Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi Kejang Demam


Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu 38oC. Yang disebabkan oleh suatu proses ekstranium.
kejang demam dapat terjadi karena proses intracranial maupun
ekstrakranial. Kejang demam terjadi pada 2-4% populasi anak berumur 6
bulan sampai dengan 5 tahun (Amid dan Hardhi, , 2018).

B. Epidemiologi
WHO (World Health Organization) memperkirakan pada tahun 2019
terdapat lebih dari 18,3 juta penderita kejang demam dan lebih dari 154 ribu
diantaranya meninggal. Insiden dan prevalensi kejang demam di Eropa pada
tahun 2016 berkisar 2-4%, di Asia prevalensi kejang demam lebih besar
yaitu 8,3-9,9% pada tahun yang sama (Angelia et al., 2019). Negara lain
insiden kejang demam bervariasi seperti Jepang 8,8%, Guam 14%, India 5-
10%. Amerika serikat inisden kejang demam mencapai 2%-5% pada anak
yang berusia kurang dari 5 tahun. Angka kejadian kejang demam di asia
dilaporkan lebih tinggi dari amerika yaitu sebesar 8,3% - 9,9%, sekitar 80%-
90% dari sejumlah kejadian kejang demam di asia adalah kejang demam
sederhana (Fuadi, Fuadi, Bahtera, Tjipta, Wijayahadi, 2018).
Angka kejadian kejang demam di Indonesia pada tahun 2018
mencapai 2-5% dengan 85% yang disebabkan oleh infeksi saluran
pernafasan. Tahun 2017, sebesar 17,4% anak mengalami kejang demam dan
mengalami peningkatan pada tahun 2018 dengan kejadian kejang sebesar
22,2%. Kejang demam dapat mengakibatkan perasaan ketakutan yang
berlebihan, trauma secara emosi dan kecemasan pada orang tua, sekitar 25-
50%anak kejang demam mengalami bangkitan kejang demam berulang.
Pengalaman pertama orang tua saat melihat anak kejang demam akan
menimbulkan ketakutan pada orang tua, hal ini menjadi masalah dan sangat
mengganggu.(Angelia et al., 2019).
C. Etiologi Kejang Demam
1. Faktor-faktor prenatal
2. Malformasi otak congenital
3. Faktor genetika
4. Penyakit infeksi (ensefalitis, meningitis)
5. Demam
6. Gangguan metabolisme
7. Trauma
8. Neoplasma, toksin
9. Gangguan sirkulasi
10. Penyakit degeneratif susunan saraf.
11. Respon alergi atau keadaan imun yang abnormal.

D. Patofisiologi Kejang Demam


Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi
dipecah menjadi CO2dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari
permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam
keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion
kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na +) dan elektrolit
lainnya, kecuali ion klorida (Cl–). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel
neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang di luar sel neuron terdapat
keadaan sebalikya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan
di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut
potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial
membran diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yangterdapat
pada permukaan sel.Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah
oleh:
a. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular
b. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi
atau aliran listrikdari sekitarnya
c. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau
keturunan
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan
kenaikan metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan
meningkat 20%. Pada anak 3 tahunsirkulasi otak mencapai 65 % dari
seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15 %.
Oleh karena itu kenaikan suhu tubuh dapat mengubah
keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang
singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium akibat
terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian
besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran
sel sekitarnya dengan bantuan “neurotransmitter” dan terjadi kejang.
Kejang demam yang berlangsung lama (lebihdari 15 menit) biasanya
disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk
kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia,
asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi
artenal disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh
meningkat yang disebabkan makin meningkatnya aktifitas otot dan
mengakibatkan metabolisme otak meningkat.

E. Klasifikasi Kejang Demam Kompleks


Terdapat gangguan kesadaran, walaupun pada awalnya sebagai kejang
parsial simpleks. Dapat mencangkup otomatisme atau gerakan otomatik;
mengecap-ecapkan bibir, mengunyah, gerakan mencongkel yang berulang-
ulang pada tangan, dan gerakan tangan lainnya. Dapat tanpa otomatisme
tatapan terpaku. (Cecily L.Betz dan Linda A.Sowden, 2018)

F. Manefestasi klinis Klinis Kejang Demam


Kejang demam kompleks (Complex Febrile Seizure), dengan ciri- ciri
gejala klinis sebagai berikut :
1. Kejang lama > 15 menit
2. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului
kejang parsial
3. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.

G. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik anak dengan kejang demam, selain adanya
peningkatan suhu, biasanya normal atau sesuai dengan penyebab demam
(contoh: rhonki pada paru pada anak bronkopneumonia yang demam).
Penting untuk melihat tanda dari meningitis dan ensefalitis untuk
menyingkirkan diagnosis banding:
1. Meningitis: kaku kuduk, tanda Kernig dan Brudzinski yang positif
dengan atau tanpa gejala neurologis fokal. [5] Pada bayi baru lahir,
tanda-tanda ini jarang terlihat pada meningitis.
2. Ensefalitis: beberapa gangguan kesadaran, perubahan tingkah laku,
penemuan neurologis fokal (contoh: hemiparesis, kejang fokal dan
disfungsi otonom), gangguan motorik, ataksia, gangguan pada saraf
kranial, disfagia, meningismus, atau disfungsi sensorimotor unilateral.

H. Pemeriksaan Penunjang Kejang Demam


1. Elektro encephalograft (EEG)
Untuk pemeriksaan ini dirasa kurang mempunyai nilai
prognostik. EEG abnormal tidak dapat digunakan untuk menduga
kemungkinan terjadinya epilepsi atau kejang demam yang berulang
dikemudian hari. Saat ini pemeriksaan EEG tidak lagi dianjurkan
untuk pasien kejang demam yang sederhana. Pemeriksaan
laboratorium rutin tidak dianjurkan dan dikerjakan untuk
mengevaluasi sumber infeksi.
2. Pemeriksaan cairan cerebrospinal
Hal ini dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya
meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama. Pada
bayi yang masih kecil seringkali gejala meningitis tidak jelas sehingga
harus dilakukan lumbal pungsi pada bayi yang berumur kurang dari 6
bulan dan dianjurkan untuk yang berumur kurang dari 18 bulan.
3. Darah
a. Glukosa Darah : Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang
(N < 200 mq/dl)
b. BUN: Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan
merupakan indikasi neprotoksik akibat dari pemberian obat.
c. Elektrolit : K, Na Ketidakseimbangan elektrolit merupakan
predisposisi kejangKalium ( N 3,80 – 5,00 meq/dl ) Natrium ( N 135 –
144 meq/dl )
d. Cairan Cerebo Spinal : Mendeteksi tekanan abnormal dari
CCS tanda infeksi,pendarahan penyebab kejang.
4. Skull Ray :Untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang dan
adanya lesi
5. Tansiluminasi : Suatu cara yang dikerjakan pada bayi dengan
UUB masih terbuka(di bawah 2 tahun) di kamar gelap dengan lampu
khusus untuk transiluminasi kepala.
I. Diagnosis
Diagnosis kejang demam ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan dilakukan untuk
memastikan bahwa tidak ada penyebab kejang di intrakranial.
J. Terapi
1. Pengobatan
a. Pengobatan fase akut

