Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH HAKI

Hak Merek
Dosen Pengampu : Muhammad Fadhil,S.H.,M.H.

Disusun Oleh :

Kelompok – 5/HES 6 C

Aulia Rahman (0204212082)

Fachrul Hanafi Hrp (0204212095)

Dea Livia (0204212112)

Nur Roudho (0204212086

HUKUM EKONOMI SYARI’AH


FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia dan rahmatNya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah tentang “HAK MEREK” tepat pada
waktunya adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
Bapak Dosen Muhammad Fadhil,S.H.,M.H. pada mata kuliah Hukum Ekonomi Syariah
selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga
penulis.

Kami mengucapkan terimakasih kepada dosen HaKI yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai bidang studi yang kami
tekuni. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Kami
selaku pemakalah menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4

A. Latar Belakang...........................................................................................................................4
B. Rumusan masalah......................................................................................................................4
C. Tujuan........................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................6

A. Pengertian Pengertian,Dasar Hukum, dan Jenis-Jenis Hak Merek.............................................6


1. Pengertian Hak Merek...........................................................................................................6
2. Dasar Hukum Hak Merek......................................................................................................7
3. Jenis-Jenis Hak Merek...........................................................................................................8
B.Sistem Pendaftaran Hak Merek......................................................................................................9
C.Jangka Waktu Perlindungan..........................................................................................................11
D.Pengalihan Merek dan lisensi.......................................................................................................11
BAB III PENUTUP...............................................................................................................18

A. Kesimpulan..............................................................................................................................18
B. Saran........................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................19

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hak Kekayaan Intelektual (HaKI) merupakan elemen kunci dalam ekonomi global yang
semakin terhubung dan berkembang pesat saat ini. HaKI mencakup berbagai aspek
kreativitas manusia, termasuk hak cipta, paten, desain industri, dan tentu saja, hak merek.
Dalam konteks bisnis, hak merek memiliki peran penting dalam mengidentifikasi dan
membedakan produk atau jasa dari satu penyedia dengan penyedia lainnya di pasar. Merek
yang kuat tidak hanya mencerminkan identitas suatu perusahaan, tetapi juga menunjukkan
kualitas, kepercayaan, dan reputasi kepada konsumen.
Dalam era globalisasi dan teknologi informasi, perlindungan merek menjadi semakin
penting dan kompleks. Pelanggaran merek, termasuk pemalsuan, pencurian, dan penggunaan
ilegal, menjadi ancaman serius bagi perusahaan dan ekonomi secara keseluruhan. Kerugian
finansial akibat pelanggaran merek dapat mencapai miliaran dolar setiap tahunnya, sementara
reputasi perusahaan dapat hancur dalam sekejap akibat produk palsu atau kualitas yang buruk
yang dikaitkan dengan merek tersebut.
Makalah ini bertujuan untuk mendalami konsep hak merek dalam konteks HKI secara
menyeluruh. Akan dibahas sejarah perkembangan hak merek, definisi dan karakteristiknya,
jenis-jenis merek, serta manfaat ekonomis yang terkait. Selain itu, akan dianalisis juga
bagaimana perlindungan hukum terhadap merek berfungsi dalam mencegah pelanggaran dan
melindungi kepentingan pemilik merek.
Tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan merek di era digital juga akan menjadi fokus
diskusi. Perkembangan teknologi internet dan media sosial telah membawa perubahan
signifikan dalam cara merek berinteraksi dengan konsumen. Di satu sisi, hal ini memberikan
peluang baru bagi perusahaan untuk memperluas jangkauan merek mereka, tetapi di sisi lain,
juga meningkatkan risiko penyalahgunaan merek dan peredaran barang palsu secara daring.
Dengan memahami secara mendalam tentang hak merek, perusahaan dapat
mengoptimalkan nilai merek mereka, meningkatkan daya saing, dan memperluas pasar
mereka di tengah persaingan global yang ketat. Makalah ini akan mengeksplorasi berbagai
strategi perlindungan merek yang efektif, termasuk langkah-langkah pencegahan,
pemantauan merek secara aktif, serta kerja sama antar-pemerintah dan industri dalam
menangani masalah pelanggaran merek di era digital.

B. Rumusan masalah

1. Jelaskan Pengertian,Dasar Hukum, dan Jenis-Jenis dari Merek?


2. Bagaimana Sistem Pendaftaran Merek ?
3. Berapa Lama Jangka Waktu Perlindungan Merek?
4. Bagaimana Pengalihan Merek dan Lisensi ?
4
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui Pengertian,Dasar Hukum, dan Jenis-Jenis


dari Merek.
2. Untuk mengetahui Sistem Pendaftaran Merek.
3. Untuk mengetahui Jangka Waktu Perlindungan Merek
4. Untuk mengetahui Pengalihan Merek dan Lisensi.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengertian,Dasar Hukum, dan Jenis-Jenis Hak Merek

1. Pengertian Hak Merek


Merek pada dasarnya adalah tanda yang dilekatkan pada barang untuk menandai asal
suatu barang. Dengan demikian merek akan berhubungan secara langsung dengan
darimana asal suatu barang. Sebagai konsekuensi logis, memastikan merek yang beredar
memang berasal dari pemilik merek tersebut merupakan upaya perlindungan bagi
pemilik merek dan juga masyarakat.1
Pengertian Merek menurut Pasal 1 ayat (1) UU Merek adalah tanda yang dapat
ditampilkan secara grafis berupa gambar, logo, nama, kata, huruf, angka, susunan warna,
dalam bentuk 2 (dua) dimensi dan/atau 3 (tiga) dimensi, suara, hologram, atau kombinasi
dari 2 (dua) atau lebih unsur tersebut untuk membedakan barang dan/atau jasa yang
diproduksi oleh orang atau badan hukum dalam kegiatan perdagangan barang dan/atau
jasa.
Sedangkan pengertian Merek menurut beberapa Ahli, antara lain :
-H.M.N Purwo Sutjipto
“Merek adalah suatu tanda, dengan mana suatu benda tertentu dipribadikan, sehingga
dapat dibedakan dengan benda lain yang sejenis”.2
- Mr. Tirtaamidjaya (mensitir pendapat Prof Vollmar)
“Suatu merek pabrik atau merek perniagaan adalah suatu tanda yang dibubuhkan di
atas barang atau di atas bungkusannya, gunanya membedakan barang itu dengan
barang- barang sejenis lainnya”3
- Molengraaf
“Merek adalah dipribadikannya suatu barang tertentu dengan nama untuk
menunjukkan asal barang dan jaminan kualitasnya sehingga bisa dibandingkan
dengan barang-barang sejenis yang dibuat dan diperdagangkan oleh orang atau
perusahaan lain”4

