Anda di halaman 1dari 8

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERHENTIAN

HUBUNGAN KERJA DENGAN METODE AHP

Muhammad Rizqi Al Akbar, Andino Maseleno

Prodi Sistem Informasi STMIK Pringsewu Lampung


Jl. Wisma Rini No. 09 Pringsewu Lampung
website: www.stmikpringsewu.ac.id
E-mail: mrizqialakbar27@gmail.com

ABSTRAK
Perusahaan atau lembaga pendidikan harus memiliki manajemen yang efektif dan profesional.
Manajemen yang efektif dan profesional, tidak lepas dari dukungan dari semua karyawan profesional.
Banyak perusahaan atau lembaga pendidikan salah memutuskan di bidang Pemberhentian Hubungan
Kerja yang berakibat menurunnya produk atau kinerja perusahaan. Untuk menentukan pemberhentian
hubungan kerja banyak kriteria yang dijadikan penilaian pemilihan. Salah satu metode sistem
rekomendasi dalam menentukan persoalan yang melibatkan multi kriteria adalah dengan metode
Analytical Hierarchy Process (AHP) dipilih karena metode ini memberikan kepentingan yang lebih
dominan. Pada penelitian ini dibangun sistem aplikasi yang menggunakan metode Analytical Hierarchy
Process (AHP). Aplikasi ini digunakan untuk membantu melakukan penilaian dan dapat dijadikan
masukan bagi perusahaan dalam mengambil keputusan pemberhentian hubungan kerja.

Kata Kunci : Analytical Hierarchy Process (AHP), SPK, PHK.

1. PENDAHULUAN melakukan kesalahan berat seperti mencuri atau


1.1 Latar belakang menggelapkan uang milik perusahaan atau
PHK, susunan tiga huruf itu adalah momok melakukan perbuatan asusila atau perjudian di
yang sangat menakutkan bagi buruh. Betapa lingkungan pekerjaan. Selama ini, alasan PHK
tidak. Nasib para buruh hampir pasti berantakan karena kesalahan berat itu diatur dalam pasal
jika mendapatkan surat pemutusan hubungan 158 UU Ketenagakerjaan. Pasal ini pernah
kerja. Secara status, seseorang yang di PHK diajukan judicial review ke Mahkamah
tidak lagi menyandang predikat buruh di Konstitusi. Mahkamah Konstitusi dalam
tempatnya bekerja semula. Kalau tidak segera putusannya menyatakan bahwa kesalahan berat
dapat kerja baru, ancaman pengangguran ada di yang dituduhkan kepada buruh harus dibuktikan
depan mata. Secara ekonomi, mereka yang di terlebih dulu oleh putusan peradilan pidana di
PHK bisa kehilangan sumber pencahariannya. pengadilan umum.

PHK alias pemutusan hubungan kerja memang Selain itu PHK tidak sukarela juga bisa terjadi
bukan barang haram dalam hukum perburuhan lantaran buruh melanggar perjanjian kerja, PKB
di Indonesia. UU No. 13 Tahun 2003 tentang atau PP. Perusahaan yang juga sedang
Ketenaga kerjaan (UU Ketenaga kerjaan) melakukan peleburan, penggabungan dan atau
mendefinisikan PHK sebagai pengakhiran perubahan status, memiliki opsi untuk
hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang mempertahankan atau memutuskan hubungan
mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban kerja. Nah, untuk konteks PHK tidak sukarela
antara pekerja dan pengusaha. Secara normatif, ini, hubungan kerja antara pengusaha dengan
ada dua jenis PHK, yaitu PHK secara sukarela buruh baru berakhir setelah ditetapkan oleh
dan PHK dengan tidak sukarela. Ada beberapa Lembaga Penyelesaian Perselisihan Hubungan
alasan penyebab putusnya hubungan kerja yang Industrial. Tidak demikian dengan PHK yang
terdapat dalam UU. sukarela.

Ketenagakerjaan. PHK sukarela misalnya, yang PHK merupakan suatu hal yang sangat penting
diartikan sebagai pengunduran diri buruh tanpa dalam perusahaan karena PHK sendiri memiliki
paksaan dan tekanan. Begitu pula karena banyak aspek yang harus diperhatikan, seperti
habisnya masa kontrak, tidak lulus masa kepentingan perusahaan, peraturan pemerintah
percobaan (probation), memasuki usia pensiun dan perusahaan serta hubungan dengan
dan buruh meninggal dunia. PHK tidak sukarela pegawai. Memahami banyaknya aspek yang
dapat terjadi antara lain karena buruh harus diperhatikan untuk melakukan PHK, kami

379
akan membuat sistem pendukung keputusan (PHK) adalah pengakhiran hubungan kerja
untuk mempermudah pemimpin perusahaan karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan
dalam memutuskan pegawai yang akan terkena berakhirnya hak dan kewajiban antara
PHK. pekerja/buruh dan pengusaha.

