Bahan Kompre Apotek PMK 73 THN 2016
Bahan Kompre Apotek PMK 73 THN 2016
Farm yg
Masyarakat tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker sudah lulus sbg Apt &
sudah mengucapkan
sumpah jabatan Apt.
TTK
1. S.Farm
2. D3 Farmasi
3. Analis Farmasi
4. Ten. Menengah
farmasi, AA
Syarat Apotek:
Syarat Apoteker Pengelola Apotek
a. Lokasi & Tempat denah dan peta
1. Ijazahnya terdaftar di Kemenkes b. Bangunan sarana dan prasarana
2. Udah ngucapin SUMPAH / Janji sebagai Apoteker c. Peralatan
3. Punya STRA dari Menkes
o Penerimaan R/
4. Memenuhi syarat2 mental dan fisik sbg Apoteker
5. Gak kerja sbg APA di apotek lain dan industri farmasi o Pelayanan R/ & Peracikan Instalasi air bersih
6. Punya surat rekomendasi organisasi IAI o Penyerahan sediaan farmasi, alkes, BMHP Instalasi listrik
7. KTP o Konseling Sistem tata udara
8. NPWP o Penyimpanan Sediaan farmasi, alkes Sistem proteksi kebakaran
o Arsip
1. Rak obat, alat racik, bahan pengemas obat, lemari pendingin, meja, kursi, computer, dll
Cara dapetin SIA 2. Formulir catatan pengobatan pasien, kopi resep, kwitansi dll.
Surat Ijin Apotek
Max. 6 hari sejak laporan diterima, Max. 6 hari sejak tim pemeriksa ditugaskan...
dan kelengkapan administrasi LOLOS
Pemda Kab/Kota menugaskan tim Tim pemeriksa harus melaporkan
Mengajukan permohonan
pemeriksa buat cek kesiapan Apotek hasil pemeriksaan setempat
tertulis ke Pemda Kab./Kota
Pakai Form 2. disertai BAP (Berita acara Pemeriksaan)
Pake Formulir 1 Tim Pemeriksanya harus melibatkan kepada Pemda Kab/Kota pake
Apoteker Di tanda tangan o/ Dinkes Kab./Kota yg terdiri atas Form.3
Apoteker, sertakan tenaga kefarmasian
semua dokumen Kalo GAK LOLOS
Dikasih waktu max. 1 bulan buat melengkapi
persyaratan persyaratan sejak surat penundaan diterima Pemda ngeluarin surat
penundaan (dlm 12 hari
Kalo dlm 1 bulan gk bisa penuhi kelengkapan kerja max) Pake Form 5
Pemda kab/kota mengeluarkan SURAT
PENOLAKAN pakai form 6
Kalo Pemda udah ngelewatin 12 hari tapi SIA belom terbit sedangkan semua Max. 12 hari SIA BISA TERBIT !!
o UU No. 35 th.2009 tentang Narkotika
o UU No. 36 th. 2009 tentang Kesehatan
o UU No. 5 th. 1997 tentang Psikotropika
PELANGGARAN APOTEK
BERAT RINGAN
Merubah denah apotek tanpa izin
Menjual obat daftar G pd yg tidak berhak
Melakukan kegiatan kefarmasian tanpa ada TK Melayani R/ yg gak jelas penulisnya
Terlibat penyimpanan penyaluran obat palsu/gelap Menyimpan obat rusak dan tdk ada penandaannya atau belum
Pindah alamat tanpa izin dimusnahkan
Menjual narkotika, psikotropika tanpa resep Obat di kartu stok gak sesuai jumlahnya dg bentuk fisik
Kerjasama dengan PBF dlm menyalurkan obat kpd yg Salinan resep tdk d ttd o/ Apoteker
tidak berhak dalam jumlah besar Melayani salian R/ narkotik & psikotropik apotek lain
Tidak menunjuk Aping atau Apoteker pengganti saat Lemari narkotik tdk memenuhi syarat
APA keluar daerah R/ Narkotik gk dipisahkan
Buku harian narkotik gak diisi, gak bisa diperiksa
Gak ngisi kartu stok, jadi gk tau asal usul obat dari mana
Pengendalian
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alkes, & BMHP
Rencanakan apa2 saja perbekalan farmasi yg mau dipesan. Jumlahnya berapa, pesan dimana, kapan mau
dipesan. Perhatikan pemilihan PBF yg paling menguntungkan.