1
ndirani Wauran-Wicaksono, Pengantar Hukum Kekayaan Intelektual,
Tisara
Grafika, Salatiga, 2017, hal 9.
2
Ok Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual(Intellectual Property
Rights), Ed. Revisi, cet. 9, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2015, hal 344.
3
Ibid.
4
Sudaryat, Sudjana, dan Rika Ratna Permata, Hak Kekayaan Intelektual,
Oase
Media, Bandung, 2010, hal 59.

6
Dengan demikian, merek merupakan tanda pengenal yang digunakan dalam kegiatan
perdagangan untuk membedakannya dengan barang dan jasa yang sejenis maupun tidak
sejenis.
Selain sebagai tanda, merek juga selalu identik dengan kualitas suatu produk yang
dihasilkan oleh produsen yang kemudian menjadi aset bagi produsen. Identitas sebuah
produk juga menjelaskan kualitas suatu barang, hal tersebut juga menandakan barang
tersebut memiliki ciri khas tersendiri.5
Selain berfungsi sebagai sebagai tanda pengenal, merek juga memiliki fungsi lain
dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa, yaitu:6
a. Tanda pengenal atau identitas suatu produk, dengan kata lain merek berfungsi
sebagai tanda pembeda (Distinctive Function).
b. Indikator sumber. Merek merupakan penghubung antara produsen dengan produk
yang dihasilkan.
c. Indikator kualitas, dengan kata lain merek berfungsi sebagai jaminan mutu (Quality
Product Function). Merek dagang dari barang-barang yang dibeli oleh para konsumen,
lambat laun akan membentuk kesan didalam ingatan konsumen yang bersangkutan
bahwa merek tersebut merupakan lambang dari mutu barang atau jasa.
d. Fungsi alat promosi
Merek berfungsi pula sebagai pemberi daya tarik pada barangbarang dan jasa-jasa,
dan sekaligus juga merupakan iklan atau reklame bagi barang-barang atau jasa-jasa
yang ditandai dengan merek tersebut.

2. Dasar Hukum Hak Merek


Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan
Indikasi Geografis telah memmberikan jaminan kepastian serta perlindungan hukum
tentang merk di Indonesiaa. Menurut Pasal 1 ayat 1 UU Merek, yang dimaksud dengan
“merek adalah tanda yang dapat ditampilkan secara grafis berupa gambar, logo, nama,
kata, huruf, angka, susunan warna, dalam bentuk 2 (dua) dimensi dan/atau 3 (tiga)
dimensi, suara, hologram, atau kombinasi dari 2 (dua) atau lebih unsur tersebut untuk
membedakan barang dan/atau jasa yang diproduksi oleh orang atau badan hukum dalam
kegiatan perdagangan barang dan/atau jasa”.
Hak atas Merek dalam Pasal 1 ayat (5) UU Merek, adalah hak eksklusif yang
diberikan oleh negara kepada pemilik Merek yang terdaftar untuk jangka waktu tertentu

5
Hery Firmansyah, Perlindungan Hukum Terhadap Merek, Medpress
Digital,
Yogyakarta, 2013, hal 29
6
Yurida Zakky Umami, Penerapan Doktrin Persamaan Merek Pada
Pendaftaran Merek, Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum QISTIE Vol. 9 No. 2
November 2016, hal 114-115.

7
dengan menggunakan sendiri Merek tersebut atau memberikan izin kepada pihak lain
untuk menggunakannya.
Sebagai hak yang ekslusif maka hak atas merek melarang pihak lain untuk
mengunakaan merek yang dimiliki nya tanpa seijinnya karna merupakan bagian dari
kekayaan seseorang yang perlu di pelihara, dipertahankan dan dilindungi. Pada hak
merek juga terdapat hak absolut yang berarti diberinya hak gugat oleh UndangUndang
kepada pemegang hak, disamping adanya tuntutan pidana terhadap orang orang yang
melanggar hak tersebut.7
Perlindungan hukum terhadap hak merek sangat dibutuhkan dibutuhkan karena : 8
a. Untuk menjamin kepastian hukum bagi para penemu merek, pemilik, atau pemegang
merek;
b. Untuk mencegah terjadinya pelanggaran dan kejahatan atas hak merek;
c. Memberi manfaat kepada masyarakat banyak agar lebih terdorong untuk mendaftarkan
merek.

