Selain tentang luasan lahan, mutu dan produktivitas pertanian tentu tidak
terlepas dari infrastruktur produksi seperti air, listrik, jalan, dan telekomunikasi,
serta sarana prasarana pendukung lainnya. Untuk itu dibutuhkan koordinasi
antar K/L terkait untuk penyediaan infrastruktur yang memadai bagi kawasan
food estate.
Untuk itu pada Tahun Anggaran 2021 dalam rangka mewujudkan ketahanan
pangan, akan diselenggarakan Kegiatan Penyusunan Rencana Induk dan
Program Jangka Menengah Pengembangan Infrastruktur PUPR Untuk
Mendukung Kawasan Food Estate Kalimantan Tengah.
3. Sasaran
Sasaran dari kegiatan ini antara lain:
a. Terpadunya perencanaan dan pembangunan infrastruktur PUPR dengan
pengembangan kawasan baik antardaerah, antarsektor maupun antartingkat
pemerintahan pada kawasan Food Estate di Kalimantan Tengah;
b. Tersusunnya dokumen rencana sebagai acuan bagi keterpaduan
perencanaan dan pemograman pengembangan infastruktur PUPR untuk
mendukung kawasan Food Estate di Kalimantan Tengah;
c. Tersusunnya laporan keterpaduan jangka menengah pengembangan
infrastruktur PUPR pada kawasan Food Estate di Kalimantan Tengah;
d. Tersusunnya dokumen arahan pembangunan infrastruktur PUPR yang
menggunakan prinsip berkelanjutan yang memperhatikan daya dukung dan
daya tampung lingkungan serta dampak terhadap perubahan iklim, responsif
gender dan estetis, infrastruktur PUPR dan kawasan yang berketahanan
bencana, dan lain-lain;
e. Tersusunnya matriks perencanaan jangka menengah untuk pengembangan
infratsruktur PUPR, indikasi program tahunan termasuk penjelasan persiapan
dan penyelesaian kriteria kesiapannya;
f. Terhimpunnya data sebagai baseline data melalui survei primer dan
sekunder;
g. Terselenggaranya fasilitasi dan sosialisasi untuk meningkatkan pemahaman
pemangku kepentingan;
h. Terlaksananya analisis data dan informasi berdasarkan metode sesuai
dengan standar atau ketentuan pelaksanaan analisis;
i. Terselenggaranya koordinasi antarsektor melalui diskusi, FGD, workshop,
dan survei; dan
j. Terselenggaranya pemutahiran data dan informasi terkait infrastruktur
PUPR, isu strategis, serta perkembangan kawasan terkait.
4. LOKASI PEKERJAAN
Lokasi kegiatan ini dilakukan di lakukan di Pulau Kalimantan dan Pulau
Sumatera.
5. SUMBER PENDANAAN
Pekerjaan ini dibiayai dari sumber pendanaan: Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar
lima ratus juta rupiah) termasuk PPN yang berasal dari APBN Tahun Anggaran
2021.
7. DATA DASAR
a) RPJP, RPJMN, RENSTRA Kementerian PUPR, RPJMD;
b) RTRWN, RTR Pulau, RTRW Provinsi, RTRW Kabupaten/Kota;
c) RZ KSNT, RZWP3K, dan RTR Kawasan Perbatasan Aceh-Sumut;
d) Pola Pengelolaan Sumber Daya Air, Rencana Umum Jaringan Jalan,
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah (RPIJM), Rencana
Pengembangan dan Pembangunan Perumahan dan Kawasan Permukiman
(RP3KP);
e) SSK, RI-SPAM;
f) Rencana Induk K/L lainnya; dan
g) Lain-lain
8. STANDAR TEKNIS
▪ Standar Teknis: Norma standar pedoman dan kriteria yang dikeluarkan oleh
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat serta instansi lain
yang terkait.
▪ Klasifikasi Ijin Usaha: Perencana dan Perancang Perkotaan (PR-101); Jasa
Perencana Wilayah (PR-102); Jasa Perencana dan Perancang Lingkungan
Bangunan dan Lansekap (PR-103); atau Jasa Survei Pembuatan Peta
(SP304).
9. STUDI-STUDI TERDAHULU
▪ Rencana Induk Pengembangan Infrastruktur PUPR Pulau Kalimantan
▪ Profil Pengembangan Wilayah Pulau Kalimantan
C. Metodologi
Metodologi penyusunan dokumen Rencana Induk dan Program Jangka
Menengah Pengembangan Infrastruktur PUPR Untuk Mendukung Kawasan
Food Estate Kalimantan Tengah meliputi:
▪ Penyusunan Profil Kawasan: Penyiapan profil kawasan termasuk di
dalamnya tahapan yang terdiri atas persiapan, survei, pengolahan data, dan
kompilasi data yang meliputi kegiatan antara lain penyusunan buku profil dan
penyajian peta yang komunikatif. Profil kawasan menggambarkan dan
menjelaskan kondisi eksisting pada kawasan food estate dan wilayah
pengaruhnya yang diperoleh dari input, yang minimal terdiri dari:
i. Analisis Kelembagaan;
ii. Analisis regulasi;
iii. Analisis Posisi Geografis dan Peran dalam Wilayah Regional;
iv. Analisis wilayah pengaruh dari pengembangan Kawasan;
v. Analisis Kondisi Fisik;
vi. Analisis Kondisi Daya Dukung dan Daya Tampung Kawasan dan
Lingkungan;
vii. Analisis Kondisi Kebencanaan;
viii. Analisis Kependudukan dan tenaga kerja;
ix. Analisis Sosial dan Ekonomi Kawasan;
x. Analisis Dukungan Ekosistem Kawasan;
xi. Analisis Rantai Pasok;
xii. Analisis Kondisi Kinerja Infrastruktur Eksiting dan gap terhadap standar
pelayanan minimal; dan
xiii. Analisis cakupan wilayah yang terdiri dari kawasan inti, penyangga, dan
pengaruh.
▪ Merencanakan kondisi kawasan yang diinginkan pada 5 tahun ke depan,
yang mencakup simpul produksi, kawasan investasi, kawasan permukiman,
kapasitas kependudukan, kebutuhan infrastruktur PUPR dan non-PUPR,
serta gambaran tata ruang kawasan yang diinginkan. Penyusunan
perencanaan kawasan ini dilakukan minimal dengan memperhatikan
kebijakan yang ada, isu strategis, agenda nasional dan internasional (misal
SDG’s, dll), kebutuhan pengembangan kawasan, perkembangan teknologi.
Proses penyusunan ultimate kawasan strategis didukung dengan analisis,
yang minimal terdiri dari:
i. Konvergensi kebijakan, rencana, dan program mendukung kawasan
food estate serta direktif presiden;
ii. Analisis spasial berupa arahan rencana tata ruang dan daya dukung
dan daya tampung kawasan;
iii. Analisis isu strategis pengembangan infrastruktur mendukung
pengembangan infrastruktur mendukung kawasan food estate;
dilanjutkan dengan analisis gap existing vs expected condition;
iv. Analisis dukungan regional dan pengembangan;
v. Analisis Skenario Pengembangan berdasarkan berbagai alternatif
perkembangan Kawasan Food Estate;
vi. Analisis proyeksi dan dampak pengembangan kawasan dengan Model
GIS; dan
vii. Penyusunan peta Ultimate untuk sektor PUPR dan non-PUPR.
▪ Penyusunan strategi pengembangan kawasan dan strategi pengembangan
infrastruktur PUPR termasuk di dalamnya tahapan yang terdiri atas
penyusunan skenario pengembangan wilayah. Dalam menyusun strategi
pengembangan kawasan dan strategi pengembangan infrastruktur PUPR
perlu dilaksanakan analisis, yang minimal terdiri dari:
i. Penjabaran Kawasan pada 5 tahun kedepan melalui penyusunan
kebijakan dan strategi pembangunan infrastruktur PUPR berdasarkan
arah pengembangan;
ii. Analisis penciptaan nilai dan daya ungkit dari pembangunan
infrastruktur PUPR;
iii. Analisis keterpaduan infrastruktur PUPR (antarsektor/antarbidang,
antartingkat pemerintahan) dengan pengembangan Kawasan Food
Estate dan wilayah pengaruhnya
▪ Penyusunan Rencana Strategis Infrastruktur kawasan (RSI) merupakan
strategi pemenuhan infrastruktur, yang mencakup rencana konektivitas
antarkawasan, dukungan terhadap kawasan strategis, dukungan terhadap
hinterland, keterpaduan infrastruktur PUPR dan non-PUPR dengan sektor
dan daerah, serta rencana peningkatan kualitas permukiman;
▪ Penyusunan Program Jangka Menengah Infrastruktur PUPR (5 tahunan),
dan penjabaran dalam program tahunan, serta prioritisasi program, yang di
dalamnya tahapan yang terdiri atas: 1) perumusan program infrastruktur
PUPR, yang telah mempertimbangkan “readiness criteria”; dan 2) identifikasi
program sektor strategis infrastruktur PUPR dan non-PUPR, daerah, dan
dunia usaha agar terjalin keterpaduan dengan program infrastruktur PUPR.
Dalam menyusun rencana pembangunan jangka menengah infrastruktur
PUPR di kawasan Strategis perlu dilaksanakan analisis, yang minimal terdiri
dari:
i. Identifikasi ketersediaan dan kebutuhan “readiness criteria” untuk
masing-masing kegiatan;
ii. Analisis program prioritas pembangunan infrastruktur;
iii. Analisis kelayakan ekonomi dan finansial;
iv. Analisis kebutuhan dan sumber pembiayaan
v. Analisis mekanisme pembiayaan melalui KPBU;
vi. Analisis Kelembagaan;
vii. Menentukan indikator ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan untuk
mengukur outcome dan impact pembangunan infrastruktur PUPR di
dalam lingkup kawasan;
viii. Analisis outcome dan impact pembangunan infrastruktur PUPR di
dalam lingkup kawasan;
ix. Penyusunan peta program infrastruktur sektor SDA, BM, CK, dan PnP
jangka menengah, dan program per tahun.
▪ Penyusunan proses bisnis pengembangan keterpaduan infrastruktur PUPR
dan non-PUPR, konsep pengembangan dan kelembagaan, proses bisnis
pelaksanaan pembangunan infrastruktur PUPR;
▪ Penyusunan rencana pengelolaan dan pengendalian keterpaduan program
termasuk di dalamnya tahapan yang terdiri atas perumusan peraturan dan
lembaga pengelola pelaksana program di kawasan strategis dan area
inkubasi; dan penyepakatan Rencana Pengembangan Infastruktur PUPR
dan non-PUPR mendukung Kawasan Food Estate Kalimantan Tengah dan
Wilayah Pengaruhnya oleh pemangku kepentingan. Rencana aksi ini
disusun untuk menjamin keberlangsungan pengelolaan dan efektivitas
program infrastruktur wilayah bagi perkembangan ekonomi di wilayah
strategis yang memuat analisis, yang minimal terdiri dari:
i. Analisis Stakeholder;
ii. Analisis Kerangka Regulasi dan Kerangka Kelembagaan; dan
iii. Analisis Pola Penyelenggaraan dan Pembiyaan.
▪ Penyusunan Peta Rencana Pengembangan Kawasan dan Peta Program
yang menunjukkan keterpaduan program infrastruktur PUPR dengan skala
minimal 1:50.000;
▪ Penyusunan konsep Peta Tematik.
12. KELUARAN
Keluaran sesuai dengan lingkup pekerjaan sekurang-kurangnya meliputi:
e. Buku Rencana Induk dan PJM Kawasan Food Estate Kalimantan Tengah;
▪ Lembar Pengesahan;
▪ Lokasi Proyek;
▪ Jadwal Pelaporan;
▪ Progress Kerja;
▪ Cash flow.
b. Laporan-laporan:
▪ Laporan pendahuluan;
▪ Laporan bulanan;
▪ Laporan antara;
▪ Laporan akhir.
d. Laporan Prosiding
e. Policy Brief
Laporan ini berisikan mengenai Rencana Induk dan PJM Kawasan Food
Estate Kalimantan Tengah. Laporan ini dikumpulkan selambatnya pada
bulan ke-8 setelah SPMK dan diserahkan sebanyak 5 (lima) rangkap.
f. Executive Summary
Semua materi dan produk pelaporan yang merupakan bagian dari kegiatan
Penyusunan Rencana Induk dan PJM Kawasan Food Estate Kalimantan
Tengah dikumpulkan dalam format softcopy dalam bentuk hardisk eksternal
sebanyak 2 (dua) buah).
19. PELAPORAN
RENCANA MUTU KONTRAK
Laporan Rencana Mutu Kontrak memuat: lembar pengesahan, kebijakan mutu
dan sasaran mutu kegiatan/pekerjaan, informasi pekerjaan, penjelasan lingkup
pekerjaan, lokasi pekerjaan, pihak-pihak yang terlibat, struktur organisasi,
tugas, tanggung jawab, dan wewenang, metode kerja pelaksanaan, jadwal
pelaksanaan pekerjaan, jadwal dan uraian tugas tenaga kerja, jadwal
pelaporan, dan progres kerja. Laporan ini harus diserahkan selambat-
lambatnya 14 (empat belas) hari kalender setelah ditandatangani kontrak.
Laporan ini akan diserahkan 5 (lima) rangkap untuk Kepala Satuan Kerja,
Inspektorat Jenderal, PPK, Tim Teknis dan Arsip dalam rangka pemeriksaan
APIP dan Auditor Eksternal.
LAPORAN PENDAHULUAN
Laporan Pendahuluan adalah laporan yang berisi dasar pemikiran kajian
termasuk latar belakang, rumusan permasalahan, kerangka pemikiran,
metodologi pengolahan data serta jadwal dan rencana pelaksanaan pekerjaan.
Laporan ini diserahkan sejumlah 5 (lima) rangkap dan diserahkan paling lambat
1 (satu) bulan sejak dikeluarkannya SPMK beserta soft filenya ditargetkan
untuk Kepala Satuan Kerja, Inspektorat Jenderal, PPK, Tim Teknis dan Arsip.
Laporan Pendahuluan dibahas dalam suatu forum pembahasan dengan Tim
Teknis.
LAPORAN BULANAN
Laporan ini menjelaskan proses dan capaian pelaksanaan uraian kegiatan di
setiap bulan waktu pelaksanaan kegiatan termasuk kajian dan identifikasi,
permasalahan dan potensi, lokasi, kebijakan dan strategi serta program sektor-
sektor terkait. Laporan diserahkan selambat-lambatnya pada minggu pertama
bulan berjalan dan dibuat rangkap 3 (tiga) dengan softcopy-nya.
LAPORAN ANTARA
Laporan Antara memuat hasil sementara pelaksanaan kegiatan termasuk di
dalamnya:
▪ Data-data terseleksi;
▪ Analisis terpilih;
Laporan Draft Akhir diserahkan paling lambat 7 (tujuh) bulan setelah SPMK,
dibuat sebanyak 5 (lima) rangkap ditargetkan untuk Kepala Satuan Kerja,
Inspektorat Jenderal, PPK, Tim Teknis dan Arsip serta softcopy-nya
LAPORAN AKHIR
Laporan Akhir menjelaskan hasil pelaksanaan kegiatan ini, mulai dari
persiapan sampai dengan selesainya pelaksanaan kegiatan. Hasil kegiatan
yang telah final dan sudah melalui tahapan diskusi dengan tim teknis serta telah
mendapatkan masukan, diserahkan setelah perbaikan dan penyempurnaan
dari laporan draft akhir
PROSIDING
Prosiding sebanyak 5 (lima) buku diserahkan paling lambat 8 bulan kalender
setelah SPMK ditandatangani. Laporan tersebut dibuat dan diberikan kepada
Kepala Satker, Tim Teknis, Inspektorat Jenderal, PPK, dan arsip.
ALBUM PETA
Album Peta disusun sebanyak 5 (lima) rangkap.