Anda di halaman 1dari 16

HEAT EXCHANGER (HE)

I. TUJUAN
 Untuk dapat memahami prinsip kerja alat penukar panas pipa ganda (double
pipe HE)
 Untuk mengetahui karakteristik alat penukar panas dengan menghitung:
 LMTD pada aliran searah ataupun berlawanan arah
 Neraca panas
 Koefisien perpindahan panas keseluruhan

II. PERINCIAN KERJA


 Melakukan percobaan dengan menggunakan heat exchanger double pipe
menggunakan arus bersama (co current flow) dan arus berlawanan (counter
current flow)

III. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN


Seperangkat alat HE yang telah dirangkai sedemikian rupa dilengkapi
dengan menara pendingin, thermostat untuk memanaskan fluida (sebagai fluida
panas), tangki penampung fluida dingin, pompa, beberapa buah termometer. Dan
sebagai bahan digunakan fluida (air dingin dan air panas)

IV. DASAR TEORI


Perpindahan kalor adalah ilmu untuk memprediksi perpindahan energi
yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara benda atau material. Ilmu
perpindahan kalor tidak hanya menjelaskan bagaimana energi kalor itu berpindah
dari suatu benda ke benda yang lain, tetapi juga dapat memprediksi laju
perpindahan yang terjadi pada kondisi-kondisi tertentu. Perbedaan ilmu
perpindahan kalor dengan ilmu lain adalah dapat menganalisis laju perpindahan
kalornya yang disebabkan karena pada waktu proses perpindahan itu berlangsung,
sistem tidak berada dalam keadaan seimbang, contohnya suatu batangan besi kalor
dicelupkan ke dalam air, ilmu perpindahan kalor dapat memprediksi berapa lama
suhu batangan besi atau air mengalami keseimbangan atau pada suhu berapa besi
atau air mengalami keseimbangan. (Gamma Ajiyantono, 2014)
Perpindahan kalor dapat dibedakan dengan tiga cara pemindahan kalor
yang berbeda, yaitu:
a. Perpindahan kalor secara konduksi
b. Perpindahan kalor secara konveksi
c. Perpindahan kalor secara radiasi
A. Perpindahan kalor secara konduksi
Konduksi adalah proses mengalirnya kalor dari daerah yang bersuhu tinggi
ke daerah yang bersuhu lebih rendah di dalam satu media (padat) atau antara
media-media berlainan yang bersinggungan langsung.

(Sumber: https://kumparan.com/berita-update/konduksi-adalah-salah-satu-
perpindahan-kalor-1uqHCPp83dL)
Aliran kalor konduksi perpindahan kalornya terjadi karena hubungan molekul
secara langsung. Konduksi merupakan satu-satunya mekanisme perpindahan kalor yang
mampu melewati zat padat yang tidak tembus cahaya. Konduksi juga dapat terjadi pada
fluida, tetapi dalam media bukan zat padat biasanya tergabung dengan konveksi dan
dalam beberapa hal juga dengan radiasi. (Gamma Ajiyantono, 2014)
B. Perpindahan kalor secara konveksi
Konveksi adalah proses perpindahan kalor dengan kerja gabungan dari konduktor
kalor, penyimpanan kalor dan gerakan mencampur. Konveksi sangat penting sebagai
mekanisme perpindahan kalor antara permukaan benda padat dan cairan atau gas.
Perpindahan kalor dengan cara konveksi dari suatu permukaan yang suhunya di atas
fluida sekitarnya berlangsung dalam beberapa tahap. Pertama, kalor akan mengalir
dengan cara konduksi dari partikel-partikel fluida yang berbatasan.

