Modul Analisis Mas. Kesej Sosial
Modul Analisis Mas. Kesej Sosial
terkandung di dalamnya, mengakibatkan hal ini menjadi objek kajian, akan tetapi,
meskipun gejala ini telah lama, sampai sekarang belum diperoleh rumusan
sosial ditafsirkan sebagai suatu kondisi yang tidak diinginkan oleh sebagian besar
warga masyarakat. Hal itu disebabkan karena gejala tersebut merupakan kondisi
yang tidak sesuai dengan nilai, norma, dan standar sosial yang berlaku. Lebih dari
itu, suatu kondisi juga dianggap sebagai masalah kesejahteraan sosial karena
Sehubungan dengan hal itu, salah satu persoalan yang tidak jarang menjadi
kerugian baik nonfisik maupun fisik material pada segmen tertentu dari suatu
masyarakat. Untuk menghindari adanya berbagai bias tersebut serta untuk menuju
pada defenisi asalah sosial yang objektif dan bersifat universal telah dicoba pula
fenomena yang dapat dianggap sebagai masalah akan terbatas pada perilaku dan
2
pendefenisian dan identifikasi masalah seperti itu akan kurang mampu untuk
mendeteksi masalah yang muncul dan justru dilestarikan oleh sistem yang berlaku
sosial mengandung empat komponen, dengan demikian suatu atau kondisi sosial
waktu tertentu. Kondisi yang di anggap sebagai masalah, tetapi dalam waktu
kesejahteraan sosial.
3. Merupakan pelanggaran terhadap nilai-nilai atau standar sosial dari salah satu
Sementara itu, Raab dan Selznick (1964: 2) menyatakan bahwa tidak semua
masalah yang terjadi dalam antar hubungan di antara warga masyarakat. Suatu
masalah yang dihadapi seorang warga masyarakat sebagai individu tidak otomatis
menjadi isu sosial. Keterkaitan dengan proses relasi sosial seringkali juga
3
adanya relativitas seperti itu, antara lain dikemukakan oleh Weinberg (1981: 4),
masalah kesejahteraan sosial adalah situasi yang dinyatakan sebagai sesuatu yang
tersebut. Dari defenisi tersebut dapat diidentifikasi tiga unsur penting yaitu :
sebetulnya cukup paralel dengan apa yang dikemukakan Parrilo (1987: 2) sebagai
kenyataan bahwa masalah kesejahteraan sosial mempunyai dimensi yang luas dan
Julian (1986: 3-4), dia mengemukakan empat asumsi yang perlu dipegang dalam
adalah :
hasil efek tidak langsung dan tidak diharapkan dari pola tingkah laku yang
ada.
4. Orang dari strata yang berbeda mempunyai aspirasi yang berbeda dalam
berorientasi kepada nilai dan kepentingannya, maka sering kali akan sulit
elemen yang disebutnya sebagai The Five C’s of Sosial Action, yang terdiri dari
tindakan untuk melakukan perubahan dan perbaikan. Faktor ini tidak lain adalah
masyarakat sendiri maupun yang berasal dari luar yang bertujuan untuk
bersifat persuasive.
masalah atau pada sistem dan institusi sosialnya sangat ditentukan oleh
yang ada.
7
TAHAP-TAHAP PENANGANAN
1. PENGANTAR
fenomena tersebut hadir bersamaan dengan fenomena sosial yang lain, oleh sebab
samping itu, pada dasarnya, fenomena tersebut merupakan kondisi yang tidak
sesuai dengan harapan masyarakat atau kondisi yang tidak sesuai dengan harapan
masyarakat atau kondisi yang tidak di kehendaki, oleh karenanya wajar kalau
tersebut boleh dikatakan sebagai langkah baku untuk memahami dan menangani
berbeda yaitu :
3. Scenarios
yang terjadi, yang sesungguhnya tidak berbeda dengan tahap identifikasi. Tahap
8
faktor dan fenomena yang member gambaran tentang faktor penyebab serta
diambil untuk usaha pemecahan dan perbaikan, yang sebetulnya tidak berbeda
Walaupun jumlah tahapan dan formulasi yang digunakan berbeda akan tetapi
oleh Raab dan Selznick (1964) yang meliputi tahap measurement, causation dan
kesejahteraan sosial.
dianggap sebagai langkah yang lebih sederhana dan lebih mudah dilakukan. Hal
itu disebabkan oleh karena adanya anggapan, bahwa identifikasi masalah sekedar
merupakan upaya agar masyarakat menyadari adanya gejala yang pantas disebut
penanganan.
9
cukup penting dalam studi masalah kesejahteraan sosial. Dilihat sebagai suatu
sosial dapat mendorong orang untuk melakukan berbagai tindakan baik studi dan
penelitian guna lebih memahami masalah tersebut maupun langkah diagnosis dan
2. Tahap Identifikasi
kualitatif maupun kuantitatif, akan tetapi dapat pula merupakan masalah baru
yang muncul karena perkembangan dan kehidupan sosial, ekonomi dan kultural.
kesejahteraan sosial ataukah tidak. Dari beberapa kriteria yang digunakan, secara
garis besar dapat dibedakan menjadi dua yaitu ukuran objektif dan subjektif
sosial.
tertentu untuk hal-hal yang diduga terkait dengan masalah kesejahteraan sosial.
kesejahteraan sosial.
kualitatif. Indikator ini didasarkan pada suatu asumsi bahwa dalam masyarakat
Sama halnya dengan indikator jarak sosial, indikator partisipasi sosial ini
masyarakat sangat ditentukan oleh dukungan berbagai komponen yang ada baik
3. Tahap Diagnosis
oleh karena ada hal yang salah atau kurang benar dalam kehidupan masyarakat.
adalah mencari sumber kesalahan tadi. Ada dua pendekatan yaitu person blame
beranggapan bahwa sumber masalah kesejahteraan sosial ada pada level sistem
system juga.
lebih menempatkan individu sebagai unit analisisnya. Baik factor fisik, psikis
masalah kesejahteraan sosial, sumber masalah ditelusuri dan digali dari factor-
analisis factorfaktor yang terkait dan menjadi latar belakang serta penyebab
masalah tersebut.
putus sekolah, maka sumber masalah yang harus digali bukan dari peserta didik
pendidikannya.
pemeahan masalah anak jalanan atau masalah prostitusi di kota misalnya, tidak
pemecahan masalahnya.
dan system blame approach, maka penggunaan unit analisis gabungan individu
4. Tahap Treatment
jarang atau sulit untuk dapat diwujudkan. Apabila suatu bentuk masalah
negatifnya.
cakupan yang luas, tidak terbatas pada tindaakan rehabilitatif berupa upaya
bermasalah.
maladjustment).
usaha yang dilakukan tidak semata bersifat tindakan reaktif terhadap masalah
a. Usaha Rehabilitatif
Fokus utama usaha ini terletak pada kondisi penyandang maslah sosial,
yang tidak diharapkan atau yang dianggap bermasalah, menjadi kondisi yang
sesuai harapan atau standar sosial yang berlaku. Usaha rehabilitatif ini didasari
oleh sebuah asumsi utama. Asumsi tersebut adalah bahwa pada diri
yang normal. Asumsi yang digunakan adalah bahwa realitas yang melekat pada
penyandang masalah merupakan kondisi yang tidak dapat diubah, maka usaha
ditentukan sebagai hasil interaksi empat factor dalam kehidupan sosial individu
16
dirubah pada diri seseorang adalah warisan sosial dan pengalaman unik.
dalam hal ini adalah bagian dari kehidupan masyarakat yang menjadi
pada periode waktu yang sudah ditetapkan, berbagai input program telah
bertahan jadi semacam jaring pengaman sosial dalam jangka panjang, apabila
dihadapi.
semacam jarring pengaman sosial. Sudah tentu karena sifatnya yang darurat
terlepas dari masalah yang dihadapi, dan akan tetap dalam kondisi tersebut
b. Usaha Preventif
usaha ini merupaka usaha pencegahan dan usaha antisipasi agar masalah
Usaha preventif ini dilandasi oleh sebuah asumsi. Asumsi yang melandsi
usaha preventif ini adalah bahwa setiap individu, kelompok atau masyarakat
pada periode waktu tertentu dianggap normal dan relative tidak mengandung
tidak tertutup kemungkinan pada masa yang akan datang mengalami masalah
kesejahteraan sosial.
nilai norma dengan standar sosial, usaha dapat dilakukan dengan mengotrol
sosial.
