Anda di halaman 1dari 10

PERTAMBAHAN BERAT BADAN, KONSUMSI DAN EFISIENSI PAKAN

AYAM KAMPUNG FASE GROWER (UMUR 6-12 MINGGU) YANG


DISUPLEMENETASI L-ISOLEUCINE DALAM PAKAN

Weight Gain, Feed Consumption and Feed Efficiency of Grower Phase Local Chicken (6
- 12 weeks old) Supplemented with L-isoleucine in Feed.
OLEH

Alexander A. Silva Tasi, Charles Venirius Lisnahan; Oktovianus Rafael Nahak


Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Sains dan Kesehatan
Universitas Timor
Jl. Km. 09, kelurahan sasi, kecamatan kota kefamenanu, kabupaten TTU
Cresponding Author: alexanderasilvatasi@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suplementasi L-
isoleucine dalam pakan terhadap pertambahan berat badan, konsumsi
pakan dan efisiensi pakan ayam Kampung fase grower. Penelitian ini telah
dilaksanakan di Kandang Kelompok Tani Perempuan Sion, Kecamatan
Kota Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara. Penelitian ini
dilaksanakan dari bulan April sampai Juli 2023. Ayam Kampung yang
digunakan sebanyak 80 ekor. Penelitian ini menggunakan Rancangan
Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 5 ulangan.
Perlakuan yang diberikan adalah P0: pakan kontrol tanpa L- isoleucine; P1:
pakan kontrol + 0,10% L-isoleucine; P2: pakan kontrol + 0,20% L-
isoleucine; P3: pakan kontrol + 0,30% L-isoleucine. Variabel penelitian
meliputi pertambahan berat badan, konsumsi pakan dan efisiensi pakan.
Analisis data menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA) dan uji jarak
berganda Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata
pertambahan berat badan pada P0, P1, P2 dan P3 masing-masing adalah
583,25±15,14; 621,86±18,06; 736,25±3,24,03; dan 659,20±12,61
g/ekor/minggu. Konsumsi pakan sebesar 2288,50±35,41; 2296,31±32,53;
2411±40,08; 2413±36,33 g/ekor/minggu. Efisiensi pakan sebesar
25,49±0,85, 27,08±0,59, 30,54±0,78, 27,32±0,84 %/ekor. Analisis sidik
ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap
pertambahan bobot badan, konsumsi pakan dan efisiensi pakan ayam
Kampung fase grower (P<0,05). Suplementasi asam amino L-isoleucine
dalam pakan ayam Kampung fase grower (umur 6 – 12 minggu), dengan
Level 0,20% memberikan hasil maksimum terhadap pertambahan berat
badan dan efisiensi pakan. Sedangkan untuk konsumsi pakan,
suplementasi L-isoleucine dengan level 0,30% dalam pakan memberikan
hasil terbaik.

Kata kunci : L-isoleucine, pertambahan berat badan, konsumsi pakan,


efisiensi pakan, ayam Kampung.
ABSTRACT

This Study aims to determine the effect of L-isoleucine supplementation in


feed on body weight gain, feed consumption and feed efficiency at the grower
phase Local chicken. This study was conducted at the Local Chicken Housing,
Sion Women Farmer Group, Kefamenanu City Sub-District, North Central Timor
Regency. This study was conducted from April to July 2023. A total eigthy Local
chickens were used in this study. This study used a Completely Randomised
Design (CRD) consisting of 4 treatments and 5 replicates. The treatment given
were P0: control feed without L- isoleucine; P1: control feed + 0.10% L-isoleucine;
P2: control feed + 0.20% L- isoleucine; P3: control feed + 0.30% L-isoleucine.
Research variables include weight gain, feed consumption and feed efficiency.
Data analysis using analysis of variance (ANOVA) and Duncan's multiple range
test. The results showed that the average body weight gain in P 0, P1, P2 and P3
were 583.25±15.14 respectively; 621.86±18.06; 736.25±24.03; and 659.20±12.61
g/head/week. Feed consumption were 2288.50±35.41; 2296.31±32.53;
2411±40.08; 2413±36.33 g/head/week. Feed efficiency were 25.49±0.85;
27.08±0.59; 30.54±0.78; 27.32±0.84 %/head. Analysis of variance showed that
the treatment had a significant effect on weight gain, feed consumption and feed
efficiency of grower phase Local chicken (P<0.05). It was concluded that the use
of L-isoleucine amino acid increased weight gain, feed consumption and feed
efficiency of grower-phase Local chickens (aged 6-12 weeks). L-isoleucine
supplementation in Local chicken feed in the grower phase (6-12 weeks old), with
a level of 0.20% gave the maximum results on body weight gain and feed
efficiency. As for feed consumption, L-isoleucine supplementation with a level of
0.30% in the feed gave the best results.