1.2 Rumusan Masalah Istilah pemutusan hubungan kerja dapat


Berdasarkan latar belakang di atas dapat dibuat memberikan beberapa pengertian, yaitu
rumusan masalah “Bagaimana merancang 1. Termination: yaitu putusnya hubungan
sistem pendukung keputusan pemberhentian kerja karena selesainya atau berakhirnya
hubungan kerja dengan metode AHP. kontrak kerja yang telah disepakati.
Berakhirnya kontrak, bilamana tidak
1.3 Tujuan Penelitian terdapat kesepakatan antara karyawan
Berdasarkan masalah yang diteliti, maka tujuan dengan manajemen, maka karyawan harus
dari penulisan jurnal ini adalah: meninggalkan pekerjaannya.
1. Merancang sistem pendukung keputusan 2. Dismissal: yaitu putusnya hubungan kerja
pemberhentian hubungan kerja dengan karena karyawan melakukan tindakan
metode AHP. pelanggaran disiplin yang telah ditetapkan.
2. Meminimalisir kesalahan yang dilakukan Misalnya: karyawan melakukan kesalahan-
oleh perusahaan dalam memutuskan kesalahan, seperti mengkonsumsi alkohol
hubungan kerja. atau obat-obat psikotropika, madat,
melakukan tindak kejahatan, merusak
2. LANDASAN TEORI perlengkapan kerja milik pabrik.
2.1 Sistem Pendukung Keputusan (SPK) 3. Redundancy, yaitu pemutusan hubungan
McLeod [1] berpendapat, Sistem Pendukung kerja karena perusahaan melakukan
Keputusan adalah sistem penghasil informasi pengembangan dengan menggunakan
spesifik yang ditujukan untuk memecahkan mesin-mesin berteknologi baru seperti
suatu masalah tertentu yang harus dipecahkan penggunaan robot-robot industri dalam
oleh manager pada berbagai tingkatan. proses produksi, penggunaan alat-alat berat
yang cukup dioperasikan oleh satu atau dua
Suryadi [2] berpendapat, Sistem pendukung orang untuk menggantikan sejumlah tenaga
keputusan merupakan bagian tak terpisahkan kerja. Hal ini berdampak pada pengurangan
dari totalitas sistem organisasi keseluruhan. tenaga kerja.
Suatu sistem organisasi mencakup sistem fisik, 4. Retrenchment, yaitu pemutusan hubungan
sistem keputusan dan sistem informasi. kerja yang dikaitkan dengan masalah-
masalah ekonomi, seperti resesi ekonomi,
Sistem Pendukung Keputusan adalah suatu masalah pemasaran, sehingga perusahaan
sistem informasi berbasis komputer yang tidak mampu untuk memberikan upah
menghasilkan berbagai alternatif keputusan kepada karyawannya.
untuk membantu manajemen dalam menangani
berbagai permasalahan yang terstruktur dengan Pemutusan hubungan kerja dapat disebabkan
menggunakan data dan model. Perkembangan kedua belah pihak, baik pengusaha ataupun
Sistem Pendukung Keputusan diharapkan dapat pekerja. Penyebab yang berasal dari pekerja
mengarah kepada penelitian Big Data [3][4]. antara lain sikap pekerja yang tidak memuaskan
dan hasil pekerjaan yang tidak memenuhi
Berdasarkan uraian definisi di atas disimpulkan kualifikasi yang diharapkan, sedangkan bagi
bahwa SPK adalah suatu sistem yang seorang pengusaha harus ada efisiensi dalam
menyediakan fungsi pengolahan data pengoperasian perusahaannya agar dapat
berdasarkan model rancangan tertentu sehingga menghasilkan keuntungan. Alasan pemutusan
user dari sistem tersebut dapat memilih hubungan kerja ini didukung oleh Pasal 164
keputusan yang baik. Hal yang perlu diketahui butir 3 UU NO 13/2003 tentang Ketenaga
disini bahwa sistem pendukung keputusan kerjaan yang berisi bahwa pengusaha dapat
bukanlah jalan pintas pengambilan keputusan melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap
tetapi sebuah pendukung, pengambilan keputusan pekerja/buruh karena perusahaan tutup bukan
ini sangat penting dalam bidang olahraga [5-10], karena mengalami kerugian 2 (dua) tahun
kesehatan [11-21] dan juga pendidikan [22]. berturut-turut atau bukan karena keadaan
memaksa (force majeur) tetapi perusahaan
2.2 Pemutusan Hubungan Kerja melakukan efisiensi. Akan tetapi suatu
Pemutusan Hubungan Kerja Berdasar pada perusahaan tidak dapat melakukan pemutusan
Pasal 1 butir 25 UU NO 13/2013 tentang hubungan kerja semata-mata dengan alasan
Ketenagakerjaan, pemutusan hubungan kerja efisiensi. Perusahaan harus memiliki izin