3. Jenis-Jenis Hak Merek


Terdapat 2 jenis merek sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 2 ayat (2) UU Merek,
yang menyatakan bahwa “Merek sebagaimana diatur dalam undang undang ini meliputi
Merek Dagang dan Merek Jasa”Selain jenis merek yang terdapat di dalam UU Merek,
secara umum terdapat tiga jenismerek yang dikenal oleh masyarakat yaitu:9
a) Merek biasa Merek biasa merupakan merek yang tergolong tidak mempunyai
reputasi tinggi. Merek ini juga dianggap tidak memiliki daya tarik terhadap
masyarakat atau konsumen
b) Merek terkenal. Merek terkenal biasa disebut sebagai “Well-Known Mark”.
merupakan merek yang memiliki reputasi tinggi. Merek ini memiliki daya tarik,
sehingga jenis barang yang berada di bawah merek itu sangat familiar.
c) Merek termasyur. Tingkat derajat merek yang tertinggi adalah merek termasyur.
Sedemikian rupa tingkat termasyurnya di seluruh dunia, mengakibatkan reputasinya
digolongkan sebagai merek yang dikenal dunia.
d)Merek dagang adalah merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan
oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk
membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya.
e)Merek jasa diatur dalam Pasal 1 angka 3 UU No. 20 Tahun 2016 menerangkan
bahwa yang dimaksud dengan merek jasa adalah: Merek yang digunakan pada jasa
7
Ok Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property
Rights), Ed. Revisi, cet. 9, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2015, hal 400.
8
Endang Purwaningsih , Hak Kekayaan Intelektual, Pengetahuan
Tradisional,
dan Folklor, cet. 1, Jenggala Pustaka Utama, Surabaya, 2013, hal 14.
9
Tommy Hendra Purwaka, Perlindungan Merek, Pustaka Obor Indonesia,
Yogyakarta, 2017, hal 24

8
yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau
badan hukum untuk membedakan dengan jasa sejenis lainnya
f)Merek sertifikasi adalah merek yang digunakan untuk membedakan barang dan jasa
yang mengikuti serangkaian stan- dar-standar dan telah disahkan oleh otoritas yang
memberikan sertifikat.

B.Sistem Pendaftaran Hak Merek


Berdasarkan Pasal 3 UU Merek, Hak atas Merek diperoleh setelah Merek tersebut
terdaftar. Oleh sebab itu, Pendaftaran merek merupakan keharusan agar dapat memperoleh
hak atas merek. Tanpa pendaftaran negara tidak akan memberikan hak atas merek kepada
pemilik merek. Hal ini berarti tanpa mendaftarkan merek, seseorang tidak akan diberikan
perlindungan hukum oleh negara apabila mereknya ditiru oleh orang lain. Dengan demikian
sistem yang dianut Indonesia adalah sistem Konstitutif dimana pendaftaran dimaksudkan
untuk melahirkan hak. Sehingga perlindungan merek diperoleh oleh pihak yang pertama kali
mendaftarkan merek (first to file).10
Prinsip first to file sesuai dengan doktrin prior in tempore, melior injure, sangat
potensial untuk mengkondisikan: 11
a. Kepastian hukum untuk mengkondisikan siapa sebenarnya
pemilik merek yang paling utama untuk dilindungi,b
b. Kepastian hukum pembuktian, karena hanya didasarkan
pada fakta pendaftaran. Pendaftaran satu-satunya alat bukti
utama,
c. Mewujudkan dugaan hukum siapa pemilik merek yang
paling berhak dengan pasti, tidak menimbulkan kontroversi
antara pendaftar pertama dan pemakai pertama.

Menurut UU Nomor 20/2016, Indonesia menerapkan metode pendaftaran konstitutif,


yang memiliki arti bahwa orang yang berhak atas mereknya merupakan orang yang pertama
kali mendaftarkannya. Para pelaku usaha memiliki kewajiban untuk mendaftarakan merek
usahanya demi mendapatkan perlindungan dan kepastian hukum.
Prosedur pengajuan merek telah diatur dengan jelas dalam UU Nomor 20/2016 atau
yang dikenal dengan UU Merek. Dalam UU Merek mekanisme pendaftaran terdiri dari empat
tahapan yakni:
1) Permintaan pendaftaran merek Pasal 4 hingga Pasal 12 UU No. 20/2016
menjelaskan bagaimana cara mengajukan permintaan pendaftaran merk.

10
Indirani Wauran-Wicaksono, Op.Cit., hal 18-19.
11
Yurida Zakky Umami, Penerapan Doktrin Persamaan Merek Pada
Pendaftaran Merek, Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum QISTIE Vol. 9 No. 2
November 2016, hal 117.

9
2) Memeriksa kelengkapan persyaratan pendaftaran merek-nya (administrasi) Negara
diwakili oleh Ditjen HKI akan meninjau persyaratan untuk memastikan
kelengkapannya.
3) Pemeriksaan substantif Negara diwakili oleh Ditjen HKI melakukan pemeriksaan
substantif terhadap permintaan dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal
penerimaan pendaftarannya. Pemeriksaan ini dilakukan selama maksimal 9
(sembilan) bulan oleh pemeriksa di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual
atau disingkat dengan Ditjen HKI.
4) Pengumuman permohonan Pada kurun waktu 10 (sepuluh) hari sejak permintaan
pendaftaran disetujui, Ditjen HKI wajib mengumumkan hasil dari permintaan
pendaftaraan mereknya tersebut dalam Berita Resmi Merek.
5) Penerbitan Sertifikat Merek Sertifikat diterbitkan oleh Dirjen HKI sejak Merek
tersebut terdaftar. Seritifikat hak merek yang telah diterbitkan tidak diambil oleh
pemilik merek atau kuasanya dalam jangka waktu paling lama 18 (delapan belas)
bulan terhitung sejak di terbitkannya sertifikat maka berdasarkan Pasal 25 ayat (3) UU
Merek, merek yang telah terdaftar dianggap ditarik kembali dan dihapuska
Permohonan merek yang sudah diajukan oleh pemilliknya dan telah sesuai
oleh ketentuan yang terdapat dalam UU No. 20/2016 maka negara akan memberikan
hak tersebut kepada orang yang telah meminta hak atas merek dari pengajuan
permohonan merek. Hak penggunaan merek yang diberikan oleh negara memiliki
jangka waktu tertentu. UU No.20/2016 atau UU Merek telah menjelaskan mengenai
jangka waktu perlindungan. Jangka waktu perlindungan merek mernurut Pasal 35 UU
Nomor 20/2016, yaitu: “Merek terdaftar jangka mendapat pelindungan hukum untuk
waktu 10 (sepuluh) tahun sejak Tanggal Penerimaan”. Jika kurun waktu perlindungan
hak merek telah berakhir, pemegang merek dapat meminta perpanjangan yang sama
lamanya dengan sebelumnya. Pemilik hak merek atau kuasa hukumnya bisa
melakukan pengajuan permohonan perpanjangan waktu secara online atau manual
dalam bahasa Indonesia. Pengajuan perpanjangan jangka waktu tersebut di atas dapat
dimohonkan sewaktu-waktu sampai dengan enam bulan sebelum berakhirnya jangka
waktu perlindungan merek dan sampai dengan enam bulan setelah jangka waktu
tersebut.
Apabila pemilik merek telak mendaftarkan mereknya, maka pihak ketiga tidak
bisa menggunakan merek yang telah terdaftar tanpa persetujuan pemiliknya. Hal
tersebut dikarenakan negara memberikan hak khusus kepada pemilik yang memiliki
hak atas mereknya yang telah terdaftar. Mereka yang memiliki merek dagang telah
diberi izin oleh negara untuk menggunakannya, tetapi pemilik hak merek masih dapat
mengalihkan hak mereka pada orang lain.

