Anda di halaman 1dari 26

KEMITRAAN PEMERINTAH-SWASTA

(KPS) DALAM
TATA LAKSANA KASUS MALARIA

Disampaikan oleh
dr. Worowiyat, MKM
Subdit Malaria – Direktorat P2PTVZ
Ditjen P2P, Kemenkes RI
 Jejaring Kemitraan Pemerintah-Swasta (KPS)

adalah layanan pemerintah-swasta yang merupakan


pendekatan komprehensif pelibatan semua fasilitas
layanan kesehatan dalam melakukan layanan
pencegahan dan tata laksana kasus malaria
 KPS meliputi semua bentuk kolaborasi pemerintah-
swasta dan swasta-swasta dengan tujuan
menjamin akses layanan malaria yang bermutu dan
berkesinambungan bagi masyarakat.

 KPS juga diterapkan pada kolaborasi pemeriksaan


laboratorium, apotek dan kolaborasi upaya
pengendalian malaria dengan penyakit tular vektor
lainnya.

 Kegiatan pencegahan dan tatalaksana kasus


malaria dilaksanakan secara terintegrasi dengan
mitra terkait dalam jejaring layanan pengendalian
malaria.
Tatalaksana kasus malaria dalam KPS

Hal-hal yang perlu diperhatikan :

1. Identifikasi mitra
2. Peran Mitra
3. Institusi pembina
4. Organisasi profesi
1. Identifikasi mitra

a. Mitra yang berperan dalam tata laksana kasus


malaria (diagnosis, pengobatan, rujukan dan
pemantauan pengobatan), seperti:
Rumah Sakit TNI/POLRI/BUMN, Rumah Sakit Swasta, Klinik Swasta,
Dokter Praktik Mandiri, Laboratorium swasta, Apotek swasta dll.

b. Institusi Pembina tata laksana kasus malaria


Ditjen P2P, Dit Yankes Primer, Dit Yankes rujukan,
Dit Oblik, Balitbangkes - Kemenkes RI, Dinas Kesehatan
Provinsi/Kabupaten/kota dll

C. Organisasi Profesi Kesehatan


yaitu: IDI, PAPDI, IDAI, POGI, PETRI, PARKI, PDS PATKLIN, PERSI, dll
 Bagi fasilitas pelayanan kesehatan yang
tidak mampu melakukan pemantauan
pengobatan, dapat merujuk ke fasilitas yang
mampu melakukan pemantauan
pengobatan sesuai standar.

Misalnya klinik swasta/Dokter Praktik


Mandiri (DPM) dan lain-lain yang melakukan
diagnosis dan pengobatan terhadap pasien
malaria.
2. Peran mitra
Dalam pelaksanaan Kemitraan pemerintah-
swasta untuk tata laksana kasus malaria
diperlukan peran masing-masing mitra agar
dapat berjalan dengan optimal.
Peran mitra di Fasyankes

a. RS TNI/ POLRI/ BUMN

 Menyusun prosedur dan alur pelayanan di rawat jalan


dan rawat inap.
 Melakukan diagnosis, pengobatan, perawatan dan
pemantauan pengobatan.
 Melaksanakan mekanisme rujukan ke rumah sakit
rujukan yang ditunjuk.
 Melakukan pemantapan mutu laboratorium
berkoordinasi dengan laboratorium rujukan yang
ditunjuk (Labkesda, B/BLK, Malaria Center).
 Pencatatan dan pelaporan kasus dan logistik malaria.
b. RUMAH SAKIT SWASTA

 Menyusun prosedur dan alur pelayanan di rawat


jalan dan rawat inap.
 Melakukan diagnosis, pengobatan, perawatan dan
pemantauan pengobatan berkoordinasi dengan
Dinas Kesehatan setempat (terutama dalam
mengakses obat anti malaria/OAM).
 Melaksanakan mekanisme rujukan ke rumah sakit
rujukan yang ditunjuk.
 Melakukan pemantapan mutu laboratorium
berkoordinasi dengan laboratorium rujukan yang
ditunjuk (Labkesda, B/BLK, Malaria Center).
 Pencatatan dan pelaporan kasus dan logistik
malaria.
c. Klinik Swasta
(termasuk poliklinik BUMN, Klinik
Kesehatan Polres/Polsek, Polkes AD/Balai
Pengobatan Pangkalan AL, Klinik/Balai Pengobatan
Lanud, Organisasi kemasyarakatan)