380
terlebih dahulu dari Lembaga Penyelesaian hirarki tersebut untuk memperoleh prioritas
Perselisihan Industrial untuk melakukan PHK. seluruh alternatif yang ada.
Hal ini diatur dalam Pasal 152 UU NO 13/2003
tentang Ketenagakerjaan yang berisi 3. METODE PENELITIAN
permohonan penetapan pemutusan hubungan 3.1. Model Waterfall
kerja diajukan secara tertulis kepada lembaga Model perangkat lunak dengan paradigma
penyelesaian perselisihan hubungan industrial waterfall seperti terlihat pada Gambar 3.1. yang
disertai alasan yang menjadi dasarnya. meliputi beberapa proses diantaranya:
a. System / Information Engineering
Permintaan terhadap izin pemberlakuan PHK Merupakan bagian dari sistem yang terbesar
juga tidak mudah, perusahaan juga harus dalam Metode yang digunakan untuk
menyertakan bukti berupa laporan keuangan mengerjakan program ini adalah Teknik
bahwa perusahaan tersebut telah merugi selama analisis data dalam pembuatan perangkat
dua tahun berturut-turut sesuai dengan Pasal lunak menggunakan pemodelan pengerjaan
164 butir 3 yang telah disebutkan di atas. Bila suatu proyek, dimulai dengan menetapkan
ada bukti yang kuat, perusahaan dapat berbagai kebutuhan dari semua elemen yang
melakukan PHK sebagai opsi terakhir dalam diperlukan sistem dan mengalokasikannya
mencegah bangkrutnya perusahaan apabila opsi kedalam pembentukan perangkat lunak.
lain tidak dapat ditempuh. b. Analisis
Merupakan tahap menganalisis hal-hal yang
2.3 AHP (Analitical Hierarchy Proses) diperlukan dalam pelaksanaan proyek
AHP dikembangkan di Wharton School of pembuatan perangkat lunak.
Business oleh Thomas Saaty pada tahun 1970- c. Design
an. Pada saat itu Saaty merupakan profesor di Tahap penerjemahan dari data yang
Wharton School of Business. Pada tahun 1980, dianalisis kedalam bentuk yang mudah
Saaty akhirnya mempublikasikan karyanya dimengerti oleh user.
tersebut dalam bukunya yang berjudul Analytic d. Coding
Hierarchy Process. Tahap penerjemahan data atau pemecahan
masalah yang telah dirancang keadalam
AHP kemudian menjadi alat yang sering bahasa pemrograman tertentu
digunakan dalam pengambilan keputusan e. Pengujian
karena AHP berdasarkan pada teori yang Merupakan tahap pengujian terhadap
merefleksikan cara orang berpikir. Dalam perangkat lunak yang dibangun.
perkembangannya, AHP dapat digunakan f. Maintenance
sebagai model alternatif dalam menyelesaikan Tahap akhir dimana suatu perangkat lunak
berbagai macam masalah, seperti memilih yang sudah selesai dapat mengalami
portofolio dan peramalan. Dalam kehidupan perubahan–perubahan atau penambahan
sehari-hari, manusia sering menghadapi kondisi sesuai dengan permintaan user.
untuk melakukan pengambilan keputusan
dengan segera. Umumnya kita juga telah Studi Literatur
memikirkan beberapa alternatif solusi, dengan
berbagai argumen pro dan kontra. AHP dapat
memfasilitasi evaluasi pro dan kontra tersebut Analisis
secara rasional. Dengan demikian, AHP dapat
memberikan solusi yang optimal dengan cara Perancangan
yang transparan melalui:
a. analisis keputusan secara kuantitatif dan
Coding
kualitatif.
b. evaluasi dan representasi solusi secara
sederhana melalui model hirarki argumen Testing
yang logis.
c. pengujian kualitas keputusan Gambar 3.1. Diagram Waterfall
d. waktu yang dibutuhkan relatif singkat.
Pada prinsipnya, metode AHP ini memecah- 3.2. Entity Relationship Diagram
mecah suatu situasi yang kompleks, tidak Struktur logika dari basis data dapat
terstruktur, ke dalam bagian-bagian secara lebih digambarkan dalam sebuah grafik dengan
terstruktur, mulai dari goals ke objectives, menggunakan Entity Relationship Diagram
kemudian ke sub-objectives lalu menjadi (ERD). ERD merupakan hubungan antara
alternatif tindakan. Pembuat keputusan entitas yang digunakan dalam sistem untuk
kemudian membuat perbandingan sederhana menggambarkan hubungan antara entitas atau

