1
ABSTRACT
2
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
Tesis ini sebagai tugas akhir pada Program Magister Ilmu Hukum Universitas
3
6. Dan buat semua pihak yang turut serta memberkan dorongan serta
semangat dalam penulisan tesis ini yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.
ini. Selanjutnya penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
sehingga akan menumbuhkan rasa syukur kami kepada rahmat Allah SWT dan
Musnimar
NPM. 171021046
4
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN TESIS…………………………………... i
BERITA ACARA BIMBINGAN TESIS.................................................. ii
TIM PENGUJI TESIS…………………………………………………... iv
SK BIMBINGAN TESIS………………………………………………... v
SURAT PERNYATAAN………………………………………………... vi
ABSTRAK.................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR…………………………………………………… ix
DAFTAR ISI……………………………………………………………... xi
DAFTAR SINGKATAN………………………………………………… xiii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………… 1
A. Latar Belakang…………………………………………............. 1
B. Masalah Pokok………………………………………................. 9
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan……………………………...... 10
1. Manfaat Peraktis……………………………………………. 11
2. Manfaat Akademis………………………………………….. 11
3. Manfaat Teoritis…………………………………………...... 11
D. Kerangka Teori………………………………………………… 11
1. Teori Negara Hukum……………………………………….. 13
2. Teori Perlindungan Hukum………………………………... 22
3. Teori Keadilan…………………………………………......... 26
E. Konsep Operasional……………………………………............. 31
F. Metode Penelitian……………………………………………… 37
1. Jenis dan Sifat Penelitian…………………………………… 37
2. Obyek Penelitian……………………………………............. 38
3. Data dan Sumber Data……………………………………... 38
4. Analisis Data dan Metode Penarikan Kesimpulan……….. 39
5
BAB II TINJAUAN TENTANG KEDUDUKAN HUKUM
KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA…………………… 41
A. Kesimpulan……………………………………………………... 111
B. Saran……………………………………………………............. 112
6
DAFTAR SINGKATAN
VR : Velleigheidsreglement
UU : Undang – undang
KK : Keselamatan Kerja
PT : Perseroan Terbatas
Women
7
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kontinental. Oleh sebab itu, segala sesuatu harus didasarkan pada hukum tertulis.
utama bagi urusan ketenagakerjaan di Indonesia adalah Pasal 27 ayat (2) Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa
“Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan”.1 Secara umum, Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (2), Pasal 28, dan
Pasal 33 ayat (1) Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
yang menjadi dasar hukum utama dalam bidang ketenagakerjaan. Selain Undang-
mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, makmur, yang merata, baik materiil
1
Pasal 27 ayat (2) Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
8
maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
tenaga kerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai
pelaku dan tujuan pembangunan. Sesuai dengan peranan dan kedudukan tenaga
perlindungan tenaga kerja dan keluarganya sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan.2
pembangunan sumber daya manusia merupakan salah satu bagian yang tak
harkat, martabat dan kemampuan manusia, serta kepercayaan pada diri sendiri
dalam rangka mewujudkan masyarakat sejahtera, adil dan makmur baik materil
maupun sprituil.3
2
Asri Wijayanti, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hal.6.
3
Penjelasan Atas Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992.
9
Kebebasan untuk berusaha dan bekerja guna mencapai keuntungan yang
semaksimal mungkin hanya dapat dibatasi oleh individu lain melalaui mekanisme
kompetisi bebas.4
ditempat kerja yang berbahaya serta tidak sehat. Bentuk-bentuk eksploitasi yang
umumnya terjadi adalah jam kerja yang panjang, pemekerjaan anak melalui
tinggal pekerja/buruh yang tidak layak kondisi maupun pemberian upah dalam
dengan disertai berbagai tantangan dan resiko yang dihadapinya. Oleh karena itu
produktivitas Nasional.
4
Neil Gilbert, Transformation of the welfare State : The Silent Surrender of Public Responsibility
sebagaimana dikutib dalam Asas-asas Hukum Perburuhan, Aloysius Uwiyono dkk, Rajawali Pers,
Depok, 2018.
5 Ibid. hal. 82
10
yang bersifat dasar, dengan berazaskan usaha bersama, kekeluargaan dan gotong
royong sebagaimana terkandung dalam jiwa dan semangat Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945. Pada dasarnya program jaminan sosial tenaga kerja ini
yang lebih lemah. Oleh karena itu pengusaha mempunyai kewajiban untuk
(preventif) timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam
kecelakaan kerja dan peyakit akibat hubungan kerja dan tindakan antisipatif bila
perusahaan apabila timbul kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja.
ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi. Disamping itu
6 Op.cit.
11
keselamatan dan kesehatan kerja dapat diharapkan untuk menciptakan
kenyamanan kerja dan keselamatan kerja yang tinggi. Jadi, unsur yang ada dalam
kesehatan dan keselamatan kerja tidak terpaku pada faktor fisik, tetapi juga
diatur sedemikian rupa, tetapi dalam praktiknya tidak seperti yang diharapkan.
kelembabab, debu, kotoran, asap, uap gas, hembusan angin, cuaca, sinar
12
8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik
13. Memperoleh keserasian anatara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara
tumbuhan.
penyimpangan barang.
13
Sebagaimana kita ketahui bahwa kecelakaan kerja atau penyakit akibat
kerja merupakan resiko yang dihadapi oleh tenaga kerja yang melakukan
kerja baik fisik maupun mental, maka perlu adanya jaminan kecelakaan kerja.
Riau. Jumlah ini mengalami peningkatan jika dibandingkan pada tahun 2016.
Yakni tercatat sebanyak 6.768 kasus. Terjadi peningkatan sebanyak 2.914 kasus.
Kasus Kecelakaan Kerja tersebut adalah kasus kecelakaan yang dilaporkan kepada
BPJS Ketenagakerjaan. Artinya kasus kecelakaan kerja ini adalah kasus yang
Sosial Ketenagakerjaan.
perusaahaan, karena kerugian yang diderita tidak hanya berupa kerugian materi
namun lebih dari itu dapat menimbulkan adanya korban jiwa. Kehilangan
sumberdaya manusia ini merupakan kerugian yang sangat besar karena manusia
adalah satu-satunya sumber daya yang tidak dapat digantikan oleh teknologi
besar sehingga banyak tenaga kerja yang dibutuhkan, baik tenaga kerja penuh,
tenaga kerja paruh waktu, tenaga kerja sementara maupun pengganti. Undang-
antara pekerja penuh, pekerja paruh waktu, pekerja sementara maupun pekerja
14
pengganti. Pekerja merupakan bagian dari tenaga kerja yaitu tenaga kerja yang
perorangan, pengusaha, badan hukum, atau badan lainnya) dan atas jasanya dalam
bekerja yang bersangkutan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lainnya.7
masuk ke Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Riau rata-rata setiap hari
pengaduan yang masuk sebanyak 10 sampai dengan 15 kasus, yang berasal dari
bermacam badan usaha, perusahaan besar, sedang dan Usaha Kecil Menengah.
para pihak.
kerja terhadap penetapan kecelakaan kerja yang telah ditetapkan oleh pengawas
ketenagakerjaan.
Tenaga Kerja memberikan kepastian hukum bagi tenaga kerja terbukti dengan
memposisikan tenaga kerja ditempat yang lemah, terbukti dengan sanksi yang
Sosial dan lebih dipertegas lagi didalam Peraturan Pemerintah Republik Indonseia
Kerja dan Jaminan Kematian. Ada apa sebenarnya dengan perubahaan sanksi
sanksi yang menurut penulis lebih ringan dan makin memposisikan tenaga kerja
B. Masalah Pokok
kesehatan kerja yaitu apa saja tujuan dan pentingnya keselamatan kerja, gangguan
apa yang bisa terjadi dalam keselamatan dan kesehatan kerja, serta mengetahui
strategi apa saja yang digunakan untuk meningkatkan kualitas kerja para
16
kesehatan kerja. Berdasarkan uraian yang penulis sampaikan pada latar belakang,
hukum?
ketenagakerjaan.
17
Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Nasional) ditinjau dari
sosiologi hukum
KUHPerdata.
1. Manfaat Praktis
jaminan kecelakaan kerja dan bagi pihak lain (pembaca) yang berkaitan dengan
hukum ketenagakerjaan.
2. Manfaat Akademis
gelar Magister Hukum pada Program Pascasarjana Ilmu hukum Universitas Islam
Riau.
3. Manfaat Teoritis
ketenagakerjaan.
D. Kerangka Teori
langkah awal penyusun berusaha untuk melakukan telaah pustaka terhadap karya
ilmiah yang berkaitan dengan objek yang akan penulis teliti baik dari segi Hukum
18
Keperdataan maupun dari segi Hukum Ketenagakerjaan, yang terangkum dalam
bentuk buku, jurnal serta tulisan yang terdapat dalam media elektonik (internet).
Dalam penelitian ini tentunya penulis harus berangkat dari teori agar apa yang
menjadi permasalahan dalam penelitian ini lebih terarah dan mempunyai dasar
maupun landasan hukum, untuk itu Penulis akan memaparkan teori atau pendapat
Kerangka teori berisikan teori- teori yang digunakan oleh penulis sebagai
dasar dalam penelitian, oleh karena itu teori- teori yang digunakan oleh penulis
harus disesuaikan dengan obyek yang diteliti. Dengan demikian peneliti sebelum
menguraikan teori- teori yang akan dijadikan landasan pijak dalam tinjauan
teori- teori mana saja yang relevan dengan judul penelitian dan pokok masalah
yang relevan dengan obyek penelitian, maka kerangka teori itu harus dibuat secara
sistematis, sebagai alat analisis terhadap masalah yang akan ditelitinya. Pertama,
teori utama yang bersifat universal (Grand Theory). Kedua, Teori menengah
paradigma obyek yang diteliti. Ketiga, Teori terapan (Apply Theory) untuk
sehingga jelaslah karakteristik obyek yang diteliti itu, untuk dapat melihat secara
jelas teori yang digunakan penulis dalam penelitian yang berkaitan dengan
19
1. Teori Negara Hukum
dasar hukum yang jelas, baik berdasar hukum tertulis maupun hukum tidak
merupakan lembaga yang netral, tidak berpihak, berdiri di atas semua golongan
(privat).8
Negara hukum dimaksud adalah Negara yang menegakan supermasi hukum untuk
menegakan kebenaran dan keadilan dan tidak ada kekuasaan yang tidak
dipertanggungjawabkan.9
8
Siti Nurbaya, Kompleksitas Administrasi Pemerintahan Dengan Pendekatan Kebijakan Regional,
Dewan Perwakilan Daerah,Jakarta,2011,hal, 1.