Keywords: L-isoleucine, weight gain, feed consumption, feed efficiency,


Local chicken.

PENDAHULUAN
Pertumbuhan dan produktivitas ternak yang tinggi menjadi tujuan dan
sangat diidamkan oleh para peternak, karena dengan pertumbuhan/pertambahan
bobot badan yang cepat (maksimal) serta perkembangan jaringan otot yang
optimal akan memaksimalkan keuntungan/pendapatan yang diperoleh. Salah satu
ternak penghasil daging yang banyak dikonsumsi masyarakat adalah ayam
Kampung.
Ayam Kampung merupakan salah satu jenis unggas yang memiliki sifat dwi
fungsi yaitu sebagai penghasil telur dan penghasil daging, dan merupakan sumber
protein hewani yang sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan protein
masyarakat. Ayam Kampung ini banyak dibudidayakan masyarakat terutama yang
bermukim di wilayah pedesaan yang turut mendukung perekonomian masyarakat
(Rusdiansyah, 2014). Pada tahun 2022 daging ayam Kampung memberikan
kontribusi sebesar 5,34% dari total kebutuhan daging nasional. Demikian juga
telur ayam Kampung menyumbangkan 5,94% dari kebutuhan telur. Tingkat
kesukaan masyarakat akan daging dan telur Ayam Kampung lebih tinggi
dibandingkan dengan ayam atau unggas lainnya, Produksi telur ayam Kampung
mencapai 60 butir/ekor/tahun dengan bobot badan jantan 1,9-2,3 kg dan betina
1,2-1,5 kg (Rajab dan Papilaya, 2012; Hidayat, 2012). Diketahui ayam Kampung
memiliki daya hidup yang tinggi dan dapat bertahan hidup di berbagai wilayah
dengan perbedaan kondisi iklim yang ekstrim serta mempunyai kemampuan untuk
hidup dalam situasi pakan dengan kandungan nutrien yang dikonsumsi sangat
rendah. Tamzil et al, (2015) melaporkan bahwa ayam Kampung memiliki daya
tahan terhadap penyakit dan kemampuan adaptasi yang lebih baik dibandingkan
dengan ayam ras komersil.
Selain kelebihan-kelebihan tersebut, ayam Kampung juga memiliki
beberapa kelemahan seperti pertumbuhan yang lambat, produksi telur rendah dan
efisiensi pakan lebih rendah dibandingkan dengan ayam broiler. Azahan et al,
(2014) menyatakan bahwa masalah utama dalam pemeliharaan ayam Kampung
yaitu pertumbuhan yang tidak optimal dengan efisiensi pakan yang rendah. Berat
badan ayam Kampung 1 kg dicapai pada umur 3 bulan atau lebih, sedangkan pada
ayam broiler hanya membutuhkan waktu 4 minggu. Demikian juga konversi
pakan ayam broiler sampai masa panen lebih rendah (1,8–2,0), sedangkan Ayam
Kampung sampai panen (4–5 bulan) mencapai 5–6 (Lisnahan et al., 2020). Salah
satu faktor penting yang menghambat pertumbuhan ayam Kampung tersebut
adalah pakan.
Pakan merupakan kebutuhan pokok yang akan berpengaruh terhadap
pertambahan bobot badan dan efisiensi pakan yang dikonsumsi oleh ternak untuk
mencukupi hidup pokok dan untuk produksinya (Lisnahan et al., 2017). Lisnahan
(2018) melaporkan bahwa selama ini pakan ayam Kampung yang diberikan hanya
berdasarkan pada rasio energi – protein serta rasio kalsium – fosfor. Protein dalam
pakan diperlukan untuk pembentukan dan perkembangan sel atau jaringan,
perbaikan jaringan, produksi, reproduksi dan merupakan bagian dari struktur
enzim dan hormon.
Protein merupakan kumpulan dari peptida yang apabila dipecah lagi akan
ditemukan komponen-komponen asam amino (Widodo, 2019). Protein terdiri
dari beberapa asam amino esensial dan asam amino non esensial yang berguna
dalam proses pertumbuhan dan pembentukan jaringan tubuh ternak. Pertumbuhan
dan produksi telur sangat membutuhkan protein, akan tetapi pakan sumber protein
relatif mahal harganya. Selain itu penggunaan protein bahan pakan seperti tepung
ikan dan bungkil kedelai terlalu banyak (untuk mencukupi kebutuhan protein),
akan menyebabkan konsumsi pakan lebih tinggi dan berdampak pada polusi
kendang. Polusi kendang tersebut karena gas ammonia (NH 3), asam sulfat (H2S)