19
hanya didasarkan pada prediksi tentang apa yang akan terjadi apabila suatu
tindakan dilakukan, tetapi juga prediksi tentang apa yang terjadi apabila suatu
c. Usaha Develomental
yang lebih baik. Dengan peningkatan kemampuan tersebut, maka akan tercipta
bukan saja kondisinya dapat pulih kembali sehingga tidak lagi berposisi
20
Di sisi yang lain, upaya developmental ini juga dapat mendukung upaya
normal tidak menjadi bermasalah dan agar penyandang masalah yang sudah
akses terhadap sumber daya dan kesempatan, akses dalam proses pengambilan
internal akan tetapi juga menyangkut kapasitas untuk membangun kerja sama
kesejahteraan sosial.
landasan saling percaya (mutual trust), asas timbal balik atau resiprositas dan
solidaritas. System sosial yang mempunyai kapasitas seperti ini pada umumnya
demikian bentuk tindakan bersama berlandaskan kearifan local ini sudah cukup
melembaga dan teruji melalui berbagai tantangan dalam kehidupan sosial dan
yang harus diantisipasi tidak jarang juga berasal dari factor eksternal yang
PERSPEKTIF
yang sama tersebut orang dapat memberikan fokus perhatian yang berbeda dan
mempunyai sudut pandang yang berbeda pula. pada umumnya, dalam dunia ilmu
sosial mengunakan alur dan logika befikir berdasarkan Suatu teori Tertentu.
pemahaman yang dapat berbeda terhadap fenomena sosial yang menjadi objek
Asumsi, alur dan logika berfikir yang berbeda tersebut yang menyebabkan dalam
studi maslah sosial kemudian ada di kenal ada beberapa perspekif yang bersumber
analisis yang dilakukan orang lain yang melakukan studi masalah kesejahteraan
Poloma (1987), dan turner (1986). Apabila ditelusuri dari paradigma yang
maka teori ini dikembangkan dari paradigma fakta sosial. Hal ini disebabkan
karena pada masa awal perkembangannya, masih kuat dipengaruhi oleh dua
cabang ilmu yang lebih dulu kukuh berdiri yaitu filsafat dan psikologi. Untuk
membedakan dengan telaah psikologi, fakta sosial ini harus juga dibedakan
dibawa oleh manusia sejak lahir, dengan demikian bukan merupakan hasil
struktur ini tidak akan ada atau akan hilang dengan sendirinmya. Dalam
unsur dari sistem. Sebagai satu misal, Merton telah mengutip tiga postulat
sebagai suatu keadaan di mana seluruh bagian dari sistem sosial bekerja sama
atau diatur.
bahwa seluruh bentuk sosial dan kebudayaan yang sudah baku memiliki
fungsi-fungsi positif.
setiap tipe peradaban, setiap kebiasaan, ide, objek materiil dan kepercayaan
dijalankan dan merupakan bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dalam
Perspektif ini boleh dikatan yang relatif paling awal digunakan untuk
Menurut Comte sosiolog adalah studi tentang statika sosial (struktural) dan
sebagai suatu organisme hidup dapat diringkas dalam butir berikut ini
pertumbuhan.
sosial (sosial body) maupun tubuh organisme hidup (living body) itu
berbeda pula.
26
Sudah barang tentu pola pikir perspektif ini selain akan memengaruhi
karena individu gagal dalam proses sosialisasi atau individu karena adanya
dalam masyarakat.
Dalam perkembangan lebioh lanjut, ada pendangan baru dalam perspekrif ini.
Pandangan patologi sosial baru ini ingin mendiagnosis masalah dengan cara
pada kondisi yang apabiula tidak terpecahkan akan menjurus pada kondisi
patalogis dalam dimensi waktu dan tempat yang berbeda, oleh sebab itu
patalogi sosial. Hal yang kurang lebih senada juga dikemukakan oleh Gillin
(1954: 74), yang juga melihat patalogi sosial sebagai kondisi masyarakat yang
maladjusment. Dilihat dari pandangan ini, treatmen tidak lain adalah usaha
c. Perspektif Disorganisasi
melihat organism tersebut dalam kondisi, sehat atau sakit, melainkan lebih
melihatny sebagai struktur dan fungsi yang organized atau integrated dan
dismtegrated.
yang tinggal diatas tanahnya sendiri tetapi merasa terancam bahwa sewaktu-
waktu akan tergusur, bahwa petani yang baru saja kehilangan tanahnya tidak
masalahnya.
sosial ini. Dengan demikian latar belakang disorganisasi sosial perlu dilacak
dipahami secara lebih jelas melalui teori Culturallog. Perubahan dalam salah
satu unsur kebudayaan yang tidak segera diikuti oleh unsur yang lain dapat
sosial. Hubungannya dengan nilai sosial dapat dipahami dari adanya gejala
konflik nilai, ketidak pastian nilai dan kekaburan nilai terutama dalam
akibat perubahan sosial yang pesat dalam masyarakat urban, terutama terkait
tidak selalu berhasil untuk melakukan berbagai dimensi tersebut. Kondisi ini
proses perubahan sosial dan disorganisasi sosial tersebut dapat diamati dalam
Dalam berbagai ukuran tadi, dapat dilihat bahwa menurut perspektif ini,
individual. Hal ini disebabkan, oleh karena sebetulnya individu dan masyarakat
dianggap sebagai aspek yang berbeda dari proses yang sama dalam interaksi
maka sebetulnya upaya treatmen menuret perspektif ini tidak begitu relevan,
oleh karena secara alamiah masyarakat nantinya akan berproses kembali pada
sosial menurut paradigm ini adalah pranata sosial. Dalam kedudukan yang
masyarakat yang baik, perlu dapat terintegraasi kedalam system harus dapat
penyimpangan murni adalah perilaku yang tidak mentaati aturan dan juga
dianggap demikian oleh pihak lain. Berdasarkan tolok ukur itu akan dapat
hal tersebut Becker mengatakan, bahwa tidak ada alasan untuk mengasumsikan
32
Sama halnya dengan perspektif yang lain, pola piker dan sudut
pandang perspektif yang lain, pola dan sudut pandang perspektif ini juga akan
masalahnya
33
Teori ini dibangun atas dasar paradigma yang sama dengan teori
unsurnya.
disintegrasi sosial.