9
Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945.
20
penyelenggaraan kekuasaan tersebut dalam segala bentuknya dilakukan dibawah
kekuasaan dalam sebuah Negara hukum didasarkan pada hukum. Hukum menjadi
menjadi kekuasaan legislative, eksekutif dan federative, selain itu Negara hukum
karena semakin kecil campur tangan Negara dalam masyarakat, semakin kecil
pula peran han didalamnya. Dalam konsepsi legal state (nama lain Negara
Negara dan Pemerintah dalam bidang politik yang bertumpu pada dalil ”the best
menjadi pasif, inilah mengapa Negara hukum disebut sebagai Negara penjaga
10
Helmi, Hukum Perizinan Lingkungan Hidup, Sinar Grafika, Jakarta, 2012. hal. 34.
11
Ibid. hal. 34-35.
21
malam. Pembatasan ini menyengsarakan kehidupan warga Negara yang kemudian
Dalam Hukum Tata Negara di atur tentang tujuan Negara, bentuk Negara,
Negara, hak-hak dan kewajiban warga Negara dan sebagainya yang sangat luas
sekali.13
dengan asas-asas Hukum Tata Negara, bukan berarti bahwa yang dibahas
12
Ridwan H.R.,“Hukum Administrasi Negara”, RajaGrafindo Perkasa, Yogyakarta, 2006, hal. 15.
13
Titik Triwulan Tutik, Pengantar Ilmu Hukum. Prestasi Pustaka, Jakarta.2006, hal. 202.
14
Alwi Wahyudi, Hukum Tata Negara Indonesia, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2012, hal.60.
22
bahwa suatu bangunan demokrasi dalam Hukum Tata Negara dapat dilihat dari
(equal protection) atau persamaan dalam hukum (equality before the law).
Perbedaan perlakuan hukum hanya boleh jika ada alasan yang khusus, misalnya,
anak-anak yang di bawah umur 17 tahun mempunyai hak yang berbeda dengan
anak-anak yang di atas 17 tahun. Perbedaan ini ada alasan yang rasional. Tetapi
perbedaan perlakuan tidak dibolehkan jika tanpa alasan yang logis, misalnya
karena perbedaan warna kulit, gender agama dan kepercayaan, sekte tertentu
dalam agama, atau perbedaan status seperti antara tuan tanah dan petani miskin.
Meskipun demikian, perbedaan perlakuan tanpa alasan yang logis seperti ini
sampai saat ini masih banyak terjadi di berbagai Negara, termasuk di Negara yang
yang memberikan peranan dan fungsi yang berbeda bagi Pemerintah yakni :
Pemerintahan.
15
Ni’matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia. Raja Grafindo Persada,Jakarta,2007,hal.67.
16
Munir Fuady, Teori Negara Hukum Modern (Rehctstaat) ,Refika Aditama, Bandung ,2009, hal.
207.
23
3. Welfare State yakni, tugas Pemerintah diperluas untuk menjamin
kesejahteraan umum.17
samping itu keleluasaan otonomi mencakup pula kewenangan yang bulat dan utuh
responsibility“ yang dapat diukur dari sejauh mana unit-unit organisasi bawahan
Negara,
bersifat yuridis,
menjadi :
dari suatu Negara dalam usaha mencapai tujuan Negara.21 Dalam deskripsi
merupakan jaminan bagi mereka yang harus taat pada Pemerintah, akan tetapi
untuk sebagian besar Hukum Administrasi Negara mengandung arti pula, bahwa
20
Darda Syahrizal, Hukum Administrasi Negara dan Pengadilan Tata Usaha
Negara,Yogyakarta,Pustaka Yustisia,2012.hal.9-10.
21
Sondang P. Siagian, Filsafat Administrasi,PT Bumi Aksara, Jakarta, 2003, hal. 7.
25
kewajiban yang tegas bagaimana dan sampai mana batasannya, dan berhubungan
dengan itu berarti juga bahwa wewenang Pemerintah menjadi luas dan tegas.22
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang merupakan sistem
idiologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan Hankam. Dalam rangka pencapaian
ditetapkan dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
berkenaan dengan teori teori dan prinsip-prinsip yang berlaku untuk semua bidang
Pemikiran atau konsepsi manusia tentang Negara hukum juga lahir dan
berkembang dalam situasi kesejarahan. Oleh karena itu, meskipun konsep Negara
merupakan penyusunan jabatan dalam suatu Negara dan menentukan apa yang
dimaksudkan dengan badan Pemerintahan dan apa akhir dari setiap masyarakat.
27
Hukum Administrasi adalah hukum yang mengenai Pemerintah didalam
yudikatif.
moneter dan fiskal, agama serta kewenangan lainnya. Di samping itu keleluasaan
24
Rahardjo Adi Sasmita, Pembiayaan Pembangunan Daerah, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2011, hal
98 dan 99.
28
penyelenggaraannya mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
individu dan keutamaan rasio, yang dianut oleh Locke. Locke juga mengajarkan
pada kontrak social. Menurutnya manusia yang melakukan kontrak social adalah
manusia yang tertib dan menghargai kebebasan, hak hidup dan pemilikan harta
sebagai hak bawaan manusia. Menurut Locke masyarakat yang ideal adalah
masyakarakat yang tidak melanggar hak-hak dasar manusia, hal ini tidak ikut
diserahkan kepada penguasa ketika kontrak social dilakukan. Oleh karena itu,
kekuasaan penguasa yang diberikan lewat kontrak social, dengan sendirinya tidak
mengancam, baik datang dari dalam maupun dari luar. Begitulah hukum yang
dibuat dalam Negara pun bertugas melindungi hak-hak dasar tersebut. Hak-hak
dasar yang disebut sebagai hak azazi tanpa perbedaan antara satu dengan yang
lainnya. Dengan hak azazi tersebut, manusia dapat mengembangkan diri pribadi,
25
Op.Cit.hal. 117.
29
kaidah yang menjelma dalam sikap dan tindakan dalam menciptakan adanya
Istilah teori perlindungan hukum berasal dari bahasa Inggris, yaitu legal
protection theory, sedangkan dalam bahasa Belanda, disebut dengan theorie van
de wettelijke bescherming dan dalam bahasa Jerman disebut dengan theorie der
Septiana Nurbani, menjelaskan bahwa hukum alat rakayasa sosial Ilaw as tool of
26 Setiono, Rule of Law (Supremasi Hukum), (Surakarta ; Magister Ilmu Hukum Program PascaSarjana
Universitas Sebelas Maret, 2004) hal.3.
27 Muhammad Tahir Azhari, Negara Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2010,hal. 93
sebagaimana dikutib dalamThamrin S, Perlindungan Hukum Tenaga Kerja Indonesia, Alaf Riau, Pekanbaru,
hal. 36.
28 Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Tesis dan Desertasi, PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal.259, sebagaimana dikutib dalamThamrin S, Perlindungan Hukum Tenaga
Kerja Indonesia, Alaf Riau, Pekanbaru, hal. 36.
30
b) Kepentingan-kepentigan dari Negara sebagai penjaga masyarakat.
yaitu :
1) Keamanan
2) Kesehatan
3) Kesejahtaeraan
dalam bidang :
1) Perkawinan
3) Ekonomi
1) Korupsi
2) Perjudian
31
e) Kepentingan masyarakat dalam kemajuan umum, seperti perlindungan
pada :
1) Hak milik
4) Penemuan baru
2) Kemerdekaan berbicara
3) Memilih jabatan
terhadap :
2) Kemerdekaan kehendak
meliputi
32
1) Perlindungan bagi perkawinan
1) Harta
diperoleh.29
kepentingannya tersebut. Selanjutnya disebutkan pula bahwa salah satu sifat dan
mempunyai sasaran yang hendak dicapai. Adapun tujuan pokok hukum adalah
kepada individu yang dilakukan oleh badan-badan yang ada dalam masyarakat
kategori utama, yang meliputi antisipatoris, atau preventif, kuratif atau mitigasi
kewenangan dari pihak lainnya, baik itu penguasa, pengusaha, maupun orang
yang mempunyai ekonomi lebih baik dari pihak korban. Pada prinsipnya
perlindungan terhadap hak-hak pihak yang lemah atau korban. Diantara Peraturan
31
Thamrin, Perlindungan Hukum Tenaga Kerja Indonesia, Alaf Riau, Pekanbaru 2017. Hlm. 40.
34
Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di
Luar Negeri.
secara wajar, hukum juga berfungsi sebagai instrument perlindungan bagi subjek
hukum, jika dikaikan keberadaan suatu Negara, hukum dapat difungsikan sebagai
pelindung warga Negara dari tindakan Pemerintah yang tiran dan absolute.
menyelesaikan sengketa.
hukum yang diberikan merupakan condition sine qua non dalam penegakan
35
hukum yang diberikan merupakan condition sine qua non pula untuk
mendapatkan keadilan.