10
C.Jangka Waktu Perlindungan
Jangka waktu perlindungan merek sebagaimana diatur Pasal 35 ayat (1) UU Merek,
selama 10 (sepuluh) tahun sejak Tanggal Penerimaan dan dapat diperpanjang untuk selama
10 (sepuluh) tahun.12
1.Merek terdaftar mendapat perlindungan hukum untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun
sejak Tanggal Penerimaan. Jangka waktu perlindungan dapat diperpanjang untuk jangka
waktu yang sama.
2. Permohonan perpanjangan diajukan secara elektronik atau non-elektronik dalam bahasa
Indonesia oleh pemilik Merek atau Kuasanya dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sebelum
berakhirnya jangka waktu perlindungan bagi merek terdaftar tersebut dengan dikenai biaya.
3. Permohonan perpanjangan masih dapat diajukan dalam jangka waktu paling lama 6 (enam)
bulan setelah berakhirnya jangka waktu perlindungan merek terdaftar tersebut dengan dikenai
biaya dan denda sebesar biaya perpanjangan.
Permohonan perpanjangan disetujui jika pemohon melampirkan surat pernyataan
tentang:
a. Merek yang bersangkutan masih digunakan pada barang atau jasa sebagaimana
dicantumkan dalam sertifikat merek tersebut; dan
b. barang atau jasa sebagairnana dimaksud dalam huruf a masih diproduksi dan/atau
diperdagangkan.
Apabila pemohon tidak memenuhi ketentuan yang telah ditentukan dalam Pasal 36
maka permohonan perpanjangan merek dapat ditolak. Namun keberatan terhadap penolakan
per- mohonan perpanjangan dapat diajukan permohonan banding kepada Komisi Banding
Merek.
Perpanjangan merek terdaftar yang berupa logo atau lam- bang perusahaan atau badan
hukum, tidak memerlukan pro- sedur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 sampai dengan
Pasal 37, akan tetapi cukup dengan melakukan pembayaran biaya perpanjangan merek
terdaftar dalam jangka waktu (enam) bulan sebelum berakhirnya jangka waktu perlindungan
bagi merek terdaftar, sepanjang tidak terjadi sengketa terhadap perpanjangan merek
dimaksud.
D.Pengalihan Merek dan lisensi
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek Dan Indikasi Geografis, mengatur
mengenai pengalihan hak atas merek terdaftar, sebagaimana dinyatakan pada Pasal 41 ayat:
(1) Hak atas Merek terdaftar dapat beralih atau dialihkan karena:
a. pewarisan;
b. wasiat;
c. wakaf;
12
Pasal 35 ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis.

11
d. hibah;
e. perjanjian; atau
f. sebab lain yang dibenarkan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan.
Penjelasan Pasal 41 ayat (1) Huruf (f) Yang dimaksud dengan "sebab lain yang
dibenarkan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan" adalah sepanjang tidak
bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, misalnya perubahan
kepemilikan Merek karena pembubaran badan hukum, restrukturisasi, merger, atau akuisisi.
1.Pewarisan
Ahli waris,yaitu: orang-orang yang berhak menerima harta warisan. 13 Pewaris adalah
orang yang meninggal dunia dengan meninggalkan harta kekayaan. Sedangkan yang
dimaksud ahli waris adalah orang-orang yang menggantikan. kedudukan si pewaris dalam
bidang hukum harta kekayaan, karena meninggalnya pewaris. Yang dapat berupa kumpulan
aktiva dan pasiva dari si pewaris yang berpindah kepada para ahli waris.14
Pada prinsipnya setiap orang dapat dipastikan mempunyai keluarga dan mempunyai
harta kekayaan walaupun misalnya nilai hartanya tidak beberapa. Di samping itu adakalanya
pewaris sesama hidupnya mempunyai utang. Utang yang ditinggalkan pewaris juga
merupakan kekayaannya, karena yang disebut harta kekayaan itu meliputi aktiva dan pasiva
yang berupa hak-hak dan kewajiban-kewajibannya.15
Aktiva: (harta) kekayaan, baik yang berupa uang atau kekayaan lain yang berupa uang
atau kekayaan lain yang dapat dinilai dengan uang maupun kekayaan yang tidak berwujud
secara nyata seperti hak paten.16 Pasiva, yaitu: saham atau kekayaan yang tidak memberikan
bunga atau keuntungan.17

