Anda di halaman 1dari 5

Peran dan Fungsi

Peran dan tanggung jawab dari unsur-unsur dalam jejaring eksternal TBC adalah
sebagai berikut:

a. Kepala Daerah
Berperan sebagai penanggung jawab terhadap intervensi program kesehatan
secara keseluruhan, termasuk program TBC sebagai salah satu indikator dalam
Standar Pelayanan Minimal (SPM).

b. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota


1) Mengidentifikasi fasilitas kesehatan di wilayah setempat;
2) Mengidentifikasi dan mengembangkan mekanisme koordinasi dengan
pemangku kebijakan dan mitra tingkat kabupaten/kota;
3) Memfasilitasi pembentukan dan berkoordinasi dengan Koalisi Organisasi
Profesi Indonesia dalam Penanggulangan TBC (KOPI TB) bersama dengan
Dinas Kesehatan Provinsi;
4) Membentuk tim DPPM TBC;
5) Memfasilitasi pertemuan/workshop dan dukungan teknis bersama tim
DPPM terkait implementasi DPPM;
6) Membangun dan memperkuat jejaring termasuk melakukan fasilitasi
kerjasama lintas batas wilayah;
7) Mengidentifikasi, mengembangkan, membina, memantau dan
mengevaluasi jejaring PPM/jejaring eksternal layanan TBC yang melibatkan
seluruh fasyankes di kabupaten/kota;
8) Memastikan terbentuknya jejaring internal layanan TBC yang melibatkan
seluruh unit/poli terkait pada tingkat fasyankes;
9) Memastikan fasilitas pelayanan kesehatan melakukan diagnosis dan
tatalaksana TBC secara standar;
10) Memastikan adanya tim DOTS/TBC di rumah sakit wilayahnya;
11) Memastikan ketersediaan anggaran dan pembiayaan DPPM TBC.

c. Tim DPPM
1) Mengembangkan rencana aksi PPM;
2) Mengorganisasikan intervensi/kegiatan PPM;
3) Memastikan jejaring DPPM berfungsi dengan baik;
4) Mengembangkan mekanisme koordinasi di tingkat kabupaten/kota;
5) Berperan sebagai advokator untuk mendorong peran dan kontribusi dari
pemangkukebijakan terkait;
6) Melakukan pembinaan, pendampingan dan evaluasi jejaring DPPM;
7) Mendukung Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk melaksanakan
peningkatankapasitas terkait layanan TBC dan DPPM TBC.

d. Organisasi Profesi/Koalisi Organisasi Profesi


Koalisi organisasi profesi penanggulangan tuberkulosis (KOPI TB) adalah
gabungan dari beberapa organisasi profesi yang mempunyai komitmen dan
saling berkerjasama untuk terlibat dalam upaya penanggulangan TBC melalui
jejaring PPM TBC. Beberapa Organisasi Profesi yang tergabung dalam KOPI
TB telah berkomitmen terlibat dalam upaya penanggulangan TBC dan saling
kerjasama dalam bentuk KOPI TB di tingkat nasional, provinsi dan
kabupaten/kota.
Koalisi organisasi profesi untuk penanggulangan TBC bertujuan untuk:
1) Meningkatkan keterlibatan praktisi dalam kegiatan penanggulangan TBC
nasional;
2) Menjamin semua anggota profesi melaksanakan tata laksana TBC sesuai
dengan International Standard Tuberculosis Care (ISTC) dan Pedoman
Nasional Pelayanan Kedokteran TBC (PNPK TBC)
3) Menjamin semua pasien TBC yang diobati ternotifikasi dalam sistem
informasi Program TBC Nasional
4) Meningkatkan keberhasilan penanggulangan TBC

Dalam pelaksanaannya, ada 3 (tiga) peran dan fungsi dari koalisi organisasi
profesi untuk mendukung penanggulangan TBC, yaitu:
1) Sebagai praktisi ahli di tempat praktik masing-masing menjadi bagian dari
PPM dalam pelayanan langsung pada pasien dan melaporkan langsung
ke dalam sistem informasi di kabupaten/kota sesuai pedoman;
2) Di Rumah Sakit berfungsi sebagai tenaga ahli yang menjadi motivator,
fasilitator, pelaksana pelayanan kesehatan dan mendorong terbentuknya
jejaring internal layananTBC yang sinergis.
3) Di dalam jejaring DPPM sebagai fasilitator untuk meningkatkan kapasitas
petugas kesehatan fasyankes melalui pelatihan, pembinaan, supervisi dan
mentoring.