3. Teori Keadilan
adalah suatu sistem aturan. Hukum bukanlah seperti yang dikatakan sebuah
kesatuan yang kita pahami melalui sebuah sistem.32 Mustahil untuk menangkap
hakikat hukum jika membatasi perhatian kita pada satu kesatuan yang tersendiri.
tatanan hukum juga penting bagi hakikat hukum. Hakikat hukum hanya dapat
32 Hans Kelsen, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara, Nusamedia, Bandung: 2006, hal. 3.
36
yang membentuk tatanan hukum tersebut.33 Pernyataan bahwa hukum merupakan
sebuah tatanan perbuatan manusia yang tidak berarti bahwa tatanan hukum hanya
berkenaan dengan perbuatan manusia, bahwa tidak ada hal lain kecuali perbuatan
merupakan salah satu tujuan hukum yang paling banyak dibicarakan sepanjang
perjalanan sejarah filsafat hukum. Tujuan hukum tidak hanya untuk keadilan,
tetapi juga kepastian hukum dan kemanfaatan. Idealnya, hukum memang harus
mengakomodasikan ketiganya.34
Uraian tentang keadilan berasal dari John Rawls, yang dipandang sebagai
teori keadilan paling komprehensif sampai saat ini. Teori Rawls sendiri dapat
sekali dipengaruhi pemikiran Jeremy Bentham, John Stuart Mill, Hume, yang
keadilan Rawls sangat berkaitan erat dengan teori Mills, perbedaannya adalah
ukuran dari keseimbangan itu harus diberikan, itulah yang disebut dengan
keadilan. Keadilan merupakan nilai yang tidak dapat ditawar-tawar karena hanya
33 Ibid. hal. 4.
34 Hans Kelsen, Loc cit
35 Ibid. hal. 4.
36 Karen Lebacqz, Teori-Teori Keadilan (Six Theories of Justice), Nusamedia, Bandung: 2006, hal. 50.
37
dengan keadilanlah ada jaminan stabilitas hidup manusia.37 Agar tidak terjadi
benturan kepentingan pribadi dan kepentingan bersama itu, perlu ada aturan-
telah maju, hukum baru akan ditaati apabila ia mampu meletakkan prinsip-prinsip
keadilan.38 Pelaksanaan jaminan kesehatan sendiri masih jauh dari kata keadilan
dimaksud adalah kesamaan hak antara satu individu dengan individu lain yang
haknya, atau bahkan kehilangan hak tersebut sehingga keadilan tidak dapat
dicapai. Oleh sebab itu keadilan diperlukan untuk memberikan apa yang
seharusnya menjadi hak-hak setiap individu, dalam hal ini adalah pekerja kontrak
E. Konsep Operasional
kajian ini, maka diberikan penjelasan atas istilah- istilah yang digunakan sesuai
dengan maksud dan tujuan yang sebenarnya. Konsep operasional adalah suatu
37 Ibid. hal. 51
38 Ibid.
39 Ibid. hal. 52
38
konsep yang diberikan kepada suatu variabel atau konstraks dengan cara
konsep diuraikan dalam hal yang berhubungan dengan kegiatan ini, maka untuk
yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam penelitian ini sebagai berikut :
rumah menuju tempat kerja atau sebaliknya dan penyakit yang disebabkan oleh
lingkungan kerja. Jaminan Kecelakaan kerja adalah manfaat berupa uang tunai
namun tujuan isinya tidak berbeda jauh satu sama lainnya. Seperti halnya
pengertian tenaga kerja menurut kutipan dari Wikipedia. Hal ini dapat dilihat dari
kutipan berikut ini: “Tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia
kerja. Menurut UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa
tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
Carapedia,41 ada beberapa definisi tenaga kerja di dalam kutipan ini yaitu sebagai
berikut:
Tenaga kerja adalah seluruh jumlah penduduk yang dianggap dapat bekerja
b. Alam. S
Tenaga kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun keatas untuk negara-
resiko akibat penggunaan alat dan bahan berbahaya/beracun ditempat kerja. Iman
berbahaya.42
himpunan peraturan, baik tertulis maupun tidak, yang berkenaan dengan kejadian
berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama dan sesudah masa
kerja.45
antara majikan dan buruh, buruh dan buruh, dan antara penguasa dan penguasa.46
dibawah pimpinan.47
kerja yang dilakukan dibawah pimpinan, tetapi termasuk pula pekerjaan yang
langsung bersangkut paut dengan hubungan kerja. Dengan kata lain, berbagai
peraturan mengenai persiapan bagi hubugan kerja (yaitu penempatan dalam arti
41
luas, latihan dan magang), mengenai jaminan sosial buruh serta peraturan
yang berkenaan dengan pekerjaan yag dilakukan dibawah pimpinan orang lain
tersebut.50
Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau
majikan. Hubungan kerja hendak menunjukkan kedudukan kedua pihak itu yang
Adanya hubungan kerja ialah hanya bila ada buruh dan majikannya atau
majikan dengan buruhnya. Hubungan antara seorang bukan buruh dengan seorang
49 Ibid, hal. 46
50 Ibid, hal. 46
51 Iman Soepomo, Hukum Perburuhan Bidang Hubungan Kerja, Djambatan, Jakarta , 2016
52 Ibid, hal. 1
42
Dimaksud hubungan kerja adalah hubungan antara pemberi kerja dengan
berupa upah. 53
Hubungan kerja terjadi setelah adanya perjanjian kerja antara buruh dan
majikan, yaitu suatu perjanjian dimana pihak kesatu, buruh, mengikatkan diri
untuk bekerja dengan menerima upah pada pihak lainnya, majikan, yang
mengikatkan diri untuk mempekerjakan buruh itu dengan membayar upah, “Pada
pihak lainnya” mengandung arti bahwa pihak buruh dalam melakukan pekerjaan
dengan seorang pihak lainnya. Biasanya diajukan sebagai contoh hubungan antara
notaries dengan seorang kliennya dan lain-lain. Hubungan semacam ini yang
terjadi setelah adanya perjanjian untuk melakukan satu atau beberapa pekerjaan
tertentu, dikatakan bukanlah hubungan kerja, karena tidak ada wewenang pada
pihak pemberi kerjaan untuk memimpin dilakukannya pekerjaan itu oleh yang
diri untuk membuat suatu karya tertentu, misalnya mendirikan atau membongkar
suatu bangunan, dengan harga tertentu bagi pihak lainnya, yang memborongkan
dengan membayar harganya kepada pihak kesatu. Hubungan ini bukan pula
hubungan kerja, karena tidak ada unsur member petunjuk dan memimpin pada
F. Metode Penelitian
Agar memperoleh data yang akurat dan relevan dengan Penelitian ini,
Jenis penelitian ini adalah penelitian normatif atau metode library research
sebagai apa yang tertulis dalam Peraturan Perundang-undangan (law in book) atau
57 Amiruddin, Pengantar Metode Penelitian Hukum , Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hal.118
44
atau metode penelitian hukum kepustakaan adalah metode atau cara yang
bahan pustaka yang digunakan untuk mengkaji buku-buku58 dan berbagai kasus
atau artikel yang membahas tentang perlindungan jaminan sosial tenaga kerja dan
2. Objek Penelitian
hukum terhadap kecelakaan kerja yang menimpa tenaga kerja ditinjau dari
Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang penulis dapatkan sebagai
undangan yang terkait terhadap masalah yang penulis teliti, diantaranya : Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, Undang-
Jaminan Kematian dan Jaminan Hari Tua bagi Peserta Penerima Upah.
58Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2009, hal. 13-14
45
b) Bahan Hukum Skunder
dapatkan dari penelitian skripsi, tesis, disertasi, jurnal/majalah ilmiah dan dari
suratkabar serta pendapat para ahli hukum yang member petunjuk maupun
Bahan hukum tersier merupakan bahan hukum yang penulis dapatkan dari:
Analisis data yang penulis gunakan adalah dengan analisis secara kualitatif
bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani.60 Bagi penelitian untuk
59 Suharsimi Arikanto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, Rieneka Cipta, Jakarta, 2002, hal.23
60 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Cetakan 6 ,Kencana, Jakarta, 2010, hal..93.
46
undang-undang lainnya atau Undang-Undang dan Undang-Undang Dasar atau
antara regulasi dan Undang-Undang. Hasil dari telaah tersebut merupakan suatu
47
BAB II
hukum privat. Hubungan itu didasarkan pada hukum perikatan yang menjadi
bagian dari hukum perdata. Pemerintah hanya berlaku sebagai pengawas atau
pelaksanaan muncul perselisihan yang tidak dapat mereka selesaikan. Selain itu,
Terdapat dua hal yang perlu diperhatikan ketika melihat kedudukan hukum
penyelenggaraan Negara menyangkut tiga hal , yaitu pejabat, lembaga, dan warga
Negara. Dalam hal ini, pejabat adalah pejabat Negarayang tunduk pada ketentuan
melakukan pencegahan terhadap sesuatu hal yang dapat terjadi dan bagaimana
61
Astri Wijayanti, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, dalam Sayid Mohammad Rifqi
Noval, Hukum Ketenagakerjaan Hakikat Cita Keadilan Dalam Sistem Ketenagakerjaan, Bandung,
PT. Refika Aditama. 2017. Hal.101-102.
48
hukumnya. Pemerintah sebagai penyelenggara Negara dibidang ketenagakerjaan
secara teoritis dapat dipisahkan menjadi tiga bidang, yaitu perdata, administrasi
dan pidana. Dalam peraktiknya harus dijalankan secara berhubungan satu sama
lain. Hubungan hukum yang dilakukan oleh pengusaha dan pekerja didasarkan
yang menjadi bagian hukum perdata. Selama proses pembuatan, pelaksanaan, dan
hukum maka dapat diterapkan sanksi pidana yang menjadi kajian dalam bidang
hukum pidana.63
oleh Guus Heerma Van Voss, bahwa pada kebanyakan Negara saat ini, hukum
62
Ibid. hal. 102.
63
Ibid. hal. 102.
64
Ibid. hal. 103.