2. Wasiat
Wasiat; testamen (Bld), ketentuan ketentuan tentang kehendak seseorang mengenai
apa yang harus terjadi dengan harta bendanya setelah ia meninggal. Wasiat di bawah tangan;
surat wasiat yang ditulis sendiri seluruhnya dan ditandatangani oleh yang mewariskan dan
disimpan sendiri tidak diserahkan pada notaris, surat wasiat semacam ini hanya boleh untuk
menetapkan pengangkatan para pelaksana, penyelenggaraan penguburan, untuk menghibah
wasiatkan pakaian, perhiasan badan yang tertentu dan tidak mengenai seluruhnya warisan
(lihat: Pasal 935 BW). Wasiat olografis; surat wasiat yang seluruhnya ditulis dan
ditandatangani oleh yang mewariskan dan kemudian diserahkan kepada seorang notaris untuk

13
6 Sudarsono, Kamus Hukum, Cetakan 6. Rineka Cipta, Jakarta, 2009,
hal. 24.
14
Andy Hartanto, Kedudukan Hukum dan Hak Waris Anak Luar Kawin
Menurut “Bugerlijk Wetboek”, Cetakan III. LaksBang PRESSindo,
Yogyakarta, 2012, hal. 8.
15
Gatot Supramono, Hak Cipta dan Aspek-Aspek Hukumnya, Rineka Cipta,
Jakarta. 2010, hal. 30.
16
Sudarsono, Op.Cit, hal. 26.
17
Ibid, hal, 341.

12
disimpan (lihat Pasal 932 BW). Wasiat umum; surat wasiat yang dibuat di muka seorang
notaris dan kemudian diumumkan setelah si pembuat meninggal.18
Wasiat merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari hukum waris.
Pengertian wasiat ialah pernyataan kehendak oleh seseorang mengenai apa yang dilakukan
terhadap hartanya setelah meninggal dunia.19
KUHPerdata menyebut wasiat dengan testament (kehendak terakhir), bahwa apa yang
dikehendaki seseorang akan terselenggara apabila telah meninggal dunia, dan juga dalam arti
surat yang memuat tentang ketetapan hal tersebut. Sehingga testament adalah suatu akta yang
memuat pernyataan seseorang tentang apa yang dikehendakinya akan terjadi setelah ia
meninggal dunia, yang mana hal tersebut dapat dicabut kembali.20
Testamen atau wasiat adalah pernyataan kehendak terakhir dari si pewaris mengenai
apa yang dikehendaki akan terjadi dengan harta kekayaannya sesudah ia meninggal dunia.
Penunjukkan seseorang sebagai ahli waris di dalam suatu testamen atau wasiat disebut
erfstelling. Pemberian warisan melalui testamen kepada orang-orang tertentu atas barang-
barang tertentu disebut legaat dan si penerima legaat di sebut legataris. Penunjukkan ahli
waris dan pemberian legaat termasuk dalam genus making. Dalam hukum waris juga dikenal
istilah atau model pewarisan yang disebut legitieme portie, yaitu suatu bagian minimum dari
warisan yang dijamin oleh undang-undang bagi ahli waris tertentu yang tidak boleh diganggu
gugat oleh ahli waris lainnya. Para ahli waris yang dijamin haknya atau dijamin minimum
perolehannya di dalam warisan disebut legitiemaris.21
3. Wakaf
Wakaf ialah perbuatan hukum wakif (pewakaf) untuk memisahkan dan atau
menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamany atau untuk jangka
waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya. Penjelasannya wakaft bertujuan untuk
kepentingan ibadah atau kesejahteraan umum menurut syariat. Wakaf yang telah diiikrarkan
tidak dapat dibatalkan.22
Wakaf adalah suatu pranata yang berasal dari Hukum Islam. Oleh karena itu apabila
membicarakan tentang masalah perwakafan pada umumnya dan perwakafan tanah pada
khususnya, tidak mungkin untuk melepaskan diri dari pembicaraan tentang konsepsi wakaf
menurut Hukum Islam. Akan tetapi, dalam Hukum Islam tidak ada konsep yang tunggal
tentang wakaf ini, karena banyak pendapat yang sangat beragam.23
Undang-undang Nomor 41 tahun 2004 tentang Wakaf. Pasal 1. Dalam Undang-
Undang ini yang dimaksud dengan:
18
C.S.T., Kansil, dan Christine S.T. Kansil, Engelien R. Palandeng dan
Godlieb N. Mamahit, Kamus Istilah Aneka Hukum, Edisi Pertama, Cetakan
Kedua, Jala Permata Aksara, Jakarta, 2010, hal, 196.
19
Sajuti Thalib, Hukum Kewarisan Islam di Indonesia, Sinar Grafika,
Jakarta, 2000, hal. 104.
20
J. Satrio, Hukum Waris, Alumni, Bandung, 1992, hal. 180
21
Andy Hartanto, Op.Cit, hal. 19.
22
Rocky Marbun, Deni Bram, Yuliasara Isnaeni, Nusya A. Kamus Hukum
Lengkap (Mencakup Istilah Hukum & Perundang-Undangan Terbaru)
Visimedia, Cet. l. Jakarta, 2012. hal. 328
23
Rachmadi Usman, Hukum Perwakafan Di Indonesia, Sinar Grafika,
Jakarta. 2009, hal. 9.

