Anda di halaman 1dari 67

KEMENTERIAN PERTANIAN

DI REKTORAT J EN DERAL HORTI KU LTU RA


JALAN AUP NOI\4OR 3 PASAR MINGGU. JAKARTA SELATAN 'I2520
TELEPON : (021) 7806881/ 78832048 FAxIMILE (021)7805880
WEBSITE I htto://hortikultura.pertanian.oo.id
E-iIAlL : hortiku ltura@ pertan ian.oo. id/ sekdithorti@pertanian.oo. id

Nomor : B-551/RC. 240 /D. t / 04 / 2024 22 April2024


Sifat :Segera
Lampiran : 1 (satu) berkas
Hal : Persiapan Pelaksanaan Kegiatan DAK
sub sektor Hortikultura T4.2024

Yth
1. Kepala Bappeda Kabupaten/Kota
2. Kepala Dinas Lingkup Pertanian Kabipaten/Kota
(Penerima DAK Fisik sub sektor Hortikultura)
di
Tempat

Menindaklanjuti surat Biro Perencanaan Kementerian Pertanian nomor


B-628/RC.240IA.110412024 perihal ldentifikasi dan Pengawal Kegiatan DAK Fisik
Bidang pertanian, bersama ini kami sampaikan beberapa hal sebagai berikut:
1. Peraturan Presiden Petunjuk Teknis Dana Alokasi Khusus Fisik Tahun Anggaran
2024 masih dalam proses pengesahan, dalam rangka mendukung kelancaran
pelaksanaan kegiatan DAK Fisik fahun 2024 maka mohon dapat tetap
mempersiapkan kelengkapan dokumen dan hal lainya yang mendukung
pelaksanaan kegiatan;
2. Terkait dengan hal teknis pelaksanaan kegiatan DAK Fisik Subsektor Hortikultura
f A 2024 (komponen dan spesifikasi kegiatan) dapat mengacu pada lampiran
draft Peraturan Presiden Petunjuk Teknis Dana Alokasi Khusus Fisik Tahun
Anggaran 2024 tersebut, karena secara substansi sudah final,
3. Sebagaimana proses pengusulan DAK 2024 yang sudah melalui tahap koordinasi,
sinkronisasi dan pengajuan kelengkapan RC maka pelaksanaan bisa mengacu
pada dokumen Rl(RC hasil sinkronisasi sesuai dengan draft Peraturan Presiden
Petunjuk Teknis Dana Alokasi Khusus Fisik Tahun Anggaran 2024
sebagaimana terlamPir.

Atas perhatian dan kerjasama Saudara disampai

Itura

Dr. lr. q Ratule, M.Si


809 303 1 002
Tembusan:
1. Plt. Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian;
2. BupatiMalikota
- 1913 -

5. BIDANG PERTANIAN
5.1. Subbidang Pengembangan Food Estate dan Penguatan Kawasan
Sentra Produksi Pangan
5.1.1. Ruang Lingkup Kegiatan serta Spesifikasi dan/atau Standar
Teknis Output
5.1.1.1 DAK Fisik Bidang Pertanian Kewenangan Provinsi
A. Pembangunan/Renovasi Unit Produksi Perbenihan Tanaman Pangan dan
Hortikultura serta Sarana Pendukungnya
Unit Produksi Perbenihan Tanaman Pangan dan Hortikultura meliputi UPTD
Provinsi yang melaksanakan tugas produksi benih Tanaman Pangan
dan/atau Hortikultura yang bertanggung jawab kepada kepala perangkat
daerah provinsi yang membidangi tanaman pangan dan hortikultura.
Dalam melaksanakan tugasnya, Unit Produksi Perbenihan Tanaman Pangan
dan Hortikultura menyelenggarakan fungsi:
1. pelaksanaan produksi:
a. Benih Dasar (BD) dan Benih Pokok (BP); dan/atau
b. Benih Sebar (BR) Tanaman Buah.
2. penyaluran:
a. BD dan BP kepada produsen benih; dan
b. BR Tanaman Buah ke kawasan hortikultura.
3. pelaksanaan observasi penerapan teknologi perbenihan, baik teknologi
produksi maupun pasca panen;
4. pelaksanaan pemurnian varietas unggul;
5. pelaksanaan pembinaan teknis kepada produsen benih;
6. pelaksanaan penyebarluasan informasi perbenihan; dan/atau
7. pelaksanaan pengawasan internal mutu benih.
Pembangunan/Renovasi Unit Produksi Perbenihan Tanaman Pangan dan
Hortikultura bertujuan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas
pelayanan Unit Produksi Perbenihan Tanaman Pangan dan Hortikultura.
Pembangunan/Renovasi Unit Produksi Perbenihan Tanaman Pangan dan
Hortikultura dan sarana pendukungnya antara lain:
1. Pembangunan/Renovasi Balai Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
Pembangunan fisik bangunan Unit Produksi Perbenihan Tanaman
Pangan dan Hortikultura harus di lahan bersertifikat hal milik
pemerintah provinsi dengan desain perencanaan dan pengawasan.
- 1914 -

Renovasi fisik bangunan Unit Produksi Perbenihan Tanaman Pangan dan


Hortikultura yaitu menyempurnakan, meremajakan, memperbaiki,
memperbaharui, mengembangkan, merombak, memperluas, menambah,
atau mengganti struktur, bentuk, atau desain bangunan.
Pembangunan/Renovasi Unit Produksi Perbenihan Tanaman Pangan dan
Hortikultura terdiri dari:
a. Gudang Processing Benih
Gudang Processing benih adalah bangunan yang digunakan untuk
memproses calon benih menjadi benih siap salur meliputi kegiatan
pembersihan dan pemilihan benih, pengemasan serta pelabelan
benih. Pembersihan bertujuan agar benih bersih dari kotoran (tanah,
jerami, daun, dan membuang benih hampa), sedangkan pemilihan
benih untuk menghindari benih tercampur dengan varietas lain.
Fungsi Gudang Processing benih untuk tempat memproses benih agar
benih yang diproses terjamin mutunya, benih yang bersih, seragam,
tidak tercampur varietas lain serta memenuhi standar mutu yang
ditentukan.
Persyaratan Gudang Processing benih harus rapat, lantai padat
(terbuat dari semen/beton), memiliki ventilasi yang cukup dan
sirkulasi udara berjalan lancar agar gudang prosesing tidak lembab,
serta bebas dari gangguan hama gudang dan tikus (ruangan bersih,
lubang ventilasi ditutup kawat kawat kasa).
b. Gudang Penyimpanan Benih
Gudang penyimpanan benih adalah bangunan yang digunakan untuk
menyimpan benih hasil perbanyakan benih sumber yang sudah
dipanen, dikeringkan dan diproses menjadi benih.
Fungsi gudang penyimpanan benih adalah tempat menyimpan benih
curah dalam wadah benih/silo maupun kemasan plastik dengan
kondisi ruang yang di atur guna melindungi benih dari serangga,
pengerat, fungi, api dengan tujuan mempertahankan viabilitas benih
dalam periode simpan sepanjang mungkin dan mempertahankan
kualitas mutu benih sesuai ketentuan sebelum didistribusikan ke
tempat lain.
Syarat penempatan benih, benih harus ditempatkan pada silo/wadah
yang disusun sedemikian rupa sehingga jumlahnya mudah dihitung
dengan tepat dan mempunyai kesempatan yang sama untuk
pengambilan contoh benih serta bisa diambil dengan mudah.
Persyaratan gudang penyimpanan benih harus rapat, lantai padat
(terbuat dari semen/beton), lantai diberi alas kayu/palet, penempatan
benih tidak boleh menempel dinding, mempunyai ventilasi yang cukup
dan sirkulasi udara berjalan lancar agar gudang penyimpanan tidak
- 1915 -

lembab, serta bebas dari gangguan hama gudang dan tikus (ruangan
bersih, lubang ventilasi ditutup kawat kasa).
c. Gudang Alat Mesin
Gudang Alat Mesin Pertanian adalah bangunan untuk menyimpan
alat-alat mesin pertanian baik pra tanam sampai panen.
Fungsi gudang alat mesin untuk menyimpan, memelihara, merawat
dan tempat memperbaiki alat mesin pertanian yang dipergunakan
selama proses produksi/perbanyakan benih sumber mulai dari pra
tanam sampai panen.
Persyaratan gudang alat mesin harus rapat, lantai padat (terbuat dari
semen/beton), memiliki ventilasi yang cukup dan sirkulasi udara
berjalan lancar agar gudang penyimpanan tidak lembab.
d. Gudang Sarana Produksi
Gudang sarana produksi adalah bangunan untuk penyimpanan
sementara sarana produksi/perbanyakan benih berupa pupuk,
pestisida, insektisida dan zat pengatur tumbuh.
Fungsi gudang sarana produksi untuk menyimpan seluruh sarana
produksi agar terjamin kuantitas dan fungsinya yang akan digunakan
untuk sarana produksi benih (pupuk, pestisida, insektisida dan zat
pengatur tumbuh) sampai terdistribusi di pertanaman.
Persyaratan gudang sarana produksi harus rapat, lantai padat
(terbuat dari semen/beton), memiliki ventilasi yang cukup dan
sirkulasi udara berjalan lancar agar gudang sarana produksi tidak
lembab, bebas dari gangguan hama tikus (ruangan bersih).
e. Gudang Promosi/Koleksi Benih
Gudang Promosi/Koleksi Benih adalah bangunan tempat kegiatan
promosi/koleksi benih/penjualan benih (kios benih).
Fungsi gudang promosi/koleksi benih sebagai pusat sarana informasi
benih/mempromosikan benih yang di produksi/tempat koleksi benih
sekaligus tempat penjualan benih (kios benih) kepada petani atau para
produsen/penangkar benih sebagai bahan perbanyakan benih
sumber.
Persyaratan gudang promosi benih harus rapat, lantai padat (terbuat
dari semen/beton), mempunyai ventilasi yang cukup dan sirkulasi
udara berjalan lancar agar gudang promosi tidak lembab, bebas dari
pengerat/tikus (ruangan bersih), benih di tempatkan pada kemasan
plastik/kaca/wadah, bisa di tempatkan pada para-para kayu ataupun
di dalam etalase kaca.
- 1916 -

f. Green House/Screen House


Green House/Screen House adalah bangunan konstruksi yang
dirancang secara khusus dari rumah kaca atau plastik tembus
cahaya, yang berfungsi untuk menghindari dan memanipulasi kondisi
lingkungan agar tercipta kondisi lingkungan yang dikehendaki
(terlindungi dari organisme pengganggu tanaman) dalam
pemeliharaan tanaman atau budidaya tanaman untuk berkembang
secara optimal.
Fungsi Green House/Screen House untuk tempat melakukan kegiatan
percobaan/observasi penerapan teknologi produksi/perbanyakan
benih, dimana pertanaman dapat tumbuh optimal, terhindar dari
organisme pengganggu tanaman dan memanfaatkan kondisi
lingkungan yang baik dalam pemeliharaan tanaman guna
menghasilkan benih sumber yang sesuai dengan standar mutu yang
ditentukan.
Persyaratan Green House/Screen House: lahan harus datar, atap
terbuat dari bahan yang tembus transmisi cahaya yang cukup, lokasi
tidak berpotensi ada angin ekstrem, dekat sumber air yang cukup,
memiliki drainase bagus, jauh dari sumber cemaran, tinggi bangunan
diperkirakan kurang lebih 3 meter agar udara tidak panas.
g. Laboratorium kultur jaringan
Laboratorium kultur jaringan adalah bangunan yang dilengkapi
dengan alat-alat laboratorium sebagai fasilitas penunjang kegiatan
praktikum, penelitian dan kegiatan perbanyakan benih sumber
melalui in vitro atau kultur jaringan.
In vitro atau kultur jaringan di maksud adalah menjaga dan
menumbuhkan jaringan tanaman (kalus, sel, protoplas) dan organ
tanaman (daun, tunas pucuk/lateral, batang, akar dan embrio) pada
kondisi aseptik.
Fungsi Laboratorium Kultur Jaringan adalah tempat melakukan
kegiatan perbanyakan benih sumber secara in vitro atau kultur
jaringan secara aseptik dalam rangka penyediaan benih sumber
mendukung pelayanan publik dalam jumlah besar dan cepat, bibit
seragam dan bebas hama penyakit.
Persyaratan Laboratorium Kultur Jaringan ruangan harus steril,
bersih, fasilitasi listrik dan air, minimal memiliki ruang
terpisah/tersekat (tersedia ruang inkubator, tersedia tempat untuk
pembuatan media, tersedia tempat menumbuhkan kultur secara
aseptik, tersedia tempat khusus untuk membersihkan bahan yang
terkontaminasi dan penampungan limbah).
- 1917 -

2. Pembangunan Sumber-Sumber Air


Pembangunan sumber-sumber air adalah kegiatan membangun/
memperbaiki/menambah/melengkapi/mengganti/memperluas keter-
sediaan sumber-sumber yang diarahkan untuk membangun fasilitas
sumber air melalui pembangunan irigasi air tanah (dangkal/dalam),
pembangunan embung dan rehabilitasi jaringan irigasi dalam kerangka
konservasi air dan antisipasi perubahan iklim untuk dimanfaatkan
sebagai suplesi air irigasi ke seluruh lahan produksi/perbanyakan benih
di lingkup Unit Produksi Perbenihan Tanaman Pangan dan Hortikultura
milik Provinsi.
Fungsi pembangunan sumber-sumber air adalah meningkatkan
kuantitas dan kualitas pelayanan yang berkaitan dengan ketersediaan
sumber-sumber air agar terjamin dan terfasilitasinya sumber irigasi ke
seluruh lahan produksi/ perbanyakan benih sumber di lingkup Unit
Produksi Perbenihan Tanaman Pangan dan Hortikultura milik Provinsi.
Pembangunan Sumber-Sumber Air dengan rincian Pembangunan sumur
dalam (deep well) atau dangkal, Embung, Long storage, Jaringan/saluran
irigasi teknis, Perbaikan pintu air berikut sarana pendistribusiannya
(pipa, sel, Boks pembagi dan sarana pengairan lainnya) di lingkup Unit
Produksi Perbenihan Tanaman Pangan dan Hortikultura milik Provinsi.
Persyaratan pembangunan Sumber-Sumber Air terbatas di lingkup Unit
Produksi Perbenihan Tanaman Pangan dan Hortikultura milik Provinsi,
terdapat sumber air irigasi tanah dangkal mempunyai kedalaman air
sampai dengan 60 meter dan irigasi air tanah dalam mempunyai
kedalaman air lebih dari 60 meter atau dekat dengan sumber air lainnya
misal sungai.
3. Renovasi Lantai Jemur/UV Dryer/Box Dryer
Renovasi Lantai Jemur/UV Dryer/Box Dryer adalah kegiatan merenovasi/
menyempurnaan/meremajakan/memperbaiki/memperbaharui/mengem
bangkan merombak/menambah/mengganti atau memperluas lantai
jemur (termasuk penambahan atap lantai jemur), pengadaan UV dryer
dan/atau box dryer sebagai tempat untuk kegiatan
penjemuran/pengeringan calon benih setelah panen dengan tujuan
mengurangi kandungan air dalam benih sesuai dengan kadar air yang
ditentukan.
Pengeringan benih dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara alami
dengan cara penjemuran dibawah sinar matahari (lantai jemur), dan
ventilasi secara alami. Pengeringan benih buatan dapat menggunakan
alat–alat tertentu dengan pengaturan suhu tertentu dengan alat UV dryer
atau box dryer.
- 1918 -

Fungsi renovasi Lantai Jemur/UV dryer/box dryer adalah meningkatkan


kuantitas dan kualitas pelayanan yang berkaitan dengan
penjemuran/pengeringan benih dengan maksud membatasi respirasi dan
timbulnya “hot spot” selama penyimpanan, dan mencegah
mikroorganisme sehingga benih dapat disimpan lama.
Persyaratan lantai jemur dibuat dari semen bertulang dengan permukaan
cembung dan licin, pada masing-masing sisi dibuat saluran air.
Ketinggian permukaan lantai jemur lebih tinggi atau dari permukaan
tanah sekitarnya dan dibuat terpisah untuk mencegah pencampuran
varietas lain.
4. Sarana Alat Mesin Produksi dan Processing/Pengemasan Benih/
Pengangkut Benih
Pengadaan sarana alat mesin pertanian yang akan digunakan untuk
kegiatan selama proses produksi, prosesing/ pengemasan/penyimpanan
serta pengangkut benih di lingkup Unit Produksi Perbenihan Tanaman
Pangan dan Hortikultura milik provinsi yang disesuaikan dengan
kebutuhan.
Fungsi Alat Mesin Produksi dan Processing/Pengemasan Benih/
Pengangkut adalah untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas
pelayanan yang berkaitan dengan alat produksi, prosesing/ pengemasan/
penyimpanan dan pengangkutan kegiatan perbanyakan benih sumber.
Dengan alat mesin tersebut mempercepat proses kegiatan perbanyakan
benih, mengurangi loose panen, lebih efisien tenaga dan biaya produksi
serta meningkatkan hasil.
Sarana Alat Mesin Produksi dan Processing/Pengemasan Benih/
penyimpanan dan Pengangkut Benih dengan rincian: mini traktor, hand
traktor, traktor roda empat, combine harvester, transplanter, rotari
cultivator/alat pengolah tanah, tresher multiguna, seed cleaner/seed
cleaner terpadu, mistblower, grader, winnower, aspirator scalpel,
dehumidifier, silo, genset, alat pembuat/pencacah kompos, alat jahit
karung, plastik sealer dan pengangkutan (Roda 3).
a. Sarana Alat Mesin Produksi
Alat yang digunakan untuk proses produksi benih mulai dari
pengolahan tanah, tanam, hingga alat panen.
Fungsi sarana alat mesin produksi untuk mempercepat proses
produksi/perbanyakan benih mulai dari (pengolahan tanah, tanam,
hingga panen) dengan rincian:
1) Alat yang berfungsi sebagai alat pengolah tanah yaitu mini traktor,
hand tractor, traktor roda empat, rotary/bajak, cultivator/
penggembur tanah, grader/perata tanah, alat pembuat/pencacah
kompos,
- 1919 -

