Kasus Kejang Demam Kompleks
Kasus Kejang Demam Kompleks
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : An. N
Umur : 2 tahun 10 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat :P
Tanggal MRS : 27 September 2013
Tanggal Pemeriksaan : 30 September 2013
II. ANAMNESIS
Anamnesis diperoleh dengan cara alloanamnesis terhadap orangtua pasien
A. Keluhan Utama
Kejang
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien merupakan rujukan dari salah satu RS swasta dengan
diagnosis kejang demam.
Kurang lebih 6 jam sebelum masuk rumah sakit pasien mengalami
demam tinggi, batuk pilek (-), muntah (-), BAB (+) normal, warna kuning,
konsistensi padat, BAK (+) warna kuning, nyeri saat BAB/BAK (-).
Pasien kemudian diberi obat penurun panas, panas turun tetapi kemudian
naik lagi.
Kurang lebih 1 jam SMRS pasien kejang 1x seluruh tubuh + 15
menit, demam (+). Saat kejang seluruh tangan dan kaki bergerak flexi dan
ekstensi, mata melirik ke atas, mulut bergerak-gerak dan pasien tidak
sadar. Pasien kemudian dibawa ke IGD RS swasta, dan diberikan terapi
stesolid suppositoria. Menurut keterangan dari surat rujukan RS swasta,
pasien kejang selama kurang lebih 45 menit. Demam suhu 39 oC. Setelah
kejang berhenti, pasien menangis. Pasien juga mendapat terapi inj.
1
Midazolam 2 mg intravena dan inj. Antrain 100 mg intravena. Karena
PICU di RS swasta tersebut penuh, pasien kemudian dirujuk ke RSUD.
Saat di IGD RSDM pasien tidak kejang, demam (-), batuk pilek (-),
muntah (-). BAB (+) 1 jam SMRS, warna kuning, konsistensi padat, BAK
(+) warna kuning, jumlah banyak, nyeri saat BAB/BAK (-).
F. Pohon Keluarga
II
36 tahun 33 tahun
2
Keterangan
: laki-laki
: perempuan
: penderita
H. Riwayat Kelahiran
Pasien lahir secara normal di RS, usia kehamilan 39 minggu, berat
lahir 2800 gram, panjang badan: 48 cm. Pasien lahir spontan dan langsung
menangis kuat.
J. Riwayat Imunisasi
Jenis I II III IV
BCG 1 bulan - - -
DPT 1 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan
POLIO 0 bulan 1 bulan 2 bulan 3 bulan
Hepatitis B 0 bulan 1 bulan 2 bulan 3 bulan
Campak 9 bulan - - -
Kesimpulan : tidak sesuai jadwal IDAI 2011
3
K. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
- Senyum: 2 bln
- Tengkurap: 4 bln
- Duduk : 8 bulan
- Berdiri: 11 bulan
- Berjalan: 13 bulan
- Berlari: 18 bulan
Kesan : Pertumbuhan dan perkembangan kesan sesuai usia
4
BB : 11 kg
TB : 90 cm
5
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : tympani
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba
Genitalia : phimosis (-)
Ekstremitas:
akral dingin - - sianosis oedem
- - - -
- - - - - -
Arteri Dorsalis Pedis teraba kuat
Capillary Reffil Time < 2”
klonus - - spastik - -
- - - -
Status Neurologis
Reflek Fisiologis : Reflek Patologis: Meningeal sign:
biceps (+2/+2) Babinsky(-/-) kaku kuduk (-)
triceps(+2/+2) Chaddock(-/-) kernig(-)
patella(+2/+2) Oppenheim(-/-) Laseqque(-)
achilles(+2/+2) Schaeffer(-/-) Brudzinky I/II (-/-)
Gordon (-/-)
6
PDW : 15 %
Eosinofil : 0,50 %
Basofil : 0,20 %
Netrofil Segmen : 83.00 %
Limfosit : 11.30 %
Monosit : 5,00%
Gula darah Sewaktu : 111 mg/dl
Natrium : 135 mmol/L
Kalium : 3,9 mmol/L
Klorida :104 mmol/L
V. RESUME
Kurang lebih 6 jam sebelum masuk rumah sakit pasien mengalami
demam tinggi, kemudian diberi obat penurun panas, panas turun tetapi
kemudian naik lagi. Kurang lebih 1 jam SMRS pasien kejang 1x seluruh
tubuh + 15 menit, demam (+). Saat kejang seluruh tangan dan kaki bergerak
flexi dan ekstensi, mata melirik ke atas, mulut bergerak-gerak dan pasien tidak
sadar. Pasien kemudian dibawa ke IGD RS swasta, dan diberikan terapi
stesolid suppositoria. Menurut keterangan dari surat rujukan RS swasta, pasien
kejang selama kurang lebih 45 menit. Demam suhu 39 oC. Setelah kejang
7
berhenti, pasien menangis. Pasien juga mendapat terapi inj. Midazolam 2 mg
intravena dan inj. Antrain 100 mg intravena. Karena PICU di RS swasta
tersebut penuh, pasien kemudian dirujuk ke RSDM. Saat di IGD RSDM
pasien tidak kejang, demam (-), batuk pilek (-), muntah (-). BAB (+) 1 jam
SMRS, warna kuning, konsistensi padat, BAK (+) warna kuning, jumlah
banyak, nyeri saat BAB/BAK (-).