Obat yang paling cepat menghentikan kejang demam adalah


diazepam yangdiberikan melalui interavena atau indra vectal.
Dosis awal : 0,3 – 0,5 mg/kg/dosis IV (perlahan-lahan).
Bila kejang belum berhenti dapat diulang dengan dosis yang
sama setelah 20menit.
b. Turunkan panas
Anti piretika : parasetamol / salisilat 10 mg/kg/dosis.
Kompres air PAM / Os
c. Mencari dan mengobati penyebab
Pemeriksaan cairan serebro spiral dilakukan untuk
menyingkirkan kemungkinan meningitis, terutama pada pasien
kejang demam yang pertama, walaupun demikian kebanyakan
dokter melakukan pungsi lumbal hanya pada kasus yang
dicurigai sebagai meningitis, misalnya bila aga gejala meningitis
atau bila kejang demam berlangsung lama.
d. Pengobatan profilaksis
Pengobatan ini ada dalam cara : profilaksis intermitten /
saat demam dan profilaksis terus menerus dengan antikanulsa
setiap hari. Untuk profilaksis intermitten diberikan diazepim
secara oral dengan dosis 0,3 – 0,5 mg/hgBB/hari.
e. Penanganan sportif
 Bebaskan jalan napas
 Beri zat asam
 Jaga keseimbangan cairan dan elektrolit
 Pertahankan tekanan darah5)
2. Pencegahan
a. Pencegahan berkala (intermitten) untuk kejang demam
sederhana. Beri diazepam dan antipiretika pada penyakit-
penyakit yang disertai demam.
b. Pencegahan kontinyu untuk kejang demam komplikasi Dapat
digunakan :

 Penobarbital : 5-7 mg/kg/24 jam dibagi 3 dosis

 Fenitorri : 2-8 mg/kg/24 jam dibagi 2-3 dosis

 Diazepam : (indikasi khusus)


KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KEJANG DEMAM

A. Pengkajian Keperawatan
1. Anamnesa
a. Aktivitas atau Istirahat Keletihan, kelemahan umum
Keterbatasan dalam beraktivitas, bekerja, dan lain-lain
b. Sirkulasi
Iktal : Hipertensi, peningkatan nadi sinosis
Posiktal : Tanda-tanda vital normal atau depresi dengan penurunan
nadi dan pernafasan
c. Intergritas Ego
Stressor eksternal atau internal yang berhubungan dengan keadaan dan
atau penanganan Peka rangsangan : pernafasan tidak ada
harapan atau tidak berdaya Perubahan dalam berhubungan
d. Eliminasi
1) Inkontinensia epirodik
2) Makanan atau cairan
3) Sensitivitas terhadap makanan, mual atau muntah yang
berhubungan dengan aktivitaskejang
e. Neurosensori
1) Riwayat sakit kepala, aktivitas kejang berulang, pinsan,
pusing riwayat trauma kepala, anoreksia, dan infeksi
serebal
2) Adanya area (rasangan visual, auditoris, area halusinasi)
3) Posiktal : Kelamaan, nyeri otot, area paratise atau paralisis
f. Kenyamanan
1) Sakit kepala, nyeri otot, (punggung pada periode posiktal)
2) Nyeri abnormal proksimal selama fase iktal
g. Pernafasan
1) Fase iktal : Gigi menyetup, sinosis, pernafasan menurun
cepat peningkatan sekresimulus
2) Fase posektal : Apnea
h. Keamanan
1) Riwayat terjatuh
2) Adanya alergi
i. Interaksi Sosial
Masalah dalam hubungan interpersonal dalam
keluarga lingkungan sosialnya
2. Pemeriksaan Fisik
a. Aktivitas
1) Perubahan tonus otot atau kekuatan otot
2) Gerakan involanter atau kontraksi otot atau sekelompok
otot
b. Integritas Ego
1) Pelebaran rentang respon emosional
c. Eleminasi
Iktal : penurunan tekanan kandung kemih dan tonus spinter Posiktal :
otot relaksasi yang mengakibatkan inkonmesia
d. Makanan atau cairan
1) Kerusakan jaringan lunak (cedera selama kejang)
2) Hyperplasia ginginal
e. Neurosensori (karakteristik kejang)
1) Fase prodomal : Adanya perubahan pada reaksi emosi
atau respon efektifitas yangtidak menentu yang mengarah
pada fase area.
2) Kejang umum
Tonik – klonik : kekakuan dan postur menjejak, mengenag
peningkatan keadaan, pupildilatasi, inkontineusia urine
3) Fosiktal : pasien tertidur selama 30 menit sampai
beberapa jam, lemah kalau mentaldan anesia
Absen (patitmal) : periode gangguan kesadaran dan atau
makanan
4) Kejang parsial
Jaksomia atau motorik fokal : sering didahului dengan aura,
berakhir 15 menit tdak ada penurunan kesadaran gerakan
ersifat konvulsif
f. Kenyamanan
Sikap atau tingkah laku yang berhati-hati Perubahan pada tonus otot
Tingkah laku distraksi atau gelisah

g. Keamanan
Trauma pada jaringan lunak
Penurunan kekuatan atau tonus otot secara menyeluruh
B. Pathway

Infeksi bakteri Rangsang mekanik dan biokimia.