13
1. Wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan
sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka
waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau
kesejahteraan umum menurut syariah.
2. Wakif adalah pihak yang mewakafkan harta benda miliknya.
3. Ikrar Wakaf adalah pernyataan kehendak wakif yang diucapkan secara lisan
dan/atau tulisan kepada Nazhir untuk mewakafkan harta benda miliknya
4. Nazhir adalah pihak yang menerima harta benda wakaf dari Wakif untukdikelola
dan dikembangkan sesuai dengan peruntukannya.
5. Harta Benda Wakaf adalah harta benda yang memiliki daya tahan lama dan/atau
manfaat jangka panjang serta mempunyai nilai ekonomi menurut syariah yang
diwakafkan oleh Wakif .
6. Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf, selanjutnya disingkat PPAIW, adalah pejabat
berwenang yang ditetapkan oleh Menteri untukmembuat akta ikrar wakaf.
7. Badan Wakaf Indonesia adalah lembaga independen untuk mengembangkan
perwakafan di Indonesia.
Pasal 16 ayat (3) Benda bergerak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah
harta benda yang tidak bisa habis karena dikonsumsi, meliputi:
a. uang;
b. logam mulia;
c. surat berharga;
d. kendaraan;
e. hak atas kekayaan intelektual;
f. hak sewa; dan
g. benda bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan peraturan
perundang.undangan yang berlaku.
4. Hibah
Hibah, ialah suatu persetujuan manakala si penghibah di waktu hidupnya dengan
Cuma-cuma dan dengan tidak dapat ditarik kembali menyerahkan semua benda guna
keperluan si penerimah hibah yang menerimah penyerahan itu (Pasal 166 BW)24.
Hibah wasiat, ialah suatu penetapan khusus, yakni pewaris memberikan kepada satu
atau beberapa orang atas barang-barang tertentu atas semua berang-barang dan macam
tertentu. Misalnya, semua barang bergerak atau barang-barang tetap atau hak pakai hasil atas
sebagian atau semua barangnya (Pasal 957 BW).25

24
Rocky Marbun, Deni Bram, Yuliasara Isnaeni, Nusya A. Op.Cit. hal.
122-123
25
Ibid, hal. 123.

14
Hibah, ialah pemberian suatu barang tertentu dengan suka rela dengan mengalihkan
hak atas sesuatu barang tersebut kepada orang lain, masalah ini diatur dalam KUH.Perdata
Pasal 1666, yaitu: Hibah adalah suatu persetujuan dengan mana si penghibah, di waktu
hidupnya dengan cuma-cuma dan dengan tidak dapat ditarik kembali menyerahkan sesuatu
benda guna keperluan si penerima hibah yang menerima penyerahan itu.26
Hibah wasiat, ialah pemberian dengan surat wasiat yang baru mempunyai kekuatan
hukum setelah pembuat wasiat meninggal yang disebut pula “legaat” (bahasa Belanda). 27

5. Perjanjian
Pengalihan hak atas merk terdaftar melalui perjanjian sebagaimana telah diatur dalam
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek Dan Indikasi Geografis, Pasal 42
ayat:
(1) Pemilik Merek terdaftar dapat memberikan Lisensi kepada pihak lain untuk
menggunakan Merek tersebut baik sebagian maupun seluruh jenis barang dan/atau
jasa.
(2) Perjanjian Lisensi berlaku di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia, kecuali bila diperjanjikan lain.
(3) Perjanjian Lisensi wajib dimohonkan pencatatannya kepada Menteri dengan
dikenai biaya.
(4) Perjanjian Lisensi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dicatat oleh Menteri dan
diumumkan dalam Berita Resmi Merek.
(5) Perjanjian Lisensi yang tidak dicatatkan tidak berakibat hukum pada pihak ketiga.
(6) Perjanjian Lisensi dilarang memuat ketentuan baik yang langsung maupun tidak
langsung yang menimbulkan akibat yang merugikan perekonomian Indonesia atau
memuat pembatasan yang menghambat kemampuan bangsa Indonesia dalam
menguasai dan mengembangkan teknologi.
Penjelasan Pasal 42 ayat (2) Yang dimaksud dengan "kecuali bila diperjanjikan lain"
adalah perjanjian lisensi yang diberlakukan tidak hanya mencakup wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia atau hanya mencakup sebagian wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Pasal 43. Pemilik Merek terdaftar yang telah memberikan Lisensi kepada pihak lain
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (1) tetap dapat menggunakan sendiri atau
memberikan Lisensi kepada pihak ketiga untuk menggunakan Merek tersebut, kecuali
diperjanjikan lain. Pasal 44. Penggunaan Merek terdaftar di wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia oleh penerima Lisensi dianggap sama dengan penggunaan Merek tersebut
di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia oleh pemilik Merek.
Penjelasan Pasal 44. Dalam hal pemilik Merek terdaftar tidak menggunakan sendiri
Mereknya dalam perdagangan barang dan/atau jasa di wilayah Negara Kesatuan Republik
26
Sudarsono, Op.Cit. hal. 164
27
Ibid, hal. 164.

