGC.
79

LAMPIRAN
80

Lampiran 1
81

Lampiran 2
82

Lampiran 3
83

KUISIONER A

PENGUKURAN TINGKAT STRES KERJA

Penilaian :

1. SL : Selalu
Jawaban selalu apabila Bapak/Ibu dalam bekerja mengalami/merasakan
setiap hari peristiwa seperti dalam pernayaan.
2. S : Sering
Jawaban sering apabilah Bapak/Ibu dalam bekerja mengalami/merasakan
minimal 1 kali dalam satu minggu peristiwa seperti dalam pernyataan.
3. J : Jarang
Jawaban jarang apabilah Bapak/Ibu dalam bekerja mengalami/merasakan
minimal 1 kali dalam sebulan peristiwa seperti dalam pernyataan.
4. TP : Tidak Pernah
Jawaban tidak pernah apabilah Bapak/Ibu dalam bekerja tidak pernah
mengalami/merasakan peristiwa seperti dalam pernyataan.

NO Pernyataan SL S J TP
Indikator Gejala Psikologis
1 Saya merasa tegang saat menghadapi pasien yang
kritis
2 Saya merasa berkeringat dingin saat menghadapi
pasien yang kritis di ruang perawatannya
3 Saya merasa cemas bila ada masalah dalam
pekerjaan saya
4 Saya mudah marah saat bekerja di rumah sakit
5 Saya merasa mudah tersinggung saat bekerja di
rumah sakit
6 Saya merasa bosan bekerja di rumah sakit
7 Saya menunda pekerjaan yang seharusnya dapat
dikerjakan saat ini
84

Indikator Gejala Biologis


8 Saya merasa otot leher, bahu atau punggung kaku
saat/setelah bekerja di rumah sakit
9 Saya merasa jantung berdebar saat menerima atau
merawat pasien kritis di ruang rawat Inap
10 Saya merasa sesak nafas saat bekerja di ruang rawat
Inap rumah sakit
11 Saya mengalami sakit kepala/pusing menghadapi
banyak pekerjaan yang harus diselesaikan
12 Saya merasa perut mulas, tegang, kembung dan
nyeri ulu hati saat merawat pasien di rumah sakit
Indikator Gejala Sosial
13 Saya merasa malas dan tidak bersemangat masuk
kerja
14 Saya mengalami kesulitan berkomunikasi dengan
sejawat dan keluarga pasien
15 Saya mengalami gangguan tidur, misalnya sukar
untuk memulai tidur
16 Saya mengalami kehilangan nafsu makan saat ada
masalah dalam pekerjaan
17 Saya terlibat suatu masalah dengan teman sejawat
atau rekan kerja di rumah sakit
18 Saya terluka ketika melakukan tindakan medis pada
pasien (seperti tertusuk jarum suntik, terkena
patahan obat ampul, dan lain-lain)
85

KUISIONER B

PENGUKURAN KINERJA PERAWAT

Penilaian :

1. Tidak Dilakukan
Jawaban tidak dilakukan apabilah Bapak/Ibu dalam bekerja tidak
melakukan hal seperti dalam pernyataan.
2. Dilakukan
Jawaban dilakukan apabilah Bapak/Ibu dalam bekerja melakukan hal
seperti dalam pernyataan.

NO Pernyataan Tidak Dilakukan


Dilakukan
Standar I : Pengkajian Keperawatan
1 Saya mengucapkan salam dan
memperkenalkan diri sebelum
melakukan pengkajian asuhan
keperawatan kepada pasien
2 Saya melakukan pemeriksaan fisik untuk
mengumpulkan data pasien
3 Saya menggunakan hasil pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan
penunjang lainnya untuk data dasar
pengkajian pasien
4 Saya memberikan penjelasan kepada
keluarga agar mengikuti prosedur
Standar II : Diagnosa Keperawatan
5 Saya membuat diagnosa keperawatan
berdasarkan pada data pasien yang telah
dikaji
6 Saya membuat diagnose keperawatan
86

