Anda di halaman 1dari 9

KEJANG DEMAM

TINJAUAN PUSTAKA

KEJANG DEMAM
A. Definisi
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
rektal diatas 38°C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam terjadi
pada 2-4% anak berumur 6 bulan-5 tahun. Menurut ILAE, Commission on Epidemiology
and Prognosis Epilepsi, anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian
mengalami kejang demam tidak termasuk dalam kejang demam. Kejang disertai demam
yang terjadi pada bayi berumur kurang dari 1 bulan juga tidak termasuk dalam kejang
demam. Bila anak yang berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami
kejang yang didahului demam, perlu dipikirkan adanya kemungkinan lain misalnya infeksi
SSP atau epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam.1

B. Patofisiologi
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak diperlukan suatu
energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting
adalah glukosa. Sifat proses itu adalah oksidasi dimana oksigen disediakan dengan
perantaraan fungsi paru-paru dan diteruskan ke otak melalui sistem kardiovaskuler. Jadi
sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO 2 dan
air. Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam (lipid) dan
permukaan luar (ion). Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dengan mudah
dilalui oleh ion Kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natrium (Na +) maupun
elektrolit lainnya kecuali ion Klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi ion K + dalam sel neuron
tinggi dan ion Na+ rendah. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan luar sel
maka terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial membran sel neuron. Untuk
menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-
ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel.2
Keseimbangan potensial membran ini dapat dirubah oleh adanya berbagai hal, antara
lain :
- Perubahan konsentrasi ion di ekstraseluler.
- Rangsangan mendadak berupa mekanis, kimiawi, atau aliran listrik dari sekitarnya.
- Perubahan patofisiologi dari membran sendiri dari penyakit atau keturunan2

Gambar 1. Patofisiologi Kejang

Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1°C akan menaikan metabolisme basal 10-15%
dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang anak berusia 3 tahun, sirkulasi
otak mencapai 65% dari seluruh tubuh, dibandingkan orang dewasa yang hanya 15%. Jadi
pada kenaikan suhu tubuh tertentu, dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel
neuron,dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi ion K maupun Na melalui membran.
Perpindahan ini mengakibatkan lepas muatan listrik yang besar, sehingga meluas ke
membran sel lain melalui neurotransmitter, dan terjadilah kejang. Tiap anak mempunyai
ambang kejang yang berbeda. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang telah
terjadi pada suhu 38°C. Pada anak dengan ambang kejang yang tinggi, kejang baru terjadi
pada suhu 40°C. Terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada anak dengan ambang
kejang yang rendah, sehingga dalam penanggulangannya perlu diperhatikan pada suhu
berapa penderita kejang.2

Gambar 2. Patofisiologi Kejang Demam

C. Manifestasi Klinis
Bangkitan kejang pada bayi dan anak-anak sering terjadi bersamaan dengan kenaikan
suhu badan yang tinggi dan cepat, biasanya berkembang bila suhu tubuh mencapai 39°C
atau lebih, disebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf pusat (ISPA, OMA, dll). Serangan
kejang biasanya terjadi 24 jam pertama sewaktu demam. Kejang dapat bersifat tonik-klonik,
tonik, klonik, fokal, atau akinetik. Umumnya kejang berlangsung singkat beberapa detik
sampai 10 menit, diikuti periode mengantuk singkat pasca kejang, tetapi selanjutnya anak
akan terbangun dan sadar kembali tanpa defisit neurologis. Kejang demam yang menetap
lebih dari 15 menit menunjukkan adanya penyebab organik seperti infeksi atau toksik dan
memerlukan pengamatan menyeluruh.2,3
D. Klasifikasi Kejang Demam
Unit Kerja Koordinasi Neurologi IDAI 2006 membuat klasifikasi kejang demam pada
anak menjadi1,2:
1. Kejang Demam Sederhana (Simple Febrile Seizure) merupakan 80% di antara seluruh
kejang demam. Ciri-ciri kejang demam sederhana yaitu :
 Kejang demam berlangsung singkat, durasi kurang dari 15 menit
 Kejang dapat umum, tonik, dan atau klonik
 Umumnya akan berhenti sendiri.
 Tanpa gerakan fokal.
 Tidak berulang dalam 24 jam
2. Kejang Demam Kompleks (Complex Febrile Seizure)
 Kejang lama, yaitu adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau kejang
berulang lebih dari 2 kali dan diantara bangkitan anak tidak sadar. Kejang lama
terjadi pada 8% kejang demam.
 Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial.
 Berulang lebih dari 1 kali dalam 24 jam, yaitu kejang 2 kali atau lebih dalam 1 hari
dan di antara 2 kejang anak sadar.

