Anda di halaman 1dari 32

Reaksi Reduksi Oksidasi

Nama Kelompok :
1. Abyasa Yoga (1806122010003)

2. Dewa Ayu Narasavitri (1806122010011)

3. Himayatul Aulya (1806122010016)

4. Ida Ayu Erica Mentari (1806122010031)

5. Kadek Audya Agrasidi (1806122010034)

6. Made Dwi Putra Mahendra (1806122010044)

7. Nengah Subakti Sapta (1806122010048)

8. Ni Kadek Sri Yuliantari (1806122010051)

9. Ni Kadek Susanti Dewi (1806122010052)

10. Ni Made Ester Aprilia Sudarna (1806122010058)

11. Ni Nyoman Nadia Kurnia Dewi (1806122010061)

12. Pande Luh Gede Lenny Wulandari (1806122010066)

13. Putu Septa Darma Meliantara (1806122010074)

14. Thio Thigana (1806122010082


KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas
selesainya makalah ini yang berjudul REAKSI REDUKSI OKSIDASI. Makalah ini disusun
dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah kimia.

Dalam kesempatan ini kami menyampaikan terimakasih kepada :

1. Ir. Dian Tariningsih, MS yang telah memberikan kami kesempatan untuk membuat
makalah ini.
2. Semua pihak yang ikut membantu dan terlibat dalam pembuatan makalah ini.

Penulis sadar bahwa makalah yang kami susun tidak sempurna baik dari penyajian
maupun materi. Mengingat keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki, kami
mengharapkan permakluman dan adanya masukkan dari pembaca untuk perbaikan
selanjutnya. Semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi kami sendiri dan bagi
pembaca.

Denpasar, September 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang........................................................................................ 1

1.2.Rumusan Masalah.................................................................................... 2

1.3.Tujuan ...................................................................................................... 2

BAB II LANDASAN TEORI........................................................................3

BAB III PEMBAHASAN

3.1.Pengertian Redoks.................................................................................... 5

3.2.Pengertian Reduksi dan Oksidasi.............................................................5

3.3.Penyetaraan Reaksi Redoks......................................................................7

3.4.Contoh Reaksi Redoks Dalam Kehidupan Sehari-hari............................22

3.5.Siklus Redoks...........................................................................................26

BAB IV PENUTUP

4.1.Kesimpulan...............................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................28

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beberapa bulan yang lalu sebatang besi yang cukup panjang itu masih
terlihat mulus, mengkilap, dan bersih. Akan tetapi sekarang, sebatang besi itu
terlihat kasar, berwarna kemerahan, dan kotor. Peristiwa ini sering disebut
pengkaratan atau korosi. Ada banyak faktor yang menyebabkan terjadinya korosi,
bisa karena terkena garam, suasana lingkungan yang terlalu lembab, dan masih
banyak lagi faktor-faktor yang lainnya. Namun dari semua faktor yang ada, tidak
akan menyebabkan terjadinya suatu korosi tanpa adanya suatu reaksi kimia.
Reaksi kimia yang menyebabkan terjadinya korosi tersebut disebut reaksi Redoks.

Di alam ini, energi biokimia sering disimpan dan dilepaskan dengan


menggunakan reaksi redoks. Contohnya adalah fotosintesis yang melibatkan
reduksi karbon dioksida menjadi gula dan oksidasi air menjadi oksigen. Reaksi
baliknya, pernapasan, mengoksidasi gula, menghasilkan karbon dioksida dan air.
Sebagai langkah antara, senyawa karbon yang direduksi digunakan untuk
mereduksi nikotinamida adenina dinukleotida (NAD+), yang kemudian
berkontribusi dalam pembentukan gradien proton, yang akan mendorong sintesis
adenosina trifosfat (ATP) dan dijaga oleh reduksi oksigen.

Istilah keadaan redoks juga sering digunakan untuk menjelaskan


keseimbangan antara NAD+/NADH dengan NADP+/NADPH dalam sistem biologi
seperti pada sel dan organ. Keadaan redoksi direfleksikan pada keseimbangan
beberapa set metabolit (misalnya laktat dan piruvat, beta-hidroksibutirat dan
asetoasetat) yang antarubahannya sangat bergantung pada rasio ini.

Reaksi Redoks banyak terjadi pada kehidupan sehari-hari. Beberapa contoh


lain yaitu pada reaksi-reaksi pembakaran, perkaratan, oksidasi makanan dalam sel,
peleburan bijih logam, penyepuhan emas, fotosintesis, dan peleburan bijih logam.
Aki, baterai, dan berbagai proses elektrolis seperti penyepuhan, juga berjalan
berdasarkan reaksi redoks.

1.2 Rumusan Masalah


1
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan reaksi redoks ?
2. Apa yang dimaksud dengan reaksi reduksi dan reaksi oksidasi ?
3. Bagaimana proses penyetaraan reaksi redoks ?
4. Apa saja contoh reaksi redoks dalam kehidupan sehari – hari ?
5. Apa itu siklus redoks ?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui reaksi redoks, cara penyetaraaannya, contoh reaksi
redoks dalam kehidupan sehari – hari serta siklus redoks.

2
LANDASAN TEORI

Perkembangan konsep reduksi dan oksidasi.

Senyawa-senyawa yang memiliki kemampuan untuk mengoksidasi


senyawa lain dikatakan bersifat oksidatif dan dikenal sebagai oksidator atau agen
oksidasi. Oksidator melepaskan elektron dari senyawa lain, sehingga dirinya
sendiri tereduksi. Oleh karena ia "menerima" elektron, ia juga disebut sebagai
penerima elektron. Oksidator biasanya adalah senyawa-senyawa yang memiliki
unsur-unsur dengan bilangan oksidasi yang tinggi (seperti H2O2, MnO4−, CrO3,
3
Cr2O72−, OsO4) atau senyawa-senyawa yang sangat elektronegatif, sehingga dapat
mendapatkan satu atau dua elektron yang lebih dengan mengoksidasi sebuah
senyawa (misalnya oksigen, fluorin, klorin, dan bromin).

