Anda di halaman 1dari 6

TUGAS RESUME

KONSEP DAN PRINSIP MANAJEMEN KONSTRUKSI

Mata kuliah : Manajemen Konstruksi


Dosen Pengajar : Ar. Tri Amartha Wiranata,S.T.,M.T.

DI SUSUN OLEH :

IIF AL-MA’RIFAT

210201602059

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL BANGUNAN GEDUNG


JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2024
Pada era globalisasi, perkembangan dunia konstruksi semakin pesat, baik dalam segi
teknologi, kapasitas proyek, maupun dana yang diperlukan dan digunakan untuk proyek-
proyek yang dijalankan. Manajemen dalam pelaksanaan konstruksi dilakukan dengan
perencanaan dan penjadwalan, yaitu proses yang mencoba meletakkan dasar tujuan dan dasar
sasaran serta menyiapkan segala sumber daya untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut.
Manajemen berasal dari kata manos, manage, yang berarti melatih kuda mengangkat
kaki, merupakan kutipan dari Bahasa latin/italia/prancis. Selanjutnya dapat dipahami bahwa
dalam melatih kuda mengangkat besi diperlukan langkah-langkah yang teratur dan dilakukan
secara bertahap, sehingga manajemen identik dengan mengatur atau menata sesuatu dengan
fungsinya.
Proyek adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan waktu dan sumber daya terbatas
untuk mencapai hasil akhir yang ditentukan dan didalamnya dialokasikan biayanya. Dalam
mencapai hasil akhir, kegiatan proyek dibatasi oleh anggaran, jadwal, dan mutu, yang dikenal
sebagai tiga kendala (tripel constraint).
Kata “Konstruksi” dapat didefinisikan sebagai tatanan/susunan dari elemen-elemen
suatu bangunan yang penempatannya di setiap bagian-bagiannya sesuai dengan fungsinya
seperti gedung bertingkat, jembatan, bendungan, dam, jalan raya, bangunan irigasi, lapangan
terbang dan lain-lain. Secara umum konstruksi ada 2 (dua) macam yaitu :
1. Konstruksi bangunan gedung, terdiri dari bangunan gedung, perumahan, hotel, dan
lain-lain.
2. Konstruksi bangunan sipil, seperti jembatan, jalan, lapangan terbang, terowongan,
irigasi, bendungan dan lain-lain.
Kedua macam konstruksi ini memiliki ciri-ciri yang berbeda, seperti yang ditunjukkan
dalam table berikut :
Konstruksi bangunan gedung Konstruksi bangunan sipil
Menghasilkan tempat orang bekerja Proyek konstruksi mengendalikan alam
(kantor,Gudang dan lain-lain) untuk kepentingan manusia
Tempat kerja pada lokasi yang relatif kecil Pekerjaan berlangsumg pada lokasi yang luas
dan panjang
Kondisi pondasi pada lokasi yang relatif Kondisi pondasi (geologi) pada setiap lokasi
kecil berbeda satu dengan yang lainnya
Manajemen dibutuhkan untuk progressing Manajemen dibutuhkan untuk memecahkan
pekerjaan permasalahan, bukan timbul progres

Juga dikenal ada 4 (empat) tipe konstruksi, yaitu :


