Anda di halaman 1dari 7

TUGAS TUTON 2

PDGK4407
PENGANTAR PENDIDIKAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

RISKI ANNI TRI MUSLIMAH


856080837
S1-PGSD
UPBJJ-BATAM
1. Anak tuna netra memiliki keterkaitan dengan beberapa indera karena
kekurangannya pada salah satu indera penglihatan. Jelaskan keterkaitan indera
pendengaran dan perabaan dengan anak tuna netra!
Jawab :
Anak tuna netra, atau anak yang mengalami kekurangan penglihatan, memiliki
keterkaitan yang erat dengan indera pendengaran dan perabaan. Keterkaitan ini
penting karena ketidakmampuan pada indera penglihatan mereka seringkali
mengakibatkan peningkatan penggunaan indera-indera lainnya untuk
mengkompensasi kekurangan tersebut. Berikut adalah penjelasan mengenai
keterkaitan indera pendengaran dan perabaan dengan anak tuna netra:
a) Indra Pendengaran:
a. Anak tuna netra sering kali mengandalkan indra pendengaran mereka untuk
memperoleh informasi tentang lingkungan sekitar. Mereka dapat menggunakan
suara sebagai petunjuk dalam navigasi dan orientasi, seperti mengidentifikasi
arah atau jarak suatu objek berdasarkan bunyi.
b. Indra pendengaran juga penting dalam komunikasi. Anak tuna netra dapat
menggunakan pendengaran mereka untuk mendengarkan dan memahami
percakapan, instruksi, atau petunjuk dari orang lain.
b) Indra Perabaan:
a. Karena kekurangan penglihatan, anak tuna netra sering kali menggunakan indera
perabaan mereka secara intensif untuk memahami lingkungan sekitar. Mereka
akan meraba atau menyentuh objek untuk mendapatkan informasi tentang
bentuk, tekstur, ukuran, dan konsistensi.
b. Indra perabaan juga membantu anak tuna netra dalam navigasi dan orientasi.
Mereka dapat merasakan perubahan permukaan, seperti tangga atau tikungan,
dan menggunakan informasi tersebut untuk mengarahkan pergerakan mereka.

Keterkaitan antara indera pendengaran, perabaan, dan kekurangan penglihatan pada


anak tuna netra menunjukkan pentingnya penggunaan indera yang tersisa untuk
menggantikan atau mendukung fungsi indera yang terganggu. Dengan memanfaatkan
indera lainnya secara efektif, anak tuna netra dapat meningkatkan kemampuan
adaptasi dan partisipasi mereka dalam aktivitas sehari-hari, serta meningkatkan
kualitas hidup mereka secara keseluruhan.
2. Seorang guru dituntut untuk memberikan layanan yang maksimal pada seluruh
peserta didiknya tidak terkecuali anak tuna netra. Berikan salah satu contoh
media yang dapat digunakan guru untuk membimbing anak netra dan jelaskan
penggunaan media tersebut!
Jawab :
Salah satu contoh media yang dapat digunakan oleh guru untuk membimbing anak
tuna netra adalah buku braille. Buku braille adalah media yang dirancang khusus
untuk membantu individu dengan kekurangan penglihatan, termasuk anak tuna netra,
dalam mengakses informasi tertulis. Berikut adalah penjelasan tentang penggunaan
buku braille:
1. Buku Braille:
o Buku braille adalah buku yang terbuat dari kertas khusus dengan lubang-lubang
kecil yang membentuk karakter braille, yaitu sistem penulisan yang
menggunakan kombinasi titik-titik yang dirasakan secara perabaan.
o Anak tuna netra dapat membaca buku braille dengan meraba karakter-karakter
braille yang tercetak di atas kertas. Mereka menggunakan ujung jari mereka
untuk merasakan pola titik-titik dan mengidentifikasi huruf, angka, atau simbol
yang tercetak.
o Buku braille dapat digunakan dalam berbagai mata pelajaran, mulai dari bahasa
dan sastra hingga matematika dan ilmu pengetahuan. Guru dapat menyediakan
materi pembelajaran dalam format braille untuk memungkinkan anak tuna netra
mengakses materi secara mandiri.
o Selain sebagai media membaca, buku braille juga dapat digunakan sebagai alat
untuk menulis. Anak tuna netra dapat menggunakan mesin ketik braille atau alat
tulis khusus untuk membuat catatan atau pekerjaan tulis mereka sendiri.
o Penggunaan buku braille memberikan kesempatan kepada anak tuna netra untuk
belajar secara mandiri dan mandiri dalam lingkungan pembelajaran yang
inklusif. Ini membantu mereka merasa lebih termotivasi dan berpartisipasi aktif
dalam proses pembelajaran.