2) Alat yang berfungsi sebagai alat tanam yaitu transplanter,


3) Alat yang berfungsi sebagai alat panen yaitu combine harvester dan
tresher multiguna.
b. Sarana Alat Mesin Processing Benih
Alat yang digunakan untuk proses pengolahan benih (pembersihan
dan pemilihan benih) agar dihasilkan benih bermutu yang sesuai
ketentuan.
Fungsi sarana alat mesin processing benih untuk mempercepat proses
pengolahan benih yang meliputi (pembersihan dan pemilihan benih)
dengan tujuan menghindari benih tercampur dengan varietas lain
sehingga diperoleh kualitas mutu benih yang baik, murni, daya
kecambah semaksimal mungkin dan bersih.
Pembersihan bertujuan membersihkan benih dari kotoran (tanah,
jerami, dan daun padi yang terikut) juga untuk membuang benih
hampa.
Pemilihan benih bertujuan untuk mendapatkan benih yang lebih
seragam dalam ukuran (panjang, lebar, ketebalan), bentuk, dan
bobotnya.
Sarana alat mesin processing benih setelah calon benih dikeringkan
mulai dari (pembersihan benih, dan pemilihan/sortasi benih,) yaitu
tresher multiguna/perontok, seed cleaner/seed cleaner terpadu,
mistblower/pemisah gabah sesuai berat dengan hembusan angin
blower, winnower/pembersih padi dengan kotoran melalui aliran
angin dan aspirator scalpel/penghisap kotoran benih.
c. Sarana Alat Mesin Pengemasan
Sarana Alat Mesin Pengemasan termasuk penyimpanan benih adalah
alat yang digunakan untuk mengemas benih ke dalam kemasan
plastik sehingga tertutup rapat dengan ukuran tertentu.
Fungsi sarana alat mesin pengemasan benih yaitu benih siap salur
dikemas ke dalam kemasan plastik tertentu, ditutup dengan rapat,
direkatkan dengan alat pengemas dengan tujuan mempertahankan
viabilitas dan kekuatan benih selama disimpan.
Syarat bahan kemasan yang digunakan harus kuat, tidak mudah
sobek, kedap udara dan air (plastik polyethylene setebal + 0,2 mm).
Alat yang berfungsi sebagai alat pengemasan meliputi alat jahit
karung, dan plastic sealer.
Sedangkan benih dalam bentuk curah (bulk material) dapat
ditempatkan ke dalam silo/wadah/drum.
- 1920 -

Persyaratan teknis silo/wadah/karung terbuat dari bahan yang rapat


dan anti hama pengerat/tikus, bisa terbuat dari kayu, karung goni,
batu bata, semen, karbon hitam, kayu, serbuk gergaji atau berupa
drum.
Fungsi silo/wadah/drum sebagai tempat benih dalam bentuk curah
yang disimpan di gudang/ruang penyimpanan benih, yang disusun
sesuai ketentuan dengan kondisi pengatur kelembaban suhu tertentu
tetap terkendali dan tetap konstan, maka benih yang disimpan tetap
dipertahankan kualitas mutu benih sesuai standar mutu yang
ditetapkan.
Sarana pendukung gudang penyimpanan benih dilengkapi dengan
alat penetralisisr kelembaban (dehumidifier), dan stabilitas
pembangkit daya listrik (genset).
d. Sarana Alat Mesin Pengangkut Benih
Alat yang digunakan untuk mempermudah pengangkutan proses
produksi benih (benih, pupuk, pestisida) hingga pengangkutan calon
benih dari lokasi panen ke lokasi processing, gudang penyimpanan
maupun distribusi benih siap salur.
Fungsi sarana alat mesin pengangkut benih sebagai alat
pengangkutan kegiatan selama proses produksi/perbanyakan benih
sumber hingga pengangkutan benih siap salur.
Alat yang berfungsi sebagai alat pengangkut benih yaitu kendaraan
roda 3.
5. Penyediaan Kelengkapan Laboratorium Kultur Jaringan Balai Benih
Tanaman Pangan dan Hortikultura.
Kelengkapan Laboratorium Kultur Jaringan adalah alat-alat laboratorium
sebagai fasilitas penunjang kegiatan praktikum, penelitian dan kegiatan
perbanyakan benih sumber melalui in-vitro atau kultur jaringan di
lingkup Unit Produksi Perbenihan Tanaman Pangan dan Hortikultura
milik Provinsi.
Fungsi penyediaan kelengkapan Laboratorium Kultur Jaringan untuk
mendukung peningkatan kuantitas dan kualitas pelayanan yang
berkaitan dengan kegiatan produksi/perbanyakan benih sumber secara
in vitro atau kultur jaringan secara aseptic sampai aklimatisasi dalam
rangka penyediaan benih sumber mendukung pelayanan publik dalam
jumlah besar dan cepat, bibit seragam, dan bebas hama penyakit.
Penyediaan Kelengkapan Alat Laboratorium Kultur Jaringan dengan
rincian: Autoclave bakar/steam all america model 1925x, enkas kaca
pintu akrilik buka tutup, mesin laminar air flow horizontal, lampu
spritus, meja laminar dan kursi kerja, rak inkubasi kultur jaringan,
- 1921 -

pinset, scalpel, pipet tetes, timbangan analitic digital 0,001 (3 digit)


portable, water distilator, pengaduk (magnetic stirrer, shaker, bioreaktor),
pompa pipet ukur/ball pump karet, botol pemancar air 500 ml (hot plate,
bun sen bunner), atomiser 500 ml, botol media steril (botol stok media),
botol kultur tahan autoclave, dan disesuaikan dengan kebutuhan.
6. Jalan Produksi Lingkup Balai Benih
Jalan Produksi Lingkup Balai Benih adalah prasarana jalan di wilayah
lahan produksi/lahan perbanyakan benih sumber di lingkup Unit
Produksi Perbenihan Tanaman Pangan dan Hortikultura milik Provinsi.
Kegiatan ini meliputi pembangunan/pengembangan/penambahan/
memperbaiki/merombak/menambah/memperluas jalan produksi
lingkup Unit Produksi Perbenihan Tanaman Pangan dan Hortikultura
milik provinsi yang bertujuan untuk meningkatkan kuantitas dan
kualitas pelayanan yang berkaitan dengan jalan produksi kegiatan
perbanyakan benih sumber.
Fungsi jalan produksi Lingkup Balai Benih sebagai sarana/prasarana
transportasi/mobilitas alat mesin pertanian dan mengangkut sarana
produksi atau hasil produksi benih sumber sehingga mempermudah
akses mobilitas dalam, dari dan ke lahan produksi/perbanyakan benih.
Pelaksanaan detail kegiatan sebagaimana dimaksud dalam huruf (a1)
sampai dengan (f6) disesuaikan dengan kebutuhan Unit Produksi
Perbenihan Tanaman Pangan dan Hortikultura masing-masing daerah.
B. Pembangunan/Renovasi UPTD/Balai Pengawasan Sertifikasi Benih
Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSB-TPH) dan Sarana Pendukungnya
UPTD Balai Pengawasan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
melaksanakan tugas dibidang pengawasan dan sertifikasi benih Tanaman
Pangan dan Hortikultura yang bertanggung jawab kepada Kepala perangkat
daerah Provinsi yang membidangi tanaman pangan dan hortikultura.
Dalam melaksanakan tugasnya, UPTD Balai Pengawasan Sertifikasi Benih
Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSB-TPH)/Sub Laboratorium UPTD
BPSB- TPH/Wilayah Kerja BPSB-TPH menyelenggarakan fungsi :
1. Melakukan penilaian kultivar (varietas);
2. Melaksanakan sertifikasi benih;
3. Melaksanakan pengujian benih di laboratorium; dan
4. Melaksanakan pengawasan mutu dan peredaran benih.
Pembangunan fisik bangunan Balai Pengawasan Sertifikasi Benih Tanaman
Pangan dan Hortikultura harus di lahan bersertifikat hak milik pemerintah
provinsi dengan desain perencanaan dan pengawasan.
- 1922 -

Renovasi fisik bangunan Balai Pengawasan Sertifikasi Benih Tanaman


Pangan dan Hortikultura yaitu menyempurnakan, meremajakan,
memperbaiki, memperbaharui, mengembangkan, merombak, memperluas,
menambah, atau mengganti struktur, bentuk, atau desain bangunan.
Renovasi UPTD Balai Pengawasan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan
Hortikultura (BPSB-TPH)/Sub Laboratorium UPTD BPSB-TPH/Wilayah Kerja
BPSB-TPH milik Provinsi meliputi kegiatan renovasi/ memperbaiki/
menambah/melengkapi/mengganti atau memperluas ruangan/bangunan
serta kelengkapan peralatan yang dibutuhkan adalah untuk meningkatkan
kuantitas dan kualitas pelayanan UPTD Balai Pengawasan Sertifikasi Benih
Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSB-TPH)/Sub Laboratorium UPTD
BPSB-TPH/Wilayah Kerja BPSB-TPH milik Provinsi dalam rangka kegiatan
pengawasan mutu benih tanaman pangan dan hortikultura di wilayah
kerjanya.
Beberapa prasarana yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan Renovasi
UPTD BPSB-TPH/Sub Laboratorium UPTD BPSB-TPH/Wilayah Kerja BPSB-
TPH Provinsi antara lain:
1. Ruang Penilaian Varietas
Ruang penilaian varietas adalah ruang yang digunakan untuk melakukan
kegiatan analisis penilaian varietas (pengujian multilokasi, pengenalan
dan observasi kultivar), ruang informasi dan promosi dan/atau koleksi
varietas.
Fungsi ruang penilaian varietas sebagai tempat pengolahan, analisis,
pencatatan, dan penyimpanan data guna mendukung peningkatan
kuantitas dan kualitas pelayanan yang berkaitan dengan kegiatan
penilaian varietas (pengujian multilokasi, pengenalan dan observasi
kultivar), ruang informasi dan promosi dan/atau koleksi varietas.
Persyaratan teknis ruang penilaian varietas: memiliki akses air yang
mudah dan bersih, ruangan tidak lembab dan tidak gelap, ventilasi dibuat
cukup, bagi ruangan yang akan dilengkapi dengan AC, ventilasi dibuat
seperti jendela (dapat dibuka dan ditutup dan terdapat penerangan yang
cukup).
2. Ruang Sertifikasi Benih
Ruang Sertifikasi benih adalah ruang yang digunakan untuk melakukan
kegiatan sertifikasi benih meliputi serangkaian pemeriksaan dan atau
pengujian dalam rangka penerbitan sertifikat benih serta ruang
pelayanan produsen benih.
Fungsi ruang sertifikasi benih sebagai tempat pengolahan, analisis,
pencatatan, dan penyimpanan data guna mendukung peningkatan
kuantitas dan kualitas pelayanan yang berkaitan dengan kegiatan
sertifikasi benih mulai dari pelayanan permohonan, pencatatan buku
- 1923 -

induk, penerimaan sampel, pemeriksaan lapangan, pengawasan panen,


pemeriksaan alat panen, pengambilan contoh benih, pengolahan benih,
pengawasan pemasangan label, hingga penyempurnaan penerapan
sistem sertifikasi benih.
Persyaratan teknis ruang sertifikasi benih memiliki akses air yang mudah
dan bersih, ruangan tidak lembab dan tidak gelap, ventilasi dibuat cukup,
bagi ruangan yang akan dilengkapi dengan AC, ventilasi dibuat seperti
jendela (dapat dibuka dan ditutup dan terdapat penerangan yang cukup).
3. Ruang Pengawasan Pemasaran/Peredaran Benih
Ruang Pengawasan Pemasaran/Peredaran Benih adalah ruang yang
digunakan untuk melakukan kegiatan pengawasan
pemasaran/peredaran benih yang meliputi serangkaian kegiatan
terhadap penyaluran dan/atau pemasaran benih tanaman pangan dari
lokasi produsen benih ke lokasi pemasaran dan/atau kepada
masyarakat.
Fungsi ruang pengawasan pemasaran benih sebagai tempat pengolahan,
analisis, pencatatan, dan penyimpanan data guna mendukung
peningkatan kuantitas dan kualitas pelayanan yang berkaitan dengan
kegiatan pengawasan pemasarana/peredaran benih yakni: inventarisasi
pedagang benih, penerimaan permohonan pendaftaran dan penelaahan
pedagang benih, pemberian dan pencabutan tanda daftar sebagai
pedagang benih, pemeriksaan kebenaran label dari benih unggul yang
diperdagangkan, peredaran benih, pemberian peringatan, larangan dan
pencabutan peredaran benih yang sedang diperdagangkan, pembinaan
pedagang dan konsumen benih, penyelesaian kasus-kasus dalam
pengadaan, perdagangan dan penggunaan benih unggul sesuai peraturan
perbenihan, serta penerapan peraturan perbenihan.
Persyaratan teknis ruang pengawasan pemasaran benih: memiliki akses
air yang mudah dan bersih, ruangan tidak lembab dan tidak gelap,
ventilasi dibuat cukup, bagi ruangan yang akan dilengkapi dengan AC,
ventilasi dibuat seperti jendela (dapat dibuka dan ditutup dan terdapat
penerangan yang cukup).
4. Ruang Laboratorium Benih
Ruang Laboratorium benih adalah ruang yang digunakan untuk
pengujian benih secara laboratoris (daya benih benih, viabilitas atau
tumbuh, kadar air dan kesehatan benih) yang terdiri dari ruang
laboratorium basah, ruang laboratorium kering, ruang kemurnian, ruang
perkecambahan suhu terkendali, dan/atau ruang penerimaan contoh
benih/sampel.
Fungsi ruang laboratorium benih untuk mendukung peningkatan
kuantitas dan kualitas pelayanan yang berkaitan dengan pengujian benih
- 1924 -

secara laboratoris (kadar air, kemurnian, daya berkecambah, uji vigor,


viabilitas, kesehatan benih, heterogenitas, pengembangan metode
pengujian benih) serta pengolahan data, analisis, pencatatan, dan
penyimpanan data hasil laboratorium.
Persyaratan teknis ruang laboratorium benih, letak jendela ruang
laboratorium sebaiknya menghadap utara-selatan untuk menghindari
sinar matahari langsung ke ruang laboratorium, terdapat jendela dari
kaca baik mati atau hidup dan dapat membuka ke atas/ke bawah,
laboratorium benih hendaknya dilengkapi dengan AC kecuali ruang
basah, ruang kering diusahakan mempunyai kelembapan rendah yakni
kurang dari 70%, dan untuk menjaga kelestarian peralatan laboratorium.
5. Green House/Screen House
Green house atau sreen house adalah bangunan/konstruksi yang
dirancang secara khusus dari rumah kaca atau plastik, yang digunakan
untuk merawat, menghindari dan melindungi tanaman dari organisme
pengganggu tanaman tertentu dan berbagai macam cuaca yang
dikondisikan sesuai suhu tertentu yang diinginkan dalam rangka
pengujian benih.
Fungsi green house atau screen house untuk mendukung peningkatan
kuantitas dan kualitas pelayanan yang berkaitan dengan kegiatan
percobaan/observasi penerapan teknologi perbenihan di green house, di
mana pertanaman dapat tumbuh optimal, terhindar dari organisme
pengganggu tanaman dan memanfaatkan kondisi lingkungan yang baik
dalam pemeliharaan tanaman dalam rangka pengujian benih bermutu
yang sesuai dengan standar mutu yang ditentukan.
Persyaratan teknis green house atau screen house lahan harus datar, atap
terbuat dari bahan yang tembus transmisi cahaya yang cukup, lokasi
tidak berpotensi ada angin ekstrem, dekat sumber air yang cukup,
memiliki drainase bagus, jauh dari sumber cemaran, tinggi bangunan
diperkirakan kurang lebih 3 meter agar udara tidak panas.
6. Ruang Penyimpanan Sampel Benih
Ruang penyimpanan sampel benih adalah tempat yang digunakan untuk
penyimpanan sampel benih, contoh kirim benih dalam rangka pengujian
benih serta sisa sampel benih hasil pengujian.
Fungsi ruang penyimpanan sampel benih untuk menyimpan sampel
benih atau sisa sampel benih yang telah diuji guna mempertahankan
jumlah mikroorganisme yang terkandung dalam sampel seasli mungkin
(seperti saat pengambilan sampel) tanpa mengurangi atau
menggandakannya hingga siap dilakukan analisis pada sampel dalam
rangka pengujian benih.
- 1925 -

Persyaratan teknis ruang penyimpanan sampel benih memiliki, ruangan


tidak lembab dan tidak gelap, ventilasi dibuat cukup, terdapat
penerangan dan daya yang cukup (bila diperlukan untuk cool storage).
7. Penyediaan Sarana Pengairan Lingkup BPSB atau Sub Lab BPSB
Penyediaan sarana pengairan adalah fasilitasi sarana pengairan yang
dapat mengairi seluruh aktivitas kegiatan di lingkup UPTD BPSB-
TPH/Sub Laboratorium UPTD BPSB-TPH/Wilayah Kerja BPSB-TPH milik
Provinsi dan penyediaan sarana saluran air untuk Demplot Varietas,
dan/atau Lahan Uji Adaptasi.
Fungsi penyediaan sarana pengairan untuk mendukung peningkatan
kuantitas dan kualitas pelayanan yang berkaitan dengan pengairan guna
memasok, dan menjamin ketersediaan air yang mengairi seluruh aktivitas
kegiatan di lingkup UPTD BPSB-TPH/Sub Laboratorium UPTD BPSB-
TPH/Wilayah Kerja BPSB-TPH milik Provinsi dan penyediaan sarana
saluran air untuk Demplot Varietas, dan/atau Lahan Uji Adaptasi.
a. Penyediaan Peralatan Laboratorium
Peralatan laboratorium adalah alat-alat yang digunakan dalam proses
pengujian benih di laboratorium (menguji kemurnian benih, viabilitas
atau daya berkecambah, kadar air dan kesehatan benih) dalam
kebutuhan sertifikasi benih.
Fungsi peralatan laboratorium untuk mendukung peningkatan
kuantitas dan kualitas pelayanan berkaitan dengan hasil informasi
pengujian mutu dan kualitas benih yang sangat bermanfaat bagi
produsen, penjual maupun konsumen benih. Karena mereka bisa
memperoleh keterangan yang dapat dipercaya tentang mutu atau
kualitas dari suatu benih.
Penyediaan peralatan laboratorium dengan rincian: stick tryer,
analytical balance/timbangan 3/4 desimal-2 desimal, timbangan averi
15 kg- 2 kg, anak timbangan tipe e2 1 g - 2000 g, analis set (jarum
probe nematoda, saringan/mesh 2-4 mm atau retsch test sieve,
thermometer gun, kamera karakterisasi varietas), mechanical/mini soil
divider, moisture tester elektrik/grain moisturemeter, hand sealer
vacum otomatis, cawan aluminium/cawan petri, desikator, eksikator,
oven memert, devider elektric, grinding mill tekanan berskala,
thermocouple, mill huster, medicool, microscope stereo, microscope
compound/mikroskop trinokuler, autoclave, thermohygrograph digital
dengan memorycard, digital inkubator, lemari inkubator,
konduktivitimeter, germinator elektrik/non elektrik, humidifier,
luximeter, refrigrator/cool storage benih, ac dan grinder, disesuaikan
kebutuhan.
- 1926 -

