Anda di halaman 1dari 6

Tugas 2

PENGANTAR PENDIDIKAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
PDGK4407/3 SKS
TUTOR : NISA FITRIANI

NAMA : YUSSAFAT ROSE LIDYA


NIM : 856495878

UPBJJ – UT PEKANBARU
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA
2024
Kerjakanlah tugas berikut ini!
1. Anak tuna netra memiliki keterkaitan dengan beberapa indera karena kekurangannya
pada salah satu indera penglihatan. Jelaskan keterkaitan indera pendengaran dan perabaan
dengan anak tuna netra!
2. Seorang guru dituntut untuk memberikan layanan yang maksimal pada seluruh peserta
didiknya tidak terkecuali anak tuna netra. Berikan salah satucontoh media yang dapat
digunakan guru untuk membimbing anak netra dan jelaskan penggunaan media tersebut!
3. Sistem Pendidikan segregasi, sistem Pendidikan inklusi dan system Pendidikan integrasi
merupakan sistem Pendidikan yang dapat diterapkan pada anak tuna rungu. Menurut
Saudara sistem Pendidikan manakah yang paling tepat digunakan untuk anak tuna rungu
dan berikan alasannya!
4. Jelaskan Chronological age dan mental age yang berkaitan dengan penyandang tuna
grahita dan buatlah bagannya!
5. Terdapat beberapa strategi pembelajaran yang dapat diterapkan pada anak tuna grahita
seperti strategi pengajaran di individualisasikan, strategi kooperatif, dan strategi
modifikasi tingkah laku. Buatlah skenario pembelajaran yang sederhana dari salah satu
strategi tersebut yang menurut Saudara paling tepat diterapkan pada anak tuna grahita!

Jawaban:
1. Anak tuna netra mengalami keterkaitan penting antara indera pendengaran dan perabaan
karena kekurangan fungsi indera penglihatan. Mereka menggunakan indera pendengaran
untuk mendengar dan indera peraba untuk merasakan lingkungan sekitar. Hal ini
menghasilkan kepekaan yang lebih tinggi pada kedua indera tersebut, dan merupakan
bentuk adaptasi untuk mengatasi kekurangan indera penglihatan. Otak anak tuna netra
melakukan reorganisasi fungsi area sensorik guna memenuhi kebutuhan yang timbul dari
kekurangan indera penglihatan, terutama pada masa kanak-kanak yang lebih fleksibel
dalam beradaptasi.
Keterkaitan indera ini membantu mereka beradaptasi dengan lingkungan, mengumpulkan
informasi tentang lingkungan melalui pendengaran, mengembangkan kemampuan
bahasa, dan mengasah keterampilan perabaan untuk berinteraksi dengan dunia fisik.
Adaptasi ini menunjukkan kemampuan anak tuna netra dalam mengatasi tantangan
kekurangan indera dan memberikan mereka peluang untuk berprestasi dan berpartisipasi
penuh dalam kehidupan sehari-hari dan masyarakat.
2. Salah satu contoh media yang dapat digunakan oleh seorang guru untuk membimbing
anak tuna netra adalah buku dengan teks Braille.Buku Braille adalah sistem tulisan dan
membaca sentuhan yang dikembangkan untuk orang dengan kebutuhan penglihatan yang
terbatas. Penggunaan buku Braille memiliki beberapa manfaat, seperti:
1) Akses ke materi pembelajaran yang sama seperti anak penglihatan normal
2) Independensi dalam belajar dengan menguasai membaca dan menulis Braille
3) Pengembangan bahasa dan kosakata
4) Pengembangan keterampilan motorik halus
5) Menghadirkan konten visual dengan gambar-gambar taktile
Dengan menggunakan buku Braille, guru dapat memberikan layanan yang maksimal
pada anak-anak tuna netra, membantu mereka dalam pengembangan keterampilan
literasi, pengetahuan, dan kemandirian dalam pembelajaran.
3. Sistem pendidikan inklusi adalah yang paling tepat untuk anak tuna rungu karena
mempromosikan integrasi penuh mereka kedalam lingkungan pendidikan biasa. Dengan
pendekatan inklusi, anak-anak tuna rungu dapat belajar bersama dengan teman sebaya
yang memiliki kemampuan pendengaran normal, memungkinkan interaksi sosial yang
lebih luas dan beragam.
Lingkungan inklusi juga mendorong pembelajaran saling mendukung dan pemahaman
keberagaman. Selain itu, pendekatan inklusi memungkinkan akses yang lebih baik
terhadap sumber daya pendidikan dan dukungan khusus yang dibutuhkan oleh anak-anak
tuna rungu, member mereka kesempatan untuk mengembangkan potensi mereka secara
penuh dan mengintegrasikan diri secara efektif dalam masyarakat.
4. Chronological age dan mental age adalah dua konsep yang berbeda dalam psikologi,
tetapi keduanya terkait dengan perkembangan individu, termasuk penyandang tuna
grahita.
a. Chronological age adalah usia seseorang berdasarkan jumlah tahun sejak lahir
mereka. Ini adalah ukuran standar untuk mengukur usia seseorang dan biasanya
dihitung dalam tahun, bulan, dan hari. Contohnya, jika seseorang lahir pada tanggal 1
Januari 2000, maka pada tanggal 1 Januari 2024, usia kronologis mereka adalah 24
tahun.
b. Mental Age yaitu estimasi usia mental atau perkembangan seseorang berdasarkan
tingkat kecerdasan, keterampilan, dan pencapaian kognitif mereka.Ini sering diukur
melalui tes kecerdasan atau tes pengembangan yang membandingkan kemampuan
individu dengan standar usia kronologis lainnya. Contoh, jika seseorang berusia 20
tahun tetapi memiliki kemampuan kognitif dan perkembangan yang setara dengan
rata-rata usia 15 tahun, maka mental age mereka adalah 15 tahun.
Hubungan chronological age dengan mental age bagi penyandang tuna grahita adalah
penyandang tuna grahita memiliki mental age yang biasanya lebih rendah dari usia
kronologis. Ini berarti bahwa meskipun seseorang mungkin memiliki usia tertentu secara
kronologis, kemampuan kognitif mereka mungkin setara dengan usia yang lebih muda.
Misalnya, seorang dewasa tuna grahita mungkin memiliki usia kronologis 30 tahun, tetapi
mental age mereka hanya setara dengan usia 10 tahun.
Contoh bagan chronological age, mental age pada penyandang tuna grahita:
CA MA