dan karbon dioksida (CO2). Akibat lebih lanjut jika gas-gas tersebut diatas 0,05
ppm, menyebabkan terjadinya iritasi mata (ternak maupun peternaknya) dan
keracunan yang dapat berakibat tingkat mortalitas tinggi terutama pada ayam fase
grower, pullet dan layer. Salah satu alternatif untuk mengurangi jumlah protein
yang berasal dari kedua bahan pakan tersebut adalah penggunaan asam amino
yang ketersediaannya sangat rendah dalam pakan (asam amino kritis) dan tidak
dapat disintesis dalam tubuh ternak (asam amino esensial). Asam amino esensial
merupakan asam amino yang harus diberikan dalam pakan ternak yang
dikonsumsi, Salah satu asam amino yang perlu ditambahkan dalam pakan ternak
dan bersifat kritis selain lysine, methionine, threonine dan valine adalah
isoleucine.
Isoleucine adalah salah satu asam amino pembatas dalam pakan, Isoleucine
juga berperan dalam mendorong pertumbuhan dan perkembangan ternak serta
melindungi kesehatan ternak. Zhao et al. (2014) juga melaporkan bahwa
isoleucine dapat meningkatkan kinerja pertumbuhan dan kecernaan nutrien.
Salah satu indikator pertumbuhan pada ayam Kampung adalah pertambahan
bobot badan, konsumsi serta efisiensi pakan. NRC (1994) telah melaporkan
standar kebutuhan asam amino isoleucine pada ayam broiler dan petelur,
sedangkan pada ayam Kampung sejauh ini belum ada. Untuk itu perlu dilakukan
penelitian tentang asam amino tersebut pada ayam Kampung agar mengetahui
pengaruhnya pada pertambahan berat badan, konsumsi dan efisiensi pakan ayam
Kampung fase grower.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakasanakan di Kandang Ayam Kampung, Kelompok Tani
Perempuan Sion, Kelurahan Sasi Kefamenanu, Penelitian ini dilaksanakan selama
3 bulan dari bulan April sampai bulan Juli 2023.
Materi Penelitian
Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan digital
multifungsi GSF G-4530 dan timbangan Idea Life dengan kapasitas 5 kg dan
tingkat ketelitannya 1 g untuk menimbang ternak ayam dan juga pakan pada saat
pencampuran. Tempat pakan dan tempat minum yang digunakan masing-masing
sebanyak 20 buah, sekop, sapu lidi, sapu ijuk, paku, hamar, kawat, toples, gergaji,
parang, buku tulis, meja, kamera, pita ukur, pisau, dan baskom. Sedangkan bahan-
bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pakan, sekam, vaksin ND 1 dan
ND 2, air, formades untuk fumigasi kandang.
Kandang
Kandang yang digunakan dalam penelitian ini berukuran 9 m x 4 m x 4,5 m.
Didalam kandang tersebut dibuat kandang petak sebanyak 20 buah dengan ukuran
panjang 70 cm x lebar 70 cm x tinggi 70 cm. Dinding dari setiap petak kandang
terbuat dari kawat, lantai kandang terbuat dari campuran semen dan dipermukan
lantai kandang dilapisi sekam padi dan kapur dengan ketebalan ± 7 cm.
Ternak
Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayam Kampung yang
berumur 6 minggu sebanyak 80 ekor dengan berat rata-rata 400 g. Ayam telah
divaksin pada umur 3 hari dengan mengunakan vaksin ND (New Canstle Disease)
dan umur 21 hari mengunakan ND La sota. Setiap petak kandang terdiri dari 4
ekor ayam, Dalam penelitian ini sistem pemeliharannya secara intensif dalam
kandang litter.
Pakan Ayam
Bahan pakan yang diberikan pada ternak ayam adalah jagung giling,
bekatul, tepung ikan, bungkil kedelai, vitamin premix, Dl-methionine, L-lysine
HCl, L-threonine, L-isoleucine dan dicalsium phosphat.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode eksperimen
dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri dari 4 perlakuan dan 5 ulangan,
Masing-masing ulangan terdiri dari 4 ekor ayam Kampung, Perlakuan yang
diberikan adalah:
P0: Pakan kontrol tanpa L-isoleucine
P1: Pakan kontrol + 0,10% L-isoleucine
P2: Pakan kontrol + 0,20% L-isoleucine
P3: Pakan kontrol + 0,30% L-isoleucine