sesuai dengan prioritas masalah pasien


pada saat itu
7 Saya bekerja sama dengan pasien dan
petugas kesehatan dalam membuat
diagnose yang tepat
8 Saya mengubah diagnose keperawatan
dan melakukan pengkajian ulang sesuai
perkembangan pasien
Standar III : Intervensi Keperawatan
9 Saya menetapkan prioritas masalah
keperawatan dengan melibatkan pasien
10 Saya melibatkan pasien dan keluarganya
saat menetapkan tujuan renncana
keperawatan
11 Saya merencanakan tindakan
keperawatan berdasarkan kegawatan
masalah pasien
12 Saya mendokumentasikan rencana
keperawatan yang saya tentukan
Standar IV : Implementasi Keperawatan
13 Saya berkolaborasi dengan tim
kesehatan lain dalam melakukan
tindakan keperawatan
14 Saya melakukan inform consent dengan
pasien dan keluarga pasien
15 Saya menyampaikan masalah pasien
secara jelas dalam memberikan asuhan
keperawatan
16 Saya memberikan penyuluhan tentang
penyakit yang diderita pasien kepada
pasien dan keluarganya
87

Standar V : Evaluasi Keperawatan


17 Saya mengevaluasi respon pasien
terhadap asuhan keperawatan yang telah
dilakukan
18 Saya mengevaluasi berdasarkan pada
tujuan yang diharapkan/kriteria hasil
19 Saya bekerjasama dengan rekan kerja
untuk melakukan analisis terhadap data
perkembangan pasien
20 Saya mendokumentasi evaluasi
keperawatan pasien

Lampiran 4: Permohonan Usulan Judul Skripsi


88

Lampiran 5: Pengantar Penambilan Data Awal LPPM→RS Bhayangkara


Makassar
89

Lampiran 6: Lembar Persetujuan Seminar Proposal


90

Lampiran 7 Halaman Pengesahan Seminar Proposal


91

Lampiran 8 Surat Pengatar Perizinan Peneliti (Prodi - Fakultas)


92

Lampiran 9 Rekomendasi Izin Penelitian (LPPM  BKPMD – PTSP)


93

Lampiran 10 Surat Izin Penelitian DPMPTSP→RS Bhayangkara


94

Lampiran 11 Surat Izin Penelitian RS Bhayangkara Makassar


95
96

Lampiran 12 Master Tabel Analisis Kuisioner Tingkat Stres Perawat

Keterangan

Pertanyaan Unfavorable

4(SL), 3(S), 2(J), 1(TP)

Code SPSS: “Stres Tinggi > 51”, “Stres Sedang 33-51”, dan “Stres Ringan < 33”
97

Lampiran 13 Master Tabel Karateristik Perawat


98

Lampiran 14 Master Tabel Kinerja Perawat

CODE SPSS: “> 37 Kinerja Baik”, “<37 Kinerja Kurang Baik”.

15. SPSS Analisis Univariat


99

a. Karakteristik Perawat

Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 25-35 tahun 14 40.0 40.0 40.0
36-45 tahun 21 60.0 60.0 100.0
Total 35 100.0 100.0

Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-Laki 10 28.6 28.6 28.6
Perempuan 25 71.4 71.4 100.0
Total 35 100.0 100.0

Masa Kerja
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1-3 tahun 15 42.9 42.9 42.9
> 3 tahun 20 57.1 57.1 100.0
Total 35 100.0 100.0

Pendidikan Terakhir
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid D3 Keperawatan 15 42.9 42.9 42.9
S1/Ns 20 57.1 57.1 100.0
Total 35 100.0 100.0

b. Tingkat Stres Perawat


100

Tingkat Stres
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Berat 20 57.1 57.1 57.1
Sedang 15 42.9 42.9 100.0
Total 35 100.0 100.0

c. Kinerja Perawat

Kinerja Perawat
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 13 37.1 37.1 37.1
Kurang 22 62.9 62.9 100.0
Total 35 100.0 100.0