Konsep sentral teori ini adalah wewenang dan posisi, yang keduanya
individu pada posisi atas dan posisi bawah dalam setiap struktur. Lebih lanjut
mengadakan perubahan-perubahan.
terhadap teori fungsional struktural ada sementara ahli teori konflik yang lebih
Turner ,1986: 165). Menurut Coser, konflik dapat bersifat fungsional secara
struktur. Dalam kaitannya dengan sistem nilai yang ada dalam masyarakat,
Ahli lain yang kurang lebih bersifat sama Piere Van den Berghe. Bahkan
patologi sosial dan perspektif perilaku menyimpang. Hal ini disebabkan karena
kelompok lain yang nilainya berbeda bahkan saling bertentangan. Dalam pola
36
pikir itu, masalah kesejahteraan sosial terjadi apabila dua kelompok atau lebih
1986:13).
sosial akan timbul apabila yang kuat justru menggunakan kekuatannya untuk
dalam kasus tuan tanah dan petani penyewa tersebut, juga dapat terjadi dalam
karena perbedaan orientasi nilai antara generasi tua dengan generasi muda. Di
satu pihak, generasi tua masih berpegang pada nilai-nilai lama sehingga
nilai. Di lain pihak, generasi muda dengan menggunakan orienitasi nilai baru,
memandang generasi tua bersifst kolot. Pada umumnya generasi tua karena
muda karena usianya, belum cukup mapan dalam mengadopsi nilai lama serta
mayoritas berkulit putih. Minoritas Etnik terdiri dari sekelompok orang yang
minoritas tipe ini adalah bahasa, agama, asal kebangsaan, kesamaan sejarah
budaya yang merupakan arus utama dalam lingkungan masyarakat yang luas,
melalui adaptasi pola kultural mereka yang “unik” ke dalam pola kultur
asimilasi.
Potensi kea arah konflik akan menjadi semakin bertambah besar apabila
sebagai lima karateristik kelompok minoritas berikut ini (Wagley and Harris,
masyarakat.
sosial.
masing-masing.
3. Nilai koodinatif ialah ada suatu nilai inti yang mampu mengoordinasikan
Dalam menjelaskan konflik sebagai salah satu bentuk sosial, perspektif ini
juga dapat digunakan untuk menjelaskan proses dan dinamika sejak identifikasi
39
masing-masing kelompok berjuang dengan berbagai cara dan media agar nilai
c. Perspektif Institusional
salah satu bentuk kondisi sosial. Dengan demikian objek studi tentang masalah
kesejahteraan sosial adalah masyarakat itu sendiri. Hal ini paling tidak dapat
kehidupan sosial (2) tindakan dan kondisi yang melanggar norma dan nilai
terjadi dalam masyarakat. Dengan demikian, basis dan unit analisis untuk
sosialnya.
kesejahteraan sosial ada dua pendapat utama, terutama dalam melihat siapa
40
yang bersalah. Kedua pendekatan tersebut adalah person blame approach dan
sosial dari segi “cacat” yang ada pada individu. Cacat individual tersebut dapat
berupa cacat pembawaan, secara fisik maupun mental, dapat pula cacat
“cacat” yang ada pada sistem, pada struktur dan institusi sosial.
sosial dari pendekatan yang kedua yaitu system blame approach. Ada beberapa
cenderung melacak latar belakang masala sosial dari cacat sistem (Eitzen,
1986: 17). Pertama, didorong adanya suatu kenyataan bahwa warga masyarakat
pada umumnya, instansi kepolisian, pengadilan dan bahkan banyak ahli ilmu
ilmu sosial bukan terletak pada aspek individu melainkan masyarakat. Oleh
karena ahli ilmu sosial harus menitik beratkan pada determinan sosial dalam
melalui analisis yang kritis tentang struktur sosial. Ketiga, tidak dapat diingkari
posisi dan kepentingannya (Parrillo, 1987: 29). Kondisi semacam ini yang
melalui analisis deduktif dari Teori Human Basic Needs Abraham Maslow dan
berbagai bentuk. Mereka dapat sekadar menerima nasib karena merasa tidak
dialami.
42
SIMBOLIK
Teori ini bersumber dari paradigma defenisi sosial. Buah pikiran yang
sangat penting dalam paradigma ini adalah karya Weber dalam analisisnya
tentang tindakan sosial (sosial action) (Ritzer, 1980: 84). Weber tidak
memisahkan dengan tegas antara struktur sosial dan pranata sosial. Keduanya
membantu membentuk tindakan manusia yang penuh arti atau penuh makna.
sepanjang tindakannya itu mempunyai makna atau arti subjektif bagi dirinya
sosial memandang manusia sebagai aktor yang sadar dan refleksif, yang
sebagai self indication (Poloma, 1987: 268). Self indication adalah proses
2. Makna tersebut berasal dari interaksi sosial seseorang dengan orang lain.
43
berlangsung.
Fakta sosial sebagai aspek yang memang penting dalam kehidupan masyarakat
sosial.
sendiri.
kelompok.
44
b. Prespektif Labeling
subjektif. Oleh sebab itu, perspektif ini lebih tertarik untuk mempersoalkan
mengapa dan dalam kondisi bagaimana tindakan tertentu atau situasi tertentu
untuk diberi manka. Interpretasi dan makna yang diberikan terhadap label
semula.
Ada beberapa kritik yang ditujukan kepada perspektif ini (Eitzen, 1986: 409).
45
tertentu.
2. Label yang diberikan kepada suatu tindakan dapat tidak proporsional. Hal
bertahan dan dilestarikan. Berkaitan dengan hal ini ada sejumlah masalah
b. Labeling terjadi setelah fakta, dengan demikian tidak ada definisi sebelum
fakta terjadi.
1. Ada berbagai pola dan cirri khusus dari tingkah laku manusia dari
2. Deviasi tingkah laku ini merupakan fungsi dari konflik kebudayaan yang
tidak setuju.
digunakan. Sehubungan dengan hal ini Lemert (1951: 51) mengatakan, bahwa
fisik (lahiriah), dan aspek pemanpakan sosial dalam arti bagaimana tindakan
dan situasi itu tampak sebagai masalah dilihat dari interpretasi masyarakat.
heterogenitas dan mobilita sosial yang tinggi dari warganya, juga diidentifikasi
sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi visibilita sosial. Kondisi
permasalahan yang bersifat overt dan covert yang timbul sebagai akibat reaksi
47
1. Deviasi primer
banyak aspek dan banyak dimensi. Oleh sebab itu, usaha untuk memahami gejala
tersebut semestinya dibekali oleh suatu pengertian akan adanya kompleksitas dari
objek yang akan dipelajari. Lebih lanjut dapat dipahami pula, apabila studi
itu sebagai suatu proses, juga dituntut untuk melihatnya dari segala aspek dan
Bahkan akan lebih fungsional apabila studi masalah kesejahteraan sosial juga
meliputi usaha untuk mencari jalan pemecahannya. Dilihat dari kenyataan bahwa
dapat dipahami pula apabila dijumpai studi masalah kesejahteraan sosial yang
bervariasi dari sudut aspek yang menjadi focus perhatiannya. Oleh karena setiap
aspek dapat menjadi objek kajian suatu disiplin ilmu tertentu, dan setiap disiplin
48
ilmu tidak jarang melahirkan berbagai perspektif sebagai deviasi dari teori-teori
yang dimilikinya, maka tidak mengherankan pula bahwa dalam studi masalah
kesejahteraan sosial akan ditemukan variasi yang semakin banyak, dilihat dari
dalam masyarakat, bahwa tidak semua fakta sosial selalu fungsional positif
terhadap struktur. Di samping itu juga sangat relevan untuk mendiagnosis masalah
belum tentu menjamin terjadinya distribusi power dan resources yang lebih baik.