Tabel 1. Komposisi pakan ayam fase grower


Perlakuan (%)
Bahan
P0 P1 P2 P3
Jagung kuning 65,20 65,10 65,00 64,90
Bekatul 15,00 15,00 17,00 17,00
Tepung ikan 12,00 12,00 12,00 12,00
Bungkil kedelei 5,00 5,00 5,00 5,00
Vitamin premix 0,30 0,30 0,30 0,30
Dl-methionine 0,30 0,30 0,30 0,30
L-lysine HCl 0,60 0,60 0,60 0,60
L-threonine 0,60 0,60 0,60 0,60
L-Isoleucine 0,00 0,10 0,20 0,30
Dicalsium phosphate 1,00 1,00 1,00 1,00
Total (%) 100,00 100,00 100,00 100,00

Variabel Penelitian
Variabel yang diteliti pada penelitian ini adalah:
1. Pertambahan berat badan, Pertambahan berat badan adalah selisih antara
berat badan akhir dan berat badan awal (g/ekor) dan penimbangan berat badan
dilakukan pada saat ayam dalam keadaan diam. North (1978) menyatakan
bahwa pertambahan bobot badan harian (PBB) yaitu selisih antara berat badan
akhir dengan berat badan awal dibagi total hari penelitian (g/ekor/minggu).
Berat akhir−berat awal
PBB=
6 minggu
2. Konsumsi pakan, Konsumsi pakan dihitung berdasarkan jumlah pakan yang
dikonsumsi oleh ayam selama pemeliharaan hingga pada saat panen. Konsumsi
pakan merupakan selisih dari jumlah pakan yang diberikan dengan sisa pakan
(g/ekor/minggu).
Jumlah pakan yang diberikan−Sisa pakan
Konsumsi pakan=
6 minggu
3. Efisiensi penggunaan pakan, Efisiensi penggunaan pakan adalah
perbandingan antara bobot badan yang dihasilkan dengan jumlah pakan yang
dikonsumsi dikali 100%.
PBB
Efisiensi pakan= x100%
Konsumsi pakan
Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis sidik ragam
(Anova) dan apabila berbeda nyata, dilanjutkan dengan uji jarak berganda
Duncan dengan bantuan program Softwer Statistical Packge for the Social
Sciences (SPSS. 26). Model matematika dari rancangan acak lengkap
adalah:

Yij = µ + τi + εij
Keterangan:
Yij : Nilai pengamatan yang diperoleh karena perlakuan ke-i dengan
ulangan ke-j
µ : Rerata nilai pengamatan umum
τi : Rerata nilai pengamatan karena perlakuan ke-i (1,2,3,4)
εij : Galat percobaan karena perlakuan ke-i dan ulangan ke-j (1,2,3,4,5)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Perlakuan Terhadap Pertambahan Berat Badan Ayam Kampung


