Anda di halaman 1dari 19

METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN SHOTCRETE

Documet No: Rev No. Contract No:


PNG-MP-SR-004 0

PROYEK : PEKERJAAN PENANGANAN LONGSOR CLUSTER


R1 & R2 DAN PERKUATAN SISI SUNGAI BELU
CLIENT : PT. PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY (PGE)
LOKASI : AREA ULUBELU
PEKERJAAN PENANGANAN LONGSOR CLUSTER R1 & R2 DAN PERKUATAN
SISI SUNGAI BELU
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN SHOTCRETE

0 Issued For Information 05 Juni 2022 FS DR RWS

Rev Description Date Prepared Checked Approved

TABLE OF CONTENTS
Section Page

1. UMUM...........................................................................................................................................
2. PEKERJAAN PERSIAPAN............................................................................................................
3. PERSONIL....................................................................................................................................
4. PERALATAN.................................................................................................................................
6. PENYIAPAN PERMUKAAN........................................................................................................
7. PELAKSANAAN PEKERJAAN SHOTCRETE.....................................................................13
10. MONITORING DAN PELAPORAN.............................................................................................

Page 2 of 19
PEKERJAAN PENANGANAN LONGSOR CLUSTER R1 & R2 DAN PERKUATAN
SISI SUNGAI BELU
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN SHOTCRETE

1. UMUM
Secara umum, dokumen ini dibuat oleh PT. PutraJaya Nusa Gemilang sebagai pedoman untuk
metode pelaksanaan pekerjaan Shotcrete dengan Owner PT. Pertamina Geothermal Energy di area
Ulubelu.
Pelaksanaan pekerjaan meliputi tahap-tahap sebagai berikut :
a. Pekerjaan Persiapan
b. Pekerjaan Land Clearing
c. Pekerjaan Beton Decking
d. Pekerjaan Pemasangan Wiremesh
e. Pekerjaan Soil Nailing
f. Pekerjaan Pemasangan Horizontal Drain
g. Pekerjaan Shotcrete
h. Pekerjaan Finishing

2. PEKERJAAN PERSIAPAN
Pekerjaan persiapan meliputi :

a. Pembuatan Direksikeet

b. Pembuatan metode kerja

c. Persiapan area (cleaning, joint survey) untuk pengukuran dan pematokan .

Kontraktor akan melakukan pengukuran berdasarkan data titik dasar dan Benchmark, yang
selanjutnya akan diikutti dengan pengukuran polygon, pengukuran situasi detail dan staking out.
Hasil pengukuran ini akan disajikan dalam bentuk gambar kerja berupa potongan memanjang, dan
potongan melintang. Gambar kerja akan digunakan sebagai dasar pelaksanaan pekerjaan
dilapangan.

d. Mobilisasi material dan alat yang dibutuhkan

e. Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai permintaan perijinan akan dilakukan oleh PT. Putra Jaya
Nusa Gemilang kepada PT. Pertamina Geothermal Energy.

f. Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan semua pekerja diberikan pengarahan mengenai


keselamatan kerja (Tool Box Meeting) oleh team HSE.
Page 3 of 19
PEKERJAAN PENANGANAN LONGSOR CLUSTER R1 & R2 DAN PERKUATAN
SISI SUNGAI BELU
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN SHOTCRETE

g. Persiapan pencegah kecelakaan dilokasi meliputi : work permit, Job Safety Analysis (JSA), peralatan
penunjang keselamatan baik untuk personal ataupun untuk team.

3. AREA KERJA
Area yang akan dilakukan pekerjaan shotcrete adalah sebagai berikut :

- Lereng Jalur Pipa E-R1 , Vol 6026 m2

- Lereng Kolam Cluster R1, Vol 3084,4 m2

Page 4 of 19
PEKERJAAN PENANGANAN LONGSOR CLUSTER R1 & R2 DAN PERKUATAN
SISI SUNGAI BELU
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN SHOTCRETE

- Lereng Area Cluster R1, Vol 4952, 6 m2

- Lereng Jalur Pipa R1-R2, Vol 2884,3 m2

Page 5 of 19
PEKERJAAN PENANGANAN LONGSOR CLUSTER R1 & R2 DAN PERKUATAN
SISI SUNGAI BELU
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN SHOTCRETE