E. Langkah Diagnostik
1. Anamnesis
a) Adanya kejang, jenis kejang, kesadaran, lama kejang
b) Suhu sebelum/saat kejang, frekuensi dalam 24 jam, interval, keadaan anak pasca
kejang, penyebab demam di luar infeksi susunan saraf pusat (gejala infeksi saluran
nafas akut/ISPA, infeksi saluran kemih/ISK, otitis media akut/OMA, dll)
c) Riwayat perkembangan, riwayat kejang demam, dan epilepsi dalam keluarga.
d) Singkirkan penyebab kejang yang lain (misalnya diare/muntah yang mengakibatkan
gangguan elektrolit, sesak yang mengakibatkan hipoksemia, asupan kurang yang
dapat menyebabkan hipoglikemia).4
2. Pemeriksaan Fisik
a) Kesadaran: apakah terdapat penurunan kesadaran, suhu tubuh: apakah terdapat
demam
b) Tanda rangsang meningeal: kaku kuduk, Brudzinski I dan II, Kernique, Laseque
c) Pemeriksaan nervus kranial
d) Tanda peningkatan tekanan intrakranial: ubun-ubun besar (UUB) membonjol, papil
edema
e) Tanda infeksi di luar SSP: ISPA, OMA, ISK, dll
f) Pemeriksaan neurologi: tonus, motorik, reflex fisiologis, reflex patologis. 4
3. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin, tetapi dilakukan sesuai
indikasi untuk mencari penyebab kejang demam. Pemeriksaan dapat meliputi darah
tepi lengkap, gula darah, elektrolit, urinalisis, biakan darah, urin atau feses.
b) Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan/menyingkirkan
kemungkinan meningitis. Risiko terjadinya meningitis bakterialis adalah 0,6%-
6,7%.
Pada bayi kecil seringkali sulit untuk menegakkan atau menyingkirkan diagnosis
meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Jika yakin bukan meningitis
secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal. Pungsi lumbal sangat dianjurkan
pada bayi berusia di bawah 12 bulan, dianjurkan pada bayi usia 12-18 bulan, dan
tidak rutin pada bayi di atas 18 bulan.
c) Foto X-ray kepala dan pencitraan seperti CT -Scan atau MRI diindikasikan pada
keadaan riwayat atau tanda klinis trauma, kemungkinan lesi struktural otak
(mikrocephal, spastik), adanya tanda peningkatan tekanan intrakranial, adanya
kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis), paresis N.VI, dan
papiledema..
d) EEG (elektroensefalografi) dapat dipertimbangkan pada kejang demam yang tidak
khas. Misalnya kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun, atau
kejang demam fokal. Pemeriksaan elektroenselografi (EEG) tidak dapat
memprediksi berulangnya kejang, atau memperkirakan kemungkinan kejadian
epilepsi pada pasien kejang demam.1,2,4
F. Terapi
Algoritma Penghentian Kejang Demam1
Kejang

Diazepam rektal 0,5 mg/kgBB


Boleh diulang setelah 5 menit

Kejang (Ke RS)


Diazepam IV 0,3-0,5 mg/kgBB

Kejang
Fenitoin IV 10-20 mg/kgBB dengan kecepatan 1mg/kg/menit

Kejang berhenti Kejang tidak berhenti


Lanjutkan dengan dosis 4-8 mg/kg/hari Rawat ICU
dimulai 12 jam setelah dosis awal