Pelaksanaan detail kegiatan sebagaimana dimaksud dalam huruf (a1)


sampai dengan (h7) disesuaikan dengan kebutuhan UPTD BPSB-
TPH/Sub Laboratorium UPTD BPSB-TPH/Wilayah Kerja BPSB-TPH
masing-masing daerah.
5.1.1.2 DAK Fisik Bidang Pertanian Kewenangan Kabupaten/Kota
A. Pembangunan/Rehabilitasi Sumber-Sumber Air
Penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan air yang dialokasikan dalam
DAK diarahkan untuk membangun fasilitas sumber air melalui
pembangunan irigasi air tanah (dangkal/dalam), pembangunan/rehabilitasi
dam parit dan pembangunan/rehabilitasi bangunan pelengkap irigasi dalam
kerangka konservasi air dan antisipasi perubahan iklim untuk dimanfaatkan
sebagai suplesi air irigasi.
Pembangunan fasilitas sumber air secara umum dimaksudkan untuk
mendukung pengembangan usaha tanaman pangan, hortikultura,
perkebunan dan peternakan sesuai dengan spesifikasi peruntukan per
kegiatan. Sasarannya adalah Kelompok Tani (Poktan), Gabungan Kelompok
Tani (Gapoktan), Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) dan/atau Gabungan
Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A) yang secara teknis dan administrasi
dinyatakan memenuhi kriteria penerima manfaat.
Dalam setiap penentuan lokasi kegiatan, harus dilakukan penyusunan
Survey, Investigasi dan Desain (SID) dan perhitungan Rencana Anggaran
Biaya (RAB)/Rencana Usulan Kegiatan (RUK) yang jelas sehingga setiap
kegiatan yang dialokasikan menjadi lebih terarah sesuai dengan target
sasaran yang telah ditentukan.
1. Pembangunan Irigasi Air Tanah (Dangkal/Dalam)
Kegiatan irigasi air tanah merupakan pemanfaatan air tanah yang ada
pada lapisan akuifer yang termasuk ke dalam daerah cekungan air tanah
yang dinaikkan ke permukaan untuk dimanfaatkan sebagai sumber air
irigasi. Menurut kedalaman air, irigasi air tanah dibedakan menjadi dua
jenis yaitu irigasi air tanah dangkal, dan dalam. Irigasi air tanah dangkal
mempunyai kedalaman air sampai dengan 60 meter dan irigasi air tanah
dalam mempunyai kedalaman air lebih dari 60 meter. Irigasi air tanah
yang akan dibangun untuk mendukung komoditas tanaman pangan,
hortikultura, perkebunan dan peternakan. Komponen irigasi air tanah,
antara lain: sumur bor/sumur gali, pompa air dan perlengkapannya,
rumah pompa, dan Jaringan Irigasi Air Tanah (JIAT) dengan uraian
sebagai berikut:
a. pembangunan irigasi air tanah dapat dilakukan berupa sumur gali
(cara pengembangannya dengan digali) dan sumur bor/ sumur pantek
(cara pengembangannya dengan dibor) serta mempunyai potensi air
- 1927 -

tanah yang baik untuk kebutuhan tanaman dengan kedalaman


disesuaikan dengan kedalaman lapisan akifernya;
b. pompa air dan perlengkapannya menggunakan jenis pompa
sentrifugal ataupun submersible, yang digerakkan dengan penggerak
motor diesel/bensin, motor listrik, tenaga surya, atau sumber energi
yang lain;
c. rumah pompa berupa bangunan yang permanen dan cukup kuat
untuk menahan getaran mesin dengan pengamanan yang baik.
Kekuatan dan ukuran rumah pompa dibuat sesuai dengan kebutuhan
dan kapasitas pompa (kecil/besar);
d. Jaringan Irigasi Air Tanah (JIAT) untuk mengalirkan air dari pompa
ke lahan usahatani terdiri dari saluran terbuka atau saluran tertutup,
bangunan pengatur berupa pintu dan boks pembagi;
e. luas lahan pertanian penerima kegiatan irigasi air tanah dengan
prioritas pada:
1) kawasan Tanaman Pangan minimal 10 Ha;
2) kawasan Hortikultura minimal 5 Ha;
3) kawasan Perkebunan minimal 10 Ha; dan
4) kawasan Peternakan (hijauan makanan ternak dan lokasi ternak)
minimal 1 Ha.
f. Hal-hal yang perlu diperhatikan meliputi:
1) Perencanaan/persiapan
a) Perencanaan atau dalam hal ini SID dimaksudkan untuk
verifikasi calon petani dan calon lokasi yang sesuai dengan
kriteria irigasi air tanah baik dari segi teknis maupun sosial;
b) Khusus untuk air tanah dalam (lebih dari 60 m), harus
dilakukan survei geolistrik/pumping test untuk mengetahui
ketersediaan sumber air, debit air dan jenis pompa;
c) Laporan hasil SID memuat: letak lokasi berdasarkan daerah
administratif dan koordinat lintang dan bujur dengan
menggunakan Global Positioning System (GPS) atau
ekstrapolasi dari peta topografi yang tersedia; gambar/
sketsa/peta situasi lokasi; potensi air tanah dan rencana luas
layanan oncoran (command area) yang akan diairi; serta RAB
pelaksanaan fisik konstruksi.
- 1928 -

2) Konstruksi irigasi air tanah antara lain:


a) Sumur gali
(1) Menggali tanah sampai keluar air dan pemasangan
beton/bis penahan dinding sumur;
(2) Pengambilan secara manual atau dengan mesin pompa
disesuaikan ketersediaan air;
(3) Distribusi langsung ke lokasi tanaman/dengan pipa/
jaringan irigasi yang ada.
b) Sumur bor
(1) Pengadaan pompa disesuaikan dengan ketersediaan air;
(2) Pengeboran dan pemasangan pompa air (apabila pompa
yang digunakan berukuran besar perlu dibuatkan rumah
pompa sebagai pengaman);
(3) Pembuatan bak penampung diletakkan pada posisi
topografi yang paling tinggi di sekitar lahan yang akan
diairi;
(4) Pembuatan jaringan distribusi ke lahan diletakkan secara
proporsional agar pembagian air dapat merata ke seluruh
lahan;
(5) Pemasangan papan nama/prasasti yang permanen
dengan mencantumkan kelompok penerima, desa,
kecamatan, kabupaten, titik koordinat, sumber dana, dan
tahun dibuat serta luas lahan yang dapat diairi.
2. Pembangunan/Rehabilitasi Dam Parit
Kegiatan pembangunan/rehabilitasi dam parit merupakan kegiatan
konservasi air dalam rangka upaya adaptasi terhadap perubahan iklim
untuk memenuhi kebutuhan air tanaman dalam usaha pertanian
terutama pada musim kemarau.
Ketentuan pelaksanaan kegiatan pembangunan/rehabilitasi dam parit:
a. Tersedianya sumber air yang berupa saluran parit yang memadai yang
dapat ditampung dan dialirkan ke lahan pertanian;
b. Lebar penampang saluran parit setelah dibangun minimal 5 meter
dengan debit minimal 5 liter/detik;
c. Luas lahan usaha tani yang dapat diairi minimal seluas 20 ha.
- 1929 -

Pelaksanaan konstruksi dilaksanakan secara swakelola oleh P3A/Poktan.


Pelaksanaan konstruksi meliputi:
a. Pembersihan lokasi;
b. Pembelian Bahan Material;
c. Mobilisasi Alat dan Tenaga Kerja; dan
d. Konstruksi.
Untuk bangunan dam parit yang berfungsi menampung dan menahan
aliran air, komponennya antara lain : talud, bendung/mercu pelimpas,
pintu penguras, saluran dan atau pintu intake/pembawa, kolam olak.
3. Pembangunan/Rehabilitasi Bangunan Pelengkap Irigasi
Kegiatan pembangunan/rehabilitasi bangunan pelengkap irigasi
merupakan kegiatan perbaikan, penyempurnaan, dan/atau peningkatan
fungsi bangunan pelengkap irigasi untuk mengembalikan/meningkatkan
fungsi dan layanan irigasi sehingga mampu mempertahankan atau
menambah luas areal tanam dan/atau Indeks Pertanaman (IP).
Kegiatan pembangunan/rehabilitasi bangunan pelengkap irigasi
diarahkan pada perbaikan dan/atau peningkatan fungsi pada bangunan
pelengkap irigasi di lingkup tersier dengan ketentuan berikut:
a. Lokasi diutamakan pada saluran irigasi tersier dimana bangunan
pelengkap irigasinya mengalami kerusakan dan/atau memerlukan
peningkatan;
b. Untuk irigasi teknis perlu dipastikan bahwa kondisi saluran irigasi
primer, sekunder, dan tersiernya berfungsi baik;
c. Pada jaringan irigasi desa harus tersedia sumber air yang dapat
dikelola untuk pemenuhan kebutuhan air irigasi;
d. Luas lahan terdampak minimal 25 Ha:
e. Mampu untuk meningkatkan IP pada lahan sawah dengan IP ≤ 2 dan
minimal dapat mempertahankan IP pada lahan sawah dengan IP ≥ 2;
f. Pekerjaan konstruksi dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan di
lokasi penerima manfaat, untuk 1 unit kegiatan berupa:
1) pembangunan/rehabilitasi/peningkatan fungsi bangunan bagi air
irigasi meliputi pintu air, free intake, box bagi, dan/atau bangunan
sadap;
2) pembangunan/rehabilitasi/peningkatan fungsi bangunan
pelengkap irigasi meliputi talang, terjunan, dan/atau gorong-
gorong.
g. Pemasangan papan nama/prasasti yang permanen dengan
mencantumkan kelompok penerima, desa, kecamatan, kabupaten,
- 1930 -

titik koordinat, sumber dana, tahun dibuat, dan luas lahan yang dapat
diairi.
B. Pembangunan Jalan Pertanian
Pembangunan jalan pertanian adalah upaya pembangunan jalan baru,
peningkatan kapasitas atau rehabilitasi jalan di kawasan lahan pertanian
sebagai akses pengangkutan sarana produksi, alat dan mesin serta hasil
produksi pertanian.
Pembangunan pertanian menuju pertanian modern serta berwawasan
agribisnis memerlukan penambahan serta penyempurnaan prasarana dan
sarana pertanian yang mampu menunjang penggunaan peralatan dan mesin
untuk pra dan pasca panen serta pengangkutan sarana produksi dan hasil
pertanian dari dan ke lokasi panen/produksi.
Jalan pertanian terdiri atas jalan usaha tani (untuk subsektor hortikultura)
dan jalan produksi (untuk subsektor perkebunan dan peternakan), dengan
spesifikasi sebagai berikut:
Jalan Usaha Tani mendukung kawasan budidaya hortikultura:
1. Pembuatan Jalan Baru dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Dimensi lebar badan jalan pertanian minimal 2,5 meter dengan
panjang minimal 800 meter dan tinggi 15 cm dengan jenis kegiatan
adalah Perkerasan Jalan dengan Beton;
b. Dimensi lebar badan jalan pertanian minimal 2,5 meter dengan
panjang minimal 800 meter dan tinggi 15 cm dengan jenis kegiatan
adalah Perkerasan Jalan dengan paving block; atau
c. Dimensi lebar badan jalan pertanian minimal 2,5 meter dengan
panjang minimal 850 meter dan tinggi 15 cm dengan jenis kegiatan
adalah Perkerasan Jalan Telford dan memakai Talud.
2. Peningkatan Jalan dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Dimensi lebar badan jalan pertanian minimal 2,5 meter dengan
panjang minimal 900 meter dan tinggi 15 cm dengan jenis kegiatan
adalah peningkatan menjadi pengerasan jalan dengan cor beton;
b. Dimensi lebar badan jalan pertanian minimal 2,5 meter dengan
panjang minimal 900 meter dan tinggi 15 cm dengan jenis kegiatan
adalah Perkerasan Jalan dengan paving block; atau
c. Dimensi lebar badan jalan pertanian minimal 2,5 meter dengan
panjang 900 meter dan tinggi 15 cm dengan jenis kegiatan adalah
perkerasan jalan telford dan memakai talud.
- 1931 -

Jalan Produksi Mendukung Kawasan Perkebunan dan Peternakan:


1. Pembuatan Jalan Baru dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Dimensi lebar badan jalan pertanian minimal 3 meter dengan panjang
minimal 800 meter dan tinggi 15 cm dengan jenis kegiatan adalah
Perkerasan Jalan dengan Beton;
b. Dimensi lebar badan jalan pertanian minimal 3 meter dengan panjang
minimal 800 meter dan tinggi 15 cm dengan jenis kegiatan adalah
Perkerasan Jalan dengan paving block; atau
c. Dimensi lebar badan jalan pertanian minimal 3 meter dengan panjang
minimal 850 meter dan tinggi 15 cm dengan jenis kegiatan adalah
Perkerasan Jalan Telford dan memakai Talud.
2. Peningkatan Jalan dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Dimensi lebar badan jalan pertanian minimal 3 meter dengan panjang
minimal 900 meter dan tinggi 15 cm dengan jenis kegiatan adalah
peningkatan menjadi pengerasan jalan dengan cor beton;
b. Dimensi lebar badan jalan pertanian minimal 3 meter dengan panjang
minimal 900 meter dan tinggi 15 cm dengan jenis kegiatan adalah
Perkerasan Jalan dengan paving block; atau
c. Dimensi lebar badan jalan pertanian minimal 3 meter dengan panjang
950 meter dan tinggi 15 cm dengan jenis kegiatan adalah perkerasan
jalan telford dan memakai talud.
Apabila standar teknis kegiatan pembangunan baru (butir 1.a. dan 2.a.) atau
peningkatan kapasitas jalan pertanian (butir 1.b. dan 2.b.) dalam hal tidak
sama dengan ketentuan teknis di atas dikarenakan:
1. Perbedaan harga bahan/material di masing-masing Daerah sehingga
perhitungan tidak sesuai dengan satuan biaya setempat; atau
2. Tidak dapat dipenuhi dikarenakan kondisi alam
maka pembangunan jalan baru atau peningkatan jalan pertanian dapat
disesuaikan dengan kondisi-kondisi tersebut dengan melampirkan RAB yang
didukung dengan data SSH (Standar Satuan Harga) daerah setempat.
Spesifikasi dan dimensi komponen jalan pertanian (bahu jalan, badan jalan,
saluran drainase, gorong-gorong, jembatan dan lainnya) disesuaikan dengan
kebutuhan lapangan.
C. Pembangunan Screen House Modern Pengembangan Komoditas Hortikultura
Pembangunan screen house modern merupakan salah satu upaya
pengembangan pola pertanian modern dengan memanfaatkan teknologi
internet of things (IoT) untuk membantu proses pemeliharaan tanaman di
- 1932 -

dalam screen house, terutama dalam monitoring suhu udara, kelembaban


tanah dan udara serta controlling distribusi air dan pupuk.
Pembangunan screen house/Rumah Tanam diperlukan konstruksi
bangunan yang kuat, sehingga dapat dimanfaatkan dalam jangka waktu
yang lebih panjang. Penyediaan screen house modern bertujuan untuk
memperbaiki aspek on-farm dengan menyediakan lingkungan yang baik bagi
pertumbuhan tanaman sehingga produk yang dihasilkan berkualitas.
Pembangunan screen house modern pengembangan komoditas hortikultura
melalui DAK Fisik Bidang Pertanian terdiri dari:
1. Pembangunan Screen House Modern Pengembangan Hortikultura
Komoditas Sayuran
Pembangunan Screen House Modern Pengembangan Hortikultura
Komoditas Sayuran dengan rincian:
a. Bangunan Screen House (SH) dengan ukuran 300 m2 dengan material
naungan menggunakan plastik UV 14% dengan ketebalan 200 micron;
b. Material dinding berupa insect – net atau paranet, 40 mesh;
c. Material rangka bangunan dapat menggunakan opsi galvanis;
d. Dilengkapi dengan:
• Bangunan penunjang kegiatan nurseri berventilasi menggunakan
material atap plastik UV, dinding insect-net, langit-langit dilengkapi
dengan paranet dan dinding bawah pelindung tampias
menggunakan material plastik UV atau pengerasan.
• Sistem pendukung automatisasi screen house dan perangkat
penyedia air
• Smart irigation system (Smart climate control system (Suhu, PH,
Light & CO2), Shadingnet moveble by motor electric, Coolingpad,
Exhaust fan dan Dosing nutrient machine);
• Sarana budidaya sayuran (media tanam, bibit, dan sarana produksi
lainnya).
2. Pembangunan Screen House Modern Pengembangan Hortikultura
Komoditas Buah
Pembangunan Screen House Modern Pengembangan Hortikultura
Komoditas Buah dengan rincian:
a. Bangunan Screen House (SH) dengan ukuran 300 m2 dengan material
naungan menggunakan plastik UV atau media lain seperti kaca atau
polikarbonat
b. Material dinding berupa insect – net atau paranet, 40 mesh
- 1933 -

c. Material rangka bangunan dapat menggunakan opsi galvanis atau


baja ringan
d. dilengkapi dengan:
• bangunan penunjang kegiatan nurseri berventilasi menggunakan
material atap plastik UV, dinding insect-net, langit-langit dilengkapi
dengan paranet dan dinding bawah pelindung tampias
menggunakan material plastik UV atau pengerasan (untuk
komoditas semusim).
• Sistem pendukung automatisasi screen house dan perangkat
penyedia air
• Smart irigation system, Smart climate control system (Suhu, PH,
Light & CO2), Shadingnet moveble by motor electric, Coolingpad,
Exhaust fan dan Dosing nutrient machine)
• Sarana budidaya buah (media tanam, benih, dan sarana produksi
lainnya)
Kriteria penerima screen house untuk pengembangan hortikultura:
1. Penerima bantuan antara lain: Kelompok Tani (Poktan) atau Gabungan
Kelompok Tani (Gapoktan) yang terdaftar dalam Simluhtan atau
Kelompok Masyarakat yang diakui keabsahan dari instansi yang
berwenang serta diusulkan oleh Dinas Pertanian
Provinsi/Kabupaten/Kota dengan menyertakan Nomor Induk
Kependudukan (NIK)/Kartu Tanda Penduduk (KTP).
2. Bersedia memanfaatkan, mengelola serta mengoptimalkan bantuan, dan
bertanggung jawab dalam memanfaatkan dan merawat screen house yang
diterimanya.
3. Penerima bantuan mampu menyediakan biaya operasional screen house
yang diterima agar dapat menjamin kontinuitas produksi secara optimal.
4. Penerima bantuan screen house menyediakan lahan untuk lokasi
penempatan bangunan yang dinyatakan dengan surat pernyataan hibah
atau hak guna pakai atau sewa minimal (5 tahun) serta diketahui oleh
Kepala Desa dan atau Kepala Dinas.
5. Penerima bantuan screen house menyediakan sumber air yang layak
untuk budidaya.
6. Penerima bantuan screen house menyediakan sumber listrik yang
memadai untuk menjaga system di dalam screen house.
7. Penerima bantuan screen house menyediakan jaringan internet yang
memadai untuk menjalankan sistem IoT di dalam screen house.
8. Penerima bantuan bersedia menyampaikan laporan mengenai
pelaksanaan kegiatan usahanya dan dilaporkan kepada Kepala Dinas
- 1934 -

