3. Kewajiban Menuntut Ilmu Dan Megamalkan
3. Kewajiban Menuntut Ilmu Dan Megamalkan
Artinya: Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).
Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk
memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan
kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat
menjaga dirinya (QS 9:122)
Ketika kondisi berperang, tidak selayaknya semua orang mukmin pergi untuk
berperang dan meninggalkan Madinah dalam keadaan kosong, namun pergi dalam
kelompok-kelompok dari masing-masing kafilah. Dan sisa kelompok lainnya tinggal
di Madinah untuk belajar agama dan ilmu syariat, serta mengingatkan kaumnya
ketika mereka kembali kepadanya agar diajari ilmu yang sudah mereka pelajari
berupa hukum halal haram supaya mereka mewaspadai hukuman Alloh dengan
mengerjakan perintahNya dan menjauhi laranganNya (Li Yaddabbaru Ayatih /
Markaz Tadabbur).
Berikut adalah hadits yang menunjukkan kewajiban bagi umat islam untuk
menuntut ilmu :
Hadits pertama
Artinya: ”Mencari ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki maupun
muslim perempuan”. (HR. Ibnu Abdil Barr)
Menuntut ilmu itu wajib bagi Muslim maupun Muslimah, karena ilmu adalah
kunci dari segala kebaikan. Ilmu merupakan sarana untuk menunaikan apa yang
Alloh wajibkan pada manusia. Dengan ilmu kita beribadah kepada Alloh, dengan
ilmu kita tunaikan hak Alloh, dan dengan ilmu pula kita tegakkan agama Alloh.
Kebutuhan ilmu lebih besar dibandingkan kebutuhan makanan dan minuman, karena
kelestarian urusan agama dan dunia bergantung pada ilmu.
Hadits kedua
َو َم ْن َا َر اَد ُه َم ا َف َع َل ْي ِه اْل ِع ْل ِم ْي, َو َم ْن َا َر اَد اَاْل ِخ َر َة َف َع َل ْي ِه اْل ِع ْل, َم ْن َا َر اَد الُّد ْن َي ا َف َع َل ْي ِه اْل ِع ْل
ِب ِب ِم ِب ِم
Artinya: (Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang
beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab)
akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: “Adakah sama orang-orang
yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang
yang berakAlloh yang dapat menerima pelajaran(QS 39:9)
Ayat ini membandingkan antara orang yang taat kepada Alloh (yaitu orang yang
mengenal Alloh, mengenal syariat-Nya dan mengenal pembalasan- Nya serta mengenal
rahasia dan hikmah-hikmahnya) dengan orang-orang yang berpaling dari Alloh dan
mengikuti hawa nafsunya, membandingkan antara orang yang berilmu dengan orang
yang tidak berilmu, hal ini jelas tidak sama, sebagaimana tidak samanya antara siang dan
malam, antara terang dan gelap, dan antara air dan api. Mereka memiliki akal yang
membimbing mereka untuk melihat akibat dari sesuatu, berbeda dengan orang yang tidak
punya akal, maka ia menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Sehingga mereka
mengutamakan yang kekal daripada yang sebentar, mengutamakan yang tinggi daripada
yang rendah, mengutamakan ilmu daripada kebodohan dan mengutamakan ketaatan
daripada kemaksiatan (An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-
Syawi)
Berikut hadits-hadits tentang keutamaan orang yang menuntut ilmu
a. Ilmu menyebabkan dimudahkannya jalan menuju surga
Rasululloh bersabda:
Artinya: “Barang siapa menelusuri jalan untuk mencari ilmu padanya, Alloh akan
memudahkan baginya jalan menuju surga.”(HR Muslim)
b. Ilmu bermanfaat bagi pemiliknya walaupun dia telah meninggal
Rasululloh bersabda :
Artinya: “Jika seorang manusia meninggal, terputuslah amalnya, kecuali dari tiga hal:
sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang berdoa untuknya” (HR.
Muslim).
c. Orang berilmu dipahamkan agama dan dikehendaki kebaikan
Rasululloh SAW bersabda :
Artinya: “Barangsiapa yang Alloh kehendaki mendapatkan seluruh kebaikan, maka
Alloh akan memahamkan dia tentang agama.” (HR. Bukhari no. 71 dan Muslim No.
1037).
Artinya : ”Barang siapa yang keluar untuk mencari ilmu maka ia berada di jalan
Alloh hingga ia pulang”. (HR. Turmudzi)
َو ُنَقِّدُس َلَك ۗ َقاَل ِاِّنْٓي َاْعَلُم َم ا اَل َتْع َلُم ْو َن
Artinya: “Para ulama adalah pewaris para nabi. Sesungguhnya para nabi tidak
mewariskan dinar ataupun dirham, tetapi mewariskan ilmu. Maka dari itu, barang
siapa mengambilnya, ia telah mengambil bagian yang cukup.” (HR. Abu Dawud, at-
Tirmidzi, dan Ibnu Majah)
4. Para ulama itu adalah orang-orang pilihan Alloh SWT
Sebagaimana firmannya :
َظ َن ۚا َف َط َّل ُث َا ْث ْل
ۚ َّم ْو َر َن ا ا ِك ٰت َب ا ِذ ْي َن اْص َف ْي َن ا ِم ْن ِع َب اِد ِم ْن ُه ْم اِل ٌم ِّل َن ْف ِس ٖه ۚ َو ِم ْن ُه ْم ُّم ْق َت ِص ٌد
َو ْن ُه ْم َس ٌۢق ْل َخ ْي ٰر ْذ ّٰل ٰذ َك ُه َو ْل َف ْض ُل ْلَك ْي ُۗر
ا ِب ا اِب ِب ا ِت ِب ِا ِن ال ِه ۗ ِل ِم
Artinya: “Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di
antara hamba-hamba kami.”( QS 35:32)
Sumber Refrensi : MODUL KULIAH AIK 4 (Keilmuan Hukum) PPAIK (Pusat Pengkajian Al-
Islam KeMuhammadiyahan) Universitas Muhammadiyah Surabaya Cetakan ke-1, September
2020, hlm 35 -46