Anda di halaman 1dari 21

ANALISA YURIDIS TERHADAP PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA

KARENA ALASAN DIKUALIFIKASIKAN MENGUNDURKAN DIRI


(Studi Kasus Putusan Kasasi Nomor : 793 K/Pdt.Sus-PHI/2017)

1
Esa Bilita,2Agus Suprayogi, SH,MH.
1
Esa24tng@gmail.com
2
Suprayogiagus78@gmail.com

ABSTRAK

Perjanjian Kerja ialah perjanjian yang telah disepakati antara calon pekerja
dengan Pengusaha atau Pemberi kerja, dan dalam isi perjanjianya memuat tentang
hak-hak, syarat-syarat kerja dan kewajiban masing-masing para pihak.dan dalam
hal ini Perjanjian Kerja dapat dibuat baik secara lisan maupun tertulis harus
dilaksanakan sesuai bedasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Ketenagakerjaan telah mengatur tentang
Pemutusan Hubungan Kerja. Penyebab timbulnya Pemutusan Hubungan Kerja
seperti Pekerja masih dalam masa percobaan, Pekerja meninggal dunia, Pekerja
mencapai usia pensiun sesuai dengan ketetapan dalam Perjanjian Kerja dan
Pekerja mengajukan permintaan pengunduran diri dan tanpa indikasi adanya
tekanan atau intimidasi dari pemberi kerja.Tujuan penelitian ini ialah untuk
mengetahui dasar-dasar hukum dalam proses Pemutusan Hubungan Kerja dan
untuk mengetahui apakah yang Mulia Majelis Hakim terkait Pemutusan
Hubungan Kerja dikualifikasikan mengundurkan diri dan pemberian Kompensasi
yang diberikan Pemberi Kerja apakah sudah sudah sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.Penelitian ini menggunakan Jenis penelitian yuridis normatif yang mana
penelitian ini dilakukan dengan cara meneliti data sekunder .Yang mana
menggunakan metode pendekatan kasus ialah pendekatan yang dikerjakan dengan
cara mempelajari kasus-kasus yang mempunyai kedekatan dengan isu yang telah
menjadi putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap . Hasil dari penelitian
penerapan hukum dalam proses Pemutusan Hubungan Kerja Dengan melanggar
aturan dan ketentuan yang berlaku.Putusan atau pertimbangan yang mulia majelis
hakim dalam memutus perselisihan Hubungan Kerja khususnya Pemberian
Kompensasi dan Diskualifikasi Mengundurkan Diri masih banyak yang sering
terjadi salah penafsiran dalam keputusanya.

Kata Kunci : Ketenagakerjaan, Pemutusan Hubungan Kerja, Diskualifikasikan


Mengundurkan Diri

i
ABSTRACT

Work Agreement is an agreement that has been agreed between a prospective


worker and an employer or employer, and in the contents of the agreement
contains the rights, terms of work and obligations of each party, and in this case a
work agreement can be made either verbally or written must be carried out in
accordance with the applicable laws and regulations. In the Termination of
Employment which has been regulated in Law Number 13 of 2003, Manpower
has regulated the Termination of Employment process as for the cause of
termination of employment such as labor is still on probation, the worker dies , the
worker reaches the retirement age in accordance with the provisions in the
employment agreement and the worker submits a resignation request and there is
no indication of pressure or intimidation from the employer. The purpose of this
research is to find out the legal basics in the process of termination of employment
and to find out what is your honor. panel of judges Regarding termination of
employment, it is qualified to resign and the compensation given by the employer
is already in accordance with the applicable provisions. This research uses the
type of juridical normative research in which this research is conducted by
examining secondary data. Which uses the case approach method is the approach
that is used. done by studying cases that have close ties to issues that have become
court decisions that have permanent legal force. The results of research on the
application of law in the process of termination of employment by violating the
applicable rules and regulations. Honorable decisions or considerations of the
panel of judges in deciding work relationship disputes, especially the provision of
compensation and disculification of resignation, there are still many that often
misinterpretation in their decisions.

Keywords: Employment, Termination of Employment, Resignation


Disqualification

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi ALLAH SWT oleh karena karunia dan anugrah-
Nya yang melimpah dan segala rahmatnya yang tak bisa terhitung sehingga
Penulis dapat menyusun skripsi ini dengan judul : Analisa Yuridis Terhadap
Pemutusan Hubungan Kerja Karena Alasan Dikualifikasikan Mengundurkan Diri
( Studi Kasus Putusan Kasasi Nomor : 793 K/Pdt.Sus-PHI/2017).
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan moril dan materil baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
penyusunan skripsi ini hingga selesai. Khususnya untuk mereka yang saya
hormati :
1. Teristimewa kepada orang tua Penulis Y Joko Susilo (ayah) dan Iyum
(ibu) serta Putri Salsa Bilita dan Rachel Alisia Bilita (adik) yang selalu
memberi semangat dan dukungan baik secara materiil maupun immateriil
serta doa yang tulus dan tiada hentinya dalam menyusun skripsi ini.
2. Bapak Dr. Freddy Harris, SH., LLM., ACCS, selaku Dekan Fakultas
Hukum Universitas Esa Unggul.
3. Dr. Irmanjaya Taher, SH., MH. selaku Ketua Program Studi Fakultas
Hukum Universitas Esa Unggul.
4. Bapak Agus Suprayogi, SH.,MH., selaku Dosen Pembimbing yang sangat
loyal dalam meluangkan waktu disela- sela jadwal kesibukan beliau untuk
memberikan Bimbingan, saran,kritik dan motivasi yang sangat membantu
Penulis dalam menyusun skripsi ini.
5. Bapak Henry Arianto SH., MH., selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang telah membimbing Penulis mulai pertama masuk kuliah sampai
dengan berakhirnya kuliah.
6. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Esa Unggul dan Seluruh Staf
Akedmik yang telah membantu kelancaran urusan Akademik Penulis.
7. Allesandro Delpiero, Fahrizal Ardian, Pamungkas Tri Sassongko,Karmila
Fauziah, Nurainina P selaku teman yang paling dekat yang telah
memberikan dukungan dan motivasi selama memyelesaikan skripsi ini
8. Bapak Sunawan,SH.,selaku teman dan pembimbing yang banyak
membantu memberikan motivasi dan kritik dalam penyusunan skripsi.
9. Teman-teman Fakultas Hukum Universitas Esa Unggul khususnya kelas
Pararel angkatan 2017 kampus Citra Raya dan semua pihak baik secara
langsung maupun tidak langsung telah membantu Penulis hingga bisa
menyelesaikan study dan skripsi ini.
Pada akhirnya Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu Penulis, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya. Semoga semua perbuatan dan amalan anda mendapatkan pahala yang
berlimpah dari oleh ALLAH SWT
Tanggal 03 Agustus 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................i

PERNYATAAN KEASLIAN ISI SKRIPSI........................................................iii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI...........................iv

LEMBAR TANDA PESETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI..........................v

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI............................................................. ...vi

ABSTRAK...........................................................................................................vii
ABSTRAC..........................................................................................................viii
KATA PENGANTAR..........................................................................................ix

DAFTAR ISI.........................................................................................................x

I PENDAHULUAN......................................................................................1
II TINJAUAN UMUM..................................................................................3
III TINJAUAN KHUSUS ...............................................................................4
IV ANALISA DAN PEMBAHASAN............................................................5
A. Kasus Posisi............................................................................................5
B. Pertimbangan Hukum dan Amar Putusan Kasasi
Nomor 793K/Pdt.Sus-PHI/2017...........................................................7
C. Analisis Yuridis tentang Alasan Pemutusan Hubungan Kerja...............9
D. Analisis Yuridis tentang Kompensasi Pemutusan Hubungan Kerja.....11