 Melakukan diagnosis dan pengobatan berkoordinasi


dengan Dinas Kesehatan atau Puskesmas setempat
(terutama dalam mengakses obat anti malaria/OAM).
Pada tahap awal RDT akan disediakan pemerintah pusat
melalui Dinas Kesehatan setempat untuk Klinik Swasta
terutama bagi Kawasan Timur Indonesia, untuk
meningkatkan penemuan kasus dan pengobatan,
sehingga kasus malaria diharapkan dapat terus menurun.
 Bagi klinik di lingkungan TNI/POLRI yang
mempunyai fasilitas laboratorium mikroskopis
malaria, dapat melakukan pemantauan
pengobatan.
 Melaksanakan mekanisme rujukan ke rumah
sakit rujukan yang ditunjuk.
 Melakukan pemantapan mutu laboratorium
(jika ada) berkoordinasi dengan laboratorium
rujukan yang ditunjuk (Labkesda, B/BLK,
Malaria Center).
 Pencatatan dan pelaporan kasus dan logistik
malaria.
d. DOKTER PRAKTIK MANDIRI
 Melakukan diagnosis dan pengobatan berkoordinasi
dengan Dinas Kesehatan atau Puskesmas setempat
(terutama dalam mengakses obat anti malaria/OAM) bagi
yang mempunyai sarana diagnostik.
 Melaksanakan mekanisme rujukan ke Puskesmas atau
rumah sakit rujukan yang ditunjuk.
 Bagi dokter praktek mandiri yang tidak mempunyai sarana
diagnostik, dapat merujuk pasien untuk pemeriksaan
laboratorium ke Laboratorium yang ditunjuk atau
Puskesmas.
 Pencatatan dan pelaporan kasus dan logistik malaria ke
Puskesmas.
e. LABORATORIUM SWASTA

 Melakukan diagnosis
 Melakukan pemantapan mutu berkoordinasi
dengan laboratorium rujukan yang ditunjuk
(Laboratorium Kesehatan Daerah, B/BLK, Malaria
Center).
 Melakukan pencatatan hasil pemeriksaan dan
pelaporan ke Dinas Kesehatan
Provinsi/kabupaten/Kota.
f. APOTEK SWASTA

 Melakukan koordinasi dengan Dinas


Kesehatan setempat dalam penyediaan
OAM sesuai regulasi.
 Melakukan pelayanan kefarmasian untuk
malaria berdasarkan konfirmasi hasil
laboratorium.
 Melakukan pencatatan dan pelaporan
OAM.
3. Institusi Pembina
a. Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular
Vektor dan Zoonotik (Dit P2PTVZ)
 Menyusun NSPK
 Melakukan koordinasi dengan lintas program dan
lintas sektor terkait di tingkat Pusat
 Melakukan perencanaan, penyediaan dan
pendistribusian logistik.
 Melakukan bimbingan teknis dan monitoring evaluasi
b. Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan, Direktorat
Jenderal Pelayanan Kesehatan (Ditjen Yankes)
 Menyusun NSPK (Norma, standar, prosedur,
kebijakan) terkait tata laksana malaria (PNPK,
penunjukan rumah sakit rujukan).
 Mengkoordinasikan rumah sakit-rumah sakit
(pemerintah dan swasta) dengan Dinas Kesehatan
dalam tata laksana malaria.
c. Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer, Direktorat
Jenderal Pelayanan Kesehatan (Ditjen Yankes)
 Menyusun NSPK (Norma, standar, prosedur,
kebijakan) terkait tata laksana malaria di fasilitas
layanan kesehatan primer (Puskesmas, klinik swasta,
dokter praktik mandiri) sesuai dengan regulasi yang
berlaku.
 Mengkoordinasikan Fasilitas Layanan Kesehatan
primer (Puskesmas, klinik swasta, dokter praktik
mandiri) terkait dengan tata laksana malaria.
 Melakukan bimbingan teknis dan monitoring evaluasi.