Virus dan parasit gangguan keseimbangan cairan&elektrolit

perubahan konsentrasi ion


Reaksi inflamasi di ruang ekstraseluler

Risiko Infeksi

Proses demam
Ketidakseimbangan kelainan neurologis

Hipertermia potensial membran

perinatal/prenatal ATP ASE


Resiko kejang berulang
difusi Na+ dan K+

Pengobatan perawatan
Kondisi, prognosis, lanjut kejang Risiko cedera
Dan diit

Defisi Pengetahuan kurang dari 15 menit lebih dari 15 menit

perubahan suplay
Tidak menimbulkan Darah ke otakgejala sisa

resiko kerusakan selNeuron otak

Ketidakefekttifan Perfusi jaringan perifer


C. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi berhubunga dengan dehidrasi
2. Ketidaefektifan perfusi jaringan perifer berhubunga dengan kurang
pengetahuan tentang proses penyakit
3. Risiko cidera berhubunga dengan pajanan pada patogen
4. Risiko infeksi berhubungan dengan kurang askses ke peralatan pelindung
individul
5. Defisien pengetahuan berhubungan dengan ansietas
D. Rencana Keperawatan

No Diagnosa Noc Nic Rasional


Hipertermi Label : Termoregulasi Label : Perawatan Demam

Definisi : Tujuan dan kriteria hasil Setelah 1. Monitor suhu tubuh dan tanda- 1. Untuk mmpermudah dalam
Suhu inti tubuh diatas rentang dilakukan asuhan keperawatan tanda vital melakukan diagnosis suatu
normal karena kegagalan selama .......... jam diharapkan penyakit dan melihat keadaan
termoregulasi tidak terjadi hipertermi atau umum pasien
peningkatan suhu tubuh, dengan 2. Monitor warna kulit 2. Untuk melihat apakah ada tanda-
Batasan Karkteristik : kriteria hasil: tanda perubahan warna kulit
 Postur abnormal 1. Suhu tubuh dalam rentan (sianosis)
 Apnea normal (36,5-37oC) 3. Tingkatkan sirkulasi udara 3. Menciptakan ketersediaan udara
 Koma 2. Nadi dalam rentan normal 80- dengan membatasi bersih
 Kulit kemerahan 120x/menit pengunjung
 Hipotensi 3. RR dalam rentan normal 18- 4. Berikan cairan dan elektrolit 4. Memiliki fungi yang sangat
 Iritabilitas mood 24x/menit sesuai kebutuhan penting bagi tubuh
 Letargi 4. Tidak ada perubahan kulit dan 5. Menganjurkan menggunakan 5. Agar panas tidak tertambung
 Kejang tidak ada pusing. pakaian yang tipis dan menyerap didalam pakain
 Kulit terasa hangat 5. Tidak ada dehidrasi keringat
 Stupor 6. Peningkata suhu kulit tidak ada 6. Kolaborasi dengan dokter dalam 6. Untuk pemberian obat antipiretik
 Takikardi pemberian obat
 Takipea penurun panas
 Vasodilatasi
Faktor yang berhubungan :
Dehidrasi
Ketidaefekttifan perfusi
Label : Perfusi jaringan perifer Label : Manajeman sensasi perifer
jaringan perifer
Setelah diberikan asuhan keperawatan 1. Monitor TD, nadi, suhu dan RR
Definisi : selama ............... jam dengan 1. Untuk mengetahui keadaan umum
Penurunan sirkulasi darah perifer kriteria hasil: 2. Catat adanya penigkatan pasien
yang dapat menganggu 1. TD sistole dan diastole dalam tekanan darah 2. untuk melihat tanda-tanda
kesehatan batas normal 80- 100/60 3. Monitor jumlah dan irama peningkatan tekanan intracranial
mmHg jantung 3. untuk melihat apakah yang terjadi
Batasan karakteristik : 2. Nadi normal 80-90 x/ menit 4. Monitor tingkat kesadaran pada irama jantung
 Tidak ada nadi perifer 3. Suhu normal 36-37 4. untuk melihat tingkat kesadaran
 Perubahan fungsi derajat celcius pasien
motorik 4. saturasi oksigen 95-100%
 Perubahan karakteristi 5. pengisian kapiler jari >3 detik
kulit 6. muka tidak pucat
 Waktu pengisian
kapiler > 3 detik
 Warna tidak kembali
pada tungkai 1 menit
setelah tungkai
diturunkan
 Perubahan tekanan
darah diektremitas
 Penurunan nadi perifer
 Edema
 Nyeri ektremitas
 Warna kulit pucat pada
elevasi tungkai

