13 LP Kejang Demam (PICU)
13 LP Kejang Demam (PICU)
B. Epidemiologi
WHO (World Health Organization) memperkirakan pada tahun 2019
terdapat lebih dari 18,3 juta penderita kejang demam dan lebih dari 154 ribu
diantaranya meninggal. Insiden dan prevalensi kejang demam di Eropa pada
tahun 2016 berkisar 2-4%, di Asia prevalensi kejang demam lebih besar
yaitu 8,3-9,9% pada tahun yang sama (Angelia et al., 2019). Negara lain
insiden kejang demam bervariasi seperti Jepang 8,8%, Guam 14%, India 5-
10%. Amerika serikat inisden kejang demam mencapai 2%-5% pada anak
yang berusia kurang dari 5 tahun. Angka kejadian kejang demam di asia
dilaporkan lebih tinggi dari amerika yaitu sebesar 8,3% - 9,9%, sekitar 80%-
90% dari sejumlah kejadian kejang demam di asia adalah kejang demam
sederhana (Fuadi, Fuadi, Bahtera, Tjipta, Wijayahadi, 2018).
Angka kejadian kejang demam di Indonesia pada tahun 2018
mencapai 2-5% dengan 85% yang disebabkan oleh infeksi saluran
pernafasan. Tahun 2017, sebesar 17,4% anak mengalami kejang demam dan
mengalami peningkatan pada tahun 2018 dengan kejadian kejang sebesar
22,2%. Kejang demam dapat mengakibatkan perasaan ketakutan yang
berlebihan, trauma secara emosi dan kecemasan pada orang tua, sekitar 25-
50%anak kejang demam mengalami bangkitan kejang demam berulang.
Pengalaman pertama orang tua saat melihat anak kejang demam akan
menimbulkan ketakutan pada orang tua, hal ini menjadi masalah dan sangat
mengganggu.(Angelia et al., 2019).
C. Etiologi Kejang Demam
1. Faktor-faktor prenatal
2. Malformasi otak congenital
3. Faktor genetika
4. Penyakit infeksi (ensefalitis, meningitis)
5. Demam
6. Gangguan metabolisme
7. Trauma
8. Neoplasma, toksin
9. Gangguan sirkulasi
10. Penyakit degeneratif susunan saraf.
11. Respon alergi atau keadaan imun yang abnormal.
G. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik anak dengan kejang demam, selain adanya
peningkatan suhu, biasanya normal atau sesuai dengan penyebab demam
(contoh: rhonki pada paru pada anak bronkopneumonia yang demam).
Penting untuk melihat tanda dari meningitis dan ensefalitis untuk
menyingkirkan diagnosis banding:
1. Meningitis: kaku kuduk, tanda Kernig dan Brudzinski yang positif
dengan atau tanpa gejala neurologis fokal. [5] Pada bayi baru lahir,
tanda-tanda ini jarang terlihat pada meningitis.
2. Ensefalitis: beberapa gangguan kesadaran, perubahan tingkah laku,
penemuan neurologis fokal (contoh: hemiparesis, kejang fokal dan
disfungsi otonom), gangguan motorik, ataksia, gangguan pada saraf
kranial, disfagia, meningismus, atau disfungsi sensorimotor unilateral.