Senyawa-senyawa yang memiliki kemampuan untuk mereduksi senyawa


lain dikatakan bersifat reduktif dan dikenal sebagai reduktor atau agen reduksi.
Reduktor melepaskan elektronnya ke senyawa lain, sehingga ia sendiri
teroksidasi. Oleh karena ia "mendonorkan" elektronnya, ia juga disebut sebagai
penderma elektron. Senyawa-senyawa yang berupa reduktor sangat bervariasi.
Unsur-unsur logam seperti Li, Na, Mg, Fe, Zn, dan Al dapat digunakan sebagai
reduktor. Logam-logam ini akan memberikan elektronnya dengan mudah.
Reduktor jenis lainnya adalah reagen transfer hidrida, misalnya NaBH4 dan
LiAlH4), reagen-reagen ini digunakan dengan luas dalam kimia organik[1][2],
terutama dalam reduksi senyawa-senyawa karbonil menjadi alkohol. Metode
reduksi lainnya yang juga berguna melibatkan gas hidrogen (H2) dengan katalis
paladium, platinum, atau nikel, Reduksi katalitik ini utamanya digunakan pada
reduksi ikatan rangkap dua ata tiga karbon-karbon.

Pembakaran hidrokarbon, contohnya pada mesin pembakaran dalam,


menghasilkan air, karbon dioksida, sebagian kecil karbon monoksida, dan energi
panas. Oksidasi penuh bahan-bahan yang mengandung karbon akan menghasilkan
karbon dioksida. Dalam kimia organik, oksidasi seselangkah (stepwise oxidation)
hidrokarbon menghasilkan air, dan berturut-turut alkohol, aldehida atau keton,
asam karboksilat, dan kemudian peroksida.

4
3.1. Pengertian Reaksi Redoks

Reaksi Redoks adalah reaksi yang melibatkan transfer elektron dan


menjelaskan berubahnya bilangan oksidasi atom-atom dalam sebuah reaksi kimia.
Elektron yang dilepaskan oleh zat yang mengalami oksidasi akan diterima oleh zat
yang mengalami reduksi. Pada saat reduksi redoks terjadi, suatu reaktan
mengalami oksidasi sedangkan reaktan yang mengalami reduksi secara
bersamaan.

Pada reaksi redoks terdapat reduktor dan oksidator, dimana reduktor


adalah zat yang dalam reaksi mengalami oksidasi, zat yang mampu mereduksi zat
lain dan zat yang dapat memberikan elektron kepada zat lain, sedangkan oksidator
adalah zat yang dalam reaksi mengalami penurunan bilangan oksidasi, zat yang
mampu mengoksidasi zat lain, zat yang menangkap elektron dari zat lain. Disebut
reaksi redoks karena reaksi reduksi-oksidasi selalu berlangsung bersamaan. Cara
yang mudah untuk melihat proses redoks adalah reduktor mentransfer elektronnya
ke oksidator. Sehingga dalam reaksi, reduktor melepaskan elektron dan
teroksidasi, dan oksidator mendapatkan elektron dan tereduksi. Pasangan
oksidator dan reduktor yang terlibat dalam sebuah reaksi disebut sebagai pasangan
redoks.

3.2. Pengertian Reduksi dan Oksidasi

Reaksi Reduksi adalah reaksi penurunan bilangan oksidasi melalui


penangkapan elektron.

Contoh : Cu2+ (aq) + 2e Cu (s)

Reaksi Oksidasi adalah reaksi peningkatan bilangan oksidasi melalui pelepasan


elektron

Contoh : Zn (s) Zn (aq) + 2e

5
Contoh Reaksi Reduksi-Oksidasi

1. Reaksi yang terjadi ketika logam seng ditambahkan kedalam asam klorida
adalah :
Zn(s) + 2H+ (aq) Zn2+ (aq) + H2 (g)
((g (g(g)

Selama reaksi tersebut berlangsung terjadi kenaikan bilangan oksidasi


atom Zn dari 0 menjadi +2 dan penurunan bilangan oksidasi atom
hidrogen dari +1 menjadi 0

0 +2

oksidasi

Zn(s) + 2H+ (aq) Zn2+ (aq) + H2 (g)

reduksi

+1 0

PERBEDAAN REDUKSI DENGAN OKSIDASI

NO OKSIDASI REDUKSI

Penambahan atom Pengurangan atom


1
oksigen oksigen

Pengurangan atom Penambahan atom


2
hidrogen hidrogen

3 Pelepasan elektron Penangkap elektron

Naiknya bilangan Turunnya bilangan


4
oksidasi oksidasi
6
3.3. Penyetaraan Reaksi Redoks

Banyak reaksi redoks yang sukar disetarakan dengan cara menebak.


Reaksi-reaksi seperti itu dapat disetarakan dengan metode setengah reaksi atau
metode bilangan oksidasi.

1. Metode Bilangan Oksidasi

Metode ini didasarkan pada pengertian bahwa jumlah pertambahan


bilangan oksidasi dari reduktor sama dengan jumlah penurunan bilangan
oksidasi dari oksidator.

Istilah oksidasi mengacu pada pelepasan elektron, sedangkan istilah


reduksi mengacu pada pernangkapan elektron. Reaksi kimia yang
melibatkan oksidasi dan reduksi atom harus diseimbangkan, tidak hanya
jumlah atomnya tetapi juga jumlah elektronnya.
Bilangan oksidasi atom didefinisikan sebagai jumlah elektron
valensi pada atom bebas dikurangi jumlah elektron yang “Dikontrol” oleh
atom dalam senyawanya jika elektron dipakai bersama, ”Kontrol”
diberikan pada atom yang lebih elektron negatif untuk atom unsur yang
sama masing-masing atom memiliki setengah jumlah elektron yang
dipakai bersama. Jika elektron ditransfer dari suatu atom ke atom yang
lain, bilangan oksidasi sama dengan muatan yang dihasilkan. Jika elektron
dipakai bersama, bilangan oksidasinya tidak sama dengan muatannya, dan
mungkin tidak ada muatan yang terjadi.