Pertanian kabupaten/kota, dan selanjutnya akan melaporkan secara


berjenjang ke provinsi dan pusat.
9. Penerima bantuan dibantu petugas lapangan bersedia menandatangani
dokumen terkait (BAST, Hibah dan lain sebagainya) sesuai persyaratan
administrasi yang diperlukan.
D. Pembangunan Unit Olahan Pakan Ternak
Pembangunan Unit Olahan Pakan Ternak adalah pembangunan unit
pengolah pakan yang melakukan usaha pengumpulan dan/atau pengolahan
bahan pakan berbasis sumber daya lokal dengan memanfaatkan teknologi
dalam memproduksi, mengawetkan dan/atau mendistribusikan pakan
secara berkelanjutan.
Pembangunan Unit Olahan Pakan Ternak meliputi:
1. Pembangunan Olahan Pakan Konsentrat Unggas
Pembangunan Olahan Pakan Konsentrat Unggas merupakan
pengembangan unit pengolah pakan yang melakukan usaha
pengumpulan dan/atau pengolahan bahan pakan berbasis sumber daya
lokal dengan memanfaatkan teknologi dalam memproduksi,
mengawetkan dan/atau mendistribusikan pakan konsentrat unggas
secara berkelanjutan.
Fungsi dari pembangunan olahan pakan konsentrat unggas adalah untuk
memberdayakan kelompok dalam melakukan usaha pengolahan pakan
konsentrat unggas sehingga dapat menyediakan pakan konsentrat
unggas untuk memenuhi kebutuhan pakan di kelompok dan/atau di
lingkungan sekitarnya.
Pembangunan olahan pakan konsentrat unggas dengan rincian: (a)
pengadaan alat dan mesin yaitu mesin mixer, hammer mill/disk mill,
pelletizer, timbangan, mesin jahit karung, karung; dan (b) pembangunan
sarana pendukung yaitu pembangunan gudang yang dilengkapi dengan
instalasi listrik.
Pengadaan alat dan mesin dapat ditambahkan dengan alat dan mesin
pendukung lainnya seperti alat pengukur kadar air, bila semua alat mesin
yang sesuai dengan rincian di atas sudah terakomodir.
2. Pembangunan Olahan Pakan Konsentrat Ruminansia
Pembangunan Olahan Pakan Konsentrat Ruminansia merupakan
pengembangan unit pengolah pakan yang melakukan usaha
pengumpulan dan/atau pengolahan bahan pakan berbasis sumber daya
lokal dengan memanfaatkan teknologi dalam memproduksi,
mengawetkan dan/atau mendistribusikan pakan konsentrat ruminansia
secara berkelanjutan. Fungsi dari pengembangan unit pengolahan pakan
konsentrat ruminansia yaitu untuk memberdayakan kelompok yang
- 1935 -

melakukan usaha pengolahan pakan konsentrat ruminansia sehingga


dapat menyediakan pakan konsentrat ruminansia untuk memenuhi
kebutuhan pakan di kelompok dan/atau di lingkungan sekitarnya.
Pembangunan olahan pakan konsentrat ruminansia dengan rincian: (a)
pengadaan alat dan mesin yaitu mesin mixer, hammer mill/disk mill,
pelletizer, timbangan, mesin jahit karung, karung; dan (b) pembangunan
sarana pendukung yaitu pembangunan gudang yang dilengkapi dengan
instalasi listrik.
Pengadaan alat dan mesin dapat ditambahkan dengan alat dan mesin
pendukung lainnya seperti alat pengukur kadar air, bila semua alat mesin
yang sesuai dengan rincian diatas sudah terakomodir.
3. Pembangunan Olahan Pakan Konsentrat Babi
Pembangunan Olahan Pakan Konsentrat Babi merupakan
pengembangan unit pengolah pakan yang melakukan usaha
pengumpulan dan/atau pengolahan bahan pakan berbasis sumber daya
lokal dengan memanfaatkan teknologi dalam memproduksi,
mengawetkan dan/atau mendistribusikan pakan konsentrat babi secara
berkelanjutan. Fungsi dari pengembangan unit pengolahan pakan
konsentrat babi yaitu untuk memberdayakan kelompok yang melakukan
usaha pengolahan pakan konsentrat babi sehingga dapat menyediakan
pakan konsentrat babi untuk memenuhi kebutuhan pakan babi di
kelompok dan/atau di lingkungan sekitarnya.
Pembangunan olahan pakan konsentrat babi dengan rincian: (a)
pengadaan alat dan mesin yaitu mesin mixer, hammer mill/disk mill,
pelletizer, timbangan, mesin jahit karung, karung; dan (b) pembangunan
sarana pendukung yaitu pembangunan gudang yang dilengkapi dengan
instalasi listrik.
Pengadaan alat dan mesin dapat ditambahkan dengan alat dan mesin
pendukung lainnya seperti alat pengukur kadar air, bila semua alat mesin
yang sesuai dengan rincian diatas sudah terakomodir.
4. Pembangunan Olahan Pakan Silase
Pembangunan Olahan Pakan Silase merupakan pengembangan unit
pengolah pakan yang melakukan usaha pengumpulan dan/atau
pengolahan bahan pakan berbasis sumber daya lokal dengan
memanfaatkan teknologi dalam memproduksi, mengawetkan dan/atau
mendistribusikan pakan silase secara berkelanjutan. Pakan silase juga
dapat digunakan sebagai cadangan pakan ketika musim kemarau atau
musim paceklik. Fungsi dari pengembangan unit pengolahan pakan
silase yaitu untuk memberdayakan kelompok yang melakukan usaha
pengolahan hijauan pakan yang tersedia untuk diproduksi menjadi
- 1936 -

pakan silase sehingga dapat menyediakan pakan silase untuk memenuhi


kebutuhan pakan di kelompok dan/atau di lingkungan sekitarnya.
Pembangunan olahan pakan silase dengan rincian: (a) pengadaan alat
dan mesin yaitu mesin chopper, mesin press/vacum, mesin sprayer,
timbangan dan tong silase/plastik; dan (b) pembangunan sarana
pendukung yaitu pembangunan gudang dan instalasi listrik.
Spesifikasi Sarana Olahan Pakan Ternak sebagaimana pada butir (a1)
sampai dengan (d4) adalah sebagai berikut:
a. Mesin Mixer
1) Kapasitas pencampuran minimal 150 kg/jam
2) Tingkat keseragaman campuran minimal 85%
3) Motor Penggerak memiliki daya minimum 6 HP
4) Dilengkapi dengan test report (hasil uji) yang masih berlaku dari
institusi yang berwenang
b. Mesin Hammer Mill
1) Kapasitas penepungan minimal 1000 kg/jam
2) Hasil tepung lolos pada mesh 40 minimal 5%
3) Motor Penggerak mempunyai standar Nasional Indonesia (SNI) dan
memiliki daya minimum 6 HP
4) Dilengkapi dengan test report (hasil uji) yang masih berlaku dari
institusi yang berwenang
c. Mesin Disk Mill
1) Kapasitas kapasitas penepungan minimal 25 kg/jam
2) Hasil tepung lolos pada mesh 80 minimal 90%
3) Motor Penggerak memiliki daya minimum 6 HP
4) Dilengkapi dengan test report (hasil uji) yang masih berlaku dari
institusi yang berwenang
d. Mesin Pelletizer
1) Kapasitas minimal 75 kg/jam
2) Keseragaman panjang dan diameter hasil masing-masing 80%
3) Motor Penggerak mempunyai standar Nasional Indonesia (SNI) dan
memiliki daya minimum 6 HP
4) Dilengkapi dengan test report (hasil uji) yang masih berlaku dari
institusi yang berwenang
- 1937 -

e. Mesin Chopper
1) Kapasitas pencacahan minimal 2.000 kg/jam
2) Bahan pisau dari baja
3) Motor Penggerak mempunyai standar Nasional Indonesia (SNI) dan
memiliki daya minimum 6 HP
4) Dilengkapi dengan test report (hasil uji) yang masih berlaku dari
institusi yang berwenang
E. Renovasi Rumah Potong Hewan dan penyediaan sarana pendukung
1. Rumah Potong Hewan – Ruminansia (RPH-R)
a. Sarana RPH-R
1) Jenis
Sarana Rumah Potong Hewan meliputi penyediaan sarana
peralatan Rumah Potong Hewan Ruminansia.
2) Kualifikasi
Penyediaan sarana peralatan RPH-R meliputi:
a) alat penanganan daging dan jeroan;
(1) railing system;
(2) Hoist
(3) alat penggantung karkas dan jeroan;
(4) alas penopang hewan dalam proses pengulitan agar tidak
langsung menyentuh lantai (cradle) yang terbuat dari
stainless steel, dengan roda yang terbuat dari bahan
poliurethan/PU;
(5) alat pembentang karkas;
(6) gergaji brisket (brisket saw);
(7) meja penanganan jeroan;
(8) tempat penampung jeroan (container jeroan) yang terbuat
dari stainless steel dengan roda yang terbuat dari bahan
poliurethan/PU;
(9) tempat penampungan daging (container daging) yang
terbuat dari stainless steel dengan roda yang terbuat dari
bahan poliurethan/PU;
(10) alat pengeluaran isi rumen (evisceration);
(11) gerobak kotoran yang terbuat dari bahan yang tidak
mudah rusak;
- 1938 -

(12) alat pembelah karkas (manual atau mesin);


(13) pisau, asahan pisau, tempat pisau dan sarung tangan besi
atau sarung tangan anti potong (cut resistant);
(14) alat sterilisasi pisau;
(15) gergaji tulang (bone saw);
(16) pemanas air dan instalasinya;
(17) alat pembersih jeroan;
(18) timbangan karkas (digital rail scale) atau timbangan
daging.
b) meja penanganan daging;
c) mesin pompa air atau peralatan sumber air beserta
instalasinya;
d) sumber listrik cadangan (genset) atau peningkatan daya
listrik beserta instalasinya;
e) fasilitas rantai dingin;
f) fasilitas pengendalian hewan (restraining box) termasuk alat
pemingsanan hewannya; dan/atau
g) kendaraan pengangkut daging minimal roda 3 (tiga) yang
dilengkapi dengan boks dan sistem pendingin.
3) Spesifikasi teknis
a) Seluruh peralatan pendukung dan penunjang di RPH-R harus
terbuat dari bahan yang tidak mudah korosif, mudah
dibersihkan dan didisinfeksi, serta mudah dirawat;
b) Seluruh peralatan, wadah dan permukaan yang kontak
dengan daging dan jeroan tidak terbuat dari kayu dan bahan-
bahan yang bersifat toksik, tidak mudah korosif,
c) mudah dibersihkan dan didisinfeksi, serta mudah dirawat;
d) Seluruh peralatan logam yang kontak dengan daging dan
jeroan harus terbuat dari bahan yang tidak mudah korosif
(terbuat dari stainless steel atau logam yang digalvanisasi),
kuat, tidak dicat, mudah dibersihkan dan didisinfeksi, serta
mudah dirawat;
e) Pelumas untuk peralatan yang kontak dengan daging dan
jeroan harus aman untuk pangan (food grade); dan
f) spesifikasi teknis lainnya sesuai peralatan RPH-R yang
dibutuhkan.
- 1939 -

b. Prasarana RPH-R
1) Persyaratan Lokasi
Lokasi RPH-R harus memenuhi persyaratan paling kurang sebagai
berikut:
a) merupakan lahan milik pemerintah daerah yang dibuktikan
dengan status kepemilikan tanah/sertifikat tanah;
b) tidak berada di area rawan banjir, rawan longsor, dan area
yang dapat mencemari daging (tempat pembuangan sampah,
industri logam dan bahan kimia asap, bau, debu, dan
kontaminan lainnya);
c) tidak menimbulkan gangguan dan pencemaran lingkungan
(mempunyai Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) sesuai
dengan skala pemotongan);
d) memiliki surat persetujuan lingkungan sebelum
pembangunan RPH-R dilaksanakan;
e) tersedia akses terhadap air bersih yang cukup untuk
pelaksanaan pemotongan ruminansia dan kegiatan
pembersihan serta disinfeksi;
f) terpisah secara fisik dari lokasi RPH Babi atau dibatasi dengan
pagar tembok dengan tinggi minimal 3 (tiga) meter untuk
mencegah lalu lintas orang, alat, dan produk antar rumah
potong;
g) tersedia akses jalan yang baik yang dapat dilalui kendaraan
pengangkut hewan dan kendaraan daging/karkas; dan
h) tersedia sumber listrik yang cukup dan tersedia terus
menerus.
2) Jenis
a) Area penurunan hewan
(1) Bangunan kandang penampungan ternak;
(2) Kandang Jepit;
(3) Timbangan hewan hidup.
b) Jalur penggiringan hewan (Gang Way);
c) Kandang isolasi
d) Bangunan Utama RPH yang terdiri dari:
(1) Daerah kotor meliputi area pemingsanan atau
perebahan, area penyembelihan hewan dan pengeluaran
darah, area penyelesaian proses penyembelihan, ruang
- 1940 -

untuk jeroan hijau, ruang untuk jeroan merah, ruang


untuk kepala dan kaki dan ruang untuk kulit;
(2) Daerah bersih meliputi area untuk penanganan
karkas/daging, pemeriksaan postmortem; penimbangan
karkas dan pengeluaran (unloading) karkas/daging;
(3) Bangunan utama juga harus memiliki fasilitas ruang
fasilitas cuci tangan dan foot dip.
e) Bangunan Pendukung
(1) Kamar mandi dan WC;
(2) Kantor administrasi dan kantor Dokter Hewan;
(3) Gudang Kering;
(4) Gudang Kimia;
(5) Gudang Peralatan;
(6) Ruang Maintenance
(7) Kantin dan fasilitas ibadah;
(8) Ruang istirahat karyawan dan ruang ganti pakaian yang
dilengkapi dengan tempat penyimpanan barang pribadi
(locker).
(9) Fasilitas pemusnahan bangkai dan/atau produk yang
tidak dapat dimanfaatkan;
(10) Ruang restribusi dan ruang tunggu;
(11) Rumah jaga;
(12) Instalasi air bersih dan bangunan tandon air;
(13) Instalasi listrik dan/atau bangunan pendukungnya;
(14) Tempat pembuangan akhir.
f) Laboratorium Sederhana
g) Fasilitas Rantai Dingin
h) Instalasi Pengolah Limbah
(1) Bangunan dan peralatan Instalasi Pengolah Air Limbah
(IPAL)
(2) Bangunan dan peralatan pengolah limbah padat
i) Jalan lingkungan.
- 1941 -

3) Kualifikasi Renovasi atau Rehabilitasi RPH-R


Dalam hal pemberian bantuan untuk renovasi atau rehabilitasi
RPH-R, kualifikasi bangunan dapat menyesuaikan dengan
kebutuhan dan kondisi bangunan.
4) Spesifikasi Teknis
a) Permukaan lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air
atau dapat dilapisi dengan cat epoksi, tidak mudah korosif,
tidak licin, mudah dibersihkan dan didisinfeksi. Lantai tidak
terbuat dari bahan keramik atau ubin;
b) Permukaan dinding bagian dalam terbuat dari bahan yang
kuat, kedap air (ketinggian minimal 3 meter), tidak mudah
korosif, tidak mudah mengelupas, berwarna terang, tahan
terhadap benturan keras, mudah dibersihkan dan
didisinfeksi;
c) Tempat penurunan ternak (unloading), kandang
penampungan, jalur penggiringan hewan (gang way) dan
fasilitas pengendalian hewan (restraining box) dibuat dengan
memperhatikan prinsip kesejahteraan hewan;
d) Fasilitasi rantai dingin:
(1) Ruang pendingin/pelayuan (chilling room) dengan
persyaratan paling kurang sebagai berikut :
(a) Ruangan dilengkapi dengan alat penggantung karkas
yang didesain agar karkas tidak menyentuh lantai dan
dinding;
(b) Volume ruang (PxLxT) disesuaikan dengan jumlah
karkas yang dihasilkan dengan mempertimbangkan
jarak antar karkas agar tidak bersentuhan, jarak
antara karkas dengan dinding paling kurang 30 cm,
jarak antara karkas dengan lantai paling kurang 50
cm, dan jarak antar baris minimal 1 meter;
(c) Ruang mempunyai fasilitas pendingin dengan
temperatur ruang -4 °C sampai +4 °C, kelembaban
relatif 85-90% dengan kecepatan udara 1-4 meter per
detik;
(d) Temperatur ruang dapat menjamin agar temperatur
bagian dalam daging maksimum +8 °C; dan
(e) Temperatur ruang dapat menjamin agar temperatur
bagian dalam jeroan maksimum +4 °C.
- 1942 -