A. Pengkajian Keperawatan
1. Anamnesa
a. Aktivitas atau Istirahat Keletihan, kelemahan umum
Keterbatasan dalam beraktivitas, bekerja, dan lain-lain
b. Sirkulasi
Iktal : Hipertensi, peningkatan nadi sinosis
Posiktal : Tanda-tanda vital normal atau depresi dengan penurunan
nadi dan pernafasan
c. Intergritas Ego
Stressor eksternal atau internal yang berhubungan dengan keadaan dan
atau penanganan Peka rangsangan : pernafasan tidak ada
harapan atau tidak berdaya Perubahan dalam berhubungan
d. Eliminasi
1) Inkontinensia epirodik
2) Makanan atau cairan
3) Sensitivitas terhadap makanan, mual atau muntah yang
berhubungan dengan aktivitaskejang
e. Neurosensori
1) Riwayat sakit kepala, aktivitas kejang berulang, pinsan,
pusing riwayat trauma kepala, anoreksia, dan infeksi
serebal
2) Adanya area (rasangan visual, auditoris, area halusinasi)
3) Posiktal : Kelamaan, nyeri otot, area paratise atau paralisis
f. Kenyamanan
1) Sakit kepala, nyeri otot, (punggung pada periode posiktal)
2) Nyeri abnormal proksimal selama fase iktal
g. Pernafasan
1) Fase iktal : Gigi menyetup, sinosis, pernafasan menurun
cepat peningkatan sekresimulus
2) Fase posektal : Apnea
h. Keamanan
1) Riwayat terjatuh
2) Adanya alergi
i. Interaksi Sosial
Masalah dalam hubungan interpersonal dalam
keluarga lingkungan sosialnya
2. Pemeriksaan Fisik
a. Aktivitas
1) Perubahan tonus otot atau kekuatan otot
2) Gerakan involanter atau kontraksi otot atau sekelompok
otot
b. Integritas Ego
1) Pelebaran rentang respon emosional
c. Eleminasi
Iktal : penurunan tekanan kandung kemih dan tonus spinter Posiktal :
otot relaksasi yang mengakibatkan inkonmesia
d. Makanan atau cairan
1) Kerusakan jaringan lunak (cedera selama kejang)
2) Hyperplasia ginginal
e. Neurosensori (karakteristik kejang)
1) Fase prodomal : Adanya perubahan pada reaksi emosi
atau respon efektifitas yangtidak menentu yang mengarah
pada fase area.
2) Kejang umum
Tonik – klonik : kekakuan dan postur menjejak, mengenag
peningkatan keadaan, pupildilatasi, inkontineusia urine
3) Fosiktal : pasien tertidur selama 30 menit sampai
beberapa jam, lemah kalau mentaldan anesia
Absen (patitmal) : periode gangguan kesadaran dan atau
makanan
4) Kejang parsial
Jaksomia atau motorik fokal : sering didahului dengan aura,
berakhir 15 menit tdak ada penurunan kesadaran gerakan
ersifat konvulsif
f. Kenyamanan
Sikap atau tingkah laku yang berhati-hati Perubahan pada tonus otot
Tingkah laku distraksi atau gelisah
g. Keamanan
Trauma pada jaringan lunak
Penurunan kekuatan atau tonus otot secara menyeluruh
B. Pathway
Risiko Infeksi
Proses demam
Ketidakseimbangan kelainan neurologis
Pengobatan perawatan
Kondisi, prognosis, lanjut kejang Risiko cedera
Dan diit
perubahan suplay
Tidak menimbulkan Darah ke otakgejala sisa
Definisi : Tujuan dan kriteria hasil Setelah 1. Monitor suhu tubuh dan tanda- 1. Untuk mmpermudah dalam
Suhu inti tubuh diatas rentang dilakukan asuhan keperawatan tanda vital melakukan diagnosis suatu
normal karena kegagalan selama .......... jam diharapkan penyakit dan melihat keadaan
termoregulasi tidak terjadi hipertermi atau umum pasien
peningkatan suhu tubuh, dengan 2. Monitor warna kulit 2. Untuk melihat apakah ada tanda-
Batasan Karkteristik : kriteria hasil: tanda perubahan warna kulit