381
struktur data dan relasi antar file. Komponen C5 ← (C1/C1), (C1/C2), (C1/C3), (C1/C1), (C1/C5),
utama pembentukan ERD yaitu Entity (entitas)
dan Relation (relasi) sehingga dalam hal ini Algoritma Keputusan
ERD merupakan komponen-komponen Input :
himpunan entitas dan himpunan relasi yang N ← Jumlah kriteria
dideskripsikan lebih jauh melalui sejumlah C ← Jumlah elemen
atribu-tatribut (property) yang menggambarkan Output:
seluruh fakta dari sistem yang ditinjau. Adapun ← Maksimum
ERD dari aplikasi yang akan dibuat ditunjukkan CI ← Minimum
pada Gambar 3.2. dan Gambar 3.3. CR ← Hasil
menunjukkan Diagram Konteks. Proses:
{Penentuan bobot keseluruhan}
Id_user

Id_user Endfor
password
user name
Id_thn
For =1 to 4
user
mengatu
r
Bobot pemilih ←
sakit
Endfor
Id_user Thnmasuk
Mangkir dari
pekerjaan tindakan pidana
{ Membuat nilai Max konsistensi }
memasu
kslhnkerja
Max ← total
kan
thnmasuk almt For =1 to 4
Max ← ( Bobot * n )
PHK
nama indisipliner
Id nilai
jk
Endfor
kinerja
Data
pegawai
memilik Data memilik Index konsistensi ←
i kinerja i

{Membuat rasio konsistensi}


If
Gambar 3.2. Entity Relationship Diagram Jumlah kriteria = ukuran matriks
(ERD) then

3.3. Diagram Konteks Nilai ukuran matriks ← ukuran matriks


CI
Login
DATA USER YANG DITAMBAH, DIEDIT, DIHAPUS
DATA KARYAWAN
DATA INDISPLINER
DATA TINDAKAN PIDANA
DATA KESALAHAN KERJA
{Tahap Pemilihan penerima/ SPK}
SPK
Pemberhent
Nilai bobot ← bobot penerima * bobot
user ian
Hubungan
persepsi
Kerja Nama penerima← penerima yang
bobotnya maxsimum.
Login
INFO USER YANG DITAMBAH, DIEDIT, DIHAPUS
INFO KARYAWAN
INFO INDISPLINER
4. PEMBAHASAN
INFO TINDAKAN PIDANA
INFO KESALAHAN KERJA 4.1.Tahap-tahap AHP (Analytical Hierarchy
Process)
Prosedur dalam menggunakan metode AHP
terdiri dari beberapa tahap yaitu:
Gambar 3.3. Diagram Konteks
1. Menyusun hirarki dari permasalahan yang
dihadapi. Penyusunan hirarki yaitu dengan
3.4. Metode AHP (Analytical Hierarchy menentukan tujuan yang merupakan sasaran
Process) sistem secara keseluruhan pada level
1. Penentuan Kriteria
teratas. Level berikutnya terdiri dari
Input:
kriteria-kriteria untuk menilai atau
C1 ← tindak pidana
mempertimbangkan alternatif-alternatif
C2 ← kesalahan kerja
yang ada dan menentukan alternatif-
C3 ← Mangkir dari pekerjaan
alternatif tersebut. Setiap kriteria dapat
C4 ← Indispliner
memiliki subkriteria dibawahnya dan tiap-
C5 ← Sakit
tiap kriteria dapat memiliki nilai intensitas
Output :
masing-masing.
C ← Kolom matriks
2. Menetukan prioritas elemen dengan
Proses :
langkah–langkah sebagai berikut :
{Matriks Perbandingan kriteria}
C1 ← (C1/C1), (C1/C2), (C1/C3), (C1/C4), (C1/C5)
a. Membuat perbandingan berpasangan.
C2 ← (C1/C1), (C1/C1), (C1/C3), (C1/C4), (C1/C5), Langkah pertama dalam menentukan
C3 ← (C1/C1), (C1/C2), (C1/C1), (C1/C4), (C1/C5), prioritas elemen adalah membuat
C4 ← (C1/C1), (C1/C2), (C1/C3), (C1/C1), (C1/C5),