16. SPSS Analisis Bivariat


101

Hubungan Karakteristik Perawat Dengan Kinerja Perawat


Usia→Kinerja Perawat

Crosstab
Kinerja Perawat
Baik Kurang Total
Usia 25-35 tahun Count 5 9 14
Expected Count 5.2 8.8 14.0
% of Total 14.3% 25.7% 40.0%
36-45 tahun Count 8 13 21
Expected Count 7.8 13.2 21.0
% of Total 22.9% 37.1% 60.0%
Total Count 13 22 35
Expected Count 13.0 22.0 35.0
% of Total 37.1% 62.9% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square .020 1 .886
b
Continuity Correction .000 1 1.000
Likelihood Ratio .020 1 .886
Fisher's Exact Test 1.000 .587
Linear-by-Linear Association .020 1 .888
N of Valid Cases 35
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,20.
b. Computed only for a 2x2 table

Jenis Kelamin→Kinerja Perawat


102

Crosstab
Kinerja Perawat
Baik Kurang Total
Jenis Kelamin Laki-Laki Count 3 7 10
Expected Count 3.7 6.3 10.0
% of Total 8.6% 20.0% 28.6%
Perempuan Count 10 15 25
Expected Count 9.3 15.7 25.0
% of Total 28.6% 42.9% 71.4%
Total Count 13 22 35
Expected Count 13.0 22.0 35.0
% of Total 37.1% 62.9% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square .306a 1 .580
b
Continuity Correction .028 1 .868
Likelihood Ratio .312 1 .576
Fisher's Exact Test .709 .440
N of Valid Cases 35
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,71.
b. Computed only for a 2x2 table

Massa Kerja→Kinerja Perawat


103

Crosstab
Kinerja Perawat
Baik Kurang Total
Masa Kerja 1-3 tahun Count 8 7 15
Expected Count 5.6 9.4 15.0
% of Total 22.9% 20.0% 42.9%
> 3 tahun Count 5 15 20
Expected Count 7.4 12.6 20.0
% of Total 14.3% 42.9% 57.1%
Total Count 13 22 35
Expected Count 13.0 22.0 35.0
% of Total 37.1% 62.9% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 2.947 1 .086
b
Continuity Correction 1.859 1 .173
Likelihood Ratio 2.959 1 .085
Fisher's Exact Test .157 .087
Linear-by-Linear Association 2.863 1 .091
N of Valid Cases 35
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,57.
b. Computed only for a 2x2 table

Pendidikan Terakhir→Kinerja Perawat


104

Crosstab
Kinerja Perawat
Baik Kurang Total
Pendidikan Terakhir D3 Keperawatan Count 7 8 15
Expected Count 5.6 9.4 15.0
% of Total 20.0% 22.9% 42.9%
S1/Ns Count 6 14 20
Expected Count 7.4 12.6 20.0
% of Total 17.1% 40.0% 57.1%
Total Count 13 22 35
Expected Count 13.0 22.0 35.0
% of Total 37.1% 62.9% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 1.020a 1 .313
b
Continuity Correction .431 1 .512
Likelihood Ratio 1.018 1 .313
Fisher's Exact Test .481 .255
Linear-by-Linear Association .991 1 .320
N of Valid Cases 35
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,57.
b. Computed only for a 2x2 table

Tingkat Stres Perawat→Kinerja Perawat


105

Crosstab
Kinerja Perawat
Baik Kurang Total
Tingkat Stres Berat Count 3 17 20
Expected Count 7.4 12.6 20.0
% of Total 8.6% 48.6% 57.1%
Sedang Count 10 5 15
Expected Count 5.6 9.4 15.0
% of Total 28.6% 14.3% 42.9%
Total Count 13 22 35
Expected Count 13.0 22.0 35.0
% of Total 37.1% 62.9% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 9.800a 1 .002
b
Continuity Correction 7.712 1 .005
Likelihood Ratio 10.176 1 .001
Fisher's Exact Test .004 .003
Linear-by-Linear Association 9.520 1 .002
N of Valid Cases 35
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,57.
b. Computed only for a 2x2 table

Lampiran 17 Surat Selesai Meneliti


106

Lampiran 18 Dokumentasi Penelitian


107
108

Anda mungkin juga menyukai