Postur abnormal 1. Suhu tubuh dalam rentan (sianosis)
Apnea normal (36,5-37oC) 3. Tingkatkan sirkulasi udara 3. Menciptakan ketersediaan udara
Koma 2. Nadi dalam rentan normal 80- dengan membatasi bersih
Kulit kemerahan 120x/menit pengunjung
Hipotensi 3. RR dalam rentan normal 18- 4. Berikan cairan dan elektrolit 4. Memiliki fungi yang sangat
Iritabilitas mood 24x/menit sesuai kebutuhan penting bagi tubuh
Letargi 4. Tidak ada perubahan kulit dan 5. Menganjurkan menggunakan 5. Agar panas tidak tertambung
Kejang tidak ada pusing. pakaian yang tipis dan menyerap didalam pakain
Kulit terasa hangat 5. Tidak ada dehidrasi keringat
Stupor 6. Peningkata suhu kulit tidak ada 6. Kolaborasi dengan dokter dalam 6. Untuk pemberian obat antipiretik
Takikardi pemberian obat
Takipea penurun panas
Vasodilatasi
Faktor yang berhubungan :
Dehidrasi
Ketidaefekttifan perfusi
Label : Perfusi jaringan perifer Label : Manajeman sensasi perifer
jaringan perifer
Setelah diberikan asuhan keperawatan 1. Monitor TD, nadi, suhu dan RR
Definisi : selama ............... jam dengan 1. Untuk mengetahui keadaan umum
Penurunan sirkulasi darah perifer kriteria hasil: 2. Catat adanya penigkatan pasien
yang dapat menganggu 1. TD sistole dan diastole dalam tekanan darah 2. untuk melihat tanda-tanda
kesehatan batas normal 80- 100/60 3. Monitor jumlah dan irama peningkatan tekanan intracranial
mmHg jantung 3. untuk melihat apakah yang terjadi
Batasan karakteristik : 2. Nadi normal 80-90 x/ menit 4. Monitor tingkat kesadaran pada irama jantung
Tidak ada nadi perifer 3. Suhu normal 36-37 4. untuk melihat tingkat kesadaran
Perubahan fungsi derajat celcius pasien
motorik 4. saturasi oksigen 95-100%
Perubahan karakteristi 5. pengisian kapiler jari >3 detik
kulit 6. muka tidak pucat
Waktu pengisian
kapiler > 3 detik
Warna tidak kembali
pada tungkai 1 menit
setelah tungkai
diturunkan
Perubahan tekanan
darah diektremitas
Penurunan nadi perifer
Edema
Nyeri ektremitas
Warna kulit pucat pada
elevasi tungkai
Definisi : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Sediakan lingkungan yang 1. Agar pasien merasa tenang dan
Rentan pada cedera fisik akibat selama ............... jam diharapkan aman untuk pasien nyaman
kondisi lingkungan yang dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi kebutuhan dan 2. Terciptanya keselamatan pasien
berinteraksi dengan 1. Tidak terjadi cedera keamanan pasien dirumah sakit
sumber adaptif dan 3. Menghindarkan lingkungan 3. Untuk melindungi dan menjamin
sumber defensif individu, yang berbahaya keselamatan pasien
yang dapat menganggu 4. Memasang side rail tempat 4. Untuk menjaga stabilitas saat
kesehatan tidur pasien bergerak
5. Menyediakan tempat tidur 5. Memberikan keamanan dan
Faktor risiko : yang nyaman dan bersih kenyamanan pasien
Disfungsi kognitif 6. Menganjurkan keluarga 6. Untuk memberikan dukungn dan
Pajanan pada kimia untuk nememani pasien motivasi untuk pasien dalam
toksik menjalanankan setiap pengobatan
Tingkat imunisasi
dikomunitas
Kurang pengetahuan
tentang faktor yang
dapat diubah
Malnutrisi
Manivestasi
neurobehavioral
Agen noskomial
Barier fisik
Kurang sumber nutrisi
Disusun Oleh
Fatrainy T Mokodompit
2021032023
Mengetahui
CI Lahan CI Institusi
Disusun Oleh
Fatrainy T Mokodompit
2021032023
Mengetahui
CI Lahan CI Institusi