Dapat saja terjadi struktu masyarakat hasil transformasi akan berproses pada
disebut masalah kesejahteraan sosial. Lebih dari itu perspektif ini juga dinilai
49
konflik nilai. Dalam hal ini, kemiskinan dianggap sebagai akibat kondisi dehuman
yang disebabkan oleh orde ekonomi yang sakit. Untuk memecahkan masalahnya
kehidupannya.
dibahas dalam bab ini mengacu pada salah satu di antara dua tema pokok:
keberaturan sosial dan konflik sosial. Pada saat pandangan tentang keberaturan
sosial sedang banyak diminati dan menjadi arus utama yang mewarnai pemikiran
para ilmuwan dan praktisi sosial, makna perspektif patologi sosial lama,
hati masyarakat, maka perspektif patologi sosial baru, konflik nilai dan labeling
akan lebih banyak diminati. Sebagaiman terjadi dalam berbagai disiplin ilmu dan
1. Pengantar
langkah awal sebelum dilakukan diagnosis dan treatment. Dilihat dari fokus
dilihat pada level individu sebagai warga masyarakat. Sudah tentu yang lebih
kedua beranggapan bahwa sumber masalah kesejahteraan sosial ada pada level
Individu Sistem
Individu 1 2
Sistem 3 4
Dari tabel tersebut dapat dilihat, bahwa berdasarkan tahap studi dan
dalam empat variasi. Variasi pertama adalah studi masalah kesejahteraan sosial
individu sebagai penyandang masalah. variasi kedua, masalah juga dilihat pada
level individu atau perilaku individu, akan tetapi dalam mendiagnosis masalah
lebih memfokuskan pada sistem sebagai sumber masalah. variasi ketiga, yang
pada level individu yang merupakan bagian dari sistem dan merupakan aktor
dalam sub bab ini akan lebih mencari sumber masalah dengan satuan
dimensi yang melekat pada individu yang bersangkutan baik fisik atau
kebijaksanaan adalah:
kesalahan.
b. Pandangan Biologis
muncul ciri-ciri milik nenek moyangnya, yang semula lenyap selama berabad-
abad kini timbul kembali. Ternyata, ciri-ciri dan tingkah laku kaum kriminal
ini mirip dengan tingkah laku orang primitif yang liar dan kejam. Kesimpulan
klasik untuk persoalan inferioritas tadi sering kali dikaitkan dengan cacat atau
ini juga digunakan oleh Arthur Jensen dan Richard Herrnsteinyang mengatakan
c. Pandangan psikologis
terjadinya perilaku individu yang menyimpang berasal dari dalam diri individu
trauma.
dapat mengembangkan ego secara wajar untuk mengontrol impuls deviant (the
id). Gejala ini juga dapat berupa akibat adanya konflik batin antara dorongan-
dari perilaku menyimpang tidak terletak dari perilakunya itu sendiri, tetapi
dinamis dalam kepribadian seseorang (ithe id, ego dan seper ego) (Kauffman,
1989: 60).
Lemert (1951: 37) dalam tulisannya dia membedakan deviasi tingkah laku
menjadi tiga bentuk yaitu deviasi individual, deviasi situasional dan deviasi
sangat erat kaitannya dengan konsep dan gejala isolasi. Sebagaimana juga
dalam dua dimensi yaitu externalizing (dalam bentuk perilaku agresif dan
perilaku yang lain yang punya sasaran orang lain) dan internalizing (dalam
bahwa orang kulit hitam lebih inferior dibanding kulit putih. Salah satu
penyebabnya adalah tingkat inteligensia (IQ) orang kulit hitam rata-rata lebih
kemampuan mental.
167):
kesalahan system pendidikan, bias cultural dalam tes IQ, dan barrier sosial
d. Pandangan Sosialisasi
(1982: 140) mengatakan, secara luas sosialisasi dapat diartikan sebagai suatu
perilaku juga dapat dilihat sebagai perwujudan dari konteks sosial (pandanngan
ecology). Dalam pandangan ini, perilaku disorder tidak dapat dilihat secara
sederhana sebagai tindakan yang tidak layak, melainkan dari pada itu harus
dilihat sebagai hasil interaksi dan transaksi yang tidak benar antara seseorang
suatu misal, tingkat kriminalitas yang tinggi dalam masyarakat kota pada
umumnya berada pada bagian wilayah kota yang miskin, dengan kondisi
kondisi serta komposisi penduduk yang tidak stabil, (Eitzen: 1986: 400).
Dalam bagian lain dari tulisannya Eitzen juga mengutip pendapat Sutherland
orang lain tidak. Sehubungan dengan hal itu, Sutherland beranggapan bahwa
kemungkinan besar untuk belajar tentang teknik dan nilai-nilai devian yang
mengapa dua orang yang hidup dalam lingkungan sosial yang sama, yang satu
dapat berperilaku devian sedang yang lain tidak. Salah satu penyebabnya
perbedaan penafsiran antara yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan.
Dalam jangka panjang nilai dan norma yang terserap melalui proses sosialisasi
dan proses interaksi sosial dapat terinternalisasi dalam diri individu dan ikut
bahkan subkultur kriminal atau delinquent, akan tetapi belum tentu menjadi
(Kauffman: 308).
60
sosial yang didasarkan pada diagnosis yang hanya memerhatikan simtom tidak
masalah secara sementara dan tidak tuntas. Hal itu disebabkan oleh karena
approach ini pun menjadi cukup bervariasi, tergantung pada perspektif yang
actualization. Atas dasar kenyataan tadi, menjadi wajar apabila setiap orang
Hambatan yang dimaksud dapat berasal dari aspek individual dan dapat pula
dari aspek structural. Contah hambatan dari aspek structural adalah apabila
disebabkan kurang dimilikinya prestise dan power tersebut (Rein, 1970: 426).
mempunyai rasa percaya diri terhadap orang lain. Power adalah kapasitas
untuk memperoleh apa yang diinginkan lebih sering dan lebih dahulu dari
banyak dilakukan oleh kulit hitam menurut pandangan ini bukan disebabkan
oleh orang-orang kulit hitam yang agresif, melainkan lebih disebabkan oleh
sosial yang ada (Eitzen, 1986: 11). Danil Moynihan, seorang ahli ilmu sosial
dikalangan orang-orang kulit hitam dan hal ini merupakan penyebab dari posisi
Struktur keluarga yang dikatakan lemah tersebut ditandai oleh struktur yang
dibandingkan keluarga orang kulit putih dinilai tidak memiliki dasar yang
kuat.
3) Kritik yang sama juga diarahkan untuk pernyataan bahwa keluarga orang
kulit hitam pada umumnya bersifat matrialkal dan terjadi desersi suami
perubahan struktur sosial pada umumnya, karena hal ini yang dianggap
pandangan ini, mengapa seseorang menjadi miskin atau jahat, bukan karena
dilahirkan pada bagian kota tertentu atau lingkungan strata sosial tertentu tidak
dijumpai karena dalam sistem sosial terjadi perlakuan yang tidak adil terhaap
63
tertentu (adanya pekerjaan tertentu yang sulit dimasuki kaum wanita), atau
lama dalam hidup bermasyarakat sudah dutinggalkan dan dianggap tidak lagi
oleh karena hidup dalam lingkungan masyarakat yang buruk. Hal tersebut
control (Soekanto, 1987: 193). Bahkan Lemert (1967: 18) menegaskan bahwa
d. Pandangan labeling
batas perilaku yang diperbolehkan dan yang dilarang (Lemert, 1951: 96).
labeling apabila reaksi masyarakat tidak terjadi olek karena pelakunya adalah
Individu
Masalah
individu merupakan bagian integral dari masyarakat atau sistem sosial tertentu.