49
Banyak disiplin atau bidang ilmu hukum galibnya hanya mengatur
mencakup tidak saja hubungan antara majikan dengan buruh pada tataran
individu, tetapi juga antara serikat pekerja dengan asosiasi pengusaha satu dengan
anggotanya.
lemah)
kesetaraan para pihak, hukum perburuhan beranjak dari pengakuan bahwa buruh
dalam realitas relasi ekonomi bukanlah pihak yang berkedudukan setara dengan
majikan. Oleh karena itu, hukum perburuhan mendorong pendirian serikat pekerja
keperdataan ataupun hukum publik, atau sebaliknya dianggap sebagai cabang atau
diserahkan kepada para pihak, ada pula penegakannya akan dipaksakan dan
50
memungkinkan penegakannya dilakukan berbarengan oleh para pihak sendiri
hukum perburuhan. Disamping itu, majikan dan buruh dapat menerapkan dan
bernuansa hukum privat. Akan tetapi, organisasi kolektif seperti serikat pekerja
Kontinental. Oleh sebab itu, segala sesuatu harus didasarkan pada hukum tertulis.
Sumber hukum ketenagakerjaan saat ini (s/d tahun 2011) terdiri dari Peraturan
hukum utama bagi urusan ketenagakerjaan di Indonesia adalah Pasal 27 ayat (2)
51
Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan
bahwa “Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan”. Secara umum, Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (2), Pasal
28, dan Pasal 33 ayat (1) Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 juga menjadi payung hukum utama.65 Berdasarkan pondasi tersebut,
terdapat sumber hukum lain yang menjadi tonggak pengaturan bagi urusan
masing-masing Negara. Oleh sebab itu tidak mengherankan kalau definisi hukum
ketenagakerjaan yang dikemukakan oleh para ahli hukum juga berlainan, juga
tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja. Dengan
65
Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (2), Pasal 28, dan Pasal 33 ayat (1) Undang- Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
52
sesuatu yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan
lapangan dan kesempatan kerja. Awalnya, lapangan pekerjaan terbatas pada sektor
tenaga kerjanya, disebut dengan hubungan kerja (hubungan antara pemberi kerja
diperlukan adanya suatu aturan (hukum) yang dapat menjadi pengontrol dalam
hubungan tersebut, terlebih lagi jika timbul suatu perselisihan dalam hubungan
kerja tersebut
Dalam segi apapun dan bidang manapun hukum selalu ikut berperan aktif.
tulisan
3. Adanya tingkatan pekerjaan, yang pada akhirnya akan diperolah balas jasa.
53
4. Mengatur perlindungan pekerja/ buruh, meliputi masalah keadaan sakit,
zaman sebelum kemerdekaan sampai saat ini, telah terjadi pergeseran istilah yang
disebabkan oleh berbagai alasan baik yang bersifat sosiologis maupun yuridis.
hubungan hukum antara pekerja atau organisasi pekerja dengan majikan atau
hubungan tersebut menjadi kenyataan. Dari rumusan tersebut dapat ditarik suatu
yang berlaku yang pada pokonya mengatur hubungan antara tenaga kerja dan
pengusaha, antara tenaga kerja dengan tenaga kerja, dan antara tenaga kerja dan
pengusaha.67
66
Darwin Prinst, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia (Buku Pegangan Pekerja Untuk
Mempertahankan hak-haknya), Penerbit Citra Aditya Bakti, Bandung, 1994, hal. 1.
67
Sendjung H. Manulang, Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia.2001. hal.1.
54
pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun masyarakat.68
Tenaga Kerja adalah penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut
sebagai tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun masyarakat. Indonesia, Badan Pusat Statistik pada tahun sekitar 1970-an
menentukan batas usia kerja bila seseorang berumur 10 tahun atau lebih.
Semenjak dilaksanakan Survei Angkatan Kerja batas usia kerja dirubah menjadi
15 tahun atau lebih, ini dilaksanakan karena dianjurkan oleh International Labour
Organization (ILO).
Ekonomi Sumber Daya Manusia” tenaga kerja adalah penduduk yang sudah atau
sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan, dan yang melaksanakan kegiatan
lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Secara praksis pengertian
tenaga kerja dan bukan tenaga kerja menurut dia hanya dibedakan oleh batas
umur. 70
Jadi yang dimaksud dengan tenaga kerja yaitu individu yang sedang
mencari atau sudah melakukan pekerjaan yang menghasilkan barang atau jasa
yang sudah memenuhi persyaratan ataupun batasan usia yang telah ditetapkan
68
Lalu Husni. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. 2003. hal. 15.
69
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
70
Sendjun H Manululang, Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan Di Indonesia, PT Rineka Citra,
Jakata, 1998, hal.3.
55
oleh Undang-Undang yang bertujuan untuk memperoleh hasil atau upah untuk
tetapi materi yang diatur termasuk masalah kesehatan kerja. Undang-undang ini
dimaksudkan untuk menentukan standar yang jelas untuk keselamatan kerja bagi
karyawan yang berada di tempat kerja perlu dijamin keselamatannya dan setiap
sumber daya perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan efisien; dan
jenis dan tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam
air maupun di udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik
secara jelas.
56
Dengan majunya industrialisasi dan modernisasi, maka dalam peningkatan
intesitas kerja operasional dan tempat kerja para pekerja. Hal ini memerlukan
pengerahan tenaga kerja secara intensif dari para pekerja. Kelelahan, kurang
keselamatan kerja yang tepat, selanjutnya dengan peraturan yang maju akan
dicapai keamanan yang baik dan realistis yang merupakan faktor yang sangat
penting dalam memberikan rasa tentram, kegiatan dan kegairahan bekerja pada
tentang Keselamatan Kerja Yang dimaksud dengan “tempat kerja” adalah tiap
ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga
kerja bekerja, atau sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan
tempat kerjanya.
71
Pengertian tempat Kerja Menurut Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja.
57
2. Pengusaha: orang atau badan hukum yang memiliki atau mewakili pemilik
khusus yang dalam hal ini adalah menguasai pengetahuan dasar dan
Kerja.
1. Agar tenaga kerja dan setiap orang lainnya yang berada dalam tempat
72
Tujuan Dari Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
58
baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara
Dengan demikian, Undang- Undang ini berlaku untuk setiap tempat kerja
2. Pasal 2 ayat 3 merupakan escape clausul, sehingga rincian yang ada dalam
73
Azas-Azas Yang Dipakai Dalam Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja.
59
pengetahuan, teknik dan teknologi serta penemuan-penemuan di kemudian
hari.
suatu kumpulan ketentuan yang disusun secara teratur, jelas dan praktis.
Keselamatan Kerja juga mengatur kewajiban tenaga kerja. Hal ini juga berlaku
74
Ancaman Pidana atau Sanksi Menurut Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja.
60
2. Peraturan pelaksanaan yang dikeluarkan berdasarkan Undang- Undang
1. Setiap tenaga kerja dan orang lainnya yang berada di tempat kerja
2. Setiap sumber produksi dapat dipakai dan dipergunakan secara aman dan
efisien.
Pada dasarnya semua hampir semua kecelakaan dapat dicegah dan dapat
atau akar permasalahan dari suatu kejadian harus dapat diidentifikasi, sehingga
tindakan koreksi bisa tepat dilaksanakan untuk mencegah kejadian yang sama.
Teori domino, merupakan salah satu teori yang dapat dipakai sebagai acuan dalam
proses tersebut.
adalah kecelakaan kerja yang terjadi di tempat kerja maupun kecelakaan dalam
75 Ibid.
61
D. Tinjauan Teoritis Keselamatan dan Kesehatan Kerja Menurut
Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Mewujudkan perlindungan keselamatan kerja, maka Pemerintah telah
kerja yaitu kecelakaan yang terjadi di tempat kerja atau dikenal dengan
kecelakaan industri. Kecelakaan industri ini dapat diartikan : suatu kejadian yang
tidak diduga semula dan tidak dikehendaki yang mengacaukan proses yang telah
mengetahui jumlah kecelakaan kerja yang terjadi dari tahun ke tahun, sehingga
dapat di ketahui apakah tingkat kecelakaan kerja dari tahun ke tahun mengalami
62
beroperasi semaksimal mungkin. Mengenai Pengawasan ketenagakerjaan diatur
Menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja
pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju
76
Harly Rumagit, Kajian Yuridis Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Menurut Undang-
Undang Ketenagakerjaan. Jurnal Vol.II/No.1/Januari-Maret/2014. Hlm.66.
63
diterapkan dan dilaksanakan di setiap tempat kerja (Perusahaan). Masalah
Demikian juga kesehatan kerja dimulai sejak manusia bekerja. Manusia awalnya
Tempat kerja adalah setiap tempat yang didalamnya terdapat 3 (tiga unsur)
yaitu :
a) Adanya suatu usaha,baik itu usaha yang bersifat ekonomis maupun usaha
sosial.
c) Adanya tenaga kerja yang bekerja didalamnya, baik secara terus menerus
hanya sewaktu-waktu.
Keselamatan Kerja bisa terwujud bilamana tempat kerja itu aman. Dan
tempat kerja adalah aman, kalau bebas dari risiko terjadinya kecelakaan yang
direalisasikan karena tempat kerja dalam kondisi sehat. Tempat kerja bisa
dianggap sehat, kalau bebas dari risiko terjadinya gangguan kesehatan atau
pekerja.
Dalam Pasal 86 ayat (1) huruf (a) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang kesehatan kerja merupakan salah satu hak pekerja atau buruh untuk itu
64
pengusaha wajib melaksanakan secara sistematis dan terintergrasi dengan sistem
pekerja atau buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal, dengan
kesehatannya.
berdaya guna.
dimaksud dalam Pasal 77 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 yang
meliputi :78
a. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empatpuluh) jam 1 (satu) minggu untuk
b. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu
Pengusaha juga wajib memberikan waktu istirahat dan cuti kepada pekerja
77
Pasal 86 ayat (1) huruf (a) Undang- Undang Nomr 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
78
Pasal 77 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
79http://eprints.undip.ac.id/16994/1/Dian_Octaviani_Saraswati.pdf. dikutip melaalui internet
tanggal 25 November 2018. Jam. 08.53.