Faktor yang berhubungan :


Kurang pengetahuan
tentang proses penyakit

siko cedera Label : Kontrol Risiko Label : Manajemen Lingkungan

Definisi : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Sediakan lingkungan yang 1. Agar pasien merasa tenang dan
Rentan pada cedera fisik akibat selama ............... jam diharapkan aman untuk pasien nyaman
kondisi lingkungan yang dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi kebutuhan dan 2. Terciptanya keselamatan pasien
berinteraksi dengan 1. Tidak terjadi cedera keamanan pasien dirumah sakit
sumber adaptif dan 3. Menghindarkan lingkungan 3. Untuk melindungi dan menjamin
sumber defensif individu, yang berbahaya keselamatan pasien
yang dapat menganggu 4. Memasang side rail tempat 4. Untuk menjaga stabilitas saat
kesehatan tidur pasien bergerak
5. Menyediakan tempat tidur 5. Memberikan keamanan dan
Faktor risiko : yang nyaman dan bersih kenyamanan pasien
 Disfungsi kognitif 6. Menganjurkan keluarga 6. Untuk memberikan dukungn dan
 Pajanan pada kimia untuk nememani pasien motivasi untuk pasien dalam
toksik menjalanankan setiap pengobatan
 Tingkat imunisasi
dikomunitas
 Kurang pengetahuan
tentang faktor yang
dapat diubah
 Malnutrisi
 Manivestasi
neurobehavioral
 Agen noskomial
 Barier fisik
 Kurang sumber nutrisi

Risiko infeksi Label : Label : Kontrol Infeksi


Status Imun
Definisi : Pengetahuan : Kontrol Infeksi 1. Bersihkan lingkungan 1. Untuk mencegah penyakit maupun
Rentan pada invasi dan pasien secara benar setiap infeks yang disebabkan oleh bakteri
multipikasi organisme
Setelah dilakukan asuhan keperawatan setelah digunakan pasien
patogenik yang dapat selama .......... jam, diharapkan 2. Cuci tangan sebelum dan 2. untuk membersihkan kotoran dan
menganggu kesehatan dengan kriteria hasil : sesudah merawat pasien, dan kuman pada tangan
1. Keluarga tahu tanda- ajari cuci tangan yang benar
Faktor resiko : tanda infeksi. 3. Anjurkan pada keluarga untuk 3. agar keluarga pasien dapat
 Kesulitan mengelola 2. Angka leukosit normal selalu menjaga kebersihan klien mengetahui mejaga kebersihan dpat
perawatan luka (5.000–20.000/mm3) terhindar dari penyakit yang
 Disfungsi moltilitas disebabkan lingkungan yang tidak
gastrointenstinal sehat
 Kerusakan integritas 4. Ajari keluarga cara 4. untuk menambah pengetahuan serta
kulit menghindari infeksi serta tentang dapat megetahui apa saja tanda dan
 Kurang hygine tanda dan gejala infeksi dan gejala jika terjadi infeksi
lingkungan segera untuk melaporkan
 Kurang literasi keperawat kesehatan
kesehatan
 Kurang pengetahuan
untuk menghindari
pajanan patogen
 Kurang vaksinasi
 Obesitas
 Status cairan tubuh
Defisien pengetahuan Label : Label :
Pengetahuan : Proses Penyakit Pengajaran : Proses Penyakit
Definisi :
Ketiadaan informasi kognitif
Setelah di lakukan tindakan keperawatan 1. Jelaskan tanda dan gejala yang 1. Agar pasien dan keluarga pasien
yang berkaitan dengan selama ............ jam diharapkan umum dari penyakit sesuai memahami dari tanda dan gejala
topik tertentu, atau kriteria hasil : kebutuhan suatu penyakit
penanganannya 1. Mengetahui tanda dan gejala
2. Sumber-sumber informasi 2. Jelaskan mengenai proses penyakit 2. Menjelaskan proses penyakit dapat
Batasan karakteristik : penyakit spesifik yang sesuai kebutuhan meningkatkan pengetahuna dan
 Ketidakadekuratan terpercaya mengurangi kecemasan
mengikuti perintah 3. Berikan informasi pasien 3. Meningkatkan pengetahuan dan
 Ketidakadekuratan mengenai kondisinya, sesuai pemahaman pasien
melakukan tes kebutuhan
 Ketidakadekuratan 4. Jelaskan alasan dibalik 4. Untuk mempermudah intervensi
pernyataan tentang manajemen/terapi/penangan yang
suatu topik direkomendasikan
 Perilaku tidak tepat