Kenyataan bahwa masalah kesejahteraan sosial pada level sistem ini juga dapat
65
bersumber dari individu, dapat pula dijelaskan dari adanya pandangan tentang
statistik untuk hal-hal tertentu seperti angka kejahatan, angka kenakalan, dan
angka bunuh diri. Dari indikator tersebut dapat ditafsirkan, bahwa semakin
yang tidak sehat atau mengalami masalah kesejahteraan sosial (Gillin and
proses belajar tentang pola hubungan dan peranan sosial.Ketika pola tersebut
menjadi kacau ,maka anggota masyarakat tidak tahu secara pasti apa yang
mereka lakukan dan apa yang diharapkan dari mereka oleh masyarakat.
secara mental atau fisik akan mengalami kesulitan dalam menangapi berbagai
aspek kehidupan sosialnya secara normal. Dari sisi lain, penelusuran individu
sebagai sumber terjadinya masalah kesejahteraan sosial pada level sistem ini
juga dapat dilihat dari proses sosialiasasi individu. Bahwa deviasi yang
dilakukan seseorang dapat dilihat dari pengaruhnya terhadap orang lain dan
(1) seseorang yang tingah lakunya menjadi masalah bagi orang lain,
(2) seseorang yang tingah lakunya menjadi masalah bagi dirinya tetapi
(3) seseorang yang tingkah lakunya menjadi masalah baik untuk dirinya
Tingkah laku yang menjadi masalah bagi orang lain itulah yang
kemudian dapat disebut sebagai sumber masalah pada level sistem yang
sosial, maka kemudian daapat menjadi isu sosial dan masalah sosial.
c. Deviasi sistematik
dari sisi individu, sedang pada pembicaraan ini sumber masalah akan dilihat
lain adalah asumsi bahwa institusi sosial dibuat oleh manusia ,dengan
demikian tidak bersifat sakral ,sehingga dengan demikian dapat berubah atau
bermasyarakat.
hal ini diidentifikasi adanya suatu bentuk kemiskinan yang tidak di alami
individu karena sebap2 individu seperti malas bekerja ,atau sering menderita
sakit ,akan tetapi karena sebap2 struktural ,kemiskinan itu disebut sebagai
masyarakat.
c. konflik nilai
saluran yanga mapan dan dapat mengkodisikan berbagai aspirasi ,nilai dan
1. Merasakan adanya desakan untuk bertidak tapi tidak tau harus berbuat
apa.
yang tidak menentu, rasa tidak tentram, yang dapat membangkitkan sifat
bringas,
69
d. Kelemahan Kultural
kesejahteraan sosial adlah melalui teori culltural lag yang dikemukakan oleh
“kesalahan” system.
Suatu masalah menjadi lebih dianggap mendesak dan urgen untuk segera
ditangani, apabila:
sebagai masalah
dan dalam lingkup yang luas, sebetulnya merupakan fungsi dan simtom dari
Hal yang sama juga dapat dilakukan dalam tahap diagnosis dan
kompetitif tidak cukup dilihat dari faktor yang melekat pada diri pengagur
tersedia seringkali juga menjadi faktor yang cukup penting untuk diperhatikan
segi positif di pandang dari perlakuan terhadap tenaga kerja, karena akan
1. Pengantar
kolektif tersebut pada umumnya berupa pola aktivitas yang sudah melembaga
sendiri dalam banyak hal juga dapat berkedudukan saling mengisi dan saling
kehidupan yang lebih baik. Secara umum dapat dikatakan, bahwa masyarakat
masalah. Lebih dari itu perhatian justru perlu dicurahkan pada system sosialnya.
tentang kondisi masalah kesejahteraan sosial yang terjadi akan menjadi umpan
balik yang merupakan reperensi untuk menentukan dimensi dan komponan yang
banyak nilai dan norma dilanggar sehingga keberaturan dan integrasi sosial
terganggu, maka sistem yang baik akan melihatnya sebagai kegagalan mekanisme
sosial ini. Pada umunya masyarakat mampu melakukan hal-hal seperti itu karena
didalam masyarakat sendiri tersimpan modal sosial, yang seperti halnya dengan
modal fisik dan financial dapat digunakan sebagai energy penggerak tindakan
Dalam berbagai referensi dapat ditemukan definisi tentang modal sosial ini,
salah satunya dikemukakan oleh uphoff (dalam dasgupta & serageldin, 2000 :
215). Menurut pendapatnya modal sosial dapat dibedakan dalam dua kategori ;
Dalam fenomena kognitif modal sosial tumbuh dari proses mental dan hasil
pemikiran yang diperkuat oleh budaya termasuk nilai dan norma. Bentuk modal
75
agar Negara dapat menjamin kesejahteraan sosialnya kepada warga pada level
pemenuhan kebutuhan dasar, akan tetapi saat ini kondisi Negara sangat jelas
belum memungkinkan. Oleh sebab itu yang paling realistis bagi kondisi Indonesia
Negara melainkan tanggung jawab bersama antar Negara, masyarakat dan swasta.
yang salah seolah – olah hanya Negara yang dapat memengaruhi kesejahteraan.
a. Organisasi Masyarakat
Secara garis besar organisasi yang melakukan usaha kesejahteraan sosial yang
masyarakat local, organisasi yang bergerak atas dasar motivasi filantropi dan
dapat tumbuh sebagai bentuk atualisasi berbagai pranata sosial yang ada dan
Sementara itu organisasi sosial yang berasal dari masyarakat dalam bentuk
sosial dan pelayanan sosial dan lsm yang secara tidk langsung dapat
b. Organisasi Swasta
Sektor swasta sesuai sifatnya pada umumnya adalah bidang usaha yang dapat
profit dan memiliki usaha diluar bidang pelayanan sosial dan jaminan sosial,
Untuk mendorong kontribisi yang lebih besar berbagai organisasi sosial bagi
yang masih laten, dibutuhkan adanya iklim yang kondusif dalam kehidupan
Disisi yang lain, LSM yang terbukti telah memberikan kontribusi bagi usaha
aktifitasnya.
lain, sebuah survey yang dilakukan VEDI R HADIZ (1999 : 43) terhadap
tersebut mempunyai kekuatan utama yang berbeda satu dengan yang lainnya.
78
hasil yang optimal. Sudah tentu agar kerjasam dapat terjalin diperlukan syarat
Disamping itu, forum stakeholder juga dapat mengambil peran sebagai media
bagi terjalinnya komunikasi antar pihak. Dari komunikasi yang terjalin dapat
lebih dikembangkan saling pengertian tentang apa yang dapat dilakukan dan
diberikan oleh masing-masing pihak dari pihak yang lain. Dari proses ini
dapat diciptakan saling member masukan antar pihak serta kejelasan posisi
lebih diharapkan.
79
1. Pengantar
merugikan baik dari segi fisik maupun non fisik bagi kehidupan masyarakat.
Lebih dari itu, dalam kondisi yang disebut masalah kesejahteraan sosial
atau suatu proses untuk melakukan perubahan kea rah perbaikan. Dengan
Dilihat pada saat proses perubahan menuju kondisi yang lebih baik
pembaruan menuju kondisi yang lebih baik lebih sejahtera jarang menghadapi
kemasyarakatan yang secara formal ada, akan tetapi sebetulnya secara riil
Pada sisi yang lain, masalah kesejahteraan sosial yang bersumber dari
komponen dapat mudah menimbulkan gejala cultural lag. Pejelasan lain untuk
dilihat pada dimensi waktu setelah suatu program atau aktivitas penanganan
merupakan suatu proses perubahan yang terencana menuju suatu kondisi yang
paling tidak dapat dijelaskan melalui tiga hal (Soetomo, 1992: 74).
yang terkait, akan tetapi mungkin saja dalam perencanaan yang dibuat, ada
salah satu atau beberapa aspek yang terlewatkan, sehingga pada tahap
sekenario terhadap hal-hal yang akan terjadi di masa yang akan datang. Oleh
sebab itu untuk membuat rencana yang baik diperlukan kemampuan membuat
Kemiskinan)
masyarakat.
diri.