65
a. Istirahat antara jam kerja, sekurang-kurangnya setengah jam setelah
bekerja selama 4 (empat) jam terus menerus dan waktu istirahat tersebut
b. Istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu)
minggu atau 2 (dua) hari untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu;
terus menerus;
atau buruh yang telah bekerja selama 6 (enam) tahun secara terus menerus
pada perusahaan yang dengan ketentuan pekerja atau buruh tersebut tidak
berhak lagi atas istirahat tahunannya dalam 2 (dua) tahun berjalan dan
yang meliputi :
kerja.
tenaga kerja.
66
Menurut hemat penulis bahwa dalam Pasal 35 ayat 2 tersebut sesuai
bahwa pihak pekerja atau buruh tidak secara penuh dilindungi, hal ini dapat
Undang-Undang yang lama diatur ketentuan pidana, hal demikian tentunya pihak
pekerja atau buruh merasa dirugikan, apabila terjadi kecelakaan dan kesehatan
kerja pekerja/buruh hal ini tidak dilindungi oleh Perusahaan atau Negara, tentunya
agar setiap tenaga kerja bekerja secara sehat jasmani dan sehat rohani. Sesuai
67
Dalam program kesehatan kerja, pencemaran di tempat kerja menjadi
prioritas utama juga evaluasi dan pengukuran serta proses mekanisasi proses
produksi. Program kesehatan kerja harus meliput pelajaran kesehatan tenaga kerja,
menetapkan syarat kerja sesuai kondisi personal, mendeteksi Daerah atau lokasi
proses-proses produksi.
secara hukum, jaminan sosial tenaga kerja, penegasan secara hukum, dimuat
sumber daya insani merasa aman dan berdedikasi dalam pekerjaannya, lebih
produktif dan hidup sejahtera. Semakin meningkatnya peranan tenaga kerja diikuti
tenaga kerja melalui program jaminan sosial selain memberikan ketenangan kerja
produktivitas kerja.
80
Penjelasan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan Kerja.
68
Program ini menekankan pada perlindungan tenaga kerja, secara moral
dapat melaksanakan tugas dan merupakan upaya kesehatan. Jaminan sosial tenaga
masyarakat. Upaya kesehatan lingkungan dalam Pasal diatas tertera melalui upaya
81
Pasal 10 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan Kerja.
69
yang disebutkan dalam Pasal diatas termasuk upaya kesehatan lingkungan, karena
a. Kesehatan keluarga
b. Perbaikan gizi
d. Kesehatan lingkungan
e. Kesehatan kerja
f. Kesehatan jiwa
g. Pemberantasan penyakit
l. Kesehatan sekolah
m. Kesehatan olahraga
n. Pengobatan tradisional
o. Kesehatan matra
82
Pasal 11 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan Kerja.
70
2. Penyelenggaraan upaya kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
lingkungan yang sehat maka kemungkinan seseorang untuk sehat semakin besar
masyarakat.
persyaratan
Pemerintah
83
Pasal 22 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan Kerja.
71
Kesehatan lingkungan merupakan salah satu upaya penyehatan lingkungan
baik air, tanah maupun udara, dimana kegiatannya dimulai dari strata terbawah
tertentu. Dan akhirnya kembali lagi ke tujuan awal yaitu dengan terkuranginya
angka kesakitan terhadap suatu penyakit maka derajat kesehatan masyarakat akan
melakukan perbaikan dan perubahan perilaku masyarakat dan dengan cara lain.
tersebut maka secara otomatis kemungkinan terkena penyakit akan semakin cepat.
84
Pasal 29 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan Kerja.
72
Fisik yang sehat akan terbentuk jika lingkungannya pun sehat dan begitu pula
sebaliknya.
penyakit menular. Upaya kesehatan masyarakat disini lebih diarahkan pada upaya
secara tidak langsung merupakan kata lain dalam upaya kebersihan lingkungan
penyakit.
menular seperti diare dan demam berdarah biasanya berasal dari lingkungan yang
kurang sehat. Oleh sebab itu untuk menghindari terjadinya wabah penyakit
85
Pasal 30 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan Kerja.
86
Pasal 31 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan Kerja.
73
tersebut maka perlu dilakukan pembersihan lingkungan sekitar serta upaya
Pasal ini lebih menekankan pada manfaat dari kegiatan promotif pada
tahu, mau dan mampu hidup sehat bahkan dapat berperan serta dalam upaya
bergantung lagi pada pelayanan kesehatan karena mereka merasa mampu untuk
hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga peserta
87
Pasal 38 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan Kerja.
88
Pasal 45 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan Kerja.
74
didik dapat belajar tumbuh dan berkembang secara harmonis dan optimal
lingkungan. Disini terbukti bahwa kesehatan lingkungan adalah suatu aspek yang
mula terbentuknya kesehatan jasmani dan rohani. Sebagai rumah kedua dari pada
siswa, lingkungan sekolah juga berperan penting dalam menjaga kesehatan siswa,
oleh sebab itu Pemerintah selalu menggalakkan pentingnya esehatan sekolah dan
75
BAB III
merupakan upaya perlindungan bagi tenaga kerja. Oleh karena itu upaya
penyembuhan akibat suatu kecelakaan kerja memerlukan dana yang tidak sedikit
dan memberatkan jika dibebankan kepada tenaga kerja, maka sudah selayaknya
meningkat, dengan resiko dan tanggung jawab serta tantangan yang dihadapinya.
Oleh karena itu kepada mereka dirasakan perlu untuk diberikan perlindungan,
Secara teoritis dikenal ada tiga jenis perlindungan kerja yaitu sebagai
berikut :89
89
Zaeni Asyhadie, Hukum Kerja (Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubungan Kerja), Jakarta,
Raja Grafindo Persada, 2007, Hlm.78.
76
pekerja/buruh mengenyam dan mengembangkan kehidupannya
kesehatan kerja.
kerja.
77
yang mempunyai hak asasi. Karena sifatnya yang hendak mengadakan
sanksi pidana. Hal ini disebabkan beberapa alasan berikut : Aturan-aturan yang
sendiri.
kerja yang tidak melakukan hubungan kerja dengan pengusaha tidak mendapatkan
yaitu perlindungan terhadap pekerja/buruh agar selamat dari bahaya yang dapat
78
Berbeda dengan perlindungan kerja lain yang umumnya ditentukan untuk
program jaminan sosial berdasarkan funded social security, yaitu jaminan sosial
yang didanai oleh peserta dan masih terbatas pada masyarakat pekerja di sektor
formal.
79
Jaminan sosial tenaga kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja
dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian penghasilan yang
hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang
dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua
Dari pengertian diatas jelaslah bahwa jaminan sosial tenaga kerja adalah
merupakan perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang (
jaminan kecelakaan kerja, kematian, dan tabungan hari tua ), dan pelyanan
Kecelakaan kerja dapat terjadi bagi semua pekerja. Untuk itu diperlukan
perlindungan yang jelas bagi setiap pekerja. Meskipun perusahaan hanya diijinkan
mempekerjakan tenaga kerja jika memiliki polis asuransi yang berlaku untuk
semua tenaga kerja, terlepas dari panjangnya kontrak kerja atau jam kerja, baik
tenaga kerja penuh atau paruh waktu, maupun tetap atau sementara. Namun itu
diberikan dalam lingkungan kerja itu sendiri, dengan jalan memberikan tuntutan,
perlindungan fisik dan teknis serta sosial dan ekonomi melalui norma yang
80
berlaku.90 Untuk mendukung keberhasilan pembangunan ketenagakerjaan tersebut
maka harus ada upaya yang dilakukan pula kepada peningkatan lingkungan kerja
yang sehat, higienis, aman, dan nyaman, guna meningkatkan produktivitas tenaga
terciptanya hubungan industrial yang harmonis. Hal ini dapat dilakukan dengan
perusahaan dan kesehatan kerja). Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) sangat
dibutuhkan dalam kegiatan industri, hal hal yang melatar belakanginya yaitu
bahwa setiap aktifitas industri selalu mengandung bahaya dan risiko keselamatan
dan kesehatan kerja. Bahaya dan risiko tersebut akan menimbulkan konsekuensi.
sampai kepada kehancuran, dari sisi pekerja dari cacat/sakit yang ringan sampai
kepada korban jiwa, sedangkan dari segi lingkungan dari tingkat pencemaran
menciptakan kondisi kerja yang aman dan sehat sehingga mencegah terjadinya
gangguan lainnya (cacat, cidera) pada pekerja yang diakibatkan oleh potensi
bahaya dan risiko yang ada di tempat kerja, serta menciptakan keserasian antara
90
Gunarto Suhardi, Perlindungan Hukum Bagi Para Pekerja Kontrak Outsourcing, Penerbit
Universitas Atma Jaya, Yogyakarta, 2006.hlm. 87.
81
Tujuan akhir dari keselamatan dan kesehatan kerja yaitu “hidup yang berkualitas”
yang berarti sehat fisik, mental, sosial, spiritual. Maksud dari hidup yang
berkualitas yaitu tidak menderita cacat, tidak menderita sakit, tidak terjadi
“kematian prematur”, usia harapan hidup tinggi, memiliki kapasitas kerja yang
purna karya.
meningkat dengan resiko dan tanggung jawab serta tantangan yang dihadapinya.