7
Misalnya, perhatikan atom senyawa CO2

C Masing-masing O

Jumlah elektron 4 6
valensi pada atom bebas

Jumlah elektron -0 -8
valensi yang di “Kontrol”

Bilangan oksidasi + -2
4

Seperti muatan pada sebuah ion, setiap atom mempunyai bilangan


oksidasi. Jumlah total bilangan oksidasi. Jumlah total bilangan oksidasi
semua atom sama dengan muatan bersih pada molekul atau ion maka,
untuk Co2, muatannya adalah 4 + 2(-2) = 0
Dengan mempelajari aturan-aturan dibawah ini , proses penentuan
bilangan oksidasi menjadi lebih mudah.
a) Jumlah semua bilangan oksidasi pada sebuah spesies sama
dengan muatan pada spesies tersebut.
b) Bilangan oksidasi unsur bebas = 0.
c) Bilangan oksidasi semua ion monoatomik sama dengan
muatannya.
d) Dalam senyawanya, bilangan oksidasi semua unsur logam
alkali dan logam alkali tanah sama dengan nomor
golongannya.
+
e) Bilangan oksidasi hidrogen dalam senyawa adalah 1,
kecuali jika hidrogen bergabung dengan logam aktif,
dimana bilangan oksidasinya -1.
f) Bilangan oksidasi oksigen dalam senyawanya adalah -2
(kecuali untuk peroksida dan superperoksida).

8
g) Bilangan oksidasi semua atom halogen dalam senyawanya
adalah ⁻1 kecuali untuk atom klor, brom, dan iodin yang
membentuk senyawa dengan atom oksigen atau atom
halogen yang letaknya lebih tinggi dalam tabel periodik.

a. Penyetaraan dengan Reaksi Ion

Langkah-langkah yang digunakan untuk menyetarakan reaksi, sebagai berikut.


 Tentukan unsur yang mengalami perubahan bilangan oksidasi (Biloks).
 Setarakan unsur yang mengalami perubahan biloks dengan memberikan
koefisien yang sesuai.
 Tentukan jumlah penurunan biloks dari oksidator dan jumlah
pertambahan biloks dari reduktor. Jumlah perubahan biloks = jumlah
atom yang terlibat dikalikan dengan jumlah bilangan oksidasinya.
 Samakan jumlah perubahan biloks tersebut dengan memberi koefisien
yang sesuai.
 Setarakan muatan dengan menambah ion H+ (dalam suasana asam) atau
ion OH- (Dalam suasana basa.
 Setarakan atom H dengan menambahkan H2O.

Contoh soal berikut ini.

a. MnO4-(aq) + H2C2O4 (aq) Mn2+(aq) + CO2(g) (suasana larutan


asam)
b. CrO4(aq) + C2H4(aq) Cr 2O3(s) + C2H4(OH)(aq) (suasana
larutan basa)
c. Cr2O72- (aq) + Fe2+ (aq) Cr3+(aq) + Fe3+ (aq) (suasana larutan
asam)
d. CrO42- (aq) + Fe(OH)2 (aq) Cr2O3 (aq) + Fe(OH)3 (aq) (suasana
basa)

Jawab.

a. MnO4-(aq) + H2C2O4 Mn2+(aq) + CO2(g) (suasana larutan


asam)

9
Langkah 1: Menentukan unsur yang mengalami perubaahan biloks.

Unsur yang mengalami perubahan biloks adalah Mn


(dari +7 -> +2) dan C (dari +3 -> +4)

Langkah 2: Menyetarakan unsur yang mengalami perubahan biloks


dengan memberikan koefisien yang sesuai.

Atom Mn sudah setara.

Untuk menyetarakan atom C, beri koefisien 2 untuk CO2

MnO4-(aq) + H2C2O4 -> Mn2+(aq) + 2CO2(g)

Langkah 3: Menentukan jumlah penurunan biloks dari oksidator dan


jumlah pertambahan biloks dari reduktor

Perubahan biloks Mn : dari +7 menjadi +2 dan C dari +3


menjadi +4. Oleh karena itu reaksi itu melibatkan 2 atom
C, maka jumlah perubahan biloks C = 2 × 1 = 2.

Langkah 4: Menyamakan jumlah perubahan biloks tersebut dengan


memberi koefisien yang sesuai.

Untuk menyetarakan jumlah prubahan biloks, koefisien


MO4- dan Mn2+ dikalikan 2, sedangkan koefisien H2C2O4
dan CO2 dikalikan 5.

2MnO4-(aq) + 5H2C2O4 -> 2Mn2+(aq) + 10CO2(g)

Langkah 5: Menyamakan muatan.

Jumlah atom H diruas kiri = 16, sedangkan di ruas kanan


tidak ada atom H, maka tambahkan 8 molekul H2O di
ruas kanan.

2MnO4-(aq) + 5H2C2O4 + 6H+(aq) -> 2Mn2+(aq) +


10CO2(g) + 8H2O(l)

(Reaksi setara)
10
b. CrO4(aq) + C2H4 -> Cr2O3(s) + C2H4(OH)(aq) (suasana
larutan basa)

Langkah 1: Menentukan unsur yang mengalami perubaahan


biloks.

Unsur yang mengalami perubahan biloks adalah Cr.

Langkah 2: Menyetarakan unsur yang mengalami perubahan


biloks dengan memberikan koefisien yang sesuai.