(Sumber: https://fendranugroho.wordpress.com/2021/01/13/perpindahan-panas-
atau-kalor/)
C. Perpidahan kalor secara radiasi
Radiasi adalah proses yang melibatkan perpindahan energi melalui
fenomena gelombang elektromagnetik. Perambatan (propagasi) gelombang
elektromagnetik menyebabkan radiasi, yang dapat terjadi baik di dalam vakum
total maupun di dalam medium. (Gamma Ajiyantono,2014)

(Sumber : https://roboguru.ruangguru.com/forum/apa-maksudnya-perpindahan-
kalor-secara-radiasi-_FRM-G1M92TCO)

Heat Exchanger adalah peralatan yang digunakan untuk melakukan proses


pertukaran kalor antara dua fluida, baik cair (panas atau dingin), dimana fluida ini
mempunyai suhu yang berbeda. Heat Exchanger banyak digunakan di berbagai
industri tenaga atau industri lainnya dikarenakan mempunyai beberapa
keuntungan, antara lain:
a. Konstruksi sederhana, kokoh dan aman.
b. Biaya yang digunakan relatif murah.
c. Kemampuannya untuk bekerja pada tekanan dan temperature tinggi dan tidak
membutuhkan tempat yang luas.
Dikarenakan ada banyak jenis penukar kalor, maka alat penukar kalor
dapat dikelompokkan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yaitu:
a. Proses perpindahan kalornya.
b. Jumlah fluida yang mengalir.
c. Konstruksi dan pengaturan aliran. (Dhandhang, 2003)
Secara umum Heat Exchanger dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu:
a. Regenerator
Yaitu Heat Exchanger dimana fluida panas dan dingin mengalir secara
bergantian melalui saluran yang sama.

(Sumber : https://www.filsonfilters.com/regenerative-heat-exchangers/)

b. Heat Exchanger tipe terbuka (Open Type Heat Exchanger)


Yaitu Heat Exchanger dimana fluida panas dan dingin terjadi kontak secara
langsung (tanpa adanya pemisah).

(Sumber: https://rakhman.net/power-plants-id/heat-exchanger/)
c. Heat Exchanger tipe tertutup (Close Type Heat Exchanger)
Yaitu Heat Exchanger dimana fluida panas dan dingin tidak terjadi kontak
secara langsung tetapi terpisahkan oleh dinding pipa atau suatu permukaan baik
berupa dinding datar atau lengkung. Sedangkan untuk tipe Heat Exchanger
berdasarkan aliran fluidanya dapat dikelompokkan menjadi parallel-flow, counter-
flow, dan cross-flow. Parallel-flow atau aliran searah adalah apabila fluida-fluida
dalam pipa Heat Exchanger mengalir secara searah, sedang counter-flow atau
sering disebut dengan aliran yang berlawanan adalah apabila fluida-fluida dalam
pipa Heat Exchanger mengalir secara berlawanan. Cross-flow atau sering disebut
dengan aliran silang adalah apabila fluida-fluida yag mengalir sepanjang
permukaan bergerak dalam arah saling tegak lurus.

(Sumber: http://chemicalengineeringnow.blogspot.com/2015/03/heat-exchanger-
alat-penukar-panas.html)