82
1973: 94).
sekaliga juga menujukan bahwa kemiskinan dapat dilihat secara absolut dan
standar tertentu, sehingga kemudian dapat dikatakan bahwa mereka yang taraf
kemiskinan.
sudah mengarah pada terjadinya komplikasi yang membuat lebih sulit untuk
Pelajaran yang dapat dipetik dari tulisan Chamber tadi adalah bahwa
produksi, rendahnya tingkat upah, posisi tawar yang lemah dalam menentukan
psikologis terutama berkaitan dengan perasaan rendah diri, sikap fatalisme dan
informasi. Aspek politis antara lain berkaitan dengan kecilnya akses terhadap
degradasi dan sering kali tidak merupakan lapisan yang terpilih dalam hidup
norma sosial yang berlaku. Sehubungan dengan hal ini, kondisi keluarga
situasi yang tidak mendukung proses belajar, kebiasaan hidup tidak teratur,
dari kebutuhannya dan stigma yang mejadi cap sebagai keluarga miskin yang
kemiskinan antara generasi ini juga didukung oleh proses sosialisasi nilai.
Situasi kemiskinan yang sudah terlalu lama mencekam suatu kelompok dapat
apa penyebab kemiskinan, dijumpai ada dua jawaban yang berbeda. Yang
individual lain yang berupa adopsi budaya kemiskinan dan rendahnya need for
1982:51), Pendek kata kemiskinan lebih dilihat dari cacat dan kelemahan
individual.
semacam ini dapat berlangsung baik pada skala sempit maupun skala yang
luas, dari tingkat lokal, nasional sampai internasional. Antara level satu
terjadinya proses pertukaran yang tidak seimbang antara negara maju dan
negara sedang berkembang yang antara lain berupa investasi dunia maju di
profit dalam jumlah yang besar. Proses pada level internasional ini kemudian
negara miskin. Pada level nasional, ketimpanagan terjadi sebagai akibat proses
pertukaran yang tidak seimbang antara sektor pedesaan dan perkotaan. Salah
menekan harga bahan makanan agar tetap rendah sementara tidak demikian
lokal, pemilik tanah luas, pelepas uang dan lapisan pedagang di desa makin
secara merata. Dilihat dari pengertiannya, konsep kemiskinan buatan ini dapat
yang diderita oleh suatu golongan masyarakat, yang mana karena struktur
c. Penanganan Masalah
dari cacat dan kelemahan individual, maka strategi yang digunakan untuk
pertanian dengan jalan menggerakan petani dari segi psikologis dan teknis
hijau, yang di Indonesia salah satunya diwujudkan dalam program Bimas dan
Inmas.
keputusan dalam kebijakan program yang akan dijalankan. Bentuk yang kedua
keterlibatan dalam gerakan sosial, bentuk ini barangkali paling radikal dan
kontrovesial dibandingkan bentuk yang lain. Dalam konsep ini lapisan miskin
keempat yang biasanya dinilai sebagai bentuk yang paling tidak kontroversial,
ketimpangan relative dan kemiskinan absolute. Hal itu berarti bahwa hasil
pembangunan yang sudah berjalan belum dapat dinikmati secara merata oleh
pertumbuhan ekonomi tidak lagi dapat dianggap sebagai obat mujarab yang
yang mencukupi bagi terwujudnya keadilan sosial dan ekonomi (The Kian
Wie,1981 a:103)
yang dijalankan.
92
sendiri.
sosial dan rasa aman terutama bagi kelompok rentan, (5) penataan kemitraan
global untuk menata ulang hubungan dan kerja sama dengan lembaga
Dalam hal ini bentuk masalah kesejahteraan sosial yang tampil dapat
berupa masalah pada level individu tetapi dapat pula level masyarakat atau
sistem. Yang termasuk jenis pertama adalah masalah kesejahteraan sosial yang
berkaitan dengan perilaku orang per orang sebagai anggota masyarakat seperti
dan kecanduan obat. Sedangkan jenis yang kedua dapat berupa disintegrasi
aturan sosial. Dalam pembahasan lebih lanjut akan di bicarakan sebuah contoh
dalam proses tersebut adalah sumber daya manusia. Nilai strategis sumber
daya ini tidak semata-mata terletak pada segi jumlah atau kuantitas, melainkan
juga kualitas.
lebih berkaitan dengan fisik. Dalam kedudukan seperti itu, maka efek yang
timbul juga terjadi pada segi fisik dan dalam batas-batas kewajaran tidak
sekadar sebagai sarana relaksasi terhadap kelelahan, tekanan batin, rasa apatis,
perasaan terisolasi, akan tetapi juga berfungsi sebagai sarana ritual dalam
adanya ambivalensi itulah maka untuk aspek yang negatif digunakan konsep
penyalahgunaan, karena pada sisi lain dengan pemakaian yang wajar dan
ini secara personal dan sosial merupakan sesuatu yang bersifat destruktif
Hal yang kurang lebih sama sebetulnya juga berlaku untuk bahan-
bahan kimia lain yang berada dalam kelompok obat-obatan (drug), termasuk
yang dapat memengaruhi dan membawa efek pada fungsi dari struktur
96
Dampak lebih lanjut dari gejala kecanduan ini adalah seseorang akan
berkurang; kontaknya dengan diri sendiri, dengan orang lain dengan dunia
sekitar. Menurut Sheaef, sebetulnya gejala kecanduan ini tidak hanya berupa
Pada dasarnya seseorang menjadi kecanduan tidak secara tiba-tiba, akan tetapi
pada umumnya belum merasakan kenikmatan yang tinggi. Hal ini dapat:
belum menjamin untuk merasakan kenikmatan. Untuk itu harus melalui tahap
mempelajari efeknya. Melalui tahap ini bagi yang bersangkutan akan timbul
tersebut.
pertama kali melakukannya, tahap kedua sifatnya belum rutin tergantung pada
walaupun barangkali harus memperoleh barangnya dengan cara yang sulit dan
dapat terjadi melalui dua cara, yang pertama, melalui pengaruh langsung,
seperti misalnya manusia yang sehat akan mempunyai kapabilitas yang tinggi,
jangkauan umur yang lebih panjang dan masih banyak pengaruh yang lain.
baahwa apabila orang tidak sakit maka akan mampu belajar lebih banyak,
Agaknya sikap yang demikian akan sulit diharapkan dari para penyandang
atau sistem. Seperti dikemukakan oleh Eitzen (1986: 411), ada lima variasi
melakukan deviasi.
99
berasal dari factor individual maupun dari masyarakat atau system. Seperti yang
melakukan deviasi.
dan kehidupan kota. Asumsi yang mendasarinya adalah kehidupan kota yang
b. Melalui proses transmisi cultural yaitu penjelasan ini dapat menggunakan teori
sedangkan orang lain tidak, padahal berasal dari karakteristik yang sama,
100
teknik dan nilai devian, sehingga lebih memungkinkan terjadi tindak dan
perilaku criminal.
dan cara hidup masyarakatnya, walaupum menurut ukuran subkultur lain atau
peranan pelatih terhadap atletnya dalam penggunaan obat yang termasuk kategori
doping, peranan orang tua terhadap anaknya melalui proses pewarisan gaya hidup
serta kebiasaan mabuk, dan peranan teman dekat dalam bentuk penularan tingkah
Lebih lanjut, sumber masalah pada level masyarakat atau pada level
system dan struktur juga dapat dijelaskan dalam berbagai variasi. Salah satunya
ini, masyarakatlah yang membuat pemakai obay sebagai devian. Hal ini
disebabkan karena pemakaian obat sebagaimana bentuk perilaku yang lain berisfat
101
netral. Pada dasarnya label yang diberikan sangat ditentukan oleh interpretasi
Oleh sebab itu, sebenarnya pola pikir tersebut juga dapat digunakan untuk
menjelaskan kenyataan bahwa tingkah laku yang sama dalam hal ini
ekonomi dan politik. Apabila penggunaan obat dan kecanduan obat dianggap
sebagai deviasi, pada umumnya label yang diberikan dalam bentuk reaksi social
yang bersifat penolakan ( social reaction). Dengan adanya reaksi penolakan ini,
maka dapat dikatakan bahwa proses labeling merupakan factor krusial dalam
perkembangan karir divian. Dalam kasus ini, deviasi dapat dibedakan menjadi 2
yaitu:
tidak jarang semakin tinggi intensitas dan kualitasnya sebagai hasil proses
labeling.