V PENUTUP................................................................................................16

A. Kesimpulan...........................................................................................16

B. Saran.....................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................17

iv
I. PENDAHULUAN
Hubungan hukum yang mengikat antara Pemberi Kerja dengan Penerima Kerja
yaitu dengan Perjanjian Kerja yang disepakati antara kedua belah pihak.
Perjanjian Kerja menurut Undang-undang ketenagakerjaan ialah Perjanjian yang
sudah di sepakati antara Pemberi Kerja dan Penerima Kerja dan dalam isi
Perjanjian tersebut memuat peraturan tentang hak-hak dan kewajiban kedua belah
pihak. Jika salah satu pihak melanggar akan dikenakan hukuman sesuai dengan
sangksi yang mereka sepakati di dalam perjanjian tersebut. Pada intinya semua
manusia boleh dan berhak membuat Perjanjian Kerja. Perlu diingat dalam
pembuatan Perjanjian Kerja harus memenuhi syarat syahnya Perjanjian Kerja
yang dimuat pada pasal 52 Undang-Undang Ketenagakerjaan No.13/2003.
Dalam sebuah Perjanjian Kerja diatur mengenai hak-hak dan kewajiban antara
Pekerja dengan Pemberi Kerja , salah satunya tentang Uang Penggantian Hak
Pekerja yang Mengundurkan Diri diatur Undang - Undang Ketenagakerjaan yaitu
Uang yang menjadi hak seorang Pekerja yang telah diberhentikan, terlepas dari
apakah dia dipecat oleh Pemberi Kerja atau Mengundurkan Diri. Memperhatikan
Surat Edaran yang dikeluarkan Menteri Ketenagakerjaan dan Transmigrasi, yang
berupaya memaknai makna kompensasi atas hak Pekerja yang telah ditinggalkan
dan dikeluarkannya surat edaran Nomor B.600 / MEN / Sj-Hk / VIII / 2005, yang
disampaikan ke semua instansi tenaga kerja yang berada di Negara Indonesia. Hal
ini menciptakan konflik di kalangan Pekerja dengan meyakini bahwa haknya telah
dipangkas karena adanya surat edaran ini.Signifikansi kompensasi hak pekerja
yang telah keluar didasarkan pada Pasal 162 (1) dan (3) juncto Pasal 156 Undang-
undang Ketenagakerjaan. Penelitian dibuat dengan metode normatif. Hasil studi
ini berkesimpulan dengan Menteri Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kembali
menjelaskan dana santunan yang benar, terutama Uang Pengganti Rumah, serta
Perawatan dan pengobatan Medis yang dikeluarkan Menteri Ketenagakerjaan
danTransmigrasi melalui surat edaran MENAKERTRANS N.600 / MEN / Sj-Hk /
VIII / 2005, dapat menjelaskan bahwa kedudukan surat edaran menteri dalam
Sistem Hukum di Indonesia tidak termasuk dalam kategori Peraturan Perundang-
undangan yang berlaku karena Surat Edaran Menteri tidak memenuhi unsur
sebagai Norma Hukum.
Dengan demikian, apabila dimunculkan pertanyaan tentang keabsahannya,
dapat disimpulkan bahwa Surat Edaran Menteri tersebut tetap dianggap berlaku,
sepanjang mengatur tingkat internal vertikal penyelenggara negara di
lingkungannya, dengan memperhatikan Hukum, filosofis. dan aspek sosiologis
pembentukan dan penerapannya di bidang ini. Mengingat Indonesia menggunakan
prinsip lex superiori derograt legi inferiori, maka dapat disimpulkan bahwa surat
edaran dari Menteri Sumber Daya Manusia dan Pemukiman sudah tidak berlaku,
tetapi setelah dikeluarkan, peninjauan kembali harus dilakukan di Mahkamah
Agung. MA dapat mencabut SE tersebut sehingga semua Perusahaan mematuhi
hukum yang berlaku ketika ada Pekerja yang Mengundurkan Diri dari
Perusahaan, sehingga tidak ada lagi simpang siur mengenai Uang Penggantian
Hak yang berkelanjutan. Hubungan Kerja adalah hubungan antara Pekerja dan
pemberi kerja, muncul setelah adanya kesepakatan antara Pekerja dan pemberi
kerja dimana Pekerja menyatakan kemampuannya untuk bekerja pada pemberi

1
kerja, menerima gaji dan dimana pemberi kerja menyatakan kemampuannya
untuk mempekerjakan Pekerja dengan membayar gaji. Perjanjian semacam itu
disebut Perjanjian Kerja. Dari pengertian tersebut terlihat jelas bahwa hubungan
kerja sebagai bentuk hubungan hukum lahir atau tercipta setelah adanya
Perjanjian Kerja antara Pekerja dengan pemberi kerja. Dalam Keadialan dapat kita
maknai juga sebagai Legalitas .Adil jika semua keadilan dapat kita terapkan
kepada semua Kasus .dimana menurut isi dan aturanya harus di aplikasikan secara
jelas dan nyata . Sebuah perusahan dalam memberikan tugas atau perintah kerja
kepada karyawan harus di dasari dengan adanya Perjanjian Kerja yang sudah di
sepakati oleh Perusahan dan Pekerja banyakya kasus yang terjadi dilapangan
pihak Perusahaan bertindak sewenang wenangnya memberi perintah kepada
Pekerja .yang bentuk perintahnya tidak sesuai dengan Perjanjian Kerja yang
mereka sepakati dan sifatnya merugikan Pekerja . dalam hal ini Pekerja bisa
mengajukan Pemutusan Hubungan Kerja kepapembayaran Uang Penggantian Hak
Pekerja yang dikualifikasikan mengundurkan diri da lembaga penyelesaian
perselisihan Hubungan Kerja . jika Pengusaha memberikan perintah kerja yang
tidak sesuai dengan perjanjian yang mereka sepakati. Beranjak dari persoalan
penafsiranUang Penggantian Hak Pekerja yang dikualifikasikan mengundurkan
diri membuat Penulis tertarik melakukan kajian ketentuan-ketentuan Uang
Penggantian Hak Pekerja yang dikualifikasikan mengundurkan diri menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku sehingga dalam kesempatan ini
Penulis akan menyajikan penulisan hukum yang membahas tentang perbedaan
pertimbangan hakim dalam pembayaranUang Penggantian Hak Pekerja yang
dikualifikasikan mengundurkan diri di Putusan Pengadilan Hubungan Industrial
Pengadilan Negeri jambi dalam Putusan Nomor: 1/G/2017/PHI Jmb juncto
Putusan tingkat kasasi di Mahkamah Agung Republik Indonesia nomor 793
K/Pdt.Sus-PHI/2017 dengan judul : Analisa Yuridis Terhadap Pemutusan
Hubungan Kerja Karena Alasan Dikualifikasikan Mengundurkan Diri ( Studi
Kasus Putusan Kasasi Nomor : 793 K/Pdt.Sus-PHI/2017).
Berdasarkan latar belakang yang ada serta untuk memperoleh gambaran yang
jelas maka Penulis akan mengidentifikasi permasalahan berikut :
1. Apakah alasan Pemutusan Hubungan Kerja yang dilakukan Pengusaha
Abadi Suite Hotel & Tower telah sesuai dengan ketentutan Undang-
Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan ?

2. Apakah Kompensasi PHK yang ditetapkan dalam Putusan Nomor : 793


K/Pdt.Sus-PHI/2017 telah sesuai dengan Ketentuan Undang-Undang No.
13 Tahun 2003 Ketenagakerjaan.

Metode Penelitian hukum yang digunakan adalah yuridis normative, yang mana
penelitian ini dilakukan dengan menelaah data sekunder atau bahan pustaka yang
meliputi penelitian sejarah hukum yang sistematis, penelitian hukum dan
penelitian tentang asas-asas hukum.Dalam penelitian ini Penulis menggunakan
pendekatan kasus per kasus, yaitu pendekatan yang dilakukan dengan cara
memeriksa perkara yang berkaitan dengan perkara yang diputus oleh pengadilan
yang telah berkekuatan hukum tetap (incracht). Jenis penelitian dalam skripsi ini

2
adalah deskriptif analitik yang sumber hukumnya bersumber dari data sekunder
masing-masing dari bahan hukum yang berkaitan dengan masalah Pemutusan
Hubungan Kerja dan Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor :793
K/Pdt.Sus-PHI/2017.

II. TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJA


Beberapa kewajiban pihak-pihak dalam Perjanjian Kerja.
Kewajiban-kewajiban Pekerja
1. Pekerja diwajibkan melakukan pekerjaan yang dijanjikan menurut
kemampuanya yang sebaik-baiknya.Sekedar tentang sifat serta luasnya
pekerjaan yang harus dilakukan tidak dijelaskan dalam perjanjian atau
reglemen,maka hal itu ditentukan oleh kebiasaan.
2. Pekerja diwajibkan sendiri melakukan pekerjanya,tidak boleh selain izin
Pengusaha dalam melakukan pekerjaanya itu digantikan oleh orang ketiga.
3. Pekerja diwajibkan menaati aturan-aturan tentang hal melakukan pekerjaan
serta aturan-aturan yang ditunjukan pada perbaikan tata tertib dalam
Perusahaan majikan yang diberikan kepadanya oleh atau atas nama majikan
didalam batas-batas aturan-aturan undang-undang atau perjanjian atau
reglemen jika itu tidak ada,menurut kebiasaan.
Kewajiban-kewajiban pemberi kerja ( Pengusaha )
Kewajiban-kewajiban para pemberi kerja ( Pengusaha )
sebagai akibat dari timbulnya Hubungan Kerja adalah membayar upah.Sedangkan
kewajiban tambahan adalah memberikan surat keterangan kepada Pekerja yang
dengan karna kemauanya sendiri hendak berhenti bekerja di Perusahaan itu.
Demikian pula dapat dikatakan sebagai kewajiban pokok lainya yaitu mengatur
pekerjaan,mengatur tempat kerja,mengadakan bbuku upah dan mengadakan buku
pembayaran upah.
Upah merupakan hak penerima kerja yang sudah seharusnya diterima penerima
kerja yang dapat dinyatakan berupa uang atau dalam bentuk lain sebagai imbalan
dari pemberi kerja berdasarkan Perjanjian Kerja, kesepataan bersama, Peraturan
pemberi kerja ( Perusahaan ) atau ketentuan peraturan perundang-undangan, yang
termasuk didalamnya juga tunjangan untuk penerima kerja atas suatu tugas
Pekerjaan dan/atau jasa yang telah dilakukan penerima kerja atas petunjuk
pemberi kerja ( Perusahaan ).
Berikut Komponen dasar Upah karyawan, sebagaimana disebutkan dalam Surat
Edaran Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No.SE/07/MEN/1990 Tahun
1990 Tentang Pengelompokkan Komponen Upah dan Pendapatan Non Upah.
a) Upah Pokok, merupakan imbalan dasar yang dibayarkan kepada Pekerja
menurut tingkat atau jenis Pekerjaan(Prahassacitta). Besarnya gaji pokok
tersebut ditetapkan berdasarkan kesepakatan, namun juga diatur
dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
Pasal 94, yang berbunyi: “Dalam hal komponen Upah terdiri dari Upah
pokok dan tunjangan tetap maka besarnya Upah pokok sedikit-dikitnya
75% (tujuh puluh lima perseratus) dari jumlah Upah pokok dan tunjangan
tetapTunjangan Tetap, merupakan pembayaran yang dilakukan secara
teratur, yang mungkin diberikan kepada Pekerja beserta keluarganya, dan

3
dibayarkan bersamaan dengan upah pokok. Tunjangan tetap tidak
berhubungan dengan kehadiran atau prestasi karyawan. Sebagai contoh:
tunjangan istri/anak, tunjangan perumahan, dan lain-lain.
b) Tunjangan Tidak Tetap, merupakan pembayaran yang diberikan secara
tidak tetap dan dibayarkan tidak bersamaan dengan Upah pokok.
Umumnya tunjangan ini berhubungan dengan kehadiran,
misalnya tunjangan transportasi atau makan.
Di Indonesia dikenal ada 3 sistem pengupahan sebagai berikut :
1) Upah berdasarkan satuan waktu
Dengan sistem ini, Upah Pekerja dibayar menurut waktu kerjanya,
contohnya harian, mingguan atau bulanan.
2) Upah berdasarkan satuan hasil
Dengan sistem ini, Upah Pekerja dibayar berdasarkan kuantitas hasil kerja
Pekerja yang ditetapkan menurut satuan hitung contoh per biji, per potong,
per lusin dan lain-lain.
3) Upah borongan
Dengan sistem ini, Upah Pekerja dibayar berdasarkan volume Pekerjaan
tertentu yang disepakati Pekerja dengan pemberi kerja di awal.
Dari ketiga sistem Upah tersebut kesemuanya perlu kesepakatan dari penerima
kerja dan pemberi kerja(Pengusaha) mengenai besaran Upah, Kompenen Upah
dan sisa pembayarannya. Tapi pemerintah memberikan batasan agar
Pengusaha tidak memberikan Upah Pekerja dibawah Upah minimum.

III. TINJAUAN KHUSUS TENTANG PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA


Pemutusan Hubungan Kerja ialah permulan dari segala pengakhiran,
permulaan dari berakhirnya mempunyai pekerjaan, dari berakhirnya kemampua
membiayai keperlun hidup sehari-hari baginya dan keluarganya ,permulan dari
berakhirnya kemampuan menyekolahkan anak-anak dan sebagainya.

Adapun Jenis – Jenis Pemutusan Hubungan Kerja


a. Pemutusan Hubungan Kerja demi hukum
Merupakan PHK yang terjadi dengan sendirinya secara hukum. Hubungan
kerja berakhir demi hukum jika habis waktunya yang ditetapkan dan
dalam peraturan perundang–undangan atau jika semuanya itu tidak ada,
menurut kebiasaan(Pustaka). Penyebab Pemutusan Hubungan Kerja demi
hukum adalah;
Berakhirnya Hubungan Kerja sesuai Perjanjian Kerja waktu tertentu
1) Pekerja telah mencapai usia pensiun.
2) Pekerja meninggal dunia.

b. Pemutusan Hubungan Kerja oleh Pekerja


1) Karena permintaan pengunduran diri;
2) Karena permohonan Pemutusan Hubungan Kerja di PHI.

4
c. Pemutusan Hubungan Kerja Oleh Pengusaha
PHK oleh Pengusaha ialah PHK yang kehendak atau prakarsanya dari
Pengusaha karena ada pelanggaran yang dilakukan Pekerja atau
mungkin karena:
1) PHK karena Pekerja melakukan pelanggaran
2) PHK karena Pekerja setelah 6 bulan tidak dapat melaksanakan
Pekerjaan akibat proses Perkara Pidana, bukan pengaduan
Pengusaha ataupun pihak lain.

d. Pemutusan Hubungan Kerja Oleh Pengadilan Pengusaha maupun Pekerja


berhak meminta pengadilan negeri supaya Hubungan Kerja terjadi karena
Perjanjian Kerja diputuskan. Para pihak setiap waktu sebelum Pekerjaan
dimulai karena alasan penting berhak mengajukan permintaan tertulis
kepada pengadilan negeri supaya perjanjian perburuhan dinyatakan bubar.
Dalam praktik, Pemutusan Hubungan Kerja yang terjadi karena
berakhirnya waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian, tidak
menimbulkan permasalahan terhadap kedua belah pihak baik pihak
Pekerja/Buruh maupun pihak Pemberi Kerja/Pengusaha, karena pihak-
pihak yang bersangkutan sama-sama telah menyadari atau mengetahuai
saat berakhirnya Hubungan Kerja tersebut.Sehingga masing-masing telah
berupaya mempersiapkan diri dalam menghadapi kenyataan itu.Berbeda
dengan halnya dengan Pemutusan Hubungan Kerja yang terjadi karena
adanya Perselisihan ,keadaan ini akan berdampak terhadap kedua belah
pihak ,lebih-lebih bagi Pekerja yang dipandang dari segi ekonomis
mempunyai kedudukan yang lemah jika dibandingkan dengan pihak
Pengusaha.

IV.ANALISA DAN PEMBAHASAN


A. Kasus Posisi
Pemohon Kasasi ATRA OLVIA Alias ATRA OLVIAN bertempat tinggal di
Jorong Bukit Tamasu, Desa Balimbing, Kecamatan Rambatan, Kabupaten Tanah
Datar, Provinsi Sumatera Barat, dalam hal ini memberi kuasa kepada Don Fredy,
S.H. Mengajukan permohonan kasasi kepada termohon kasasi kepada
PENGUSAHA ABADI SUITE HOTEL & TOWER, beralamat di Jalan
Prof.H.M.O. Bafadhal Nomor 111, Kota Jambi, Provinsi Jambi, yang diwakili
oleh Violin Susilo sebagai Direktur/EAM Abadi Suite Hotel dan Tower, dalam
hal ini memberi kuasa kepada Taufik, S.H., Para Advokat dan Penasehat Hukum
pada Kantor Advokat dan Penasehat Hukum “TAUFIK,S.H., & REKAN”
beralamat di Jalan KH. Hasyim Azhari Lorong Bukit Bulan, Kav.3 Lantai II Kota
Jambi, Provinsi Jambi.Di mana Pemohon Kasasi mempunyai Hubungan Kerja
dengan Termohon Kasasi telah Bekerja di Perusahaan Pemohon sejak bulan
November 2006 s/d 30 September 2016 dengan Jabatan terakhir Pemohon pada
bagian Cheff De Partie (CDP)/juru masak/Kokipada Departemen Food &
Beverage Product.

5
Perselisihan diawali pada tanggal 30 September 2016, adanya surat Perintah
Tugas mutasi No. 7843/ST/ASHTPers/IX/2016.yang menyatakan Penggugat di
Mutasi ke Abadi Hotel Kabupaten Sarolangun yang jarak antara tempat Pekerjaan
semula + 150 kilometer.Selanjutnya upaya Penyelesaian Perselisihan dilakukan
perundingan Bipartit namun tidak mencapai kesepakatan maka terhadap
Perselisihan tersebut kedua belah pihak mengupayakan Mediasi dengan Mediator
Dinas Tenaga Kerja Kota Jambi.Hasil Mediasi tersebut Dinas Tenaga Kerja Kota
Jambi mengeluarkan Surat Anjuran No. 560/1410/Sostek/2016, tanggal 24
November 2016.namun Pemohon masih tidak menerima isi Anjuran tersebut
maka Pemohon melanjutkan proses Penyelesaian Perselisihan yang terjadi ke PHI
PN JAMBI. Berdasarkan hasil pemeriksaan barang bukti dan keterangan saksi-
saksi maka PHI PN JAMBI dengan Nomor Putusan 1/G/2017/PHI Jmb. yang
pada intinya menyatakan bahwa Hubungan Kerja antara ATRA OLIVIA dengan
PENGUSAHA ABADI SUITE HOTEL & TOWER.Menyatakan Hubungan Kerja
antara Penggugat dengan Tergugat putus karena dikualifikasikan Mengundurkan
Diri, terhitung sejak tanggal 7 Oktober 2016. dan atas PHK tersebut
PENGUSAHA ABADI SUITE HOTEL & TOWER untuk membayar hak-hak
Penggugat secara tunai dan sekaligus, sebagaimana yang dimaksud dalam
Undang-undang Nomor : 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 168 ayat
(3),berupa Uang Penggantian Hak sesuai ketentuan Undang-undang Nomor: 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 156 ayat (4), Junto; Peraturan
Perusahaan Abadi Suite Hotel & Tower Pasal 29 ayat (4) angka 4 (empat),
danUang pisah yang besarnya dan pelaksanaannya diatur dalam Peraturan
Perusahaan Abadi Suite Hotel & Tower Pasal 29 ayat (4) angka 3 (tiga).dengan
perincian sebagai berikut :
Dengan perincian sebagai berikut :
Nama : ATRA OLVIA Alias ATRA OLVIAN, Masa Kerja 10 Tahun,
A. Uang Penggantian Hak
= 15% dari Uang Pesangon dan Uang Penghargaan Masa Kerja (PMK),
1.- Uang Pesangon 9 bln X Rp. 5.280.000,- = Rp. 47.520.000,-
2.- Uang PMK 4 bln X Rp. 5.280.000,- = Rp. 21.120.000
- Total Rp. 68.640.000,-.
1.Uang Penggantian Hak 15 % X Rp 68.640.000,- = Rp. 10.296.000
2.Uang Pisah 3 bln X Rp. 5.280.000,- = Rp. 15.840.000
Total Uang Pengantian Hak + Uang Pisah.
= RP..296.00 + RP.15.840.000 = RP.26.136.000.
Terbilang : Dua Puluh Enam Juta Seratus Tiga Puluh Enam Ribu.

Memori Kasasi Pemohon


Atas Putusan PHI PN Jambi dengan Putusan Nomor 1/G/2017/PHI Jmb
tersebut Pemohon mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung (yang selanjutnya
disebut “MA”) yang pada intinya berisi Pemohon meminta agar
1. Membatalkan Putusan Pengadilan Hubungan Industrial Jambi tertanggal
23 Maret 2017 dengan Register Perkara Nomor1/G/2017/PHI.Jmb.

6
2. Menyatatakan Tergugat telah Melanggar Hukum Ketenagakerjaan, Pasal
59 ayat 1 s/d 7 Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan.
3. Menyatakan Batal Demi Hukum Surat Perintah Tugas dari Tergugat
Nomor 7843/ST/ASHT-Pers/IX/2016, tanggal 30 September 2016
4. Menyatakan Batal Demi Hukum Surat Tergugat Nomor 7850/ASHT-Pers/
X/2016, yang pada pokoknya menyatakan Penggugat dianggap
Mengundurkan Diri

B. Pertimbangan Hukum dan Amar Putusan No. 793 K/Pdt.Sus PHI/2017


Judex Facti Keliru/salah menerapkan atau melanggar Pasal 168 ayat (1)
dan Pasal 59 ayat (1) s/d ayat (7) Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan Keliru/salah menerapkan atau melanggar Pasal
ditetapkan Pasal 63 ayat (1) Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan Bahwa keberatan tersebut dapat dibenarkan, oleh karena
setelah meneliti secara saksama Memori Kasasi tanggal 21 April 2017 dan
Kontra Memori Kasasi tanggal 5 Mei 2017 dihubungkan dengan
pertimbangan Judex Facti, dalam hal ini Pengadilan Hubungan Industrial
pada Pengadilan Negeri Jambi telah salah menerapkan Hukum dengan
pertimbangan sebagai berikut:
1. Bahwa Judex Facti salah menerapkan Hukum mengkualifisir
Mengundurkan Diri sesuai Pasal 168 Undang Undang Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan
2. Bahwa Pekerja/Pemohon Kasasi tidak melaksanakan mutasi ke Kabupaten
Sarolangun dan mangkir dari tanggal 1 Oktober 2016 sampai dengan
tanggal 6 Oktober 2016
3. Bahwa berdasarkan Kalender Nasional Hari Kerja dari tanggal a quo 4
(empat) hari Kerja, karena tidak ada bukti berdasarkan Perjanjian Kerja
Bersama, Peraturuan Perusahaan Perjanjian Kerja bahwa hari Sabtu dan
Minggu termasuk hari kerja
4. Bahwa sesuai Pasal 3 Perjanjian Kerja hari kerja adalah 5 (lima) hari kerja
maka kemangkiran belum memenuhi 5 (lima) hari kerja berturut-turut.
Menimbang bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, Mahkamah
Agung berpendapat, terdapat cukup alasan untuk mengabulkan Permohonan
Kasasi dari Pemohon Kasasi: Atra Olvia Alias Atra Olvian tersebut dan
membatalkan Putusan Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan
Negeri Jambi Nomor 1/G/2017/PHI.Jmb, tanggal 23 Maret 2017 selanjutnya
Mahkamah Agung akan mengadili sendiri dengan amar sebagaimana yang
akan disebutkan di bawah ini
Menimbang, bahwa oleh karena nilai gugatan dalam perkara ini di bawah
Rp150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah), sebagaimana ditentukan
dalam Pasal 58 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004, maka biaya perkara
dalam semua tingkat peradilan dibebankan kepada Negara.

7
Memperhatikan, Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, Undang Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, Undang Undang Nomor 48
Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, Undang Undang Nomor 14
Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung sebagaimana yang telah diubah
dengan Undang Undang Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan
Undang Undang Nomor 3 Tahun 2009 serta peraturan perundang-undangan
lain yang bersangkutan. Maka Majelis Hakim Kasasi mengeluarkan Putusan
Nomor793 K/Pdt.Sus-PHI/2017 yang pada intinya isi Amar Putusannya
sebagai berikut :
Memperbaiki amar Putusan Pengadilan Hubungan Industrial pada
Pengadilan Negeri Jambi Nomor 1/G/2017/PHI.Jmb tanggal 23 Maret
2017sehingga amar selengkapnya sebagai berikut:
1. Mengabulkan Gugatan Penggugat sebagian ;
2. Menyatakan Tergugat telah melakukan perbuatan yang
bertentangandengan Undang-undang Nomor : 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaanyang berkaitan dengan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
(PKWT) ;
3. Menyatakan Surat Perjanjian Kerja nomor :
2722/SPK-Pers/VII/2011tanggal 1 Juli 2011, Surat Perjanjian Kerja nomor
: 4612/SPK-Pers/VII/2013 tanggal 1 Juli 2013, Surat Perjanjian Kerja
nomor : 5612/SPK-Pers/VI/2014,tanggal 30 Juni 2014 dan Surat
Perjanjian Kerja Nomor : 7671/SPKPers/VII/2016, tanggal 1 Juli 2016,
yang berkaitan dengan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) /
Kontrak Kerja bertentangan dengan UU Nomor : 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan dan dinyatakan batal demi Hukum.
4. Menyatakan Hubungan Kerja antara Penggugat dengan Tergugat putus
karena dikualifikasikan Mengundurkan Diri, terhitung sejak tanggal 7
Oktober 2016
5. Menghukum Tergugat untuk membayar hak-hak Penggugat secara tunai
dan sekaligus, sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-undang Nomor
:13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 168 ayat (3), berupa :
Uang Penggantian Hak sesuai ketentuan Undang-undang Nomor: 13Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 156 ayat (4), Junto;Peraturan Perusahaan
Abadi Suite Hotel & Tower Pasal 29 ayat (4) angka 4 (empat), danUang pisah
yang besarnya dan pelaksanaannya diatur dalam Peraturan Perusahaan Abadi
Suite Hotel & Tower Pasal 29 ayat (4) angka 3 (tiga) Dengan perincian
sebagai berikut :
Nama : ATRA OLVIA Alias ATRA OLVIAN, Masa Kerja 10 Tahun,
A. Uang Penggantian Hak;
= 15% dari Uang Pesangon dan Uang Penghargaan Masa Kerja (PMK),
- Uang Pesangon 9 bln X Rp. 5.280.000,- = Rp. 47.520.000,-
- Uang PMK 4 bln X Rp. 5.280.000,- = Rp. 21.120.000,-
Total Rp. 68.640.000,-.
Uang Penggantian Hak 15 % X Rp 68.640.000,- = Rp. 10.296.000,-
B. Uang Pisah 3 bln X Rp. 5.280.000,- = Rp. 15.840.000,-

8
Total Uang Penggantian Hak + Uang Pisah;
= Rp. 10.296.000,- + Rp. 15.840.000,- = Rp. 26.136.000,-
terbilang : “Dua puluh enam juta seratus tiga puluh enam ribu rupiah)
C. Analisis Yuridis Tentang Alasan Pemutusan Hubungan Kerja
Proses Pemutusan Hubungan Kerja yang dilakukan PENGUSAHA ABADI
SUITE HOTEL & TOWER. Terhadap pegawainya yang bernama Atra
Olivian. Perselisihan Hubungan Kerja ini bermula dengan Perintah Tugas
Mutasi yang dilakukan Termohon terhadap seperti yang telah dijelaskan
diatas sebelumnya. Dan Analisa Penulis terhadap proses Pemutusan
Hubungan Kerja tersebut akan dibahas dan diulas secara lengkap
disini.Dengan tujuan agar pembaca dapat mengetahui apakah proses
Pemutusan Hubungan Kerja yang terjadi sudah sesuai dengan ketentuan
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,dan
Undang-Undang Terkait
Pada tanggal 30 September 2016, pihak PENGUSAHA ABADI SUITE
HOTEL & TOWER mengeluarkan surat Perintah Mutasi Kerja dengan
Nomor : 7843/ST/ASHTPers/IX/2016, yang pada pokoknya menyatakan Atra
Olivian di Mutasi ke Abadi Hotel Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi,
untuk mengisi jabatan First Cook di Abadi Hotel Sarolangun Provinsi
Jambi,dan dalam penilaian Perusahaan, Atra Olivian dinilai mampu dan
mempunyai pengalaman bekerja yang baik untuk posisi tersebut.Pengalaman
Atra Olivian selama bekerja sejak bulan November 2006 memiliki reputasi
yang baik dimata Perusahaan.
Pihak PENGUSAHA ABADI SUITE HOTEL & TOWER. Menyatakan
terhadap surat mutasi yang dikeluarkanya, namun Atra Olivian tidak
melaksanakan surat Perintah Mutasi tersebut Atra Olivian tidak datang hadir
Bekerja pada tanggal 1 Oktober 2016 sampai dengan tanggal 3 Oktober 2016
selama tiga hari berturut-turut dan tampa keterangan yang sah. Hak Istimewa
yang dimiliki Perusahaan untuk melakukan Mutasi tersebut telah diatur
dengan jelas dalam Peraturan Perusahaan Pasal 19 tentang Mutasi Karyawan
menyebutkan : Pasal 19 ayat 4 ‘’Bagi Pekerja yang dimutasi bedasarkan ayat
2 huruf B yakni penyegaran untuk menghilangkan kejenuhan bagi Pekerja
dan diharapkan dapat meningkatkan prestasi kerja, mengenai Upah dan
Golongan tidak ada perubahan atau tetap dan atau tidak mengurangi
pendapatan yang sudah diperoleh sebelumnya’; pasal 19 ayat 7 ‘’Setiap
Karyawan dapat ditempatkan dan dipindahkan diseluruh property abadi Hotel
Group. Bedasarkan peraturan dan ketentuan yang sudah dijelaskan didalam
Peraturan Perusahaan pasal 19 ayat 4 dan pasal 19 ayat 7 seharusnya Atra
Olivian harus mengikuti Peraturan Perusahaan tersebut yang sudah disepakati
ketika pertama kali Bekerja di Perusahaan tersebut sebagai bentuk tanggung
jawab dan kewajiban dan harus menjunjung tinggi isi Perjanjian yang sudah
disepakati antara kedua belah pihak.
Perjanjian Kerja yang telah disepakati suatu kesatuan yang tidak boleh

9
bertentangan dengan Peraturan Perusahaan. Karyawan PENGUSAHA
ABADI SUITE HOTEL & TOWER pada saat pertama kali Masuk Kerja
telah menerima Kode Etik Perusahaan dan wajib menandatangani Kode Etik
Perusahaan sebagai bukti bahwa Karyawan bersedia untuk mematuhi isi yang
terdapat dalam Kode Etik Perusahaan yang juga diatur secara jelas dalam
Peraturan Perusahaan.yang juga diatur dalam UU 13 / P2003 pasal 54 ayat (2)
“Ketentuan dalam Perjanjian Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf (e) dan huruf (f), tidak boleh bertentangan dengan Peraturan
Perusahaan, Perjanjian Kerja Bersama, dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.Dengan begitu, penolakan mutasi yang dilakukan oleh Atra
Olivian ialah bentuk pelanggaran penjanjian terhadap ketentuan sebagaimana
diatur dalam Peraturan Perusahaan.
Dalam hal ini dan atas surat mutasi yang diterbitkan oleh PENGUSAHA
ABADI SUITE HOTEL & TOWER jika memang Atra Olivian masih
berharap untuk Bekerja di PENGUSAHA ABADI SUITE HOTEL &
TOWER sudah seharusnya Atra Olivian harus datang dan berbicara tentang
keinginannya untuk Bekerja lagi,dan Pekerja yang bertanggung jawab atas
pekerjaannya dan memiliki percakapan yang baik dengan Perusahaan, dalam
fakta yang terjadi Atra Olivian tidak hadir untuk memenuhi Panggilan Kerja
yang dikirim Perusahaan sesuai ketentuan yang berlaku sebanyak 2 (dua) kali
panggilan, untuk Surat Panggilan Pertama dikirim pada tanggal 3 Oktober
2016 dan Surat Panggilan Kedua dikirim pada tanggal 5 Oktober 2016. Pada
isi surat Panggilan tersebut sudah di jelaskan jika Atra Olivian tidak datang
dan hadir memenuhi Surat Panggilan tersebut maka akan diyatakan dan
dikualifikasikan Mengundurkan Diri sesuai pasal 168 ayat 1 UU 13 / 2003
menyebutkan bahwa “Pekerja/Buruh yang mangkir selama 5 (lima)hari
berturut-turut tanpa ada keterangan secara tertulis yang dilengkapi dengan
bukti yang sah dan telah dipanggil oleh Pengusaha sebanyak 2(dua) kali
secara patut dan tertulis dapat diputus Hubungan Kerjanya karena
dikualifikasikan Mengundurkan Diri”jika memang sudah tidak memiliki niat
lagi untuk bekerja diPENGUSAHA ABADI SUITE HOTEL & TOWER
dengan alasan Bahwa Mutasi tersebut merupakan demosi atau penurunan
Upah yang semula upah Penggugat Rp. 5.280.000 (lima juta dua ratus
delapan puluh ribu rupiah) menjadi 2.500.000,- (dua juta lima ratus ribu
rupiah),dan adanya penambahan jarak yakni kurang lebih 150 kilometer dari
tempat Pekerjaan sebelumnya, sehingga harus mengontrak rumah lagi dan
mengeluarkan biaya transportasi pengangkutan barang-barang miliknya.
Dalam hal yang sudah dijelaskan Penulis menganalisis bahwa
PENGUSAHA ABADI SUITE HOTEL & TOWER melakukan tindakan
Pemutusan Hubungan Kerja kepada Atra Olivian dengan keterangan dan
alasan Mengundurkan Diri bedasarkan dengan alasan Atra Olivian tidak
mengindahkan 2 (dua) kali Surat Panggilan yang dikirim olehPENGUSAHA
ABADI SUITE HOTEL & TOWER dengan layak dan tertulis . Penulis
beramsumsi lain, dengan yang dinyatakan PENGUSAHA ABADI
SUITEHOTEL & TOWER kepada Atra Olivian yaitu dengan tidak Masuk

10
Kerja dan tampa keterangan yang jelas Atra Olivian dan disampaikanya Surat
Panggilan sebanyak 2 (dua) dengan secara patut dan tertulis, menjadikan
alasan Pemutusan Hubungan Kerja atas Atra Olivian dikualifikasikan
Mengundurkan Diri. Penulis dalam hal ini telah mengamati dan mempelajari
isi Putusan Nomor :1/G/2017/PHI Jmb.Penulis berpendapat bahwa
Pelaksanaan Pemutusan Hubungan Kerja yang dialami Atra Olivian tidak
dapat dikualifikasikan sebagai Pemutusan Hubungan Kerja dengan alasan
mengundurkan diri, dari hasil pemeriksaan Persidangan di Pengadilan PHI
PN Jambi. Terindikasi adanya cacat Formil atas mutasi yang
dilakukanPENGUSAHA ABADI SUITE HOTEL & TOWER. Yang menjadi
berawalnya Perselisihan antara PENGUSAHA ABADI SUITE HOTEL &
TOWER dengan Atra Olivian yang hasil pemeriksaan tersebut tertuang dalam
Putusan dengan Nomor : 1/G/2017/PHI Jmb. Yang tertanggal 23 Maret
2017.yang Putusan tersebut telah diperkuat oleh Putusan pada Tingkat Kasasi
dengan Putusan Nomor : 793 K/Pdt.Sus-PHI/2017.
Melihat Hasil dari pemeriksaan di persidangan pengadilan PHI PN Jambi
terungkap bahwa dengan jelas dalam proses Mutasi yang dilakukan
PENGUSAHA ABADI SUITE HOTEL & TOWER. Kepada Atra Olivian
tidak sesuai ketentuan pasal 168 ayat 1 UU 13 / 2003 menyebutkan bahwa
“Pekerja/Buruh yang mangkir selama 5 (lima) hari berturut-turut tanpa ada
keterangan secara tertulis yang dilengkapi dengan bukti yang sah dan telah
dipanggil oleh Pengusaha sebanyak 2 (dua) kali secara patut dan tertulis dapat
diputus Hubungan Kerjanya karena dikualifikasikan Mengundurkan Diri.
Karena Kalender Nasional Hari Kerja dari tanggal 4 (empat) hari Kerja,
karena tidak ada bukti berdasarkan Perjanjian Kerja Bersama, Peraturuan
Perusahaan Perjanjian Kerja bahwa hari Sabtu dan Minggu termasuk hari
Kerja, Bahwa sesuai Pasal 3 Perjanjian Kerja hari kerja adalah 5 (lima) hari
kerja maka kemangkiran belum memenuhi 5 (lima) hari kerja berturut-turut,
maka dari itu Atra Olivian hanya mangkir 4 (empat) hari kerja dan telah
dipanggil 2 (dua)kali secara tertulis,sedangkan dalam isi Surat Mutasi dengan
Nomor 7843/ST/ASHTPers/IX/2016 tersebut Atra Olivian dimutasi terhitung
mulai tanggal 30 September 2016, dalam hal Perselisihan yang telah diajukan
ke PHI PN Jambi ini harus mendapat Putusan hakim dengan pertimbangan
keadilan, kemanfaatan serta kepastian hukum maka Penulis berpendapat
Hubungan Kerja antara PENGUSAHA ABADI SUITE HOTEL & TOWER
dengan Atra Olivian tidak akan harmonis lagi jika dilanjutkan sudah akan
tepat jika Hubungan Kerja antara PENGUSAHA ABADI SUITE HOTEL &
TOWER dan Atra Oliviandi putus berakhir namun tidak dengan alasan.
UU 13 / 2003 menyebutkan bahwa “Pekerja/Buruh yang mangkir selama 5
(lima) hari
berturut-turut tanpa ada keterangan secara tertulis yang dilengkapi dengan
bukti yang sah dan telah dipanggil oleh Pengusaha sebanyak 2 (dua) kali
secara patut dan tertulis dapat diputus hubungan kerjanya karena
dikualifikasikan Mengundurkan Diri pasal 164 ayat (3) “Pengusaha dapat

11
melakukan Pemutusan Hubungan Kerja terhadap perkerja/buruh karena
Perusahaan tutup bukan mengalami kerugian 2 (dua) tahun berturut-turut atau
bukan karena keadaan memaksa (force mayor) tetapi Perusahaan melakukan
efisiensi dengan ketentuan Pekerja/ buruh berhak atas Uang Pesangon sebesar
2(dua) kali ketentuan pasal 156 ayat (3) dan Uang Pengganti Hak sesuai
ketentuan pasal 156 ayat (4).

D. Analisis Yuridis Tentang Jumlah Kompensasi PHK.


Penyelesaian perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja yang dilakukan
PENGUSAHA ABADI SUITE HOTEL & TOWER kepada Atra Olivian yang
dimulai gagalnya perundingan bipartite serta gagalnya perundingan melalui
mediasi dengan mediator Dinas Tenaga Kerja Provinsi Jambi.Dari gagalnya hasil
mediasi tersebut Dinas Dinas Tenaga Kerja Provinsi Jambi sehingga dalam
penyelesaian perselisihan Pemutusan Hungan Kerja tersebut Atra Olivian
menggugat PENGUSAHA ABADI SUITE HOTEL & TOWER di Pengadilan
PHI PN Jambi dan upaya yang Mulia Hakim Pengadilah PHI PN Jambi agar
kedua belah pihak yang berselisih untuk dapat menyelesaikan perselisihan yang
terjadi secara damai namun tidak berhasil maka Pengadilan PHI PN Jambi
melanjutkan pemeriksaan perkara perselisihan tersebut dan mengeluarkan Putusan
dengan Nomor 1/G/2017/PHI.Jmb tertanggal tanggal 23 Maret 2017 dengan amar
Putusan yang pada intinya menyatakan Hubungan Kerja antara Penggugat dan
Tergugat putus terhitung sejak Putusan ini dibacakan sesuai Pasal 168 ayat (3)
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003tentang Ketenagakerjaan serta
menghukum Tergugat membayar Uang Kompensasi sesuai pasal 156 ayat (4),
Junto; Peraturan Perusahaan Abadi Suite Hotel & Tower Pasal 29 ayat (4) angka 4
(empat), dan Uang Pisah yang besarnya dan pelaksanaannya diatur dalam
Peraturan Perusahaan Abadi Suite Hotel & Tower Pasal 29 ayat (4) angka 3 (tiga)
Dengan perincian sebagai berikut :
Nama : ATRA OLVIA Alias ATRA OLVIAN, Masa Kerja 10 Tahun,
A. Uang Penggantian Hak;
= 15% dari Uang Pesangon dan Uang Penghargaan Masa Kerja (PMK),
- Uang Pesangon 9 bln X Rp. 5.280.000,- = Rp. 47.520.000,-
- Uang PMK 4 bln X Rp. 5.280.000,- = Rp. 21.120.000,-Total Rp.68.640.000,-
Uang Penggantian Hak 15 % X Rp 68.640.000,- = Rp. 10.296.000,-
B. Uang Pisah 3 bln X Rp. 5.280.000,- = Rp. 15.840.000,-
Total Uang Penggantian Hak + Uang Pisah;
= Rp. 10.296.000,- + Rp. 15.840.000,- = Rp. 26.136.000,-
terbilang : “Dua puluh enam juta seratus tiga puluh enam ribu rupiah.

Putusan tersebut tergugat dalam hal ini Atra Olivian merasa keberatan sehingga
mengajukan Permohonan Kasasi ke Mahkamah Agung tertanggal21 April
2017.seperti yang tertera dalam akta Pernyataan Permohonan Kasasi Nomor793
K/Pdt.Sus-PHI/2017 juncto Putusan Nomor 1/G/2017/PHI.Jmbyang telah dibuat
panitera PHI PN Jambi, Permohonan tersebut dilampiri dengan Memori Kasasi

12
yang telah diterima oleh Kepaniteraan Pengadilan Hubungan Industrial pada
Pengadilan Negeri Jambi.Tertanggal 5 Mei 2017.Selanjutnya berdasarkan hasil
rapat musyawarah Majelis Hakim pada Mahkamah Agung yang dilaksanakan
pada tanggal 24 Agustus 2017.yang menghasilkan Putusan Nomor793 K/Pdt.Sus-
PHI/2017, dengan amar Putusan yang pada intinya memperbaiki amar Putusan
Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Jambi dengan Nomor
Putusan 1/G/2017/PHI.
Penulis dapat melihat perbedaan dalam amar Putusan dalam penyelesaian
perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja antara PENGUSAHA ABADI SUITE
HOTEL & TOWER dengan Atra Olivian di dalam Putusan ditingkat pertama di
Pengadilan PHI PN Jambi Nomor Putusan 1/G/2017/PHI.Jmb dengan Putusan
ditingkat Kasasi dalam Nomor Putusan 793 K/Pdt.Sus-PHI/2017 .Perbedaan isi
amar Putusan tersebut terdapat pada perbaikan Putusan yang dilakukan Majelis
Hakim Mahkamah Agung yaitu dengan Pembatalan Putusan pada tingkat
pertama,yang pada Putusan di pengadilan PHI PN Jambi, Karna dalam Putusanya
Atra Olivian Pemutusan Hubungan Kerjanya dikualifikasikan Mengundurkan
Diri, Atra Olivian hanya mendapatkan Pesangon dengan perincian sebagai berikut
: Nama ATRA OLVIA Alias ATRA OLVIAN, Masa Kerja 10 Tahun;
1) Uang Penggantian Hak;
= 15% dari Uang Pesangon dan Uang Penghargaan Masa Kerja (PMK),
- Uang Pesangon 9 bln X Rp. 5.280.000,- = Rp. 47.520.000,-
- Uang PMK 4 bln X Rp. 5.280.000,- = Rp. 21.120.000,-
Total Rp. 68.640.000,-.
Uang Penggantian Hak 15 % X Rp 68.640.000,- = Rp. 10.296.000,-
2) Uang Pisah 3 bln X Rp. 5.280.000,- = Rp. 15.840.000,-
Total Uang Penggantian Hak + Uang Pisah;
= Rp. 10.296.000,- + Rp. 15.840.000,- = Rp. 26.136.000,-
terbilang : “Dua puluh enam juta seratus tiga puluh enam ribu rupiah)

Dalam Putusan di Tingkat Kasasi ada perbaikan Putusan dikarenakan dalam


Pemutusan Hubungan Kerjanya dikualifikasikan Mengundurkan Diri batal demi
Hukum karena berdasarkan Kalender Nasional Hari Kerja dari tanggal a quo 4
(empat) hari kerja, karena tidak ada bukti berdasarkan Perjanjian Kerja Bersama/
Peraturan Perusahaan atau Perjanjian Kerja bahwa hari Sabtu dan Minggu
termasuk Hari Kerja. Sesuai Pasal 3 Perjanjian Kerja hari kerja adalah 5 (lima)
Hari Kerja maka kemangkiran belum memenuhi 5 (lima) hari kerja berturut-turut,
dan Atra Olivian mendapatkan Pesangon dengan perincian sebagai berikut :
a. Uang Pesangon; 9 x Rp.5.280.000,00 = Rp47.520.000,00;
b. UPMK; 4 x Rp5.280.000,00 = Rp21.120.000,00;
c. Uang Pengganti Hak; 15% xRp68.640.00 = Rp10.296.000,00;
Jumlah = Rp78.936.00,000.
Menurut Penulis pemberian Uang Pesangon kepada Pekerja tidak tepat, dengan
dasar bahwa Mutasi yang dilakukan Pengusaha ABADI SUITE HOTEL &
TOWER kepada Pekerja tidak sah karena dalam Amar Putusan Hakim Tingkat
Kasasi disebutkan Bahwa Judex Facti pada halaman 20 paragraph terakhir,
berpendapat bahwa “Penggugat adalah sebagai Karyawan tetap sehingga tidak

13
diperlukan kontrak kerja lagi”. Padahal pada kenyataannya setiap akhir Kontrak
Kerja antara Pekerja dengan Pengusaha, apabila akan melanjutkan Pekerjaan
selalu dibuat Surat Perjanjian Kerja. Pada saat melakukan Mutasi antara Pemohon
Kasasi dengan Termohon Kasasi tidak dibuat Surat Perjanjian Bahwa apabila
pertimbangan Judex Facti tersebut dianggap benar, seharusnya ada terlebih dahulu
oleh Termohon Kasasi harus membuat surat pengangkatan terhadap Pemohon
Kasasi sebagaimana sebagaimana Pasal 63 ayat (1) dan (2) Undang Undang
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Merujuk pada Undang – Undang
Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Pasal 169 menyebutkan :
(1) Pekerja/Buruh dapat mengajukan permohonan Pemutusan Hubungan
Kerja kepada lembaga Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
dalam hal Pengusaha melakukan perbuatan sebagai berikut :
a) menganiaya, menghina secara kasar atau mengancam Pekerja/Buruh.
b) membujuk dan/atau menyuruh Pekerja/Buruh untuk melakukan perbuatan
yang bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan.
c) tidak membayar Upah tepat pada waktu yang telah ditentukan selama 3
(tiga) bulan berturut-turut atau lebih.
d) tidak melakukan kewajiban yang telah dijanjikan kepada Pekerja/ Buruh.
e) memerintahkan Pekerja/Buruh untuk melaksanakan Pekerjaan di luar yang
diperjanjikan atau
f) memberikan Pekerjaan yang membahayakan jiwa, keselamatan, kesehatan,
dan kesusilaan Pekerja/Buruh sedangkan Pekerjaan tersebut tidak
dicantumkan pada Perjanjian Kerja.

(2) Pemutusan Hubungan Kerja dengan alasan sebagaimana dimaksud dalam


ayat 1 Pekerja/Buruh berhak mendapat Uang Pesangon 2 (dua) kali
ketentuan Pasal 156 ayat 2, Uang Penghargaan Masa Kerja 1 (satu) kali
ketentuan Pasal 156 ayat 3, dan Uang Penggantian Hak sesuai ketentuan
Pasal 156 ayat 4.

(3) Dalam hal Pengusaha dinyatakan tidak melakukan perbuatan sebagaimana


dimaksud dalam ayat 1 oleh lembaga Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial maka Pengusaha dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja
tanpa penetapan Lembaga Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
dan Pekerja/Buruh yang bersangkutan tidak berhak atas Uang Pesangon
sesuai ketentuan Pasal 156 ayat 2, dan Uang Penghargaan Masa Kerja
sesuai ketentuan Pasal 156 ayat 3.Dan Penulis bisa menyimpulkan bahwa
PENGUSAHA ABADI SUITE HOTEL & TOWER telah melanggar Pasal
169 Ayat 1 huruf E yang berbunyi memerintahkan Pekerja/Buruh untuk
melaksanakan Pekerjaan di luar yang di perjanjikan. Atas hal tersebut Atra
Olivian berhak mendapatkan Uang Pesangon 2X ketentuan pasal 156 ayat
2 dan Uang Penghargaan Masa Kerja sesuai ketentuan pasal 156 ayat 3.
Sedangkan yang menjadi dasar Majelis Hakim Mahkamah Agung adalah
terlepas dari proses Mutasi yang tidak sah, Majelis Hakim berpendapat
bahwa amar Putusan PHI PN Jambi harus diperbaiki sepanjang mengenai

14
Uang Pesangon yang diterima Atra Olivian dengan pertimbangan sebagai
berikut:
1. Bahwa apabila Termohon Kasasi mendalilkan Pemohon Kasasi adalah
Karyawan Tetap seharusnya Termohon Kasasi membuat surat
pengangkatan bagi Pemohon Kasasi, sebagaimana Pasal 63 ayat (1) dan(2)
Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;
2. Bahwa pada Persidangan tidak pernah diajukan bukti surat oleh Termohon
Kasasi ada surat pengangkatan
3. Bahwa apabila Judex Facti mendasarkan pada dalil Termohon Kasasi
bahwa Penggugat merupakan Karyawan Tetap bertentangan dengan Pasal
63 ayat (1) dan (2) Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan.
4. Bahwa Pekerja/Pemohon Kasasi tidak melaksanakan mutasi ke Kabupaten
Sarolangun dan mangkir dari tanggal 1 Oktober 2016 sampai dengan
tanggal 6 Oktober 2016;
5. Bahwa berdasarkan Kalender Nasional Hari Kerja dari tanggal a quo 4
(empat) Hari Kerja, karena tidak ada bukti berdasarkan Perjanjian Kerja
Bersama, Peraturuan Perusahaan Perjanjian Kerja bahwa hari Sabtu dan
Minggu termasuk Hari kerja
6. Bahwa sesuai Pasal 3 Perjanjian Kerja Hari Kerja adalah 5 (lima) hari
kerja maka kemangkiran belum memenuhi 5 (lima) Hari Kerja berturut-
turut Bahwa menimbang mangkir hanya 4 (empat) hari kerja dan telah
dipanggil 2 (dua) kali secara tertulis maka adil.

Penulis tidak sependapat dengan pendapat Majelis Hakim Mahkamah Agung


yang berpendapat adil jika tidak memberikan Uang Pesangon kepada Pekerja
dalam proses penyelisihan proses Pemutusan Hubungan Kerja dengan Pengusaha
dengan alasan bahwa berdasarkan Kalender Nasional Hari Kerja dari tanggal a
quo 4 (empat) hari kerja, karena tidak ada bukti berdasarkan Perjanjian Kerja
Bersama/ Peraturuan Perusahaan dan Perjanjian Kerja bahwa hari Sabtu dan
Minggu termasuk hari kerja.
Alasan Penulis tidak sependapat dengan Putusan kasasi Nomor 793
K/Pdt.Sus-PHI/2017 terkait Uang Pesangon yang diberikan sebagai berikut :
Majelis Hakim Mahkamah Agung dalam Putusannya tidak memberikan Uang
Pesangon sebesar 2 X kepada Pekerja sesuai ketentuan pasal Pasal 156 ayat (2),
dan Uang Penghargaan Masa Kerja 1 kali sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (3).
Hal tersebut tidak sesuai dengan ketentuan Undang –Undang Nomor 13 Tahun
2003 Tentang Ketenagakerjaan pasal 169 ayat (1) Hurup E yang menyatakan
bahwa Pekerja/Buruh dapat mengajukan Permohonan Pemutusan Hubungan
Kerja kepada lembaga Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial dalam hal
Pengusaha melakukan perbuatan, memerintahkan Pekerja/Buruh untuk
melaksanakan Pekerjaan di luar yang diperjanjikan dan ayat (2) nya berbunyi;
Pemutusan hubungan kerja dengan alasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
Pekerja/Buruh berhak mendapat Uang Pesangon 2 (dua) kali ketentuan Pasal 156
ayat (2), Uang Penghargaan Masa Kerja 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (3),
dan Uang Penggantian Hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4).

15
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada uraian Penulis di atas, maka dapat di tarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Alasan Pemutusan Hubungan Kerja secara sepihak yang dilakukan
oleh Perusahaan tidak sesuai dengan ketentuan Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketengakerjaan.

2. Kompensasi PHK yang ditetapkan dalam Putusan Nomor : 793


K/Pdt.Sus-PHI/2017 tidak sesuai dengan Ketentuan Undang-Undang No.
13 Tahun 2003 Ketenagakerjaan. Bahwa Pengusaha Telah melanggar
Pasal 169 Ayat 1 Huruf E. Atas hal tersebut Pekerja/Buruh berhak
mendapat Uang Pesangon 2 (dua) kali ketentuan Pasal 156 ayat
(2), Uang Penghargaan Masa Perja 1 (satu) kali ketentuan Pasal
156 ayat (3), dan Uang Penggantian Hak sesuai ketentuan Pasal
156 ayat (4), atau Rp. 133.584.000,- .( Seratus Tiga Puluh Tiga
Juta Lima Ratus Delapan puluh empat Ribu Rupiah )

B. Saran
Saran Penulis sebagai berikut :
1. Pengusaha yang bijak adalah yang mematuhi hukum, oleh karena
itu jika hendak melakukan PHK maka alasan PHK yang digunakan
harus sesuai dengan ketentuan UU Ketenagakerjaan.

2. Majelis Hakim harus lebih hati-hati dan cermat dalam memutus


perkara perselisihan PHK. Keadilan Hakim dalam memutus
perkara sangat diidamkan oleh pencari keadilan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Buku
Abdul Rachmad Budiono, 2011 Hukum perburuhan, Jakarta, PT Indeks.
Abdulkadir Muhammad, 2004 Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung,
Citra Aditya Bakti.
Asri Wijayanti, 2013 Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, Jakarta,
Sinar Grafika.
Johny Ibrahim, 2007 Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif,
Bayu Media, Malang.
J.H.P. Bellefreid, Inleiding tot de Rechtswetenschap in Nederland. Dekker
& Van de Vegt, Nijmegen. (Ed.)
Piter Mahmud Murzaki, 2005 Penelitian Hukum, Prenada Media, Jakarta.
Maimun, 2004 Hukum Ketenagakerjaan (Suatu Pengantar), Jakarta, PT
Pradnya Paramita.
M. Solly Lubis, 2011 Pergeseran Garis Politik dan Perundang-undangan
Mengenai Pemerintah Daerah, Alumni, Bandung.
Pusat Bahasa, 2005 Kamus Besar Bahas Indonesia, Edisi Ketiga, Cetakan
Ketiga, Departemen Pendidikan Nasional Balai Pustaka, Jakarta.

Peraturan Perundang-Undangan:
Indonesia.Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan
LN Nomor: 39 TLN Nomor : 4279
_________Undang-undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian
Hubungan Industrial LN Nomor: 2004/NO.6 TLN Nomor :
4365

17

Anda mungkin juga menyukai