Perencanaan harus memPERHATIKAN aspek2 berikut:
1. Pola penyakit yang timbul. (lagi wabah mencret, beli diapet yg banyak, oralit dll)
2. Tingkat perekonomian masyarakat. (jangan stok obat branded kalo apoteknya di lingkungan medle low)
Perencanaan 3. Budya masyarakat. (lihat obat yg sering diresepkan o/ dokter)
(Via Apotek menggunakan metode kombinasi (metode konsumsi + metode epidemiologi).
Kalo udah direncanain apa aja yg mau dipesen, pengadaan barang dilakukan dengan Kumpulin barang2 yg mau dipesan
dari buku defekta. Pesen pake SP (Surat Pesanan) 2 rangkap (buat arsip dan buat pemasok), kalo narkotik 4 rangkap.
SP harus ada tanda tangan apoteker, no. SIPA, stampel, tanggal, obat yg dipesan, jumlah obat yg dipesan.
Metode Pembelian
1. Analisis ABC (u/ evaluasi ekonomi)
Pengadaan 2. Pertimbangan VEN (u/ evaluasi aspek medic/terapi)
a. Kategori A menyerap anggaran 80%
b. Kategori B menyerap anggaran 20% a. Vital (Penting banget, wajib ada, missal jantung, antitoksin)
c. Kategori C menyerap anggaran 10% b. Esensial (Perlu disediakan, missal obat GE, NSAID)
c. non Esensial (Gak prioritas buat disediakan, missal vit, suplemen)
Just in time: Pengadaan obat dilakukan hanya apabila ada kebutuhan saja Proses pengadaan obat di Via Apotek
dilakukan dengan pemesanan terhadap distributor melalu aplikasi Swipe Rx, EMOS, PPGOS, Whatsapp, atau sales yang
datang ke apotek.
Alfabetis
Narkotik, psikotropik harus
diterima sama Apoteker. Bentuk sediaan
Perhatikan obat yg diterima
Farmakologi
sesuai gak sama SP. Expayer
date,nomor batch Lihat obatnya
rusak apa enggak FIFO Penyimpanan
Penerimaan FEFO
Obat kadaluarsa/rusak yg mengandung Narkotika & Psikotropika dimusnahkan o/ Apoteker dan disaksikan
o/ Dinkes Kab/kota. Kalo jumlahnya sedikit, apotekernya yg dating ke BPOM/Dinkes
Kalo obatnya gak mengandung Narko/Psiko cukup disaksikan o/ TTK yg punya SIK/punya ijn.
Pemusnahan dibuktikan pake berita acara pemusnahan menggunakan Form. 1
Alkes/BMHP ditarik kalo izin edar nya dicabut o/ Menteri.
Pemusnahan Resep yg sudah lebih dari 5 tahun di BAKAR atau pake cara lain o/ Apoteker, disaksikan o/ min. 2 petugas di
apotek dibuktikan dengan berita acara pemusnahan resep pake Form. 2
Lalu dilaporin ke dinkes kab/kota
NOTE :Apotek Via belum pernah melakukan pemusnahan
Untuk mempertahankan jenis dan jumlah persediaan sesuai kebutuhan pelayanan. Buat menghindari
Pengendalian kelebihan, kekurangan, kekosongan, kehilangan, kdaluarsa, rusak, serta pengemblian pesanan.
Dikendalikan pakai kartu stok, bis manual ataupun elektronik. Bisa juga dilakukan Stok Opname
Via Apotek melakukan pengendalian dengan metode Stock opname secara berkala, skala besar yaitu setiap 3 bulan
dan 1 tahun sekali.
Semua kegiatan pengelolaan di catat. Pengadaan (catat faktur,SP) ; Penyimpanan (catat stok); Penerimaan (nota,
struk) dll. Arsip disimpan rapih.
Internal : Buat arsip apotek, disimpan untuk perbaikan / evaluasi, keuangan apotek
Pelaporan
Ekseternal : Buat penuhin kewajiban peraturan per UU-an. Misal lapor narkotik, psiko, prekusor
1 1.
2.