Pada pemeriksaan fisik diperoleh keadaan umum tampak sakit sedang,
kompos mentis, gizi kesan baik. BB : 11 kg; TB : 90 cm; Nadi : 124 x/menit,
Pernafasan: 24 x/menit; Suhu : 36,7º C (per axiler), tidak didapatkan kelainan
neurologis, meningeal sign (-). Pemeriksaan penunjang dalam batas normal.
VII. DIAGNOSIS
1. Kejang demam kompleks
2. Suspek ISK
3. Status gizi baik
VIII. PENATALAKSANAAN
1. Rawat bangsal Neurologi
2. Diet nasi lauk 1000 kkal/ hari
3. IVFD KAEN 3B 10 tpm makro
4. Inj. Kutoin 200 mg dalam NaCl 0,9% s.d 30 cc habis dalam 30 menit,
kecepatan 60 cc/jam (saat di IGD), dilanjutkan 25 mg+ NaCl 0,9% s.d 30
cc kecepatan 60 cc/jam per 12 jam
5. Inj diazepam (0,3mg/kgBB)= 3 mg iv pelan (bila kejang)
6. Inj ampicillin 500mg/6 jam
7. Paracetamol Syr 3x 120mg (1 Cth) po
8
IX. PLANNING
1. Lumbal Puncti
2. Feces Rutin
3. Monitoring
- Keadaan umum dan tanda vital tiap 4 jam
- Balance cairan dan diuresis tiap 8 jam
- Awasi demam
- Awasi kejang
4. Edukasi
-Edukasi keluarga tentang penyakit
-Bila pulang kontrol poli bedah untuk sircumsisi
X. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
9
BAB III
ANALISIS KASUS
Kejang pada anak merupakan kasus yang sering ditemui di ruang gawat
darurat. Kejang pada anak bisa disebabkan oleh gangguan intrakranial atau
ekstrakranial. Kejang karena gangguan intrakranial, misalnya perdarahan
intrakranial, infeksi intrakranial (meningitis, encephalitis), tumor intrakranial dan
epilepsi. Kejang gangguan ekstrakranial, misalnya kejang demam, kejang karena
gangguan elektrolit, hipoglikemia, atau hipoksia.
Pada kasus tersebut, data anamnesis didapatkan An. N usia 2 tahun 10
bulan mengalami kejang didahului demam. Kejang berlangsung lama (lebih dari
15 menit), bersifat umum (seluruh tubuh), terjadi sebanyak 2 kali dalam 24 jam
(berulang). Oleh karena itu, kejang pada pasien ini termasuk dalam kejang demam
kompleks.
Demam tinggi pada pasien terjadi 6 jam sebelum masuk rumah sakit,
sehingga perlu dicari fokus infeksinya. Hasil pemeriksaan fisik diperoleh keadaan
umum tampak sakit sedang, kompos mentis, gizi kesan baik. BB : 11 kg; TB : 90
cm; Nadi : 124 x/menit, Pernafasan: 24 x/menit; Suhu : 36,7º C (per axiler), tidak
didapatkan kelainan neurologis, meningeal sign (-). Dari pemeriksaan penunjang
dalam batas normal. Pemeriksaan neurologis tanda rangsang meningeal negatif,
reflek patologis juga negatif. Genital belum sircumsisi. Dengan demikian,
diagnosis diduga mengarah kepada ISK sebagai fokus infeksi yang menyebabkan
terjadinya kejang demam.
Pemeriksaan penunjang diperlukan untuk memperkuat diagnosis dan
menyingkirkan kemungkinan diagnosis banding lain. Tes darah rutin meliputi Hb:
11,4 g/dl; Hct: 33%; AE: 4,42 juta µL; AT: 309 ribu µL; AL: 14,0 ribu µL;
elektrolit Na+: 135 mmol/L; K+: 3,9 mmol/L; Cl-: 104 mmol/L, GDS: 111 mg/dl.
Hasil pemeriksaan masih berada dalam nilai normal sehingga dapat
menyingkirkan dugaan adanya gangguan elektrolit, seperti hiponatremia dan
gangguan metabolit, seperti hipoglikemia yang mengakibatkan kejang.
Penatalaksanaan pasien ini adalah injeksi kutoin dengan loading dose
200mg (20mg/kgBB) kemudian di lanjutkan dengan maintenance 25 mg/ 12jam
(5mg/kgBB/hari) kecepatan 60 cc/jam. Apabila kejang, pasien mendapatkan
10
terapi diazepam intravena dengan dosis 3 mg (0,3mg/kgBB) bolus intravena
perlahan untuk menghentikan kejang. Pasien juga mendapat paracetamol syr
3x120 mg (10mg/kgBB) yang diberikan untuk mencegah demam yang dapat
menyebabkan kejang. Pasien juga mendapatkan antibiotik yaitu injeksi ampicillin
500mg/6jam untuk terapi profilaksis terhadap kemungkinan ISK.
11