Proses seperti itu dimungkinkan karena menjadi orang yang diberi label
devian berarti akan menaggung konsekuensi untuk ditolak atau paling tidak
dipersulit dan dijauhi dalam pekerjaan, dan berteman dan dalam pergaulan yang
lain. Apabila sampai pada kondisi seperti ini, maka perjalanan devian sudah
bahkan melawan system ini oleh sementara pihak diidentifikasi berada pada
tingkat deviasi tersier. Walaupun demikian, memang tidak dapat disangkal adanya
alternative lain dari proses labeling tersebut. Tidak jarang terjadi, penyalagunaan
obat yang sama memperoleh label yang berbeda, karena pelakunya berasal dari
lapisan social yang berbeda. Dalam hal yang demikian dapat ditafsirkan bahwa
perbedaan pengaruh dan power akan dapat memengaruhi label yang diterima dari
masyarakat.
Cara lain yang dapat digunakan untuk menjelaskan latar belakang masalah
kesepakatan tentang definisi ini disebabkan oleh adanya perbadaan nilai yang
dianut bahkan sering kali juga terkait dengan perbedaan kepentingan. Suatu
masyarakat tidak selalu homogeny, akan tetapi sering juga dijumpai yang bersifat
heterogen. Masyarakat dapat terdiri dari banyak kelompok yang berbeda, yang
majemuk yang tidak hanya bersifat kompleks dari sudut ekonomi dan kepentingan
ekonomi tetapi juga mengandung keanekaragaman etnis, cultural, agama dan gaya
oleh kelompok tertentu dianggap sebagai suatu hal yang wajar, sedangkan oleh
103
masyarakat.
sering kali juga digunakan untuk memahami sumber masalah pada level
Masalah lain yang muncul dilihat dari pendekatan ekonomi politik ini
dikemukakan Eitzen (1986:521) tentang kasus Amerika Serikat. Dalam kasus ini
awal 1900-an yang merupakan hasil usaha kelompok masyarakat yang menganut
dampak dari system yang kurang memberikan peluang, sarana dan saluran bagi
seperti kebutuhan fisik (penopang hidup), rasa aman, dukungan kelompok, harga
diri, memperoleh penghargaan dan aktualisasi diri. Pandangan Goulet (1973: 94),
kesengsaraan, kemelaratan, dapat memperjelas hal ini. Salah satu bentuk caranya
adalah melalui alcohol dan pemakaian obat tertentu yang dalam jangka panjang
C. Penanganan Masalah
Salah satu sumber masalah dari level individu yang sudah dikemukakan
asosiasi yang paling dekat bersifat devian, maka akan mempunyai potensi besar
bagi kecenderungan perilaku devian. Melihat latar belakang seperti ini maka
penanganan juga melalui cara interaksi dalam kelompok. Ada dua cara
penanganan seperti ini, keduanya mengacu pada teori asosiasi diferensial yang
subkultur baru dengan aturan dan nilai tersendiri, dimana pecandu alcohol
106
belajar melalui kontak face to face dengan anggota yang lain yang dilakukan
melalui pengaruh peer group dengan asosiasi gaya hidup yang tidak menyukai
b. Model yang dikembangkan oleh Volkman dan Cressy melalui lima prinsip
seharusnya ikut serta dalam upaya rehabilitasi para pecandu alcohol dan
hokum dan sebaliknya dijauhkan dari kelompok yang dapat mendorong tindak
kelompok yaitu:
Admission yaitu tidak setiap pecandu obat secara otomatis diterima dalam
obat serta bersedia menerima dan menaati norma kelompok, yang dapat
dan sikap tertentu, dalam hal ini adalah sikap antipenyalahgunaan obat,
kelompok.
pengguna jenis obat dan alcohol tadi dilakukan secara wajar dan tidak
obat tersebut.
c) Melalaui peraturan tentang jenis obat dan minuman beralkohol yang dapat
lainnya.
d) Melalui substitusi minuman lain yang dianggap lebih aman tetapi ekuivalen
1. Pengantar
Efek sampingan yang terjadi dapat bersumber dari dimensi social maupun
fisik. Yang berasal dari dimensi social misalnya memudarnya nilai-nilai social
yang kurang proporsional. Selo Soemarjan dalam kata pengantar untuk buku
perubahan lingkungan selalu lebih besar daripada yang direncanakan. Oleh sebab
itu, dilihat dari perubahan lingkungan tersebut, dikenal adanya efek sampingan
social atau manusia dan perilakunya yang berpengaruh terhadap hadirnya masalah
Secara sangat jelas, Salim (1986: 21) bahwa hal itu melalui beberapa
b. Tumbuh-tumbuhan, binatang, zat dan benda mati yang tidak atau belum
diketahui manfaatnya saat ini akan luput pula dari perhitungan ekonomi
d. Berbagai bentuk sampah, kotoran dan limbah sebagai hasil kegiatan industry
tidak masuk biaya perusahaan, demikian juga beban yang diderita pihak lain
sebagaia akibatnya.
berikut:
1. Pencemaran udara yang dapat berasal dari asap mobil, asap pabrik, asap
danau, laut atau limbah berbagai jenis pestisida dan pupuk yang digunakan
petani.
4. Limbah padat yang berupa sampah buangan kegiatan individu atau bisnis
tertentu.
5. Polusi panas berupa peningkatan temperature iar dan panas atmosfer yang
alam juga dapat dilihat dari berbagai dimensi yaitu dimensi waktu karena
masalahnya tidak hanya dirasakan pada saat itu akan tetapi terutama di masa
mendatang seperti erosi, banjir, abrasi air laut, gangguan kesehatan sebagai akibat
berbagai bentuk pencemaran sudah mulai dapat dirasakan saat ini, dimensi ruang
karena masalah ini dapat terjadi dalam kawasan manapun, baik itu kota maupun
dipakai, sifat sumber alam(dapat diperbaharui atau tidak) dan pola hidup yang
cara bagaimana manusia berhubungan dengan alam. Paling tidak ada 3 hubungan
teknologi dapat dikembangkan daya analisis dan sikap kriti terhadap teknologi.
lingkungan oleh karena pahham ini menempatkan aspek materi sebagai symbol
sukses seseorang. Oleh sebab itu orang akan terdorong untuk mengumpulkan dan
memiliki serta menguasai. Paham individualism juga ditunjuk sebagai salah satu
sumber masalah dari sudut kultur, karena paham ini sangat kuat mendorong
113
penggunaannya seperti air minum, irigasi, industry, dan rekreasi. Selain jumlah
ditunjuk sebagai sumber masalah terutama menyangkut sering adanya bias dan
C. Penganan Masalah
konservasi.
Pengertian dan definisi secara umum dari konsep tersebut adalah suatu
panjang dan menghindari eksploitasi sumber daya alam secara maksimal yang
hanya memberikan keuntungan jangkah pendek (Ascher and Healy, 1990: 5).
114
melalui strategi tersebut adalah konservasi sumber daya hidup yang meliputi:
daya alam dengan cara menciptakan subtitusi yang melimpah dari sumber
Dengan demikian, tujuan akhir dari intervensi yang dilakukan baik dalam
antara lain:
Keadilan antargenerasi
Pencegahan dini
B. CIRI-CIRI KELUARGA
118
Ciri-ciri yang terdapat pada keluarga dalam bentuk dan tipe apapun adalah
sebagai berikut :
Mempunyai hubungan yang hangat dan lebih intim.
