Anda di halaman 1dari 14

PENATALAKSANAAN

PASIEN KRITIS
PENYAKIT
NEFROLITHIASIS
Kelompok 1 (B1)
Member of the group

Ratu Mona Calista M. Kevin Caesario Vrilia Adira Sari Muh Zulkifli S. Rabiyatull Adawiya S.M
Kelompok 1 Askan Kritis

Ko nse p
NE FR OLI TH IAS IS

Definisi Klasifikasi
i

Klasifikasi batu salurani kemih menurut (Joyce M


Penyakit nefrolitiasis (batu ginjal) merupakan salah satu
penyakit ginjal, dimana ditemukannya batu yang mengandung
komponen kristal dan matriks organik yang merupakan Black dalam buku Medical Surgical Nursing) yaitu:
penyebab terbanyak kelainan saluran kemih. Lokasi batu ginjal 1. Batu Kalsium
khas dijumpai di kaliks, atau pelvis dan bila keluar akan terhenti 2. Batu struvit
dan menyumbat pada daerah ureter (batu ureter) dan kandung
3. Batu asam urat
kemih (batu kandung kemih). Batu ginjal dapat terbentuk dari
kalsium, batu oksalat, kalsium oksalat, atau kalsium fosfat 4. Batu sistin
(Fauzi & Putra, 2016). 5. Batu xanthine
Askan Kritis Kelompok 1

ETIOLOGI
NEFROLITHIASIS

Ada beberapa faktor yang menyebabkan terbentuknya batu pada


ginjal, yaitu:

FAKTOR INTRINSIK FAKTOR EKSTRINSIK


Yaitu seperti geografi, cuaca dan suhu,
Yaitu seperti keturunan, usia (lebih banyak
asupan air (bila jumlah air dan kadar mineral
pada usia 30-50 tahun, dan jenis kelamin kalsium pada air yang diminum kurang), diet
laki-laki lebih banyak dari pada Banyak purin, oksalat (teh, kopi, minuman
perempuan. soda, dan sayuran berwarna hijau terutama
bayam), kalsium (daging, susu,kaldu, ikan
asin, dan jeroan) dan pekerjaan (kurang
bergerak).
Manifestasi
Klinis Manifestasi klinis adanya batu dalam fraktus urinarius
tergantung pada adanya obstruksi, infeksi dan edema. Ketika
batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi yang
menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi
piala ginjal serta ureter proksimal. Beberapa batu dapat
menunjukkan sedikit gejala, tetapi secara perlahan merusak unit
fungsional (nefron) ginjal, sedangkan yang lain menyebabkan
nyeri yang luar biasa dan ketidaknyamanan. Batu pada piala
ginjal menyebabkan sakit yang dalam dan terus menerus di
area kostovestebral. Nyeri yang berasal dari area renal
menyebar secara anterior pada wanita ke bawah mendekati
kandung kemih sedangkan pria mendekati testis. Apabila ada
nyeri tekan pada daerah kostovertebral dan muncul mual dan
muntah maka klien sedang mengalami kolik renal.
PATOFISIOLOGI

Nefrolithiasis dapat terjadi karena beberapa sebab, yakni pembentuk kristal


kalsium dan menimbulkan agregasi pembentukan batu. Subyek normal dapat
mengekskresikan nukleus kristal kecil. Proses pembentukan batu dimungkinkan
dengan kecenderungan ekskresi agregat kristal yang lebih besar dan
kemungkinan sebagai kristal kalsium oksalat dalam air kemih. Proses
perubahan kristal yang terbentuk pada tubul menjadi batu masih belum jelas
proses pembuangan kristal melalui aliran air kemih yang banyak. Diperkirakan
bahwa agregasi kristal menjadi cukup besar sehingga tertinggal dan biasanya
ditimbun pada duktus kolektikus akhir Redemtus, 2022).
Ada beberapa pemeriksaan penunjang dalam menegakkan
diagnosa nefrolitiasis, yaitu :
1. Urin
-PH lebih dari 7,6
-Sediment sel darah merah lebih dari 90%
Pemeriksaan -Biakan urin
-Ekskresi kalsium fosfor, asam urat