(2) Penyimpanan dingin (chiller) dengan temperatur ruang -4


°C sampai dengan 4 °C;
(3) Pembekuan cepat (quick freezer) dapat menggunakan air
blast freezer dengan:
• Temperatur ruang maksimum -40 °C dengan kecepatan
udara minimal 2 m2/detik; dan
• Temperatur internal daging -18 °C harus tercapai dalam
waktu maksimum 12 jam.
(4) Penyimpanan beku (cold storage) memiliki temperatur
ruang maksimum -18 °C;
(5) Setiap ruang berpendingin dilengkapi dengan termometer
atau display temperatur yg mudah dibaca;
(6) Intensitas cahaya dalam ruangan minimal 220 lux;
(7) Dinding bagian dalam berwarna terang, terbuat dari
bahan yang kedap air, memiliki insulasi yang baik, tidak
korosif, aman untuk pangan (food grade), tahan terhadap
benturan keras, mudah dibersihkan dan didisinfeksi serta
tidak mudah mengelupas;
(8) Lantai terbuat dari bahan yang kedap air, memiliki
insulasi yang baik, tidak korosif, aman untuk pangan
(food grade), tahan terhadap benturan keras, mudah
dibersihkan dan didisinfeksi serta tidak mudah
mengelupas;
(9) Langit-langit harus berwarna terang, terbuat dari bahan
yang kedap air, memiliki insulasi yang baik, tidak korosif,
aman untuk pangan (food grade), tidak mudah
mengelupas, kuat, mudah dibersihkan dan didisinfeksi;
dan
e) Spesifikasi teknis lainnya sesuai dengan kebutuhan.
- 1943 -

2. Rumah Potong Hewan – Unggas (RPH-U)


a. Sarana RPH-U
1) Jenis
Sarana Rumah Potong Hewan meliputi penyediaan sarana
peralatan Rumah Potong Hewan Unggas.
2) Kualifikasi
Penyediaan sarana peralatan Rumah Potong Hewan Unggas
meliputi:
a) Alat perebus atau perendaman air panas (scalder) dilengkapi
dengan indikator temperatur;
b) Pencabut bulu (plucker) yang dilengkapi dengan suplai air;
c) Alat penanganan daging dan jeroan:
(1) railing system;
(2) alat penggantung karkas dan jeroan
(3) Alat pengeluaran jeroan;
(4) Fasilitas pencucian karkas awal (bak atau carcass
sprayer);
(5) Tempat/wadah penampung jeroan.
(6) Fasilitas pencucian karkas (bak atau screw washer);
(7) Fasilitas pendinginan karkas (bak es/drum chiller, screw
chiller, air chiller);
(8) Fasilitas penirisan karkas;
(9) Pisau, asahan pisau, tempat pisau dan sarung tangan besi
atau sarung tangan anti potong (cut resistant);
(10) alat sterilisasi pisau;
(11) pemanas air;
(12) Timbangan karkas atau daging; dan/atau
(13) Keranjang karkas.
d) meja penanganan daging;
e) mesin pompa air atau peralatan sumber air beserta
instalasinya;
f) sumber listrik cadangan (genset) atau peningkatan daya listrik
beserta instalasinya;
g) fasilitas rantai dingin; dan/atau
- 1944 -

h) kendaraan pengangkut daging minimal roda 3 (tiga) yang


dilengkapi dengan boks dan sistem pendingin.
3) Spesifikasi teknis
Peralatan RPH-U memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a) Peralatan yang digunakan untuk menggantung,
memingsankan dan menyembelih harus dijaga dan dipelihara
sesuai petunjuk penggunaan yang dijelaskan oleh pabrikan;
b) Alat untuk memfiksasi (menggantung) unggas sebelum
dan/atau setelah disembelih, dapat berupa rel berjalan
maupun alat penggantung statis;
c) Seluruh peralatan, wadah, dan permukaan yang kontak
dengan daging dan jeroan tidak terbuat dari kayu dan bahan
yang bersifat toksik, tidak korosif, mudah dibersihkan, dan
didisinfeksi serta mudah dirawat;
d) Seluruh peralatan logam yang kontak dengan daging dan
jeroan harus terbuat dari bahan yang tidak mudah berkarat
atau korosif, kuat, tidak dicat, mudah dibersihkan, dan
didisinfeksi;
e) Pelumas untuk peralatan yang kontak dengan daging dan
jeroan harus aman untuk pangan (food grade); dan
f) Desain peralatan yang digunakan harus dapat mencegah
terjadinya kontaminasi silang saat difungsikan.
b. Prasarana RPH-U
1) Persyaratan Lokasi
Lokasi RPH-U harus memenuhi persyaratan paling kurang sebagai
berikut:
a) merupakan lahan milik pemerintah daerah yang dibuktikan
dengan status kepemilikan tanah/sertifikat tanah;
b) tidak berada di area di daerah rawan banjir, rawan longsor dan
area yang dapat mencemari daging (tempat pembuangan
sampah, industri logam dan bahan kimia asap, bau, debu, dan
kontaminan lainnya);
c) tidak menimbulkan gangguan dan pencemaran lingkungan
(mempunyai IPAL sesuai dengan skala pemotongan);
d) memiliki surat persetujuan lingkungan sebelum
pembangunan RPH-U dilaksanakan;
- 1945 -

e) Tersedia akses terhadap air bersih yang cukup untuk


pelaksanaan pemotongan ruminansia dan kegiatan
pembersihan serta disinfeksi;
f) Terpisah secara fisik dari lokasi RPH Babi atau dibatasi
dengan pagar tembok dengan tinggi minimal 3 (tiga) meter
untuk mencegah lalu lintas orang, alat, dan produk antar
rumah potong;
g) Tersedia akses jalan yang baik yang dapat dilalui kendaraan
pengangkut hewan dan kendaraan daging/karkas; dan
h) Tersedia sumber listrik yang cukup dan tersedia terus
menerus.
2) Jenis
a) Area Penurunan Hewan terdiri atas:
(1) Area pengistirahatan unggas yang dilengkapi dengan
peralatan:
• Kipas angin (air blower);
• Pengabutan air (fogging); dan
• Ruang dengan pencahayaan redup (blue room) untuk
RPH-U skala pemotongan > 10.000 ekor/hari.
(2) Area penurunan keranjang unggas, memiliki:
• Timbangan;
• Penggantung unggas/overhead conveyor;
• Penyemprot air bertekanan;
• Meja pemeriksaan antemortem; dan
• Wadah/tempat penampungan bangkai.
b) Bangunan Utama RPH-U yang terdiri dari:
(1) Area kotor di bangunan utama terdiri dari area:
(a) Pemingsanan (stunning) yang dilengkapi dengan alat
pemingsanan/waterbath stunner;
(b) Penyembelihan halal (halal slaughtering);
(c) Penirisan darah (bleeding) yang dilengkapi dengan
wadah penampung darah;
(d) Perendaman air panas (scalding);
(e) Pencabutan bulu (defeathering);
(f) Pengeluaran jeroan (eviscerating);
- 1946 -

(g) Pemisahan kepala dan kaki (head pulling and feet


cutting);
(h) Pemeriksaan postmortem (postmortem inspection);
(i) Pencucian awal (prewashing);
(j) Penanganan jeroan (viscera handling); dan/atau
(k) Pencucian karkas (washing).
(2) Area bersih di bangunan utama terdiri dari area:
(a) Pencucian karkas akhir (final washing);
(b) Pendinginan karkas (chilling);
(c) Penirisan karkas (dripping);
(d) Penimbangan dan seleksi karkas (weighing and
grading);
(e) Proses lanjutan (pemotongan karkas dan pemisahan
tulang dari daging/parting and deboning);
(f) Pencampuran dengan bumbu (marinating);
(g) Pengemasan dan pelabelan karkas/daging (packaging
and labelling); dan/atau
(h) Deteksi logam (metal detecting).
c) Bangunan pendukung terdiri dari:
(1) Kantor Administrasi dan Kantor Dokter Hewan;
(2) Gudang kering;
(3) Gudang kimia;
(4) Gudang peralatan sanitasi;
(5) Gudang peralatan;
(6) Ruang maintenance;
(7) Kantin dan fasilitas ibadah;
(8) Ruang istirahat karyawan dan tempat penyimpanan
barang pribadi (locker)/ruang ganti pakaian;
(9) Kamar mandi dan WC;
(10) Fasilitas pemusnahan bangkai dan/atau produk yang
tidak dapat dimanfaatkan;
(11) Fasilitas penanganan limbah padat dan cair;
(12) Fasilitas penyimpanan sementara limbah B3 dan non B3;
- 1947 -

(13) Rumah jaga;


(14) Fasilitas pencucian keranjang unggas dan kendaraan
angkut unggas internal wajib dimiliki RPH-U skala
pemotongan > 10.000 ekor/hari;
(15) Fasilitas pencucian kendaraan angkut produk wajib
dimiliki RPH-U skala pemotongan > 10.000 ekor/hari;
(16) Instalasi listrik dan/atau bangunan pendukungnya;
(17) Bangunan tandon air dan instalasi air bersih
(18) Tempat pembuangan akhir.
d) Laboratorium Sederhana
Laboratorium wajib dimiliki oleh RPH-U skala pemotongan >
10.000 ekor/hari untuk penyiapan dan penyimpanan sampel
sebelum dikirim ke laboratorium eksternal terakreditasi
e) Fasilitas Rantai Dingin
f) Instalasi Pengolah Limbah
(1) Bangunan dan peralatan Instalasi Pengolah Air Limbah
(IPAL)
(2) Bangunan dan peralatan pengolah limbah padat
g) Jalan lingkungan.
3) Kualifikasi Renovasi atau Rehabilitasi RPH-U
Dalam hal pemberian bantuan untuk renovasi atau rehabilitasi
RPH-U, kualifikasi bangunan dapat menyesuaikan dengan
kebutuhan dan kondisi bangunan.
4) Spesifikasi Teknis
a) Bangunan Utama:
(1) Memiliki tata ruang yang didesain searah dengan alur
proses pemotongan serta memiliki ruangan sesuai skala
pemotongan;
(2) Terdiri atas area kotor dan area bersih yang dipisahkan
secara fisik dengan dinding yang kedap air;
(3) Penggunaan peralatan di area kotor dan area bersih
dibedakan;
(4) Bangunan bersifat permanen dan terbuat dari bahan yang
kuat dan senantiasa terpelihara kebersihannya;
- 1948 -

(5) Konstruksi bangunan didesain sedemikian rupa sehingga


tidak memungkinkan masuk dan bersarangnya serangga,
rodensia, burung dan binatang pengganggu lainnya.
(6) Langit-langit:
(a) Didesain agar tidak terjadi akumulasi kotoran;
(b) Terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, tidak mudah
mengelupas, berwarna terang, mudah diakses untuk
dibersihkan dan tidak ada lubang atau celah terbuka;
dan
(c) Untuk RPH-U skala pemotongan > 5.000 ekor/hari
mempunyai ruang penanganan karkas dan daging
dengan temperatur maksimum 15°C dan tidak boleh
terjadi kondensasi.
(7) Dinding bagian dalam ruang proses
(a) Terbuat dari bahan yang kuat, kedap air (minimal 3
meter), tidak mudah korosif, tidak mudah mengelupas,
tahan terhadap benturan keras, mudah dibersihkan
dan didisinfeksi;
(b) Dinding harus rata, tidak ada celah atau lubang, tidak
ada bagian yang memungkinkan dipakai sebagai
tempat untuk meletakkan barang;
(c) Pertemuan dinding dengan dinding lengkung dengan
jari-jari sekitar 2,5 cm; dan
(d) RPH-U skala pemotongan > 5.000 ekor/hari
menggunakan dinding yang dapat menjaga temperatur
bagian dalam ruang.
(8) Lantai:
(a) Terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, tidak
bercelah atau berlubang, tidak mudah korosif, tidak
licin, mudah dibersihkan dan didisinfeksi;
(b) Memiliki kemiringan yang cukup mengarah ke saluran
pembuangan dan mencegah adanya genangan air; dan
(c) Pertemuan dinding dengan lantai lengkung.
(9) Pintu, jendela dan kusen:
(a) Terbuat dari bahan yang kuat, tidak mudah korosif,
tahan terhadap benturan keras, kedap air, mudah
dibersihkan dan didisinfeksi;
- 1949 -

(b) Bagian bawah pintu didesain harus dapat mencegah


masuknya rodensia;
(c) Kusen yang berada di dalam bangunan utama
permukaannya harus rata dengan permukaan kaca
dan dinding dan tidak ada bagian yang memungkinkan
dipakai sebagai tempat untuk meletakkan barang; dan
(d) Kaca yang digunakan dalam ruang proses
menggunakan tempered glass atau kaca yang dilapisi
dengan film.
(10) Instalasi listrik:
(a) Instalasi listrik memenuhi Sertifikat Laik Operasi
(SLO); dan
(b) Terminal dan socket kedap air.
(11) Intalasi air:
(a) Instalasi air bersih terpisah dengan air yang tidak
bersih;
(b) Air mempunyai tekanan yang cukup sesuai kapasitas
pemotongan (1,05 kg/cm2 atau 15 psi); dan
(c) Untuk RPH-U skala pemotongan > 10.000 ekor/hari
tersedia:
• Instalasi air hangat untuk cuci tangan yang
dilengkapi dengan sabun cair food grade dan air
bersih yang mengalir; dan
• Instalasi air panas (temperatur minimal 82 °C)
untuk sanitasi pisau, fasilitas, dan peralatan
lainnya.
(12) Drainase:
(a) Drainase dalam bangunan utama mengalir dari area
bersih ke area kotor;
(b) Memiliki bak kontrol yang mudah diakses dan mudah
dibersihkan, sekaligus berfungsi sebagai fat trap dan
filtrasi padatan lainnya;
(c) Drainase sistem terbuka harus ditutup dengan grill
dengan jarak kisi maksimum 2 cm, grill terbuat dari
bahan yang tidak mudah korosi dan mudah
dibersihkan; dan
(d) Drainase sistem tertutup menggunakan sistem leher
angsa dan dilengkapi dengan penutup dan back wash.
- 1950 -

(13) Fasilitas untuk membersihkan sepatu boot dan foot dip:


(a) Tersedia di pintu masuk ruang produksi yang
berfungsi baik (berisi disinfektan);
(b) Fasilitas membersihkan sepatu boot dan foot dip area
kotor dan area bersih terpisah; dan
(c) Dilakukan penggantian air yang mengandung
disinfektan secara berkala sesuai kondisi foot dip.
(14) Fasilitas cuci tangan:
(a) Tersedia minimal di pintu masuk, ruang produksi dan
toilet;
(b) Dilengkapi dengan sabun cair food grade, pengering
tangan (tisu/hand dryer) dan hand sanitizer;
(c) Keran air tidak dioperasikan dengan tangan
(menggunakan siku, pedal kaki atau sensor); dan
(d) Jika pengering tangan menggunakan tisu wajib
menyediakan tempat sampah tertutup yang tidak
dioperasikan dengan tangan.
(15) Ruang ganti pakaian:
(a) Ruang ganti pakaian pekerja di area kotor dan area
bersih terpisah;
(b) Ruang ganti pakaian pria dan wanita terpisah; dan
(c) Ruang ganti pakaian terawat dengan baik, bersih dan
tidak terpaparan dengan udara dari luar bangunan.
(16) Toilet:
(a) Toilet untuk pekerja di area kotor terpisah dengan
toilet untuk pekerja di area bersih;
(b) Toilet pekerja pria dan wanita terpisah;
(c) Pintu toilet di dalam bangunan utama tidak boleh
menghadap ruang proses;
(d) Jumlah toilet sesuai dengan jumlah pekerja
(e) Memiliki fasilitas cuci tangan pada toilet yang
dilengkapi dengan sabun cair food grade, pengering
tangan (tisu/hand dryer) dan hand sanitizer;
(f) Keran air tidak dioperasikan dengan tangan
(menggunakan siku, pedal kaki atau sensor); dan
- 1951 -

(g) Jika pengering tangan menggunakan tisu wajib


menyediakan tempat sampah tertutup yang tidak
dioperasikan dengan tangan.
(17) Gudang kering harian:
Dalam bangunan utama RPH-U memiliki gudang kering
dengan persyaratan sebagai berikut:
(a) RPH-U skala pemotongan ≤ 10.000 ekor/hari memiliki
gudang kering yang dapat memasok kebutuhan harian
dan stok;
(b) RPH-U skala pemotongan > 10.000 ekor/hari memiliki
gudang kering yang hanya memasok kebutuhan harian
diluar gudang kering untuk stok; dan
(c) Penyimpanan bahan kimia terpisah dari penyimpanan
bahan kemasan dan bumbu.
(18) Fasilitas atau ruang penunjang di dalam bangunan utama
untuk RPH U skala pemotongan > 10.000 ekor/hari terdiri
atas:
(a) Ruang pencucian keranjang karkas produksi dan
peralatan di luar ruang produksi; dan
(b) Ruang pencucian keranjang karkas ekspedisi dan
peralatan di luar loading area.
(19) Fasilitas rantai dingin:
(a) RPH-U skala pemotongan 1.000 ekor/hari tidak wajib
memiliki sarana pendingin apabila produk yang
dihasilkan dalam bentuk tidak dingin dan/atau beku;
(b) RPH-U skala pemotongan 1.001-5.000 ekor/hari
memiliki gudang penyimpanan dingin (minimal chiller
dengan temperatur -2°C sampai dengan 2°C);
(c) RPH-U skala pemotongan 5.001-10.000 ekor/hari
memiliki gudang penyimpanan dingin (minimal chiller
dengan temperatur -2°C sampai dengan 2°C) dan
temperatur ruang penanganan karkas dan daging
(setelah area chilling) maksimum 15°C; dan
- 1952 -