- Lereng Area Cluster R2, Vol 11341 m2

4. PERSONIL
Dari 5 Area yang akan dilakukan pekerjaan shotcrete , Kontraktor akan membagi personil menjadi 2
Team aplikator shotcrete :

Page 6 of 19
PEKERJAAN PENANGANAN LONGSOR CLUSTER R1 & R2 DAN PERKUATAN
SISI SUNGAI BELU
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN SHOTCRETE

5. PERALATAN
Alat-alat yang digunakan untuk 1 Team per Area diantaranya :

- Concrete Mixer, 1 Unit

- Dump Truck, 1 Unit

- Bar Cutter, 1 Unit

- Bar Bender , 1 Unit

- Excavator PC 200, 1 Unit

- Drilling Machine, 1 Unit

- Mesin Shotcrete Aliva Dry Kap 8 m3 , 1 Unit

- Compressor 360 , 1 Unit

- Water Tank, 1 Unit

- Genset, 1 Unit

- Selang Air

- Selang Comppresor

- Selang Aliva

- Concrete Spraying Nozzle

- Kabel Genset

- Alat Finishing

- Scafolfing Pipe

- Platform

- Peralatan Safety (APAR, Sarung Tangan, Helm, Sepatu, Rompi,Full Body Harnest, Tali
Kerntmanthle, Tali Webbing, dll)

6. MATERIAL SPESIFIKASI

Desain dan spesikasi material :

- Mutu beton : Dry Mix Concrete fc 25 Mpa

Page 7 of 19
PEKERJAAN PENANGANAN LONGSOR CLUSTER R1 & R2 DAN PERKUATAN
SISI SUNGAI BELU
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN SHOTCRETE

- Tebal : 8 cm

- Luasan Area : 28288,3 m2

- Volume Beton : 2264 m3

KEBUTUHAN MATERIAL SHOTCRETE

Estimasi Kebutuhan Material


Volume Shotcrete 2264 m3
Luasan
Area 28289 m2
VOLUME
NO MATERIAL SPESIFIKASI SATUAN
ESTIMASI
1 Agregat Agregat sesuai ASTM C 33 dan ASTM C 330 1101 m3
Pasir halus dengan gradasi diameter 0.1-
2 Pasir 1284 m3
0.8 mm, diameter 1.6 mm
3 Semen Semen portland type 1 18565 zak
Besi Tulangan Mutu Baja SNI Φ < 13 mm BJTP-U24, L =
4 37.837 kg
Nail 1,5 m @ 1 m
5 Wiremesh M6x150x150 2.619 lembar
Pipa PVC 1,5
6 dia 1,5 " , L = 0,5 m @ 2 m 152 btng
Inch

Sebelum material dikirimkan, kontraktor akan mensubmit Material approval dan contoh material kepada
Pemberi Kerja.

1. Agregat

a. Agregat normal, penggunaan agregat ini seperti yang tercantum dalam ASTM C 33 dengan
gradasi sebagai berikut :
Tabel 1 ketentuan gradasi agregat

Gradasi No 1 digunakan untuk shotcrete dengan agregat halus, sedangkan gradasi no 2 dan no 3
untuk shotcrete dengan agregat kasar.
Page 8 of 19
PEKERJAAN PENANGANAN LONGSOR CLUSTER R1 & R2 DAN PERKUATAN
SISI SUNGAI BELU
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN SHOTCRETE

b. Agregat ringan, penggunaan agregat ringan ini seperti yang tercantum dalam ASTM C 330.
Bahan material alam yang digunakan untuk adalah material yang berasal dari quarry legal.

2. Semen

Semen yang digunakan adalah semen Portland Tipe 1 refer to ASTM C 150.

3. Additive

Penggunaan additive akan disesuaikan dengan job mix desain yang akan dilakukan Uji Coba
terlebih dahulu.

4. Wiremesh

Tulangan yang digunakan berupa welded wire ( jaring kawat ) dan baja tulangan baik polos maupun
ulir, wiremesh yang digunakan adalah M6x150x150 mm.