Penunjang 2. Darah
-Hb turun
-Leukositosis
-Urium kreatinin
-Kalsum, fosfor, asam urat
3. Radiologi
-Foto BNO/NP untuk melihat lokasi batu dan besar batu
-USG abdomen
-PIV (pelografi intravena)
-Sistoskpi
PENATALAKSANAAN Nefrotiliasis
Penatalaksanaan pada Nefrotiliasis yaitu, meliputi Penatalaksanaan
Terapi dan Penatalaksanaan Operatif :

Penatalaksanaan Terapi Penatalaksanaan Operatif


1. Terapi medis dan simtomatik
Terapi medis berusaha untuk mengeluarkan batu atau
Jenis pembedahan yang dilakukan antara lain:
melarutkan batu yang dapat dilarutkan adalah batu
asam urat, dilarutkan dengan pelarut solutin G. Terapi Pielolititomi : jika batu berada di piala ginjal
simtomatik berusaha untuk menghilangkan nyeri.
Nefrolithotomi/nefrektomi : jika batu terletak didalam ginjal

Terapi mekanik Ureterolitotomi : jika batu berada dalam ureter


Pada batu ginjal, litotripsi dilakukan dengan bantuan
Sistolitotomi : jika batu berada di kandung kemih
nefroskopi perkutan untuk membawa tranduser
melalui sonde kebatu yang ada di ginjal. Cara ini
disebut nefrolitotripsi. Salah satu alternatif tindakan
yang paling sering dilakukan adalah ESWL. ESWL
(Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy) adalah
tindakan memecahkan batu ginjal dari luar tubuh
dengan mengguna kan gelombang kejut.
WEB OF CAUTION (WOC)
PASIEN NEFROLITHIASIS
Diagnosa Pre Anestesi
1. Diagnosa Nyeri
Tujuan : Setelah dilakukan ASKAN selama fase pra
anestesi, nyeri hilang atau berkurang. 2. Diagnosa Ansietas
Kriteria Hasil : Tujuan : Ansietas berkurang/hilang
a. Skala nyeri menurun
Kriteria hasil :
b. Tekanan darah dalam batas normal (sistole: 90–120/
diastole: 60-80 mmHg), tekanan nadi kuat, frekuensi nadi a. Pasien terlihat tenang dan kooperatif.
60 – 100x/menit b. Darah dan Nadi Normal. TD: 120/80
c.Frekuensi napas dalam batas normal (12-16x/menit) mmHg; N: 90x/menit
d.Ekspresi wajah rileks
Rencana Tindakan :
eTidak terjadi diaphoresis
fTidak gelisah a. Kaji tingkat Ansietas.
Rencana Intervensi b. Ajarkan Teknik penghentian ansietas
O : Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan yang sederhana (mendengarkan terapi
T : Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif Audio).
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
c. Dorong keluarga untuk menemani pasien.
dan faktor presipitasi
E : Ajarkan tentang teknik non farmakologi (relaksasi d. Kolaborasikan dengan dokter untuk
napas dalam, distraksi, Spiritual Emotional Freedom pemberian obat penenang.
Technique (SEFT), genggam jari, terapi musik, terapi
murotal, TENS, terapi benson, Bimbingan imaginasi dll)
C : Kolaborasi pemberian obat analgetik sesuai indikasi
(Acetaminophen, NSAID, Opioid)
Diagnosa Intra Anestesi
1. Diagnosa Resiko gangguan fungsi kardiovaskular 2. Diagnosa : Resiko Perdarahan
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
selama fase intra anestesi, gangguan fungsi keperawatan selama fase intra anestesi,
kardiovaskular teratasi/tidak terjadi perdarahan tidak terjadi/teratasi
Kriteria Hasil : Kriteria Hasil:
a. Hemodinamik dalam batas normal a. Akral teraba hangat
b. Tidak ada sianosis b. Pola napas teratur
c. 10. SpO 2 95-100% c. Tekanan darah dalam batas normal ( 90
d. EKG sinus rythm, –120/60 – 80 mmHg), tekanan nadi kuat,
frekuensi nadi 60 – 100x/menit
e. CRT<3 detik
d. Konjungtiva tidak anemis
Rencana Intervensi
e. Kulit tampak tidak pucat
O : Observasi tekanan darah dan MAP, Nadi,
Rencana Intervensi
respirasi dan SpO2 O : Identifikasi warna, jumlah, konsistensi dan
T : Berikan terapi cairan dan obat bau
E : Monitor tanda dan gejala penurunan curah : Monitor tanda dan gejala perdarahan
jantung (dyspnea, kelelahan, edema, T : Pasang double IV line sesuai kebutuhan
ortopnea,distensi vena jugularis, palpitasi, kulit menggunakan Three Way
pucat) E:-
C : Kolaborasi terapi cairan dan pemberian obat C : Kolaborasi pemberian pengontrol
perdarahan, kristaloid, koloid, produk darah.
Diagnosa Post Anestesi
1. Resiko tinggi terhadap cidera 2. Dx : Risiko, infeksi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 10 menit, diharapkan tidak terjadi resiko cedera
selama 10 menit, diharapkan tidak ada infeksi
pada pasien
Kriteria hasil : terhadap pasien dengan
Pasien akan mempertahankan fungsi ginjal. kriteria hasil :
Tidak ada tanda dan gejala reaksi imun Tidak ada tanda-tanda infeksi
Immunosupresan sesuai toleransi tanpa adanya efek Pasien dan keluarga mengetahui tanda, gejela,
samping pencegahan, dan waktu pelaporan infeksi