Anak yang sedang mengalami kejang, prioritas utama adalah menjaga agar jalan nafas
tetap terbuka. Pakaian dilonggarkan, posisi anak dimiringkan untuk mencegah aspirasi.
Sebagian besar kasus kejang berhenti sendiri, tetapi dapat juga berlangsung terus atau
berulang. Pengisapan lendir dan pemberian oksigen harus dilakukan teratur, kalau perlu
dilakukan intubasi. Keadaan dan kebutuhan cairan, kalori dan elektrolit harus diperhatikan. 5
Saat ini diazepam merupakan obat pilihan utama untuk menghentika kejang karena
mempunyai masa kerja yang singkat. Jika pasien datang dalam keadaan kejang, berikan
diazepam intravena dengan dosis 0,3-0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan kecepatan 1-2
mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit dengan dosis maksimal 20 mg. Obat yang praktis dan
dapat diberikan oleh orang tua dirumah adalah diazepam rektal dengan dosis 0,5-0,75 mg/kg
atau diazepam rektal untuk anak dengan berat badan kurang dari 10kg dan 10 mg untuk anak
dengan berat badan lebih dari 10 kg. Atau diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak
dibawah 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak diatas usia 3 tahun.1,5
Bila pada pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti, diazepam dapat diberikan
lagi dengan interval 5 menit. Bila masih gagal dianjurkan ke RS dan diberikan diazepam
intravena dengan dosis 0,3-0,5 mg/kg. Bila masih belum berhenti berikan fenitoin secara IV
dengan dosis awal 10-20 mg/kg/ kali dengan kecepatan 1mg/kg/menit atau kurang dari 50
mg/menit. Bila kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/kg/ hari dimulai 12 jam
setelah dosis awal. Bila belum berhenti maka pasien harus dirawat di ruang rawat intensif. 1
Bila kejang berhenti, tentukan apakah anak termasuk dalam kejang demam yang
memerlukan pengobatan rumatan atau hanya memerlukan pengobatan intermiten bila
demam. Pengobatan rumatan adalah pengobatan yang diberikan terus menerus untuk waktu
yang cukup lama, yaitu 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara bertahap selama
1-2 bulan. Pengobatan rumatan diberikan bila kejang demam menunjukkan salah satu atau
lebih gejala berikut :
 kejang lama >15 menit
 anak mengalami kelainan neurologis yang nyata sebelum dan sesudah kejang misalnya
hemiparesis, Cerebral Palsy, retardasi mental.
 Kejang fokal
 Bila ada keluarga sekandung atau orang tua yang mengalami epilepsi
 Pengobatan rumatan dipertimbangkan bila:
- Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam
- Kejang demam yang terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan
- Kejang demam ≥4 kali pertahun.
Pengobatan rumatan yang diberikan dapat dengan menggunakan asam valproate 15-40
mg/kgBB/hari dibagi 2-3 dosis atau fenobarbital 3-4 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis.
Pada sebagian kecil kasus, terutama yang berumur kurang dari 2 tahun, asam valproate dapat
menyebabkan gangguan fungsi hati.1,5
Pengobatan intermiten adalah pengobatan yang diberikan pada saat anak mengalami
demam, untuk mencegah terjadinya kejang demam. Terdiri dari pemberian antipiretik
( parasetamol 10-15 mg/kgBB/ kali diberikan 4 kali sehariatau ibuprofen 5-10 mg/kgBB/kali
diberikan 3-4 kali) dan antikonvulsan (diazepam oral 0,3mg/kgBB setiap 8 jam pada saat
demam atau diazepam rektal 0,5 mg/kgBB setiap 8 jam pada suhu >38,5 °C).1,5

G. Prognosis
Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan.
Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang awalnya
normal. Kejang demam dapat berulang di kemudian hari atau dapat berkembang menjadi
epilepsi di kemudian hari. Faktor resiko berulangnya kejang pada kejang demam adalah:
 Riwayat kejang demam dalam keluarga.
 Usia di bawah 12 bulan.
 Suhu tubuh saat kejang yang rendah.
 cepatnya kejang setelah demam

Faktor resiko terjadinya epilepsi di kemudian hari adalah:


 kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang demam pertama.
 Kejang demam kompleks.
 Riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung.1

H. Edukasi pada Orang Tua


Sebagai seorang dokter sebaiknya kita mengurangi kecemasan orang tua dengan cara :1
- Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya memiliki prognosis yang baik
- Memberitahukan cara penangan kejang
- Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali
- Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi harus diingat adanya
efek samping obat.
- Beberapa hal yang harus dikerjakan bila kembali kejang
1. Tetap tenang dan tidak panik
2. Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher
3. Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring. Bersihkan
muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun kemungkinan lidah trgigit,
jangan memasukkan sesuatu ke dalam mulut.
4. Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang.
5. Tetap bersama pasien selama kejang
6. Berikan diazepam rektal. Dan jangan diberikan bila kejang berhenti
7. Bawa ke Rumah Sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih

Anda mungkin juga menyukai