Material yang akan digunakan akan didatangkan , disimpan, dan ditangani dengan baik untuk
menghindari terjadinya kontaminasi, segresasi, korosi atau kerusakan.

5. Angkur Nail
Untuk pelaksanaan soil Nail digunakan baja tulangan diameter 12 mm sesuai dengan SNI 07-2052-
2002 atau sesuai dengan yang di persyaratkan dalam gambar teknis dimana Panjang nail adalah
1,5 m. Proses fabrikasi angkur nail akan dilakukan di workshop.
6. Horizontal Drain
Pipa yang akan digunakan untuk horizontal drain adalah Pipa PVC dia 1,5 inch dengan panjang 0,5
m.

Mix Desain dan Pecampuran


Sebelum pekerjaan kontraktor akan mengirimkan Job Mix Desain kepada Pemberi kerta serta metoda
pelaksanaan. Kontraktor harus menerima persetujuan tertulis terhapad mix design dan metode
pelaksanaan shotcrete sebelum pekerjaan dimulai.
Shotcrete dapat dihasilkan dari campuran kering ( dry mix ) maupun campuran basah ( wet mix ). Pada
proses pencampuran kering, semen dan agregat di campur kemudian di tampung dalam bak tampung,
selanjutnya di tembakan bersama air yang di alirkan ke bagian nozzle dengan tekanan tinggi ke
permukaan yang akan di beri perkuatan dengan shotcrete.

ADUKAN BETON DALAM SETIAP 1 M3


Berat Mterial (kg) Total
No W/C Ratio Berat (Kg) Mutu
Semen Pasir Kerikil Air

Page 9 of 19
PEKERJAAN PENANGANAN LONGSOR CLUSTER R1 & R2 DAN PERKUATAN
SISI SUNGAI BELU
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN SHOTCRETE

1 410 670 1.006 185 0,45 2.271,00 K 300

NB:

- Berat Satuan Pasir = 1.400 kg/m3


- Berat Satuan Kerikil = 1.350 kg/m3
- Berat Faktor Pasir = 20%

Note: Job mix desain atau proporsi bahan penyusun akan dilakukan dan akan uji coba terlebih dahulu,
sehingga komposisi akan menyesuaikan kembali terhadap hasil Job mix desain

Dalam Proyek ini metoda pencampuran yang akan digunakan adalah dry mix proses. Dimana alat yang
akan digunakan adalah sebagai berikut :

Page 10 of 19
PEKERJAAN PENANGANAN LONGSOR CLUSTER R1 & R2 DAN PERKUATAN
SISI SUNGAI BELU
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN SHOTCRETE

Note : Penggunaan merk alat bisa berubah jika ada kemungkinan untuk penambahan alat kembali.

Dalam pembuatan adukan untuk shotcrete terdapat dua syarat, yaitu kemampuan untuk di tembakan
( Shootability ) dan kemampuan untuk dipompa ( Pumpability ). Shootability adalah kemampuan untuk
menempel pada permukaan hingga ketebalan tertentu,dan tidak mengelupas. Pumpanility adalah
kemampuan adukan untuk mengalir seperti cairan, sehingga mudah di pompa. Untuk memenuhi syarat
Shootability, adukan yang ideal adalah adukan dengan kekentalan tinggi. Sementara itu untuk
memenuhi syarat Pumpability membutuhkan adukan yang berkemampuan alir baik serta memiliki
kekentalan rendah.

Oleh karena itu, pada pengaplikasiannya haruslah dicari komposisi terbaik sehingga mudah dalam
pelaksanaan serta dapat menghasilkan shotcrete dengan kualitas baik.

Adimixture
Admixture tidak boleh dipergunakan tanpa ada persetujuan sebelumnya. Accelerators ( bila
digunakan)harus kompatibel dengan semen yang digunakan, tidak korosif terhadap baja, dan tidak
menimbulkan akibat negatif lainnya seperti retak dan susut berlebihan. Kandungan ion kloride yang
diperbolehkan maksimum 0.10% bila diuji sesuai dengan AASHTO T 260.