e. Asosiasi Fasilitas Pelayanan Kesehatan


Peran dan fungsi asosiasi fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) seperti
PERSI, ARSSI, ASKLIN dan sebagainya adalah untuk melakukan advokasi dan
mendorong seluruh fasilitas kesehatan baik pemerintah maupun swasta di
dalam asosiasi untuk terlibat dalam jejaring eksternal layanan TBC (jejaring
DPPM TBC) serta memberikan penatalaksanaan TBC sesuai standar, baik
untuk penemuan, penegakkan diagnosis, pengobatan serta pencatatan dan
pelaporan TBC.
f. Rumah Sakit
Berdasarkan Undang-Undang No. 44 Tahun 2009, salah satu kewajiban
Rumah Sakit adalah melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan
baik secara regional maupun nasional. Rumah sakit baik pemerintah maupun
swasta mempunyai peran untuk memberikan penatalaksanaan TBC sesuai
standar, mulai dari penemuan, penegakan diagnosis, pengobatan, hingga
pencatatan dan pelaporan serta berperan sebagai layanan rujukan untuk
pasien TBC dengan komplikasi dari FKTP. Anggota organisasi profesi di rumah
sakit yang merupakan bagian dari KOPI TB sangat diperlukan sesuai dengan
peran dan fungsinya. Manajemen RS bertanggung jawab sebagai pemimpin
dan pengawas Dalam implementasi DPPM, sementara tim TBC sebagai
pelaksana langsung. Direktur RS dan seluruh unit yang terkait dalam tata
laksana TBC, mempunyai peran dan fungsi sebagai berikut:
1) Menjaring terduga TBC;
2) Melakukan tatalaksana pasien TBC sesuai standar;
3) Membentuk Tim DOTS dan memastikan adanya manajer kasus TBC yang
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program TBC;
4) Menjalankan fungsi sebagai fasyankes rujukan;
5) Membentuk kolaborasi layanan antar unit (jejaring internal) di rumah sakit
untuk memastikan layanan TBC sesuai standar dan mekanisme
pencatatan dan pelaporan TBC;
6) Melakukan pertemuan rutin dengan melibatkan semua unit (jejaring internal);
7) Menerapkan wajib lapor kasus pasien TBC yang ditemukan dan diobati
melalui sistem pelaporan TBC di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
(SITB);
8) Merujuk pasien TBC tanpa penyulit ke puskesmas;
9) Terlibat dalam jejaring layanan TBC berbasis kabupaten/kota (DPPM
TBC) (jejaringeksternal) dengan fasilitas kesehatan lainnya dan Dinas
Kesehatan.