Untuk menyetarakanan atom Cr, beri koefisien 2 untuk Cr2O42-


Atom C sudah setara.
2CrO4(aq) + C2H4 -> Cr2O3(s) + C2H4(OH)(aq)

Langkah 3: Menentukan jumlah penurunan biloks dari


oksidator dan jumlah pertambahan biloks dari reduktor

Perubahan biloks Cr = 2 × 3 = 6 (tiap atom Cr berubah dari 6+


menjadi 3+) serta perubahan biloks C = 2 × 1 = 2(tiap atom C
berubah dari -2 menjadi -1).

Langkah 4: Menyamakan jumlah perubahan biloks tersebut


dengan memberi koefisien yang sesuai.

Untuk menyetarakan jumlah prubahan biloks, koefisien C 2H4


dan C2H4(OH)2 dikalikan 3.

2CrO4(aq) + 3C2H4 -> Cr2O3(s) + 3C2H4(OH)(aq)

Langkah 5: Menyamakan muatan.

Total muatan diruas kiri = -4

Total muatan diruas kanan = 0

Untuk menyamakan muatan, maka diruas kanan perlu


ditambahkan 4 ion OH-
2CrO4(aq) + 3C2H4 -> Cr2O3(s) + 3C2H4(OH)(aq) + 4OH-(aq)

11
(Muatan setara)

Langkah 6: Menyetarakan atom H.

Jumlah atom H diruas kiri = 12

Jumlah atom H diruas kanan = 22

Tambahkan 5 molekul H2O diruas kiri

2CrO4(aq) + 3C2H4 + 5H2O(l)-> Cr2O3(s) + 3C2H4(OH)(aq) +


4OH-(aq)

(Reaksi setara)

c. Cr2O72- (aq) + Fe2+ (aq) Cr 3+(aq) + Fe3+ (aq) (suasana


larutan asam)

Langkah 1 : Menentukan unsur yang mengalami perubaahan


biloks.

Unsur yang mengalami perubahan biloks adalah Cr dan Fe

Langkah 2 : Menyetarakan unsur yang mengalami perubahan


biloks dengan memberikan koefisien yang sesuai.

Atom Fe sudah setara.

Untuk menyetarakanan atom Cr, beri koefisien 2 Cr3+


Cr2O72- (aq) + Fe2+ (aq) 2Cr3+(aq) + Fe3+ (aq)

Langkah 3: Menentukan jumlah penurunan biloks dari


oksidator dan jumlah pertambahan biloks dari reduktor

Perubahan biloks Cr : dari +6 menjadi +3 dan Fe dari +2


menjadi +3

Langkah 4: setarakan oksigen dan hidrogen.

12
Jumlah atom O diruas kiri = 7, sedangkan di ruas kanan tidak
ada atom O, maka tambahkan 7 molekul H2O di ruas kanan.

Cr2O72- (aq) + Fe2+ (aq) 2Cr3+(aq) + Fe3+ + 7H2O


Jumlah atom H diruas kanan = 14, sedangkan di ruas kiri tidak
ada atom H, maka tambahkan 14 atom H+ di ruas kiri.
Cr2O72- (aq) + Fe2+ (aq) + 14H+(aq) 2Cr 3+(aq) + Fe3+ (aq)
+ 7H2O (l)

Langkah 5 : Setarakan muatan dengan cara menambahkan


elektron pada ruas yang muatannya lebih besar

Pada reaksi reduksi jumlah muatan diruas kiri adalah -2 + 14 =


+12, sedangkan jumlah muatan di ruas kanan adalah 2 x (+3) +
0 = +6. Disetarakan jumlah muatannya dengan menambahkan
6e di ruas kiri. Pada reaksi oksidasi jumlah muatan di ruas kiri
= +2 dan di ruas kanan = +3, maka di ruas kanan ditambah 1e

Reduksi : Cr2O72- (aq) + 14H+(aq) + 6e 2Cr 3+(aq) + 7H2O


(l) (x1)
Oksidasi : Fe2+ (aq) Fe3+ (aq) + 1e (x6)
Redoks : Cr2O72- (aq) + 14H+ (aq) + 6Fe2+ (aq) 2Cr3+(aq)
+ 7H2O + Fe3+ (aq)

(Reaksi Setara)
a. MnO4-(aq) + C2O42- MnO2(s) + CO2(g) (dalam suasana
basa)

Langkah 1 : Memisahkan reaksi redoks menjadi reaksi


reduksi dan reaksi oksidasi.
Reduksi : MnO4-(aq) MnO2(s)
Oksidasi : C2O42-(aq) CO2(g)

Langkah 2 : Pada reaksi reduksi jumlah Mn di ruas kiri dan


di ruas kanan sudah sama. Adapun pada reaksi oksidasi

13
jumlah C di ruas kiri = 2 dan di ruas kanan = 1 maka atom C
di sebelah kanan diberi koefisien 2.
Reduksi : MnO4-(aq) MnO2(s)
Oksidasi : C2O42-(aq) 2 CO2(g)

Langkah 3 : Disetarakan jumlah atom O terlebih dahulu,


kemudian setarakan jumlah atom H. Pada reaksi reduksi,
jumlah atom O dalam MnO4- adalah 4 sedangkan ruas kanan
perlu ditambah atom O = 2, maka di ruas kiri perlu ditambah
2 H2O. Penambah 2 H2O di ruas kiri menyebabkan jumlah
atom H menjadi 4, maka di ruas kanan perlu ditambah 4 OH-
(dalam suasana basa). Pada setengah reaksi oksidasi, jumlah
atom O sudah sama.
Reduksi : MnO4-(aq) + 2 H2O (l) MnO2(s) + 4 OH- (aq)
Oksidasi : C2O42-(aq) 2 CO2(g)

Langkah 4 : Pada reaksi reduksi jumlah muatan di ruas kiri


adalah -1 + 0 = -1, sedangkan jumlah muatan ruas kanan 0 +
(4x-1) = -4. Disetarakan jumlah muatannya dengan
menambah 3 e- di ruas kiri.
Pada reaksi oksidasi jumlah muatan di ruas kiri = -2 dan di
ruas kanan = 0, maka di ruas kanan ditambah 2 e-.
Reduksi : MnO4-(aq) + 2 H2O (l) + 3 e- MnO2(s) + 4 OH-
(aq)
Oksidasi : C2O42-(aq) 2 CO2(g) + 2 e-