Kandungan udara

Batasan kandungan udara diperlukan pada campuran basah. Kandungan udara yang terukur dalam
pencampuran harus berada dalam rentang 7-10% bila diuji sesuai dengan AASHTO T152 / ASTM
C231. Kadar udara tidak diperlukan bila digunakan pencampuran kering. . Kepadatan dinding
bergantung pada kadar udara yang masuk dalam adukan sewaktu di tembakan. Peningkatan kadar
udara akan menurunkan kekuatan beton yang dihasilkan .

Persyaratan kekuatan dan durabilitas

Kuat tekan campuran shotcrete pada umur 3 hari harus mencapai 14 Mpa dan pada umur 28 hari
harus mencapai 25 Mpa. Kuat tekan rata – rata dari satu set pengujian yang tediri dari 3 benda uji
yang diambil (core) dari panel uji prakonstuksi atau dari dinding shotcrete harus sama atau lebih
dari 85% dari kuat tekan yang disyaratkan sesuai dengan ACI 506.2. Daya serap (boiled
absorption ) shotcrete tidak boleh melampaui 8.0 % pada umur 7 hari dengan pengujian sesuai
dengan ASTM C642.

Pencampuran dan pembuatan beton Shotcrete

Page 11 of 19
PEKERJAAN PENANGANAN LONGSOR CLUSTER R1 & R2 DAN PERKUATAN
SISI SUNGAI BELU
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN SHOTCRETE

Agregat dan semen dapat dicampurkan dengan perbandingan berat atau volume seperti yang
diisyaratkan dalam ASTM C94 atau AASHTO M241 / ASTM C685, “ Standard Specification For
Concrete made by Volumetric Batching and Continuous Mixing”. Alat pencampuran harus dapat
melakukan pencampuran dengan rata dalam jumlah yang cukup untuk menjaga ketersediaan
bahan secara terus menerus. Bila digunakan beton readymix untuk material shotcrete maka harus
sesuai dengan AASHTO M157 / ASTM C94. Beton untuk shotcrete harus dibuat, dikirimkan,
dengan ditempatkan dalam waktu 90 menit. Penggunaan admixture dapat memperlama
penempatan beton lebih dari 90 menit, namun penggunaannya harus dengan persetujuan Direksi
Pekerjaan.
Campuran bahan shotcrete yang dihasilkan dari pabrik dapat disediakan untuk pencampuran di
lapangan. Material tersebut harus sesuai dengan bagian spesifikasi ini. Waktu penempatan
shotcrete harus sesuai dengan rekomendasi dari pabrik pembuat.

Gambar 2. Pelaksanaan penyemprotan beton shotcrete


(sumber : http://www.flickr.com/photos/tranbc/6386097393/ )

Page 12 of 19
PEKERJAAN PENANGANAN LONGSOR CLUSTER R1 & R2 DAN PERKUATAN
SISI SUNGAI BELU
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN SHOTCRETE

7. TAHAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN


TAHAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN SHOTCRETE
Pekerjaan Penanganan Longsor Cluster R1 & R2 dan Perkuatan Sisi Sungai Belu

START

Pekerjaan Persiapan

Pekerjaan Land Clearing dan


Galian Tanah

Pekerjaan Pemasangan
Wiremesh

Pekerjaan Soil Nailing

Pekerjaan Horizontal Drilling

Pekerjaan Shotcrete

Finishing

8. PENYIAPAN PERMUKAAN
Sebelum dilakukan pekerjaan penyemprotan, permukaan lereng atau bidang yang akan diberi perkuatan
perlu dibersihkan terlebih dahulu terhadap berbagai kotoran yang dapat menyebabkan ikatan shotcrete
melemah kekuatannya tidak seperti yang diharapkan.

1. Pembetukan slope
Galian dan clearing akan dilakukan, kemiringan lereng akan disesuaikan dengan engineering
drawing yang diberikan oleh PGE. Selama penggalian dan pembersihan permukaan harus
dihindarkan terjadinya rontok, retakan atau kerusakan tanah.