(UsiaKronologis) (Usia Mental)

8 tahun 5 tahun

10 tahun 7 tahun

12 tahun 9 tahun

14 tahun 11 tahun

16 tahun 13 tahun
5. Contoh scenario pembelajaran yang sederhana menggunakan strategi pengajaran di
individualisasikan pada anak tuna grahita:
Skenario Pembelajaran
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam

Tujuan : Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan anak tuna grahita


dalam memahami ajaran agama Islam.

Strategi : Strategi Pengajaran Di individualisasikan

Kelas : Kelas khusus untuk anak tuna grahita di Sekolah Luar Biasa
(SLB)

Bahan Ajar : Buku ajar Pendidikan Agama Islam yang disesuaikan dengan
tingkat kemampuan anak tuna grahita.

Proses Pembelajaran : 1. Pengenalan Materi


Guru memberikan pengenalan singkat tentang materi yang
akan dipelajari, menggunakan bahasa yang sederhana dan
gambar-gambar yang mudah dipahami

2. Pembelajaran
Guru memberikan bahan ajar yang disesuaikan dengan tingkat
kemampuan anak tuna grahita. Guru juga memberikan contoh-
contoh yang mudah dipahami dan meminta anak tuna grahita
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan
materi.

3. Latihan
Guru memberikan latihan-latihan yang sederhana dan mudah
dipahami untuk anak tuna grahita. Guru juga memberikan
bantuan langsung jika anak tuna grahita mengalami kesulitan.

4. Evaluasi
Guru melakukan evaluasi setelah pembelajaran untuk
mengetahui tingkat pemahaman anak tuna grahita. Guru juga
memberikan umpan balik yang konstruktif untuk meningkatkan
kemampuan anak tuna grahita.

Sumber:
https://www.slideshare.net/sinyakkaceh/strategi-pembelajaran-individual-pada-anak-tuna-grahita
https://ejournal.staindirundeng.ac.id/index.php/dicis/article/download/1031/468
http://repository.uin-suska.ac.id/30731/2/GABUNGAN%20KECUALI%20BAB%20IV
%284%29.pdf
https://www.merdeka.com/trending/mental-age-adalah-kemampuan-rata-rata-di-tingkatan-usia-
ketahui-cara-mengukurnya-kln.html
https://konshius.com/mental-age-vs-chronological-age-what-is-our-education-system-designed-
to-assess/
https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikankhusus/article/download/14128/12868
https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/Quality/article/download/2114/1798

Anda mungkin juga menyukai