(d) RPH-U skala pemotongan > 10.000 ekor/hari memiliki


rantai dingin yang terdiri atas:
i. Temperatur ruang penanganan karkas dan
daging (setelah area chilling) maksimum 15°C;
ii. Temperatur ruang penanganan jeroan
maksimum 15°C;
iii. Ante room sebagai ruang penyangga temperatur
dengan temperatur maksimum 15°C;
iv. Penyimpanan dingin (chiller) dengan:
• Temperatur ruang -2°C sampai dengan 2°C;
dan
• Target akhir temperatur internal karkas
maksimum 4°C.
v. Pembekuan cepat dapat menggunakan air blast
freezer atau individual quick freezing (spiral
freezing, tunnel freezing) dengan:
• Temperatur ruang maksimum -35°C dengan
kecepatan udara minimal 4 m2/detik; dan
• Temperatur internal karkas maksimum -12°C
harus tercapai dalam waktu maksimum 8
jam.
vi. Penyimpanan beku (cold storage) dengan:
• Temperatur ruang maksimum -18°C; dan
• Temperatur internal karkas maksimum -12°C.
vii. Ruang pengeluaran produk akhir (loading area)
yang terhubung langsung dengan loading dock
dengan temperatur maksimum 15°C.
F. Sarana Data dan Informasi Balai Penyuluhan Pertanian
Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) adalah tempat pertemuan dan koordinasi
antara penyuluh, pelaku utama, dan pelaku usaha yang berfungsi
menyelenggarakan penyuluhan pertanian di kecamatan.
Salah satu tugas dan fungsi BPP adalah sebagai pusat data dan informasi
pertanian. Untuk mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut, maka
Kementerian Pertanian melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan
Sumber Daya Manusia Pertanian (Badan PPSDMP) menetapkan
pemanfataan DAK Fisik untuk penyediaan sarana data dan informasi BPP.
- 1953 -

Penyediaan sarana data dan informasi BPP merupakan pengadaan perangkat


Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) yang berhubungan dengan pengolahan
dan penyampaian data, materi dan informasi baik offline dan online dengan
menggunakan perangkat keras dan/atau lunak, yang berfungsi untuk
pengumpulan, verifikasi, validasi dan unggah data dan informasi pertanian.
Selain itu, sarana data dan informasi BPP juga dimanfaatkan sebagai sarana
teknologi dan komunikasi untuk melaksanakan kegiatan video conference
maupun virtual meeting di BPP. Rincian sarana data dan informasi BPP yaitu:
1. PC All in One;
2. HDMI Splitter;
3. Kabel HDMI 0,6 m;
4. LCD Projector;
5. Wireless Sound Speaker;
6. Multimedia Sound Speaker;
7. Wireless Microphone System;
8. Uninterruptible Power Supply (UPS);
9. Web Camera;
10. USB Extender 5 m;
11. Smart TV Monitor 43 Inch; dan
12. Kabel HDMI 5 m.
G. Fasilitasi Revitalisasi RMU dan Sarana Pendukungnya
1. Kriteria Teknis Fasilitasi Revitalisasi RMU dan Sarana Pendukungnya
Fasilitasi Revitalisasi RMU dan Sarana Pendukungnya merupakan satu
paket bantuan dalam rangka menciptakan poktan/gapoktan local
champion untuk menggerakkan ekonomi di masyarakat. Fasilitasi
tersebut terdiri dari:
a. Rehabilitasi Bangunan Pendukung Penggilingan Padi
Rehabilitasi Bangunan Pendukung Penggilingan Padi adalah
bangunan untuk mendukung penyimpanan beras yang merupakan
revitalisasi/ rehab bangunan penggilingan yang sudah ada agar
memenuhi standar sanitasi hygiene, minimal memiliki ukuran
panjang, lebar, dan tinggi secara berurutan adalah 12 meter, 8 meter,
dan 8 meter.
b. Husker
Husker (mesin pecah kulit gabah) minimal memiliki kapasitas
pengumpanan 1.000 kg/jam.
- 1954 -

c. Polisher
Polisher (mesin poles beras) minimal memiliki kapasitas pengumpanan
750 kg/jam.
d. Vertical Dryer Padi Kapasitas 6 Ton dan Bangunan
Vertical Dryer padi kapasitas 6 ton per proses harus memiliki
kapasitas tampung minimal 6 ton dengan laju pengeringan 0,8-1,5
%/jam. Bangunan Vertical Dryer Padi Kapasitas 6 Ton minimal
memiliki ukuran panjang, lebar, dan tinggi secara berurutan adalah
12 meter, 10 meter, dan 9,8 meter.
2. Kriteria Lokasi Fasilitas Revitalisasi RMU dan Sarana Pendukungnya
a. Memenuhi persyaratan teknis untuk operasional fasilitasi revitalisasi
RMU dan sarana pendukungnya dengan memperhatikan kesesuaian
kondisi spesifikasi lokasi;
b. Penerima bantuan Husker dan Polisher dalam rangka menambah
kapasitas produksi beras di penggilingan.
c. Lokasi Vertical Dryer Kapasitas 6 Ton diutamakan pada daerah sentra
padi (IP minimal 2), memiliki cakupan pelayanan dengan luas
pertanaman yang memadai (skala ekonomi) dan diupayakan tidak
berdekatan dengan lokasi Vertical Dryer yang sudah ada di lokasi
tersebut;
d. Lokasi pembangunan mudah diakses sehingga memudahkan dalam
operasional kegiatan;
e. Lokasi penerima bantuan diharapkan dapat diintegrasikan untuk
mendukung program dan kegiatan pengembangan budidaya padi,
daerah sentra produksi dan/atau wilayah pengembangan kawasan
tanaman pangan berbasis korporasi petani; dan
f. Lokasi bantuan sarana pascapanen khususnya Vertical Dryer
Kapasitas 6 Ton, Husker dan Polisher tidak berada di daerah
rawan/potensi bencana alam.
3. Kriteria Fasilitasi Revitalisasi RMU dan Sarana Pendukungnya
a. Penerima DAK Fisik antara lain: Kelompok Tani (Poktan), Gabungan
Kelompok Tani (Gapoktan), Kelompok masyarakat, Lembaga
Masyarakat Hutan (LMDH), Kelompok Usaha Bersama (KUB), Unit
Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA), Brigade Alsintan, Lembaga
Pemerintah, dan/atau Lembaga Non Pemerintah yang memenuhi
syarat/layak dan memiliki keabsahan dari instansi yang berwenang
serta diusulkan oleh Dinas Pertanian Provinsi/ Kabupaten/ Kota
dengan menyertakan Nomor Induk Kependudukan (NIK)/Kartu Tanda
Penduduk (KTP);
- 1955 -

b. Bersedia memanfaatkan, mengelola serta mengoptimalkan bantuan,


dan bertanggung jawab dalam memanfaatkan dan merawat bantuan
fasilitasi revitalisasi RMU dan sarana pendukungnya yang
diterimanya;
c. Penerima bantuan fasilitasi revitalisasi RMU dan sarana
pendukungnya mampu menyediakan biaya operasional agar dapat
menjamin kontinuitas pasokan bahan baku secara optimal;
d. Penerima bantuan fasilitasi revitalisasi RMU dan sarana
pendukungnya menyediakan lahan untuk lokasi penempatan
bangunan yang dinyatakan dengan surat pernyataan hibah atau hak
guna pakai atau sewa minimal (10 tahun) serta diketahui oleh Kepala
Desa/Pemerintah Daerah;
e. Penerima bantuan fasilitasi revitalisasi RMU dan sarana
pendukungnya memiliki cakupan pelayanan (coverage area) untuk
pertanaman agar dapat menjamin kontiniunitas pasokan bahan baku
secara optimal;
f. Penerima bantuan bersedia menyampaikan laporan mengenai
pelaksanaan kegiatan usahanya dan dilaporkan kepada Kepala Dinas
Pertanian Kabupaten/Kota, dan selanjutnya akan melaporkan secara
berjenjang ke Provinsi dan Pusat; dan
g. Penerima bantuan dibantu petugas lapangan bersedia
menandatangani dokumen terkait (BAST, Hibah dan lain sebagainya)
sesuai persyaratan administrasi yang diperlukan.
4. Mekanisme Pelaksanaan perlu memperhatikan ketentuan sebagai
berikut:
a. Bantuan fasilitasi revitalisasi RMU dan sarana pendukungnya
dilakukan melalui sistem e- purchasing (e-catalog) atau melalui sistem
pengadaan lainnya jika belum tercantum dalam e-catalog dan
dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
1) Persyaratan Unjuk Kerja:
Persyaratan unjuk kerja Vertical Dryer Padi Kapasitas 6 Ton antara
lain:
a) kapasitas tampung minimum 6 ton/proses; dan
b) laju pengeringan 0,8 - 1,5 %/jam.
2) Persyaratan unjuk kerja Husker antara lain:
a) kapasitas pengumpanan minimum 1.000 kg/jam; dan
b) tingkat kebersihan minimum 85%.
3) Persyaratan unjuk kerja Polisher antara lain:
- 1956 -

a) kapasitas pengumpanan minimum 750 kg/jam; dan


b) rendemen penyosohan minimal 85%.
b. Kegiatan Rehabilitasi Bangunan Pendukung Penggilingan Padi dan
Bangunan Vertical Dryer Padi Kapasitas 6 Ton, Rincian Usulan
Kegiatan (RUK) yang diusulkan, ditandatangani oleh penerima
bantuan dan diketahui oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota
yang sebelumnya telah dikonsultasikan dengan Dinas
PUPR/Konsultan setempat dan dilengkapi dengan dokumen Rencana
Anggaran Biaya (RAB) yang telah ditandatangani oleh Dinas
PUPR/Konsultan.
c. Dalam pelaksanaannya, Rehabilitasi Bangunan Pendukung
Penggilingan Padi dan Bangunan Vertical Dryer dilakukan
pengawasan oleh petugas pengawas dari Dinas Pertanian
Kabupaten/Kota dan PUPR/Konsultan setempat, yang ditetapkan
dengan Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota
dimaksud.
H. Bangsal Pascapanen Komoditas Hortikultura dan sarana pendukungnya
(cabai dan bawang merah)
Bangsal pascapanen komoditas hortikultura merupakan bangunan yang
dilengkapi dengan sarana/ alat pascapanen dan pengolahan untuk
mendorong peningkatan nilai tambah dan diversifikasi produk hortikultura
serta dalam rangka pengamanan pasokan dan stabilisasi harga komoditas
hortikultura strategis cabai dan bawang merah.
Bangsal pascapanen berfungsi sebagai tempat penanganan pascapanen
produk segar mencakup pengeringan, pendinginan, pembersihan (butik
maupun perogolan bawang merah), penyortiran dan pengkelasan (grading)
hingga pengemasan untuk langsung dijual dalam bentuk segar ke
pasar/pedagang. Bangsal pascapanen juga dapat digunakan untuk
penyimpanan bawang merah maupun cabai pada saat terjadi surplus
produksi (harga rendah). Selanjutnya dilakukan distribusi kepada wilayah
minus dan/atau penjualan saat kondisi kebutuhan dan harga meningkat.
Sebagian hasil panen khusus bawang merah juga dapat disimpan untuk
dijadikan sebagai benih pada musim tanam berikutnya. Selain untuk
penanganan produk segar, bangsal pascapanen juga dilengkapi dengan
sarana pengolahan yang dapat digunakan untuk aktivitas pembuatan
produk olahan/turunan seperti cabai kering, cabai bubuk, bon cabai,
bawang goreng, bawang crispy, pasta bawang merah, dan lain sebagainya.
1. Bangsal Pascapanen Komoditas Bawang Merah dan sarana
pendukungnya dengan Rincian :
- 1957 -

a. Bentuk bangunan bangsal pascapanen untuk seluruh Indonesia


mengacu pada typical design yang dirancang oleh tim konsultan
perencana masing-masing lokasi dengan kapasitas 200 ton;
b. Ukuran menyesuaikan ketersediaan lahan dengan luas minimum 500
m2;
c. Sarana pendukung berupa Mesin Chiller dilengkapi dengan rak,
genset, blower, hand staker dan hand lift dengan typical design
berukuran 7x5x4,3 meter atau menyesuaikan ukuran/desain bangsal
pascapanen dengan ukuran minimum sekitar 100 m3;
d. Bangsal pascapanen juga dapat dilengkapi dengan blower, meja sortir,
motor angkut roda 3; dan
e. Sarana Pascapanen dan Pengolahan lainnya.
2. Bangsal Pascapanen Komoditas Cabai dan sarana pendukungnya dengan
Rincian:
a. Bentuk bangunan bangsal pascapanen untuk seluruh Indonesia
mengacu pada typical design yang dirancang oleh tim konsultan
perencana masing-masing lokasi dengan kapasitas 200 ton;
b. Ukuran menyesuaikan ketersediaan lahan dengan luas minimum 500
m2;
c. Bangsal pascapanen juga dapat dilengkapi dengan blower, meja sortir,
motor angkut roda 3, dan
d. Sarana Pascapanen dan Pengolahan lainnya.
Kriteria lokasi kegiatan Bangsal Pascapanen Komoditas Hortikultura dan
sarana pendukungnya (cabai dan bawang merah) diprioritaskan pada daerah
sentra produksi cabai dan bawang merah
Kriteria Penerima Manfaat Bangsal Pascapanen Komoditas Hortikultura dan
sarana pendukungnya (cabai dan bawang merah) sebagai berikut :
1. Kelompok tani/ gapoktan yang memenuhi syarat/layak dan terdaftar
dalam SIMLUHTAN serta diusulkan oleh dinas pertanian provinsi/
kabupaten/kota dengan menyertakan nomor induk kependudukan
(NIK)/kartu tanda penduduk (KTP).
2. Penerima manfat berada dibawah koordinasi champion.
3. Penerima manfaat menyediakan lahan untuk lokasi penempatan
bangunan yang dinyatakan dengan surat pernyataan hibah atau hak
guna pakai atau sewa minimal (5 tahun) serta diketahui oleh Kepala Desa
dan atau Kepala Dinas.
4. Memenuhi hak dan kewajiban sebagai berikut:
- 1958 -

a. Bersedia memanfaatkan dan mengelola Bangsal Pascapanen


Komoditas Hortikultura dan sarana pendukungnya (cabai dan bawang
merah) sesuai kapasitas kerja alat.
b. Bersedia merawat dan menjaga Bangsal Pascapanen Komoditas
Hortikultura dan sarana pendukungnya (cabai dan bawang merah)
yang sudah diberikan dan melakukan perawatan rutin.
c. Bersedia mengikuti semua kewajiban yang diberikan dan bertanggung
jawab dalam operasional Bangsal Pascapanen Komoditas Hortikultura
dan sarana pendukungnya (cabai dan bawang merah).
d. Penerima bantuan bersedia menyampaikan laporan mengenai
pelaksanaan kegiatan usahanya dan dilaporkan kepada Kepala Dinas
Pertanian kabupaten/kota, dan selanjutnya akan melaporkan secara
berjenjang ke provinsi dan pusat.
e. Penerima bantuan dibantu petugas lapangan bersedia
menandatangani dokumen terkait (BAST, Hibah dan lain sebagainya)
sesuai persyaratan administrasi yang diperlukan.
I. Pembangunan Nursery Tanaman Perkebunan
Kegiatan Pembangunan Nursery Tanaman Perkebunan yang dilengkapi
dengan sarana dan prasarananya adalah salah satu usaha dalam
membangun logistik benih tanaman perkebunan mengakselerasi penyediaan
benih unggul tanaman perkebunan khususnya untuk perkebunan rakyat di
kawasan pengembangan perkebunan, sehingga mudah diperoleh,
menghemat biaya distribusi dan meminimalkan risiko kerusakan benih
akibat pengiriman jarak jauh.
Secara fisik, nursery merupakan tempat atau areal untuk kegiatan
menumbuhkan dan membesarkan benih sampai benih tersebut mencapai
kriteria teknis masing-masing komoditi dan siap ditanam di lapangan.
Karena benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan budi daya
tanaman di tingkat petani adalah penggunaan benih bermutu dengan
kontribusi sekitar 40 – 60 % terhadap keberhasilan pertanaman. Saat ini
penggunaan benih bermutu di tingkat petani relatif rendah akibat
terbatasnya ketersediaan dan aksesibilitas terhadap benih unggul bermutu
di kawasan pengembangan. Sementara benih yang beredar di masyarakat
masih banyak yang belum bersertifikat dan berlabel. Penggunaan benih
unggul bermutu, serta didukung pemenuhan pelaksanaan sesuai standar
Good Agricultural Practices (GAP) mewujudkan peningkatan produktivitas
perkebunan rakyat.
Pembangunan nursery dan penyediaan sarana pendukungnya di wilayah
pengembangan tanaman perkebunan mencakup komponen dan kriterianya
sebagai berikut:
- 1959 -

1. Persiapan lahan dengan luas 10.000 m2 untuk bangunan utama, fasilitas


pendukung dan open area, dilengkapi dengan pagar keliling, baik
membuat pagar baru atau memperbaiki pagar yang sudah ada sesuai
dengan kebutuhan penyediaan sarana nursery tanaman perkebunan;
2. Pembangunan area pembenihan (persemaian benih) dengan luas minimal
2000 m2;
Bangunan untuk pembenihan/persemaian benih dengan rangka
menggunakan Rangka Baja Ringan Canal C75 harus standar SNI berasal
dari satu pabrik sehingga keseragaman dan kekuatan serta mutu dari
bahan tesebut dapat dijamin, atap menggunakan paranet 75%, dengan
instalasi pengairan/plumbing berupa sprinkle putar, dilengkapi jaringan
listrik sesuai kebutuhan;
3. Pembangunan area pembesaran (pembesaran benih) dengan luas
minimal 2000 m2;
Bangunan untuk pembesaran benih dengan rangka menggunakan
Rangka Baja Ringan Canal C75 harus standar SNI berasal dari satu
pabrik sehingga keseragaman dan kekuatan serta mutu dari bahan
tesebut dapat dijamin, atap menggunakan paranet 75%, dengan instalasi
pengairan/plumbing berupa sprinkle putar, dilengkapi jaringan listrik
sesuai kebutuhan.
4. Sumur dalam
Sumur dalam dilengkapi pompa dan instalasi, serta jaringan listrik
pendukung pompa dan instalasinya.
Pompa air dan perlengkapannya menggunakan jenis pompa sentrifugal
ataupun submersible, yang digerakkan dengan penggerak motor
diesel/bensin, motor listrik, tenaga surya, atau sumber energi yang lain;
Jika sudah tersedia sumber air atau sumur dalam anggaran dapat
dioptimalkan untuk pembangunan rumah pompa.
5. Jaringan irigasi dan air bersih dilengkapi dengan sarana penampungan
air dapat berupa reservoir/water tank/tandon air, dengan kapasitas
sesuai dengan kebutuhan operasional nursery;
6. Drainase
Serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi atau
membuang kelebihan air dari suatu kawasan agar tidak tergenang,
mencakup pemasangan pipa gorong-gorong, memiliki bak ckontrol,
drainasie system yang terbuka harus ditutup dari bahan yang tidak
mudah korosi, dan fasilitas drainase lainnya sesuai dengan spesifikasi
sesuai dengan hasil perencana.
7. Rumah produksi dan gudang, serta rumah genset dilengkapi dengan
jaringan listrik sesuai dengan kebutuhan operasional.
- 1960 -