Perpindahan panas adalah perpindahan energi yang diakibatkan oleh


perbedaan suhu (Incropera, 1996). Transfer energi sebagai panas merupakan suatu
sistem dimana sistem dengan suhu lebih tinggi berpindah ke sistem yang memiliki
suhu yang lebih rendah. Perpindahan suhu ini akan berhenti apabila kedua sistem
telah mencapai kesetimbangan panas. Perpindahan panas ini terjadi melalui tiga
cara yaitu: konduksi, konveksi, radiasi (Wafi, 2003)
Alat penukar panas banyak digunakan pada berbagai instalasi industri
antara lain pada: boiler, kondensor, cooler, cooling tower. Sedangkan pada
kendaraan kita dapat menjumpai radiator yang berfungsi pada dasarnya adalah
sebagai alat penukar panas.
Tujuan perpindahan panas tersebut di dalam proses industri diantaranya
adalah:
a) Memanaskan atau mendinginkan fluida hingga mencapai temperatur tertentu
yang dapat memenuhi persyaratan untuk proses selanjutnya, seperti pemanasan
reaktan atau pendinginan produk dan lain-lain.
b) Mengubah keadaan (fase) fluida: destilasi, evaporasi, kondensasi dan lain-lain.
Proses perpindahan panas tersebut dapat terjadi secara langsung maupun
tidak langsung, maksudnya adalah:
1. Pada alat penukar kalor yang langsung, fluida yang panas akan bercampur
secara langsung dengan fluida dingin (tanpa adanya pemisah) dalam suatu bejana
atau ruangan tertentu. Contohnya adalah clinker cooler dimana antara clinker yang
panas dengan udara pendingin berkontak langsung. Contoh yang lain adalah
cooling tower untuk mendinginkan air pendingin kondensor pada instalasi mesin
pendingin sentral atau PLTU, dimana antara air hangat yang didinginkan oleh
udara sekitar saling berkontak seperti layaknya air mancur.
2. Pada alat penukar kalor yang tidak langsung, fluida panas tidak berhubungan
langsung dengan fluida dingin. Jadi proses perpindahan panas itu mempunyai
media perantara, seperti pipa, pelat atau peralatan jenis lainnya. Untuk
meningkatkan efektivitas pertukara energi, biasanya bahan permukaan pemisah
dipilih dari bahan-bahan yang memiliki konduktivitas termal yang tinggi seperti
tembaga dan aluminium. Contoh dari penukar kalor seperti ini sering kita jumpai
antara lain radiator mobil, evaporator AC.
Pertukaran panas secara tidak langsung terdapat dalam beberapa tipe dari
penukar kalor di antaranya tipe plat, shell and tube, spiral, dll. Pada kebanyakan
kasus penukar kalor tipe plat mempunyai efektivitas perpindahan panas yang lebih
bagus.

Tipe Aliran Dalam Heat Exchanger:


1. Counter Current Flow (berlawanan arah)
Counter current flow atau counter flow adalah aliran berlawanan arah,
dimana fluida yang satu masuk pada satu ujung penukar kalor, sedangkan fluida
yang satu lagi masuk pada ujung penukar panas yang lain, masingmasing fluida
mengalir menurut arah yang berlawanan. Untuk tipe counter current flow ini
memberikan panas yang lebih baik bila dibandingkan dengan aliran searah atau
parallel. Sedangkan banyaknya pass (lintasan) juga berpengaruh terhadap
efektifitas dari alat penukar panas yang digunakan.
(sumber: https://digilib.polban.ac.id/files/disk1/81/jbptppolban-gdl-indahhanap-
4032-3-bab2--4.pdf)

2. Parallel Flow/Co-Current (searah)


Parallel flow atau co-current flow adalah aliran searah, dimana kedua
fluida masuk pada ujung penukar panas yang sama dan kedua fluida mengalir
searah menuju ujung penukar panas yang lain.

(Sumber: https://homework.study.com/explanation/parallel-flow-and-
counterflow-heat-exchangers-are-often-compared-can-you-remove-transfer-the-
same-amount-of-heat-from-both-heat-exchangers-if-not-explain-why-not-if-so-
explain-how.html)
3. Cross flow (silang)
Cross-flow atau sering disebut dengan aliran silang adalah apabila
fluidafluida yang mengalir sepanjang permukaan bergerak dalam arah saling tegak
lurus.

(Sumber: https://www.researchgate.net/figure/Gambar-24-Tipe-aliran-cross-flow-
silang_fig1_355213057)

V. GAMBAR RANGKAIAN ALAT

10
4
1

5
2

3 6

7
9
11
Keterangan:
1. Pipa fluida panas (katup T1 dan menjadi katup T2 (Co-Current).
2. Pipa fluida dingin.
3. Thermo bath panas.
4. Blower fluida dingin.
5. Control panel.
6. Tangki fluida dingin.
7. Kabel penyambung listrik pada alat.
8. Pipa fluida panas (katup T1 dan menjadi katup T2 (Counter Current).
9. Aliran pipa dingin (Katup t1).
10. Aliran pipa dingin (Katup t2).
11. Pipa bypass aliran fluida dingin (katup bypass).