2. Bersihkan permukaan bidang yang akan dilakukan shotcrete dari material yang lepas, lumpur,
percikan material lain yang dapat menyebabkan ikatan shotcrete melemah.

3. Pembuatan drainase pada lereng (untuk perkuatan lereng)

Pada bagian ujung bawah lereng perlu diberi saluran drainase lereng sebagai saluran pembuangan
air dari sekitar lereng.

Page 13 of 19
PEKERJAAN PENANGANAN LONGSOR CLUSTER R1 & R2 DAN PERKUATAN
SISI SUNGAI BELU
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN SHOTCRETE

9. PELAKSANAAN PEKERJAAN SHOTCRETE


a. Mempersiapkan pemasangan atau pembuatan anchor untuk pengaman tali dalam panjat
tebing . Pemasangan anchor bisa dimedia keras seperti pohon, atau anchor buatan untuk
melilitkan tali sling/webbing. Pemilihan lokasi anchor harus diperhatikan seperti pada pohon
yang masih hidup, batu besar, celah atau tonjolan tebing.

Persiapan selanjutnya adalah pembuatan platform sebagai pijakan jika kondisi tidak
memungkinkan untuk melakukan pemasangan wiremesh hanya dengan menggunakan tali.

Gambar 3. Platform Kerja (Tampak Samping)

Page 14 of 19
PEKERJAAN PENANGANAN LONGSOR CLUSTER R1 & R2 DAN PERKUATAN
SISI SUNGAI BELU
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN SHOTCRETE

b. Pekerjaan Pemasangan Horizontal drain


Horizontal drain akan menggunakan pipa pvc diameter 1,5 inch dengan panjang 0,5 m per
jarak 2 m. Pemasangan akan dilakukan dengan cara manual drilling pada bidang miring
tanah.

c. Pekerjaan Pemasangan Wiremesh

Wire mesh dengan ukuran 5mm x 150mm x 150mm atau yang di persyaratkan dalam
gambar teknis merupakan tulangan utama, dikaitkan dengan paku besi dia 12 mm (soil nail
dengan panjang 1.5m) dengan jarak antar paku 1m yang ditancapkan dengan cara manual
drilling pada bidang miring tanah dengan diberi beton deking di bawah tulangan supaya
tulangan tidak menempel pada permukaan tanah. Dengan adanya wire mesh diharapkan
bahwa shotcrete lebih kuat sebagai penutup lereng galian, dan mengurangi atau
meniadakan kemungkinan terjadinya retakan.

Proses pemotongan besi u/ nailing dilakukan di workshop.

Page 15 of 19
PEKERJAAN PENANGANAN LONGSOR CLUSTER R1 & R2 DAN PERKUATAN
SISI SUNGAI BELU
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN SHOTCRETE

d. Pengaturan ketebalan shotcrete

Tebal shotcrete adalah sekitar 80 mm, pada pelaksanaannya pengukuran ketebalan


digunakan dengan benang ataupun lidi pengukur. Alat bantu tersebut harus dipasang
menonjol tegak lurus terhadap bidang sehingga ketebalan minimum dapat tercapai dan
alinemen terhadap permukaan shotcrete sesuai dengan gambar rencana. Jarak
maksimum alat bantu adalah sama dengan jarak antara nail. Bila digunakan benang
sebagai alat bantu maka harus dipastikan benang terpasang dengan kencang, lurus, dan
ditempatkan sedemikian rupa sehingga memungkinkan dilakukan pengencangan kembali.
Benang tersebut harus dilepaskan setelah selesai menempatkan shotcrete.

e. Penempatan atau penyemprotan shotcrete.

Penempatan shotcrete dilakukan dari bawah ke atas untuk mencegah terjadinya rebound
yang berlebihan. Nozzle penyemprot diarahkan pada bidang kerja hingga mencapai
ketebalan rencana dan dilakukan secara tegak lurus rebound minimal dan diperoleh
kepadatan maksimum. Tulangan harus dipastikan bersih dan shotcrete ditempatkan di
belakang tulangan sehingga dapat mencegah terjadinya rongga atau penumpukan pasir
kosong.