g. Puskesmas dan FKTP Lain


Berdasarkan Permenkes 75 Tahun 2014, Puskesmas adalah unit pelaksana
teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayahnya, dimana
wewenangnya untuk (i) mengkoordinasikan dan melaksanakan pembinaan
FKTP; (ii) melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasimedis dan
sistem rujukan.
Dalam pelayanan TBC, Puskesmas diharapkan dapat memberikan tatalaksana
TBC mulai dari penemuan, penegakan diagnosis, pengobatan, melakukan
investigasi kontak dan bertanggung jawab dalam pelaporan TBC untuk wilayah
kerjanya. Berdasarkan fungsi dan wewenang tersebut, puskesmas harus
memastikan berjalannya jejaring layanan TBC (dengan melibatkan tempat
praktik mandiri dokter (TPMD), klinik dan FKTP lainnya) di wilayahnya.
Puskesmas dan FKTP lain mempunyai peran dan fungsi sebagai berikut:
1) Puskesmas mengidentifikasi tempat praktik mandiri dokter (TPMD), klinik
dan fasilitas kesehatan lain diwilayah kerjanya;
2) Puskesmas mengidentifikasi kapasitas dan kontribusi tempat praktik
mandiri dokter (TPMD), klinik dan fasilitas kesehatanlain di wilayahnya
dalam hal mekanisme pelaporan TBC;
3) Puskesmas melakukan pembinaan kepada FKTP di wilayah kerjanya;
4) Puskesmas melakukan penemuan secara pasif intensif di layanan
kesehatan dan secaraaktif massif bekerjasama dengan
kader/masyarakat;
5) FKTP lain menjaring terduga TBC dan mengirimnya untuk pemeriksaan
TCM dan/atau mikroskopis ke Puskesmas wilayahnya;
6) Puskesmas dan FKTP memberikan layanan TBC mulai dari penemuan
kasus sampai pengobatan secara tuntas;
7) Puskesmas memastikan pelaksanaan kegiatan terpadu program TBC (TBC-
HIV, TBC anak, TBC -DM, dan lain-lain) di tingkat puskesmas dan FKTP lain
di wilayahnya;
8) Puskesmas membentuk jejaring layanan TBC dengan FKTP lain ( tempat
praktik mandiri dokter (TPMD), klinik dan klinik Lapas/Rutan) di wilayah
kerjanya;
9) Puskesmas melakukan penguatan sistem surveilans TBC: memantau
implementasi sistemwajib lapor pasien TBC baik di puskesmas maupun di
FKTP lain (tempat praktik mandiri dokter (TPMD), klinik dan klinik
Lapas/Rutan) di wilayah kerjanya melalui sistem informasi utama program
TBC (SITB) atau mekanisme/sistem informasi alternatif untuk TPMD/Klinik;
10) FKTP lain melaporkan kasus TBC sesuai standar ke puskesmas;
11) FKTP lain melakukan permintaan dan memperoleh logistik OAT dan non-
OAT ke puskesmas wilayahnya;
12) FKTP lain berkoordinasi dengan puskesmas di wilayahnya mengenai pasien
TBC yang mangkir maupun pasien TBC yang dirujuk atau pindah
pengobatan;
13) Puskesmas melakukan pelacakan kasus mangkir dan putus obat yang
berdomisili di wilayahnya sesuai laporan dari fasyankes lain berkoordinasi
dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota;
14) Puskesmas mendorong pelaksanaan promosi kesehatan dan Upaya
Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM).

h. Laboratorium
Laboratorium mempunyai peran dan fungsi sebagai berikut:
1) Melakukan pemeriksaan spesimen terduga TBC;
2) Memastikan pelayanan terkait TBC dilakukan sesuai standar;
3) Berkoordinasi dengan fasyankes dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

i. Apotek
Apotek mempunyai peran dan fungsi sebagai berikut:
1) Menyediakan OAT sesuai pedoman nasional program pengendalian TBC;
2) Melayani resep OAT dari fasyankes dalam program pengendalian TBC;
3) Membantu memberikan penyuluhan tentang OAT pada pasien (cara
minum, efek samping dan bahaya pengobatan apabila tidak
menyelesaikan dengan tuntas);
4) Monitoring pasien TBC dalam pengambilan obat di apoteknya;
5) Mendorong dan memastikan orang dengan gejala TBC yang datang ke
apotek untukmemeriksakan diri ke fasyankes;
6) Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan fasyankes difasilitasi oleh
Dinas KesehatanKabupaten/Kota;
7) Melakukan komunikasi dengan dokter yang mengirimkan resep apabila
ada hal-hal yangmeragukan atau memberikan resep OAT tidak sesuai
standar.

j. Masyarakat/Komunitas
Komponen masyarakat dapat dibagi menjadi organisasi kemasyarakatan dan
Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM). Organisasi
kemasyarakatan mempunyaiperan dan fungsi sebagai berikut:
1) Berkoordinasi dengan puskesmas terkait investigasi kontak dan penemuan
kasus TBC;
2) Mengedukasi masyarakat terkait TBC;
3) Melakukan penemuan terduga TBC secara aktif;
4) Melakukan pendampingan pasien TBC;
5) Melakukan pelacakan pasien mangkir;
6) Membantu advokasi terkait penanggulangan TBC kepada pemerintah
daerah;
7) Mobilisasi sumber daya.

UKBM mempunyai peran dan fungsi sebagai berikut:


1) Mengedukasi masyarakat terkait TBC;
2) Melakukan penemuan terduga TBC.

Anda mungkin juga menyukai