Anda di halaman 1dari 6

Nama : Misbahud Daroyni Semester : IV (Empat)

NIM : 19.11.0101.0022 Mata kuliah : AIK IV


Prodi : PAI A Dosen Pembimbing : Fatahuddin, T, S.Ag, M.Pd.I

Kewajiban Menuntut Ilmu dan Megamalkan

A. Perintah Menuntut Ilmu


1. Sumber Kewajiban Menuntut Ilmu
Al-Qur’an memang tidak secara tersurat mewajibkan umat islam untuk menuntut
ilmu, mengembangkan dan mengamalkannya. Akan tetapi secara tersirat beberapa
ayat dalam al-Qur’an menunjukkan akan kewajaban menuntut ilmu.
Berikut ayat-ayat al-Qur’an yang menunjukkan kewajiban bagi umat islam untuk
menuntut ilmu :
Surah at Taubah: 122
‫َط ٌة‬ ‫َق‬ ‫ُك‬ ‫َو َم َك َن ُمْلْؤ ُن َن َي ْن ُر َك َّف ًة َف َل‬
‫ْو ال َنَف َر ِم ْن ِّل ِف ْر ٍة ِم ْن ُه ْم اِئ َف ِل َي َت َف َّق ُه وا ِف ي الِّد ِني‬ ‫ا ا ا ِم و ِل ِف وا ا‬

‫َو ُي ْن ُر وا َق ْو َم ُه ْم َذ ا َر َج ُع وا َل ْي ْم َل َع َّل ُه ْم َيْح َذ ُر وَن‬


‫ِإ ِه‬ ‫ِإ‬ ‫ِل ِذ‬

Artinya: Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).
Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk
memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan
kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat
menjaga dirinya (QS 9:122)
Ketika kondisi berperang, tidak selayaknya semua orang mukmin pergi untuk
berperang dan meninggalkan Madinah dalam keadaan kosong, namun pergi dalam
kelompok-kelompok dari masing-masing kafilah. Dan sisa kelompok lainnya tinggal
di Madinah untuk belajar agama dan ilmu syariat, serta mengingatkan kaumnya
ketika mereka kembali kepadanya agar diajari ilmu yang sudah mereka pelajari
berupa hukum halal haram supaya mereka mewaspadai hukuman Alloh dengan
mengerjakan perintahNya dan menjauhi laranganNya (Li Yaddabbaru Ayatih /
Markaz Tadabbur).
Berikut adalah hadits yang menunjukkan kewajiban bagi umat islam untuk
menuntut ilmu :
Hadits pertama

Artinya: ”Mencari ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki maupun
muslim perempuan”. (HR. Ibnu Abdil Barr)
Menuntut ilmu itu wajib bagi Muslim maupun Muslimah, karena ilmu adalah
kunci dari segala kebaikan. Ilmu merupakan sarana untuk menunaikan apa yang
Alloh wajibkan pada manusia. Dengan ilmu kita beribadah kepada Alloh, dengan
ilmu kita tunaikan hak Alloh, dan dengan ilmu pula kita tegakkan agama Alloh.
Kebutuhan ilmu lebih besar dibandingkan kebutuhan makanan dan minuman, karena
kelestarian urusan agama dan dunia bergantung pada ilmu.
Hadits kedua

‫ َو َم ْن َا َر اَد ُه َم ا َف َع َل ْي ِه اْل ِع ْل ِم ْي‬, ‫ َو َم ْن َا َر اَد اَاْل ِخ َر َة َف َع َل ْي ِه اْل ِع ْل‬, ‫َم ْن َا َر اَد الُّد ْن َي ا َف َع َل ْي ِه اْل ِع ْل‬
‫ِب‬ ‫ِب ِم‬ ‫ِب ِم‬

Artinya: “Barang siapa yang ingin mendapatkan kebahagiaan di dunia, wajiblah ia


memiliki ilmunya; dan barang siapa yang ingin kebahagiaan di akhirat, wajiblah ia
mengetahui ilmunya pula; dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya,
wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menunjukkan pentingnya ilmu pengetahuan, baik ilmu dunia maupun
ilmu akhirat, sehingga bisa mencapai kebahagiaan dunia akhirat.

B. Keutamaan Orang Menuntut Ilmu


Ilmu adalah merupakan suatu fadilah dan kemuliaan yang diberikan Alloh SWT
kepada siapa saja yang Dia dikehendaki. Orang yang telah diberikan ilmu oleh Alloh
sesungguhnya adalah telah mendapatkan suatu anugrah yang besar dari ilimunya itu.
Karena dengan ilmunya, dia dapat mengetahui dan memahami makna dari hidup ini
secara benar dan hakiki. Sehingga menuntut ilmu adalah suatu keniscayaan bagi manusia.
Terdapat banyak dalil baik bersumber dari al-Qur’an maupun As sunnah Rasululloh
SAW terkait keutamaan orang yang menuntut ilmu dan orang yang berilmu.
Berikut adalah ayat al-Qur’an menunjukkan keutamaan bagi orang yang menuntut
ilmu :