VI. LANGKAH KERJA


Percobaan Dengan Double Pipe HE
1. Tombol on dihidupkan pada thermo bath dan diset pada temperatur 50 ◦C
kemudian dihidupkan tombol pemanas.
2. Menyalakan pompa pada alat kontrol.
3. Tambahkan air dan memasukkan es batu ke dalam bak air pendingin.
4. Setting kran fluida panas ke arah berlawanan arah dengan aliran fluida dingin.
5. Buka kran aliran fluida air pendingin, lalu atur laju alir air, dengan variasi aliran
100; 150; 200; 250; dan 300 l/jam (interval 5 menit).
6. Catat laju aliran fluida panas keluar dan masuk (T1&T2), dan laju aliran fluida
dingin masuk dan keluar (t1&t2).
7. Lakukan hal yang sama terhadap aliran fluida panas yang searah dengan aliran
fluida dingin dengan mensetting ulang kran fluida panas dengan variasi aliran
200; dan 300 l/jam (interval 5 menit).

VII. DATA PENGAMATAN


Data suhu berlawanan arah (counter current)
Laju alir (l/jam) T1◦C T2◦C t1◦C t2◦C
100 44,9 39,3 30,8 39,6
150 41,5 37 30,6 37,3
200 43,1 37,5 31,3 37,9
250 40,2 35,2 30,2 35,2
300 38,4 34,9 31,9 35,2

Data suhu searah (co-current)


Laju alir (l/jam) T1◦C T2◦C t1◦C t2◦C
200 39,8 44,2 32,4 38,5
300 38,8 43,1 33,7 37,9
Kurva Standar Konduktivitas
0.45
0.4
0.35 f(x) = 0.000471277399848829 x + 0.315116402116402
R² = 0.999933123830873
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
20 40 60 80 100 120 140 160 180 200

◦F K
32 0,33
86 0,356
140 0,381
176 0,398

Persamaan Kd Kp
y =0,0005x + 0,3151 0,36278 0,36899
y =0,0005x + 0,3151 0,36166 0,36643
y =0,0005x + 0,3151 0,36224 0,36737
y =0,0005x + 0,3151 0,36053 0,36503
y =0,0005x + 0,3151 0,3613 0,36409
y =0,0005x + 0,3151 0,36301 0,3689
y =0,0005x + 0,3151 0,36332 0,36796
VIII. PERHITUNGAN
Laju 150 L/H (Berlawanan arah)

a) LMTD (◦F)
LMTD = (T2-t1)-(T1-t2)
ln(T2-t1)/(T1-t2)
LMTD = (98,6-87,08)-(106,7-99,14) = 11,1108
ln(98,6-87,08)/(106,7-99,14)

b) Mencari nilai Danulus (Fluida dingin)


Di = 1,049 in = 0,0875
12
Do = 0,84 in = 0,07
12
De = Di2-do2 = 0,0393 ft
Do
aa = (Di2-do2)/4
aa = (0,08752-0,072)/4 = 0,00069 ft2
c) Mencari nilai di (fluida panas)
di = 0,622 in = 0,0518
12
2
ap = di /4
ap = 0,05182/4 = 0,00067 ft2
d) Mencari nilai ∆T (◦F)
∆T = T1-T2
∆T = 106,7-98,6
= 8,1◦F
e) Mencari nilai ∆t (◦F)
∆t = t2-t1
∆t = 99,14-87,08
= 12,06◦F
f) Mencari nilai Tave (◦F)
Tave = (T1+T2) =
2
Tave = (106,7-98,6) = 102,65◦F
2
g) Mencari nilai tave (◦F)
tave = (t2+t1) =
2
tave = (99,14+87,08) = 93,11◦F
2
h) Mencari nilai Kd, satuannya adalah BTU/(hr)(ft2)(◦F/ft)
persamaan linear (dari grafik) y = 0,0005x + 0,3151
Kd = (0,0005 x 93,11) + 0,3151
Kd = 0,36166 BTU/(hr)(ft2)(◦F/ft)

i) Mencari nilai Kp, satuannya adalah BTU/(hr)(ft2)(◦F/ft)


persamaan linear (dari grafik) y = 0,0005x + 0,3151
Kd = (0,0005 x 102,65) + 0,3151
Kd = 0,36643 BTU/(hr)(ft2)(◦F/ft)

j) Mencari nilai Wd (konversi satuan dari L/jam menjadi Lb/jam)