Langkah 5 : Pada reaksi reduksi jumlah elektron = 3


sedangkan pada reaksi oksidasi jumlah elektron = 2, maka
kalikan koefisien dari setengah reaksi reduksi dengan 2 dan
kalikan 3 pada setengah reaksi oksidasi.
Reduksi : MnO4-(aq) + 2 H2O (l) + (x2) 3 e- MnO2(s) + 4
OH- (aq)
Oksidasi : C2O42-(aq) 2 CO2(g) + (x3) 2 e-
14
Redoks : 2 MnO4-(aq) + 4 H2O (l) + 3 C2O42-(aq) 2 MnO4-
(s)
+ 8 OH- (aq) + 6 CO2(g) (reaksi telah setara)

a. Penyetaraan dengan Reaksi Rumus


Langkah-langkah yang digunakan untuk menyetarakan reaksi, sebagai
berikut.

 Tentukan unsur yang mengalami perubahan biloks.

 Setarakan unsur yang mengalami perubahan biloks dengan


memberi koefisien yang sesuai.

 Tentukanlah jumlah penurunan biloks dari oksidator dan jumlah


pertambahan biloks dari reduktor.

 Samakan jumlah perubahan biloks reduktor dan oksidator dengan


memberi koefisien yang sesuai.

 Setarakan unsur-unsur yang lainnya dalam urutan kation (logam),


anion (nonlogam), hidrogen, dan teraksir oksigen.

Perhatikan contoh berikut ini,

1. Cu + HNO3 Cu(NO3)2 + NO + H2O

Langkah 1: Menentukan unsur yang mengalami perubahan


biloks.

Unsur yang mengalami perubahan biloks adalah Cu dan N

0 +5 +2 +2

Cu + HNO3 Cu(NO3)2 + NO + H2O

Langkah 2: Menyetarakan unsur yang mengalami perubahan


biloks dengan memberi koefisien yang sesuai.

15
Baik atom Cu maupun atom N sudah setara. Atom N dalam
Cu(NO3)2 tidak mengalami perubahan biloks, jadi belum
diperhitungkan.

Langkah 3: Menentukan jumlah penurunan biloks dari


oksidator dan jumlah pertambahan biloks dari reduktor.

0 +2

Oksidasi : Cu Cu, jumlah pertambahan biloks = 2.

+5 +2

Reduksi :N N, jumlah penurunan biloks = 3.

0 +5 +2 +2

Cu + HNO3 -> Cu(NO3)2 + NO + H2O

+2

-3

Langkah 4: Menyamakan jumlah perubahan biloks reduktor


dan oksidator dengan memberi koefisien yang sesuai.

0 +5 ` +2 +2

Cu + HNO3 -> Cu(NO3)2 + NO + H2O

+2 (×3)

-3 (×2)

Menjadi: 3Cu + 2HNO3 -> 3Cu(NO3)2 + 2NO + H2O

Langkah 5: Menyetarakan unsur-unsur yang lainnya dalam


urutan kation (logam), anion (nonlogam), hidrogen, dan
teraksir oksigen.

Tidak ada kation lain dalam reaksi ini selain Cu.

16
Anion yang tidak mengalami perubahan biloks adalah NO 3-,
yaitu pada Cu(NO3)2 yang jumlahnya sebanyak 6. Ion NO 3- ini
juga berasal dari HNO3, jadi jumlah HNO3 harus ditambahnkan
6 sehingga menjadi 8.

3Cu + 8HNO3 -> 3Cu(NO3)2 + 2NO +H2O

Selanjutnya untuk menyetarakan atom H, tuliskan koefisien


H2O = 4

3Cu + 8HNO3 -> 3Cu(NO3)2 + 2NO +4H2O

Atom O sudah setara dan dengan demikian reaksi sudah setara.

2. CuS + NO3- Cu2+ + S + NO

Langkah 1 : Menentukan unsur yang mengalami perubahan


biloks.

Unsur yang mengalami perubahan biloks adalah S dan N

-2 +5 0 +2

CuS + NO3- Cu2+ + S + NO

Langkah 2: Menyetarakan unsur yang mengalami perubahan


biloks dengan memberi koefisien yang sesuai.

Baik atom S maupun atom N sudah setara.

Langkah 3: Menentukan jumlah penurunan biloks dari


oksidator dan jumlah pertambahan biloks dari reduktor.

-2 0

Oksidasi : CuS S, jumlah pertambahan biloks = 2.

+5 +2

17
Reduksi : NO3- NO, jumlah penurunan biloks = 3.

-2 +5 0 +2

CuS + NO3- Cu2+ + S + NO

-2 +2 0

+5 -3 +2

Langkah 4: Menyamakan jumlah perubahan biloks reduktor


dan oksidator dengan memberi koefisien yang sesuai.

-2 +5 ` 0 +2

CuS + NO3- Cu2+ + S + NO

-2 +2 x (3) 0

+5 -3 (×2) +2

Menjadi: 3CuS + 2NO3- Cu2+ + 3S + 2NO

Langkah 5: Menyetarakan unsur-unsur yang lainnya dalam


urutan kation (logam), anion (nonlogam), hidrogen, dan
teraksir oksigen.

Tidak ada kation lain dalam reaksi ini selain Cu.

Anion yang tidak mengalami perubahan biloks adalah NO3

Selanjutnya untuk menyetarakan atom H, tuliskan koefisien


H2O = 4

3CuS + 2NO3- Cu2+ + 3S + 2NO + 4H2O

Selanjutnya untuk menyetarakan atom O, tuliskan koefisien H


+
=8

3CuS + 2NO3- + 8H+ Cu2+ + 3S + 2NO + 4H2O

(Reaksi Setara)
18
2. Metode Setengah Reaksi/Metode Ion dan Elektron.