Fase Grower

Pertambahan berat badan mencerminkan tingkat kemampuan ayam


dalam mencerna ransum untuk diubah menjadi berat badan (Fadli, 2015).
Pertambahan berat badan merupakan selisih dari berat akhir (panen)
dengan berat badan awal selama penelitian, Rata-rata pertambahan berat
badan ayam Kampung fase grower (6 – 12 minggu) terlihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rata-rata pertambahan berat badan ayam Kampung fase grower


(g/ekor/minggu)

Perlakuan
Ulangan
P0 P1 P2 P3
1 572,50 636,67 708,75 656,25
2 580,00 641,89 772,25 645,50
3 602,00 623,75 725,75 650,25
4 566,25 605,25 728,75 668,00
5 595,50 601,75 745,75 676,00
Rataan 583,25±15,14c 621,86±18,06 736,25±24,03a
b
659,20±12,61b
Keterangan: a,b dan c pada baris rerata menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05), P 0 (pakan
kontrol tanpa L-isoleucine); P1 (pakan kontrol + 0,10 % L-isoleucine); P2 (pakan kontrol + 0,20 %
L-isoleucine); P3 (pakan kontrol + 0,30% L-iIsoleucine)

Pada Tabel 2, rata-rata pertambahan berat badan tertinggi pada P 2


(736,25±24,03 g/ekor/minggu) diikuti P3 (659,20±12,61 g/ekor/minggu),
selanjutnya diikuti pada P1 (621,86±18,06 g/ekor/minggu) dan terendah P0
(583,25±15,14 g/ekor/minggu). Analisis sidik ragam (Lampiran 2) menunjukkan
bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap pertambahan bobot badan ayam
kampung fase grower (P<0,05). Uji Duncan menunjukkan bahwa P2 berpengaruh
nyata terhadap P3, P1 dan P0, sedangkan perlakuan P3 berbeda tidak nyata dengan
P1 namun berbeda nyata dengan P0.
Pada akhir fase grower peningkatan L-isoleucine dalam pakan sebesar
0,10% (P1), meningkatkan pertambahan berat badan sebesar 6,50% jika
dibandingkan dengan perlakuan kontrol (P0). Jika level L-isoleucine ditingkatkan
menjadi 0,20% dalam pakan (P2), maka terjadi pertambahan berat badan sebesar
18,39% jika dibandingkan dengan P1. Jika level L-isoleucine ditingkatkan lagi
sebanyak 0,30% dalam pakan (P3) maka terjadi penurunan sebesar 13,21% jika
dibandingkan dengan P2. Penurunan pada perlakuan P3 menunjukkan bahwa asam
amino yang diberikan melewati batas. Penambahan asam amino dalam pakan
ayam kampung berfugsi untuk memenuhi kebutuhan ternak, untuk itu perlu
diperhatikan jumlah atau banyaknya asam amino yang digunakan karna
penambahan asam amino dalam jumlah yang banyak akan berpengaruh terhadap
proses pertumbuhan ternak. Cafe dan Waldroup (2006) menyatakan bahwa berat
badan ayam dipengaruhi oleh ketersediaan dan keseimbangan asam amino dalam
pakan yang dikonsumsinya. Menurut Qurniawan (2016) Faktor-faktor yang
mempengaruhi berat badan adalah jenis kelamin, konsumsi pakan, lingkungan,
bibit dan kualitas pakan. Konsumsi pakan akan berkorelasi positif dengan
pertambahan bobot badan. Semakin seimbang level asam amino yang diberikan
pada ternak ayam Kampung fase grower dapat meningkatkan berat badannya, hal
ini didukung oleh ketersediaan asam amino yang lebih seimbang kandungan
nutrienya.