15
Indonesia, penggunaan Merek tersebut oleh penerima Lisensi sama dengan penggunaan oleh
pemilik Merek terdaftar yang bersangkutan. Hal itu berkaitan dengan ketentuan mengenai
kemungkinan penghapusan pendaftaran Merek yang tidak digunakan dalam perdagangan
barang dan/atau jasa dalam waktu 3 (tiga) tahun berturut-turut.
Pasal 45. Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara pencatatan Lisensi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (3) diatur dengan Peraturan Menteri.
Hak Kekayaan Intelektual atau juga dikenal dengan HKI merupakan terjemahan atas
istilah Intellectual Property Right (IPR). Istilah tersebut terdiri dari tiga kata kunci, yaitu Hak,
Kekayaan, dan Intelektual. Kekayaan merupakan abstrak yang dapat dimiliki, dialihkan,
dibeli, maupun dijual. Adapun kekayaan intelektual merupakan kekayaan atas segala hasil
kecerdasan daya pikir seperti teknologi, pengetahuan, seni, sastra, gubahan lagu, karya tulis,
karikatur, dan seterusnya. Terakhir, HKI merupakan hak-hak (wewenang/kekuasaan) untuk
berbuat sesuatu atas kekayaan intelektual tersebut, yang diatur oleh norma-norma atau
hukum-hukum yang berlaku.28
6. Sebab lain yang dibenarkan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek Dan Indikasi Geografis,
mengatur mengenai pengalihan hak atas merek terdaftar, sebagaimana dinyatakan pada
Penjelasan Pasal 41 ayat (1) huruf (f) Yang dimaksud dengan "sebab lain yang dibenarkan
oleh ketentuan peraturan perundang-undangan" adalah sepanjang tidak bertentangan dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan, misalnya perubahan kepemilikan Merek karena
pembubaran badan hukum, restrukturisasi, merger, atau akuisisi.
Restrukturisasi, ialah salah satu kebijakan reformasi dalam rangka memperbaiki
kinerja dan efisiensi perseroan yang mengakibatkan meningkatnya kemampuan untuk
bersaing. Penjelasannya, kemampuan ini akan meningkatkan laba dan nilai perusahaan serta
meningkatkan kontribusi BUMN terhadap anggaran pemerintah. Resrukturisasi juga akan
menolong pencapaian perbaikan kinerja usaha dan pengurangan risiko.29
Merger, ialah penggabungan usaha.30 Merger bank, ialah penggabungan dua bank
atau lebih dengan cara tetap mempertahankan berdirinya salah satu bank dan membubarkan
bank-bank lainnya dengan atau tanpa melikuidasi.
Penggabungan usaha, ialah: 1) perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu perseroan
atau lebih untuk menggabungkan diri dengan perseroan lain yang telah ada yang
mengakibatkan aktiva dan pasiva dari perseroan yang menerima penggabungan dan
selanjutnya status badan hukum perseroan yang menggabungkan diri berakhir karena hukum;
2) perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri
dengan perseroan lain yang telah ada dan selanjutnya perseroan yang menggabungkan diri
menjadi bubar.31Merger, ialah penggabungan; penyatuan usaha sehingga tercapai pemilikan
dan/atau pengawasan bersama. 32 Likuidasi berhentinya kegiatan operasi perusahaan secara
keseluruhan dengan cara menjual sebagian atau seluruh aktiva perusahaan, membayar semua
28
Adrian Sutedi, Hak Atas Kekayaan Intelektual, Sinar Grafika, Jakarta.
2009, hal. 38.
29
Rocky Marbun, Deni Bram, Yuliasara Isnaeni, Nusya A, Op.Cit. hal. 275.
30
Ibid, hal. 191
31
Ibid, hal. 230-231.
32
Sudarsono, Op.Cit, hal. 274.

16
utang pajak, kewajiban pada pihak ketiga dan sisanya dibagikan kepada sekutu sesuai rasio
laba rugi.33
Akuisisi; acquisition; take over; pengambilalihan, ialah perbuatan hukum yang
dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan untuk menhgambil alih saham
perseroan yang mengakibatkan beralihnya pengendalian atas perseroan tersebut.34
Hubungan hukum (rechtsbetrekking, legal relations) adalah suatu hubungan yang
dilakukan antara dua subjek hukum atau lebih, hubungan yang menimbulkan dan kewajiban
di antara satu sama lainnya. Hubungan hukum seperti ini mempunyai tiga unsur yang
terpenting:
a. Pihak-pihak (manusia atau badan hukum) yang mempunyai hak dan kewajiban yang saling
berhadapan;
b. Objek yang menjadi dasar adanya hak dan kewajiban itu;
c. Hubungan antara pemilik hak dan pengembann kewajiban atau hubungan terhadap objek
yang bersangkutan.35
Dari ketiga unsur tersebut, dapat diketahui bahwa dalam suatu hubungan hukum
terdapat hubungan timbal balik, yakni: kekuasaan atau hak (bevoegheid) dan kewajiban
(plicht). 36 Hukum objektif ialah apa yang lazim disebut “hukum” dalam percakapan sehari-
hari. Kata “hukum” dalam arti ini menunjukkan seluruh hukum (corpus juris) yang berlaku
dalam suatu masyarakat. Kata-kata lain yang sering digunakan sebagai sinonim dengan istilah
hukum objektif adalah tertib hukum atau hukum positif, sedangkan yang dimaksud hukum
subjektif ialah hak yang diberikan oleh hukum objektif. Menurut Apeldoorn, hukumobjektif
adalah hukum yang berlaku umum dengan tidak mengingat pada seseorang tertentu,
sedangkan hukum subjektif adalah hukum yang dihubungkan dengan seseorang yang
tertentu.37
Antara kedua pengertian hukum tersebut di atas, walaupun dapat dibedakan, namun
tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Oleh karena hukum objektif adalah peraturan
hukumnya, sedangkan hukum subjektif adalah peraturan yang dihubungkan dengan seseorang
tertentu dan dengan demikian menjadi hak berikut kewajibannya, karena itu Apeldoorn
berpendapat bahwa hukum subjektif timbul apabila hukum objektif beraksi. Oleh karena
hukum objektif yang beraksi, melalukakan pekerjaan, maka pada suatu pihak ia memberikan
hak-hak dan pada pihak lain ia meletakkan kewajiban.38
Hukum perdata, pada hakikatnya merupakan hukum yang mengatur kepentingan
antara warga perseorangan yang satu dengan warga perseorangan lainnya.39

33
Rocky Marbun, Deni Bram, Yuliasara Isnaeni, Nusya A, Op.Cit. hal. 179.
34
Ibid, hal. 13.
35
Said Sampara, dkk, Buku Ajar Pengantar Ilmu Hukum, cetakan II, Total
Media, Yogyakarta, 2011 hal. 141.
36
Ibid, hal. 141.
37
Ibid, hal. 142.
38
Ibid, hal. 142.
39
Titik Triwulan Tutik, Pengantar Hukum Perdata di Indonesia, Cetakan
Pertama, 2006, Jakarta, hal. 2.