8. Jalan lingkungan dan jalan produksi


Jalan lingkungan dan jalan produksi ditujukan untuk pengangkutan
sarana produksi di dalam, menuju dan dari area pembenihan/
pembesaran, memperlancar mobilitas alat dan mesin serta mengangkut
hasil produk benih menuju tempat pengumpulan sementara,
Pembangunan jalan produksi dan jalan lingkungan adalah pembuatan
badan jalan, penimbunan dan pemadatan dengan pasir batu atau
betonisasi, saluran drainase kanan dan kiri.
Penyediaan sarana pendukung nursery perkebunan, terdiri atas:
1. Kendaraan roda 3, sebagai sarana pengangkutan benih serta alat dan
bahan untuk operasional Nurseryi
2. Gerobak dorong (2 unit)
3. Knapsack sprayer
4. Hand tractor
5. Genset 25 kva
Apabila masih terdapat sisa alokasi anggaran dapat dioptimalkan
penggunaannya, antara lain untuk pemagaran dan instalasi listrik. Sumber
pendanaan lainnya melalui APBD dan/atau swadaya masyarakat dapat
digunakan untuk melengkapi sarana pendukung lainnya.
Kriteria lahan untuk Pembangunan Nursery Tanaman Perkebunan, sebagai
berikut:
1. diprioritaskan lokasi dalam kawasan perkebuan;
2. lahan dekat dengan sumber air dan diutamakan lahan dengan topografi
relatif datar;
3. bebas dari banjir dan genangan (drainase tanah baik);
4. akses jalan lancar dan dapat dilalui kendaraan roda 4 agar memudahkan
dalam produksi dan distribusi;
5. dalam kawasan pengembangan tanaman perkebunan;
6. bukan merupakan daerah endemik OPT utama komoditas yang akan
diproduksi benihnya; dan
7. diutamakan dekat dengan lokasi kebun sumber benih atau dalam
1 wilayah kabupaten/provinsi.
Dengan Ketentuan mengenai penyediaan lahan untuk pembangunan nursery
tanaman perkebunan dan sarana pendukungnya dapat berasal dari lahan
milik perorangan/lahan milik salah satu anggota gapoktan/lahan milik
gapoktan/ lahan desa/lahan pemda, dengan ketentuan:
- 1961 -

1. Lahan milik perorangan/milik salah satu anggota gapoktan/kelompok


tani yang sudah dihibahkan kepada gapoktan/kelompok tani yang
dinyatakan dengan surat pernyataan menghibahkan lahan, diketahui
Kepala Desa dan Kepala Dinas yang membidangi perkebunan, serta
diketahui/disahkan oleh Camat.
2. Lahan gapoktan/kelompok tani dibuktikan dengan surat kepemilikan
tanah atas nama gapoktan/kelompok tani. Selain itu, diperkuat dengan
surat pernyataan menyediakan lahan yang ditandatangani Ketua
gapoktan/kelompok tani, para saksi diketahui Kepala Desa dan Kepala
Dinas yang membidangi perkebunan, serta diketahui/disahkan oleh
Camat;
3. Lahan pemda harus mendapat izin secara tertulis dari Kepala Daerah dan
surat perjanjian, atas penggunaan lahan yang memuat jangka waktu
penggunaan lahan.
Penerima bantuan Pembangunan Nursery Tanaman Perkebunan harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Kelompok Tani/Gapoktan/Kelompok Masyarakat lainnya yang
mendukung pembangunan perkebunan diakui keabsahannya oleh
instansi yang berwenang serta diusulkan oleh Dinas Pertanian
Provinsi/ Kabupaten/ Kota dengan menyertakan Nomor Induk
Kependudukan (NIK)/Kartu Tanda Penduduk (KTP)
b. Penerima bantuan sanggup memanfaatkan bantuan sesuai
peruntukannya serta berkomitmen dan bersedia memanfaatkan,
mengelola serta mengoptimalkan bantuan, dan bertanggung jawab
dalam memanfaatkan dan memelihara bantuan yang diterimanya
c. Penerima bantuan bersedia menyampaikan laporan mengenai
pelaksanaan kegiatan produksi benih nya dan dilaporkan kepada
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, dan selanjutnya akan
melaporkan secara berjenjang ke Provinsi dan Pusat; dan
d. Penerima bantuan dibantu petugas lapangan bersedia membuat
laporan dan menandatangani dokumen terkait (BAST dan lain
sebagainya) sesuai persyaratan administrasi yang diperlukan.
- 1962 -

J. Prasarana Pengolahan Tanaman Perkebunan (Kopi dan Karet)


1. Kriteria Teknis Prasarana Pengolahan Tanaman Perkebunan:
a. Prasarana Pengolahan Tanaman Kopi
1) Solar Dryer
Solar Dryer Dome merupakan sistem pengeringan dengan
memanfaatkan tenaga surya, yang dapat mempersingkat waktu
pengeringan, tahan cuaca dan produk yang dikeringkan menjadi
lebih higienis. Solar dryer dome yang diusulkan minimal memiliki
spesifikasi teknis sebagai berikut:
a) Unit pengering
• Ukuran:
• Panjang : min 8 m
• Lebar : min 6 m
• Tinggi : min 3 m
• Bahan Polikarbonat, tebal min 6 mm, garansi 10 tahun
• Kapasitas: 300-400 kg (menyesuaikan bahan yang
dikeringkan)
b) Meja Pengering
• Ukuran:
• Panjang : min 6 m
• Lebar : min 0,9 m
• Tinggi : min 0,8 m
• Tray kawat : 100 x 100 cm
• Ukuran lubang saringan alas meja: 2-5 mm
• Jumlah meja 4 buah (4 lajur)
• Kapasitas tampung: 300 kg-400 kg (tergantung bahan baku
yang dikeringkan)
c) Solar Cell
• Daya 60 – 80 Watt
• Tegangan 18 V
• Arus listrik 3,44 A
d) Kipas/blower/exhaust fan
• Jumlah kipas, min 3
- 1963 -

• diameter kipas, min 172 mm


• Jumlah sudut 5 buah
• Dimensi sudut (60 x 36) mm2
• Kecepatan aliran udara min 34,9 m/s
e) Rangka
• Rangka utama
• Besi kotak (50 x 25) mm2
• Pipa besi : minimal 47 mm
• Pelat strip : minimal 45 mm
• Rangka meja pengering
• Besi kotak : ukuran (25 x 25) mm2
• Besi siku : ukuran (25 x 25) mm2
f) Lantai dasar/Pondasi untuk unit pengering
• Lantai beton : 900 x 700 x 10 cm
• Slope keliling : 800 x 600 x 10 cm
2) Bangunan UPH Kopi
Pengusulan Bangunan UPH Kopi harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a) Lahan yang digunakan untuk mendirikan bangunan UPH Kopi
merupakan lahan yang bebas sengketa, menggunakan
perjanjian pinjam pakai atau terdapat surat hibah dari pemilik
lahan;
b) Bangunan UPH Kopi merupakan olahan produk konsumsi
langsung sehingga bangunan yang didirikan harus memenuhi
kaidah-kaidah GMP;
c) Luas bangunan harus memadai sesuai dengan kapasitas, jenis
dan dimensi alat mesin;
d) Penataan ruang harus menjamin kelancaran sistem produksi,
kenyamanan seluruh karyawan, dan kemudahan
pergerakannya dengan fasilitas penerangan yang mencukupi
serta lingkungan kerja yang sehat;
e) Konstruksi lantai harus keras, padat, rapat, kedap air, dan
dibuat dari bahan yang tahan terhadap: air, garam, asam,
basa, serta bahan lain yang menjadi ciri khas bahan baku
produk;
- 1964 -

f) Permukaan lantai harus rata, mudah mengalirkan air, halus


tetapi tidak licin, mudah dibersihkan, dan menjamin
kemudahan pembasmian hama tikus, kecoa, dan lainnya;
g) Dinding luar bangunan UPH Kopi harus: halus, rata, berwarna
terang, tidak mudah terkelupas, tahan lama, mudah
dibersihkan, dan kedap air;
h) Atap bangunan harus dibuat dari bahan yang cukup kuat,
kedap air, penahan panas, tahan lama, tidak retak dan tidak
bocor. Tinggi atap minimum 3 m diatas lantai atau
disesuaikan dengan kebutuhan khusus proses pengolahan
bahan yang ada didalamnya, tanpa mengabaikan efektifitas
biaya bangunan;
i) Konstruksi langit-langit harus kokoh sebagai penahan panas
dan debu langsung dari atap, serta tahan lama, tidak retak
(berlubang) dan mudah dibersihkan;
j) Konstruksi pintu harus kokoh, dilengkapi dengan pegangan
sehingga mudah dibuka dan ditutup, serta mudah dikunci
demi keamanan barang yang dijaga dui dalamnya. Bahan
pintu harus kuat dan tahan lama, tidak berkarat, permukaan
halus, mudah dibersihkan;
k) Konstruksi jendela harus kokoh, dapat dibuka dan ditutup
untuk membantu sirkulasi udara bila dibutuhkan, berbahan
transparan sesuai fungsinya untuk melihat keluar ruang agar
dapat mengawasi dan mengendalikan kegiatan dan
mengantisipasi gangguan keamanan. Permukaan jendela
harus halus dan mudah dibersihkan. Luas dan penempatan
posisi jendela dapat menyesuaikan dengan konstruksi dinding
dan kebutuhan fungsi pengendalian kegiatan.
l) Konstuksi ventilasi harus kokoh dan mampu mengalirkan
udara agar terjamin pergantian udara dari luar kedalam
supaya tercipta kondisi ruangan yang tetap segar dan sehat.
Luas ventilasi dapat disesuaikan dengan volume ruang
sehingga terjamin pertukaran udaranya;
m) Pemasangan lampu harus kokoh dan aman serta sesuai
dengan persyaratan kuat cahaya yang ditetapkan. Penerangan
dan warna sinar lampu harus menyesuaikan kebutuhan
proses yang ada agar tidak mengganggu penentuan kualitas
produk (lampu untuk ruang proses tidak boleh merubah
warna produk); dan
- 1965 -

n) Gudang sebagai tempat penyimpanan sementara barang jadi


atau bahan baku harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
(1) Konstruksi harus kuat, aman dan cukup luas agar
mudah ditata, dibersihkan secara berkala, serta
menjamin sirkulasi udara yang memadai
(2) Gudang harus terjaga suhu dan kelembaban ruangnya
sesuai kebutuhan karakter bahan baku yang disimpan
(umumnya dijaga pada suhu 25 C dan RH 70%).
3) Prasarana Pengolahan Tanaman Karet
Pengusulan Bangunan UPH Karet harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
a) Lahan yang digunakan untuk mendirikan bangunan UPH
Karet merupakan lahan yang bebas sengketa, menggunakan
perjanjian pinjam pakai atau terdapat surat hibah dari pemilik
lahan.
b) Bangunan UPH Karet merupakan bangunan gudang
penyimpanan Bahan Olah Karet (BOKAR) sehingga harus
memenuhi kaidah-kaidah sebagai berikut:
(1) Konstruksi harus kuat, aman dan cukup luas agar
mudah ditata, dibersihkan secara berkala, serta
menjamin sirkulasi udara yang memadai;
(2) Gudang harus terjaga suhu dan kelembaban ruangnya
sesuai kebutuhan karakter bahan baku yang disimpan
(umumnya dijaga pada suhu 25 C dan RH 70%);
(3) Luas bangunan harus memadai sesuai dengan kapasitas
BOKAR yang dihasilkan oleh Kelompok/UPPB;
(4) Konstruksi lantai harus keras, padat, rapat, kedap air,
dan dibuat dari bahan yang tahan terhadap: air, garam,
asam, basa, serta bahan lain yang menjadi ciri khas
bahan baku produk;
(5) Permukaan lantai harus rata, mudah mengalirkan air,
halus tetapi tidak licin, mudah dibersihkan, dan
menjamin kemudahan pembasmian hama tikus, kecoa,
dan lainnya;
(6) Dinding luar bangunan UPH Karet harus: halus, rata,
berwarna terang, tidak mudah terkelupas, tahan lama,
mudah dibersihkan, dan kedap air;
- 1966 -

(7) Atap bangunan harus dibuat dari bahan yang cukup kuat,
kedap air, penahan panas, tahan lama, tidak retak dan
tidak bocor. Tinggi atap minimum 3 meter di atas lantai
atau disesuaikan dengan kebutuhan khusus proses
pengolahan bahan yang ada di dalamnya, tanpa
mengabaikan efektifitas biaya bangunan;
(8) Konstruksi langit-langit harus kokoh sebagai penahan
panas dan debu langsung dari atap, serta tahan lama,
tidak retak (berlubang) dan mudah dibersihkan;
(9) Konstruksi pintu harus kokoh, dilengkapi dengan
pegangan sehingga mudah dibuka dan ditutup, serta
mudah dikunci demi keamanan barang yang dijaga di
dalamnya. Bahan pintu harus kuat dan tahan lama, tidak
berkarat, permukaan halus, mudah dibersihkan;
(10) Konstruksi jendela harus kokoh, dapat dibuka dan
ditutup untuk membantu sirkulasi udara bila
dibutuhkan, berbahan transparan sesuai fungsinya
untuk melihat keluar ruang agar dapat mengawasi dan
mengendalikan kegiatan dan mengantisipasi gangguan
keamanan. Permukaan jendela harus halus dan mudah
dibersihkan. Luas dan penempatan posisi jendela dapat
menyesuaikan dengan konstruksi dinding dan kebutuhan
fungsi pengendalian kegiatan;
(11) Konstuksi ventilasi harus kokoh dan mampu mengalirkan
udara agar terjamin pergantian udara dari luar kedalam
supaya tercipta kondisi ruangan yang tetap segar dan
sehat. Luas ventilasi dapat disesuaikan dengan volume
ruang sehingga terjamin pertukaran udaranya; dan
(12) Pemasangan lampu harus kokoh dan aman serta sesuai
dengan persyaratan kuat cahaya yang ditetapkan.
Penerangan dan warna sinar lampu harus menyesuaikan
kebutuhan proses yang ada agar tidak mengganggu
penentuan kualitas produk (lampu untuk ruang proses
tidak boleh merubah warna produk).
2. Kriteria Lokasi Prasarana Pengolahan Tanaman Perkebunan
Kriteria lokasi penerima bantuan Prasarana Pengolahan Tanaman Kopi
harus mempertimbangkan hal-hal, sebagai berikut :
a. Diprioritaskan pada daerah kawasan kopi.
b. Mempertimbangkan komitmen yang kuat dalam mendukung program
peningkatan produksi, Nilai Tambah dan Daya Saing Produk
Perkebunan.
- 1967 -

c. Pada penerima bantuan Prasarana Pengolahan Tanaman Kopi, harus


memiliki lahan yang telah dihibahkan atau pinjam pakai sehingga
menghindari terjadinya sengketa lahan antar anggota kelompok tani
selama proses produksi pascapanen maupun pengolahan.
3. Kriteria Penerima Prasarana Pengolahan Tanaman Perkebunan
Penerima bantuan Prasarana Pengolahan Tanaman Karet harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Kelompok Tani/Gapoktan/Kelompok Masyarakat lainnya yang
mendukung pembangunan perkebunan diakui keabsahannya oleh
instansi yang berwenang;
b. Penerima bantuan sanggup menggunakan bantuan sesuai
peruntukannya serta berkomitmen untuk menjaga dan memelihara
aset, dan bersedia menangani kegiatan pengolahan secara terus
menerus;
c. Penerima bantuan diutamakan sudah memiliki jaringan pemasaran
dan atau bermitra dengan pelaku usaha dan atau petani
produsen/pemasok; dan
d. Penerima bantuan dibantu petugas lapangan bersedia membuat
laporan dan menandatangani dokumen terkait (BAST dan lain
sebagainya) sesuai persyaratan administrasi yang diperlukan.
5.1.2. Tata Cara Pelaksanaan Kegiatan
Penerima kegiatan DAK Fisik Bidang Pertanian berdasarkan kriteria/
persyaratan yang telah ditetapkan di dalam petunjuk teknis meliputi:
1. Dalam rangka meningkatkan kinerja penyediaan prasarana dan sarana
dasar fisik pertanian, maka anggaran DAK Fisik Bidang Pertanian agar
disinergikan dengan anggaran Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan di
Provinsi dan Tugas Pembantuan di kabupaten/kota serta sumber-sumber
pembiayaan lain.
2. Persyaratan penerima manfaat kegiatan DAK Fisik Bidang Pertanian di
kabupaten/kota adalah Kelompok Tani/Gapoktan/Perkumpulan Petani
Pemakai Air (P3A)/Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A)
yang berbentuk Badan, Lembaga dan Organisasi Masyarakat yang
berbadan Hukum Indonesia.
3. Dalam hal Kelompok Tani/Gapoktan/P3A/GP3A belum berbentuk
Organisasi Masyarakat yang Berbadan Hukum Indonesia yaitu yayasan
atau perkumpulan, maka dikelompokan sebagai badan/lembaga yang
bersifat nirlaba, sosial dan sukarela yang mekanisme penetapannya
melalui pengesahan atau penetapan oleh Kepala SKPD sesuai
kewenangannya.
- 1968 -