Pengaruh Perlakuan Terhadap Konsumsi Pakan Ayam Kampung Fase


Grower

Konsumsi pakan (feed intake) merupakan jumlah pakan yang


dihabiskan oleh ayam pada periode waktu tertentu. Konsumsi pakan setiap
hari dihitung dengan satuan g/ekor/hari (Yuwanta, 2004). Konsumsi pakan
akan bertambah setiap minggu sesuai dengan pertambahan bobot badan
dan akan mempengaruhi laju pertumbuhan dan berat akhir karena
pembentukan otot dan jaringan lainnya. Rata-rata konsumsi pakan ayam
Kampung fase grower dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rata-rata konsumsi pakan ayam Kampung fase grower (g/ekor/minggu)

Perlakuan
Ulangan
P0 P1 P2 P3
1 2333,52 2235,20 2375,52 2375,94
2 2235,24 2315,04 2426,76 2466,66
3 2282,70 2281,86 2409,12 2432,64
4 2298,66 2249,94 2373,84 2388,96
5 2292,36 2299,50 2470,44 2404,92
Rataan 2288,50±35,41 2296,31±32,53 2411,14±40,08 2413,82±36,33a
b b a

Keterangan: Superscript a dan b pada baris rerata menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05), P 0
(pakan kontrol tanpa L-Isoleucine); P1 (pakan kontrol + 0,10 % L-Isoleucine); P2 (pakan kontrol +
0,20 % L-Isoleucine); P3 (pakan kontrol + 0,30% L-Isoleucine)

Rata-rata konsumsi pakan ayam Kampung dari yang tertinggi pada P 3


sebesar (2413,82±36,33 g/ekor/minggu) diikuti P2 (2411,14±40,08 g/ekor/minggu),
P1 (2296,31±32,53 g/ekor/minggu) dan terendah pada P0 sebesar (2288,50±35,41
g/ekor/minggu). Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh
nyata terhadap konsumsi pakan ayam Kampung fase grower (P<0,05). Uji Duncan
menunjukkan bahwa P2 dan P3 berbeda tidak nyata, tetapi berbeda nyata terhadap
P1 dan P0 (P<0,05).
Suplementasi L-Isoleucine 0,10% (P1) dalam pakan meningkatkan konsumsi
pakan ayam Kampung fase grower sebesar 0,34% jika dibandingkan dengan
perlakuan kontrol (P0). Jika level L-isoleucine ditingkatkan menjadi 0,20% (P2)
konsumsi pakan meningkat sebesar 5,00% jika dibandingkan dengan P1. Jika level
L-isoleucine dinaikan menjadi 0,30% (P3) masih terjadi peningkatan sebanyak
0,11% jika dibandingkan dengan perlakuan P2.
Konsumsi pakan tertinggi terjadi pada P 2 dan P3, dan relevan dengan
pertambahan berat badan ayam Kampung fase grower. Tubuh yang lebih besar
dan berat badan yang lebih tinggi, tingkat konsumsi pakan juga lebih tinggi.
Tingkat produksi (meat dan egg) mempengaruhi feed intake (Wahju, 2006;
Lisnahan, 2018). Martini (2002) menjelaskan bahwa ayam mengkonsumsi pakan
digunakan untuk memenuhi kebutuhan energinya dan bila telah terpenuhi maka
ayam akan berhenti makan. Konsumsi pakan merupakan satu aspek terpenting
yang perlu diperhatikan pada seekor ternak karena berhubungan dengan
kebutuhan energi dalam tubuh ternak yang akan berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan pertambahan berat badan yang dihasilkan, Kandungan energi
pakan menentukan besarnya konsumsi pakan (Wahju, 2004).

Pengaruh Perlakuan Terhadap Efisiensi Pakan Ayam Kampung Fase


Grower
Widjastuti dan Sujana (2009) menyatakan bahwa efisiensi penggunaan
pakan dipengaruhi oleh konsumsi pakan dan pertambahan bobot badan. Efisiensi
pakan adalah perbandingan antara pertambahan berat badan yang dihasilkan
dengan jumlah pakan yang dikonsumsi dikali 100% (McDonald et al., 2002).
Rata-rata efisiensi pakan ayam Kampung fase grower tersaji pada Tabel 4.

Tabel 4. Rata-rata efisiensi pakan ayam Kampung fase grower (%/ekor)

Perlakuan
Ulangan
P0 P1 P2 P3
1 24,53 27,26 29,84 27,62
2 25,95 27,73 31,82 26,17
3 26,37 27,34 30,13 26,73
4 24,63 26,90 30,70 27,96
5 25,98 26,17 30,19 28,11
Rataan 25,49±0,85c 27,08±0,59 b
30,54±0,78a 27,32±0,84b
Keterangan: a,b dan c pada baris rerata menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05), P 0 (pakan
kontrol tanpa L-Isoleucine); P1 (pakan kontrol + 0,10 % L-Isoleucine); P2 (pakan kontrol + 0,20 %
L-Isoleucine); P3 (pakan kontrol + 0,30% L-Isoleucine)

Rata-rata efisiensi pakan tertinggi terdapat pada P 2 yaitu sebesar (30,54±0,78


%/ekor) diikuti P3 sebesar (27,32±0,84 %/ekor), P1 sebesar (25,49±0,85 %/ekor)
dan terendah pada P0 sebesar (25,49±0,85 %/ekor). Analisis sidik ragam
menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap efisiensi pakan ayam
Kampung fase grower (P<0,05). Uji Duncan menunjukan bahwa P2 berbeda nyata
terhadap P0, P1 dan P3, sedangkan P1 dan P3 tidak berbeda nyata tetapi berbeda
nyata terhadap P0 (P<0,05).
Pada akhir fase grower Suplementasi L-isoleucine dengan level 0,10% (P1)
meningkatkan efisiensi pakan ayam Kampung fase grower sebesar 6,23% jika
dibandingkan perlakuan kontrol (P0) jika level L-isoleucine ditingkatkan menjadi
0,20% pada perlakuan P2 terjadi peningkatan sebesar 12,77% jika dibandingkan
dengan P1. Jika level L-isoleucine ditingkatkan lagi menjadi 0,30% (P3) maka
terjadi penurunan efisiensi pakan sebesar 10,54% jika dibandingkan dengan P 2.
Perlakuan P1 (level L-isoleucine 0,10%) dan P3 (level L-isoleucine 0,30%)
menunjukkan hasil yang berbeda nyata terhadap perlakuan P 0 (P<0,05), Tetapi
antara perlakuan P1 dan P3 berbeda tidak nyata.
Efisiensi pakan memiliki hubungan yang erat dengan pertambahan berat badan
dan konsumsi pakan yang dihasilkan. McDonald et al. (2002) menjelaskan bahwa
penggunaan pakan oleh ternak akan semakin efisien bila jumlah pakan yang
dikonsumsi rendah namun menghasilkan berat badan yang tinggi. Kurang
efisiennya penggunaan pakan juga disebabkan rasio asam amino yang tidak
seimbang dan tidak sesuai dengan kebutuhan ayam (Amin, 2023). Pada dasarnya
efisiensi ransum menggambarkan kemampuan ayam dalam memanfaatkan ransum
yang diberikan, Semakin tinggi nilai efisiensi ransum berarti semakin baik ayam
memanfaatkan ransum yang diberikan (Fitriansyah, 2014).

Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, disimpulkan bahwa penggunaan asam
amino L-isoleucine dalam pakan ayam Kampung fase grower (umur 6 – 12
minggu), dengan Level 0,20% memberikan hasil maksimum terhadap
pertambahan berat badan dan efisiensi pakan. Sedangkan untuk konsumsi pakan,
suplementasi L-isoleucine dengan level 0,30% dalam pakan memberikan hasil
terbaik.

