Anda di halaman 1dari 14

A TA N A NE ST ES I K RIT IS

ASUHAN KEPERAW
TE M M ET A BO L IS M E
PADA GANGGUAN SIS
DENGAN
ED IS DIA B ETES
DIAGNOSA M
ME LLITU S TIP E II

h Rosidah, S.Tr.Kep
Istiqoma
member of group 2
Vrillia Adira Sari Ratu Mona Calista

Wulandari Yulia Rabiyatull adawiya


Anggraeni s. mamuki

Fikri Al Mufid Mutakin Nur Mauludia Azizah

Maretha Asih Rossiana Yoan Shalimar Pranatio


Definisi
Diabetes melitus tipe 2 terjadi karena hiperinsulinemia yaitu
ketidakmampuan insulin mengangkut glukosa ke dalam jaringan
akibat resistensi insulin. Meskipun sel beta pankreas masih
mampu memproduksi insulin, namun reseptor insulin tidak
mampu berikatan dengan insulin sehingga menyebabkan
glukosa tidak dapat diangkut ke dalam sel untuk digunakan oleh
seluler. Resistensi insulin (reseptor insulin sudah tidak aktif
karena kadar insulin yang tinggi dalam darah) menyebabkan
kekurangan insulin. Faktor penyebab diabetes melitus tipe 2
antara lain pola makan, gaya hidup, dan faktor genetik
(Trinovita, 2020).
Etiologi
Penyakit diabetes mellitus tipe 2 merupakan penyakit
multifaktor yang melibatkan faktor lingkungan dan faktor
gen atau keturunan. Menurut Burhan (2019) diabetes mellitus
tipe 2 adalah penyakit heterogen yang disebabkan banyak
faktor seperti kombinasi faktor keturunan yang berkaitan
dengan gangguan sekresi insulin, faktor lingkungan seperti
konsumsi makanan berlebihan, aktivitas fisik kurang,
obesitas, stress dan penuaan dengan resistensi insulin.

Diabetes mellitus tipe 2 merupakan generalisasi dari


idiopatik diabetes yang diketahui dengan penurunan
kebutuhan insulin sebagai bentuk pencegahan
ketoasidosis. Predisposisi diabetes mellitus tipe 2 berupa
gangguan autoimun dan gen kerentanan pada
kebanyakan pasien belum teridentifikasi.
Manifestasi Klinis
Menurut (PERKENI, 2021), penyakit Diabetes Mellitus ini pada awalnya
seringkali tidak dirasakan dan tidak disadari oleh penderitanya.
Menurut PERKENI gejala dan tanda DM dapat digolongkan menjadi 2
yaitu akut dan kronik:
1.Gejala Akut 2. Gejala Kronis
Polidipsia Gangguan penglihatan seperti
Poliuria pandangan kabur.
Polifagia Gatal-gatal dan bisul.
Seseorang dapat dikatakan Gangguan saraf tepi (perifer)
menderita diabetes mellitus Rasa tebal pada kulit
apabila menderita dua dari tiga Keputihan pada wanita
gejala yaitu: Infeksi saluran kemih
Gangguan fungsi seksual
Keluhan TRIAS Luka yang sukar untuk disembuhkan
Kadar glukosa darah Lemah dan cepat Lelah
Kadar glukosa darah dua Pada ibu hamil sering terjadi
jam sesudah makan keguguran atau kematian janin
dalam kandungan
Klasifikasi
1. Diabetes melitus 2. Diabetes Melitus 4. c. Diabetes
tipe 1 Tipe 2 Gestasional
Diabetes tipe 2 ini adalah Wanita dengan kadar
Dengan penyakit ini tipe yang sangat tinggi glukosa darah sedikit
banyak sekali yang sering terjadi pada meningkat diklasifikasikan
menyerang orang- penderita diabetes. memiliki diabetes melitus
orang dari segala Diabetes tipe 2 ini lebih pada kehamilan. diabetes
usia, biasanya terjadi banyak menyerang orang pada kehamilan mulai
pada anak-anak dewasa, namun saat ini terjadi pada trimester
ataupun orang meningkat pada anak- kedua atau ketiga
dewasa muda. Orang anak dan remaja. sehingga perlu dilakukan
dengan penyakit skrining atau tes toleransi
diabetes tipe ini tentu 3. Diabetes Melitus glukosa pada semua
membutuhkan insulin tipe lain wanita hamil dengan usia
setiap hari untuk bisa Diabetes melitus tipe lain kehamilan antara 24
mengendalikan kadar merupakan penyakit sampai 28 minggu
glukosa dalam gangguan metabolik yang (Ernawati, 2013).
darahnya. ditandai oleh kenaikan gula
darah
Patofisiologis
Mekanisme terjadinya DM tipe 2 umumnya disebabkan karena resistensi insulin dan
sekresi insulin. Normalnya insulin akan terkait dengan reseptor khusus pada
permukaan sel. Resistensi insulin DM tipe 2 disertai dengan penurunan reaksi intra
sel. Dengan demikian insulin 17 menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan
glukosa oleh jaringan (Mansyah, 2021). Pada penderita toleransi glukosa terganggu,
keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan
dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian,
jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan insulin,maka
kadar glukosa akan meningkat dan terjadinya DM tipe 2. (Ii et al., 2023).

Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat (selama bertahun-tahun) dan


progesif, maka DM tipe 2 dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami
pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan seperti: kelelahan, iritabilitas, poliuria,
polidipsi, luka pada kulit yang lama sembuh, infeksi vagina atau pandangan kabur
(jika kadar glukosa nya sangat tinggi). Diabetes dapat memengaruhi berbagai sistem
organ tubuh manusia dalam jangka waktu tertentu, yang disebut komplikasi.
Komplikasi diabetes dapat dibagi menjadi pembuluh darah mikrovaskular dan
makrovaskuler. Komplikasi mikrovaskuler termasuk kerusakan sistem saraf
(neuropati), kerusakan sistem ginjal (nefropati) dan kerusakan mata (retinopat)
(Lestari et al., 2021).
Komplikasi
Komplikasi yang terjadi akibat penyakit DM dapat berupa gangguan
pada pembuluh darah baik makrovaskuler maupun mikrovaskular,
serta gangguan pada sistem saraf atau neuropati.

1. Komplikasi DM Akut 2. Komplikasi DM kronis


Gangguan pada mata
Hipoglikemia (retinopati diabetik)
Ketosiadosis diabetik (KAD) Kerusakan ginjal (nefropati
Hyperosmolar diabetik)
Hyperglicemic State (HHS) Kerusakan saraf (neuropati
diabetik
Masalah kaki dan kulit
Penyakit kardiovaskular
Pemeriksaan Diagnostik/
Pemeriksaan Penunjang
2.Tes gula darah 4.Tes HbA1C
puasa (glycated
haemoglobin test)

1.Tes gula darah 3.Tes toleransi


sewaktu glukosa
WOC
Penatalaksanaan

2. Latihan fisik 3. Pemantauan kadar


1. Manajemen diet
atau olahraga gula darah

4. Terapi farmakologi 5. Pendidikan Kesehatan


Kesimpulan
Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang ditandai oleh
peningkatan kadar gula darah. Ada dua jenis utama: tipe 1, di
mana tubuh tidak dapat memproduksi insulin, dan tipe 2, di
mana tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif.
Gejalanya meliputi sering buang air kecil, haus berlebihan, dan
kelelahan. Faktor risiko melibatkan genetika dan gaya hidup.
Komplikasi serius termasuk penyakit jantung, kerusakan ginjal,
dan masalah mata. Pengelolaan melibatkan perubahan gaya
hidup, diet sehat, dan pengawasan gula darah. Pencegahan
melibatkan menjaga berat badan sehat dan hidup aktif. Deteksi
dini dan pengelolaan yang baik penting untuk mencegah
komplikasi.
Daftar Pustaka
Hidayat, E. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Appendicitis
Yang Di Rawat Di Rumah Sakit. Jurnal Ilmiah Kesehatan.
http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/id/eprint/1066
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa dan Nanda NIC NOC Jilid 1. Jogjakarta:
Mediaction.
S. Bakhri. (2015). Analisis Praktik Klinik Keperawatan Pada Pasien
Apendisitis dengan Nyeri Akut di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. 151(1). 10- 17.
Sulekale, A. (2016). Penerapan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Kasus Apendisitis Di Rumah Sakit Santa Anna Kendari Tahun 2015
Karya.
Warsinggih. (2016). Bahan Ajar Appendisitis Akut.
Wedjo, M. A. M. (2019). Asuhan Keperawatan Pada An. R. L dengan
Apendisitis dalam Pemenuhan Kebutuhan Aman Nyaman di Wilayah RSUD
Prof. dr. W. Z. Johannes Kupang. In Journal of Chemical Information
and Modeling (Vol. 53, Issue 9).
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai