Anda di halaman 1dari 89

KAJIAN HUKUM PERJANJIAN KERJA YANG DILAKUKAN PERUSAHAAN DENGAN PEKERJA

DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO.13 TAHUN 2003


TENTANG KETENAGAKERJAAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

ZAURA RANDU

NPM : 1906200191

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

MEDAN

2023

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin. Segala puji dan syukur penulis ucapkan

kehadirat Allah Subhanallahu wa Ta’ala, yang mana senantiasa memberikan

rahmat dan karunianya kepada penulis, sehingga penulis dapat mnyelesaikan

skripsi ini sebagaimana mestiny dengan segala kekurangan dan kelebihannya.

Sholawat beriringkan salam kepada Rasulullah SAW dan sahabatnya serta para

pengikutnya hingga akhir zaman.

Adapun skripsi ini disusun untuk melengkapi syarat untuk menyelesaikan

pendidikan S1 Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum di Universitas

Muhammadiyah Sumatera Utara. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih

kurang sempurna dalam hal isi maupun pemakaian bahasa, sehingga penulis

memohon kritikan yang membangun untuk penulisan selajutnya. Dengan

pengetahuan dan pengalaman yang terbatas akhirnya penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul : Kajian Hukum Terhadap Perjanjian Upah Oleh Perusahaan

Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Pekerja (Studi Di Bank Muamalat KC Balai

Kota Medan). Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan banyak terima kasih dan

rasa syukur kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis dalam

penyusunan skripsi ini, diantaranya :

1. Orang tua saya yang saya cintai yang telah memberikan kekuatan moral

dan psikis

2. Bapak Prof.Dr.Agussani,M.AP selaku Rektor Universitas Muhammadiyah

Sumatera Utara

i
3. Bapak Dr.Faisal S.H. M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Muhammadiyah Sumatera Utara

4. Bapak Dr.Zainuddin, S.H., M.H selaku Dekan I Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

5. Ibu Atika Rahmi, S.H., M.H selaku Dekan III Fakultas Hukum Universitas

Muhammadiyah Sumatera Utara

6. Ibu Nurhilmiyah, S.H., M.H. selaku kepala bagian Hukum Perdata Fakulta

Hukum Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

7. Bapak Rachmad Abdu, S.H., M.H. selaku Dosen Pembimbing Skripsi,

yang telah banyak membantu dan membimbing memberi kritik dan saran

serta membrikan inspirasi dalam penulisan untuk penyempurnaan skripsi

ini dan juga meluangkan waktu disela-sela kesibukannya untuk dapat

berdiskusi dan bertukar pikiran mengenai permaslahan dalam skripsi saya.

Hal ini menjadi yang tidak dapat terlupakan begitu banyak ilmu yang saya

terima selama bimbingan. Terimakasih kepada Bapak Rachmad Abdu,

S.H.,M.H. semoga ilmu yang diberikan dapat bermanfaat dan bapak selalu

diberikan kebahagiaan serta kesehatan, aamiin.

8. Seluruh Dosen pengajar dan pegawai Fakultas Hukum Universitas

Muhammadiyah Sumatera Utara yang telah membantu kami mendapatkan

informasi dan urusan kampus

9. Teruntuk teman-teman saya terimakasih selalu memberikan motivasi

semangat, dukungan kepada saya sehingga secara tidak langsung

membantu saya menyelesaikan skripsi ini Terimakasi Abuabar Rizki,Rina,

Sasty dan Rauda. Kalian orang-orang pilihan yang berada di samping saya

PAGE \* MERGEFORMAT vi
untuk menyelesaikan skripsi ini semoga sama-sama dilancarkan sampai

akhir perjuangan.

Akhirnya tiada gading yang tak retak, retaknya gading karena alami, tiada

orang tak bersalah, kecuali Illahi Rabbi. Mohon maaf atas segala kesalahan

selama ini, begitupun disadari skripsi ini jauh dari sempurna. Untuk itu,

diharapkan ada masukkan yang membangun untuk kesempurnaannya.

Terimakasih semua, tiada yang lain di ucapkan selain kata semoga sekiranya

mendapat balasan dari Allah SWT dan mudah-mudahan semuanya selalu dalam

lindungan Allah SWT, Amin. Sesungguhnya Allah mengetahui akan niat baik

hamba-hambanya.

Assalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Medan, Oktober 2023

Hormat Saya

Zaura Randu
NPM: 1906200191

PAGE \* MERGEFORMAT vi
KAJIAN HUKUM PERJANJIAN KERJA
YANG DILAKUKAN PERUSAHAAN DENGAN PEKERJA
DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO.13 TAHUN 2003 TENTANG
KETENAGAKERJAAN

Disusun Oleh :
Zaura Randu

ABSTRAK

Upah dapat diberikan setelah pekerja telah melaksnakan kewajibannya pada saat
hubungan kerja masih berlangsung. Kebijakan pemerintah pusat dilaksanakan oleh
pemerintah daerah yang berpedoman atas kebijakan pemerintah pusat. Kebijakan
pengupahan yang dimaksud meliputi upah minimum, struktur dan skala upah,upah
lembur,upah tidak masuk kerja,bentuk dan cara pembaaran upah,sesuatu yang dapat
diperhitungkan dengan upah dan upah sebagai dasar perhitungan atau pembayaran hak
lainnya (Pasal 5 ayat 2). Tujuan dari penelitian ini Untuk mengetahui bentuk perjanjian
kerja yang dilakukan perusahaan PT Bina Artha,untuk mengetahui pelaksanaan perjanjian
kerja PT Bina Artha di tinjau dari Undang-undang No. 13 Tahun 2003 dan untuk
mengetahui pertanggungjawaban PT Bina Artha dalam memeberikan perlindungan
terhadap pekerja.
Jenis penelitian ini adalah yuridis empiris. Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini merupakan pendekatan pendekatan perundang-undangan (statute approach)
. sifat penelitian yang digunakan adalah deskriptif, sumber data dalam penelitian ini,
terdiri dari, data kewahyuan, data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui bahan
Pustaka dan data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini terdiri: bahan hukum
primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier.Alat pengumpul data dalam
penelitian ini adalah dengan melakukan wawancara dan pengambilan data, serta studi
dokumentasi atau studi kepustakaan.Analisis yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan metode analisis kualitatif.
Hasil penelitian ini yaitu,

Kata Kunci: Kajian Hukum, Perjanjain Kerja, Perusahaan

PAGE \* MERGEFORMAT vi
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

ABSTRAK iv

DAFTAR ISI...........................................................................................................v

BAB I : PENDAHULUAN.............................................................................1

A. Latar Belakang...............................................................................1
1. Rumusan Masalah.............................................................................6
2. Faedah Penelitian...............................................................................7
B. Tujuan Penelitian.........................................................................7
C. Definisi Operasional.....................................................................7
D. Keaslian Penelitian.......................................................................8
E. Metode Penelitian........................................................................9
1. Jenis dan pendekatan penelitian........................................................9
2. Sifat Penelitian................................................................................10
3. Sumber Data.....................................................................................10
4. Alat Pengumpulan Data...................................................................11
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA..................................................................14

A. Perjanjian Kerja............................................................................14
B. Konsep Upah dalam Hukum Ketenagakerjaan............................20
C. Tinjauan Umum Tentang Bank Muamalat Indonesia..................23
BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.............................27

A. Perjanjian Kerja di Bank Muamalat KC Balai Kota Medan........27


B. Penetapan Upah Sesuai Dengan Perjanjian Kerja di Bank
Muamalat KC Balai Kota Medan.................................................39
1. Ketentuan upah pekerja Bank Muamalat KC Balai Kota Medan....39
2. Asas-asas Pengupahan dalam Hukum Ketenagakerjaan..................50
C. Bentuk Pertanggung Jawaban Bank Muamalat KC Balai Kota
Medan Dalam Memberikan Upah Untuk Meningkatkan
Kesejahteraan Pekerja..................................................................54

PAGE \* MERGEFORMAT vi
1. Kesejahteraan pekerja dalam pemberian upah.................................54
2. Pertanggungjawaban Bank Muamalat KC Balai Kota Medan dalam
pemberian upah....................................................................................63
BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................73

A. Kesimpulan..................................................................................73
B. Saran.............................................................................................76
DAFTAR PUSTAKA

PAGE \* MERGEFORMAT vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan ketenagakerjaan yang terjadi saat ini tentunya terdapat

dinamika yang menggambarkan hubungan ketenagakerjaan dengan perusahaan

tempatnya bekerja.1 Perusahaan harus menjaga peranan tenaga kerja dan berusaha

meningkatkan produktivitas tenaga kerja yang tentunya disesuaikan dengan kondi

si perusahaan, sehingga produktivitas tenaga kerja tetap terjaga dan peluang untuk

selalu meningkatkan produktivitas dapat tercapai dengan baik. Sumber Daya Man

usia dikatakan produktif, apabila mempunyai produktivitas kerja yang tinggi serta

dapat menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya secara tepat waktu

Berbagai permasalahan tenaga kerja dapat pula muncul karena tidak

terjaminnya hak-hak dasar dan hak normatif dari tenaga kerja, sehingga

menimbulkan konflik yang meliputi tingkat upah yang rendah, jaminan kesehatan,

jaminan keselamatan kerja, jaminan hari tua, fasilitas yang diberikan oleh

perusahaan, dan biasanya berakhir dengan pemutusan hubungan kerja. 2 Untuk

dapat menghindari hal tersebut sebaiknya membuat peraturan dalam bidang

ketenagakerjaan yang dapat dipakai sebagai rambu maupun aturan normatif bagi

pelaksanaan kerja dalam bentuk perjanjian kerja.

Mengingat kedudukan pekerja yang lebih lemah dari pengusaha. Maka

dengan seperti itu hendaknya peraturan itu dapat mencapai keadilan sosial untuk

1
Zainal Asikin,2004, Dasar-Dasar Hukum Perburuhan (Jakarta: Raja Grafindo
Persada), halaman. 202
2
Ida Hanifah, 2020, Hukum Ketenagakerjaan Di Indonesia, (Medan: CV Pustaka
Prima),halaman.5

1
2

melindungi pekerja atau buruh.3 Pada dasarnya hubungan kerja merupakan

hubungan yang mengatur atau membuat hak dan kewajiban antara pekerja dan

pengusaha, serta takaran hak dan kewajiban masing-masing pihak haruslah

seimbang, hakikat hak pekerja merupakan kewajiban pengusaha, dan sebaliknya

hak pengusaha merupakan kewajiban pekerja.4

Berdasarkan Pasal 1 angka 16 UUKK antara istilah hubungan kerja dan

hubungan industrial dibedakan pengertiannya. Yang dimaksudkan dengan

hubungan industrial adalah suatu sistem hubungan yang terbentuk antara para

pelaku dalam proses produksi barang dan/atau jasa yang terdiri dari unsur

pengusaha, pekerja, dan pemerintah yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila

dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945. 5 Perjanjian dalam

hukum perdata terdapat dalam pasal 1313 KUHPerdata menyebutkan bahwa,

perjanjian ialah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih yang

mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih lainnya. Dengan seperti itu,

dapat disimpulkan bahwa, kedudukan masing - masing pihak dalam perjanjian

ialah sama.

Perjanjian kerja yang dalam bahasa belanda disebut Arbeidsoverenkoms,

mempunyai beberapa pengertian. Pasal 1601 a KUH Perdata memberikan

pengertian perjanjian kerja adalah suatu perjanjian di mana pihak kesatu si buruh,

mengikatkan dirinya untuk di bawah perintah pihak yang lain, si majikan untuk

suatu waktu tertentu melakukan pekerjaan dengan menerima upah. Sedangkan

menurut Pasal 1 angka 14 UUKK, menyebutkan perjanjian kerja adalah perjanjian

3
Suryadi Bata Ahmad, dkk, Sistem Kontrak Kerja Antara Karyawan Dan Perusahaan
Dalam Perspektif Undang-Undang dan Hukum Islam (Studi Kasus Pada PT Citra Van Kilat),
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Perbandingan Mazhab, Volume 1 Nomor 2, (Mei 2020) ,halaman. 21
4
Ida Hanifah, 2020, Op.Cit, halaman. 64-65
5
Ibid, halaman.63
3

antara pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-

syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak.6

Tenaga kerja dalam perspektif agama Islam (khususnya dalam kajian ilmu

Muamalah), termasuk ke dalam kegiatan yang digolongkan sebagai kegiatan

Ijarah. Kegiatan Ijarah dalam hal ini, diartikan sebagai upah-mengupah,

dimana pihak Pemilik tenaga kerja diibaratkan sebagai Penyewa, dan sebaliknya

pihak tenaga kerja sebagai sesuatu yang disewakan. Pengertian tenaga kerja dapat

sebagai sewaan, disebabkan tenaga kerja dalam sistem pekerjaannya, sudah

dimanfaatkan keahliannya. Upah disini dijadikan sebagai bentuk tanggung jawab

bagi pihak penyewa serta bentuk jaminan bagi pihak yang disewa keahliannya.7

Iman Soepomo berpendapat, bahwa perjanjian kerja adalah suatu

perjanjian di mana pihak kesatu buruh, mengikatkan diri untuk bekerja dengan

menerima upah pada pihak lain yakni majikan, dan majikan mengikatkan diri

untuk mempekerjakan buruh dengan membayar upah.8

Tujuan diadakannya perjanjian kerja merupakan pelaksanaan dari Undang-

Undang Ketenagakerjaan. Dengan dibuatnya perjanjian kerja, maka dimaksudkan

sebagai acuan dalam mengatur hubungan industrial antara karyawan. Mengingat

perkembangan ketenagakerjaan yang dinamis dengan berbagai permasalahan yang

dapat muncul, sudah semestinya bahwa pelaksanaan dari kontrak kerja yang sudah

disepakati harus tetap menjadi acuan hubungan kerja di perusahaan itu.

6
Ibid, halaman. 66
7
Nur Aksin, Upah dan Tenaga Kerja (Hukum Ketenagakerjaan dalam
Islam, Jurnal Meta Yuridis, Volume 1 No.2 (2018),halaman.72
8
Iman Soepomo,1987, Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubungan Kerja, Djambatan,
Jakarta, halaman.53
4

Peirjanjian kerja yang dilakukan antara pekerja dan pengusaha ialah

menandakan adanya ikatan antara kedua belah pihak. Hal ini sesui dengan konsep

Islam bahwa kontrak yang harus disertai ijab qabul ialah rukun dari pada

perjanjian, sebagaimana Firman Allah QS. Al-Maidah ayat 1:

‫َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا َأْو ُفوا ِباْلُع ُقوِد ۚ ُأِح َّلْت َلُك ْم َبِهيَم ُة اَأْلْنَع اِم ِإاَّل َم ا ُيْتَلٰى‬

‫َع َلْيُك ْم َغْيَر ُمِح ِّلي الَّصْيِد َو َأْنُتْم ُحُر ٌم ۗ ِإَّن َهَّللا َيْح ُك ُم َم ا ُيِريُد‬

Artinya : Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah janji-janji. Hewan


ternak dihalalkan bagimu, kecuali yang akan disebutkan kepadamu,
dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang berihram (haji
atau umrah).Sesungguhnya Allah menetapkan hukum sesuai dengan
yang Dia kehendaki. (QS.Al-Maidah:1)9
Sayyid Sabiq mengatakan bahwa Islam juga menjelaskan syarat-syarat

yang harus dipenuhi dalam sebuah perjanjian diantaranya:10

1. Obyek tidak menyalahi hukum Islam yang disepakati adanya.

2. Para pihak harus sama ridho dan ada pilihan. Karena sesungguhnya

pemaksaan menafikkan kemauan, tidak ada penghargaan terhadap

akad yang tidak memenuhi kebebasannya.

3. Obyek harus jelas dan gamblang, tidak samar dan tersembunyi,

sehingga tidak menginterpretaskannya terhadap interpretasi yang

bisa menimbulkan kesalahpahaman pada waktu penetapannya.

9
Kementerian Agama RI, Ummul Mukminin Al-Qur’an dan Terjemahan Untuk Wanita,
Penerbit Wali:Jakarta Selatan,2016, QS.Al-Maidah 5:1, halaman.106
10
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, jilid 3 juz 13, Lebanon : Darul fikr, 2002, halaman. 198-199
5

Pelaksanaan perjanjian kerja antara karyawan dan PT Bina Artha. dimulai

pada saat karyawan dinyatakan diterima bekerja, dan kedua belah pihak

menandatangi perjanjian kontrak yang berisi kewajiban masing-masing, serta hal-

hal yang harus dipenuhi baik oleh karyawan maupun perusahaan. Isi dari

perjanjian kontrak berpedoman pada Pasal 54 UUKK yaitu, perjanjian kerja yang

dibuat secara tertulis sekurang kurangnya harus memuat: Nama, alamat

perusahaan, dan jenis usaha. Nama, jenis kelamin, umur, dan alamat pekerja.

Berkaitan dengan kesejahteraan pekerja PT Bina Artha, perlu untuk

mengetahui kedudukan terjadinya perjanjian kerja terhadap pekerja dan

perusahaan serta tanggungjawab PT Bina Artha salah satunya tentang pemberian

upah menurut UUKK upah berfungsi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan

dasar minimal bagi tenaga kerja dan keluarganya sebagai hasil pekerjaan yang

telah di selesaikannya. Pengusaha dalam memberikan upah pekerja dihitung

berdasarkan hasil produksi. Hubungan industrial Pancasila upah pekerja bukan

hanya sekedar bagian dari biaya produksi tetapi juga mempunyai fungsisosial

yaitu untuk memenuhi kebutuhan hidup yang layak bagi pekerja dan keluarga dan

mewujudkan rasa keadilan dalam rangka memanusiakan manusia sebagai upaya

untuk pemerataan pendapatan.11

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti

masalah perjanjian upah dalam penulisan ini yang berjudul “Kajian Hukum

Perjanjian Kerja Yang Dilakukan Perusahaan Dengan Pekerja Ditinjau Dari

Undang-Undang No.13 Tahun 2003 Tentang KetenagaKerjaan.”

11
Departemen Tenaga Kerja RI,1991 Data Mengenai Upah Minimum dan Kebutuhan
Fisik Minimum Regional Jakarta: Depnaker, halaman.75
6

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik beberapa permasalahan yang akan

menjadi batasan pembahasan dari penelitian ini, adapun permasalahannya yaitu:

a. Bagaimana bentuk perjanjian kerja yang dilakukan di perusahaan PT Bina

Artha ?

b. Bagaimana pelaksanaan perjanjian kerja di PT Bina Artha ditinjau dari

Undnag-undang No.13 Tahun 2003?

c. Bagaimana bentuk pertanggungjawaban PT Bina Artha dalam memberikan

perlindungan terhadap pekerja ?

2. Faedah Penelitian
Adapun yang menjadi suatu harapan dan tujuan penulis dari hasil

penelitian ini yaitu agar dapat memberikan manfaat bagi semua pihak antara lain:

a. Secara Teoritis, hasil penelitian ini dapat menambah ilmu pengehtahuan

dibidang hukum ketenagakerjaan khususnya mengenai pengaturan hukum

tentang Kajian Hukum Terhadap Perjanjian kerja Oleh Perusahaan ditinjau

dari Undang-undang Ketenagakerjaan

b. Secara Praktis, hasil penelitian ini diharapkan menjadikan bahan

pertimbangan, masukan atau saran dalam perjanjian kerja antara perusahaan

dan pekerja

B. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan dapat

diuraikan sebagai berikut:

1. Untuk bentuk perjanjian kerja yang dilakukan di perusahaan PT Bina Artha

2. Untuk mengetahui pelaksanaan perjanjian kerja di PT Bina Artha ditinjau dari

Undnag-undang No.13 Tahun 2003


7

3. Untuk mengetahui bentuk pertanggungjawaban PT Bina Artha dalam

memberikan perlindungan terhadap pekerja

C. Definisi Operasional

Defenisi operasional atau kerangka konsep adalah kerangka yang

menggambarkan hubungan antara defenisi-defenisi atau konsep-konsep khusus

yang akan diteliti.12 Sesuai dengan judul penelitian yang akan diajukan oleh

penulis yaitu “Kajian Hukum Terhadap Perjanjian Upah Oleh Perusahaan Dalam

Meningkatkan Kesejahteraan Pekerja (Studi di Bank Muamalat KC Balai Kota

Medan)” selanjutnya, dapat penulis terangkan defenisi operasional penelitian

sebagai berikut:

1. Kajian hukum adalah konsep hukum, standar hukum dan asas hukum yang

merupakan unsur-unsur dari peraturan hukum. Peraturan hukum ini bisa

diberikan arti sebagai norma yang memberikan suatu konsekuensi yang jelas

sebagai kelanjutan dilakukannya suatu perbuatan.

2. Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja dengan pengusaha atau

pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban para

pihak.

3. Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak,

miliki orang perseorangan, milik persekutuan atau milik badan hukum, baik

milik swasta maupun milik negara yang mempekerjakan pekerja/buruh

dengan membayar upah atau imbalan.

D. Keaslian Penelitian

12
Ida Hanifah, dkk, 2018, Pedoman Penulisan Tugas Akhir Mahasiswa Fakultah Hukum
Universitas Muhammadiyah Sumatra Utara (UMSU),Medan:CV.Pustaka Prima, halaman 17.
8

Berdasarkan beberapa judul penelitian yang pernah diangkat oleh peneliti

sebelumnya, ada beberapa Jurnal yang menjadi acuan penulis, antara lain:

1. Jurnal Kajian Hukum, Rachmad Abduh, Fakultas Hukum Universitas

Muhammadiyah Sumatera Utara Tahun 2022, yang berjudul “Perspektif

Kesejahteraan Tenaga Kerja Dengan Model Penetapan Upah Minimum

Kabupaten Kota’, Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis

normatif.

2. Jurnal Penelitian Hukum De Jure, Oki Wahju Budijanto, peneliti pada Badan

Penelitian dan Pengembangan Hukum dan HAM Kementerian Hukum dan

HAM RI , yang berjudul “Upah Layak Bagi Pekerja/Buruh Dalam Perspektif

Hukum Dan HAM”. Penelitian ini merupakan penelitian yuridis normatif

melalui studi kepustakaan, hasil penelitian dapat diketahui bahwa Indonesia

belum dapat menetapkan upah sesuai prinsip-prinsip upah layak berdasarkan

HAM. Namun pemerintah terus berupaya progresif dalam mengatur tentang

pengupahan, hal ini tentunya pemerintah juga memperhatikan

keberlangsungan perusahaan agar dapat berkembang dan tumbuh dalam

persaingan global.Pemerintah jenis yang digunakan dalam penelitian ini

adalah yuridis empiris

E. Metode Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan

dan dengan tujuan dan kegunaan tertentu.13 Metode penelitian bermaksud untuk

menguraikan bagaimana penelitian itu dilakukan agar didapatkan hasil yang

maksimal. Metode penelitian menguraikan:

13
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian: Pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D.,
Bandung: Alfabeta, halaman 2.
9

1. Jenis dan pendekatan penelitian

Jenis penelitian yang dipakai adalah jenis penelitian yuridis empiris atau

disebut dengan penelitian lapangan yaitu mengkaji ketentuan hukum yang berlaku

serta apa yang terjadi dalam kenyataannya dalam masyarakat. 14 Dalam penelitian

ini pendekatan yang digunakan dalam memecahkan masalah adalah menggunakan

pendekatan perundang-undangan (statute approach). Pendekatan ini dilakukan

dengan menelaah peraturan perundang-undangan dan regulasi hukum yang terkait

dengan isu hukum yang sedang dibahas atau diteliti pada penelitian ini.15

Jadi, pendekatan perundang-undangan (statute approach) dalam penelitian

ini dikaitkan dengan peraturan perundang-undangan yang digunakan dalam

penelitian ini seperti, Kitab Undang-undang Hukum Perdata , Undang-undang

No.6 Tahun 2023 Tentang Peraturan Pemerintah Peganti, Undang-undang No. 13

Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Undang-undang Cipta Kerja.

2. Sifat Penelitian

Penelitian hukum bertujuan untuk mengehtahui dan menggambarkan

keadaan seseuatu mengenai apa dan bagaimana keberadaan norma hukum dan

bekerjanya norma hukum pada masyarakat dan juga mendapatkan kebenaran yang

pasti. Berdasarkan tujuan penelitian hukum tersebut, maka kecenderungan sifat

penelitian yang digunakan adalah deskriptif . penelitian deskriptif adalah

penelitian yang hanya semata-mata melukiskan keadaan objeck atau peristiwanya

tanpa suatu maksud untuk mengambil kesimpulan-kesimpulan yang berlaku

secara umum.16
14
Suharsimi Arikunto. 2012. Prosedur Penelitiaan Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:
Rineka Cipta, halaman 126.
15
Abdulkadir Muhammad. 2017. Hukum dan Penelitian Hukum, Cet Ke-2, Bandung: Citra
Aditya Bakti, halaman 134
16
Ida Hanifah,dkk,2018,Pedoman Penelitian Tugas Akhir Mahasiswa,Medan:CV,
Pustaka Prima,halaman.20
10

3. Sumber Data
Sumber data adalah tempat ditemukannya data tersebut diperoleh. 17

Sumber data dalam penelitian ini, terdiri dari:

a. Data kewahyuan yaitu data yang bersumber dari Al-quran dan Hadist.

b. Data Primer yaitu data yang diperoleh langsung dari lapangan, data primer

juga diartikan sebagai data yang diperoleh secara langsung kepada pihak PT

Bina Artha. Mengenai perjanjian kerja oleh perusahaan dalam meningkatkan

kesejahteraan pekerja.

1. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang membuat orang taat

hukum,meliputi produk hukum yang menjadi bahan kajian dan produk

hukum sebagai alat kritiknya. Bahan hukum primer dalam penelitian ini

seperti: Kitab Undang-undang Hukum Perdata , Undang-undang No. 13

Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

2. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberi penjelasan mengenai

bahan hukum primer. Bahan hukum sekunder berupa publikasi tentang

hukum meliputi buku-buku, kamus-kamus hukum dan jurnal-jurnal

hukum.

3. Bahan hukum tersier, yairu bahan hukum yang memberikan informasi

tentang hukum primer dan sekunder.

4. Alat Pengumpulan Data


Data dalam suatu penelitian adalah merupakan bahan yang akan

dipergunakan dalam menyelesaikan permasalahan yang telah dirumuskan dalam

penelitian. Oleh karena itu, data-data tersebut harus dikumpulkan agar

17
Suteki dan Galang Taufani, 2020, Metode Penelitian Hukum (Filsafat, Teori dan
Praktik), Depok:Rajawali Pers, halaman.214
11

permasalahan dalam penelitian itu dapat dipecahkan. Pada penelitian ini jenis data

yang dikumpulkan dibagi menjadi dua jenis data yaitu data yang bersifat primer

dan data yang bersifat sekunder dengan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Pedoman Wawancara

Teknik pengumpulan data yang pertama ialah pedoman wawancara.

Wawancara menurut Cholid Narbuko adalah proses tanya jawab dalam

penelitian yang berlangsung secara lisan dalam mana dua orang atau lebih

bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau

keterangan-keterangan.18 Dalam penelitian ini wawancara yang peniliti

lakukan kepada pihak PT Bina Artha . Wawancara dilakukan secara bebas

terbuka dengan menggunakan alat berupa daftar pertanyaan yang telah

disiapkan (sebagai pedoman wawancara) sesuai dengan permasalahan yang

akan dicari jawabannya tanpa menutup kemungkinan untuk menambah

pertanyaan lain yang bersifat spontan sehubungan dengan jawaban yang

diberikan. Tujuan dari wawancara adalah agar informan dapat berbicara atau

menyampaikan pernyataan yang menjadi kepentingannya atau kelompoknya

secara terbuka.19

b. Studi kepustakaan

Menghimpun data studi kepustakaan (library research) secara langsung

dengan mengunjungi toko buku, perpustakaan (di dalam maupun di luar

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara) untuk menghimpun data

sekunder pada penelitian ini20

18
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji. 2020. Penelitian Hukum Normatif satu tinjauan
singkat. PT Raja Grafindo Persada, halaman 13.
19
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Manajemen, Bandung: Alfabeta, halaman. 384
20
Ida Hanifah,dkk,2018, Op.,Cit., halaman. 21
12

5. Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini adalah Kualitatif, Analisis kualitatif

Menurut Sugiyono adalah analisa yang didasarkan pada paradigma hubungan

dinamis antara teori, konsep-konsep dan data yang merupakan umpan balik atau

modifikasi yang tetap dari teori dan konsep yang didasarkan pada data yang

dikumpulkan dan berhubungan dengan konstitusionalitas presidential treshold

dalam hak pilih warga negara. Analisis data dilakukan secara hukum primer

terdapat kekososngan norma hukum yang kabur.21

Artinya teks yang dijabarkan sifatnya narasi dan bertujuan untuk

menceritakan atau melaporkan hasil penelitian atau temuan penelitian. Sugiyono

juga melanjutnya keterangannya bahwa analisis data kualitatif juga bersifat

induktif, yang berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola

hubungan tertentu atau menjadi sebuah hipotesis.22

21
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kombinasi (Mix Method), Bandung: CV. Alfabeta,
halaman. 243
22
Ibid.,halaman.245
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perjanjian Kerja

Perjanjian adalah perjanjian yang diatur oleh KUHPerdata pasal 1313

yaitu: Pejanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih

mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih lainnya”. Dengan adanya

pengertian tentang perjanjian seperti ditentukan diatas, bisa diambil kesimpulan

bahwa kedudukan antara pihak yang mengadakan perjanjian adalah sama dan

seimbang. Hal ini akan berlainan jika pengertian perjanjian tersebut dibandingkan

dengan kedudukan perjanjian kerja.23

Perjanjian yang telah memenuhi syarat- syarat tertentu bisa dikatakan

sebagai suatu perjanjian yang sah dan sebagai akibatnya perjanjian akan mengikat

sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Keberadaan suatu

perjanjian di akui oleh undang-undang haruslah sesuai dengan syarat-syarat yang

telah ditentukan oleh undang-undang. Adapun syarat sahnya suatu perjanjian atau

persetujuan telah ditentukan di dalam pasal 1320 KUHPerdata, yang menyebutkan

bahwa untuk sahnya perjanjian-perjanjian diperlukan empat syarat:

1. Sepakat mereka yang mengikatkan diri

2. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian

3. Suatu hal tertentu

4. Suatu sebab yang halal.

Berdasarkan pengertian perjanjian kerja, dapat ditarik beberapa unsur dari

perjanjian kerja yakni:24


23
Djumadi,2006, Hukum Perburuhan Perjanjian Kerja Pengantar,(Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada Pelajar,halaman.13.
24
Ida Hanifah,2020,Op.Cit.,halaman.67

13
14

1. Adanya unsur pekerjaan.

Dalam suatu perjanjian kerja harus ada pekerjaan yang diperjanjikan (obyek

perjanjian), pekerjaan tersebut haruslah dilakukan sendiri oleh pekerja, hanya

dengan seizin majikan dapat menyuruh orang lain. Hal ini dijelaskan dalah

KUH Perdata Pasal 1603 a yang berbunyi; “buruh wajib melakukan sendiri

pekerjaannya; hanyalah dengan izin majikan ia dapat menyuruh seorang

ketiga menggantikannya”. Sifat pekerjaan yang dilakuakn oleh pekerja itu

sangat pribadi karena bersangkutan dengan keterampilan/keahliannya, karena

itu menurut hukum jika pekerja meninggal dunia, maka perjanjian kerja

tersebut putus demi hukum.

2. Adanya unsur perintah.

Manifestasi dari pekerjaan yang diberikan kepada pekerja oleh pengusaha

adalah pekerja yang bersangkutan harus tunduk pada perintah pengusaha

untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan yang diperjanjikan. Di sinilah

perbedaan hubungan kerja dengan hubungan lainnya, misalnya hubungan

antara dokter dengan pasien, pengacara dengan kliennya. Hubungan tersebut

bukan merupakan hubungan kerja karena dokter, pengacara tidak tunduk pada

perintah pasien atau kliennya.

3. Adanya waktu.

Adanya waktu yang dimaksudkan adalah dalam melakukan pekerjaan harus

disepakati jangka waktunya. Unsur jangka waktu dalam perjanjian kerja dapat

dibuat secara tegas dalam perjanjian kerja yang dibuat misalnya untuk pekerja

kontrak, sedangkan untuk pekerja tetap hal ini tidak diperlukan.

4. Adanya upah.
15

Upah memegang peranan penting dalam hubungan kerja (perjanjian kerja),

bahkan dapat dikatakan bahwa tujuan utama seorang pekerja bekerja pada

pengusaha adalah untuk memperoleh upah. Sehingga jika tidak ada unsur

upah, maka suatu hubungan tersebut bukan merupakan hubungan kerja.

Untuk sahnya sebuah perjanjian kerja, maka pembuatannya harus

memenuhi syarat meteriil seperti yang diatur dalam Pasal 52, Pasal 55, Pasal 58,

Pasal 59, dan Pasal 60 UUKK dan syarat formil seperti diatur dalam Pasal 54 dan

Pasal 57 UUKK. Berdasarkan ketentuan Pasal 52 ayat (1) UUKK secara materiil

perjanjian kerja dibuat atas dasar:

1. Kesepakatan kedua belah pihak;

2. Kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum;

3. Adanya pekerjaan yang diperjanjikan dan pekerjaan yang diperjanjikan tidak

bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Dalam pembuatan perjanjian kerja tidak ditentukan bentuk tertentu, jadi

dapat dilakukan secara lisan dengan surat pengangkatan oleh pihak majikan dan

tunduk pada ketentuan dalam Pasal 1320 KUHPerdata, dan dapat dilakukan

secara tertulis, yaitu dalam bentuk surat perjanjian yang ditanda tangani oleh

kedua belah pihak dan dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku. Untuk beberapa perjanjian kerja tertentu seperti perjanjian kerja

laut, perjanjian kerja Antar Kerja Antar Daerah, dan perjanjian kerja Antar Kerja

Antar Negara, harus dibuat secara tertulis. Karena perjanjian kerja yang dibuat

secara tertulis lebih menjamin adanya kepastian hukum.25

25
Sendjun H. Manulang,Op.Cit.,halaman.69
16

Mengenai bentuk perjanjian kerja diatur dalam Pasal 51 Undang-undang

Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, dimana pada ayat (1) disebutkan:

perjanjian kerja dibuat secara tertulis atau lisan. Dengan demikian jelas bahwa

bentuk perjanjian kerja dapat dibuat dalam bentuk tertulis ataupun dilakukan

secara lisan, namun lebih dianjurkan untuk dibuat secara tertulis demi

mendapatkan perlindungan hukum yang lebih baik.. Hal yang sama juga

ditegaskan dalam penjelasan Pasal 51 ayat (1) Undang-undang Nomor 13 Tahun

2003 tentang Ketenagakerjaan, yaitu pada prinsipnya perjanjian kerja dibuat

secara tertulis, namun melihat kondisi masyarakat yang beragam dimungkinkan

perjanjian kerja dibuat secara lisan.

Pembagian perjanjian kerja tampaknya sangat beragam, hal ini bergantung

dari persepsi mana para ahli memandangnya. Di samping itu, perjanjian kerja

selalu berkembang sesuai dengan dinamika kehidupan dan kebutuhan masyarakat

sehingga berpengaruh dalam pengelompokan.26 Departemen Tenaga Kerja dan

Transmigrasi RI membagi perjanjian kerja menjadi dua jenis, yaitu:

1. Berdasarkan waktu berlakunya, terbagi menjadi Kesepakatan Kerja Waktu

Tidak Tertentu (KKWTT); dan Kesepakatan Kerja Waktu Tertentu (KKWT).

2. Perjanjian kerja lainnya, terbagi menjadi perjanjian pemborongan pekerjaan,

perjanjian kerja bagi hasil, perjanjian kerja laut, dan perjanjian untuk

melakukan jasa-jasa.

Berdasarkan jangka waktu perjanjian kerja dibagi menjadi dua macam,

yaitu:27

26
Ida Hanifah,2020,Op.Cit.,halaman.70
27
Ibid., halaman. 71-72
17

1. Perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT). Perjanjian kerja ini diatur dalam

Pasal 56-60 UUKK, jika mengacu pada Pasal 59 ayat (1) UUKK, perjanjian

kerja waktu tertentu adalah perjanjian kerja antara pekerja/buruh dengan

pengusaha yang hanya dibuat untuk pekerjaan tertentu yang menurut jenis dan

sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu. Lebih

lengkap menyangkut perjanjian kerja waktu tertentu akan dibahas pada uraian

selanjutnya.

2. Perjanjian kerja waktu tidak tertentu, yaitu perjanjian antara pekerja/buruh dan

pengusaha, di mana jangka waktunya tidak ditentukan baik dalam perjanjian,

undangundang maupun kebiasaan, atau terjadi secara hukum karena

pelanggaran pengusaha terhadap ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Pengertian tersebut berdasarkan ketentuan Pasal 1603.q ayat (1) KUH Perdata

dan Pasal 57 ayat (2) UUKK.

Dalam Pasal 1603.q ayat (1) KUH Perdata disebutkan bahwa waktu

lamanya hubungan kerja tidak ditentukan baik dalam perjanjian atau peraturan

majikan maupun dalam peraturan perundang-undangan atau pula menurut

kebiasaan, maka hubungan kerja itu dipandang diadakan untuk waktu tidak

tertentu. Sedangkan berdasar Pasal 57 ayat (2) UUKK secara eksplisit mengatur

bahwa perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang dibuat tidak tertentu

bertentangan dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dinyatakan

sebagai perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu.

Berdasarkan status perjanjian kerja, maka dapat dibagi menjadi:28

1. Perjanjian kerja harian lepas adalah perjanjian kerja antara pekerja/buruh dan

pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja dalam suatu pekerjaan tertentu


28
Ibid, halaman. 72-73
18

yang berubah-ubah dalam hal waktu dan volume pekerjaan serta upah

didasarkan pada kehadiran secara berubah-ubah.

2. Perjanjian kerja borongan. Pengertian perjanjian kerja borongan ini secara

eksplisit tidak didapatkan dalam ketentuan ketengakerjaan. Pengertian ini

secara eksplisit dapat ditemukan pada Pasal 1 angka 3 Keputusan Menteri

Tenaga Kerja Nomor Kep-150/Men/1999, yang menyebutkan bahwa tenaga

kerja borongan adalah tenaga kerja yang bekerja pada pengusaha untuk

melakukan pekerjaan tertentu dengan menerima upah didasarkan atas volume

pekerjaan satuan hasil kerja. Dengan demikian, pengertian perjanjian kerja

borongan adalah perjanjian kerja antara pekerja/buruh dan pengusaha untuk

melakukan pekerjaan tertentu dengan pembayaran upah berdasarkan volume

pekerjaan satuan hasil kerja. Prinsipnya bahwa perjanjian kerja borongan itu

dilakukan atas pekerjaan tertentu dengan upah berdasarkan volume pekerjaan.

Bila volume pekerjaan atas suatu pekerjaan tertentu sudah terpenuhi, secara

hukum hubungan kerja berakhir. Oleh sebab itu, perjanjian kerja borongan

dapat klasifikasikan sebagai perjanjian kerja tidak tetap.

3. Perjanjian kerja tetap Pengertian perjanjian kerja tetap juga tidak ditemui

dalam ketentuan ketenagakerjaan kita, yang ada hanya istilah pekerja tetap

atau pekerjaan yang bersifat tetap. Berdasarkan Penjelasan Pasal 59 ayat (2)

UUKK pekerjaan bersifat tetap adalah pekerjaan yang sifatnya terus menerus,

tidak terputus-putus, tidak dibatasi waktu dan merupakan bagian dari suatu

proses produksi dalam suatu perusahaan atau pekerjaan yang bukan musiman.

Secara yuridis perjanjian kerja tetap terjadi karena dua hal:

a. Kesepakatan para pihak, yaitu antara pekerja/buruh dan pengusaha;


19

b. Tidak terpenuhinya dan atau akibat adanya pelanggaran terhadap

ketentuan ketenagakerjaan

Secara empiris pengertian perjanjian kerja tetap adalah perjanjian kerja

antara pekerja dan pengusaha untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu, di mana

pekerja menerima upah dan tanpa adanya pembatasan waktu tertentu, karena jenis

pekerjaannya menjadi bagian dari suatu proses produksi dalam suatu perusahaan,

bersifat terus-menerus dan tidak terputus-putus. Dengan kata lain bahwa

perjanjian kerja tetap merupakan perjanjian kerja selain perjanjian kerja waktu

tertentu, perjanjian kerja harian lepas, perjanjian kerja borongan, dan

sebagainya.29

B. Konsep Upah dalam Hukum Ketenagakerjaan

Menurut Pasal 1 angka 30 UUKK menyatakan Upah adalah hak pekerja

yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha

atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut

suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang undangan, termasuk

tunjangan bagi pekerja dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang

telah atau akan dilakukan.

Dalam Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1981 tentang Perlindungan

Upah disebutkan upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha

kepada buruh untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan,

dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut persetujuan

atau peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dibayarkan atas dasar suatu

perjanjian kerja antara pengusaha dengan buruh, termasuk tunjangan, baik untuk

buruh itu sendiri maupun keluarga.


29
Ibid.,halaman. 73-75
20

Upah dibayarkan berdasarkan kesepakatan para pihak, namun untuk

menjaga agar jangan sampai upah yang diterima terlampau rendah, maka

pemerintah turut serta menetapkan standar upah terendah melalui peraturan

perundang-undangan. Inilah yang lazim disebut upah minimum atau dalam era

otonomi daerah disebut dengan istilah upah minimum provinsi.30

Cara menetapkan upah, terdapat berbagai sistem upah, sebagai berikut:

1. Sistem upah jangka waktu. Menurut sistem pengupahan ini upah ditetapkan

menurut jangka waktu buruh melakukan pekerjaan, untuk tiap jam diberi upah

jam-jaman, untuk bekerja diberi upah harian, untuk seminggu bekerja diberi

upah mingguan, untuk sebulan bekerja diberi upah bulanan dan sebagainya.

2. Sistem upah potongan. Sistem upah potongan ini acapkali digunakan untuk

mengganti sistem upah jangka waktu, di mana atau bilamana hasil pekerjaan

tidak memuaskan. Karena upah ini hanya dapat ditetapkan jika hasil pekerjaan

dapat diukur menurut ukuran tertentu, misalnya jumlah banyaknya, jumlah

beratnya, jumlah luasnya dari apa yang dikerjakan, maka sistem pengupahan

ini tidak dapat digunakan di semua perusahaan.

3. Sistem upah permufakatan. Sistem pengupahan ini pada dasarnya adalah upah

potongan, yaitu upah untuk hasil pekerjaan tertentu, misalnya pada pembuatan

jalan, pekerjaan memuat, membongkar dan mengangkut barang dan

sebagainya, tetapi upah itu bukanlah diberikan kepada buruh masing-masing

melainkan kepada sekumpulan buruh yang bersama-sama melakukan

pekerjaan itu. Sistem pengupahan ini sangat mirip dengan pemborongan

pekerjaan (aanemerij, aanneming van werk) biasa, di mana tidak terdapat

30
Ida Hanifah,2020, Op.Cit.halaman.131-132
21

hubungan kerja antara tiap pekerja itu dengan orang yang memborongkan

pekerjaan (aanbesteder).

4. Sistem skala upah berubah. Pada sistem skala upah berubah (sliding scale) ini

terdapat pertalian antara upah dengan harga penjualan hasil perusahaan. Cara

pengupahan ini dapat dijalankan oleh perusahaan yang harga barang hasilnya

untuk sebagian terbesar atau seluruhnya tergantung dari harga pasaran di luar

negeri. Upah akan naik atau turun menurut naik turunnya harga penjualan

barang hasil perusahaan.

5. Sistem pembagian keuntungan. Disamping upah yang diterima buruh pada

waktu-waktu tertentu, pada penutupan tahun buku bila ternyata majikan

mendapat keuntungan yang cukup besar, kepada buruh diberikan sebagian dari

keuntungan itu. Sistem pembagian keuntungan ini pada umumnya tidak

disukai oleh pihak majikan dengan alasan bahwa keuntungan itu adalah

pembayaran bagi resiko yang menjadi tanggungan majikan. Buruh tidak ikut

menanggung bila perusahaan menderita rugi.

C. Tinjauan Umum Tentang PT Bina Artha

Bank Muamalat Indonesia (BMI) merupakan bank pertama di Indonesia yang

menggunakan konsep perbankan secara Syariah. Perseroan didirikan berdasarkan Akta

Pendirian No. 1 tanggal 1 November 1991 Masehi atau 24 Rabiul Akhir 1412 Hijriah,

dibuat dihadapan Yudo Paripurno, SH, Notaris, di Jakarta. Akta pendirian tersebut telah

memperoleh pengesahan Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat

Keputusan No. C2-2413.HT.01.01 tahun 1992 tanggal 21 Maret 1992 dan telah

didaftarkan pada kantor Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada tanggal 30 Maret 1992 di
22

bawah No. 970/1992 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 34

tanggal 28 April 1992 tambahan No. 1919A.31

Anggaran Dasar Bank telah beberapa kali mengalami perubahan

sebagaimana terakhir perubahan Anggaran Dasar yang dirumuskan pada Akta No.

21 tanggal 9 Desember 2022 dibuat di hadapan Notaris Ashoya Ratam, S.H.

M.Kn, dan pemberitahuan atas perubahan anggaran dasarnya telah diterima dan

dicatat oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia sesuai

suratnya tertanggal 14 Desember 2022 No. AHU-AH.01.03-0326274. BMI

didirikan atas gagasan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), Ikatan Cendekiawan

Muslim Indonesia (ICMI) dan pengusaha muslim yang kemudian mendapat

dukungan dari Pemerintah Republik Indonesia. Perseroan mulai beroperasi

tanggal 1 Mei 1992/27 Syawal 1412 H dan tanggal tersebut juga ditetapkan

sebagai hari lahir Perseroan. Perseroan memperoleh izin untuk beroperasi sebagai

bank umum berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor

1223/MK.013/1991 tanggal 5 November 1991 dan Surat Keputusan Menteri

Keuangan Republik Indonesia No. 430/KMK.013/1992 tentang Pemberian Izin

Usaha Perseroan di Jakarta tanggal 24 April 1992, sebagaimana diubah dengan

Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 131/KMK.017/1995 tentang Perubahan

Keputusan Menteri Keuangan No. 430/KMK.013/1992 tentang Pemberian Izin

Usaha Perseroan tanggal 30 Maret 1995 yang dalam keputusannya memberikan

izin kepada Perseroan untuk dapat melakukan usaha sebagai bank umum

berdasarkan prinsip syariah.32

31
https://www.bankmuamalat.co.id/index.php/profil-bank-muamalat, Diakses, Pada
Tanggal 08 Oktober 2023, Pukul 10.00 WIB
32
Ibid.,
23

Bank Muamalat merupakan perusahaan publik yang sahamnya tidak

tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan secara resmi beroperasi sebagai Bank

Devisa sejak tanggal 27 Oktober 1994 berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank

Indonesia No. 27/76/KEP/DIR tentang Penunjukan PT Bank Muamalat Indonesia

Menjadi Bank Devisa tanggal 27 Oktober 1994. Berdasarkan Surat Keputusan

Menteri Keuangan No. S-79/MK.03/1995 tanggal 6 Februari 1995, Perseroan

secara resmi ditunjuk sebagai Bank Devisa Persepsi Kas Negara.33

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. S-9383/MK.5/2006

tanggal 28 Desember 2006, Perseroan memperoleh status Bank Persepsi yang

mengizinkan Perseroan untuk menerima setoran-setoran pajak. Kemudian pada

tanggal 25 Juli 2013, Perseroan telah menjadi peserta program penjaminan

Lembaga Penjamin Simpanan sebagaimana tercantum dalam Surat Lembaga

Penjamin Simpanan No. S.617/DPMR/VII/2013 perihal Kepesertaan Lembaga

Penjamin Simpanan. Perseroan lalu ditetapkan sebagai Bank Penerima Setoran

Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji berdasarkan Surat Keputusan Badan

Pengelola Keuangan Haji No. 4/BPKH.00/2018 tanggal 28 Februari 2018.34

BMI terus berinovasi dengan mengeluarkan produk-produk keuangan

syariah seperti Sukuk Subordinasi Mudharabah, Asuransi Syariah (Asuransi

Takaful), Dana Pensiun Lembaga Keuangan Muamalat (DPLK Muamalat)

dan multifinance syariah (Al-Ijarah Indonesia Finance) yang seluruhnya menjadi

terobosan baru di Indonesia. Selain itu, produk Shar-e yang diluncurkan pada

2004 merupakan tabungan instan pertama di Indonesia.35

33
Ibid.,
34
Ibid.,
35
Ibid.,
24

Produk Shar-e Gold Debit Visa yang diluncurkan pada 2011 berhasil

memperoleh penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai Kartu

Debit Syariah dengan teknologi chip pertama di Indonesia serta layanan e-

channel seperti internet banking, mobile banking, ATM, dan cash management.

Seluruh produk-produk itu menjadi pionir produk syariah di Indonesia dan

menjadi tonggak sejarah penting di industri perbankan syariah. Seiring kapasitas

Bank yang semakin besar dan diakui, BMI kian melebarkan sayap dengan terus

menambah jaringan kantor cabangnya tidak hanya di seluruh Indonesia, akan

tetapi juga di luar negeri. Pada 2009, Bank mendapatkan izin untuk membuka

kantor cabang di Kuala Lumpur, Malaysia dan menjadi bank Pertama di Indonesia

serta satu-satunya yang mewujudkan ekspansi bisnis di Malaysia. Hingga saat ini,

Bank telah memiliki 239 kantor layanan termasuk 1 (satu) kantor cabang di

Malaysia. Operasional Bank juga didukung oleh jaringan layanan yang luas

berupa 568 unit ATM Muamalat, 120.000 jaringan ATM Bersama dan ATM

Prima, 51 unit Mobil Kas Keliling.36

BMI melakukan rebranding pada logo Bank untuk semakin

meningkatkan awareness terhadap image sebagai Bank Syariah Islami, Modern

dan Profesional. Bank pun terus merealisasikan berbagai pencapaian serta prestasi

yang diakui, baik secara nasional maupun internasional. Kini, dalam memberikan

layanan terbaiknya, BMI beroperasi bersama beberapa entitas asosiasi dan

afiliasinya yaitu Al- Ijarah Indonesia Finance (ALIF) yang memberikan layanan

pembiayaan syariah, (DPLK Muamalat) yang memberikan layanan dana pensiun

melalui Dana Pensiun Lembaga Keuangan, Muamalat Institute yaitu lembaga

yang mengembangkan, mensosialisasikan dan memberikan pendidikan mengenai


36
Ibid.,
25

sistem ekonomi syariah kepada masyarakat, dan Baitulmaal Muamalat yang

memberikan layanan untuk menyalurkan dana Zakat, Infak, dan Sedekah (ZIS).37

37
Ibid.,
BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Perjanjian Kerja di Bank Muamalat KC Balai Kota Medan

Bank Muamalat adalah Bank Syariah pertama di Indonesia. Struktur

organisasi Bank Muamalat sangat baik sama seperti Bank Syariah pada umumnya.

Sarana dan prasara yang dimiliki sangat lah lengkap, mulai dari gedung, karyawan

dan fasilitas yang lainnya. Etika karyawan sangat baik, karena mereka telah

dididik dan dibekali ilmu yang baik mengenai etika berbicara dan bertransaksi

dengan nasabah. Karyawan selalu diajarkan menggunakan bahasa yang sopan dan

lemah lembut.

Bank Muamalat KC Balai Kota Medan menjaga hubungan

ketenagakerjaaan yang harmonis dan mendukung hak karyawan atas tempat kerja

yang aman, sehat dan adil. Pasal 1601 a KUHPerdata memberikan pengertian

Perjanjian kerja adalah suatu perjanjian di mana pihak kesatu (buruh),

mengikatkan dirinya untuk dibawah perintah pihak yang lain, majikan untuk

suatu waktu tertentu melakukan pekerjaan dengan menerima upah.” 38 Undang-

undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menegaskan bahwa

perjanjian kerja dibuat secara tertulis atau lisan. Undang-undang memberikan

kebebasan kepada para pihak untuk menentukan bentuk perjanjian yang

dikehendakinya , tetapi prinsip yang diantunya adalah perinsip tertulis.39

Berdasarkan hal tersebut Bank Muamalat KC Balai Kota Medan memiliki

jumlah kariyawan sebanyak 57 orang dan membagi 2 (dua) jenis hubungan

pekerjaan yang sesuai dengan perjanjian kerja yaitu kariyawan magang seperti
38
Pasal 1601a KUHPerdata
39
Muhammad Sadi Is, dan Sobandi, 2020,Hukum Ketenagakerjaan Di Indonesia, (Jakarta:
Kencana), halaman.133

26
27

Costumer Service dan Teller. Selain itu Bank Muamalat KC Balai Kota Medan

memiliki karyawan tetap.40 UUD 1945 menjamin bahwa setiap orang berhak

untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk

membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya (Pasal 28C ayat (2) UUD

1945).41 Adanya tenaga kerja dalam perusahaan sangat berpengaruh terhadap

kesuksesan perusahaan. Hal ini terjadi adanya sebuah perjanjian kerja antara

pekerja dengan perusahaan. Dalam hal ini Bank Muamalat KC Balai Kota Medan

memiliki hubungan kerja terhadap kariyawan magang yang memiliki kontrak

kerja 3 (Tiga) Tahun yang di perpanjang setiap setahu sekali dan kariyawan tetap

yang tidak memiliki kontrak kerja.42

Pasal 1 angka 15 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang

Ketenagakerjaan yaitu hubungan yang memuat unsur pekerja, upah, dan perintah

antara pengusaha dengan pekerja. Unsur pekerjaan memiliki lingkup yaitu jenis

pekerjaan yang wajib dikerjakan oleh Pekerja, dan unsur upah merupakan timbal

balik yang wajib diberikan Pengusaha kepada Pekerja atas pekerjaan yang telah

dilakukannya. Sementara unsur perintah memiliki lingkup kewenangan pengusaha

untuk memberikan perintah kerja kepada pekerja, dan unsur perintah inilah yang

menjadikan posisi pekerja bersifat inferior jika dibandingkan posisi pengusaha

yang bersifat superior.43

40
Hasil Wawancara Dengan Bapak Ziqhri selaku Costumer Service Bank Muamalat KC
Balai Kota Medan, Pada Tanggal 8 Oktober 2023, Pukul 10.00 WIB, di Bank Muamalat KC Balai
Kota Medan
41
Manahan M.P. Sitompul, 2021, Perkembangan Hukum Ketenagakerjaan dan
Perlindungan Hak-hak Konstitusional Pekerja/Buruh Indonesia, (Depok: PT.
RajaGrafindo),halaman. 81
42
Hasil Wawancara Dengan Bapak Ziqhri selaku Costumer Service Bank Muamalat KC
Balai Kota Medan, Pada Tanggal 8 Oktober 2023, Pukul 10.00 WIB, di Bank Muamalat KC Balai
Kota Medan
43
Mohammad Fandrian Adhistianto, dkk, 2021, Hukum Ketenagakerjaan, (Banten:
UNPAM Press), halaman.49
28

Hubungan kerja sendiri memiliki keterkaitan erat dengan perjanjian kerja,

namun perlu dipahami bahwa pembuktian keberadaan hubungan kerja tidak

didasarkan pada adanya perjanjian kerja, melainkan terpenuhi atau tidaknya unsur

pekerjaan, upah, dan perintah antara pekerja dengan pengusaha. Selain itu juga

Perjanjian Kerja dapat dibuat secara tertulis maupun lisan.44

Bank Muamalat KC Balai Kota Medan yang memiliki kariyawan magang

yang diletakkan sebagai costumer service dan teller di bank tersebut, tentu saja

hal ini terdapat perbedaan hak dan kewajiban antara kariyawan magang dengan

kariyawan teta. Selain hak dan kewajiban yang berbeda juga kriteria kariayawan

magang dan kariyawan tetap juga berbeda antara lain:45

1. Kariyawan magang Bank Muamalat KC Balai Kota Medan memiliki kontrak

3 tahun dan di perpanjang setiap setahun sekali, kariyawan tetap Bank

Muamalat KC Balai Kota medan tidak ada jangka waktu ataupun kontrak yang

harus di perpanjang.

2. Kariyawan magang Bank Muamalat KC Balai Kota Medan tidak boleh

menikah selama 2 tahun, tidak boleh lembur dan juga tidak mendapatkan cuti

hamil, kariyawan tetap Bank Muamalat KC Balai Kota Medan di perbolehkan

menikah, di berikan lembur dan mendapatkan cuti hamil

Meneurt peneliti perjanjian kerja magang yang ada di Bank Muamalat KC

Balai Kota Medan merupakan bagian dari ruang lingkup perjanjian kerja waktu

tertentu (PKWT). Sesuai dalam Pasal 59 Undang-undang Ketenagakerjaan,

perjanjian kerja dapat dibedakan menjadi perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT)

44
Ibid.,
45
Hasil Wawancara Dengan Bapak Ziqhri selaku Costumer Service Bank Muamalat KC
Balai Kota Medan, Pada Tanggal 8 Oktober 2023, Pukul 10.00 WIB, di Bank Muamalat KC Balai
Kota Medan
29

dan perjanjian kerja waktu tidak tertentu (PKWTT). Perbedaan mendasar antara

perjanjian kerja waktu tertentu dan perjanjian kerja waktu tidak tertentu adalah

terletak pada jangka waktunya, perjanjian kerja waktu tertentu merupakan

perjanjian antara pekerja dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja

untuk jangka waktu tertentu, sedangkan perjanjian kerja waktu tidak tertentu

adalah perjanjian antara pekerja dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan

kerja yang bersifat tetap.

Mengenai jangka waktu PKWT diatur pada Pasal 59 ayat 3 Undang-

undang Nomor 13 Tahun 2003 bahwa PKWT dapat diperpanjang atau

diperbarui dengan jangka waktu paling lama tiga tahun. Yang dimaksud

diperpanjang ialah melanjutkan hubungan kerja setelah PKWT berakhir

tanpa adanya pemutusan hubungan kerja. Sedangkan pembaruan adalah

melakukan hubungan kerja baru setelah PKWT pertama berakhir melalui

pemutusan hubungan kerja dengan tenggang waktu 30 hari, yaitu:

1. Jangka waktu PKWT dapat diadakan paling lama 2 tahun dan hanya

boleh diperpanjang sekali untuk jangka waktu paling lama 1

tahun (Pasal 59 ayat 4 UUKK ).

2. Pembaruan PKWT hanya boleh dilakukan sekali dan paling lama

2 tahun (Pasal 59 ayat 6 UUKK).

Beberapa prinsip perjanjian kerja waktu tertentu yang perlu

diperhatikan, antara lain:46

1. Harus dibuat secara tertulis dalam bahasa Indonesia dan huruf Latin,

minimal rangkap 2 (dua). Apabila dibuat dalam bahasa Indonesia dan

46
Arifuddin Muda Harahap,2020, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan, (Malang:
CV.Literasi Nusantara Abadi), halaman. 75-76
30

bahasa asing dan terjadi perbedaan penafsiran, yang berlaku bahasa

Indonesia.

2. Hanya dapat dibuat untuk pekerjaan tertentu yang menurut jenis dan

sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu.

3. Paling lama 3 tahun, termasuk jika ada perpanjangan atau

pembaharuan.

4. Pembaruan PKWT dilakukan setelah tenggang waktu 30 hari sejak

berakhirnya perjanjian.

5. Tidak dapat diadakan untuk jenis pekerjaan yang bersifat tetap

6. Tidak dapat mensyaratkan adanya masa percobaan kerja.

7. Upah dan syarat-syarat kerja yang diperjanjikan tidak boleh

bertentangan dengan peraturan perusahaan, perjanjian kerja bersama

(PKB), dan peraturan perundang-undangan.

Perjanjian kerja waktu tertentu dibuat dalam rangkap 2, masing-masing

untuk pengusaha dan pekerja/buruh. Mengingat perlunya pencatatan PKWT

sebagaimana diatur dalam Pasal 13 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Nomor Kep.100/ Men/VIIZOO4, maka ditambah 1 rangkap lagi,

yaitu untuk instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan

kabupaten/kota setempat. Pencatatan dilakukan selambat-lambatnya 7 hari kerja

sejak penandatanganan perjanjian kerja. Segala hal dan/atau biaya yang timbul

atas pembuatan PKWT menjadi tang. gung jawab pengusaha (Pasal 53 UUKK).47

47
Ibid, halaman.77
31

Pengelompokan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Berdasarkan Keputusan

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Kep.100/Men/Vl/2004

pengelompokan PKWT terdiri atas:

1. Perjanjian kerja waktu tertentu untuk pekerjaan yang sekali selesai atau

sementara sifatnya yang penyelesaiannya paling lama 3 tahun

a. Didasarkan atas selesainya pekerjaan tertentu.

b. Untuk jangka waktu paling lama 3 tahun.

c. Hubungan kerja putus demi hukum apabila pekerjaan tertentu dapat

diselesaikan lebih cepat dari yang diperjanjikan.

d. Dapat dilakukan pembaruan: Apabila karena dalam kondisi tertentu

pekerjaan tersebut belum dapat diselesaikan; dan setelah melebihi masa

tenggang waktu 30 hari sejak berakhirnya perjanjian kerja. Selama

tenggang waktu 30 hari secara hukum tidak ada hubungan kerja antara

pekerja/buruh dengan pengusaha.

2. Perjanjian kerja waktu tertentu untuk pekerjaan yang bersifat musiman

a. Berlaku untuk pekerjaan yang pelaksanaannya bergantung pada musim

atau cuaca.

b. Hanya untuk satu jenis pekerjaan tertentu.

c. Dapat juga dilakukan untuk pekerjaan-pekerjaan yang bersifat untuk

memenuhi pesanan atau target tertentu.

d. Tidak dapat dilakukan pembaruan untuk PKWT poin 1 dan 3.

3. Perjanjian kerja waktu tertentu untuk pekerjaan yang berhubungan dengan

produk baru
32

a. Berlaku untuk pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan

baru, atau produk tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan.

b. Jangka waktu paling lama 2 tahun dan dapat diperpanjang untuk 1 kali

paling lama 1 tahun.

c. Tidak dapat dilakukan pembaruan.

d. Hanya boleh diberlakukan bagi pekerja/buruh yang melakukan pekerjaan

di luar kegiatan atau di luar pekerjaan yang biasa dilakukan perusahaan.

4. Perjanjian kerja harian lepas

a. Berlaku untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu yang berubah-ubah dalam hal

waktu dan volume pekerjaan serta upah didasarkan pada kehadiran.

b. Pekerja/buruh bekerja kurang dari 21 hari dalam sebulan.

c. Apabila pekerja/buruh bekerja 21 hari atau lebih selama 3 bulan berturut-

turut, perjanjian kerja harian lepas berubah menjadi PKWTT

Berdasarkan hal di atas menurut peneliti untuk ketentuan dalam pelaksanaan

perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT) telah di perbaharui Menurut Keputusan

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. KEP.100/MEN/VI/2004 tentang

Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu dan Peraturan Pemerintah Nomor

35 tahun 2021 (PP 35/2021) tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Alih Daya,

Waktu Kerja dan Waktu Istirahat, dan Pemutusan Hubungan Kerja, yang

merupakan aturan turunan dari UU Cipta Kerja, pengertian Perjanjian Kerja

Waktu Tertentu (PKWT) adalah perjanjian kerja antara pekerja/buruh dengan

pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja dalam waktu tertentu atau untuk

pekerjaan tertentu. PKWT didasarkan atas jangka waktu atau selesainya suatu

pekerjaan tertentu berdasarkan perjanjian kerja.


33

Menurut peneliti PKWT dapat diadakan untuk pekerjaan yang jenis

dan sifat atau kegiatannya bersifat tidak tetap. PKWT dapat dilaksanakan

terhadap pekerjaan yang didasarkan atas jangka waktu, atau selesainya

suatu pekerjaan tertentu, atau pekerjaan tertentu lainnya yang jenis dan

sifat atau kegiatannya bersifat tidak tetap, dengan rincian sebagai berikut:

1. Pasal 5 ayat (1) PP 35/2021 mengatur PKWT berdasarkan jangka waktu,

yaitu:

a. Pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak

terlalu lama,

b. Pekerjaan yang bersifat musiman, atau

c. pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau

produk tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan.

2. Pasal 5 ayat (2) PP 35/2021 mengatur PKWT berdasarkan selesainya suatu

pekerjaan tertentu, yaitu:

a. Pekerjaan yang sekali selesai, atau

b. Pekerjaan yang sementara sifatnya.

3. Pasal 5 ayat (3) dan Pasal 10 ayat (1) PP 35/2021 menyebut PKWT yang

dapat dilaksanakan terhadap pekerjaan tertentu lainnya yang jenis dan sifat

atau kegiatannya bersifat tidak tetap berupa pekerjaan tertentu yang berubah-

ubah dalam hal waktu dan volume pekerjaan serta pembayaran upah

Pekerja/buruh berdasarkan kehadiran, seperti perjanjian kerja harian.

Terdapat tiga jenis jangka waktu PKWT, yang antara lainnya adalah

sebagai berikut sebagai berikut:


34

1. PKWT yang berdasarkan jangka waktu berlaku selama maksimal 5 tahun,

PKWT dapat diperpanjang beberapa kali apabila pekerjaan yang dilaksanakan

belum selesai, dengan ketentuan jangka waktu keseluruhan PKWT serta

perpanjangannya tidak lebih dari 5 tahun (pasal 8 PP 35/2021).

2. PKWT berdasarkan selesainya suatu pekerjaan tertentu didasarkan atas

kesepakatan para pihak. Dalam hal pekerjaan tertentu yang diperjanjikan

dalam PKWT belum dapat diselesaikan maka jangka waktu PKWT dilakukan

perpanjangan sampai batas waktu tertentu hingga selesainya pekerjaan. (pasal

9 PP 35/2021).

3. PKWT berdasarkan pekerjaan tertentu lainnya yang jenis dan sifat atau

kegiatannya bersifat tidak tetap dapat dilakukan dengan perjanjian kerja

harian, dengan ketentuan pekerja bekerja kurang dari 21 (dua puluh satu) hari

dalam 1 (satu) bulan. Dalam hal Pekerja/Buruh bekerja 21 (dua puluh satu)

hari atau lebih selama 3 (tiga) bulan berturut-turut atau lebih maka Perjanjian

Kerja harian menjadi tidak berlaku dan Hubungan Kerja antara Pengusaha

dengan Pekerja/Buruh demi hukum berubah berdasarkan Perjanjian Kerja

Waktu Tidak Tertentu/PKWTT atau menjadi pekerja tetap (Pasal 10 ayat (3)

dan (4).

Bank Muamalat KC Balai Kota Medan yang memiliki kariyawan

magang, menurut peneliti ketentuan kariyawan tersebut sesui dengan Pasal

21 hingga Pasal 29 Udang-undang Ketenagakerjaan yang mana tidak ada

perubahan dalam Undang-undang Cipta Kerja. Lebih lanjut, ditetapkan

dalam Pasal 11 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan (Permenaker) No. 6

Tahun 2020 yaitu pemagang wajib memberikan hak sesui dengan


35

ketentuan peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama terhitung

sejak menjadi peserta magang. Menurut peneliti ketentuan-ketentuan Bank

Muamalat KC Balai Kota Medan telah mengikuti segala aturan yang telah

ada dalam Undang-undnag Ketenagakerjaan dan disesuaikan dengan

peraturan perusahaan.

Berdasarkan Pasal 1 angka 20 UKK, Peraturan Perusahaan (PP) adalah

peraturan yang dibuat secara tertulis oleh pengusaha yang memuat syarat-syarat

kerja dan tata tertib perusahaan. Sedangkan menurut Pasal 1 huruf a kecil

Peraturan Mentri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi Nomor

Per-02/MEN/1978, PP adalah suatu peraturan yang dibuat secara tertulis yang

memuat ketentuan-ketentuan tentang syarat-syarat kerja serta tata tertib

perusahaan.48

Bank Muamalat KC Balai Kota Medan memiliki kualifikasi dalam

perekrutan kariyawan yang jarang sekali dimiliki oleh perbankan lain salah

satunya yaitu, kariyawan harus bisa mentaati syariat Islam seperti mengerjakan

sholat, berpuasa, dan menjaga tigkah laku sesui dengan syariat Islam, dan tidak

memiliki ketentuan khusus untuk memiliki sertifikat keahlian namun jika ada

sebagai nilai tambahan untu kariyawan tersebut.49

Sesuai dengan Bank Muamalat KC Balai Kota Medan memiliki peraturan

perusahaan yang harus di patuhi dan dijalani oleh para pekerja dengan aturan

tertulis seperti jam kerja di mulai dari jam 08.00 Wib sampai dengan 17.00 Wib.

Dalam hal ini jam aktif kerja di mulai dari jam 08.00 Wib sampai dengan 15.30
48
Ibid,halaman.96
49
Hasil Wawancara Dengan Bapak Ziqhri selaku Costumer Service Bank Muamalat KC
Balai Kota Medan, Pada Tanggal 8 Oktober 2023, Pukul 10.00 WIB, di Bank Muamalat KC Balai
Kota Medan
36

Wib. Setalah sudah jam 17.00 Wib sudah di perbolehkan pulang. Untuk lembur

diberikan kepada kariyawan yang telah melaporkan ke supervisor atau telah di

tunjuk supervisor untuk melaksanakan lembur seperti mendapatkan lembur di hari

istirahat sabtu minggu, hal ini harus di ketahui oleh superviso agar mudah untuk

di monitorisasi. Namun, Bank Muamalat KC Balai Kota Medan sangat jarang

memberikan lebur kerja karena mereka lebih mendahulukan pekerjaan yang

sangat penting untuk dikerjakan sehingga jam lembur sangat jarang di berikan.50

Undang-undang Cipta Kerja memiliki 2 (dua) skema jam kerja yang berlak

u di perusahaan yang ada di Indonesia, yakni:

1. 7 jam kerja dalam sehari atau 40 jam dalam seminggu yang berlaku untuk 6 ha

ri kerja dengan ketentuan libur 1 hari;

2. 8 jam kerja dalam sehari atau 40 jam dalam satu minggu yang berlaku untuk 5

hari kerja dengan ketentuan libur 2 hari.

Perusahaan dapat menyesuaikan aturan jam kerja yang berlaku ini sesuai d

engan kebutuhan yang ada di dalam perusahaan. Termasuk dalam hal hari libur, p

erusahaan bisa memberikannya di akhir pekan ataupun di hari lainnya. Keputusan

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP-233/MEN/2003 Tahun 2003

Tentang Jenis dan Sifat Pekerjaan yang Dijalankan Secara Terus Menerus. Pasal 3

Ayat (1) menyebutkan pekerjaan-pekerjaan yang dimaksud antara lain:

1. Pekerjaan yang bergerak di pelayanan jasa kesehatan


2. Pekerjaan yang bergerak di pelayanan jasa transportasi
3. Pekerjaan yang bergerak di pelayanan perbaikan alat transportasi
4. Pekerjaan yang bergerak di bidang usaha pariwisata
5. Pekerjaan di bidang jasa pos dan telekomunikasi
6. Pekerjaan yang bergerak di bidang penyediaan tenaga listrik, pelayana
n air bersih, dan penyediaan bahan bakar minyak dan gas bumi
50
Hasil Wawancara Dengan Bapak Ziqhri selaku Costumer Service Bank Muamalat KC
Balai Kota Medan, Pada Tanggal 8 Oktober 2023, Pukul 10.00 WIB, di Bank Muamalat KC Balai
Kota Medan
37

7. Pekerjaan di bidang usaha swalayan, perbelanjaan, dan sejenisnya;


8. Pekerjaan yang bergerak di bidang media massa
9. Pekerjaan yang bergerak di bidang pengamanan
10. Lembaga konservasi
11. Pekerjaan-pekerjaan yang jika dihentikan akan mengganggu proses pro
duksi, merusak bahan, dan juga pemeliharaan/perbaikan alat produksi.
Undang-undang Ketenagakerjaan Pasal 73 ayat (2) menjelaskan bahwa

cuti tahunan paling sedikit berjumlah 12 hari kerja setelah pekerja menjalankan

pekerjaannya selama dua belas bulan secara terus menerus. Cuti panjang paling

sedikit berjumlah dua bulan. Cuti panjang hanya boleh diambil untuk pekerja

yang sudah bekerja pada tahun ketujuh dan kedelapan. Cuti panjang diambil dari

masing-masing bulan untuk pekerja yang sudah lama bekerja. Lama bekerja

diukur dengan waktu 6 tahun berturut-turu. Syaratnya yaitu pekerja tidak

diperkenankan lagi mengambil cuti tahunan dalam kurun waktu 2 tahun ke depan.

cuti haid, hamil/melahirkan/keguguran bagi pekerja perempuan negara wajib

melindungi hak pekerja perempuan dengan memberikan kepastian hukum terkait

perlindungan pada masa haid, hamil/ melahirkan/ keguguran. Negara wajib

memberikan perlindungan kepada pekerja perempuan terhadap pelanggaran hak-

hak individu khususnya pada masa haid.

Haid adalah kodrat dan keadaan alamiah yang menunjukkan bahwa

perempuan sehat. Haid datang setiap bulan pada perempuan usia produktif. Siklus

haid Perempuan antara 21 hari sampai dengan 35 hari, namun rata-rata siklus haid

perempuan adalah 28 hari . Cuti hamil atau melahirkan adalah salah satu bentuk

dari hak libur bagi pekerja perempuan untuk menyiapkan kelahiran serta merawat

anaknya hingga usia tertentu. Dalam UUKK Pasal 82 ayat (1) disebutkan bahwa

pekerja. perempuan memiliki hak cuti selama 1,5 bulan sebelum dan sesudah

melahirkan sesuai dengan perhitungan dokter kandungan atau bidan. Bagi pekerja
38

perempuan yang keguguran, hak cuti yang serupa juga didapatkan. Hal tersebut

diatur dalam Pasal 82 ayat (2) UUKK.

Berdasrkan hal tersebut Bank Muamalat KC Balaik Kota Medan

memebrikan cuti hamil dan melahirkan kepada kariyawan tetap saja tidak untuk

kariyawan magang. Kemudian dalam hal pemberian cuti kepada kariyawan

magang sebanyak 12 hari dan kariyawan tetap 15 hari dan ada kewajiban untuk

mengambil cuti kurang lebih 5 hari, kewajiban pengambilan tersebut harus

dilaksankaan jika tidak kariyawan tersebut mendapatkan surat peringatan (SP)

dari perusahaan.51

B. Penetapan Upah Sesuai Dengan Perjanjian Kerja di Bank Muamalat KC

Balai Kota Medan

1. Ketentuan upah pekerja Bank Muamalat KC Balai Kota Medan

Pasal 2 PP Nomor 36 Tahun 2021 menjelaskan bahwa, (1) setiap Pekerja /

Buruh berhak atas penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. (2) setiap Pekerja /

Buruh berhak memperoleh perlakuan yang sama dalam penetapan sistem

pengupahan tanpa diskriminasi. (3) setiap Pekerja / Buruh berhak memperoleh

upah yang sama untuk pekerjaan yang sama nilainya.

Bank Muamalat KC Balai Kota Medan, memberikan hak karyawan

berdasarkan ketentuan dan peraturan yang berlaku baik nasional maupun daerah

setempat. Semua karyawan memperoleh layanan dan manfaat kesehatan, seperti

karyawan wanita memperoleh cuti hamil dengan pemberian gaji penuh selama

tiga bulan. Bank Muamalat KC Balai Kota Medan memberikan kesempatan bagi

51
Hasil Wawancara Dengan Bapak Ziqhri selaku Costumer Service Bank Muamalat KC
Balai Kota Medan, Pada Tanggal 8 Oktober 2023, Pukul 10.00 WIB, di Bank Muamalat KC Balai
Kota Medan
39

karyawan untuk mengambil cuti panjang. Kemudian memberikan apresiasi berupa

penghargaan kepada karyawan mulai dari hal kecil hingga besar seperti:52

a. karyawan layanan atau service seitan 3 bulan sekali sering diadakan service

champion di tingkat ragion dan nasional penghargaan yang di dapatkan

berupa uang tunai, prestasi maupun promosi kenaikan jabatan yang lebih

tinggi

b. karyawan dibidan sales atau marketing penghargaan diberikan ketika

mendapatkan kan achive target seperti bagian haji, marketing finding atau

marketing pembiayaan . ketika achivment targetnya secara month to date or

year to date dapat dicapai maka akan mendapatkan penghargaan seperti uang

tunai, atau mentor, atau memberikan sharing ke teman-teman yang belum

mendapatkan achivment

Pendapatan yang dihasilkan para buruh atas pelaksanaan kegiatan-kegiatan

yang telah ditentukan dalam Perjanjian Kerja di suatu perusahaan, dapat

dikatakan sangat berperan dalam hubungan ketenagakerjaan dan sebagai dasar

hubungan ketenagakerjaan yang baik, maka sudah selayaknya kalau seorang

buruh/pekerja:53

a. Dapat menjamin kebutuhan hidupnya yang pokok beserta keluarganya

b. Memperoleh sejumlah pendapatan yang cukup di pertimbangkan agar

merasakan kepuasan berkenaan adanya kesesuaian dengan pendapatan orang

lain yang mengerjakan pekerjaan yang sejenis diperusahaannya

ataupun di tempat usaha lain di masyarakat.

52
Hasil Wawancara Dengan Bapak Ziqhri selaku Costumer Service Bank Muamalat KC
Balai Kota Medan, Pada Tanggal 8 Oktober 2023, Pukul 10.00 WIB, di Bank Muamalat KC Balai
Kota Medan
53
R. Joni Bambang , 2013, Hukum Ketenakerjaan, (Bandung : Pustaka Setia), halaman.45
40

Adapun jenis-jenis upah dalam hukum ketenagakerjaan yang dapat peneliti

uraikan sebagai berikut:54

a. Upah Nominal yaitu, Sejumlah uang yang dibayarkan kepada buruh/pekerja

yang berhak secara tunai sebagai imbalan atas pengarahan jasa-jasa atau

pelayanannya sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam

perjanjian kerja di bidang industri atau perusahaan ataupun dalam suatu

organisasi kerja, dimana ke dalam upah tersebut tidak ada tambahan atau

keuntungan yang lain yang diberikan kepadanya. Upah nominal ini sering pula

disebut upah uang (money wages) sehubungan dengan wujudnya yang

memang berupa uang secara keseluruhan nya.

b. Upah Nyata (Real wages) yaitu, upah uang yang nyata yang benar benar harus

diterima oleh seseorang yang berhak. Upah nyata ini ditentukan oleh daya beli

upah tersebut yang akan banyak tergantung dari:

1) Besar atau kecilnya jumlah uang yang diterima;

2) Besar atau kecilnya biaya hidup yang diperlukan;

Ada kalanya upah itu diterima dalam wujud uang dan fasilitas atau in natura,

maka upah nyata yang diterimanya yaitu jumlah upah uang dan nilai rupiah

dari fasilitas dan barang in natura tersebut.

c. Upah Hidup yaitu, upah yang diterima seseorang buruh/pekerja itu relative

cukup untuk membiayai keperluan hidup yang lebih luas,

yang tidak hanya kebutuhan pokoknya yang dapat dipenuhi melainkan juga

sebagian dari kebutuhan sosial keluarganya, misalnya bagi pendidikan, bagi

bahan pangan yang memiliki nilai-nilai gizi yang lebih baik, iuran asuransi

54
Endeh Suhartini,dkk, 2021, Politik Hukum Sistem Pengupahan,(Depok: PT. Rajawali
Buana Pusaka),halaman.41-44
41

jiwa dan beberapa lainnya lagi. Kemungkinan setelah masyarakat Adil dan

Makmur yang sedang kita perjuangkan dapat terwujud sebaik-baiknya, upah

yang diterima buruh pada umumnya dapat berupa upah hidup, ataupun pula

kalau perusahaan

tempat kerjanya itu dapat berkembang dengan baik, sehingga menjadi

perusahaan yang kuat yang akan mampu memberi upah hidup, karena itu

maka pihak buruh sebaiknya berjuang, berpahit-pahit dahulu dengan pihak

pengusaha agar perusahaan yang kuat itu dapat terwujud.

d. Upah Minimum (Minimum Wages) yaitu, Indonesia sudah sejak 1970-an

sudah mengenal penetapan upah minimum, padahal banyak negara yang lebih

maju belum mengaturnya. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Pasal 23

No 36 Tahun 2021 Tentang Pengupahan. Bahwa, upah minimum merupakan

upah bulanan terendah yaitu upah tanpa tunjangan atau upah pokok dan

tunjangan.

e. Upah Wajar (Fair Wages), yaitu secara relatif dinilai cukup wajar oleh

pengusaha dan para buruhnya sebagai uang imbalan atas jasa-jasa

yang diberikan buruh/pekerja kepada pengusaha atau perusahaan, sesuai

dengan perjanjian kerja diantara mereka. Upah yang wajar ini tentunya sangat

bervariasi dan bergerak antara Upah Hidup, yang diperkirakan oleh pengusaha

cukup untuk mengatasi kebutuhan-kebutuhan buruh/pekerja dengan

keluarganya (disamping mencukupi kebutuhan pokok juga beberapa

kebutuhan pangan lainnya, transportasi dan sebagainya).

Undang-undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menyatakan

bahwa upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk
42

uang imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang diteta

pkan dan dibayar menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan peru

ndang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas sua

tu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan.

Pemberian upah terhadap karyawan Bank Muamalat KC Balai Kota

Medan sesuai dengan yang telah di tentukan oleh Mentri Ketenagakerjaan,

artianya upah di Bank Muamalat KC Balai Kota Medan sesuai dengan Perbankan

lainnya. Untuk pemebrian intensif dan bonus-bonus besar kecilnya di sesuaikan

dengan perbankan tersebut.55

Dalam menetapkan anggaran kenaikan gaji, pengusaha

mempertimbangkan faktor-faktor kondisi dan kemampuan perusahaan, serta

keadaan ekonomi moneter nasional yang antara lain tercermin dari angka inflasi

yang ditetapkan Pemerintah Indonesia. Kerja lembur adalah kerja yang dilakukan

selebihnya dari jam kerja yang telah ditentukandan atau pada hari-hari libur resmi,

hari-hari istirahat mingguan sesuai pengaturan dan atau perintah kerja pimpinan.

Pada umumnya kerja lembur dilaksanakan atas dasar sukarela, kecuali

karena sifat dankebutuhan pekerjaan yang mendesak, maka kepada Pekerja dapat

diharuskan kerjalembur dan sesuai dengan UU No. 13 Tahun 2003 kerja lembur

dilakukan dengan adanya persetujuan kedua belah pihak dan tidak ada unsur

paksaan. Setiap kerja lembur harus berdasarkan perintah lembur yang diberikan

oleh atasan (pejabat yang berwenang) dengan Surat Perintah Kerja Lembur.

Berdasarkan hal tersebut Bank Muamalat KC Balai Kota Medan memberik

an lembur dengan pemberian upah yang di in put di Human Capital system yang a
55
Hasil Wawancara Dengan Bapak Ziqhri selaku Costumer Service Bank Muamalat KC
Balai Kota Medan, Pada Tanggal 8 Oktober 2023, Pukul 10.00 WIB, di Bank Muamalat KC Balai
Kota Medan
43

kan diberikan setelah beberapa hari kemudian yang akan masuk kerekening karya

wan yang mengajukan atau ditetapkan untuk lembur.56

Perusahaan masih berhak untuk melakukan perubahan waktu kerja dengan

menetapkan kembali waktu kerja bagi pekerjanya. Perubahan yang terjadi pada

waktu kerja wajib diberitahukan oleh perusahaan kepada tenaga kerja minimal

30 (tiga puluh) hari sebelum disahkannya waktu kerja terse- but. Perubahan

tersebut harus diberitahu secara tertulis atas perubahan kepada instansi yang

berwenang di bidang ketenagakerjaan di kabupaten/kota. Selain itu perusahaan

yang menggunakan waktu kerja harus melaporkan pelaksanaannya 3 (tiga) bulan

sekali kepada Instansi yang berwenang di bidang ketenagakerjaan di kabu-

paten/kota dengan tembusan kepada menteri. Laporan yang dibuat memuat

tentang:

a. Waktu kerja yang dipilih yang ditetapkan dan waktu istira-

hatnya,

b. Jumlah pekerja/buruh yang dipekerjakan,

c. Daftar upah kerja lembur tetap;

d. Perubahan pelaksanaan waktu kerja,

Ketidak sesuaian dan penyimpangan atas ketentuan ini terdapat pada Pasal

78 UUKK diatur dengan syarat sebagai berikut:

a. Telah disetujui oleh pekerja/buruh yang bersangkutan; dan


b. Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak
3 (tiga) jam dalam 1 (satu) hari dan 14 (empat belas) jam dalam 1
(satu) minggu.
c. Pengusaha yang mempekerjakan buruh/pekerja melebihi
waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 wajib
membayar upah kerja lembur sesuai peraturan.
56
Hasil Wawancara Dengan Bapak Ziqhri selaku Costumer Service Bank Muamalat KC
Balai Kota Medan, Pada Tanggal 8 Oktober 2023, Pukul 10.00 WIB, di Bank Muamalat KC Balai
Kota Medan
44

Apabila upah terdiri upah pokok dan tunjangan tetap maka dasar

perhitungan upah lembur adalah 100% (seratus persen) dari upah. Dalam hal upah

tediri dari upah pokok, tunjangan tetap dan tunjangan tidak tetap, apabila upah

pokok tambah tunjangan tetap lebih kecil dari 75% (tujuh puluh lima persen).

Keseluruhan upah, maka dasar perhitungan upah lembur 74% (tujuh puluh lima

persen) dari keseluruhan upah. Cara perhitungan upah kerja lembur apabila kerja

lembur dilakukan pada hari kerja adalah sebagai berikut:

a. Untuk jam lembur pertama harus dibayar sebesar 1,5 (satu

setengah) kali upah sejam;

b. Untuk setiap jam kerja lembur berikut nya harus dibayar

upah sebesar 2 (dua) kali upah sejam

Menurut peneliti penentuan upah jika terjadi pemutusan hubungan kerja

(PHK) Bank Muamalat KC Balai Kota Medan dalam hal ini tetap membayarkan

pesangon, panghargaan masa kerja dan pengganti hak maka perhitungannyaterdiri

dari: Komponen dasar perhitungan untuk pesangon dan penghargaan masa kerja

berupa: Gaji/upah pokok terakhir, THR proporsional, Insentif rata-rata 6 bulan

terakhir bagi pekerja golongan insentif.

Berdasarkan Pasal 1 ayat (6) UU. Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan bahwa:57

a. Setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak,

milik orang perseorangan, milik las anan, atau milik

badan hukum, baik milik swasta maupun milik negara, yang

57
Endeh Suhartini,dkk, 2021, Op.Cit.,halaman.50
45

memperkerjakan pekerja/buruh dengan membayar upah atau

imbalan dalam bentuk lain

b. Usaha-usaha dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan

mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk

lain

Dengan adanya Upah minimum yang menjadi landasan pengusaha

memberikan upah kepada pekerja/buruh. Hal ini sesuai dalam ketentuan Pasal 23

Undang-undang No.36 Tahun 2021 tentang Pengupahan menjelaskan bahwa,

upah minimum mer upakan upah bulanan terendah yaitu upah tanpa tunjangan

atau upah pokok dan tunjangan. Upah minimum Kabupaten/Kota ditetapkan

setelah upah minimum Provinsi dan harus lebih tinggi dari upah minimum

Provinsi. Perhitungan nilai upah minimum Kabupaten/Kota dilakukan Dewan

Pengupahan Kabupaten/Kota, Kemudian hasil yang diperoleh disampaikan pada

Bupati/Wali kota untuk direkomendasikan pada Gubernur, melalui Dinas

Penyelenggaraan Urusan Pemerintah Bidang Ketenaga Kerjaan Provinsi, upah

minimum tahun berikutnya sama dengan upah berjalan. Upah minimum

Kabupaten/Kota ditetapkan oleh Gubernur dan diumumkan paling lambat tanggal

30 tahun berjalan dan terhitung dari 1 januari tahun berikutnya.58

Perlu diketahui, Kementrian Ketenagakerjaan (Kemnaker) telah resmi

menetapkan upah minimum tahun 2023 maksimal 10% (sepuluh persen).

Penetapan itu termaktub dalam Peraturan Menteri Ketenagakerjaan (Permanaker)

Nomor 18 Tahun 2022 tentang penetapan upah minimum Tahun 2023. 59 Bank

58
Syalsa Billa Ananda dan Yuyuk Yiliana, Kebijakan Penetapan Upah Minimum Di
Kabupaten Deli Serdang, Jurnal Mutiara Manajemen, Vol. 7 ,No.1, 2022, halaman.39
59
https://medanbisnisdaily.com/news/online/read/2022/12/05/164174/
umk_medan_2023_diusulkan_naik_752_jadi_rp_3,62 juta/ , Diakses Pada Tanggal 9 Oktober
2023, Pukul. 13.00 WIB
46

Muamalat KC Balai Kota Medan yang berlokasi di Kota Medan mengikuti

ketentuan pengupahan yang telah ditetapkan oleh pemerintah kabupaten/kota

Medan. Besaran UMK Sumut 2023 juga telah ditetapkan melalui Surat Keputusan

(SK) Gubernur Sumut untuk tiap kabupaten dan kota. Namun demikian, dari total

33 kabupaten/kota di Sumut, tujuh diantaranya mengikuti Upah Minimum

Provinsi (UMP).60 Adapun dalam pemberian upah memiliki sistem pembayaran

upah yaitu:61

a. Sistem Upah Jangka Waktu, menurut pengupahan ini ditetapkan menurut

jangka waktu pekerja/buruh melakukan pekerjaan: untuk tiap jam diberi upah

jam-jaman, untuk upah sehari-hari diberi upah harian, untuk seminggu bekerja

diberi upah mingguan, untuk sebulan bekerja diberi upah bulanan, dan

sebagainya. Dalam hal ini pengupahan yang tetap. Karena untuk waktu-waktu

yang tertentu pekerja/buruh akan menerima upah yang tertentu pula, buruh

tidak perlu melakukan pekerjaannya secara tergesa-gesa untuk mengejar hasil

yang sebanyak-banyaknya, sehingga dengan demikian dapat diharapkan

pekerja/buruh akan bekerja dengan baik dan teliti. Sebaliknya dalam

pengupahan ini, tidak ada cukup dorongan untuk bekerja secara giat, bahkan

kadang-kadang hasilnya kurang dari yang layak dapat diharapkan. Karena itu

ini sering kali disertai dengan sistim premi, dari buruh/pekerja dimintakan

untuk jangka waktu tertentu. Jika ia dapat menghasilkan lebih dari yang telah

ditentukan itu, ia mendapat premi.

60
https://umsu.ac.id/berita/ump-sumut-2023-dan-umk-sumut-2023-telah-ditetapkan/,
diakses Pada Tanggal 15 Juli 2023, Pukul 10.00 WIB
61
Iman Soepomo,1990, Pengantar Hukum Perburuhan, (Jakarta: Penerbit Djambatan),
halaman.133-134.
47

b. Sistem Upah Potongan, upah potongan ini seringkali digunakan untuk

mengganti upah-jangka waktu, dimana atau bilamana hasil pekerjaan tidak

memuaskan. Karena upah ini hanya dapat ditetapkan jika hasil pekerjaan dapat

di ukur menurut ukuran tertentu, misalnya jumlah banyaknya, jumlah

beratnya, jumlah luasnya dari apa yang dikerjakan, maka sistim pengupahan

ini tidak dapat digunakan di semua Manfaat pengupahan ini adalah:

1) Buruh/pekerja mendapat dorongan untuk bekerja giat,

karena makin banyak ia menghasilkan, makin banyak pula

upah yang akan diterimanya;

2) Produktivitas buruh/pekerja dinaikkan setinggi-tingginya;

3) Barang modal seperti alat dan sebagainya, digunakan secara

intensif,

4) Tetapi sebaliknya ini memungkinkan keburukan sebagai berikut: Kegiatan

buruh/pekerja yang berlebih-lebihan; Buruh/pekerja kurang mengindahkan

untuk menjaga keselamatan dan kesehatannya; Kurang teliti dalam

mengerjakan sesuatu;

c. Upah Tidak Tetap, untuk menampung keburukan ini, ada kalanya sistim upah

potongan (payment by result) ini, digabungkan dengan sistim upah jangka

waktu menjadi sistim upah-potongan dengan upah minimum. Dalam upah

gabungan ini ditentukan bahwa upah minimum untuk jangka waktu yang

tertentu misalnya upah minimum sehari dan jumlah banyaknya hasil yang

sedikit-dikitnya untuk pekerjaan sehari. Jika pada suatu hari buruh hanya

menghasilkan jumlah yang minimum atau pun kurang dari minimum itu,

pekerja akan juga hanya menerima upah minimum sehari itu. Jika ia
48

menghasilkan lebih banyak dari minimum itu ia menerima upah menurut

banyaknya hasil pekerjaan itu.

d. Sistem Upah-Permupakatan. Sistem pengupahan ini pada dasarnya adalah

upah-potongan, yaitu upah untuk hasil pekerjaan tertentu, misalnya pada

pembuatan jalan, pekerjaan memuat, membongkar dan mengangkut barang

dan sebagainya, tetapi upah itu bukanlah diberikan kepada buruh masing-

masing, melainkan kepada sekumpulan buruh yang las an-sama melakukan

pekerjaan itu. Sistem pengupahan ini sangat mirip upah las an terkadang

seringkali sukar dibedakan dari pemborongan pekerjaan

(aannemerji,aanneming van werk) biasa, dimana tidak terdapat hubungan

kerja antara tiap pekerja itu dengan orang yang memborongkan pekerjaan

(aanbesteder).

e. Sistem Skala Upah Berubah Pada skala-upah berubah (sliding scale) ini

terdapat pertalian antara upah dengan harga penjualan hasil las anan. Cara

pengupahan ini dapat dijalankan dengan harga barang serta hasilnya untuk

terbesar atau seluruhnya tergantung dari harga pasaran di luar negeri. Upah

akan naik atau turun menurut naik turunnya harga penjualan barang hasil.

Cara pengupahan ini terdapat pada Perusahaan pertambangan dan pabrik baja

di Inggris. Dalam sistim ini yang menimbulkan kesulitan ialah bilamana harga

itu turun yang dengan sendirinya akan mengakibatkan penurunan upah.

Karena buruh sudah biasa menerima upah yang lebih tinggi, maka penurunan

upah akan menimbulkan perselisihan


49

f. Sistem Upah Indeks, upah yang naik-turun menurut angka indeks biaya

penghidupan, disebut upah indeks. Naik-turunnya upah ini tidak

mempengaruhi nilai rill dari rupiah.

g. Sistem Pembagian Keuntungan, disamping upah yang diterima buruh pada

waktu-waktu tertentu, pada penutupan tahun buku bila ternyata majikan

menerima keuntungan yang cukup besar, kepada buruh diberikan dari

keuntungan itu. Sistem pembagian keuntungan, ini pada umumnya tidak di

sukai oleh pihak majikan dengan alasan bahwa keuntungan itu adalah

pembayaran bagi resiko yang menjadi tanggungan majikannya. Buruh tidak

ikut menanggung bila menderita rugi. Karena itu majikan pada umumnya

lebih condong pada copartnership, dimana buruh dengan jalan menabung

diberi kesempatan menjadi pesero dalam upah. Di samping menerima upah

sebagai buruh, ia akan menerima pembagian keuntungan sebagai sistem

copartnership ini sekarang banyak dijalankan misalnya di Amerika Serikat, di

Nederland dan lain-lain.

2. Asas-asas Pengupahan dalam Hukum Ketenagakerjaan

Asas-asas hukum yang berfungsi sebagai dasar filosofis yang

diaplikasikan secara dogmatis dalam peraturan perundang-udangan untuk

menentukan kebijakan dan kepastian hukum terkait dengan beberapa asas

pengupahan yang telah diatur dalam perundang-undangan ketenagakerjaan

sebagai berikut:62

62
Abdul Khakim, 2006, Seri Hukum Ketenagakerjaan Aspek Hukum Pengupahan
Berdasarkan UUNomor 13 Tahun 2003, (Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, Bandung),halaman.16 -
17
50

a. Asas menerima upah timbul pada saat adanya hubungan kerja

dan berakhir pada saat hubungan kerja putus (Pasal 2 PP. Nomor

8 Tahun 1981 tentang Perlindungan Upah)

b. Pengusaha tidak boleh mengadakan diskriminasi upah bagi

pekerja/buruh laki-laki atau untuk jenis pekerjaan yang

sama. ( Pasal 3 PP. 8 Tahun 1981 tentang Perlindungan Upah)

c. Upah tidak dibayar apabila pekerja/buruh tidak melakukan

pekerjaan atau disebut asas no work no pay (Pasal 93 ayat

(1) Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan)

d. Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari ketentuan

upah minimum (Pasal 90 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13Tahun 2003)

e. Komponen upah terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap dengan formulasi

upah pokok minimal 75% (tujuh puluh lima persen) dari jumlah upah pokok

dan tunjangan tetap (Pasal 94 Undang-undang 13 Tahun 2003)

f. Pelanggaran yang dilakukan oleh pekerja/buruh karena kesengajaan atau

kelalainnya dapat dikenakan denda (Pasal 95 ayat (1) UU. No. 13 Tahun

2003);

g. Pengusaha yang karena kesengajaanya atau kelalaiannya mengakibatkan

keterlambatan pembayaran upah, dikenakan denda sesuai dengan persentase

tertentu dari upah pekerja atau buruh (Pasal 95 ayat(2) Undang-undang Nomor

13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan)

h. Dalam hal las anan dinyatakan pailit atau dilikuidasi berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku, maka upah dan hak-hak lainnya dari

pekerja/buruh merupakan utang yang harus didahulukan pembayarannya,


51

(Pasal 95 ayat (4) Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan).

i. Tuntutan pembayaran upah pekerja /buruh dan segala pembayaran yang

timbul dari hubungan kerja menjadi kedaluwarsa setelah melampaui jangka

waktu 2 tahun sejak timbulnya hak (Pasal 96 Undang-undang

Ketenagakerjaan)

Terbitnya Peraturan Menteri Ketenagakerjaa Republik Indonesia Nomor

18 Tahun 2022 Tentang Penetapan Upah Minimum 2023 memberikan regulasi

pemberian upah untuk kesejahteraan pekerja/buruh. Dalam hal ini Pasal 4

menjelaskan:

a. Upah Minimum berlaku bagi Pekerja/Buruh dengan masa kerja kurang dari 1

(satu) tahun pada perusahaan yang bersangkutan.

b. Pekerja/Buruh dengan masa kerja kurang dari 1 (satu)

tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang memiliki kualifikasi tertentu

dapat diberikan upah lebih besar dari Upah Minimum.

c. Kualifikasi tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) meliputi:

1) Pendidikan,

2) Kompetensi; dan/atau

3) Pengalaman kerja yang dipersyaratkan untuk melaksanakan pekerjaan atau

jabatan.

d. Upah bagi Pekerja/Buruh dengan masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih

berpedoman pada struktur dan skala upah.


52

Berdasarkan hal tersebut Bank Muamalat KC Balai Kota Medan dalam

memberikan upah terhadap pekerja/buruh telah mengikuti aturan perundang-

undangan yang mana telah dibahas sebelumnya. Untuk itu Bank Muamalat KC

Balai Kota Medan menghargai keragaman dan memberikan kesetaraan peluang di

tempat kerja serta menawarkan memberikan kesempatan untuk meningkatkan

skils dengan mengitkuti berbagai traning external dan internal, mengikuti ujian

yang di haruskan untuk lulus dalam ujian agar memiliki penilaian yang bagus

terhadap karyawan. Adanya costumer cervice forum yang membahas tentang isu-

isu atau kendala-kendala saat bekerja serta membahas pencapaian karyawan

dalam bekerja hal ini dilakukan untuk evaluasi terhadap kinerja karyawan Bank

Muamalat KC Balai Kota Medan.63

Bank Muamalat KC Balai Kota Medan bertanggung jawab memberikan

upah sesuai ketentuan undang-undang ketenagakerjaan. Peneliti menemukan

bahwa Bank Muamalat KC Balai Kota Medan telah memberikan kesejahteraan

kepada pekerja/buruh yang bekerja dengan ketentuan dan tata tertib Perusahaan.

Bank Muamalat KC Balai Koota Medan memiliki kewajiab untuk setiap pekerja

untuk memiliki jaminan Kesehatan yang mana jaminan Kesehatan tersebut telah

tersambung langsung dengan BPS Ketenagakerjaan hal ini sesuai dengan anjuran

pemerintah. Serta bertanggungjawab untuk terjadinya kecelakaan kerja

mengakibatkan pekerja tersebut harus di rawat inap dan butuh perawatan intensif,

maka dengan adanya BPJSKetenagakerjaan Perusahaan sudah secara langsung

bertanggungjawab serta memberikan santunan untuk keluarganya.64


63
Hasil Wawancara Dengan Bapak Ziqhri selaku Costumer Service Bank Muamalat KC
Balai Kota Medan, Pada Tanggal 8 Oktober 2023, Pukul 10.00 WIB, di Bank Muamalat KC Balai
Kota Medan
64
Hasil Wawancara Dengan Bapak Ziqhri selaku Costumer Service Bank Muamalat KC
Balai Kota Medan, Pada Tanggal 8 Oktober 2023, Pukul 10.00 WIB, di Bank Muamalat KC Balai
Kota Medan
53

BPJS merupakan badan hukum yang dibentuk dan

dikembangkan sebagai penyelenggara atas program jaminan las a (UU No. 24

Tahun 2011). BPJS memiliki dua jenis yakni BPJS Kesehatan dan BPJS

Ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan diperun-tukkan bagi seluruh warga negara RI

siapapun itu, sedangkan BPJS Ketenagakerjaan merupakan jaminan yang

diberikan kepada para tenaga kerja.65

C. Bentuk Pertanggung Jawaban Bank Muamalat KC Balai Kota Medan

Dalam Memberikan Upah Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Pekerja

1. Kesejahteraan pekerja dalam pemberian upah

Di Indonesia, konsep kesejahteraan merujuk pada konsep “pembangunan

kesejahteraan sosial”, yakniserangkaian aktivitas yang terencana dan melembaga

yang ditujukan untuk meningkatkan standar dan kualitas kehidupan manusia.

Sebagai sebuah proses untuk meningkatkan kondisi sejahtera, istilah

‘kesejahteraan’ sejatinya tidak perlu pakai kata ‘sosial’ lagi, karena sudah jelas

menunjuk pada sektor atau bidang yang termasuk dalam wilayah pembangunan

sosial.Sektor pendidikan dan kesehatan juga termasuk dalam wilayah

pembangunan sosial dan tidak memakai embel-embel sosial atau manusia. Di

negara lain, istilah yang banyak digunakan adalah welfare (kesejahteraan) yang

secara konseptual mencakup segenap proses dan aktivitas menyejahterakan warga

negara dan menerangkan system pelayanan sosial dan skema perlindungan sosial

bagi kelompok yang kurang beruntung.66

Dalam konteks pembangunan nasional, Pembangunan kesejahteraan dapat

didefinisikan sebagai segenap kebijakan dan program yang dilakukan oleh


65
Arifuddin Muda Harahap,2020, Op.Cit.,halaman.125
66
Edi Suharto, 2005, Analisis Kebijakan Publik: Panduan Praktis Mengkaji Masalah
dan Kebijakan Sosial, (Bandung: Alfabeta), halaman.64.
54

pemerintah, dunia usaha, dan civil society untuk mengatasi masalah sosial dan

memenuhi kebutuhan manusia melalui pendekatan pekerjaan sosial. Meskipun

pembangunan kesejahteraan dirancang guna memenuhi kebutuhan publik yang

luas, target utamanya adalah para pemerlu pelayanan sosial (PPS), yaitu mereka

yang mengalami hambatan dalam menjalankan fungsi sosialnya sehingga tidak

mampu memenuhi kebutuhan hidupnya yang paling mendasar dan karenanya

memerlukan pelayanan kesejahteraan sosia. fungsi dan peran utama dalam

pengembangan kesejahteraan diarahkan untuk:67

a. Mendorong investasi sosial (social investment) melalui penyiapan dan

penyediaan sumber daya manusia (SDM) atau angkatan kerja yang

berkualitas.

b. Meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) melalui kebijakan dan

pelayanan sosial yang berdampak langsung pada peningkatan keberdayaan

rakyat dalam mengakses sumber dan pelayanan sosial, ekonomi, pendidikan,

dan kesehatan.

c. Mempertegas peran dan mandat kewajiban negara (state obligation) dalam

mewujudkan kemerataan kehidupan secara nyata melalui sistem perlindungan

sosial.

Sekurang-kurangnya terdapat tiga indikator kesejahteraan bagi rakyat suatu

negara, yaitu:68

Pertama, Peningkatan jumlah dan pemerataan pendapatan. Hal ini

berhubungan dengan masalah ekonomi. Pendapatan berhubungan dengan

lapangan kerja, kondisi usaha, dan faktor ekonomi lainnya. Penyediaan lapangan
67
Ibid.
68
Lamijan dan Jamal Wiwoho, 2021, Upah Pekerja dan Keadilan Teori Tinjauan
Teoritis, (Jawa Tengah: CV. Pena Persada),halaman.63-64
55

kerja mutlak dilakukan oleh semua pihak agar masyarakat memiliki

penghasilan tetap untuk memenuhi kebutuhan hidupnyan. Tanpa itu semua,

mustahil manusia dapat mencapai kesejahteraan.

Tanda-tanda masih belum sejahteranya suatu kehidupan masyarakat adalah

jumlah dan sebaran pendapatan yang mereka terima. Kesempatan kerja dan

kesempatan berusaha diperlukan agar masyarakat mampu memutar roda

perekonomian yang pada akhirnya mampu meningkatkan jumlah pendapatan yang

mereka terima. Dengan pendapatan mereka ini, masyarakat dapat melakukan

transaksi ekonomi.

Kedua, Pendidikan yang semakin merata dan mudah untuk

dijangkau. Pengertian mudah di sini dalam arti jarak dan nilai yang harus

dibayarkan oleh masyarakat. Pendidikan yang mudah dan murah

merupakan impian semua orang. Dengan pendidikan yang murah dan

mudah itu, semua

orang dapat dengan mudah mengakses pendidikan setinggi-tingginya.

Dengan pendidikan yang tinggi itu, kualitas sumber daya

manusianya semakin meningkat. Dengan demikian kesempatan untuk

mendapatkan

pekerjaan yang layak semakin terbuka. Berkat kualitas sumber daya

manusia yang tinggi ini, lapangan kerja yang dibuka tidak lagi berbasis

kekuatan otot, tetapi lebih banyak menggunakan kekuatan otak.

Sekolah dibangun dengan jumlah yang banyak dan merata, disertai

dengan

peningkatan kualitas, serta biaya yang murah. Kesempatan untuk


56

memperoleh pendidikan tidak hanya terbuka bagi mereka yang memiliki

kekuatan ekonomi, atau mereka yang tergolong cerdas saja. Tapi, semua

orang diharuskan untuk memperoleh pendidikan setinggi-tingginya.

Sementara itu, sekolah juga mampu memberikan layanan pendidikan yang

sesuai dengan kebutuhan peserta didiknya. Pendidikan di sini, baik yang

bersifat formal maupun non formal. Kedua jalur pendidikan ini memiliki

kesempatan dan perlakuan yang sama dari pemerintah dalam memberikan

layanan pendidikan kepada masyarakat. Kesejahteraan manusia dapat

dilihat dari kemampuan mereka untuk mengaksespendidikan, serta mampu

menggunakan pendidikan itu untuk mendapatkan kebutuhan hidupnya.

Ketiga, Kualitas kesehatan yang semakin meningkat dan merata.

Kesehatan merupakan faktor untuk mendapatkan pendapatan dan

pendidikan. Karena itu, faktor Kesehatan ini harus ditempatkan sebagai hal

yang utama dilakukan oleh pemerintah. Masyarakat yang sakit akan sulit

memperjuangkan kesejahteraan dirinya. Jumlah dan jenis pelayanan

kesehatan harus sangat banyak.

Masyarakat yang membutuhkan layanan kesehatan tidak dibatasi

oleh jarak dan waktu. Setiap saat mereka dapat mengakses layanan

kesehatan yang murah dan berkualitas. Hal ini merupakan kewajiban

pemerintah yang tak bisa ditawar-tawar lagi. Apabila masih banyak

keluhan masyarakat tentang layanan kesehatan, maka itu pertanda bahwa

suatu negara masih belum mampu mencapai taraf kesejahteraan yang

diinginkan oleh rakyatnya.


57

Pemerintah melalui pembangunan harus dapat memberi peluang da

n jaminan peningkatan kesejahteraan bagi rakyatnya secara terencana, mel

embaga dan berkesinambungan. Faktor utama pendorong berkembang-nya

kesejahteraan adalah pembangunan industri. Industrialisasi telah membaw

a perubahan yang signifikan terhadap tatanan tradisional dalam penyediaa

n kesejahteraan dan ikatan keluarga, seperti akselerasi pertumbuhan ekono

mi, pertumbuhan populasi penduduk, munculnya pembagian kerja (divison

of labour), perubahan pola kehidupan keluarga dan komunitas, maraknya

pengangguran siklikal, terciptanya kelas pekerja nir-lahan (landless workin

g class) beserta potensi mobilisasi politis mereka. Perkembangan kesejahte

raan ini mengalami penyesuaian dengan kondisi dan situasi yang ada di m

asing-masing negara. Kini, konsep dan aplikasi kesejahteraan tetap dianut

oleh negara-negara maju dan berkembang.69

Aspek kesejahteraan sosial merupakan proposisi yang melekat

pada negara kesejahteraan. Kesejahteraan sosial dapat dipahami sebagai

kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warganegara

agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat

melaksanakan fungsi sosialnya, maka diperlukan serangkaian program dan

tindakan dalam bentuk sebagai berikut:70

a. Jaminan sosial, yang merupakan skema melembaga untuk menjamin seluruh

rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak, melalui

skema asuransi social dan bantuan langsung berkelanjutan.

69
Ibid.,halaman.65
70
Darmawan Tri Wibowo, 2006, Mimpi Negara Kesejahteraan, (Jakarta: LP3ES,
Jakarta) halaman.82
58

b. Perlindungan sosial, yang merupakan semua upaya yang diarahkan untuk

mencegah dan menangani risiko dari guncangan dan kerentanan sosial.

c. Jaring pengaman sosial yang merupakan derivasi varian dari bentuk

perlindungan sosial.

Pemberian upah kepada pekerja/buru untuk kesejahteraan yang ingin

dicapai memiliki penghasilan atau imbalan yang diterima oleh tenaga kerja

sehubungan dengan pekerjaannya dapat digolongkan ke dalam empat macam,

yaitu:71

a. Upah atau gaji dalam bentuk uang. Sistem penggajian di Indonesia pada

umumnya menggunakan gaji pokok yang didasarkan pada kepangkatan dan

masa kerja. Umumnya, penentuan gaji pokok didasarkan pada prinsip-prinsip

dari teori human capital, yaitu bahwa upah atau gaji seseorang

diberikan sebanding dengan tingkat pendidikan dan Latihan keterampilan

yang dicapainya.

b. Tunjangan dalam bentuk natura. Penghasilan yang diwujudkan dalam bentuk

natura seperti beras, ikan kaleng, gula, garam beryodium, dan lain-lain.

c. Penghasilan atau keuntungan tambahan, yaitu berbagai jenis penghasilan di

luar upah yang diperoleh seseorang berhubungan atau berkaitan dengan

jabatan dan pekerjaannya, misalnya: uang pensiun, asuransi kesehatan,

cuti kerja, uang pelayanan operasional (service), dan lain-lain.

Berkenaan dengan pengertian upah yang dirumuskan secara yuridis dapat

ditemukan adanya unsur-unsur yang sama dalam “pengertian upah” sebagaimana

tertera dalam peraturan perundang-undangan sebagai berikut:72

71
Lamijan dan Jamal Wiwoho, 2021, Op.Cit,halaman17-18
72
Ibid., halaman. 26-28
59

a. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja,

pengertian upah terdapat dalam Pasal 1 angka 5, yakni upah adalah suatu

penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada tenaga kerja untuk suatu

pekerjaan yang telah atau akan dilakukan, dinyatakan atau

dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu perjanjian kerja atau

peraturan perundang-undangan dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian

kerja antara pengusaha dengan tenaga kerja, termasuk tunjangan, baik untuk

tenaga kerja sendiri maupun keluarganya

b. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, perihal

pengertian upah terdapat dalam Pasal 1 angka 30, yang menyatakan bahwa

upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk

uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh

yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan

atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/ buruh

dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan

dilakukan.

c. Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial

Nasional, pengertian upah dapat ditemukan pada Pasal 1 angka 13, yang

menyatakan bahwa gaji atau upah adalah hak pekerja yang diterima dan

dinyatakan Undang-undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial

Tenaga Kerja, pengertian upah terdapat dalam Pasal 1 angka 5, yakni upah

adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada tenaga kerja

untuk suatu pekerjaan yang telah atau akan dilakukan, dinyatakan atau dinilai

dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu perjanjian kerja atau
60

peraturan perundang-undangan dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian

kerja antara pengusaha dengan tenaga kerja, termasuk tunjangan, baik untuk

tenaga kerja sendiri maupun keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa

yang telah atau akan dilakukan.

d. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 8 Tahun 1981 tentang Perlindungan Upah,

dalam Pasal 1 huruf a menguraikan pengertian upah adalah suatu penerimaan

sebagai imbalan pengusaha kepada buruh untuk suatu pekerjaan atau jasa yang

telah atau akan dilakukan, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang

ditetapkan menurut suatu persetujuan, atau peraturan perundang-undangan dan

dibayar atas dasar suatu perjanjianm kerja antara pengusaha dengan buruh,

termasuk tunjangan baik untuk buruh sendiri maupun keluarganya.

e. Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan, dalam

Pasal 1 angka (1) mendeskripsikan pengertian upah adalah hak pekerja/ buruh

yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari

pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan

dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan

perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya

atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan

dilakukan.

f. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2021 tentang Pengupahan dalam Pasal

1 ayat (1) Upah adalah hak Pekerja/Buruh yang diterima dan, dinyatakan

dalam bentuk uang sebagai imbalan dari Pengusaha atau pemberi kerja kepada

Pekerja/Buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu Perjanjian

Kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang undangan, termasuk tunjangan


61

bagi Pekerja/Buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang

telah atau akan dilakukan.

Berdasarkan pengertian upah secara yuridis peneliti menarik simpulan

bahwa pada masing-masing definisi upah niscaya terdapat unsur-unsur pokok

sebagai berikut:

a. Adanya suatu penerimaan sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah atau akan

dilakukan,

b. Penerimaan tersebut dinyatakan dalam bentuk uang dan atau barang,

c. Besaran atau jumlah penerimaan ditetapkan berdasarkan kesepakatan dalam

perjanjian kerja atau peraturan perundang-undangan,

d. Penerimaan tersebut meliputi juga tunjangan-tunjangan lainnya

Salah satu kebijakan pengupahan yang ditetapkan pemerintah untuk

mencapai penghidupan yang layak bagi kemanusiaan untuk setiap pekerja adalah

ketetapan upah minimum. Pemerintah menetapkan upah minimum berdasarkan

kebutuhan hidup yang layak dan dengan memperhatikan tingkat produktivitas dan

pertumbuhan ekonomi. Maksudnya adalah, penetapan upah minimum harus pula

sebanding dengan produktivitas kerja dari pekerja, sehingga tidak akan

menimbulkan reaksi dari pengusaha yang merasa penetapan upah minimum

tersebut merupakan perlakuan yang tidak adil, karena dianggap terlalu berpihak

kepada kelompok pekerja, sedangkan bagi pengusaha memandang kebijakan upah

minimum tersebut tidak menguntungkan.73

2. Pertanggungjawaban Bank Muamalat KC Balai Kota Medan

dalam pemberian upah

73
Ibid., halaman.31
62

Prinsip dalam bekerja dimana bila tidak bekerja tidak berhak dibayar dalam

hal pengupahan tidak berlaku dalam segala kondisi. Ada hal-hal pengecualian

yang menjadikan tenaga kerja meskipun tidak melakukan pekerjaan tersebut ia

tetap berhak untuk menerima upah. Pengecualian prinsip no work no pay ini telah

diatur dalam UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (UUK) dan

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1981 tentang Perlindungan Upah (PPPU)

yakni:74

a. Jika pekerja atau buruh sakit, termasuk pekerja atau buruh yang sakit pada hari

pertama dan kedua masa haidnya sehingga tidak bisa melakukan pekerjaan

(Pasal 93 ayat 2 huruf a UUKK).

b. Jika pekerja atau buruh sakit (maksudnya sakit biasa, bukan akibat kecelakaan

kerja) terus-menerus sampai 12 (dua belas) bulan, maka upah yang dibayarkan

pengusaha (Pasal 93 ayat 3 UUKK) diatur:

1) 100% (persen) dari upah untuk 3 (tiga) bulan pertama

2) 75% (tujuh puluh lima persen) dari upah untuk 3 (tiga) bulan kedua

3) 50% (lima puluh persen) dari upah untuk 3 (tiga) bulan ketiga

4) 25% (dua puluh lima persen) dari upah untuk 3 (tiga) bulan keempat.

c. Jika pekerja atau buruh tidak masuk kerja karena kepentingan

khusus (Pasal 93 ayat 4 Undang-Undang Ketenagakerjaan):

1) Pernikahan pekerja atau buruh sendiri : 3 hari

2) Pernikahan anak : 2 hari

3) Khitanan atau baptis anak : 2 hari

4) Istri melahirkan atau keguguran kandungan : 2 hari

74
Arifuddin Muda Harahap,2020, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan, (Malang: Literasi
Nusantara Abadi), halaman.120
63

5) Meninggalnya anggota keluarga (suami atau istri, orang

tua atau mertua, anak atau menantu) : 2 hari

6) Anggota keluarga dalam1 (satu) rumah : 1 hari

d. Jika pekerjaan buruh menjalankan kewajiban terhadap negara (Pasal 93 ayat

2 huruf c UUKK)

e. maksimal satu tahun (Pasal 6 ayat 1 Peraturan Pemerintah

Pengganti Upah).

f. Jika pekerja atau buruh memenuhi kewajiban agama (Pasal 93

ayat 2 huruf d Undang-Undang Ketenagakerjaan), maksimal tiga bulan

(Pasal 6 ayat 4 Peraturan Pemerintah Pengganti Upah.

g. Jika pekerja atau buruh tidak bekerja karena kesalahan

pengusaha atau halangan lain (Pasal 93 ayat 2 huruf e UUKK).

h. Jika pekerja atau buruh melaksanakan hak istirahat (Pasal 93

ayat 2 huruf g UUKK).

i. Jika pekerja atau buruh melaksanakan tugas serikat pekerja

atau serikat buruh atas persetujuan pengusaha (Pasal 93 ayat 2

huruf h UUKK).

j. Jika pekerja atau buruh melaksanakan tugas dari (Pasal 93 ayat 2 huruf i

UUKK).

Perusahaan berkewajiban untuk memberikan upah kepada tenaga kerja

secara tepat waktu sesuai dengan perjanjian kerja yang dibuat. Hal ini ada

dijelaskan pada Pasal 10 Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1981 menyatakan

bahwa upah harus dibayar oleh pengusaha kepada pekerja secara tepat waktu

sesuai kesepakatan. Jika mengalami keterlambatan dalam memberikan upah


64

kepada pekerja maka pengusaha wajib membayar denda sesuai dengan persentase

tertentu dari upah pekerja atau buruh (Pasal 95 ayat 2UUKK) atau tambahan upah

(Pasal 19 Peraturan Pemerintah Pengganti Upah) kepada pekerja atau buruh

sebesar:75

a. 5% (lima persen) per hari keterlambatan, untuk hari keempat


sampai hari kedelapan,
b. 1% (satu persen) per hari keterlambatan, untuk hari kesembilan
dan seterusnya. Dengan catatan tidak boleh melebihi 50%
(lima puluh persen) dari upah keseluruhan yang seharusnya
diterima oleh pekerja.
Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi

penghidupan yang layak bagi kemanusiaan (Pasal 88 ayat 1 No. 13/2003).

Kebijakan pemerintah mengenai pengupahan yang melindungi pekerja/buruh

meliputi:76

a. Upah minimum
b. Upah kerja lembur
c. Upah tidak masuk kerja karena berhalangan
d. Upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luar
pekerjaannya
e. Upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya
f. Bentuk dan cara pembayaran upah Denda dari potongan upah
g. Hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah
h. Struktur dan skala pengupahan yang proporsional
i. Upah untuk pembayaran pesangon, dan
j. Upah untuk perhitungan pajak penghasilan. Komponen upah sendiri
terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap, maka besarnya upah pokok
sedikit-dikitnya 75% dari jumlah upah pokok dan tunjangan tetap
(Pasal 94 Undang-undang No 13/2003).
Dalam pengupahan dikenal istilah upah minimum, yaitu standar minimum

yang digunakan oleh para pengusaha untuk memberikan upah kepada pekerja di

dalam lingkungan usaha atau kerjanya. Pengaturan tentang pengenaan denda atas

keterlambatan membayar dan/atau tidak membayar upah menurut ketentuan Pasal

75
Ibid.,halaman.121
76
Endeh Suhartini,dkk, 2021, Op.Cit.,halaman.135
65

95 ayat (2) dan (3) Undang-undang Nomor 13 Tahun 200 tentang ketenagakerjaan

bahwa :

a. Pengusaha yang karena kesengajaaan atau kelalaiannya mengakibatkan


keterlambatan pembayaran upah, dikenakan dengan sesuai dengan
persentase tertentu dari upah pekerja/buruh.
b. Pemerintah mengatur pengenaan denda kepada penguasa dan/
atau pekerja/buruh, dalam pembayaran upah. Selanjutnya, dalam
Peraturan Pemerintah No.78 Tahun 2015 tentang Pengupahan juga
diatur Pasal 53: “Pengusaha atau pekerja/buruh yang melanggar
ketentuan dalam perjanjian kerja, peraturan, atau perjanjian kerja
karena kesengajaan atau kelalainnya dikenakan denda apabila diatur
secara tegas dalam perjanjian kerja, Peraturan Perusahaan, atau
Perjanjian Kerja Bersama.”

Kebijakan pengupahan yang bisa mencerminkan rasa keadilan

perlu berdasar pada Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 yang menyebutkan

bahwa: “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan

penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”, demikian yang menjadi

nilai filosofis bahwa seharusnya pemerintah membuat kebijakan pengupahan

dengan menggunakan formula perlindungan dan kelayakan hidup yang sesuai

dengan kebutuhan pekerja sesuai dengan nilai-nilai keadilan sebagaimana Sila

Kelima Pancasila bahwa: Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Penetapan upah saat ini di Indonesia juga dipengaruhi oleh

globalisasi yang semakin meningkat sehingga pekerja/buruh bisa mengetahui

dengan cepat perkembangan upah diberbagai wilayah baik secara nasional dan

internasional. Adanya beberapa permasalahan menyangkut pengupahan

tenaga kerja yaitu:77

a. Pertama dalam bidang pengupahan dan karyawan pada umumnya pengertian

dan kepentinggan yang berbeda mengenai upah. Bagi pengusaha, upah dapat

dipandang menjadi beban karena semakin besar upah yang dibayarkan pada
77
Ibid, halaman 129-131
66

pekerja, maka akan semakin kecil proporsi keuntungan yang akan diperoleh

pengusaha. Segala sesuatu yang dikeluarkan oleh sehubungan dengan

mempekerjakan seseorang dipandang sebagai komponen upah. Pada pihak

lain, karyawan dan keluarganya biasanya menganggap upah hanya sebagai

yang diterima dalam bentuk uang (take home pay). Kenyataan menunjukkan

bahwa hanya sedikit pengusaha yang secara sadar dan sukarela berusaha

meningkatkan penghidupan karyawannya. Pada pihak lain, karyawan melalui

Serikat Pekerja dengan mengundang campur tangan pemerintah selalu

menuntut kenaikan upah dan perbaikan fringe benefit. Jika turunan seperti itu

tidak disertai dengan peningkatan produktivitas kerja, pengusaha akan

mengurangi penggunaan tenaga kerja dengan menurunkan produksi,

menggunakan teknologi yang lebih padat modal atau mendorong harga jual

barang yang kemudian mendorong inflasi.

b. Kedua berhubungan dengan keragaman system pengupahan. Proporsi upah

dalam bentuk natura dan fringe benefit cukup besar, dan besarnya tidak

seragam antara perusahaan. Oleh karena itu, sering ditemukan kesulitan dalam

perumusan kebijakan nasional, misalnya dalam hal menentukan pajak

pendapatan, upah minimum, upah lembur dan lain-lain.

c. Ketiga rendahnya tingkat upah atau pendapatan. Rendahnya tingkat upah ini

disebabkan tingkat kemajuan manajemen yang rendah sehingga menimbulkan

berbagai macam pemborosan dana, sumber dan waktu. Selain itu, rendahnya

tingkat upah dikarenakkan rendahnya produktivitas kerja. Produktivitas kerja

karyawan rendah, sehingga penguasa memberikan imbalan dalam bentuk yang

rendah juga. Kebijakan untuk penetapan upah minimum dalam rangka


67

perlindungan upah dewasa ini masih menemui banyak kendala sebagai akibat

belum terwujudnya satu keseragaman upah, baik secara regional/wilayah

provinsi atau kabupaten/kota, dan sektor wilayah provinsi atau

kabupaten/kota, maupun secara nasional. Kebijakan pengupahan memang

perlu diupayakan secara sistematis, baik ditinjau dari segi makro maupun segi

mikro seirama denganketenagakerjaan, terutama perluasan kesempatan kerja,

peningkatan produksi, peningkatan taraf hidup pekerja sesuai dengan

kebutuhan hidup minimalnya. Dalam penetapan upah minimum ini masih

terjadi perbedaan yang didasarkan pada tingkat kemampuan, sifat dan jenis

pekerjaan di tiap-tiap yang kondisinya berbeda-beda, yang masing-masing

wilayah/daerah yang tidak sama. Oleh karena itu, upah minimum ditetapkan

berdasarkan wilayah provinsi atau kabupaten/kota dan sektor pada wailayah

provinsi atau kabupaten/kota. Kebijakan ini selangkah lebih maju dari

sebelumnya yang ditetapkan berdasarkan sub sektoral, subregional dan saat itu

posisi subregional.Sistem pengupahan yang bersifat beragam menyebabkan

kuantitas tingkat upah, khususnya dalam penetapan upah minimum terjadi

perbedaan-perbedaan. Kebijakan dan regional didasarkan pada pemilihan

wilayah/daerah-daerah berikut sektor-sektor ekonominya yang potensial serta

dengan mempertimbangkan beberapa aspek yang mempengaruhi, antara lain

sebagai berikut: 78

1) Aspek Kondisi Perusahaan, melalui aspek ini dapat diperoleh kriteria

menengah dan baik dalam satu sektor atau wilayah/daerah maupun

berlainan sektor atau wilayah/daerah. Kriteria-kriteria tersebut membawa

78
R. Joni Bambang, 2013, Hukum Ketenagakerjaan,(Bandung: Pustaka Setia), halaman
233-237
68

konsekuensi pada kemampuan yang tidak sama dalam memberi upah

pekerja. Hal ini tergantung pada besarnya modal dan kegiatan usaha

masing-masing dan tingkat produksi, serta produktivitas tenaga kerja.

2) Aspek Keterampilan Tenaga Kerja, peningkatan produksi dan

produktivitas kerja sangat ditentukan oleh kemampuan personel baik di

tingkat bawah yaitu tenaga kerja terampil maupun di tingkat atas yaitu

pimpinan manajemen yang mampu menjadi penggerak tenaga kerja

(pekerja) yang dipimpinnya untuk bekerja secara produktif. Tenaga kerja

merupakan modal dasar bagi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi,

apabila tenaga kerja tersebut dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien.

Tingkat kemampuan tenaga kerja dan pimpinan manajemen dalam suatu,

memberikan peranan yang menentukan untuk mengubah kondisi tersebut

menjadi lebih baik dan maju. Kondisi ini memberikan dampak positif bagi

peningkatan kesejahteraan tenaga kerja (pekerja) melalui pemberian upah

yang lebih tinggi serta jaminan lainnya.

3) Aspek Standar Hidup Peningkatan tingkat upah pekerja, selain

dipengaruhi oleh kondisi dan keterampilan tenaga kerjanya, juga

dipengaruhi oleh standar hidup pada suatu wilayah atau daerah tempat itu

berada. Standar hidup di daerah perkotaan biasanya lebih tinggi daripada

di daerah pedesaan. Peningkatan tingkat upah ini, selain didasarkan pada

kebutuhan pokok (basic needs) tenaga kerja yang bersangkutan, juga

sesuai dengan tingkat perkembangan ekonomi dan di wilayah/daerah

tertentu. Kebutuhan pokok tersebut tidak hanya terbatas pada persoalan

sandang, pangan dan papan, tetapi meliputi, jaminan dan sebagainya.


69

4) Aspek Jenis Pekerjaan, perbedaan pada jenis pekerjaan ini mengakibatkan

terjadinya perbedaan tinngkat upah, baik pada sektor yang sama maupun

pada sektor berlainan. Tingkat upah pada sektor tidak sama dengan tingkat

upah sektor pertanian, tidak sama pula dengan sektor perhotelan, dan

sebagainya. Tingkat upah rokok atau permintalan benang misalnya, tidak

sama dengan tingkat upah pada industri mesin, dan sebagainya. Aspek

jenis pekerjaan mempunyai arti yang khusus karena diperolehnya

pekerjaan, dapat membantu tercapainya kebutuhan pokok bagi pekerja

yang bersangkutan. Meningkatnya taraf jenis pekerjaan dapat membantu

meningkatkan taraf hidup sebagai akibat meningkatnya upah yang

diterima pekerja dari pekerjaannya itu.

d. keempat, tingkat upah dapat berbeda menuruttiingkat efisiensi dan

manajemen. Semakin efektif manajemen las anan, semakin efisien cara-cara

penggunaan las a produksi, dan semakin besar upah yang dapat dibayarkan

kepada para pekerja.

e. Masalah kelima, perbedaan kemampuan atau kekuatan Serikat Pekerja dapat

mengakibatkan perbedaan tingkat upah. Serikat Pekerja yang kuat dalam arti

mengemukakan alasan yang wajar biasanya cukup berhasil dalam

mengusahakan kenaikan upah.

f. keenam, tingkat upah dapat pula berbeda karena faktir kelangkaan. Semakin

langka tenaga kerja dengan keterampilan tertentu, semakin tinggi upah yang

ditawarkanpengusaha.
70

g. ketujuh, besar kecilnya resiko atau kemungkinan mendapat kecelakaan di

lingkungan pekerja. Semakin tinggi mendapat resiko, semakin tinggi tingkat

upah.

h. Perbedaam tingkat upah dapat terjadi karena pemerintah campur tangan

seperti dalam menentukan upah minimum yang berbeda.

Berdasarkan uraian di atas Bank Muamalat KC Balai Kota Medan telah

melakuan pemberian upah sacara prosedur dan sesuai dengan yang diperjanjikan

dan berdasarkan ketentuan dan peraturan yang berlaku baik nasional maupun

daerah setempat. Semua karyawan memperoleh layanan dan manfaat kesehatan,

mendapatkan JHT (Jaminan Hari Tua), karyawan wanita memperoleh cuti hamil,

tetap memberikan gaji penuh walau mengambil cuti ataupun sakit, memberikan

tunjangan hari raya, memfasilitasi pembuatan kacamata, bonus-bouns, intesif

serta tunjangan jabatan.79

79
Hasil Wawancara Dengan Bapak Ziqhri selaku Costumer Service Bank Muamalat KC
Balai Kota Medan, Pada Tanggal 8 Oktober 2023, Pukul 10.00 WIB, di Bank Muamalat KC Balai
Kota Medan
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. Perjanjian kerja di Bank Muamalat KC Balai Kota memiliki jumlah kariyawan

sebanyak 57 orang dan membagi 2 (dua) jenis hubungan pekerjaan yang

sesuai dengan perjanjian kerja yaitu kariyawan magang seperti Costumer

Service dan Teller. Selain itu Bank Muamalat KC Balai Kota Medan memiliki

karyawan tetap. perjanjian kerja magang yang ada di Bank Muamalat KC

Balai Kota Medan merupakan bagian dari ruang lingkup perjanjian kerja

waktu tertentu (PKWT). Sesuai dalam Pasal 59 Undang-undang

Ketenagakerjaan, perjanjian kerja dapat dibedakan menjadi perjanjian kerja

waktu tertentu (PKWT) dan perjanjian kerja waktu tidak tertentu (PKWTT).

Perbedaan mendasar antara perjanjian kerja waktu tertentu dan perjanjian

kerja waktu tidak tertentu adalah terletak pada jangka waktunya, perjanjian

kerja waktu tertentu merupakan perjanjian antara pekerja dengan pengusaha

untuk mengadakan hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu, sedangkan

perjanjian kerja waktu tidak tertentu adalah perjanjian antara pekerja dengan

pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja yang bersifat tetap. Bank

Muamalat KC Balai Kota Medan yang memiliki kariyawan magang, ketentuan

kariyawan tersebut sesui dengan Pasal 21 hingga Pasal 29 Udang-undang

Ketenagakerjaan yang mana tidak ada perubahan dalam Undang-undang Cipta

Kerja. Lebih lanjut, ditetapkan dalam Pasal 11 Peraturan Menteri

71
72

Ketenagakerjaan (Permenaker) No. 6 Tahun 2020 yaitu pemagang wajib

memberikan hak sesui dengan ketentuan peraturan perusahaan atau perjanjian

kerja bersama terhitung sejak menjadi peserta magang. Menurut peneliti

ketentuan-ketentuan Bank Muamalat KC Balai Kota Medan telah mengikuti

segala aturan yang telah ada dalam Undang-undnag Ketenagakerjaan dan

disesuaikan dengan peraturan perusahaan.

2. Penetapan upah sesuai dengan perjanjian kerja di dan Bank Muamalat KC

Balai Kota Medan sesuai dengan yang telah di tentukan oleh Mentri

Ketenagakerjaan, artianya upah di Bank Muamalat KC Balai Kota Medan

sesuai dengan Perbankan lainnya. Untuk pemebrian intensif dan bonus-bonus

besar kecilnya di sesuaikan dengan perbankan tersebut Dengan adanya Upah

minimum yang menjadi landasan pengusaha memberikan upah kepada

pekerja/buruh. Hal ini sesuai dalam ketentuan Pasal 23 Undang-undang

No.36 Tahun 2021 tentang Pengupahan menjelaskan bahwa, upah minimum

mer upakan upah bulanan terendah yaitu upah tanpa tunjangan atau upah

pokok dan tunjangan. Upah minimum Kabupaten/Kota ditetapkan setelah

upah minimum Provinsi dan harus lebih tinggi dari upah minimum Provinsi.

Perhitungan nilai upah minimum Kabupaten/Kota dilakukan Dewan

Pengupahan Kabupaten/Kota, Kemudian hasil yang diperoleh disampaikan

pada Bupati/Wali kota untuk direkomendasikan pada Gubernur, melalui Dinas

Penyelenggaraan Urusan Pemerintah Bidang Ketenaga Kerjaan Provinsi, upah

minimum tahun berikutnya sama dengan upah berjalan. Upah minimum

Kabupaten/Kota ditetapkan oleh Gubernur dan diumumkan paling lambat

tanggal 30 tahun berjalan dan terhitung dari 1 januari tahun berikutnya. Perlu
73

diketahui, Kementrian Ketenagakerjaan (Kemnaker) telah resmi menetapkan

upah minimum tahun 2023 maksimal 10% (sepuluh persen). Penetapan itu

termaktub dalam Peraturan Menteri Ketenagakerjaan (Permanaker) Nomor 18

Tahun 2022 tentang penetapan upah minimum Tahun 2023. Bank Muamalat

KC Balai Kota Medan yang berlokasi di Kota Medan mengikuti ketentuan

pengupahan yang telah ditetapkan oleh pemerintah kabupaten/kota Medan.

Besaran UMK Sumut 2023 juga telah ditetapkan melalui Surat Keputusan

(SK) Gubernur Sumut untuk tiap kabupaten dan kota. Namun demikian, dari

total 33 kabupaten/kota di Sumut, tujuh diantaranya mengikuti Upah

Minimum Provinsi (UMP)

3. Bentuk pertanggungjawaban Bank Muamalat KC Balai Kota Medan dalam

memberikan upah untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja Perusahaan

berkewajiban untuk memberikan upah kepada tenaga kerja secara tepat waktu

sesuai dengan perjanjian kerja yang dibuat. Hal ini ada dijelaskan pada Pasal

10 Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1981 menyatakan bahwa upah harus

dibayar oleh pengusaha kepada pekerja secara tepat waktu sesuai kesepakatan.

Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi

penghidupan yang layak bagi kemanusiaan (Pasal 88 ayat 1 No. 13/2003).

Kebijakan pemerintah mengenai pengupahan yang melindungi pekerja/buruh

meliputi: upah minimum, upah kerja lembur, upah tidak masuk kerja karena

berhalangan, upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luar

pekerjaannya,upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya, bentuk

dan cara pembayaran upah Denda dari potongan upah, hal-hal yang dapat

diperhitungkan dengan upah, truktur dan skala pengupahan yang proporsional,


74

upah untuk pembayaran pesangon, dan upah untuk perhitungan pajak

penghasilan. Komponen upah sendiri terdiri dari upah pokok dan tunjangan

tetap, maka besarnya upah pokok sedikit-dikitnya 75% dari jumlah upah

pokok dan tunjangan tetap (Pasal 94 Undang-undang No 13/2003). Bank

Muamalat KC Balai Kota Medan telah melakuan pemberian upah sacara

prosedur dan sesuai dengan yang diperjanjikan dan berdasarkan ketentuan dan

peraturan yang berlaku baik nasional maupun daerah setempat. Semua

karyawan memperoleh layanan dan manfaat kesehatan, mendapatkan JHT

(Jaminan Hari Tua), karyawan wanita memperoleh cuti hamil, tetap

memberikan gaji penuh walau mengambil cuti ataupun sakit, memberikan

tunjangan hari raya, memfasilitasi pembuatan kacamata, bonus-bouns, intesif

serta tunjangan jabatan

B. Saran

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis dapat memberi saran sebagai

berikut:

1. Adanya perjanjian kerja yang dilakukan antara pengusaha dan pekerja

diharapkan tidak adanya kesalah pahaman dalam perjanjian kerja dalam

berkerja ataupun hak dan kewajiban perusahan dan pekerja terutama dalam

persoalan upah. Karena pekerja yang bekerja semata-mata untuk mencari

penghasilan untuk mencukupi kebutuhannya untuk itu perjanjian yang di

janjikan diperlukan untuk kesejahteraan bersama.

2. Pemerintah diharapkan mengawasi aturan upah minimum yang telah ada.

Diperlukan juga perbaikan sistem agar peraturan penetapan upah minimum

bisa terealisasi dengan baik dan dapat digunakan oleh seluruh sektor pekerja
75

tak terkecuali sektor menengah kebawah. Menuangkan peraturan upah

minimum pada peraturan daerah agar pelaksanaan serta sanksi dari

pelanggarannya juga semakin jelas.

3. Perusahaan harus memperhatikan kebijakan pengupahan yang sesuai dengan

ketentuan upah minimum. Perusahaan sebaiknya membuat perjanjian kerja

secara tertulis, sehingga para pihak mengetahui hak dan kewajibanny, bagi

buruh/pekerja yang telah memiliki pretasi atas hasil kerjanya dapat berperan

aktif untuk menuntut hak-haknya.


DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Abdul Khakim, 2006, Seri Hukum Ketenagakerjaan Aspek Hukum Pengupahan


Berdasarkan UUNomor 13 Tahun 2003, (Bandung: PT.Citra Aditya Bakti,
Bandung)
Abdulkadir Muhammad. 2017. Hukum dan Penelitian Hukum, Cet Ke-2,
Bandung: Citra Aditya Bakti
Ahmad Musthofa Al-Maraghi, 2002, Tafsir , Al-Maraghi CV Toha Putra,
Semarang
Arifuddin Muda Harahap,2020, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan, (Malang:
CV.Literasi Nusantara Abadi)
Arifuddin Muda Harahap,2020, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan, (Malang:
Literasi Nusantara Abadi)
Darmawan Tri Wibowo, 2006, Mimpi Negara Kesejahteraan, (Jakarta: LP3ES,
Jakarta)
Departemen Tenaga Kerja RI,1991 Data Mengenai Upah Minimum dan
Kebutuhan Fisik Minimum Regional Jakarta: Depnaker
Djumadi,2006, Hukum Perburuhan Perjanjian Kerja Pengantar,(Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada Pelajar
Edi Suharto, 2005, Analisis Kebijakan Publik: Panduan Praktis Mengkaji
Masalah dan Kebijakan Sosial, (Bandung: Alfabeta)
Endeh Suhartini,dkk, 2021, Politik Hukum Sistem Pengupahan,(Depok: PT.
Rajawali Buana Pusaka)
Ida Hanifah, 2020, Hukum Ketenagakerjaan Di Indonesia, (Medan: CV Pustaka
Prima)
__________, dkk, 2018, Pedoman Penulisan Tugas Akhir Mahasiswa Fakultah
Hukum Universitas Muhammadiyah Sumatra Utara
(UMSU),Medan:CV.PustakaPrima
Iman Soepomo,1987, Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubungan Kerja,
Djambatan, Jakarta
___________,1990, Pengantar Hukum Perburuhan, (Jakarta: Penerbit Djambatan)
Joni Bambang.R , 2013, Hukum Ketenakerjaan, (Bandung : Pustaka Setia)

76
77

Lamijan dan Jamal Wiwoho, 2021, Upah Pekerja dan Keadilan Teori Tinjauan
Teoritis, (Jawa Tengah: CV. Pena Persada)
Manahan M.P. Sitompul, 2021, Perkembangan Hukum Ketenagakerjaan dan
Perlindungan Hak-hak Konstitusional Pekerja/Buruh Indonesia, (Depok: PT.
RajaGrafindo)
Mohammad Fandrian Adhistianto, dkk, 2021, Hukum Ketenagakerjaan, (Banten:
UNPAM Press)
Muhammad Sadi Is, dan Sobandi, 2020,Hukum Ketenagakerjaan Di Indonesia,
(Jakarta: Kencana)
Persada)
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji. 2020. Penelitian Hukum Normatif satu
tinjauan singkat. PT Raja Grafindo Persada
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Manajemen, Bandung: Alfabeta
________, 2015. Metode Penelitian Kombinasi (Mix Method), Bandung: CV.
Alfabeta
Suharsimi Arikunto. 2012. Prosedur Penelitiaan Suatu Pendekatan Praktek,
Jakarta: Rineka Cipta
Suteki dan Galang Taufani, 2020, Metode Penelitian Hukum (Filsafat, Teori dan
Praktik), Depok:Rajawali Pers
Zainal Asikin,2004, Dasar-Dasar Hukum Perburuhan (Jakarta: Raja Grafindo
Zainuddin Ali. 2009. Metode Penelitian Hukum, Edisi 1, Cetakan Pertama.
Jakarta:Sinar Grafika

B. Jurnal

Bayu Aditya Nugraha, dkk, Pengaruh Statrus Pekerja dan Lingkungan Kerja

Terhadap Kinerja Kariyawan (Studi pada Karyawan Aouto 2000 Sukun

Malang)Jurnal Administrasi Bisnis (JAB),Vol. 44, No.1 ,2017

Nur Aksin, Upah dan Tenaga Kerja (Hukum Ketenagakerjaan dalam

Islam, Jurnal Meta Yuridis, Volume 1 No.2 (2018)


78

Rachmad Abduh, Perspektif Kesejahteraan Tenagakerja Dengan Model

Penetapan Upah Minimum Kabupaten Kota, IURIS STUDIA: Jurnal Kajian

Hukum ,Volume 3 Nomor 1, Februari 2022

Suryadi Bata Ahmad, dkk, Sistem Kontrak Kerja Antara Karyawan Dan

Perusahaan Dalam Perspektif Undang-Undang dan Hukum Islam (Studi

Kasus Pada PT Citra Van Kilat), Jurnal Ilmiah Mahasiswa Perbandingan

Mazhab, Volume 1 Nomor 2, (Mei 2020)

Syalsa Billa Ananda dan Yuyuk Yiliana, Kebijakan Penetapan Upah Minimum Di

Kabupaten Deli Serdang, Jurnal Mutiara Manajemen, Vol. 7 ,No.1, 2022

C. Peraturan Perundang-undangan

Kitab Undang-undang Hukum Perdata


Peraturan Pemerintah No.6 Tahun 2023 Tentang Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Undang-undang No. 2 Tahun 2022 Tentang Undang-undang Cipta Kerja
Undang-undang No.36 Tahun 2021 tentang Pengupahan
Undang-undnag Republik Indonesia No 6 Tahun 2023 Tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undnag No.2 Tahun 2022
Tentang Cipta Kerja Menjadi Undang-undang
D. Internet

https://umsu.ac.id/berita/ump-sumut-2023-dan-umk-sumut-2023-telah-ditetapkan/

https://www.bankmuamalat.co.id/index.php/profil-bank-muamalat

https://medanbisnisdaily.com/news/online/read/2022/12/05/164174/

umk_medan_2023_diusulkan_naik_752_jadi_rp_3,62 juta/
DAFTAR WAWANCARA
Hari/Tanggal : Minggu, 08 Oktober 2023
Lokasi : Bank Muamalat KC Balai Kota Medan
Respon : Bapak Zukri (Costumer Service)

1. Bgaimana Perjanjian kerja yang dilakukan perusahaan dengan para

karyawan?

Jawab: Ada 2 jenis karyawan yaitu magang seperti, Costumer service, teller
yang memiliki kontrak 3 tahun di perpanjang setiap setahun sekali dan
karyawan tetap yang tidak memiliki masa perpanjangan kontrak.

2. Apa saja yg menjadi syarat bekerja di perusahaan dan bagaimana peng

rekrutmen di perusahaan ?

Jawab: Syarat sama dengan perusahaan lain namun, ada satu syarat yang di
tekankan di bank Muamalat, harus mentaati syariat Islam seperti,
sholat, berpuasa, menjaga tingkah laku, menegakkan syariat Islam.
Tidak ada memiliki kriteria khusus tetapi jika punya seperti sertifikat
keahlian menjadi nilai tambah

3. Berapa jam waktu aktif bekerja dan waktu lembur karyawan di perusahaan ?

Jawab: Jam aktif bekerja di mulai jam 8 pagi sampai jam 5 sore. Jam kerja
jam 8 pagi sampai jam 15.30. tapi, kalo udah jam 5 sudah boleh
pulang. Untuk lembur di berikan kepada karyawan yang sudah
dilaporkan kepada supervisior terlebih dahulu agar Supervisior yang
memonitorisasi. Kalua masuk sabtu dan minggu harus ada izin dari
supervisior atau supervisior ini yang menunjuk karyawan untuk
melakukan lembur. Sejauh ini lembur itu sangat jarang karena kita
bekerja sesuai dengan waktu yang di prioritaskan atau pekerjaan yang
penting dahulu yang di selesaikan pekerjaan yang tidak terlalu penting
bisa di susul.

4. Bagaimana perusahaan memberikan penghargaan kepada karyawan yg

berprestasi di perusahaan ?

Jawab: Bank Muamalat sering memberikan apresiasi penghargaan kepada


karyawan mulai dari hal kecil hingga besar. Missal, untuk karyawan
dibidang layanan/ service setiap 3 bulan sekali sering diadakan
service champion di tingkat ragion atau nasional penghargaan bisa
berupa uang tunai, perstasi maupun promosi kenaikan jabatan yang
lebih tinggi. Kalua di bidang sales/ marketing itu juga ada
penghargaan di lihat dari achivment targetnya. Missal, dibagian haji,
bagian marketing finding atau bagian marketing pembiayaan. Ketika
achivment targetnya secara month to date atau year to date itu bagus
pasti akan mendapatkan penghargaan dari kantor pusat baik berupa
uang tunai atau mentor, atau memberi shering kepada teman-teman
yang belum achive target. Jadi penghargaanya luar biasa kepada
karyawan yang berprestasi di Bank Muamalat.

5. Apa saja bentuk bentuk hak cuti yg bisa didapatkan oleh karyawan?

Jawab: Perusahaan memberikan cuti kepada karyawan itu ada sebanyak 12


hari untuk yang magang atau kontrak, dan 15 hari untuk karyawan
tetap, ada cuti yang wajib di ambil 5 sampai seminggu itu wajib di
ambil kalo tidak akan kena SP (Surat Peringatan)

6. Bagaimana sistem pemberian upah yang diperoleh untuk karyawan oleh

perusahaan ?

Jawab: Sistem pemberian upah sesuai dengan yang telah ditentukan oleh
Menteri Ketenagakerjaan. Artinya upah di Bank Muamalat sesuai
dengan perbankan-perbankan lainnya. Tapi kalo intensip dan bonus-
bonus di sesuaikan besar kecil nya dengan perbankan yang
permodalannya besar maka bonis dan intesip nya juga besar.

7. Bagaimana sistem upah yang diberikan kepada karyawan yg bekerja diluar

jam aktif kerja atau bekerja dengan lembur ?

Jawab: Uang lembur ketika di In put di system human capital system, uang
lembur akan diberikan dari beberapa hari kemudian masuk kerekening
karyawan yang mengajukan lembur

8. Bagaimana keringanan jika ada karyawan perempuan yg sedang hamil dan

melahirkan dalam masa kerja?

Jawab: Cuti melahirkan di berikan 3 bulan kepada karyawan tetap. Untuk


karyawan magang yang kontrak tidak di berikan karena tidak di
perkenankan menikah selama menjalankan program
9. Apakah Perusahaan memberikan jaminan kesehatan kepada karyawan ?

Jawab: Jaminan kesehatan BPJS/ JMA (jaminan asuransi) kesehatan di berikan


kepada setiap karyawan mau tetap atau pun kontrak

10. Bagaimana tanggung jawab perusahaan jika salah satu karyawan mengalami

kecelakaan kerja pada saat jam bekerja ?

Jawab: karyawan yang mengalami kecelakaan jika itu harus mendapatkan


perawatan ke rumah sakit dapat menggunakan BPJS/JMA yang telah
disediakan

11. Apakah karyawan mendapatkan jaminan hari tua (pensiun)?

Jawab: Karyawan mendapatkan JHT (Jaminan Hari Tua) dari BPJS


Ketenagakerjaan atau DPLK setiap karyawan secara tidak langsung
sudah di potong untuk uiran DPLK bisa dicairkan per 6 bulan sekali
tetapi fungus DPLK untuk tabungan hari tua

12. Apakah karyawan mendapatkan pelatihan kerja untuk meningkatkan skill ?

Jawab: Untuk peningkatan skills harus rutin mengikuti traning external dan
internal dan mengadakan ujian. Hasil ujian harus lulus agar penilaian
terhadap karyawan itu bagus. Begitu juga traning harus rutin seperti
tiap bulan ada Costumer Service Forum membahas isu-isu tentang
contumer service serta kendala-kendala. Juga seminggu sekali ada
sales forum yang membahas tentang pencapaian karyawan. Hal ini
untuk evaluasi.

13. Apakah gaji karyawan ketika cuti tetap dibayarkan full atau atau tidak?
Jawab: gaji tetap dibayarkan walau karyawan itu cuti atau sakit

14. Jenis tunjangan apa saja yg diberikan perusahaan kepada karyawan ?

Jawab: tunjangan macam-macam: THR Idul Fitri, Idul Adha, untuk membuat
kaca mata, bonus, intensif, tunjangan jabatan. Pemeberian tunjangan
tetap sama dengan perbankan lainnya besar kecilnya di sesuaikan
dengan permodalan dari bank tersebut.

15. Berapa jumbla total karyawan yang ada di perusahaan bank muamalat KC
kota balai Medan ?
Jawab: jumlah karyawan cabang dan ragion total nya 57 pekerja

Anda mungkin juga menyukai