1. Konstruksi pemukiman (residental construction)
Termasuk dalam konstruksi ini antara lain: hunian, rumah tinggal, komplek
pemukiman. Penataan yang diperlukan di sini adalah bagaimana menata ruang
(lingkungan) dengan mempertimbangkan perkembangan pada masa yang akan
datang (20 tahun mendatang), penata sistem saluran pembuangan dan lain-lain. Adanya
permasalahan seperti terjadinya genangan air di dalam kompleks pada hujan
menandakan bahwa manajemen konstruksi pada
pembangunan kompleks itu tidak bagus.
2. Konstruksi gedung (building construction)
Termasuk di sini gedung perkantoran, gedung kuliah, gedung perbankan dan lain-lain.
Penataan yang diperlukan umumnya penataan fasilitas-fasilitas yang disediakan, seperti
hidrant, perlunya lift untuk gedung kuliah lebih dari 2 lantai (biasanya yang
menggunakan gedung kuliah bukan saja mahasiswa, tetapi dosen yang umumnya
berusia tua), sistem pengamanan kebakaran dan lain-lain. Adanya gangguan suara ribut
dari atap pada saat angin kencang pada suatu gedung kuliah menandakan bahwa
manajemen konstruksi pada gedung tersebut juta tidak bagus.
3. Konstruksi rekayasa berat (heavy engineering construction)
Biasanya pada konstruksi ini, banyak bekerja alat-alat berat sehingga memerlukan
penataan sehingga tidak terjadi alat-alat terbengkalai di lokasi karena tidak digunakan,
sedangkan biaya sewa peralatan berat umumnya mahal. Terjadinya pengangguran alat-
alat berat dan lain-lainnya menandakan manajemen konstruksinya tidak bagus
4. Konstruksi industry (industry construction)
Termasuk dalam konstruksi industri ini antara lain pabrikpabrik dan lain-lain. Penataan
yang diperlukan terutama terhadap pengaruh yang ditimbulkannya terhadap lingkungan
dan masyarakat sekitar seperti limbah, polusi dan lain-lain. Untuk itu harus disediakan
suatu fasilitas yang dapat mengatasi pengaruh tersebut. Dan fasilitas-fasilitas ini harus
ditata sedemikian sehingga dapat berfungsi dengan baik.
Manajemen konstruksi tersusun dari dua kata yaitu “manajemen” dan “konstruksi”.
Kata manajemen memiliki arti melatih kuda mengangkat kaki, kata konstruksi memiliki arti
susunan dari elemen-elemen bangunan yang penempatannya di setiap bagian-bagian sesuai
dengan fungsinya. Maka dari itu dapat disimpulkan suatu definisi dari manajemen konstruksi
sebagai beriku :
Manajemen konstruksi adalah usaha yang dilakukan melalui proses manajemen yaitu
perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian terhadap kegiatan-kegiatan proyek dari awal
sampai akhir dengan mengalokasikan sumber-sumber daya secara efektif dan efisien untuk
memcapai suatu hasil yang memuaskan sesuai sasaran yang diinginkan. Dalam buku teori
aplikasi manajemen proyek konstruksi menyatakan bahwa proyek konstruksi memiliki
karakteristik unik yang tidak berulang.
Menurut Soehendradjati (1987), manajemen konstruksi adalah kelompok yang
menjalankan fungsi manajemen dalam proses konstruksi (tahap pelaksanaan), suatu fungsi
yang akan terjadi dalam setiap proyek konstruksi sedangkan menurut Dipohusodo (1996),
manajemen konstruksi merupakan proses terpadu dimana individu-individu sebagai bagian
dari organisasi diliatkan untuk memelihara, mengembangkan, mengendalikan, dan
menjalankan program-program yang semuanya diarahkan pada sasaran yang telah ditetapkan
dan berlangsung menerus seiring dengan berjalannya waktu.
Manajemen pada suatu konstruksi merupakan suatu alat untuk mengefektifkan dan
mengefesiekan kegiatan-kegiatan pada proyek tersebut. Setiap proyek konstruksi terdapat
sumber daya yang akan diproses, pada saat proses inilah diperlukan manajemen agar proses ini
berjalan secara efektif dan efisien. Sumber daya tersebut terdiri dari bahan, tenaga, biaya,
peralatan, dan waktu yang akan menuju pada proses yang efektif dan efisien untuk mencapai
hasil yang memuaskan.
Dalam ruang lingkup tanggung jawabnya, manajemen konstruksi memiliki peran yang
sangat penting dalam suatu proyek. Dalam mencapai tujuannya, manajemen konstruksi
memiliki 4 peran, yaitu :
1. Agency Construction Management (ACM)
Tahap awal peran manajemen konstruksi adalah sebagai koordinator penghubung
antara rancangan konstruksi dengan pelaksana hingga seluruh kontraktor. Dengan kata
lain, manajemen konstruksi berperan sebagai sarana penghubung antara pemilik
(perancang) proyek dengan para kontraktor untuk mencapai tujuan pemilik.
2. Extended Service Construction Management (ESCM)
Tahap ini manajemen konstruksi bertindak berdasarkan permintaan dari pihak
kontraktor atau disebut pula Extended Service Construction Manajemen (ESCM).
Peran ini dilakukan untuk menghindari konflik antara kontraktor dengan perencana
proyek.
3. Owner Construction Management (OCM)
Dalam tahap ini, manajemen konstruksi juga bertanggung jawab atas kelangsungan
proyek yang dilaksanakan berdasarkan kepentingan pemilik proyek.
4. Guaranted Maximum Price Construction Management (GMPCM)
Peran manajemen konstruksi yang terakhir adalah bertanggung jawab kepada pemilik
atas waktu, biaya, hingga mutu proyek. Peran manajemen konstruksi sebagai Guaranted
Maximum Price Construction Management memungkinkan manajemen konstruksi
bertindak sebagai pemberi kerja kepada kontraktor atau pun sub kontraktor.
Fungsi manajemen konstruksi pada suatu proyek dengan memanfaatkan sumber daya
dengan efektif dan efisien untuk mencapai tujuan proyek. Fungsi-fungsi tersebut, yaitu :
1. Perencanaan (Planning)
Sebagai perencana, manajemen konstruksi berfungsi untuk menentukan apa yang harus
dikerjakan, kapan harus mengerjakannya, dan bagaimana cara mengerjakan proyek
tersebut. Manajemen konstruksi berkewajiban untuk pengambilan keputusan atas
proses pembuatan konstruksi. Dalam perencanaan ada beberapa faktor yang harus
dipertimbangkan, yaitu :
• Specific artinya perencanaan harus jelas bukan maksud maupun ruang
lingkupnya. Tidak terlalu melebar dan terlalu idealis.
• Mearsurable artinya program kerja atau rencana harus dapat diukur tingkat
keberhasilannya.
• Achievable artinya dapat dicapai, jadi bukan anggan-angan
• Realistic artinya sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang sudah
dirancang oleh konsultan perencana dalam batasan biaya dan waktu yang telah
disepakati, serta dengan mutu yang disyaratkan. Dalam tahap ini actuating
dibagi menjadi dua yaitu fungsi staffing dan fungsi directing. Fungsi staffing
berkenan dengan pengerahan, penempatan, penilaian kinerja, pelatihan, dan
pengembangan tenaga kerja dalam organisasi sedangkan fungsi directing
merupakan usaha untuk memobilisasi sumber-sumber daya yang dimiliki oleh
organisasi agar dapat bergerak dalam suatu kesatuan sesuai dengan rencana
yang telah dibuat.
• Time artinya ada batas waktu yang jelas. Mingguan, bulanan, triwulan,
semesteran atau tahunan. Sehingga mudah dinilai dan dievaluasi.
2. Pengorganisasian (Organizing)
Setelah melakukan perencanaan, manajemen kosntruksi berfungsi untuk membentuk
organisasi dalam pembuatan proyek. Manajemen konstruksi mengorganisir beberapa
divisi untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya dalam proses pembuatan
proyek serta berhak untuk memberikan pengembangan serta penempatan beberapa
tenaga kerja dalam suatu divisi.
3. Pengarahan (Actuating)
Dalam hal ini, manajemen konstruksi dapat melakukan pembinaan motivasi,
memberikan pelatihan, bimbingan, dan arahan lainnya kepada bawahan dalam
melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya yang telah direncanakan.
4. Pengontrolan (Controlling)
Pengontrolan manajemen konstruksi adalah untuk melakukan pengawasan terhadap
kegiatan proyek diseluruh divisi serta mengevaluasi deviasi (penyimpangan) yang
terjadi selama proyek berlangsung hingga menentukan pencegahan dini untuk
menghindari kegagalan.