Intervensi : Intervensi :
Pantau dan laporkan tanda dan gejala reaksi Kaji apakah adanya factor yang meningkatkan
imun(kemerahan, bengkak,nyeri tekan diatas sisi
risiko infeksi pada pasien
transplantasi, peningkatan suhu, peningkatan sel darah
putih, penurunan haluaran urine, peningkatan melakukan teknik aseptic pada pasien
proteinuria, peningkatan BB tiba-tiba, peningkatan BUN Pengurangan mikroorganisme yang dapat
dan kreatinin, edema). ditularkan melalui udara
Periksa tanda-tanda vital setiap 2-4 jam. Tidak melakukan prosedur diagnostic atau
Monitor masukan dan haluaran cairan setiap jam terapeutik yang tidak perlu
selanjutnya setiap 3 jam Jelaskan kepada pasien tujuan, manfaat, risiko
Kaji akses dialysis yang terjadi, jadwal dan efek samping
Pantau dan laporkan efek samping dari obat-obatan Jelaskan kepada pasien dan keluarga tentang
immunosupresif
penyebab, risiko, dan derajat penularan infeksi
Siapkan pasien untuk operasi mengangkat ginjal
Kolaborasi dengan dokter dan perawat terkait
yang ditolak jika terjadireaksi hiperakut
Berikan dukungan kepada pasien dan keluarga. penggunaan obat antibiotic
Evaluasi : insisi telah dilakukan, tujuan tercapai
Kesimpulan
Nefrolitiasis merupakan penyakit kencing batu yang terjadi di ginjal yang
menyebabkan tidak bisa buang air kecil secara normal dan terjadi rasa
nyeri karena adanya batu atau zat yang mengkristal di dalam ginjal.
Batu ginjal menyebabkan obstruksi pada ginjal sehingga menjadi
hidronefrosis, lalu apabila hidronefrosis tidak ditangani maka akan
terjadi komplikasi-komplikasi, diantaranya adalah gagal ginjal, infeksi,
hidronefrosis, avaskuler ischemia yang akhirnya dapat menyebabkan
gagal ginjal serta akan mengakibatkan ancaman kematian bagi
penderita (Eka, 2018). Dengan demikian, tindakan nefrolithotomy tidak
hanya mengatasi permasalahan akut, tetapi juga memberikan dasar
untuk perawatan jangka panjang yang bertujuan menjaga kesehatan
ginjal pasien dan mencegah kekambuhan nefrolithiasis.
"Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang
beriman dan orang-orang yang berilmu di antara
kamu sekalian." (Q.S Al-Mujadilah: 11)

THANK YOU,
for your attention!

Anda mungkin juga menyukai