Jurnal Alexander
Jurnal Alexander
Weight Gain, Feed Consumption and Feed Efficiency of Grower Phase Local Chicken (6
- 12 weeks old) Supplemented with L-isoleucine in Feed.
OLEH
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suplementasi L-
isoleucine dalam pakan terhadap pertambahan berat badan, konsumsi
pakan dan efisiensi pakan ayam Kampung fase grower. Penelitian ini telah
dilaksanakan di Kandang Kelompok Tani Perempuan Sion, Kecamatan
Kota Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara. Penelitian ini
dilaksanakan dari bulan April sampai Juli 2023. Ayam Kampung yang
digunakan sebanyak 80 ekor. Penelitian ini menggunakan Rancangan
Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 5 ulangan.
Perlakuan yang diberikan adalah P0: pakan kontrol tanpa L- isoleucine; P1:
pakan kontrol + 0,10% L-isoleucine; P2: pakan kontrol + 0,20% L-
isoleucine; P3: pakan kontrol + 0,30% L-isoleucine. Variabel penelitian
meliputi pertambahan berat badan, konsumsi pakan dan efisiensi pakan.
Analisis data menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA) dan uji jarak
berganda Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata
pertambahan berat badan pada P0, P1, P2 dan P3 masing-masing adalah
583,25±15,14; 621,86±18,06; 736,25±3,24,03; dan 659,20±12,61
g/ekor/minggu. Konsumsi pakan sebesar 2288,50±35,41; 2296,31±32,53;
2411±40,08; 2413±36,33 g/ekor/minggu. Efisiensi pakan sebesar
25,49±0,85, 27,08±0,59, 30,54±0,78, 27,32±0,84 %/ekor. Analisis sidik
ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap
pertambahan bobot badan, konsumsi pakan dan efisiensi pakan ayam
Kampung fase grower (P<0,05). Suplementasi asam amino L-isoleucine
dalam pakan ayam Kampung fase grower (umur 6 – 12 minggu), dengan
Level 0,20% memberikan hasil maksimum terhadap pertambahan berat
badan dan efisiensi pakan. Sedangkan untuk konsumsi pakan,
suplementasi L-isoleucine dengan level 0,30% dalam pakan memberikan
hasil terbaik.
PENDAHULUAN
Pertumbuhan dan produktivitas ternak yang tinggi menjadi tujuan dan
sangat diidamkan oleh para peternak, karena dengan pertumbuhan/pertambahan
bobot badan yang cepat (maksimal) serta perkembangan jaringan otot yang
optimal akan memaksimalkan keuntungan/pendapatan yang diperoleh. Salah satu
ternak penghasil daging yang banyak dikonsumsi masyarakat adalah ayam
Kampung.
Ayam Kampung merupakan salah satu jenis unggas yang memiliki sifat dwi
fungsi yaitu sebagai penghasil telur dan penghasil daging, dan merupakan sumber
protein hewani yang sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan protein
masyarakat. Ayam Kampung ini banyak dibudidayakan masyarakat terutama yang
bermukim di wilayah pedesaan yang turut mendukung perekonomian masyarakat
(Rusdiansyah, 2014). Pada tahun 2022 daging ayam Kampung memberikan
kontribusi sebesar 5,34% dari total kebutuhan daging nasional. Demikian juga
telur ayam Kampung menyumbangkan 5,94% dari kebutuhan telur. Tingkat
kesukaan masyarakat akan daging dan telur Ayam Kampung lebih tinggi
dibandingkan dengan ayam atau unggas lainnya, Produksi telur ayam Kampung
mencapai 60 butir/ekor/tahun dengan bobot badan jantan 1,9-2,3 kg dan betina
1,2-1,5 kg (Rajab dan Papilaya, 2012; Hidayat, 2012). Diketahui ayam Kampung
memiliki daya hidup yang tinggi dan dapat bertahan hidup di berbagai wilayah
dengan perbedaan kondisi iklim yang ekstrim serta mempunyai kemampuan untuk
hidup dalam situasi pakan dengan kandungan nutrien yang dikonsumsi sangat
rendah. Tamzil et al, (2015) melaporkan bahwa ayam Kampung memiliki daya
tahan terhadap penyakit dan kemampuan adaptasi yang lebih baik dibandingkan
dengan ayam ras komersil.