d. Direktorat Mutu dan Akreditasi, Direktorat Jenderal


Pelayanan Kesehatan, Kemenkes RI
e. Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan
f. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
(Balitbangkes) Kemenkes RI
g. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
h. Pusat Kesehatan (Puskes) TNI,
Pusat Kesehatan Angkatan Darat (PUSKESAD),
Direktorat Kesehatan Angkatan Udara (DITKESAU),
Direktorat Kesehatan Angkatan Laut (DITKESAL).
i. Pusat Kedokteran Kesehatan (Pusdokkes) POLRI
j. Balai/Besar Teknik Kesehatan Lingkungan PP
(B/BTKL PP)
k.Balai/Besar Laboratorium Kesehatan(B/BLK)
l. Dinas Kesehatan provinsi dan Kabupaten/Kota
 Dinas Kesehatan Provinsi
 Melakukan koordinasi dengan lintas program dan lintas
sektor terkait di tingkat Provinsi.
 Membuat MOU/perjanjian kerja sama atau surat
keputusan kepala Dinas Kesehatan dengan fasilitas
pelayanan kesehatan swasta dalam tata laksana kasus
malaria.
 Melakukan perencanaan dan pendistribusian OAM.
 Melakukan perencanaan, penyediaan dan
pendistribusian bahan dan alat laboratorium termasuk
RDT
 Melakukan pengawasan, bimbingan teknis dan
monitoring evaluasi.
 Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
 Melakukan koordinasi dengan lintas program dan
lintas sektor terkait di tingkat Kabupaten/Kota
 Membuat MOU/perjanjian kerja sama atau surat
keputusan kepala Dinas Kesehatan dengan
fasilitas pelayanan kesehatan swasta dalam tata
laksana kasus malaria di wilayah kerja
Kabupaten/Kota
 Melakukan perencanaan dan pendistribusian
OAM
 Melakukan perencanaan, penyediaan dan
pendistribusian bahan dan alat laboratorium
termasuk RDT
 Melakukan pengawasan, bimbingan teknis dan
monitoring evaluasi
4. Organisasi profesi
 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Perhimpunan Ahli
Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Ahli
Tropical Medicine Indonesia (PETRI), Ikatan Dokter
Anak Indonesia (IDAI), Perhimpunan Obstetri dan
Ginekologi Indonesia (POGI).
 Melakukan sosialisasi tentang tata laksana kasus
malaria standar kepada seluruh anggotanya melalui
seminar, workshop dan pertemuan ilmiah lainnya
 Melakukan bimbingan dan supervisi bersama-sama
dengan Kementerian Kesehatan dan Dinas
Kesehatan setempat
 Perhimpunan Dokter Spesialis Parasitologi Klinik (PDS
PARKI)
 Melakukan sosialisasi tentang diagnosis kasus
malaria standar kepada seluruh anggotanya melalui
seminar, Melakukan bimbingan dan supervisi
bersama-sama dengan Kementerian Kesehatan
dan Dinas Kesehatan setempat
 Menyelenggarakan Pemantapan Mutu
Eksternal (PME) laboratorium swasta
 Melakukan bimbingan dan supervisi
bersama-sama dengan Kementerian
Kesehatan dan Dinas Kesehatan setempat

Ikatan Bidan Indonesia (IBI)


 Melakukan sosialisasi tentang diagnosis
kasus malaria standar kepada seluruh
anggotanya melalui seminar, workshop dan
pertemuan ilmiah lainnya.
 Ikatan Apoteker Indonesia/Persatuan Ahli
Farmasi Indonesia (IAI/PAFI)
 Melakukan sosialisasi tentang pelayanan
kefarmasian OAM yaitu: Pengkajian Resep,
Dispensing, Pelayanan Informasi Obat (PIO),
Konseling, Pemantauan Terapi Obat (PTO)
dan Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
kepada seluruh anggotanya.
 Memasukkan komponen pelayanan
kefarmasian malaria dalam Satuan Kredit
Profesi (SKP).
 Melakukan verifikasi dan memberikan reward
berupa Satuan Kredit Profesi (SKP) atau
bentuk lain kepada seluruh anggotanya.
 Melakukan bimbingan dan supervisi bersama-
sama dengan Kementerian Kesehatan dan
Dinas Kesehatan setempat.
Bagan jejaring kemitraan pemerintah-
swasta dalam tatalaksana kasus malaria
Langkah-langkah pelaksanaan

A. PERSIAPAN
1. Analisa situasi
a. Identifikasi masalah
b. Perumusan prioritas masalah
2. Identifikasi Mitra
identifikasi mitra potensial
3. Advokasi dan Sosialisasi
- Memperoleh dukungan dan komitmen
- info kegiatan yang dilaksanakan
4. Menyusun perjanjian kerja sama
Menyepakati tugas, kewajiban dan tgg jawab
5. Penyusunan Rencana Kegiatan
B. PELAKSANAAN
Perencanaan yg sudah disepakati dilaksanakan
oleh mitra untuk mencapai tujuan

C. PENCATATAN dan PELAPORAN


-Pencatatan (sumber data, variabel, perekaman dan
pengolahan data, analisis)
-Pelaporan (kasus malaria ditemukan, jumlah
suspek yang diperiksa)

D. MONITORING dan EVALUASI


Pemantauan dilakukan secara berkala dan Menilai
keberhasilan pelaksanaan pada waktu tertentu.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai