HUKUM KETENAGAKERJAAN
Pemutusan Hubungan Kerja: Dasar Hukum dan Prosesnya
KELOMPOK :
Vionita (1312100150)
Lizzyana Yusron (1312100125)
Gregorius Eka Januario CAB (1312100260)
ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
2023
i
ABSTRAK
ABSTRACT
This paper discusses employment termination, including its legal basis and the
processes involved in such termination. Employment termination is an action
whereby the employment relationship between an employee and a company is
officially ended. This paper will explain various legal foundations that govern
employment termination, such as labor laws and company regulations.
Additionally, the process of employment termination, including the steps to be
followed and the requirements to be fulfilled, will also be discussed in detail.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
4
pemutusan hubungan kerja dengan penuh tanggung jawab dan menghindari
potensi sengketa atau pelanggaran hukum.
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan dari makalah ini adalah memberikan kajian informatif
terkait penerapan pemutusan hubungan kerja: dasar hukum dan prosesnya yang
mana terbagi menjadi 4 aspek penting diantaranya:
5
1.3.3 Memberikan pemahaman kepada pembaca terkait proses Pemutusan
Hubungan Kerja (PHK).
6
BAB II
ISI
a. Kesetaraan:
Prinsip kesetaraan menyatakan bahwa setiap pekerja memiliki hak
yang sama tanpa diskriminasi dalam hal pengakuan, perlindungan,
dan perlakuan yang adil di tempat kerja, tanpa membedakan jenis
kelamin, agama, suku, ras, etnis, status sosial, atau karakteristik
pribadi lainnya yang tidak relevan.
b. Keadilan:
Prinsip keadilan menegaskan bahwa pekerja memiliki hak untuk
mendapatkan perlakuan yang adil dan layak, termasuk upah yang
setimpal, kondisi kerja yang aman dan sehat, serta perlindungan
terhadap penyalahgunaan dan eksploitasi.
c. Keselamatan dan Kesehatan Kerja:
Prinsip keselamatan dan kesehatan kerja menekankan pentingnya
perlindungan terhadap keselamatan dan kesehatan pekerja di
tempat kerja. Prinsip ini mendorong pengusaha untuk menyediakan
lingkungan kerja yang aman, serta menerapkan langkah-langkah
pencegahan dan perlindungan terhadap risiko kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja.
d. Perlindungan Pekerja:
Prinsip perlindungan pekerja berfokus pada hak-hak pekerja untuk
dilindungi dari tindakan yang merugikan, seperti pemutusan
hubungan kerja yang tidak sah, penyalahgunaan tenaga kerja, atau
pelanggaran hak-hak dasar. Prinsip ini juga mencakup
perlindungan terhadap diskriminasi, intimidasi, dan pelecehan di
tempat kerja.
e. Konsultasi dan Partisipasi:
Prinsip konsultasi dan partisipasi melibatkan pekerja dan serikat
pekerja dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan
kondisi kerja, hak-hak pekerja, dan kebijakan ketenagakerjaan.
Prinsip ini mendorong dialog, negosiasi, dan partisipasi aktif
pekerja dalam isu-isu yang mempengaruhi mereka.
7
Dalam UU Ketenagakerjaan, terdapat memiliki pengaturan mengenai
perjanjian kerja, waktu kerja, upah, dan hak-hak pekerja. Berikut adalah
ringkasan mengenai pengaturan tersebut(Dewi Suwantari, 2018):
8
Hak atas cuti, izin, dan pembayaran cuti yang belum
digunakan.
9
dukungan kepada anggotanya dalam perselisihan hubungan
industrial.
10
Pemutusan hubungan kerja dengan persetujuan bersama sering kali menjadi
alternatif yang lebih baik daripada pemutusan sepihak, karena dalam persetujuan
bersama, kedua belah pihak memiliki kesempatan untuk mencapai kesepakatan
yang saling menguntungkan. Persetujuan bersama ini juga dapat menghindarkan
kedua belah pihak dari potensi sengketa atau tuntutan hukum yang mungkin
terjadi akibat pemutusan hubungan kerja.
11
hubungan kerja atau tidak. Keputusan ini biasanya disampaikan secara
tertulis kepada pekerja.
12
atau program penempatan kerja, bantuan finansial sementara, atau layanan
penyaluran informasi tentang lowongan pekerjaan.
1. Data Karyawan:
Uang Pesangon:
14 x Rp10.000.000 = Rp140.000.000
7 x Rp10.000.000 = Rp70.000.000
Total Kompensasi:
13
Kompensasi Per Karyawan:
Rp378.000.000 / 1 = Rp378.000.000
Dalam contoh ini, John Doe akan menerima total kompensasi sebesar
Rp378.000.000 sebagai bentuk pemutusan hubungan kerja. Penting untuk dicatat
bahwa perhitungan kompensasi PHK dapat bervariasi tergantung pada peraturan
perusahaan dan perundang-undangan yang berlaku di negara tempat perusahaan
beroperasi. Oleh karena itu, penting untuk memeriksa kebijakan dan undang-
undang yang berlaku serta berkonsultasi dengan ahli hukum atau sumber yang
relevan sebelum melakukan perhitungan kompensasi PHK yang sebenarnya.
2. Izin dan Perizinan: Perusahaan harus mengajukan izin dan perizinan yang
diperlukan untuk mempekerjakan tenaga kerja asing. Ini mungkin
termasuk izin kerja, visa kerja, dan dokumen-dokumen lain yang
diperlukan sesuai dengan hukum imigrasi negara yang bersangkutan.
14
6. Keputusan dan Izin Kerja: Setelah evaluasi selesai, otoritas akan membuat
keputusan mengenai izin kerja untuk pekerja asing. Jika izin diberikan,
perusahaan akan menerima dokumen resmi yang memungkinkan mereka
untuk mempekerjakan tenaga kerja asing.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemutusan hubungan kerja adalah tindakan di mana pengusaha atau perusahaan
mengakhiri hubungan kerja dengan seorang karyawan. Hal ini bisa terjadi karena
berbagai alasan, seperti restrukturisasi perusahaan, penurunan kinerja, kebijakan
perusahaan, atau alasan pribadi.
Pemutusan hubungan kerja adalah keputusan yang serius dan dapat berdampak
signifikan pada karyawan yang terlibat. Oleh karena itu, prosesnya harus
dilakukan dengan mematuhi hukum ketenagakerjaan yang berlaku dan dengan
memperlakukan karyawan secara adil dan terhormat.
Adapun kesimpulan mengenai pemutusan hubungan kerja adalah bahwa itu adalah
tindakan yang dapat dilakukan oleh perusahaan dalam situasi tertentu. Penting
bagi perusahaan untuk memastikan bahwa pemutusan hubungan kerja dilakukan
dengan adil, mematuhi hukum, dan dengan mempertimbangkan dampaknya
16
terhadap karyawan yang terkena dampak. Karyawan yang menghadapi pemutusan
hubungan kerja harus mencari bantuan dan informasi yang diperlukan untuk
melindungi hak-hak mereka sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
17
DAFTAR PUSTAKA
Amilia, N. K. S. I., & Yusa, I. G. (2018). Penyebab Terjadinya Pemutusan
Hubungan Kerja Oleh Pengusaha Terhadap Pekerja Ditinjau Berdasarkan
Hukum Ketenagakerjaan. Jurnal Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas
Udayana, 1–5.
Bisnis, B. H., Hukum, F., & Udayana, U. (2003). Hubungan Kerja Oleh Pekerja
Berdasarkan. 13, 1–15.
Dewi Suwantari, I. G. A. (2018). Perlindungan Hukum Terhadap Para Pekerja
Yang Mengalami Pemutusan Hubungan Kerja Karena Dampak Digitalisasi.
Kertha Semaya, 6(7), 1–15.
Febriana, L. K., Budiono, R., & Puru, D. R. (2015). Efektivitas Mediasi Sebagai
Upaya Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja (Studi Kasus
Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Malang). 1, 1–20.
Putra, A. A. N. W., Udiana, I. M., & Markeling, I. K. (2017). Perlindungan
Hukum bagi Pekerja yang Mengalami Pemutusan Hubungan Kerja oleh
Pemberi Kerja karena Force Majeure. Kertha Semaya, 5(1), 1–15.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/kerthasemaya/article/view/43712/26618
Putri, S. A. (2015). Pemutusan Hubungan Kerja pada Badan Usaha Milik Negara:
Studi Kasus Pemutusan Hubungan Kerja di PT. Pelindo II (Persero). Jhaper,
1(2), 87–100. https://jhaper.org/index.php/JHAPER/article/view/13
18