Selain kelebihan-kelebihan tersebut, ayam Kampung juga memiliki
beberapa kelemahan seperti pertumbuhan yang lambat, produksi telur rendah dan
efisiensi pakan lebih rendah dibandingkan dengan ayam broiler. Azahan et al,
(2014) menyatakan bahwa masalah utama dalam pemeliharaan ayam Kampung
yaitu pertumbuhan yang tidak optimal dengan efisiensi pakan yang rendah. Berat
badan ayam Kampung 1 kg dicapai pada umur 3 bulan atau lebih, sedangkan pada
ayam broiler hanya membutuhkan waktu 4 minggu. Demikian juga konversi
pakan ayam broiler sampai masa panen lebih rendah (1,8–2,0), sedangkan Ayam
Kampung sampai panen (4–5 bulan) mencapai 5–6 (Lisnahan et al., 2020). Salah
satu faktor penting yang menghambat pertumbuhan ayam Kampung tersebut
adalah pakan.
Pakan merupakan kebutuhan pokok yang akan berpengaruh terhadap
pertambahan bobot badan dan efisiensi pakan yang dikonsumsi oleh ternak untuk
mencukupi hidup pokok dan untuk produksinya (Lisnahan et al., 2017). Lisnahan
(2018) melaporkan bahwa selama ini pakan ayam Kampung yang diberikan hanya
berdasarkan pada rasio energi – protein serta rasio kalsium – fosfor. Protein dalam
pakan diperlukan untuk pembentukan dan perkembangan sel atau jaringan,
perbaikan jaringan, produksi, reproduksi dan merupakan bagian dari struktur
enzim dan hormon.
Protein merupakan kumpulan dari peptida yang apabila dipecah lagi akan
ditemukan komponen-komponen asam amino (Widodo, 2019). Protein terdiri
dari beberapa asam amino esensial dan asam amino non esensial yang berguna
dalam proses pertumbuhan dan pembentukan jaringan tubuh ternak. Pertumbuhan
dan produksi telur sangat membutuhkan protein, akan tetapi pakan sumber protein
relatif mahal harganya. Selain itu penggunaan protein bahan pakan seperti tepung
ikan dan bungkil kedelai terlalu banyak (untuk mencukupi kebutuhan protein),
akan menyebabkan konsumsi pakan lebih tinggi dan berdampak pada polusi
kendang. Polusi kendang tersebut karena gas ammonia (NH 3), asam sulfat (H2S)
dan karbon dioksida (CO2). Akibat lebih lanjut jika gas-gas tersebut diatas 0,05
ppm, menyebabkan terjadinya iritasi mata (ternak maupun peternaknya) dan
keracunan yang dapat berakibat tingkat mortalitas tinggi terutama pada ayam fase
grower, pullet dan layer. Salah satu alternatif untuk mengurangi jumlah protein
yang berasal dari kedua bahan pakan tersebut adalah penggunaan asam amino
yang ketersediaannya sangat rendah dalam pakan (asam amino kritis) dan tidak
dapat disintesis dalam tubuh ternak (asam amino esensial). Asam amino esensial
merupakan asam amino yang harus diberikan dalam pakan ternak yang
dikonsumsi, Salah satu asam amino yang perlu ditambahkan dalam pakan ternak
dan bersifat kritis selain lysine, methionine, threonine dan valine adalah
isoleucine.
Isoleucine adalah salah satu asam amino pembatas dalam pakan, Isoleucine
juga berperan dalam mendorong pertumbuhan dan perkembangan ternak serta
melindungi kesehatan ternak. Zhao et al. (2014) juga melaporkan bahwa
isoleucine dapat meningkatkan kinerja pertumbuhan dan kecernaan nutrien.
Salah satu indikator pertumbuhan pada ayam Kampung adalah pertambahan
bobot badan, konsumsi serta efisiensi pakan. NRC (1994) telah melaporkan
standar kebutuhan asam amino isoleucine pada ayam broiler dan petelur,
sedangkan pada ayam Kampung sejauh ini belum ada. Untuk itu perlu dilakukan
penelitian tentang asam amino tersebut pada ayam Kampung agar mengetahui
pengaruhnya pada pertambahan berat badan, konsumsi dan efisiensi pakan ayam
Kampung fase grower.
METODE PENELITIAN
Variabel Penelitian
Variabel yang diteliti pada penelitian ini adalah:
1. Pertambahan berat badan, Pertambahan berat badan adalah selisih antara
berat badan akhir dan berat badan awal (g/ekor) dan penimbangan berat badan
dilakukan pada saat ayam dalam keadaan diam. North (1978) menyatakan
bahwa pertambahan bobot badan harian (PBB) yaitu selisih antara berat badan
akhir dengan berat badan awal dibagi total hari penelitian (g/ekor/minggu).