382
perbandingan berpasangan, yaitu Tabel 4 . 2. Skala kuantitatif dalam sistem
membandingkan elemen secara berpasangan pendukung keputusan
sesuai kriteria yang diberikan. Untuk
perbandingan berpasangan digunakan bentuk Intensitas
kepentingan Definisi Penjelasan
matriks. Matriks bersifat sederhana,
berkedudukan kuat yang menawarkan 1 Kedua elemen sama Dua elemen mempunyai
pentingnya pengaruh yang sama
kerangka untuk memeriksa konsistensi, besar terhadap tujuan
memperoleh informasi tambahan dengan 3 Elemen yang satu Pengalaman dan penilaian
membuat semua perbandingan yang sedikit lebih penting sedikit menyokong satu
mungkin dan menganalisis kepekaan dari pada elemen elemen dibandingkan
yang lainnya elemen yang lainnya
prioritas secara keseluruhan untuk merubah 5 Elemen yang satu Pengalaman dan penilaian
pertimbangan. Untuk memulai proses lebih penting dari sangat kuat menyokong
perbandingan berpasangan, dimulai dari pada elemen yang satu elemen
lainnya dibandingkan elemen yang
level paling atas hirarki untuk memilih lainnya
kriteria, misalnya C, kemudian dari level di 7 Satu elemen jelas Satu elemen yang kuat
bawahnya diambil elemen-elemen yang akan lebih mutlak penting di sokong dan dominan
daripada elemen terlihat dalam praktek
dibandingkan, pada penelitian ini dengan yang lainnya
menggunakan C1, C1, C3, C4, C5, C6, C7, C8, 9 Satu elemen mutlak Bukti yang mendukung
C9, maka susunan elemen–elemen pada penting daripada elemen yang satu
elemen lainnya terhadap elemen lain
sebuah matrik seperti Tabel 4.1. memiliki tingkat
penegasan tertinggi
yang mungkin
Tabel 4.1. Matrik perbandingan berpasangan menguatkan
2, 4, 6, 8 Nilai-nilai antara 2 Nilai ini diberikan bila
C A1 A2 A3 A4 A5 nilai pertimbangan ada dua kompromi
yang berdekatan diantara 2 pilihan
A1 1 Kebalikan Jika aktifitas I mendapatsatu angka di banding
aktifitas j, maka j mempunyai nilai kebalikkan-
A2 1
nya dibanding dengan i
A3 1
A4 1 c. Sintesis
A5 1 Pertimbangan-pertimbangan terhadap
perbandingan berpasangan di sintesis untuk
b. Mengisi matrik perbandingan berpasangan memperoleh keseluruhan prioritas dengan
Untuk mengisi matrik perbandingan langkah-langkah sebagai berikut:
berpasangan yaitu dengan menggunakan - Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom
bilangan untuk merepresentasikan pada matriks.
kepentingan relatif dari satu elemen Membagi setiap nilai dari kolom dengan
terhadap elemen lainnya yang dimaksud total kolom yang bersangkutan untuk
dalam bentuk skala dari 1 sampai dengan 9. memperoleh normalisasi matriks
Skala ini mendefinisikan dan menjelaskan - Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap matriks
nilai 1 sampai 9 untuk pertimbangan dalam dan membaginya dengan jumlah elemen
perbandingan berpasangan elemen pada untuk mendapatkan nilai rata-rata.
setiap level hirarki terhadap suatu kriteria di - Mengukur konsistensi
level yang lebih tinggi. Apabila suatu Dalam pembuat keputusan, penting untuk
elemen dalam metric dan dibandingkan mengetahui seberapa baik konsistensi yang
dengan dirinya sendiri, maka diberi nilai 1. ada, karena kita tidak ingin keputusan
Jika i dibanding j mendapatkan nilai berdasarkan per-timbangan dengan
tertentu, maka j dibanding i merupakan konsistensi yang rendah. Karena dengan
kebalikannya. Pada tabel 2 memberikan konsistensi yang rendah, pertimbangan akan
definisi dan penjelelasan skala kuantitatif 1 tampak sebagai sesuatu yang acak dan tidak
sampai dengan 9 untuk menilai tingkat akurat. Konsistensi penting untuk
kepentingan suatu elemen dengan elemen mendapatkan hasil yang valid dalam dunia
lainnya. Table 4.2. menunjukkan skala nyata. AHP mengukur konsistensi
kuantitatif dalam sistem pendukung pertimbangan dengan rasio konsistensi
keputusan. (consistency ratio). Nilai Konsistensi rasio
harus kurang dari 5% untuk matriks 3x3,
9% untuk matriks 4x4 dan 10 % untuk
matriks yang lebih besar. Jika lebih dari
rasio dari batas tersebut maka nilai
perbandingan matriks di lakukan kembali.