4. Kriteria dan persyaratan penerima manfaat pada Kelompok


Tani/Gapoktan/P3A/GP3A yaitu:
a. tergabung dalam wadah kelompok tani/gapoktan/P3A/GP3A yang
mengusahakan kegiatan pertanian dan memiliki pengurus yang aktif;
dan
b. Kelompok tani/gapoktan/P3A/GP3A yang memiliki semangat
partisipatif.
Kriteria usulan Pemerintah Daerah untuk DAK Fisik Bidang Pertanian adalah
sebagai berikut:
5.1.2.2 Kriteria Umum
Kesiapan daerah:
1. Term of Reference dan Rencana Anggaran dan Biaya.
2. Readiness criteria per menu.
5.1.2.3 Kriteria Teknis Provinsi
1. Status Lahan Clean and Clear.
2. SID (Survei, Investigasi dan Desain).
3. SK kelembagaan UPTD/Balai.
5.1.2.4 Kriteria Teknis Kabupaten/Kota
1. Status Lahan Clean and Clear.
2. SID (Survei, Investigasi dan Desain).
3. Rencana Usulan Kegiatan Kelompok (RUKK).
4. SK penetapan lokasi/penerima manfaat.
5. SK kelembagaan UPTD/Balai
5.1.3. Mekanisme Pengelolaan Keuangan
Mekanisme pengelolaan (perencanaan, penganggaran, pelaksanaan
penatausahaan, pertanggungjawaban dan pelaporan) keuangan DAK Fisik
Bidang Pertanian oleh Pemerintah Daerah berpedoman pada peraturan
perundang-undangan yang mengatur pengelolaan keuangan daerah beserta
aturan pelaksanaannya.
Metode pengadaan kegiatan DAK fisik Bidang Pertanian untuk kegiatan
Pembangunan/Rehabilitasi Sumber-Sumber Air dan Pembangunan Jalan
Pertanian melalui pengadaan swakelola padat karya sedangkan pengadaan
kegiatan lainnya dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan mengenai Pengadaan Barang dan Jasa.
- 1969 -

5.1.4. Penilaian Kinerja Pelaksanaan Kegiatan


1. Kepala Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota menyusun laporan pelaksanaan
DAK Fisik Bidang Pertanian yang terdiri atas laporan:
a. realisasi penyerapan dana;
b. capaian keluaran kegiatan;
c. pelaksanaan teknis kegiatan; dan
d. capaian hasil jangka pendek.
2. Kepala Dinas lingkup Pertanian Provinsi/Kabupaten/Kota wajib
menyampaikan laporan semester dan tahunan mengenai realisasi kinerja
fisik dan realisasi keuangan pelaksanaan DAK Fisik Bidang Pertanian
melalui aplikasi aplikasi pelaporan Kementerian yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang Pertanian.
Kinerja pelaksanaan teknis merupakan hasil pelaksanaan DAK Fisik Bidang
Pertanian yang sesuai dengan spesifikasi teknis dan peraturan perundangan
yang berlaku.
5.1.5. Capaian Hasil Jangka Pendek
Batas waktu penyampaian capaian jangka pendek (immediate outcome) dari DAK
Fisik Bidang Pertanian adalah bulan Juni tahun anggaran berikutnya serta
disampaikan melalui sistem informasi perencanaan dan penganggaran yang
terintegrasi.

Bidang/ Menu/Rincian Indikator Sasaran Indikator/


Cara Perhitungan
Subbidang Kegiatan Capaian Penerima Manfaat*
Pertanian Pembangunan/ Peningkatan Kelompok Tani Perhitungan:
Rehabilitasi luasan lahan (Poktan), Luasan lahan yg diairi =
sumber-sumber air pertanian Gabungan Jumlah luas lahan yang
a. Pembangunan yang terairi Kelompok Tani terairi dikali dengan
Irigasi Air Tanah (Gapoktan), jumlah unit yang
Dangkal Perkumpulan dilaksanakan.
Tanaman Petani Pemakai Air
Pangan (P3A) dan/atau
b. Pembangunan Gabungan
Irigasi Air Tanah Perkumpulan
Dangkal Petani Pemakai Air
Hortikultura (GP3A)
c. Pembangunan
Irigasi Air Tanah
Dangkal
Perkebunan
d. Pembangunan
Irigasi Air Tanah
- 1970 -

Bidang/ Menu/Rincian Indikator Sasaran Indikator/


Cara Perhitungan
Subbidang Kegiatan Capaian Penerima Manfaat*
Dangkal
Peternakan
e. Pembangunan
Irigasi Air Tanah
Dalam Tanaman
Pangan
f. Pembangunan
Irigasi Air Tanah
Dalam
Hortikultura
g. Pembangunan
Irigasi Air Tanah
Dalam
Perkebunan
h. Pembangunan
Irigasi Air Tanah
Dalam
Peternakan
i. Pembangunan/
Rehabilitasi
bangunan
pelengkap irigasi
j. Pembangunan/
Rehabilitasi
Damparit
Pertanian Pembangunan Peningkatan Kelompok Tani/ Perhitungan:
Jalan Pertanian luasan lahan Gabungan Luasan lahan pertanian
a. Pembangunan pertanian Kelompok Tani yang terfasilitasi =
Jalan Usaha yang
Tani difasilitasi Jumlah lahan pertanian
Hortikultura jalan yang difasilitasi jalan
b. Pembangunan pertanian pertanian dari jumlah
Jalan Produksi unit yang dilaksanakan
Perkebunan
c. Pembangunan
Jalan Produksi
Peternakan
Pertanian Pembangunan
Screen House
Modern
Pengembangan
Hortikultura
- 1971 -

Bidang/ Menu/Rincian Indikator Sasaran Indikator/


Cara Perhitungan
Subbidang Kegiatan Capaian Penerima Manfaat*
a. Pembangunan
a. Produksi Kelompok Jumlah produksi
Screen House
Sayuran Tani/Gapoktan/Ke Sayuran daun per tahun
Modern
daun lompok Wanita per unit screen house =
Pengembangan
Tani/ dan atau
Hortikultura Total produksi Sayuran
kelompok
komoditas daun yang dihasilkan per
masyarakat
sayuran tahun di setiap unit
lainnya
screen house yang
difasilitasi

b. Produksi Kelompok Tani/ Jumlah produksi


Sayuran Gapoktan/ Sayuran buah per tahun
buah Kelompok Wanita per unit screen house =
Tani/ dan atau
kelompok Total produksi Sayuran
masyarakat buah yang dihasilkan per
lainnya tahun di setiap unit
screen house yang
difasilitasi
b. Pembangunan Produksi Kelompok Tani
- Total produksi Melon
Screen House Buah (Poktan), Ga-
yang dihasilkan per
Modern bungan Kelompok
musim tanam di setiap
Pengembangan Tani (Gapoktan),
unit screen house yang
Hortikultura Kelompok sosial
difasilitasi (400 pohon)
komoditas Buah masyarakat yang
memenuhi syarat/ - Total produksi Anggur
layak dan memiliki yang dihasilkan per
keabsahan dari tahun di setiap unit
instansi yang screen house yang
berwenang difasilitasi (30 pohon)

- Total produksi Stroberi


yang dihasilkan per
tahun di setiap unit
screen house yang
difasilitasi (5.000 pohon)
Pertanian Pembangunan Unit Kelompok Tani/
Olahan Pakan Gapoktan
Ternak
a. Pembangunan Jumlah Perhitungan:
Olahan Pakan produksi Laporan data produksi
Konsentrat pakan pakan konsentrat
Unggas unggas =
- 1972 -

Bidang/ Menu/Rincian Indikator Sasaran Indikator/


Cara Perhitungan
Subbidang Kegiatan Capaian Penerima Manfaat*
konsentrat Jumlah ton pakan
unggas konsentrat unggas yang
diproduksi setiap unit
kelompok per bulan x
jumlah unit kelompok
pengolah pakan
konsentrat unggas
sebagai penerima
manfaat
b. Pembangunan Jumlah Perhitungan:
Olahan Pakan produksi Laporan data produksi
Konsentrat pakan pakan konsentrat
Ruminansia konsentrat ruminansia = Jumlah
ruminansia ton pakan konsentrat
ruminansia yang
diproduksi setiap unit
kelompok per bulan x
jumlah unit kelompok
pengolah pakan
konsentrat ruminansia
sebagai penerima
manfaat
c. Pembangunan Jumlah Perhitungan:
Olahan Pakan produksi Laporan data produksi
Silase pakan silase pakan silase = Jumlah
ton pakan silase yang
diproduksi setiap unit
kelompok per bulan x
jumlah unit kelompok
pengolah pakan silase
sebagai penerima
manfaat
d. Pembangunan Jumlah Perhitungan:
Olahan Pakan produksi Laporan data produksi
Konsentrat Babi pakan pakan konsentrat babi =
konsentrat Jumlah ton pakan
babi konsentrat ruminansia
yang diproduksi setiap
unit kelompok per bulan
x jumlah unit kelompok
pengolah pakan
konsentrat ruminansia
sebagai penerima
manfaat
- 1973 -

Bidang/ Menu/Rincian Indikator Sasaran Indikator/


Cara Perhitungan
Subbidang Kegiatan Capaian Penerima Manfaat*
Pertanian Renovasi RPH-
Ruminansia dan
Unggas serta
Penyediaan Sarana
Pendukungnya
a. Renovasi RPH- Jumlah Dinas lingkup Jumlah pemotongan
Ruminansia dan pemotongan Pertanian hewan per hari di
Penyediaan ternak kabupaten/ kota Rumah Potong Hewan
Sarana ruminansia penerima manfaat
Pendukungnya
b. Renovasi RPH- Jumlah Dinas Pertanian
Unggas dan pemotongan Lingkup
Penyediaan ternak Pertanian
Sarana unggas Kabupaten/ Kota
Pendukungnya
Pertanian Sarana Data dan Jumlah Lembaga Perhitungan:
Informasi Balai layanan data penyelenggara Rata-rata layanan per
Penyuluhan pertanian penyuluhan bulan
Pertanian yang diinput pertanian di
atau kecamatan/Balai
dimutakhir Penyuluhan
kan oleh Pertanian (BPP)
Balai
Penyuluhan
Pertanian
dalam
Laporan
Utama
Kementerian
Pertanian
Pertanian Fasilitasi Jumlah Gapoktan/ Poktan Banyaknya produksi
Revitalisasi RMU produksi beras yang
dan Prasarana beras yang dihasilkan dari
Pendukungnya dihasilkan revitalisasi RMU dan
dari prasarana
revitalisasi pendukungnya per
RMU dan musim tanam
prasarana
pendukungn
ya
Pertanian Bangsal
Pascapanen
Komoditas
Hortikultura dan
- 1974 -

Bidang/ Menu/Rincian Indikator Sasaran Indikator/


Cara Perhitungan
Subbidang Kegiatan Capaian Penerima Manfaat*
sarana
pendukungnya
(cabai dan bawang
merah)
pelaku usaha
a. Bangsal Kapasitas Jumlah penyimpanan
hortikultura dari
Pascapanen penyimpana cabai per tahun per unit
hulu sampai hilir
Komoditas n bangsal bangsal pascapanen
(kelompok tani/
Cabai dan pascapanen komoditas cabai =
gapoktan dibawah
Sarana komoditas
koordinasi total cabai yang
Pendukungnya cabai
champion) disimpan per tahun di
setiap unit bangsal
pascapanen yang
difasilitasi
pelaku usaha Jumlah penyimpanan
b. Bangsal Kapasitas
hortikultura dari bawang merah per tahun
Pascapanen penyimpana
hulu sampai hilir per unit bangsal
Komoditas n bangsal
(kelompok tani/ pascapanen komoditas
Bawang Merah pascapanen
gapoktan/ bawang merah =
dan Sarana komoditas
dibawah total bawang merah yang
Pendukungnya bawang
koordinasi disimpan per tahun di
merah
champion) setiap unit bangsal
pascapanen yang
difasilitasi
Nursery Tanaman Gapoktan/ Poktan Pemerintah daerah
Perkebunan menyiapkan data
dukung:
a. Pembangunan Jumlah
• Data penerima
Nursery benih
manfaat (nama
Tanaman tanaman
poktan/gapoktan/gap
Perkebunan perkebunan
oktan bersama, nama
siap salur
ketua, titik koordinat);
yang
dihasilkan • Foto open camera
bangunan dan
sarananya dapat
beroperasional
b. Penyediaan Jumlah • Foto open camera
sarana nursery benih pemanfaatan
tanaman tanaman bangunan nursery
perkebunan perkebunan saat persemaian dan
siap salur pembesaran benih
yang
dihasilkan Perhitungan:
- 1975 -

Bidang/ Menu/Rincian Indikator Sasaran Indikator/


Cara Perhitungan
Subbidang Kegiatan Capaian Penerima Manfaat*
Kapasitas 1000 m2 area
pembesaran :

- Kelapa: 10.000 btg


tanpa polybag atau
4.000 polibag
- Kopi/Kakao/Vanili:
20.000 polibag
- Lada/pala/cengkeh:
50.000 polibag

Prasarana Gapoktan/ Poktan Pemerintah daerah


pengolahan menyiapkan data
tanaman dukung:
perkebunan (Kopi
dan karet) • Data penerima
manfaat (nama
a. Prasarana Jumlah Biji poktan/gapoktan/gap
Pascapanen dan Kopi Kering oktan bersama, nama
Pengolahan Kopi yang ketua, titik koordinat)
dihasilkan • Foto open camera
(green prasarana pascapanen
bean/biji dan pengolahan
tanduk) tanaman perkebunan
• Data serta foto open
Jumlah biji camera biji kopi kering
kopi/produk dari pemanfaatan
olahan kopi Solar Dryer.
yang dapat • Data serta foto open
terselamat- camera produk olahan
kan karena kopi yang tersimpan
tersimpan dengan baik.
dengan baik. • Data serta foto open
camera bahan olah
karet rakyat (bokar)
b. Prasarana Jumlah yang tersimpan
Pengolahan Bahan Olah dengan baik.
Karet Karet Rakyat
(Bokar) yang Perhitungan:
dapat
terselamat- - 1 Unit solar dryer kopi
kan karena = menghasilkan 900
tersimpan kg biji kering kopi
dengan baik - 1 Unit bangunan UPH
kopi = 10 ton
- 1976 -

Bidang/ Menu/Rincian Indikator Sasaran Indikator/


Cara Perhitungan
Subbidang Kegiatan Capaian Penerima Manfaat*
kapasitas simpan biji
kopi (greenbean)
- 1 Unit bangunan UPH
karet = 36 ton
kapasitas simpan
bahan olah karet
rakyat (bokar)

Pertanian/ Renovasi UPTD/Balai


Kawasan UPTD/Balai Perbenihan
Sentra Perbenihan Tanaman Pangan
Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura
Pangan dan Hortikultura Provinsi
serta sarana
pendukungnya
a. Renovasi Balai Jumlah
• 1 UPTD menghasilkan
Benih produksi
3 ton/ha/ musim
Tanaman benih
tanam produksi benih
Pangan dan sumber
sumber padi kelas
Hortikultura kelas Benih
Benih Dasar (BD) dan
b. Pembangunan Dasar (BD)
Benih Pokok (BP) di
Sumber- dan Benih
balai benih Provinsi
Sumber Air Pokok (BP)
c. Renovasi di balai Contoh pada luasan
Lantai Jemur/ benih lahan yang diusulkan
UV Dryer/Box Provinsi perbanyakan benih
Dryer sesuai sumber kelas BP
d. Sarana Alat usulan seluas 5 hektar:
Mesin Produksi perbanyak- 5 ha x 3 ton= 15 ton
dan an benih
Processing/ sumber • 1 UPTD menghasilkan
Pengemasan 1 ton/ha/ musim
Benih/Pengang tanam produksi benih
kut Benih serta sumber palawija kelas
sarana Benih Dasar (BD) dan
pendukung Benih Pokok (BP) di
Balai Benih balai benih Provinsi
e. Penyediaan (jagung/kedelai)
Kelengkapan
Contoh pada luasan
Laboratorium
lahan yang diusulkan
Kultur
perbanyakan benih
Jaringan Balai
sumber kelas BP
Benih
seluas 5 hektar:
f. Jalan Produksi
5 ha x 1 ton= 5 ton
lingkup BBI
- 1977 -

Bidang/ Menu/Rincian Indikator Sasaran Indikator/


Cara Perhitungan
Subbidang Kegiatan Capaian Penerima Manfaat*
(Jalan
Produksi/jalan • 1 UPTD menghasilkan
usaha tani, 1000 botol kultur
jalan jaringan benih
lingkungan anggrek, kentang dan
lingkup BBI) pisang di balai benih
Provinsi
• 1 UPTD menghasilkan
10.000 batang
produksi benih
sumber tanaman buah
Pertanian/ Pembangunan/ UPTD/balai
Kawasan renovasi Pengawasan
Sentra UPTD/Balai sertifikasi benih
Produksi Pengawasan tanaman dan
Pangan Sertifikasi Benih hortikultura
Tanaman Pangan (BPSB-TPH)
dan Hortikultura Provinsi
(BPSB-TPH) dan
sarana
pendukungnya
Penghitungannya:
a. Ruang Jumlah
1 UPTD menghasilkan
Penilaian produksi
jumlah produksi benih
Varietas, ruang benih TPH
bersertifikat yang
informasi dan yang
diajukan para
promosi/kolek tersertifikasi
produsen benih pada
si Varietas sesuai
wilayah setempat per
dengan
musim tanam
b. Ruang permohonan
- Contoh pada luasan
sertifikasi sertifikasi
lahan yang diusulkan
benih benih dari
sertifikasi oleh para
produsen
produsen benih di
c. Ruang benih TPH
Prov. Riau untuk padi
Sertifikasi inbrida seluas 100
Benih (Ruang hektar menghasilkan:
Pelayanan 100 ha x 3 ton = 300
produsen ton benih bersertifikat
benih, Ruang padi
sertifikasi)
- Pada luasan lahan
d. Ruang yang diusulkan
Pengawasan sertifikasi oleh para
Pemasaran/
- 1978 -

Bidang/ Menu/Rincian Indikator Sasaran Indikator/


Cara Perhitungan
Subbidang Kegiatan Capaian Penerima Manfaat*
peredaran produsen benih
benih palawija (kedelai)
seluas 50 hektar
e. Ruang menghasilkan: 50 ha x
Laboratorium 1 ton = 50 ton benih
Benih bersertifikat kedelai

f. Green House/
Screen House

g. Ruang
Penyimpanan
Sampel

h. Penyediaan
Sarana
Pengairan

i. Penyediaan
Peralatan
Laboratorium

Anda mungkin juga menyukai