‫َا َّم ْن ُه َو َق ا ٌت ٰا َن ۤا َء اَّل ْي َس ا ًد ا َّو َق ۤا ًم ا َّي ْح َذ ُر اٰاْل َر َة َو َي ْر ُج ْو ا َر ْح َم َة َر ٖۗه ُق ْل َه ْل َي ْس َت ى اَّل ْي َن‬


‫ِو ِذ‬ ‫ِّب‬ ‫ِخ‬ ‫ِٕى‬ ‫ِل ِج‬ ‫ِن‬
‫َذ َّك ُا ُل َاْل ْل‬ ‫َّل اَل َل‬ ‫َل‬
ࣖ ‫َي ْع ُم ْو َن َو ا ِذ ْي َن َي ْع ُم ْو َن ۗ ِا َّن َم ا َي َت ُر و وا ا َب اِب‬

Artinya: (Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang
beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab)
akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: “Adakah sama orang-orang
yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang
yang berakAlloh yang dapat menerima pelajaran(QS 39:9)
Ayat ini membandingkan antara orang yang taat kepada Alloh (yaitu orang yang
mengenal Alloh, mengenal syariat-Nya dan mengenal pembalasan- Nya serta mengenal
rahasia dan hikmah-hikmahnya) dengan orang-orang yang berpaling dari Alloh dan
mengikuti hawa nafsunya, membandingkan antara orang yang berilmu dengan orang
yang tidak berilmu, hal ini jelas tidak sama, sebagaimana tidak samanya antara siang dan
malam, antara terang dan gelap, dan antara air dan api. Mereka memiliki akal yang
membimbing mereka untuk melihat akibat dari sesuatu, berbeda dengan orang yang tidak
punya akal, maka ia menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Sehingga mereka
mengutamakan yang kekal daripada yang sebentar, mengutamakan yang tinggi daripada
yang rendah, mengutamakan ilmu daripada kebodohan dan mengutamakan ketaatan
daripada kemaksiatan (An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-
Syawi)
Berikut hadits-hadits tentang keutamaan orang yang menuntut ilmu
a. Ilmu menyebabkan dimudahkannya jalan menuju surga
Rasululloh bersabda:
Artinya: “Barang siapa menelusuri jalan untuk mencari ilmu padanya, Alloh akan
memudahkan baginya jalan menuju surga.”(HR Muslim)
b. Ilmu bermanfaat bagi pemiliknya walaupun dia telah meninggal
Rasululloh bersabda :
Artinya: “Jika seorang manusia meninggal, terputuslah amalnya, kecuali dari tiga hal:
sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang berdoa untuknya” (HR.
Muslim).
c. Orang berilmu dipahamkan agama dan dikehendaki kebaikan
Rasululloh SAW bersabda :
Artinya: “Barangsiapa yang Alloh kehendaki mendapatkan seluruh kebaikan, maka
Alloh akan memahamkan dia tentang agama.” (HR. Bukhari no. 71 dan Muslim No.
1037).
Artinya : ”Barang siapa yang keluar untuk mencari ilmu maka ia berada di jalan
Alloh hingga ia pulang”. (HR. Turmudzi)

C. Kedudukan Ulama dalam Islam


H.A.R Gibb & J.H Kramers dalam Shorter Encyclopedia of Islam yang dikutip
Dr. Rifyal Ka’bah menyatakan bahwa pemakaian kata Ulama yang populer adalah bentuk
jamak dari ‘alim, artinya yang memiliki pengetahuan, orang alim dan seterusnya
disampaikan dalam krisis ulama sebagai pewaris para nabi, 1988).
Sedangkan Ketua Ikatan Dai (Ikadi), Prof. Dr. Achmad Satori Ismail, mengatakan
ulama adalah orang yang memiliki ilmu sehingga membawa dirinya memiliki sifat
khasyyah (takut) hanya kepada Allah. Alloh telah mengangkat dan menempatkan ulama
yaitu orang-orang yang berilmu berada pada tempat dan kadudukan yang tinggi dan
memiliki nilai yang berharga, sebagaimana Alloh berfirman dalam beberapa ayat
berikut :
‫ٰۤل‬
‫َو ِاْذ َقاَل َر ُّبَك ِلْلَم ِٕىَك ِة ِاِّنْي َج اِع ٌل ِفى اَاْلْر ِض َخ ِلْيَفًةۗ َقاُلْٓو ا َاَتْج َع ُل ِفْيَها َم ْن ُّيْفِس ُد ِفْيَها َو َيْس ِفُك الِّد َم ۤا َۚء َو َنْح ُن ُنَس ِّبُح ِبَحْمِد َك‬

‫َو ُنَقِّدُس َلَك ۗ َقاَل ِاِّنْٓي َاْعَلُم َم ا اَل َتْع َلُم ْو َن‬

Artinya: Dan (Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:


“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka
berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan
membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman:
“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui” (QS 2:30)
‫ٰۤل‬
‫َو َع َّلَم ٰا َد َم اَاْلْس َم ۤا َء ُك َّلَها ُثَّم َع َر َض ُهْم َع َلى اْلَم ِٕىَك ِة َفَقاَل َاْۢن ِبُٔـْو ِنْي ِبَاْس َم ۤا ِء ٰٓهُؤ ۤاَل ِء ِاْن ُكْنُتْم ٰص ِدِقْيَن‬

Artinya: Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda- benda)


seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman:
“Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang
yang benar (QS 2:31)
Ayat-ayat diatas menunjukkan bahwa Alloh menjadikan manusia sebagai
Kholifah (pelaksana syariat-syariat Alloh) di muka bumi, dan Alloh memberikan
kelebihan-kelebihan kepada manusia sehingga kelebihannya bisa melebihi para malaikat,
karena Alloh memberikan ilmu kepada manusia.
1. Ulama adalah orang yang paling takut kepada Alloh
Sesungguhnya orang yang paling takut kepada Alloh adalah para ulama yaitu
orang-orang yang berilmu. Karena dengan semakin mengenal Alloh yang Maha
Agung, Maha Besar dan Maha Mengetahui segala sesuatu, maka dia akan lebih
memiliki rasa takut dan akan terus bertambah rasa takutnya.
2. Ulama adalah sebaik-baik makhluk
Orang-orang yang menguasai ilmu secara mumpuni tentang hukum-hukum Alloh,
baik dari kalangan yahudi dan kaum Mukminin yang beriman kepada Alloh dan
rasulNya, mereka mengimani wahyu yang diturunkan Alloh Nabi Muhammad SAW,
yaitu al-qur’an dan kitab-kitab yang diturunkannya kepada rasul-rasul sebelumnya
seperti taurat dan injil,dan mereka mendirikan shalat pada waktu-waktunya dan
mengeluarkan zakat dari harta mereka, dan mereka beriman kepada Alloh dan hari
kebangkitan dan pembalasan. Mereka itu orang-orang yang akan Alloh berikan
kepada mereka pahala yang bersar, yaitu surga
3. Ulama adalah perwaris para nabi
Nabi diutus oleh Alloh tidaklah mewariskan dan meninggalkan harta untuk
dijadikan sebagai bekal bagi manusia untuk kehidupannya, melainkan mewariskan
ilmu yang dapat menyelamatkan manusia dari kegelapan, menerangi tujuan hidup
dengan mengenal Alloh serta menjalankan ibadah kepadanya dan menjauhi
larangannya, itu semua diwarisi oleh para ulama
‫ُث ْل ْل‬ ‫َل‬ ‫اَل‬ ‫ُث‬ ‫َاْل ْن َل‬ ‫َثُة َاْل ْن‬ ‫ْل ُل‬
, ‫ َو ِك ْن َو َّر ْو ا ا ِع َم‬,‫ا ُع َم اُء َو َر ا ِب َي اِء َو ِا َّن ا ِب َي اَء ْم ُيْو ِر ْو ا ِد ْي َن اًر ا َو ِد ْر َه اًم ا‬
‫ا‬ ‫َف َم ْن َا َخ َذ ُه َا َخ َذ َح َو‬
‫ِب ٍّظ ٍر‬
‫ِف‬

Artinya: “Para ulama adalah pewaris para nabi. Sesungguhnya para nabi tidak
mewariskan dinar ataupun dirham, tetapi mewariskan ilmu. Maka dari itu, barang
siapa mengambilnya, ia telah mengambil bagian yang cukup.” (HR. Abu Dawud, at-
Tirmidzi, dan Ibnu Majah)
4. Para ulama itu adalah orang-orang pilihan Alloh SWT
Sebagaimana firmannya :
‫َظ‬ ‫َن ۚا َف‬ ‫َط‬ ‫َّل‬ ‫ُث َا ْث ْل‬
ۚ ‫َّم ْو َر َن ا ا ِك ٰت َب ا ِذ ْي َن اْص َف ْي َن ا ِم ْن ِع َب اِد ِم ْن ُه ْم اِل ٌم ِّل َن ْف ِس ٖه ۚ َو ِم ْن ُه ْم ُّم ْق َت ِص ٌد‬
‫َو ْن ُه ْم َس ٌۢق ْل َخ ْي ٰر ْذ ّٰل ٰذ َك ُه َو ْل َف ْض ُل ْلَك ْي ُۗر‬
‫ا ِب‬ ‫ا‬ ‫اِب ِب ا ِت ِب ِا ِن ال ِه ۗ ِل‬ ‫ِم‬

Artinya: “Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di
antara hamba-hamba kami.”( QS 35:32)

Sumber Refrensi : MODUL KULIAH AIK 4 (Keilmuan Hukum) PPAIK (Pusat Pengkajian Al-
Islam KeMuhammadiyahan) Universitas Muhammadiyah Surabaya Cetakan ke-1, September
2020, hlm 35 -46

Anda mungkin juga menyukai