383
Langkah- langkah menghitung nilai rasio 4.2. Memberikan Nilai Perbandingan
konsistensi yaitu:
- Mengkalikan nilai pada kolom pertama Tabel 4.2. Nilai Perbandingan Berpasangan
dengan prioritas relatif elemen pertama, nilai Tidak Kesalahan Mang Indisipli Sakit
Pidana Kerja kir ner
pada kolom kedua dengan prioritas relatif Tidak Pidana 1 0.888 0.666 0.555 0.222
elemen kedua, dan seterusnya. Kesalahan Kerja 0.888 1 0.75 0.625 0.25
- Menjumlahkan setiap baris. Mangkir 0.666 0.75 1 0.833 0.333
Indisipliner 0.555 0.625 0.833 1 0.4
- Hasil dari penjumlahan baris dibagikan Sakit 0.222 0.25 0.333 0.4 1
dengan elemen prioritas relative yang Jumlah 3.331 3.513 3.582 3.413 2.205
bersangkutan.
- Membagi hasil diatas dengan banyak elemen Tabel 4.3. Hasil Perbandingan Berpasangan
yang ada, hasilnya disebut eigen value Pembobotan Alternatif untuk Kriteria
(max). Tindak pidana
- Menghitung indeks konsistensi (consistency Tidak Kesalahan Mangkir Indisipliner Sakit ∑ Baris Eigen
Pidana Kerja Vektor
index) dengan rumus: CI = (max-n)/n Tidak Pidana 0.300 0.252 0.186 0.163 0.101 1.002 0.2004
Kesalahan Kerja 0.267 0.284 0.209 0.183 0.113 1.056 0.2112
Dimana CI : Consistency Index Mangkir 0.20 0.213 0.279 0.244 0.151 1.073 0.2146
max : Eigen Value Indisipliner 0.167 0.178 0.232 0.293 0.181 1.051 0.2102
Sakit 0.067 0.071 0.092 0.117 0.453 0.8 0.16
N : Banyak Elemen
vi Menghitung konsistensi ratio (CR)
dengan rumus Menghitung Nilai Eigen
CR= CI/RC Menghitung nilai eigen vector dan menguji
Dimana : CR : Consistency Ratio konsistensinya, jika tidak konsisten maka
CI : Consistency Index pengambilan data (prefensi) perlu diulangi.
RC : Random Consistency Nilai eigen vector yang dimaksud adalah nilai
eigen vector maksimum yang diperoleh. Berikut
Matriks random dengan skala penilaian 1 ini adalah perhitungan nilai eigen vector.
sampai 9 beserta kebalikkannya sebagai random a. Eigen tindak pidana
consistency (RC). Berdasarkan perhitungan = = = 0.2004
Saaty dengan menggunakan 500 sampel, jika b. Eigen kesalahan kerja
pertimbangan memilih acak dari skala 1/9, 1/8, = = = 0.2112
…, 1, 2, …, 9 akan diperoleh rata-rata
konsistensi untuk matriks yang berbeda. c. Eigen mangkir dari pekerjaan
= = = 0.2146
4. PEMBAHASAN d. Eigen Indisipliner
4.1. Penentuan Kriteria = = = 0.2102
Penentuan kriteria pada penelitian ini antara lain
ditunjukkan pada Tabel 4.1., Tabel 4.2. e. Eigen Sakit
menunjukkan nilai perbandingan berpasangan, = = = 0.16
Tabel 4.3. menunjukkan hasil perbandingan
berpasangan pembobotan alternatif untuk Selanjutnya nilai eigen maksimum
kriteria tindak pidana. ( ) didapat dengan menjumlahkan
hasil perkalian jumlah kolom dengan eigen
Tabel 4.1. Tabel Kriteria vector. Nilai eigen maksimum yang dapat
No Kriteria Penjelasan
1. Tidak Pidana Menilai perilaku apakah pernah
diperoleh adalah sebagai berikut :
melakukan tindakan pidana atau
tidak (mencuri, penipuan, korupsi = (0.2004 x 3.331) + (0.2112 x 3.513 ) +
dll)
2. Kesalahan kerja Menilai bagaimana karyawan (0.2146 x 3.582) + (0.2102 x 3.413) + (0.16 x
dalam bekerja apakah pernah 2.205)
melakukan kesalahan sehingga
mengakibatkan kerugian = 0.668 + 0.769 + 0.779 + 0.717+0.353
perusahaan (ringan, sedang, = 5.259
berat)
3. Mangkir dari Menilai kehadiran karyawan
pekerjaan apakah (tidak pernah, jarang, Karena matrik berordo 9 (yakni terdiri dari 3
sering) kolom), maka nilai indeks konsistensi (CI) yang
4. Indisipliner (ringan, sedang, berat)
5. Sakit Karyawan apakah menderita
diperoleh adalah :
penyakit yang berat atau tidak.
= = = 0.065