Kooperatif.
Face to face.
Masing-masing anggota memperlakukan anggota lainnya sebagai
tujuan bukannya sebagai alat untuk mencapai tujuan.
Ciri-ciri Umum :
Keluarga adalah susunan orang-orang yang disatukan oleh ikatan
perkawinan, darah, atau adopsi.
Anggota-anggota keluarga ditandai dengan hidup bersama di bawah
satu atap dan merupakan susunan satu rumah tangga; atau jika mereka
bertempat tinggal, rumah tangga tersebut menjadi rumah mereka.
Keluarga merupakan kesatuan dari orang-orang yang berinteraksi dan
berkomunikasi yang menciptakan peranan-peranan sosial bagi suami dan
istri, ayah dan ibu, putra dan putri, saudara laki-laki dan saudara
perempuan.
Keluarga adalah suatu media pemelihara kebudayaan bersama, yang
pada hakekatnya diperoleh dari kebudayaan umum, tetapi pada masyarakat
yang kompleks masing-masing keluarga mempunyai ciri-ciri yang berlainan
dengan keluarga lainnya.
Ciri-ciri Khusus :
Kebersamaan
Dasar-dasar emosional
Pengaruh Perkembangan
Ukuran yang terbatas
Posisi Inti dalam struktur sosial
Tanggung jawab para anggota
Aturan kemasyarakatan
Sifat kekekalan dan kesementaraannya
119
C. BENTUK-BENTUK KELUARGA
Keluarga inti, dapat didefinisikan dengan keluarga atau kelompok
yang terdiri dan ayah, ibu dan anak-anaknya yang belum dewasa atau belum
nikah/kawin.
Keluarga besar/luas, adalah suatu keluarga yang meliputi lebih dari
satu generasi dan suatu lingkungan kaum keluarga yang lebih luas daripada
hanya ayah, ibu dan anak-anaknya. Dengan adanya suatu perkawinan baru,
maka anakna yang memisahkan diri dari orang tuanya atau keluarga intinya.
Hmile Durkheim menyebut conjugal family, yaitu suatu inti dari pasangan
suami istri dan keturunan-keturunan mereka yang dilingkungi oleh lapisan-
lapisan keluarga yang agak jauh.
D. FUNGSI KELUARGA
Fungsi keluarga menurut Dubois dan Miley, terdiri dari fungsi
economic production (produksi ekonomi), childbearing (mampu
melahirkan), chil-rearing (membesarkan anak), education (pendidikan),
and socialization (sosiaisasi). Sementara kelembagaan masyarakat juga
bertanggung-jawab terhadap education (pendidikan), maintenance of healt
(institusi kesehatan), and the distribution of goods and services (distribusi
barang dan jasa).
Menurut Khairuddin fungsi pokok keluarga yang sulit dirubah dan
diganti oleh orang lain adalah fungsi biologik, fungsi afeksi, dan fungsi
sosialisasi. Sedangkan fungsi yang relatif lebih mudah berubah adalah :
fungsi ekonomi, fungsi perlindungan, fungsi pendidikan, fungsi rekreasi,
dan fungsi religi.
BKKBN menggagas fungsi keluarga yang perlu
ditumbuhkembangkan dalam memenuhi kebutuhan anggota keluarganya,
antara lain adalah : fungsi keagamaan, fungsi budaya, fungsi cinta kasih,
fungsi melindungi, fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi dan pendidikan,
fungsi ekonomi, dan fungsi pembinaan lingkungan.
Zastrow menggambarkan fungsi sosial keluarga sebagai berikut:
120
A. PENGERTIAN ANAK
2
123
B. CIRI-CIRI ANAK
Ciri-ciri anak dapat dilihat dari usia seperti pada penjelasan di atas, dimana
batasan usia tersebut berbeda-beda tergantung dari sudut pandangnya.
Selain itu ciri-ciri anak yang paling utama adalah perbedaan dari hak,
kewajiban dan tugas perkembangannya dari periode yang lain, seperti yang
akan dijelaskan di muka.
4
124
Lebih jauh ditegaskan dalam Konvensi PBB tentang hak-hak anak, yang
telah diratifikasi oleh negara-negara peserta termasuk Indonesia (melalui
Keputusan Presiden No. 36 tahun 1990), bahwa hak anak secara umum
dapat dikelompokan ke dalam :
1. Hak-hak sipil yang mencakup hak terhadap nama, kewarganeraraan,
6
prosedur perlindungan dalam peradilan,
2. Hak-hak ekonomi, diantaranya mencakup hak untuk menikmati taraf
hidup yanmg memadai untuk menjamin tumbuh kembang anak dan hak
akan jaminan sosial;
3. Hak-hak sosial termasuk mendapat perawaran atau asuhan yang penuh
kasih sayang dari orangtua, atau pengasuhan; hak untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan, perawatan khusus bila cacat, perlindungan bagi
anak-anak tanpa keluarga, perlindungan dari semua bentuk kekerasan
fisik dan mental, penyalahgunaan, penelantaran, perlakuan salah atau
eksploitasi, termasuk eksploitasi ekonomi dan seksual;
4. Hak-hak budaya yaag mencakup hak untuk memperoleh pendidikan, hak
untuk mengakui dan menikmati budayanya sendiri, hak untuk turut
dalam kehidupan budaya dan seni.
3. Pengetahuan Psikologis
Meliputi aspek :
a. Sensori Kognitif dan Proses Psikomotor
Sensori Kognitif
Pandangan
Pendengaran
Perasaan
Persepsi
Proses Psikomotor : Perubahan dalam sistem otot dan
hilangnya sel-sel karena perubahan usia pada Lansia.
b. Afektif dan Teori Kepribadian
Afektif ; sikap dan minat orang tua dipengaruhi oleh
kebudayaan dan pengalaman yang dialaminya.
Teori Kepribadian ; meliputi :
Teori pelepasan
Teori kegiatan
Teori kepuasan diri
Teori perkembangan
c. Penyakit Psikiatrik
Neurosis ; ditandai oleh adanya kecemasan akan
kekaburan pada realita atau disorganisasi kepriadian
Psikose ; merupakan tekanan dalam kehidupan yang
ditandai dengan kepribadian yang kompulsif. Akibat negatif dari
faktor-faktor phisik diantaranya :
Bunuh diri
Gangguan organik
Sindrome organik otak
Sindrome akut otak
Sindrome akut otak
Sindrome Otak Kronis
129
KEPUSTAKAAN
Dubowitz, Howard & DePanfilis. Diane. 2000. Handbook for Child Protection
Practice. Thousand Oaks: Sage Publications, Inc.
Friedlander. W.A. & Apte, R.Z. (1980). Introduction to Social Welfare. New
Delhi : Me Graw Hill.
Gilbert, Neil & Specht, H. (Ed.). (1981). Handbook of the Social Services. New
York : Prentis Hall.
Hepworth, D.H. & Larsen. J.A. (1993). Direct Social Work Practice : Theory
ang Skills. Pacific Grove, California : Brooks/Cole.
Holland, Sally. (2004). Child and Family Assesment in Social Work Practice.
London : Sage Publications..
132
Horejsi, C.R. & Sheafor. B.W. (2003). Techniques and Guidlines for Social
Work Practice, Sixth Ed. Boston : Pearson Education.
Lowy, Louis. (1879). Social Work With the Aging. New York : Harper & Row.
Macionis (1995). Sociology, Fifth Ed. Englewood Cliffs, New Jersey :
Prentice Hall.
Netting, F. E., Kettner. P.M. & McMurtry, S. L. (1993). Social Work Macro
Practice. London : Longman.
Zastrow, C. (2000). Social Problem : Isues and Solutions, Fifth Ed. Australia :
Wadsworth.
Dokumen :