Berat akhir−berat awal
PBB=
6 minggu
2. Konsumsi pakan, Konsumsi pakan dihitung berdasarkan jumlah pakan yang
dikonsumsi oleh ayam selama pemeliharaan hingga pada saat panen. Konsumsi
pakan merupakan selisih dari jumlah pakan yang diberikan dengan sisa pakan
(g/ekor/minggu).
Jumlah pakan yang diberikan−Sisa pakan
Konsumsi pakan=
6 minggu
3. Efisiensi penggunaan pakan, Efisiensi penggunaan pakan adalah
perbandingan antara bobot badan yang dihasilkan dengan jumlah pakan yang
dikonsumsi dikali 100%.
PBB
Efisiensi pakan= x100%
Konsumsi pakan
Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis sidik ragam
(Anova) dan apabila berbeda nyata, dilanjutkan dengan uji jarak berganda
Duncan dengan bantuan program Softwer Statistical Packge for the Social
Sciences (SPSS. 26). Model matematika dari rancangan acak lengkap
adalah:
Yij = µ + τi + εij
Keterangan:
Yij : Nilai pengamatan yang diperoleh karena perlakuan ke-i dengan
ulangan ke-j
µ : Rerata nilai pengamatan umum
τi : Rerata nilai pengamatan karena perlakuan ke-i (1,2,3,4)
εij : Galat percobaan karena perlakuan ke-i dan ulangan ke-j (1,2,3,4,5)
Perlakuan
Ulangan
P0 P1 P2 P3
1 572,50 636,67 708,75 656,25
2 580,00 641,89 772,25 645,50
3 602,00 623,75 725,75 650,25
4 566,25 605,25 728,75 668,00
5 595,50 601,75 745,75 676,00
Rataan 583,25±15,14c 621,86±18,06 736,25±24,03a
b
659,20±12,61b
Keterangan: a,b dan c pada baris rerata menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05), P 0 (pakan
kontrol tanpa L-isoleucine); P1 (pakan kontrol + 0,10 % L-isoleucine); P2 (pakan kontrol + 0,20 %
L-isoleucine); P3 (pakan kontrol + 0,30% L-iIsoleucine)
Perlakuan
Ulangan
P0 P1 P2 P3
1 2333,52 2235,20 2375,52 2375,94
2 2235,24 2315,04 2426,76 2466,66
3 2282,70 2281,86 2409,12 2432,64
4 2298,66 2249,94 2373,84 2388,96
5 2292,36 2299,50 2470,44 2404,92
Rataan 2288,50±35,41 2296,31±32,53 2411,14±40,08 2413,82±36,33a
b b a
Keterangan: Superscript a dan b pada baris rerata menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05), P 0
(pakan kontrol tanpa L-Isoleucine); P1 (pakan kontrol + 0,10 % L-Isoleucine); P2 (pakan kontrol +
0,20 % L-Isoleucine); P3 (pakan kontrol + 0,30% L-Isoleucine)
Perlakuan
Ulangan
P0 P1 P2 P3
1 24,53 27,26 29,84 27,62
2 25,95 27,73 31,82 26,17
3 26,37 27,34 30,13 26,73
4 24,63 26,90 30,70 27,96
5 25,98 26,17 30,19 28,11
Rataan 25,49±0,85c 27,08±0,59 b
30,54±0,78a 27,32±0,84b
Keterangan: a,b dan c pada baris rerata menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05), P 0 (pakan
kontrol tanpa L-Isoleucine); P1 (pakan kontrol + 0,10 % L-Isoleucine); P2 (pakan kontrol + 0,20 %
L-Isoleucine); P3 (pakan kontrol + 0,30% L-Isoleucine)
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, disimpulkan bahwa penggunaan asam
amino L-isoleucine dalam pakan ayam Kampung fase grower (umur 6 – 12
minggu), dengan Level 0,20% memberikan hasil maksimum terhadap
pertambahan berat badan dan efisiensi pakan. Sedangkan untuk konsumsi pakan,
suplementasi L-isoleucine dengan level 0,30% dalam pakan memberikan hasil
terbaik.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, S. P. 2023. Evaluasi kualitas pakan terhadap indeks performa ayam ras
pedaging di Sulawesi Selatan. Journal of Tropical Animal Nutrition and
Feed Science. 5(2): 51-63.