Selain keempat fungsi utama di atas, Manajemen Konstruksi juga berfungsi sebagai:
1. Cost Control, yaitu mengatur pembiayaan yang menyangkut seluruh kegiatan proyek
agar tercapai tujuan yang telah disepakati bersama pemilik proyek dan para kontraktor.
2. Quality Control, yaitu untuk menjaga dan mengawasi kesesuaian antara perencanaan
dan pelaksanaan proyek.
3. Time Control, yaitu mengantisipasi terjadinya perubahan kondisi di lapangan diluar
prediksi sehingga berdampak pada waktu pelaksanaan proyek.
Tujuan manajemen konstruksi adalah mengelola fungsi manajemen dengan efektif dan
efisien sehingga memperoleh hasil yang optimal dan sesuai dengan kesepakatan pemilik
proyek. Dalam melaksanakan peran dan fungsinya, manajemen konstruksi dapat dimulai dari
tahap perencanaan adapun tahap lainnya sesuai dengan kesepakatan, tujuan, dan kondisi proyek
yang bersangkutan.
Sasaran manajemen konstruksi adalah :
1. Studi kelayakan
Layak tidaknya suatu konstruksi dibangun, menyangkut pengaruh terhadap lingkungan,
jauh dekatnya dengan fasilitas umum. Disini manajemenkonstruksi mulai berperan
2. Rekayasa desain.
Disinilah berfungsinya manajemen konstruksi pemukiman dan Gedung, meyangkut
dengan penyediaan fasilitas-fasilitas, sistem pembuangan air kotor, sistem air bersih,
pemipaan dan lain-lain.
3. Pengadaan
Setelah desain selesai diperlukan biaya dan bahan (material) dan sumber daya.
4. Pelaksanaan konstruksi
Diperlukan manajemen untuk menata dan mengatur setiap kegiatan dengan
pemanfaatan sumber daya yang efektif dan efisien. Memantau setiap pekerjaan yang
telah dikerjakan dan memantau konflik antar sumber daya yang terjadi.
5. Pemanfaatan
6. Pemeliharaan
Proporsi prosentase manajemen konstruksi dalam proyek pembangunan :
Proporsi prosentase manajemen konstruksi dalam proyek pembangunan dapat
bervariasi tergantung pada ukuran dan kompleksitas proyek. Secara umum, biaya manajemen
konstruksi dapat berkisar antara 5-15% dari total biaya proyek.

Spesifikasi Personel dalam manajemen konstruksi :


1. Manajer Proyek: Bertanggung jawab atas pengelolaan keseluruhan proyek.
2. Insinyur Konstruksi: Mengawasi aspek teknis dan kualitas konstruksi.
3. Manajer Keuangan: Bertanggung jawab atas pengendalian biaya dan anggaran.
4. Pengawas Lapangan: Memantau pekerjaan di lapangan untuk memastikan kepatuhan
terhadap rencana.
5. Ahli Kesehatan dan Keselamatan Kerja: Menjamin keamanan bagi semua pihak yang
terlibat.
Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia tentang Manajemen Konstruksi:
Di Indonesia, peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan manajemen
konstruksi antara lain. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi
Mengatur berbagai aspek terkait jasa konstruksi, termasuk manajemen konstruksi.

Anda mungkin juga menyukai