Metode setengah reaksi didasarkan pada pengertian bahwa jumlah


elektron yang dijumlahkan pada setengah reaksi oksidasi sama dengan
jumlah electron yang diserap pada setengah reaksi reduksi. Proses
penyetaraan berlangsung menurut tahap-tahap sebagai berikut :
a. Langkah 1: Menulis kerangka dasar dari setengah reaksi
reduksi dan oksidasi secara terpisah dalam bentuk reaksi
ion.
K2Cr2O7 (aq) + HCl (aq) KCl (aq) + CrCl3 (aq) + Cl2
(aq) + H2O (aq)
Reduksi : Cr2O7 2- (aq) Cr3+ (aq)
Oksidasi : Cl- (aq) Cl2 (aq)
Langkah 2: Menyetarakan masing-masing setengah reaksi.
Setarakan banyaknya atom unsur yang mengalami perubahan
bilangan oksidasi.
Yang mengalami perubahan bilangan oksidasi pada reaksi di
atas adalah Cr dan Cl. Banyaknya atom Cr di sebelah kiri = 2,
berarti di sebelah kanan juga harus 2. Begitu juga Cl.
Cr2O72- 2Cr3+
2Cl- Cl2
Setarakan jumlah oksigen dengan cara menambahkan nH2O
pada ruas yang kekurangan n Oksigen dan tambahkan 2nH+
pada ruas lawannya.
Cr2O72- + 14 H+ 2Cr3+ + 7H2O
2Cl- Cl2
Langkah 3: Menyatarakan muatan dengan menambahkan
elektron pada ruas yang muatannya lebih besar.
Jumlah muatan pada reduksi :
Di ruas kiri = (-2) + 14 = +12
Di ruas kanan = 2x (+3) = +6

19
Jumlah muatan di ruas kiri lebih besar 6 satuan daripada di
sebelah kanan. Tambahkan 6 elektron pada ruas kiri.
Cr2O7 2- + 14 H+ + 6 e- 2Cr3+ + 7 H2O
Jumlah muatan pada oksidasi di ruas kiri = -2 dan di kanan =
0, jadi tambahkan 2 elektron pada ruas kanan.
2Cl- Cl2 + 2e-
a. Langkah 4: Menyetarakan jumlah elektron yang diserap
pada setengah reaksi reduksi dengan jumlah electron yang
dibebaskan pada setengah reaksi oksidasi dengan cara
memberi koefisien yang sesuai, kemudian jumlahkan kedua
setengah reaksi tersebut.

Cr2O72- + 14H+ + 6e- 2Cr3+ + 2H2O


x1
2Cl- Cl2 + 2e-
x3

Cr2O72- + 6Cl- + 14H+ 2Cr3+ + 3Cl2 +


7H2O
Langkah 4: Apabila terdapat spesi lain, selain unsur yang
mengalami perubahan bilangan oksidasi, oksigen dan
hidrogen, maka penyetaraan dilakukan dengan menambahkan
spesi yang bersangkutan pada ruas lainnya.
Pada reaksi diatas yang tidak mengalami perubahan bilangan
oksidasi adalah K+ dan sebagian Cl-.
Pada Cr2O72- terdapat dua ion K+, jadi tambahkan dua ion K+
di kiri dan dua lagi di kanan.
+
Pada 2Cr 3 terdapat enam ion Cl- , jadi tambahkan enam ion
Cl- di kanan dan enam di kiri lain. Pada KCl terdapat 2Cl - di
kiri dan 2Cl- di kanan.

Cr2O72- + 6Cl- + 14H+ 2Cr3+ + 3Cl2 + 7H2O


2K+ + 6Cl- + 2Cl- 2K+ + 6Cl- + 2Cl-
20
K2Cr2O7 + 14HCl 2CrCl3 + 2KCl + 3Cl 2 +
7H2O

b. K2Cr2O7 + HCl KCl + CrCl3 + Cl2 + H2O


Langkah 1 : menuliskan kerangka dasar setengah reaksi reduksi
dan setengah reaksi oksidasi.
Reduksi : Cr2O72- Cr3+
Oksidasi : Cl- Cl2
Langkah 2: Menyetarakan masing-masing setengah reaksi.

Reduksi Oksidasi

Cr2O72 - 2Cr3+ 2Cl- Cl2

Cr2O72 - 2Cr3+ + 7H2O 2Cl- Cl2

Cr2O72 - + 14 H + 2Cr3+ 2Cl- Cl2


+ 7H2O

Cr2O72-+14H+ + 6e 2Cr3+ 2Cl- Cl2 + 2e (x3)


+ 7H2O (x1)

Langkah 3 : Menyamakan jumlah elektron yang diserap pada


setengah reaksi reduksi dengan jumlah elektron yang dibebaskan
pada setengah reaksi oksidasi,kemudian jumlahkan.
Reduksi : Cr2O72-+14H+ + 6e 2Cr3+ + 7H2O
Oksidasi : 6Cl- 3Cl2 + 6e +
Redoks : Cr2O72-+14H+ + 6Cl- 2Cr3+ + 3Cl2 + 7H2O