Azahan, E. A. E., I. A. Azma and M. Noraziah. 2014. Effects of Strain, Sex and
Age on Growth Performance of Malaysian Kampong Chickens. Malaysian
Journal Animal Science. 17(1): 27-33.
Cafe, M. B. and P. W. Waldroup. 2006. Interactions between levels of methionine
and lysine in broiler diets changed at typical industry intervals. Int. J.
Poultry Sci. 5(11): 1008–1015.
Fadli, A. 2015. Pertambahan Bobot Badan Ayam Broiler Dengan Pemberian
Ransum Yang Berbeda. Lentera: Jurnal Ilmiah Sains dan Teknologi,
15(16), 151455.
Fitriansyah, A. 2014. Pengaruh Penggunaan Pakan Fermentasi Terhadap
Pertumbuhan Ayam Lokal Pedaging Hasil Seleksi Genetik. ETD Unsyiah
Lisnahan, C. V. 2018. Penentuan Kebutuhan Nutrien Ayam Kampung Fase
Pertumbuhan Yang Dipelihara Secara Intensif Dengan Metode Kafetaria.
Disertasi. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Lisnahan, C. V., O. R. Nahak and A. Abi. 2020. Dimensi Tubuh Ayam Kampung
Fase Pullet Yang Disuplementasi L-Threonine Dan L-Tryptophan Dalam
Pakan. Journal of Tropical Animal Science and Technology. 2(1): 12-22.
Lisnahan, C. V., Wihandoyo, Zuprisal and S. Harimurti. 2017. Growth
Performance Of Native Chiken In The Grower Phase Fed Methionine And
Lysine Supplemented Cafeteria Standard Feed. Pak. J. Nutr. 16(12): 940-
944.
Lisnahan, C. V., Wihandoyo, Zuprizal and S. Harimurti. 2017. Effect Of Addition
Of Methionine And Lysine Into Diets Based On Cafeteria Standards On The
Growth Performance Of Native Chickens At Starter Phase. International
Journal of Poultry Science. 16(12): 506-510.
Martini. 2002 Pemanfaatan Kulit buah coklat sebagai pakan alternatif dalam
ransum broiler. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Andalas, Padang.
McDonald, P., R. A. Edward and J. F. O. Greenhalgh. 2002. Animal Nutrition. 6
th Ed. Longman Scientific & Technical. John Willey & Sons. Inc, New
York.
North, M. O. 1978. Comercial Chicken Production Manual. 2 nd. Edition, Avi Publ.
Co,. Inc., Wesport, CT: 31-8-321.
NRC. 1994. Nutrient Requirement of Poultry. National Academy Press.
Washington.
Qurniawan, A.2016. Kualitas daging dan performa ayam broiler di kandang
terbuka pada ketinggian tempat pemeliharaan yang berbeda di Kabupaten
Takalar Sulawesi Selatan. Tesis. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Rajab and B. J. Papilaya. 2012. Sifat Kuantitatif Ayam Kampung Lokal Pada
Pemeliharaan Tradisional. Agriminal Jurnal Ilmu Ternak dan Tanaman.
2(2): 61-64.
Rusdiansyah, M. 2014. Pemberian Level Energi Dan Protein Perbeda Terhadap
Konsumsi Ransum Dan Air Serta Konversi Ransum Ayam Buras Fase
Layer. Skipsi. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. Makasar.
Tamzil M. H., M. Ichsan, N. S. Jaya N.S. dan M. Taqiuddin. 2015. Growth Rate,
Carcass Weight And Percentage Weight Of Carcass Parts Of Laying Type
Cockerels, Kampong Chicken And Arabic Chicken In Different Ages.
Pakistan Journal of Nutrition. 14(7): 377-382.
Wahju, 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta.
Wahju, J. 2006. Ilmu Nutrisi Unggas. Edisi Kelima. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Widjastuti, T. Dan Sujana, E. 2009. Pemanfaatan Tepung Limbah Roti Dalam
Ransum Ayam Broiler Dan Implikasinya Terhadap Efisiensi Ransum Dan
IOFC. In Prosiding Seminar Nasional Fakultas Peternakan Unpad.
Yuwanta, T. 2004. Dasar ternak Unggas. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Zhao, J., Feng, L., Liu, Y., Jiang, W., Wu, P., Jiang, J., and Zhou, X. 2014. Effect
of Dietary Isoleucine on The Immunity, Antioxidant Status, Tight Junctions
and Microflora In The Intestine Of Juvenile Jian Carp (Cyprinus Carpio
Var. Jian). Fish & Shellfish Immunology. 41(2): 663-673.