Faktor yang berhubungan :


Ansietas
DAFTAR PUSTAKA

Nanda. 2021. Diagnosa keperawatan : Definisi & Klasifikasi 2021-2023,


Edisi 2.Jakarta: EGC, 2021
Nursing Outcames Classification (NOC) 2018. 6th Indonesian edition, by Sue
Moorhead, Elizabeth Swanson, Marion Johnson, Meridean L. Maas O
Copyright 2018 Elvies Singapore Pte Ltd
Nursing Interventions Classification (NIC) 2018. 7th Indonesian edition, by
Howard Butcher, Gloria Bulechek sat Joanne Dochterman and Cheryl
O Copyright 2018 Elsevies Singapore Pte Ltd
Amid dan Hardhi, 2018. Diagnosis keperawatan, , JakartaCarolin,
Elizabeth J. 2018. Buku Saku Patofisiologi. EGC: Jakarta.
Carpenito, L.J.,2020, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek
Klinis, EGC, Jakarta
Marilynn E. 2018. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, alih bahasa; I
Made Kariasa, editor; Monica Ester, Edisi 3. EGC: Jakarta.
Hidayat, Azis Alimul. (2018). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I.
Edisi:1. Jakarta: Salemba medika.
Maeda, Dkk. Lp kejang demam. 12 juni 2022.
https://www.scribd.com/doc/240209755/LP- Kejang-Demam
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. (2019). Ilmu Kesehatan Anak. Edisi: 11.
Jakarta: Infomedika
Syaifudin (2018). Anatomi Fisiologi untuk mahasiswa keperawatan.
Editor: Monica Ester. Edisi: 3. Jakarta: ECG
Smeltzer, Suzanne C. 2018. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner & Suddarth, alih bahasa; Agung Waluyo, editor; Monica
Ester, Edisi 8. EGC: Jakarta.
BED SITE TEACHING

Disusun Oleh
Fatrainy T Mokodompit
2021032023

Mengetahui

CI Lahan CI Institusi

Ns. Susianti, S.Kep Ns. Ni Nyoman Udiani, S.Kep.,M.Kep

PROGRAM STUDI NERS PROFESI NERS


STIKES WIDYA NUSANTARA PALU
TAHUN 2022
LAPORAN PENDAHULUAN
DENGAN DIAGNOSA KEJANG DEMAM KOMPLEKS

Disusun Oleh
Fatrainy T Mokodompit
2021032023

Mengetahui

CI Lahan CI Institusi

Ns. Susianti, S.Kep Ns. Ni Nyoman Udiani, S.Kep.,M.Kep

PROGRAM STUDI NERS PROFESI NERS


STIKES WIDYA NUSANTARA PALU
TAHUN 2022

Anda mungkin juga menyukai