Page 16 of 19
PEKERJAAN PENANGANAN LONGSOR CLUSTER R1 & R2 DAN PERKUATAN
SISI SUNGAI BELU
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN SHOTCRETE

Teknik Penyemprotan Shotcrete

Gunakan pipa penyemprot untuk membersihkan rebound dan penempatan shotcrete yang
berlebih. Rebound yang telah mengeras dan shotcrete berlebih harus dibersihkan sebelum
penempatan shotcrete lanjutan, pembersihan dilakukan dengan menggunakan teknik yang
memadai . bila shotcrete digunakan untuk mengisi bagian lubang bor yang berada dekat
dengan permukaan, arahkan nozzle ke lubang tersebut sampai terisi penuh.

Pola yang terlihat jelas secara vertikal maupun horisontal pada bagian perkuatan setelah
ditutup penuh oleh shotcrete menunjukan indikasi penutupan shotcrete yang kurang atau
teknik nozzle yang buruk. Prosedur penempatan shotcrete harus dikoreksi dengan
menyesuaikan jarak nozzle dan arah penembakan, memastikan ketebalan shotcrete yang
mencukupi pada bagian tulangan, memastikan kadar air campuran material yang tepat,
atau hal lainnya. Penyesuaian kadar air pada pencampuran basah memerlukan kualifikasi
ulang campuran tersebut.

f. Shotcrete yang cacat


Shotcrete yang tidak sesuai spesifikasi dan mengalami kegagalan saat diuji diperbaiki
dengan penempatan shotcrete tambahan atau dibongkar untuk diganti baru.

g. Sambungan

Page 17 of 19
PEKERJAAN PENANGANAN LONGSOR CLUSTER R1 & R2 DAN PERKUATAN
SISI SUNGAI BELU
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN SHOTCRETE

Sambungan shotcrete harus cukup kasar, bersih dan keras serta berbentuk miring.

h. Curing

Perawatan (curing) Shotcrete dijaga kelembabannya selama 7 hari setelah ditempatkan


agar kualitas shotcrete dapat seperti yang diharapkan. Perawatan dilakukan dengan
pemberian air untuk menjaga kelembaban shotcrete, namun harus dijaga agar tidak terlalu
basah yang dapat menyebabkan lapisan shotcrete terbawa aliran air.

i. Perbaikan permukaan

Untuk shotcrete yang memenuhi persyaratan kekuatan namun memiliki permukaan tidak rapi,
dapat diperbaiki dengan :
a. Menyikat permukaan dengan sikat besi untuk membersihkan material
b. Bila shotcrete telah mengeras, persiapan permukaan ditunda selama 24 jam. Kemudian
permukaan disiapkan dengan sand blast atau tembakan air bertekanan untuk
membersihkan semua material. Penyemprotan harus dilakukan dengan tekanan yang tidak
terlalu tinggi karena jika digunakan tekanan berlebih dapat menyebabkan lemahnya ikatan
beton.

10. QUALITY CONTROL


a. Umum
Kemiringan tanah harus diperiksa untuk memastikan bahwa persyaratan yang ditentukan
telah dipenuhi.
b. Pemeriksaan ketebalan shotcrete
c. Test Mutu Beton
d. Inspeksi akan dilakukan dengan merefer terhadap Dokumen Rencana Inspekdi dan
Pengujian Lapangan untuk Pekerjaan Civil PNG-Q-ITP-AA0.

11. PEKERJAAN AKHIR


Pekerjaan finishing antara lain perapian lapis permukaan shotcrete, pembersihan lokasi dan bekas
material.

12. MONITORING DAN PELAPORAN


Selama proses pelaksanaan pekerjaan dokumen laporan yang akan diberikan adalah :

- Pembuatan laporan harian

Page 18 of 19
PEKERJAAN PENANGANAN LONGSOR CLUSTER R1 & R2 DAN PERKUATAN
SISI SUNGAI BELU
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN SHOTCRETE

- Pembuatan laporan mingguan

- Pembuatan Gambar Hasil Survey

- Pembuatan Laporan Perhitungan Volume Shotcrete

Page 19 of 19

Anda mungkin juga menyukai