DAFTAR PUSTAKA
Amin, S. P. 2023. Evaluasi kualitas pakan terhadap indeks performa ayam ras
pedaging di Sulawesi Selatan. Journal of Tropical Animal Nutrition and
Feed Science. 5(2): 51-63.
Azahan, E. A. E., I. A. Azma and M. Noraziah. 2014. Effects of Strain, Sex and
Age on Growth Performance of Malaysian Kampong Chickens. Malaysian
Journal Animal Science. 17(1): 27-33.
Cafe, M. B. and P. W. Waldroup. 2006. Interactions between levels of methionine
and lysine in broiler diets changed at typical industry intervals. Int. J.
Poultry Sci. 5(11): 1008–1015.
Fadli, A. 2015. Pertambahan Bobot Badan Ayam Broiler Dengan Pemberian
Ransum Yang Berbeda. Lentera: Jurnal Ilmiah Sains dan Teknologi,
15(16), 151455.
Fitriansyah, A. 2014. Pengaruh Penggunaan Pakan Fermentasi Terhadap
Pertumbuhan Ayam Lokal Pedaging Hasil Seleksi Genetik. ETD Unsyiah
Lisnahan, C. V. 2018. Penentuan Kebutuhan Nutrien Ayam Kampung Fase
Pertumbuhan Yang Dipelihara Secara Intensif Dengan Metode Kafetaria.
Disertasi. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Lisnahan, C. V., O. R. Nahak and A. Abi. 2020. Dimensi Tubuh Ayam Kampung
Fase Pullet Yang Disuplementasi L-Threonine Dan L-Tryptophan Dalam
Pakan. Journal of Tropical Animal Science and Technology. 2(1): 12-22.
Lisnahan, C. V., Wihandoyo, Zuprisal and S. Harimurti. 2017. Growth
Performance Of Native Chiken In The Grower Phase Fed Methionine And
Lysine Supplemented Cafeteria Standard Feed. Pak. J. Nutr. 16(12): 940-
944.
Lisnahan, C. V., Wihandoyo, Zuprizal and S. Harimurti. 2017. Effect Of Addition
Of Methionine And Lysine Into Diets Based On Cafeteria Standards On The
Growth Performance Of Native Chickens At Starter Phase. International
Journal of Poultry Science. 16(12): 506-510.
Martini. 2002 Pemanfaatan Kulit buah coklat sebagai pakan alternatif dalam
ransum broiler. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Andalas, Padang.
McDonald, P., R. A. Edward and J. F. O. Greenhalgh. 2002. Animal Nutrition. 6
th Ed. Longman Scientific & Technical. John Willey & Sons. Inc, New
York.
North, M. O. 1978. Comercial Chicken Production Manual. 2 nd. Edition, Avi Publ.
Co,. Inc., Wesport, CT: 31-8-321.
NRC. 1994. Nutrient Requirement of Poultry. National Academy Press.
Washington.
Qurniawan, A.2016. Kualitas daging dan performa ayam broiler di kandang
terbuka pada ketinggian tempat pemeliharaan yang berbeda di Kabupaten
Takalar Sulawesi Selatan. Tesis. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Rajab and B. J. Papilaya. 2012. Sifat Kuantitatif Ayam Kampung Lokal Pada
Pemeliharaan Tradisional. Agriminal Jurnal Ilmu Ternak dan Tanaman.
2(2): 61-64.
Rusdiansyah, M. 2014. Pemberian Level Energi Dan Protein Perbeda Terhadap
Konsumsi Ransum Dan Air Serta Konversi Ransum Ayam Buras Fase
Layer. Skipsi. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. Makasar.
Tamzil M. H., M. Ichsan, N. S. Jaya N.S. dan M. Taqiuddin. 2015. Growth Rate,
Carcass Weight And Percentage Weight Of Carcass Parts Of Laying Type
Cockerels, Kampong Chicken And Arabic Chicken In Different Ages.
Pakistan Journal of Nutrition. 14(7): 377-382.
Wahju, 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta.
Wahju, J. 2006. Ilmu Nutrisi Unggas. Edisi Kelima. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Widjastuti, T. Dan Sujana, E. 2009. Pemanfaatan Tepung Limbah Roti Dalam
Ransum Ayam Broiler Dan Implikasinya Terhadap Efisiensi Ransum Dan
IOFC. In Prosiding Seminar Nasional Fakultas Peternakan Unpad.
Yuwanta, T. 2004. Dasar ternak Unggas. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Zhao, J., Feng, L., Liu, Y., Jiang, W., Wu, P., Jiang, J., and Zhou, X. 2014. Effect
of Dietary Isoleucine on The Immunity, Antioxidant Status, Tight Junctions
and Microflora In The Intestine Of Juvenile Jian Carp (Cyprinus Carpio
Var. Jian). Fish & Shellfish Immunology. 41(2): 663-673.

Anda mungkin juga menyukai