Wd = 150 L/jam x 1 g x 1000 ml x 1 kg x 1 lb = 330,39
ml 1L 1000g 0,454 kg

k) Mencari nilai Qd
Qd = Wd x Cpd x ∆tav
Qd = 330,39 lb/h x 0,9981 x 93,11◦F
Qd = 30704,16 lb/h (◦F)
l) Mencari nilai Wp
Wp = Qd
Cpp x ∆Tav
Wp = 30704,16
1,0007 x 102,65
Wp = 3149577,7

m) Mencari nilai Qp
Qd = Qp

n) Mencari nilai Ga
Ga = Wd
aa
Ga = 330,39
0,00069
Ga = 478826

o) Mencari nilai Gp
Gp = Wp
ap
Gp = 330,39
0,000697
Gp = 493119

p) Mencari Rea
Rea = De x Ga
ηd
Rea = 0,0393 x 478826
0,77
Rea = 24438,786

q) Mencari Rep
Rep = di x Gp
ηp
Rep = 0,0518 x 493119
0,85
Rep = 30051,27656

r) Mencari nilai ho
ho = (Jhd x Kd) x (Cpd x η d)0,33
De Kd
ho = (90 x 0,36166) x (0,9981 x 0,77)0,33
0,0393 0,36166
ho = 890,381361

s) Mencari nilai hi
hi = (Jhp x Kp) x (Cpp x η p)0,33
di Kp
hi = (29 x 0,36643) x (0,0007 x 0,85)0,33
0,0518 0,36643
hi = 243,032889

t) Mencari nilai hio


hio = Di x hi
Do
hio = 0,0875 x 243,032889
0,07
hio = 303,7911107

u) Mencari nilai UC
UC = hio x ho
hio + ho
UC = 303,7911107 x 890,381361
303,7911107 + 890,381361
UC = 226,508272

v) Mencari Nilai Rd
Rd = 1 - 1
UD UC
Rd = 1 – 1
250 226,508272
Rd = -0,00041485

IX. PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini dilakukan praktikum Heat Exchanger. Heat
Exchanger merupakan alat penukar panas antara fluida yang berbeda temperatur
dengan melewati dua bidang batas. Pada percobaan ini digunakan alat Heat
Exchanger Double Pipe. Jenis pipa ganda digunakan karena lebih efektif
mempertukarkan kalor pada skala kecil dibanding dengan Heat Exchanger lain
seperti jenis shell and tube. Heat Exchanger ini hanya membutuhkan area
perpindahan kalor yang kecil dan mudah diamati suhu masuk dan keluarnya.
Pada percobaan digunakan dua aliran yaitu aliran searah (co-current) dan
aliran berlawanan arah yaitu (counter-current). Pada aliran berlawanan arah,
masing-masing di set variasi aliran yaitu 100, 150, 200, 250, dan 300 L/jam, serta
untuk aliran searah di set variasi aliran yaitu 200 dan 300 L/jam. Untuk aliran
berlawanan arah, praktikan mengatur bukaan kran dan menutup kran tertentu agar
aliran fluida menjadi berlawanan arah begitupun pada aliran searah. Adapun suhu
yang digunakan adalah 50◦C, ketika kedua aliran dimasukkan secara berlawanan
arah ataupun searah maka perpindahan panas akan terjadi. Temperatur fluida
panas akan berpindah ke temperatur fluida dingin, sebab prinsip dari perpindahan
panas yaitu, temperatur fluida yang tinggi akan berpindah ke temperatur fluida
yang lebih rendah. Data yang diambil berupa data fluida panas dan dingin yang
masuk dan keluar yang terbaca pada sensor alat.
Dapat dilihat pada data yang telah diperoleh bahwa semakin besar laju alir
maka semakin tinggi pula reynold number yang didapatkan, Nre sangat
mempengaruhi nilai hi dan ho sehingga semakin besar laju alirnya maka nilai hi
dan ho yang didapatkan juga akan berbanding dengan laju alir yang terus
meningkat seiring bertambahnya laju alir. Adapun nilai UC berbanding terbalik
dengan nilai hi dan ho yang didapatkan. Teori dan praktikum berbanding terbalik
sebab nilai UC pada teori harus berbanding lurus dengan nilai hi dan ho
sedangkan data yang diperoleh nilai UC yang didapatkan mengalami penaikan
dan penurunan. Jika nilai Rd yang diperoleh lebih besar dari 0,003 maka terdapat
pengotor dalam pipa sehingga menghambat perpindahan panas yang terjadi.
Faktor yang mempengaruhi nilai UC yang didapatkan berbanding terbalik sebab
alat yang digunakan pada menara pendinginnya sudah tidak berfungsi dengan baik
sehingga mengakibatkan terjadi nya faktor kesalahan sebab fluida dinginnya tidak
bekerja secara maksimal.

X. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan maka dapat kami simpulkan
bahwa:
1. Prinsip kerja HE Plate adalah melakukan transfer panas antar fluida
melalui plate yang terdapat dalam alat HE Plate. Selain itu transfer
panas juga terjadi antara plate dan plate ke udara.
2. Setelah melakukan perhitungan dan percobaan, maka didapatkan hasil;
 Diperoleh nilai LMDT, pada aliran berlawanan dengan laju alir 100
l/jam diperoleh 14,93341°F, laju alir 150 l/jam diperoleh
11,11085°F, laju alir 200 l/jam diperoleh 10,74546°F, laju alir 250
l/jam diperoleh 8,54488°F dan laju alir 300 l/jam diperoleh
4,807021°F. Serta pada aliran searah dengan laju alir 200 l/jam
diperoleh 20,91276°F dan laju alir 300 /jam diperoleh 16,56646°F.
 Diperoleh neraca massa dan panas (Qp), pada aliran berlawanan
dengan laju alir 100 l/jam diperoleh 20951,484; laju alir 150 l/jam
diperoleh 30704,164; laju alir 200 l/jam diperoleh 41469,927; laju
alir 250 l/jam diperoleh 49982,935 dan laju alir 300 l/jam diperoleh
60971,023. Serta pada aliran searah dengan laju alir 200 l/jam
diperoleh 42134,471 dan laju alir 300 /jam diperoleh 63669,234.
 Diperoleh Koefisien perpindahan panas (Uc), pada aliran berlawanan
dengan laju alir 100 l/jam diperoleh 460,91578; laju alir 150 l/jam
diperoleh 226,50827; laju alir 200 l/jam diperoleh 260,448; laju alir
250 l/jam diperoleh 311,80427 dan laju alir 300 l/jam diperoleh
355,2086. Serta pada aliran searah dengan laju alir 200 l/jam
diperoleh 251,26799 dan laju alir 300 /jam diperoleh 37389544.
XI. DAFTAR PUSTAKA

Gamma Ajiyantono., 2014 :” Termodinamika dan Perpindahan Panas”, Edisi I,


hal 2-17, PLN Corporate University.

Purwawadi.M.Dhandhang.2003.Perpindahan Panas Dasar. Jakarta (ID): Gramedia


Pustaka

Wafi et al. 2011. Rancangan Bangun Heat Exchanger Shell and Tube Single
Phase. Tugas akhir. Semarang (ID) : Jurusan Teknik Mesin, Fakultas
Teknik, Universitas Diponegoro.

Anda mungkin juga menyukai