Siapkan Sesuai R/ (hitung, ambil obatnya, perhatikan nama, Exp.date)
Racik kalo perlu di racik, kalo enggak langsung msukin wadah
3. Beri etiket sesuai R/
4. Obat yg beda dimasukin ke wadah yg beda juga
Kocok dahulu
PENYIAPAN
bla
o Sebelum obat diserahkan pd pasien, di cek lagi oleh orang yg berbeda bla
Apoteker juga bisa melayani obat non resep / swamedikasi. Apoteker harus memberi edukasi pd pasien yg memerukan obat
non resep u/ penyakit ringan dg memilih obat bebas atau obat bebas terbatas yg sesuai
3
PIO PIO bisa dilakukan dengan cara lisan, tulisan, tatap muka, dan tidak tatap muka (lewat telpon)
LANGKAH2 KONSELING:
3.
Gali informasi lebih lanjut dg cara beri kesempatan buat pasien
1.
Membuka komunikasi antara Apt dg pasien cerita masalah penggunaan obatya
atau keluarga pasie.
“..Ada masalah apa jengg.. obatnya udah beneran diminum?..”
“..Selamat Pagi, jengg.. >_<..”
4.
Beri penjelasan pd pasien, kasih solusi
2.
Menilai pemahaman pasien dengan
buat menyelesaikn masalah terkait
Three Prime Question: penggunaan obatnya
1. Apa yg disampaikan dr. tentang obat anda?
2. Apa yg dijelaskan tentang cara pakai obat anda? Verivikasi akhir, pastikan pasien paham !
3. Apa yg dijelaskan dr terkait harapan setelah
Home Pharmacy care Khususnya u/ pasien lansia & pasien dg pengobatan penyakit kronis
Proses yg memastikan seorang pasien dapet terapi obat efektif dan terjangkau
Pemantauan Terapi Obat (PTO) dengan memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek samping
Kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yg merugikan / tidak diharapkan terjadi pd dosis normal
MESO
0- : Ragu2 / Doubtfull
OBAT BEBAS
Dijual bebas di pasaran bisa dibeli tanpa R/
Contoh: Paracetamol, antasida, milanta
NARKOTIKA
OBAT KERAS Obat yg berasal dari tanaman/bukan tanaman,
Cuma boleh dibeli pake R/ dokter sintetis maupun semi sintetis, bisa bikin turun
Contoh: Amoxicilin, cefixim, antibiotik atau berubah kesadaran, hilangnya rasa,
Psikotropika ada 4 golongan: 1. Gol I : Cuma buat ilmu pengetahuan, sangat adiktif. mengurangi sampai hilang rasa nyeri & bikin
Co: ketergantungan
PSIKOTROPIKA 2. Gol II : berkhasiat pengobatan bisa buat terapi tp
Zat bahan baku/obat, baik alamiah dipake u/ ilmu pengetahuan, potensi kuat adiktif Gol I : But ilmu pengetahuan, bukan buat terapi,
atau sintetis bukan narkotika yg Co: Amineptina, Metilfenidat, Sekokarbital sangat adiktif. Co: Papaver somniverum, opium
berkhasiat psikoaktif melalui 3. Gol III: berkhasiat pengobatan, banyak dipakai u/ masak, tanaman koka, heroin, koain mentah
pengaruh selektif pd SSP bisa terapi, u/ ilmu pengetahuan, potensi sedang adiktif
Gol II : khasiat pengobatan sebagai pilihan akhir,
nyebabkan perubahan khas pd Co: Amobarbital, Pentobarbital
bisa buat terapi dan ilmu pengetahuan, potensi
aktivitas mental & prilaku 4. Gol IV: khasiat pengobatan, banyak dipakai terapi,
tinggi adiktif. Co: Petidin intermediate,
ilmu pengetahuan, potensi ringan bikin adiktif
Sufentanil, Alfasetilmetadol
Contoh: Allobarbital, Aprazolam, Diazepam
Gol III : Khasiat pengobatan, banyak digunakan
dlm terapi, potensi ringan bikin adiktif, untuk
ilmu pengetahuan. Contoh: Codein, Etilmorfin,
Propiram
Adalah obat keras yang bisa diserahkan tanpa R/ dokter o/ Apoteker, biasanya digunakan dalam pelayanan swamedikasi.
Peraturan ini dibuat u/ meningkatkan kemampuan masyarakat dalam dlm menolong dirinya sendiri untuk mengatasi masalah
kesehatan dan meningkatkan pengobatan sendiri secara tepat, aman dan rasional.
Kriteria OWA:
1. Tidak di kotraindkasikan u/ wanita hamil, anak< 2th, Lansia >65th
2. Pengobatan sendiri dg maksud tdk memberikan resiko akan kelanjutan penyakit
3. Penggunaannya gak perlu pake cara & alat khusus yg harus dilakukan o/ tenaga kesehatan
4. Buat penyakit yg prevalensinya tinggi di Indonesia
5. Obatnya punya rasio khasiat keamanan yg bisa dipertanggungjawabkan u/ pengobatan sendiri
Obat Branded
Obat generik yg diberi nama dagang, atau obat yg telah habis
Adalah obat dengan International Non
masa patennya dan diberi nama dagang
Proprietary Name (INN) yg ditetapkan dlm
Contoh: Amoxan, Etamox
Farmakope Indoesia atau buku standar lainnya
untuk zat berkhasiat yg dikandungnya
Obat Paten
Obat hasil riset dari perusahan farmasi yg masih dlm lisensi dan hak paten mereka,
sehingga untuk membuat generiknya harus mendapat izin dari perusahaan tersebut.
Kenapa sih apotek harus bayar pajak???
Dicicil setiap bula 1/12 dari perhitungan pajang 1 tahun sebelumnya. Pembayaran dilakukan setiap tgl 15 setiap bulannya
dan pada akhir tahun diperhitungkan dengan besar pajak yg sesungguhnya yg harus dibayar.
Pph 25
Bentuk Badan Usaha: Bentuk Perseorangan:
Kalo untung perusahaan < 50jt, pajaknya 10% Untung perusahaan < 25jt, pajaknya 5%
Untung perusahaan 50-100jt, pajaknya 15% Untungnya > 25-50jt, pajaknya 10%
Untung > 100jt, pajaknya 30% Untungnya >50-100jt, pajaknya 15%
Untungnya >100-200jt, pajaknya 25%
Untungnya >200jt, pajaknya 35%
Kalo pajak yg terhutang selama 1 tahun ternyata lebih kecil dari cicilan pajak yg dibayarka (PPh 25) maka setelah dilakukan
Pph 28
perhitungan, kelebihan pajak akan dikembalikan setelah dilakukan pemeriksaan dengan hutang pajak berikut saksi-saksinya
Kebalikan dari PPh 28, kalo kekurangan setelah dihitung mka kekurangan pajak terhutang harus dilunasi paling lambat
Pph 27
tanggal 25 bulan ke-3 setelah tahun pajak berakhir bagi wajib pajak sebelum surat pemberitahuan disampaikan
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan pajak tidak langsung dimana pajak terhutang dihitung atas pertambahan nilai yg
PPN
ada. Dalam metode ini PPN dihitung dari selisih pajak pengeluaran dan pemasukan. Pajak pertambahan nilai dikenakan pada
saat pembelian obat daro PBF sebesar 10%.
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh apoteker (PP 51 th 2009)
Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan
dan pendistribusi atau penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. (PP 51 th 2009)
2 Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) yang membantu apoteker dalam menjalani pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas: Ahli Madya
Farmasi, dan 1 Kasir/Admin bertanggung jawab terhadap pengelolaan keuangan dan ketatausahaan, serta bertanggung jawab
terhadap kebenaran tagihan kredit apotek.
Visi :
1. Menjadi apotek yang terus berkembang dan mampu bersaing dengan apotek waralaba
dan dikenal oleh seluruh kalangan masyarakat yang melayani dengan tulus
2. Menjadikan Via Apotek sebagai apotek percontohan yang unggul dalam layanan dan
kinerja serta sebagai pusat perkembangan ilmu kefarmasian
MISI :
1. Memberikan pelayanan kefarmasian yang prima dan ramah kepada masyarakat
2. Menyediakan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang bermutu, aman, dan
terjangkau.
3. Melaksanakan edukasi dan pengembangan ilmu kefarmasian untuk menciptakan calon
pharmacist yang kreatif dan edukatif dalam menghadapi perkembangan industry
kefarmasian.
PIO
Via Apotek melakukan PIO kepada pasien yang memilik riwayat penyakit hipertensi dan diabetes. PIO yang
dilakukaan di Via Apotek hanya berupa lisan/ secara langsung belum didokumentasikan sebagai arsip.
Kegiatan Pelayanan Informasi Obat di Via Apotek, meliputi:
KONSELING
Via Apotek dilakukan pada pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (misalnya: DM, Hipertensi, Kolesterol), dan pada
pasien dengan tingkat kepatuhan rendah. Konseling yang dilakukan menggunakan metode three prime questions untuk pasien baru
dan metode Show and Tell untuk pasien lama.