Untuk n = 5, RI = 0,580 (tabel skala Saaty),


maka :
= = 0.112

384
[2]. Suryadi, K. 2002. Sistem Pendukung
Karena CR (Rasio Konsistensi) < 0,100 Keputusan dalam Penerimaan Beasiswa
maka hasil konsisten. Dari hasil perhitungan pada SMA Negeri 1 Garut.
pada tabel di atas diperoleh hasil : [3]. Huda, M., Maseleno, A., Shahrill, M.,
a. Tindak Pidana: Jasmi, K. A., Mustari, I., and Basiron, B.
0.2004 x 100% = 20.4% (2017). Exploring Adaptive Teaching
b. Kesalahan kerja : Competencies in Big Data
0.2112 x 100% = 21.12% Era. International Journal of Emerging
c. Mangkir dari Pekerjaan: Technologies in Learning, 12(3), 68-83.
0.2146 x 100% = 21.46% [4]. Huda, M., Maseleno, A., Atmotiyoso, P.,
d. Indisipliner: Siregar, M., Ahmad, R., Jasmi, K.A.,
0.2102 x 100%= 21.02% Muhamad, N.H.N., Mustari, I.M., and
e. Sakit: Basiron, B. (2017). Emerging Big Data
0.16 x 100% = 16% Technologies. Insights into Innovative
Environment for Online Learning
Maka diperoleh hasil perhitungan AHP Resources. International Journal of
berdasarkan rangking dapat dilihat pada tabel Emerging Technologies in Learning. (In
4.4. berikut ini: press).
[5]. Maseleno, A.; and Hasan, M.M. (2011).
Tabel 4.4. Hasil Perhitungan AHP Fuzzy Logic Based Analysis of the Sepak
takraw Games Ball Kicking with the
Alternatif Jumlah Nilai Persentase Rangking Respect of Player Arrangement. World
A1 0.2004 20.4% III
Applied Programming Journal, 2(5), 285-
A2 0.2112 21.12% II 293.
A3 0.2146 21.46% I
A4 0.2102 21.02% IV [6]. Maseleno, A; and Hasan, M.M. (2015).
A5 0.16 16%
100%
V
Finding Kicking Range of Sepak Takraw
Game: A Fuzzy Logic
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan Approach. Indonesian Journal of
bahwa hasil dari perhitungan AHP akan Electrical Engineering and Computer
menghasilkan data secara berurutan berdasarkan Science, 14(3), 557-564.
dari nilai terbesar ke nilai yang terkecil. Jadi [7]. Maseleno, A.; and Hasan, M.M. (2013).
diantara karyawan 1, 2, 3, 4,5 nilai yang terkecil Fuzzy logic and dempster-shafer theory to
adalah karyawan 2 dengan nilai 0.028 dan yang find kicking range of sepak takraw game.
mengalami PHK adalah karyawan 2. Proceedings of 5th International
Conference on Computer Science and
5. KESIMPULAN DAN SARAN Information Technology (CSIT). Amman,
5.1 Kesimpulan Jordan, 8-12.
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu [8]. Maseleno, A.; Hasan, M.M.; Muslihudin,
perancangan sistem pendukung keputusan M.; and Susilowati, T. (2016). Finding
pemberhentian hubungan kerja menggunakan Kicking Range of Sepak Takraw Game:
metode AHP dan hasil yang diperoleh yaitu Fuzzy Logic and Dempster-Shafer Theory
nilai terkecil pada karyawan 2 dengan nilai Approach. Indonesian Journal of
0.028 sehingga yang mendapat PHK karyawan Electrical Engineering and Computer
2. Science, 2(1), 187-193.
[9]. Maseleno, A.; and Hasan, M.M. (2013).
5.2 Saran Dempster-shafer theory for move
Berdasarkan kesimpulan di atas, hal yang prediction in start kicking of the bicycle
diharapkan ke depan adalah agar aplikasi ini kick of sepak takraw game. Middle-East
dapat dikembangkan lebih jauh dengan Journal of Scientific Research, 16(7), 896-
pengolahan data karyawan yang lebih banyak 903.
dan luas, sehingga aplikasi ini benar-benar [10]. Maseleno, A.; and Hasan, M.M. (2012).
dapat digunakan sebagai salah satu gambaran Move prediction in start kicking of sepak
dalam pengambilan keputusan Pemberhentian takraw game using Dempster-Shafer
Hubungan Kerja. theory. Proceedings of International
Conference on Advanced Computer
DAFTAR PUSTAKA Science Applications and Technologies
(ACSAT). Kuala Lumpur, Malaysia, 376-
[1]. McLeod, R. 1998. Sistem Pendukung 381.
Keputusan pada Penerimaan Karyawan [11]. Maseleno, A.; Hasan, M.M.; Tuah, N.; and
PT. Tapioka. Jakarta. Muslihudin, M. (2015). Fuzzy Logic and

385
Dempster-Shafer belief theory to detect the Electronics & Vision (ICIEV). Dhaka,
risk of disease spreading of African Bangladesh, 1147-1151.
Trypanosomiasis. Proceedings of Fifth [21]. Maseleno, A.; and Hidayati, R.Z. (2017).
International Conference on Digital Hepatitis disease detection using Bayesian
Information Processing and theory. In AIP Conference Proceedings.
Communications (ICDIPC). University of East Kalimantan, Indonesia, 050001-1 –
Applied Sciences and Arts Western 050001-10.
Switzerland (HES-SEO Valais Wallis), [22]. Maseleno, A.; Huda, M.; Siregar, M.;
Switzerland, 153-158. (2017). Combining the Previous Measure
[12]. Maseleno, A.; Hasan, M.M.; Tuah, N.; and of Evidence to Educational Entrance
Tabbu, C.R. (2015). Fuzzy Logic and Examination. Journal of Artificial
Mathematical Theory of Evidence to Intelligence, 10 (3), 85-90.
Detect the Risk of Disease Spreading of
Highly Pathogenic Avian Influenza
H5N1. Procedia Computer Science, 57,
348-357.
[13]. Maseleno, A.; and Hardaker, G. (2016).
Malaria detection using mathematical
theory of evidence. Songklanakarin
Journal of Science & Technology, 38(3),
257-263.
[14]. Maseleno, A.; and Hasan, M.M. (2013).
The Dempster-Shafer theory algorithm and
its application to insect diseases
detection. International Journal of
Advanced Science and Technology, 50(1),
111-119.
[15]. Maseleno, A.; and Hasan, M.M. (2012).
Poultry diseases warning system using
dempster-shafer theory and web
mapping. International Journal of
Advanced Research in Artificial
Intelligence, 1(3), 44-48.
[16]. Maseleno, A.; and Hasan, M.M. (2012).
Skin diseases expert system using
Dempster-Shafer theory. International
Journal of Intelligent Systems and
Applications, 4(5), 38-44.
[17]. Maseleno, A.; and Hasan, M.M. (2012).
African Trypanosomiasis Detection using
Dempster-Shafer Theory. Journal of
Emerging Trends in Computing and
Information Sciences, 3(4), 480-487.
[18]. Maseleno, A.; and Hasan, M.M. (2012).
Avian influenza (H5N1) expert system
using Dempster-Shafer
theory. International Journal of
Information and Communication
Technology, 4(2), 227-241.
[19]. Maseleno, A.; and Muslihudin, M. (2015).
Ebola virus disease detection using
Dempster-Shafer evidence theory.
Proceedings of IEEE International
Conference on Progress in Informatics
and Computing (PIC). Nanjing, China,
579-582.
[20]. Maseleno, A.; and Hasan, M.M. (2012).
Skin infection detection using Dempster-
Shafer theory. Proceedings of
International Conference on Informatics,

386

Anda mungkin juga menyukai