21
3. Contoh reaksi Redoks dalam kehidupan sehari-hari

Dasar elektrokimia adalah reaksi redoks, yaitu serah terima elektron dari
satu pereaksi yang lain. Elekrokimia adalah cabang ilmu yang mempelajari
hubungan antara energi listrik dan reaksi kimia. Dinyatakan bahwa listrik timbul
akibat aliran (gerakan) partikel bermuatan dalam mediumnya yang disebut
konduktor. Aliran itu terjadi karena terdapat beda potensial di antara dua titik
dalam konduktor tersebut. Beda potensial itu dapat dibuat bila kedua ujung
konduktor dihubungkan dengan sumber arus.
Sumber arus dapat diciptakan dengan mengubah energi mekanik, energi
panas, atau energi kimia dengan alat-alat tertentu. Air terjun dapat memutar
generator untuk menghasilkan listrik bertenaga besar. Kemudian, energi panas
pembakaran minyak dapat dipakai untuk menghidupkan generator berenergi
sedang, dan reaksi redoks dalam larutan dapat menghasilkan listrik berenergi
kecil, seperti baterai. Generator menghasilkan arus bolak-balik (AC= across
current) tetapi dapat diubah jadi arus searah (DC = direct current), sedangkan
baterai dan aki menghasilkan arus searah. Dalam elektrokimia, reaksi redoks
berlangsung pada bagian sel yang disebut elektrode-elektrode. Elektrokimia
dibagi menjadi dua sel, yaitu sel Galvani/ sel Volta, dan sel Elektrolisis.
Sel Galvani, yaitu reaksi redoks spontan yang elektronnya dipaksa melalui
kawat, sehingga sel ini menghasilkan arus listrik. Yang dibahas dalam sel ini
adalah cara menentukan potensial sel, serta manfaat dan kerugiannya.
Setelah itu dilanjutkan dengan sel elektrolisis, yaitu reaksi redoks yang
tidak spontan, tetapi dipaksa terjadi oleh energi listrik. Pembahasan sel ini
diutamakan tentang cara menentukan reaksi pada anoda dan katoda, serta
hubungan perubahan zat dengan kuantitas listrik yang terpakai.

Contoh reaksi redoks dalam kehidupan sehari-hari :


1. Reaksi fotosintesis yaitu :
6CO2 + 6H2O C6H12O6 + 6O2
Dalam reaksi tersebut, terjadi penerapan redoks, yaitu :

22
=> Oksidasi (dalam unsur oksigen (O), berubah biloks dari -2 menjadi 0.
=> Reduksi (dalam unsur karbon (C), berubah biloks dari +4 menjadi 0.
2. Pada perkaratan besi (korosi) :
Pada peristiwa perkaratan (korosi), logam mengalami oksidasi, sedangkan
oksigen (udara) mengalami reduksi. Rumus kimia dari karat besi adalah
Fe2O3 . xH2O berwarna coklat-merah. Korosi merupakan proses
elektrokimia. Pada korosi besi, bagian tertentu dari besi itu berlaku sebagai
anode, dimana besi mengalami oksidasi.
Fe(s) Fe2 + (aq) + 2e . . . . . . . . . . . . . . E = +0, 44V
O2(g) + 2H2O(l) + 4e 4OH- . . . . . . . . . . . . . . E++0, 40V
Ion besi (II) yang terbentuk pada anode selanjutnya teroksidasi
membentuk ion besi (III) yg kemudian membentuk senyawa oksida
terhidrasi, Fe2O3 . xH2O, yaitu karat besi.

Pd baterai :
Anoda : Zn Zn2 + 2e
Katoda : 2MnO2 + 2NH4+ 2e Mn2O3 + 2NH3 + H2O

menjadi
Zn + 2NH4 + 2MnO2 Zn2+ + Mn2O3 +2NH3 + H2O

Reaksi redoks dalam reaksi tersebut adalah :


=> Oksidasi :
Di anoda pada Zn, biloks Zn dari 0 menjadi +2.
=> Reduksi :
Di katoda pada Mn, biloks Mn dari +4 menjadi +3.

3. Karbit atau Kalsium karbida adalah senyawa kimia dengan rumus kimia CaC2.
Karbit digunakan dalam proses las karbit dan juga dapat mempercepat
pematangan buah.

Persamaan reaksi Kalsium Karbida dengan air adalah: CaC2 + 2 H2O → C2H2
+ Ca(OH)2

23
Karena itu 1 gram CaC2 menghasilkan 349ml asetilen. Pada proses las karbit,
asetilen yang dihasilkan kemudian dibakar untuk menghasilkan panas yang
diperlukan dalam pengelasan.

4. Baterai alkali

Baterai alkali hampir sama dengan bateri karbon-seng. Anoda dan katodanya
samadengan baterai karbon-seng, seng sebagai anoda dan MnO2 sebagai
katoda.Perbedaannya terletak pada jenis elektrolit yang digunakan. Elektrolit
pada bateraialkali adalah KOH atau NaOH. Reaksi yang terjadi adalah:

anoda: Zn + 2 OH-→ZnO + H2O + 2e

katoda: 2MnO2+ H2O + 2e-→Mn2O3+ 2OH-

Potensial sel yang dihasilkan baterai alkali 1,54 volt. Arus dan tegangan
padabaterai alkali lebih stabil dibanding baterai karbon-seng.

5. baterai Nikel Kadmium

Baterai nikel-kadmium merupakan jenis baterai yang dapat diisi ulang seperti
aki,baterai HP, dll. Anoda yang digunakan adalah kadmium, katodanya adalah
nikel danelektrolitnya adalah KOH. Reaksi yang terjadi:

anoda : Cd + 2 OH-→Cd(OH)2+ 2e

katoda : NiO(OH) + H2O→Ni(OH)2+ OH-

Potensial sel yang dihasilkan sebesar 1,4 volt.

6. Zat pemutih

Zat pemutih adalah senyawa yang dapat digunakan untuk menghilangkan warna
benda, seperti pada tekstil, rambut dan kertas. Penghilangan warna terjadi melalui
reaksi oksidasi. Oksidator yang biasa digunakan adalah natrium hipoklorit
(NaOCl) dan hidrogen peroksida (H2O2). Warna benda ditimbulkan oleh
elektron yang diaktivasi oleh sinar tampak. Hilangnya warna benda disebabkan
oksidator mampu menghilangkan elektron tersebut. Elektron yang dilepaskan
kemudian diikat oleh oksidator.

7. Reaksi redoks dalam industri

24
Proses utama pereduksi bijih logam untuk menghasilkan logam
didiskusikan dalam artikel peleburan. Oksidasi digunakan dalam berbagai
industri seperti pada produksi produk-produk pembersih. Reaksi redoks
juga merupakan dasar dari sel elektrokimia.