17
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
HaKI (Hak Kekayaan Intelektual) merek adalah aspek krusial dalam dunia bisnis
kontemporer. Merek tidak hanya berfungsi sebagai lambang identitas perusahaan, tetapi juga
sebagai aset yang bernilai tinggi yang membedakan produk atau layanan suatu perusahaan
dari pesaingnya di pasar. Dalam makalah ini, kami telah membahas beragam aspek yang
terkait dengan HaKI merek, mulai dari konsep dasar hingga penerapan praktis dalam strategi
bisnis.
Pertama-tama, kami menyoroti pentingnya pemahaman konsep HaKI merek. HaKI
merek mencakup hak eksklusif yang diberikan kepada pemilik merek untuk menggunakan
merek tersebut dalam perdagangan. Ini mencakup hak untuk melarang pihak lain
menggunakan merek yang serupa atau identik dalam konteks yang sama, yang bertujuan
untuk melindungi kekhasan dan identitas merek dari plagiarisme atau penyalahgunaan.
Selanjutnya, kami membahas proses pendaftaran merek yang merupakan langkah
awal dalam perlindungan HaKI merek. Proses ini melibatkan serangkaian langkah yang harus
diikuti dengan cermat untuk memastikan bahwa merek diberikan perlindungan hukum yang
sesuai. Kriteria pemilihan merek yang efektif juga menjadi fokus penting dalam pembahasan
kami, termasuk keunikan, kesesuaian, dan daya tarik merek dalam konteks pasar yang
bersangkutan.
Selain itu, kami menyoroti perlindungan hukum yang diberikan kepada pemilik merek
melalui HaKI merek, seperti hak untuk mengajukan gugatan terhadap pelanggaran merek dan
hak untuk menerima ganti rugi atas kerugian yang timbul akibat pelanggaran tersebut.
Namun, kami juga menekankan pentingnya pemantauan dan penegakan HaKI merek secara
aktif oleh pemilik merek untuk mencegah dan menanggulangi pelanggaran merek yang
mungkin terjadi.
Dengan memahami secara menyeluruh konsep HaKI merek dan menerapkan strategi
perlindungan yang tepat, perusahaan dapat memanfaatkan merek mereka sebagai aset yang
bernilai tinggi dalam menciptakan keunggulan kompetitif. Merek yang dilindungi dengan
baik tidak hanya membantu membangun citra merek yang kuat, tetapi juga memberikan
kepercayaan kepada konsumen dan meningkatkan nilai tambah bagi bisnis secara
keseluruhan. Oleh karena itu, investasi dalam perlindungan HaKI merek merupakan langkah
strategis yang tak terhindarkan bagi perusahaan yang ingin membangun dan mempertahankan
keunggulan kompetitifnya di pasar global yang semakin kompleks ini.
B. Saran
Kami menyadari banyak kekurangan yang kami miliki dalam penulisan makalah ini.oleh
karena itu kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang membangun dari dosen
pengampu dan teman teman sekalian agar kami bisa lebih baik lagi dalam membuat makalah.

18
DAFTAR PUSTAKA
Andy Hartanto, Kedudukan Hukum dan Hak Waris Anak Luar
Kawin Menurut “Bugerlijk Wetboek”, Cetakan III. LaksBang
PRESSindo, Yogyakarta, 2012

Adrian Sutedi, Hak Atas Kekayaan Intelektual, Sinar Grafika,


Jakarta. 2009,
Said Sampara, dkk, Buku Ajar Pengantar Ilmu Hukum, cetakan II,
Total Media, Yogyakarta, 2011

C.S.T., Kansil, dan Christine S.T. Kansil, Engelien R.


Palandeng dan Godlieb
N. Mamahit, Kamus Istilah Aneka Hukum, Edisi Pertama,
Cetakan Kedua,
Jala Permata Aksara, Jakarta, 2010.

Endang Purwaningsih , Hak Kekayaan Intelektual, Pengetahuan


Tradisional, dan Folklor, cet. 1, Jenggala Pustaka Utama, Surabaya,
2013

Gatot Supramono, Hak Cipta dan Aspek-Aspek Hukumnya,


Rineka Cipta, Jakarta. 2010

Hery Firmansyah, Perlindungan Hukum Terhadap Merek,


Medpress Digital, Yogyakarta, 2013
J. Satrio, Hukum Waris, Alumni, Bandung, 1992, hal. 180

Ndirani Wauran-Wicaksono, Pengantar Hukum Kekayaan


Intelektual, Tisara Grafika, Salatiga, 2017

Ok Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan


Intelektual(Intellectual Property Rights), Ed. Revisi, cet. 9, Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2015

Pasal 35 ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor


20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis.

Rachmadi Usman, Hukum Perwakafan Di Indonesia, Sinar


Grafika, Jakarta. 2009.

Rocky Marbun, Deni Bram, Yuliasara Isnaeni, Nusya A. Kamus


Hukum Lengkap (Mencakup Istilah Hukum & Perundang-Undangan
Terbaru) Visimedia, Cet. l. Jakarta, 2012

19
Sajuti Thalib, Hukum Kewarisan Islam di Indonesia, Sinar
Grafika, Jakarta, 2000
Sudarsono, Kamus Hukum, Cetakan 6. Rineka Cipta, Jakarta,
2009,

Sudaryat, Sudjana, dan Rika Ratna Permata, Hak Kekayaan


Intelektual, Oase Media, Bandung, 2010
Yurida Zakky Umami, Penerapan Doktrin Persamaan Merek
Pada
Pendaftaran Merek, Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum QISTIE Vol. 9
No. 2
November 2016
Titik Triwulan Tutik, Pengantar Hukum Perdata di Indonesia,
Cetakan Pertama, 2006, Jakarta

Tommy Hendra Purwaka, Perlindungan Merek, Pustaka Obor


Indonesia, Yogyakarta, 2017

Yurida Zakky Umami, Penerapan Doktrin Persamaan Merek


Pada Pendaftaran Merek, Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum QISTIE Vol. 9
No. 2 November 2016.

20

Anda mungkin juga menyukai