Oleh karena itu kepada mereka dirasakan perlu untuk diberikan perlindungan
buruh bagi pengusaha dan pemerintah maka perlu dilakukan pemikiran agar
pula diperlukan usaha perlindungan pekerja atau buruh agar mengurangi dari
resiko yang akan terjadi dalam pekerjaanya yang dijalani. Tujuan perlindungan
tenaga kerja yakni adalah menjamin berlangsungya sistem hubungan kerja secara
harmonis disertai adanya tekanan dari pihak yang kuat kepada pihak yang lemah
yang berlaku. Perlindungan hukum tenaga kerja sangat mendapat perhatian hal ini
82
a) Salah satu tujuan pembangunan ketenagakerjaan adalah memberikan
kerja, moral dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan
Mengenai Tenaga Kerja yang dinilai sudah tidak sesuai dengan kemajuan
moral dan kesusilaan, perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia
91
Pasal 4 huruf c Undang-undang Nomor 13 Tahun 2013 Tentang Ketenagakerjaan.
92
Pasal 5 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2013 Tentang Ketenagakerjaan.
93
Pasal 6 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2013 Tentang Ketenagakerjaan.
94
Pasal 86 ayat 1 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2013 Tentang Ketenagakerjaan.
83
untuk meningkatkan kemampuan golongan masyarakat tertentu sebagai subyek
yang dapat menentukan masalah- masalah sosial yang dihadapi didalam Salah
satu golongan tertentu ialah masyarakat tenaga kerja atau karyawan pada
Negara (BUMN). Tenaga kerja merupakan bagian dari masyarakat yang ikut
maksimal.
dapat kita lihat bahwa pekerja mempunyai unsur yang sama dengan seorang
pembantu rumah tangga sebab seorang pembantu rumah tangga bekerja dengan
menerima upah maupun dalam bentuk lain dari majikannya. Dalam Undang-
diatur secara tegas pada Pasal 35 dan Pasal 86 Undang - Undang RI Nomor 13
95
Pasal 6 Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
96
Pasal 86 Undang Undang RI No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
84
c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-
nilai agama.
Menurut Pasal 35 ayat (2) dan ayat (3) disebutkan bahwa pemberi kerja
tenaga kerja.
bahwa pihak pekerja atau buruh tidak secara penuh dilindungi, hal ini dapat
Undang-Undang yang lama diatur ketentuan pidana, hal demikian tentunya pihak
pekerja atau buruh merasa dirugikan, apabila terjadi kecelakaan dan kesehatan
kerja pekerja/buruh hal ini tidak dilindungi oleh Perusahaan atau Negara, tentunya
kesusilaan dan sampai perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat
melakukan pekerjaan dan terhindar dari hal- hal yang mengancam keselamatan
dan kesehatannya baik yang berasal dari resiko- resiko pekerjaannya maupun dari
97
Pasal 86 ayat 1 Undang- Undang Undang RI No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
85
Seorang pekerja juga harus mendapatkan perlakuan yang sesuai dengan
pekerja yang berkaitan dengan norma kerja yang meliputi waktu kerja, mengaso,
istirahat. Perlindungan ini sebagai wujud pengakuan terhadap hak- hak pekerja
semua sector baik perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja tenaga kerja
dalam bekerja. Adalah ditunjukan pada perlindungan tenaga kerja atas perlakuan
dari pihak penguasa atas perusahaan terhadap tenaga kerjanya, dimana perlakuan
yang kadang- kadang tidak berkemanusiaan, yaitu terjadi pada saat menyuruh
86
kecelakaan kerja, jaminan kematian, jaminan hari tua dan jaminan pemeliharaan
kesehatan. Yang mendapat jaminan social tenaga kerja adalah diprioritaskan bagi
gotong royong dari peserta yang mampu kepada peserta yang kurang
yang berisiko rendah membantu yang berisiko tinggi; dan peserta yang
Indonesia.
98 Penjelasan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
87
seluruh kegiatan pengelolaan dana yang berasal dari iuran peserta dan
hasil pengembangannya.
petani, nelayan, dan mereka yang bekerja secara mandiri, sehingga pada
rakyat.
kesejahteraan peserta.
88
Dalam Undang-Undang ini diatur penyelenggaraan Sistem Jaminan Sosial
pensiun, jaminan hari tua, dan jaminan kematian bagi seluruh penduduk melalui
jaminan sosial.
Sistem Jaminan Sosial Nasional ini sangatlah mulia sekali, sangat memperhatikan
tersbut diatas. Penulis berpendapat bahwa dengan diubahnya sanksi dari Pidana
Ayat (1) Barang siapa yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud
dalam pasal 4 ayat (1): Pasal 10 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3); Pasal
18 ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) ; Pasal 19 ayat (2);
Pasal 22 ayat (1); dan Pasal (26), diancam dengan hukuman kurungan
Ayat (2) Dalam hal pengulangan tindak pidana sebagimana dimaksud dalam
ayat (1) untuk kedua kalinya atau lebih, setelah putusan akhir telah
Ayat (3) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah
pelanggaran.
mendapatkan haknya dapat memberikan kepastian hukum yang jelas sekali dan
Sementara itu kalau kita penyelesaian sengketa dan Sanksi dari Undang-
Kerja dan Jaminan Kematian pada Pasal 58, Pasal 59 dan Pasal 60 :100
Pasal 58
Ayat (1) Sengketa dalam penyelenggaraan program JKK antara peserta dengan
100Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan
Kerja dan Jaminan Kematian.
90
Ayat (2) Sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan sengketa
Ayat (3) Dalam hal sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat
pengaduan.
Ayat (4) Dalam hal penyelesaian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak
Ayat (5) Dalam hal mekanisme mediasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
Pasal 59
Ayat (1) Pemberi Kerja selain penyelenggara Negara yang melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3), Pasal 10 ayat (4) dan
ayat (7), Pasal 27 ayat (1), Pasal 32 ayat (2), ayat (3) dan ayat (4),
Pasal 35 ayat (1) dan ayat (3), Pasal 44 ayat (1) dan ayat (3), Pasal 45
ayat (4), Pasal 52 ayat (1) dan Pasal 53, dikenai sanksi administrative.
Ayat (2) Sanksi Adminsitrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa :
a. Teguran tertulis;
91
b. Denda; dan/atau
Ayat (3) Pengenaan sanksi teguran tertulis dan/atau denda kepada Pemberi
Ayat (4) Pengenaan sanksi tidak mendapatkan pelayanan public tertentu kepada
ayat (2) huruf c dilakukan oleh unit pelayanan public tertentu pada
Daerah Kabupaten/Kota.
Pasal 60
Ayat (1) Sanksi tidak mendapatkan pelayanan public tertentu yang dikenai
Ayat (3) Ketentuan mengenai tata cara pengenaan sanksi, pencabutan sanksi
92
Dari perbandingan pengenaan sanksi terhadap kedua Peraturan tersebut
sanksi administrasi.
terhadap sanksi dari pelaksanaan jaminan sosial tenaga kerja ini dari
sanksi yang ada didalam sebuah Undang-Undang menjadi sanksi yang ada
4. Tidak adanya Kepastian hukum terhadap tuntutan hak tenaga kerja, karena
proses yang akan ditempuh oleh seorang tenaga kerja maupun keluarganya
untuk mendapatkan haknya sangat panjang dan berliku, yang mana terkait
perdata.
mengenai Kecelakaan Kerja atau Penyakit Akibat Kerja antara Pemberi Kerja
93
Ketenagakerjaan, yang merupakan kewenangan dari Pengawas Ketenagakerjaan.
sosial tenaga kerja disanksi dengan sanksi pidana. Hal ini memberikan kepastian
setiap kasus kecelakaan kerja semuanya dapat terselesaikan dengan baik, karena
Undang-Undang memberikan efek jera bagi barang siapa saja yang melanggarnya.
Kematian tidak memberikan rasa aman, nyaman dan kepastian hukum bagi tenaga
haknya tenaga kerja dan keluarganya harus menuntut secara perdata, yang mana
Peradilan secara perdata ini memakan waktu yang cukup panjang dan
Undang Nomor 40 Tahun 2004 ini, dengan mencabut dan tidak berlakunya
dengan sosiologi hukum maka telah terjadi teori komplik, bahwa telah terjadi
94
perselingkuhan terhadap Undang-Undang yang diciptakan oleh penguasa.
Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, maka diatur didalam Undang-
pelaksanaan Jaminan sosial tenaga kerja ini dari yang semula sanksi pidana
menjadi sanksi administrasi dan perdata, dan kembali memposisikan tenaga kerja
keposisi yang lemah, karena pelaksanaan sanksi administrasi dan perdata tersebut
memerlukan jalan yang panjang dan tidak menimbulkan efek jera bagi si pemberi
bagi tenaga kerja terhadap risiko sosial-ekonomi yang menimpa tenaga kerja
dalam melakukan pekerjaan baik berupa kecelakaan kerja, sakit, hari tua, maupun
Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional maka PT.
Jamsostek (Persero) adalah salah satu badan penyelenggara Jaminan Sosial yang
95
Jaminan Sosial.101 Mewujudkan harapan Negara Indonesia sebagaimana maka
Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, maka harus Badan
pemberian jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap
Penyelenggara Jaminan Sosial ini terdiri dari dua yaitu: Badan Penyelenggara
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) telah terbit pada tahun 2004.
Adalah harapan kita, setelah itu kita bisa mewujudkan apa yang terkandung
101
Pasal 5 ayat (3) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional.
96
didalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
yang layak, sejak lahir hingga meninggal dunia. Hal ini juga untuk mewujudkan
sosial. Suatu hal yang bahkan perlu dipertimbangkan langkah percepatan untuk
dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal bagi tenaga kerja beserta
bekerja.
Nasional memuat sejumlah hak dan kewajiban peserta, kewajiban pemberi kerja,
dan badan penyelenggara, serta fungsi, tugas dan wewenang Dewan Jaminan
Sosial Nasional dan kewajiban dan kewenangan Pemerintah. Selain itu UU SJSN
97
juga mengatur hal yang tidak diperkenankan untuk dilakukan, yaitu subsidi silang
antar program dengan membayarkan manfaat suatu program dari dana program
lain.
Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, namun
Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional tidak
Dalam hal hak dan kewajiban peserta dan BPJS tidak dipenuhi, maka para
2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional dituding sebagai penyebab tidak
Jaminan Sosial Nasional. Tudingan seperti itu tidak seluruhnya benar. Sebab tidak
98
efektifnya pelaksanaan suatu Undang-Undang ditentukan oleh banyak faktor,
penganut yang setia, tetapi juga banyak penentangnya. Sekarang ini semua
ilmuwan sejarah sudah menyetujui tanggapan Marx, bahwa pada abad ke-19
melindungi hak-hak orang yang lemah. Selama hidup Marx, dalam Negara-negara
industry posisi para pemilik masih diperkuat, sebagai reaksi terhadap ide-ide
Marx yang mulai disebarkan di antara para buruh. Dalam situasi ini, visi Marx
situasi yang sebenarnya, bahwa mereka menjadi korban sistem sosial yang tidak
adil. Hal ini penting terang-terangan bahwa terdapat perbedaan besar antara
hukum dan tata hukum. Tata hukum tidak selalu merupakan hukum yang sejati.
Hukum yang sejati adalah hukum yang diciptakan orang karena dianggap sesuai
dengan rasa keadilan yang hidup dalam hati manusia. Oleh karena itu, hukum ada
pada dua tingkat, tingkat ideal dan tingkat aktual. Hukum aktual menjauhkan diri
Filsafat Marx mempunyai kemampuan itu, karena filsafat Marx bukan teori
abstrak, melainkan pedoman praktik hidup. Filsafat ini menunjukkan jalan keluar
102
Efran Helmi Juni, op.cit, hal 207
99
dari penderitaan. Oleh karena itu, Marx harus dihormati sebagai salah seorang
ajaran keselamatan, yang pertama mengenai hati orang – orang yang tertindas di
dunia ini. Semangat ini melebihi nilai ilmu filsafatnya, menerangkan besarnya
filosofis yang kemudian menjadi salah satu kajian khusus, yakni filsafat hukum,
hukum dapat diketahui secara mendalam dan radikal. Hukum tidak hanya
jelmaan firman Tuhan. Oleh karena itu, hukum berasal dari titah Tuhan
103
Ibid, hal 201.
104
H. Boedi Abdullah, Filsafat Hukum, Pustaka Setia Bandung, Bandung, 2012,hlm 5.
100
3. Pendekatan aksiologis, yaitu memahami hukum dari segi manfaatnya, baik
dapat dijadikan alat atau media untuk mencapai manfaat duniawi dan
oleh hukum berupa tujuan hukum yang berusaha memelihara agama, akal,
keberadaan hukum, tidak akan terwujud tatanan masyarakat yang tertib dan
memisahkan kebiasaan dalam arti yang umum dari kebiasaan hukum. Didalam
arti yang umum kebiasaan tersebut tidak lain adalah suatu perbuatan maupun
penahanan diri berbuat secara teratur oleh individu atau sekelompok manusia.
Pada bentuk-bentuk pergaulan hidup manusia paling primitive dan sacral. Agar
kita dapat berbicara tentang suatu kebiasaan hukum, maka harus dipenuhi
sejumlah persyaratan:107
105
Janedri M Gaffar, Penegakan Hukum dan Keadilan, http ://www.ahmadheryawan.com
sebagimana dikutip didalam bukunya Mahrus Ali (Editor), Membumikan Hukum Progresif,
Aswaja Pressindo, Yogyakarta, 2013, hal.1.
106
Satjipto Rahardjo, Hukum Progresif, Genta Publishing, Yogyakarta, 2009, hal. 2.
107
Emeritus John Gilisen, Emeritus Frits Gorle, Sejarah Hukum, PT.Refika Aditama,
Bandung,2005, hlm 24.
101
1. Hal tersebut tidak boleh merupakan kebiasaan individual, melainkan suatu
boleh terbatas pada satu orang anggota masyarakat, tetapi hal itu harsu
sedenter yang memiliki tempat yang pasti, tidak akan terbentuk kebiasaan-
hubungan-hubungan kekeluargaan.
gerak, betapapun sedikit sekali jumlahnya. Jika ruang gerak seperti itu
tidak tersedia, maka suatu tindakan komisi atau omisi, baik yang tidak
dapat dihindari maupun yang tidak dimungkinkan. Tidak ada gunanya hal-
102
baginya untuk dapat membentuk suatu kebiasaan hukum. Suatu peristiwa
norma hukum yang mengandung suatu perintah atau larangan, sebab hal
berkenaan dengan jenis atau sifat makanan dan minuman tersebut maupun
maupun poligami. Kekuasaan orang tua dapat dijalankan oleh ayah atau
Sudah barang tentu kesadaran disini telah memainkan peranan, sebab hal
merasakan atau tidak merasakan kebiasaan tersebut sebagai sesuatu yang wajar,
maka tak terelakan lagi bahwa pada hakikatnya dijumpai disini suatu
hukum”, “adil”, “patut” dan sebagainya, oleh karena pertimbangan nilai ini pada
103
awalnya telah membatasi diri pada apa yang oleh kelompok yang bersangkutan
dalam satu atau lain peristiwa dialami sebagai suatu keharusan. Tanpa tolok-ukur
pun demikian mau tak mau disitu sesungguhnya terletak fondasi konstruksi
belum cukup untuk menjadikan suatu kebiasaan itu sebuah kebiasaan hukum
social dan sebagainya, juga memiliki cirri-ciri khas yang sama. Memang benar
telah dipisahkan satu dengan yang lain, pada pergaulan-pergaulan hidup primitif
hal tersebut banyak kali dan banyak sekali ditemukan bahwa satu dengan yang
lain tidak disepakati oleh batas-batas yang tajam. Agar suatu kebiasaan menjelma
Memang tak dapat disangkal bahwa dewasa ini penguasa umum dimana-
mana didunia ini muncul kepermukaan dalam bentuk Negara. Namun etnologi
dan sejarah menunjukkan bahwa perpaduan ini tidak selalu dan dimana-mana
demikian halnya bahwa ada norma-norma yang dapat dianggap sebagai norma-
norma hukum. Pandangan kaum marxis tentang hukum dan Negara, yag
berdasarkan ajaran tersebut pada hakikatnya tidak lain dari kehendak golongan
kelas yang berkuasa, yang dengan perantaraan Negara diletakkan keatas bahu
104
dengan apa yang dikemukakan oleh etnologi dan sejarah, melaikan disamping itu
hukum, yang membawa serta nasib buruk ialah bahwa Negara tidak dapat diikat
oleh hukum.108
dengan kognisi tentang norma (sebuah fungsi yang berbeda dari membuat dan
menerapkan hukum tersebut), hukum dipisahkan dari alam, ilmu hukum sebagai
ilmu norma kognitif dipisahkan dari semua ilmu kognitif yang berusaha
dikhususnya pada bidang hukum dijustifikasi dan apa saja yang terkandung di
dalam perspektif semacam itu. Dalam beberapa hukum dan sosiologi sebagai
ruang lingkup namun sama sekali berbeda dalam tujuan dan metodenya. Hukum
sebagai sebuah disiplin ilmu memfokuskan pada studi ilmiah terhadap fenomena
hukum pada intinya adalah orang yang mengurusi, yang dipercaya menguasai
seluk beluk legislasi yang mengatur hubungan social. Sedangkan sosiolog tetap
hanya merupakan pengamat yang relative tidak terikat. Meskipun stereotip ini
108
Emeritus John Gilisen, Emeritus Frits Gorle, Op.cit, hal. 26.
109
Hans Kelsen, Pengantar Teori Hukum,PenerbitNusa Media, Bandung, 2015, hal. 45.
105
sejumlah perbedaan dalam pandangan yang muncul ketika status-status disipiner
terkait dari ilmu hukum dan sosiologi ditegaskan oleh kedua bidang ini sendiri.110
kebijakan yang sama. Lebih jauh lagi kedua disiplin tersebut biasanya berusaha
memandang fenomena ini sebagai bagian dati, atau berpotensi untuk merupakan
bagian dari, sebuah struktur sosial yang terintegrasi. Sehingga, meskipun terdapat
banyak perbedaan radikal antara keduanya dalam metode dan pandangan, tetapi
hukum dan sosiologi sama-sama memiliki pokok permasalahan dasar yang sama.
Hukum adalah hasil karya praktis dari kontrol sitematik terhadap hubungan-
hubungan dan institusi-institusi sosial. Sosiologi adalah suatu bidang ilmiah yang
mempelajari mekanisme social yang muncul di luar institusi hukum. Konflik dan
buku, sama seperti didalam studi tentang ketegangan rasial, hubungan industrial,
110
Roger Cptterrel, Sosiologi Hukum, Penerbit Nusa Media, Bandung, 2012,hal. 6.
106
dan hubungan internasional. Baik hukum maupun sosiologi berkaitan dengan
hakikat otoritas yang sah dan mekanisme kontrol hubungan sosial, dasar sosial
atau faktual dari hukum, jadi lebih mengarah kepada kenyataan kemasyarakatan.
kenyataan dalam masyarakat, dan baru pada tingkat kedua kaidah-kaidah hukum,
bahan-bahannya dari sudut suatu perspektif eksternal, artinya dari suatu titik
baginya suatu perspektif eksternal tidak dapat diterima sehubungan dengan aspek
didalamnya, maka ia harus menjadi bagian dari masyarakat itu dan mengenal baik
harus bekerja dari sudut perspektif internal yakni perspektif pastisipan yang ikut
bicara.113
dari masyarakat tersebut. Pada hakikatnya masyarakat dapat ditelaah dari dua
sudut, yakni sudut structural dan sudut dinamikanya. Segi Struktural masyarakat
sebagai pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama. Dengan
kata lain perkataan-perkataan proses social adalah cara berhubungan yang dapat
dan menentukan system serta bentuk-bentuk hubungan tersebut, atau apa yang
113
Ibid, hal. 166.
108
cara hidup yang telah ada (Gillin and Gillin 1954:487, 488). Yang terutama akan
disoroti adalah interaksi sosial yang merupakan dasar dari proses social. Interaksi
yang tidak menarik dalam arti yang kurang menyolok atau perubahan-perubahan
didalam masyarakat memang telah ada sejak zaman dahulu, namun dewasa ini
Perubahan-perubahan tersebut memang terikat oleh waktu dan tempat, akan tetapi
karena sifatnya yang berantai, maka keadaan tersebut berlangsung terus, walaupun
114
Soerjono Soekanto, SH, M.A, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, PT Rajagrafindo Persada,
Jakarta, 2016, hal. 65-66.
109
mengadakan reorganisasi unsur-unsur structural dari masyarakay yang terkena
Kita hidup di dunia yang berlari tunggang-langgang. Dunia yang tak hanya
menyajikan satu, tapi beragam peristiwa. Dunia yang tak hanya mengajak, tapi
juga memaksa lari bersama “kemajuan-kemanuan”nya. Jarak jadi begitu dekat dan
waktu jadi begitu rampat. Dunia berubah, tak hanya dalam gerak laju yang
tercerna, tapi juga yang tunggang langgang. Cara mengamati dunia, ilmu
pengetahuan, ikut berubah dan berlari. Kita tak lagi merasa pas menggunakan
perbendaharaan dan norma yang selama ini secara deduktif kita pakai menilai
(memaknai) perubahan. Diperlukan sesuatu yang baru, paling tidak tafsir baru
untuk menjelaskan apa yang kita tangkap. Sosio-legal yang secara klasik kita
jumpai dalam sosiologi hukum, antropologi hukum dan ilmu sosiologis atau
antropologis, saat ini tak lagi merupakan pertemuan sederhana antara ilmu
gender, dan kajian terhadap budaya (cultural studies). Sosio-legal menjadi kajian
hukum yang serba meliputi. Ia bak pertemuan dan persilangan (le Carrefour)
115
Ibid, hal. 66.
116
Antonius Cahyadi dan Donny Danardono (ed.), Sosiologi Hukum Dalam Perubahan, Yayasan
Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal.12.
110
C. Hak-hak Keperdataan Tenaga Kerja Menurut KUHPerdata
kepentingan privat.117 Carol Harlow dalam artikelnya yang berjudul Public and
mengenai publik dan privat berawal dari tradisi Perancis, terutama para pengacara
yang otonom, dimana aturan yang demikian normalnya terpisah dari yurdiksi
tidak hanya sebagai motif sebuah latar belakang tapi sangat sering sebagai unsur
117
Susilo Andi Darma, Kedudukan Hubungan Kerja : Berdasarkan Sudut Pandang Ilmu Kaidah
Hukum Ketenagakerjaan dan Sifat Hukum Publik dan Privat, Mimbar Hukum Volume 29, Nomor
2, Juni 2017. hal. 223.
118
Ibid. hal.224.
119
Ibid. hal.224
111
Asri Wijayanti berpendapat bahwa hukum ketenagakerjaan dapat bersifat
privat dan dapat pula bersifat publik.120 Bersifat privat karena mengatur hubungan
Hubungan antara hukum publik terhadap hukum privat adalah hubungan antara
merupakan perkecualian atas hukum privat apabila itu diperlukan oleh pemerintah
hukum yang bersifat publik. Campur tangan Negara tidak dapat dihindarkan
Hukum Perdata sedang mencari bentuk baru melalui campur tangan Negara.
kepentingan yang lemah. Hal tersebut juga berpengaruh terhadap kaidah hukum
yaitu kekuasaan masyarakat atau Negara. Orang tunduk kepada hukum karena ada
120
Asri Wijayanti, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, Sinar Grafika, Jakarta, 2014.hal. 12.
121
Ibid.
112
FX. Djumiadji menyatakan bahwa pemberi kerja dan pekerja mempunyai
suatu hubungan keperdataan yang artinya bahwa para pihak sama-sama memiliki
kedudukan perdata.122 Selain itu, para pihak juga terikat oleh suatu hukum otonom
lanjut, di luar hukum otonom ada hukum heteronom yang mengatur hubungan
mengandung hal-hal yang bersifat Privat. Bersifat Publik hal ini dikarenakan oleh
Indonesia di Luar Negeri. Dari sisi Ilmu Kaidah Hukum hal yang demikian
merupakan Kaidah Heteronom. Hal-hal yang bersifat privat misalnya aturan yang
kesempatan kepada para pihak untuk mengatur tersendiri atau menentukan sendiri
ketentuan yang ingin diatur. Sebagai contoh Pasal 116 ayat (2) Undang-undang
122
FX. Djumialdji, Perjanjian Kerja, Sinar Grafika, Jakarta, 2005.hal. 911.
113
Ketenagakerjaan, menyatakan bahwa “Penyusunan Perjanjian Kerja Bersama
Ketentuan lebih lanjut mengenai PKB diatur di dalam Peraturan Menteri Nomor
Peraturan Menteri tersebut memang mengatur tentang isi dari Perjanjian Kerja
ketentuan dari Perjanjian Kerja Bersama dibuat oleh para pihak harus melalui
musyawarah/perundingan dan isi ketentuannya dapat lebih dari apa yang telah
merupakan ketentuan yang bersifat Privat. Apabila dari Ilmu Kaidah Hukumnya,
dasar pekerja dan menjamin kesamaan serta perlakuan tanpa diskriminasi atas
Perundang-undangan di Indonesia,
114
yaitu antara lain:
1984 (CEDAW);
“Perjanjian kerja adalah suatu perjanjian dimana pihak yang satu si buruh,
mengikatkan dirinya untuk dibawah perintahnya pihak yang lain, si majikan untuk
suatu waktu tertentu, melakukan pekerjaan dengan menerima upah”. Dalam hal
ini kedudukan antara para pihak yang mengadakan perjanjian adalah sama dan
seimbang. Hal ini akan berlainan jika pengertian perjanjian tersebut dibandingkan
perjanjian tidak dalam kedudukan yang sama dan seimbang, karena para pihak
yang satu yaitu pekerja mengikatkan diri dan bekerja dibawah perintah orang
lain,yaitu pengusaha.
berbentuk lisan maupun tertulis dengan jangka waktu tertentu atau dengan jangka
waktu yang tidak tertentu. Masing-masing pihak harus tunduk pada perjanjian
kerja yang telah dibuat. Sebagai bagian dari perjanjian pada umumnya, maka
perjanjian kerja harus memenuhi syarat sahnya perjanjian sebagai mana diatur
dalam Pasal 1320 KUH Perdata, yang pada unsur pertama harus ada kesepakatan
115
antara pekerja dengan perusahaan, melanggar unsur ini maka perjanjian yang telah
dibuat dapat di ancam batal yaitu dapat di mintakan pembatalan. Upaya yang
Sedangkan dengan upaya yang bersifat pro aktif diharapkan dapat untuk
dengan upaya-upaya yang bersifat represif dapat membuat para pengusaha dan
Hukum mengenai kewajiban apa saja yang harus dipenuhi oleh pemberi
kerja juga diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer), yaitu:
Perdata).
d. Menaati peraturan tata tertib dan tata cara yang berlaku dirumah/tempat
KUHPerdata).
116
Adapun terhadap jaminan kecelakaan kerja didalam Undang-undang
Nomor 24 tahun 2011 tentang BPJS menjadi hak keperdataan, yang mana hal ini
tenaga kerja, karena mekanisme untuk mendapatkan hak perdata melalui sistem
peradilan memerlukan waktu yang cukup panjang dan proses yang juga sangat
melelahkan bagi tenaga kerja, tidak saja melelahkan secara fisik, tapi juga pikiran.
Mekanis yang akan dilalui oleh tenaga kerja harus mengikuti ketentuan pada
KUHPerdata yang mana memerlukan biaya yang tidak sedikit, sehingga tenaga
kerja hanya bisa pasrah, apalagi menghadapi adanya itikad tidak baik bagi
sipemberi kerja dalam hal memenuhi hak perdata tenaga kerja yang timbul akibat
117
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
tetapi tidak diatur secara terperinci, karena pada saat Undang-Undang ini
tenaga kerja ini dari yang semula sanksi pidana menjadi sanksi
memerlukan jalan yang panjang dan tidak menimbulkan efek jera bagi si
pemberi kerja dalam hal ini Perusahaan atau majikan yang tidak
118
melaksanakannya, sehingga tidak memberikan kepastian hukum bagi
ini mengatur tentang hak dan kewajiban yang terbit dari perjanjian,
menerbitkan hak dan kewajiban perseorangan. Hal ini lebih terinci diatur
B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan berkaitan dengan hasil penelitian dan
119
2. Sebaiknya dibuatkan kembali undang-undang yang khusus mengatur
kecelakaan kerja dan bisa memberikan efek jera bagi pemberi kerja yang
keringanan dan kemudahan bagi tenaga kerja maupun ahli warisnya untuk
120
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-buku
Emeritus John Gilisen, Emeritus Frits Gorle, Sejarah Hukum, PT.Refika Aditama,
Bandung,2005.
Hans Kelsen, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara, Nusamedia, Bandung:
2006.
Ni’matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2007.
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2009.
Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian
Tesis dan Desertasi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Thamrin S, Perlindungan Hukum Tenaga Kerja Indonesia, Alaf Riau, Pekanbaru 2017.
B. Jurnal
123
Helena Poerwanto dan Syaifullah, Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan dan
Keselamatan Kerja, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta,
2005.
C. Peraturan Perundang-Undangan
Undang- Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
124
D. Internet
http://carapedia.com/pengertian_defenisi_tenaga_kerja_info2158.html diakses
tanggal 06 Oktober 2018.
125
126