8. Reaksi redoks dalam biologi

Atas :asam askorbat (bentuk tereduksi Vitamin C)


Bawah :asam dehidroaskorbat (bentuk teroksidasi
Vitamin C)

Banyak proses biologi yang melibatkan reaksi redoks.

Pernapasan sel, contohnya, adalah oksidasi glukosa (C6H12O6) menjadi


CO2 dan reduksi oksigen menjadi air. Persamaan ringkas dari pernapasan
sel adalah:

C6H12O6 + 6 O2 → 6 CO2 + 6 H2O


Proses pernapasan sel juga sangat bergantung pada reduksi NAD+ menjadi
NADH dan reaksi baliknya (oksidasi NADH menjadu NAD+). Fotosintesis secara
esensial merupakan kebalikan dari reaksi redoks pada pernapasan sel:

6 CO2 + 6 H2O + light energi → C6H12O6 + 6 O2

Energi biologi sering disimpan dan dilepaskan dengan menggunakan


reaksi redoks. Fotosintesis melibatkan reduksi karbon dioksida menjadi gula dan

25
oksidasi air menjadi oksigen. Reaksi baliknya, pernapasan, mengoksidasi gula,
menghasilkan karbon dioksida dan air. Sebagai langkah antara, senyawa karbon
yang direduksi digunakan untuk mereduksi nikotinamida adenina dinukleotida
(NAD+), yang kemudian berkontribusi dalam pembentukan gradien proton, yang
akan mendorong sintesis adenosina trifosfat (ATP) dan dijaga oleh reduksi
oksigen. Pada sel-sel hewan, mitokondria menjalankan fungsi yang sama.

Istilah keadaan redoks juga sering digunakan untuk menjelaskan


keseimbangan antara NAD+/NADH dengan NADP+/NADPH dalam sistem biologi
seperti pada sel dan organ. Keadaan redoksi direfleksikan pada keseimbangan
beberapa set metabolit (misalnya laktat dan piruvat, beta-hidroksibutirat dan
asetoasetat) yang antarubahannya sangat bergantung pada rasio ini. Keadaan
redoks yang tidak normal akan berakibat buruk, seperti hipoksia, guncangan
(shock), dan sepsis.
Siklus redoks
Berbagai macam senyawa aromatik direduksi oleh enzim untuk
membentuk senyawa radikal bebas. Secara umum, penderma elektronnya adalah
berbagai jenis flavoenzim dan koenzim-koenzimnya. Seketika terbentuk, radikal-
radikal bebas anion ini akan mereduksi oskigen menjadi superoksida. Reaksi
bersihnya adalah oksidasi koenzim flavoenzim dan reduksi oksigen menjadi
superoksida. Tingkah laku katalitik ini dijelaskan sebagai siklus redoks

26
Kesimpulan

Reaksi Redoks, terdiri dari dua bagian penting yang bergabung menjadi
satu. Reaksi Reduksi dan Oksidasi. Dalam reaksi redoks, kedua reaksi ini
berlangsung bersamaan. Reduksi merupakan reaksi yang memungkinkan
terjadinya penerimaan elektron, dan penurunan bilangan oksidasi. Oksidasi
merupakan reaksi yang memungkinkan terjadinya pelepasan elektron, dan terjadi
kenaikan bilangan oksidasi. Senyawa-senyawa yang memiliki kemampuan untuk
mengoksidasi senyawa lain dikatakan bersifat oksidatif dan dikenal sebagai
oksidator atau agen oksidasi. Oksidator melepaskan elektron dari senyawa lain,
sehingga dirinya sendiri tereduksi. Oleh karena ia "menerima" elektron, ia juga
disebut sebagai penerima elektron.Senyawa-senyawa yang memiliki kemampuan
untuk mereduksi senyawa lain dikatakan bersifat reduktif dan dikenal sebagai
reduktor atau agen reduksi. Reduktor melepaskan elektronnya ke senyawa lain,
sehingga ia sendiri teroksidasi. Oleh karena ia "mendonorkan" elektronnya, ia
juga disebut sebagai penderma elektron.

Banyak reaksi redoks yang sukar disetarakan dengan cara menebak. Oleh
karena itu, diperlukan metode atau cara penyetaraan reaksi yang lebih pasti, yaitu
dengan metode bilangan oksidasi, dan metode setengah reaksi. Metode bilangan
oksidasi lebih mengutamakan perubahan bilangan oksidasi. Metode setengah
reaksi lebih menitikberatkan pada pemecahan reaksi reduksi-oksidasi terlebih
dahulu, setelah itu digabung untuk penyetaraan lebih lanjut.

Reaksi Redoks banyak terjadi pada kehidupan sehari-hari. Selain dalam


elektrokimia dan perkaratan besi, ada juga beberapa contoh lain yaitu pada reaksi-
reaksi pembakaran, oksidasi makanan dalam sel, penyepuhan emas, fotosintesis,
dan peleburan bijih logam. Aki, baterai, dan berbagai proses elektrolisis seperti
penyepuhan, juga berjalan berdasarkan reaksi redoks.

27
Daftar Pustaka
P3AI-ITS.2011. Buku Sekolah Interaktif Reaksi Redoks Dan
Elektrokimia . Surabaya

Pttrucci,Ralph H. 1987. Kimia Dasar. Edisi 4 . Jilid 3. Erlangga :


Jakarta

S.Sukri . 1990. Kimia Dasar 1 . ITB : Bandung

Imam,Khasani Soemanto. 1990 . Kimia Untuk Universitas . Erlangga :


Jakarta

Brady, James E. (Sukmariah Maun). 1999 . Kimia Universitas Asas


dan Struktur . Edisi kelima . Jilid dua . Jakarta : Binarupa Aksara.

28
29

Anda mungkin juga menyukai