Dengan menggunakan buku braille sebagai media pembelajaran, guru dapat


memberikan layanan yang maksimal kepada anak tuna netra dengan memfasilitasi
akses mereka terhadap informasi dan pengetahuan tertulis, serta memberikan
dukungan yang dibutuhkan untuk pengembangan akademik dan pribadi mereka.
3. Sistem Pendidikan segregasi, system Pendidikan inklusi dan system Pendidikan
integrasi merupakan sIstem Pendidikan yang dapat diterapkan pada anak tuna
rungu. Menurut Saudara sIstem Pendidikan manakah yang paling tepat digunakan
untuk anak tuna rungu dan berikan alasannya!
Jawab :
Untuk anak tuna rungu, sistem pendidikan inklusi adalah yang paling tepat digunakan. Ini
karena sistem inklusi mempromosikan lingkungan pendidikan yang inklusif, di mana
anak-anak dengan berbagai kebutuhan khusus, termasuk anak tuna rungu, belajar bersama-
sama dengan anak-anak lainnya dalam kelas yang sama. Berikut adalah beberapa alasan
mengapa sistem inklusi lebih tepat digunakan untuk anak tuna rungu:
1. Pentingnya Interaksi Sosial: Sistem inklusi memungkinkan anak tuna rungu untuk
belajar dan berinteraksi dengan anak-anak lainnya, baik yang memiliki kebutuhan
khusus maupun yang tidak. Interaksi sosial ini membantu anak tuna rungu
mengembangkan keterampilan sosial, meningkatkan rasa percaya diri, dan
memperluas lingkaran sosial mereka.
2. Pembelajaran Kolaboratif: Dalam sistem inklusi, anak tuna rungu dapat belajar
dalam lingkungan yang mendukung kerja sama dan kolaborasi antar sesama siswa.
Mereka dapat belajar dari teman sekelas mereka dan berpartisipasi dalam kegiatan
pembelajaran bersama-sama.
3. Mendukung Diversitas: Sistem inklusi menghargai keberagaman dalam kebutuhan
dan kemampuan siswa. Ini memungkinkan anak tuna rungu untuk merasa diterima
dan diakui dalam lingkungan pendidikan, tanpa merasa terisolasi atau diasingkan.
4. Memfasilitasi Pengembangan Keterampilan: Dalam lingkungan inklusi, anak tuna
rungu memiliki kesempatan untuk mengembangkan berbagai keterampilan, termasuk
keterampilan akademik, sosial, dan keterampilan hidup yang diperlukan untuk
berintegrasi dalam masyarakat.
5. Mendorong Penghargaan Terhadap Keberagaman: Dengan berpartisipasi dalam
sistem inklusi, anak-anak tanpa kebutuhan khusus juga dapat belajar menghargai
keberagaman dan memahami keunikan setiap individu, termasuk anak tuna rungu.

Dengan demikian, sistem pendidikan inklusi memberikan lingkungan yang paling


mendukung bagi anak tuna rungu untuk berkembang secara holistik, memperoleh
pendidikan yang bermakna, dan merasa diterima dalam masyarakat. Ini sejalan dengan
prinsip-prinsip hak asasi manusia dan pendidikan yang inklusif untuk semua.

4. Jelaskan Chronological age dan mental age yang berkaitan dengan penyandang
tunagrahita dan buatlah bagannya!
Jawab :
Chronological age (usia kronologis) dan mental age (usia mental) adalah dua konsep
yang sering digunakan dalam mengukur perkembangan kognitif individu, termasuk
penyandang tunagrahita. Berikut penjelasan singkat tentang keduanya:
1. Chronological Age (Usia Kronologis):
 Chronological age adalah usia seseorang berdasarkan hitungan waktu sejak
tanggal lahir mereka. Ini adalah ukuran standar untuk menentukan seberapa
lama seseorang telah hidup.
 Misalnya, jika seseorang lahir pada tanggal 1 Januari 2000, maka usia
kronologis mereka pada tanggal 1 Januari 2024 adalah 24 tahun.
2. Mental Age (Usia Mental):
 Mental age adalah tingkat perkembangan kognitif atau kecerdasan seseorang,
diukur berdasarkan kinerja mereka dalam tes-tes kognitif atau psikometrik.
 Mental age menunjukkan seberapa baik individu tersebut dapat menyelesaikan
tugas-tugas yang sesuai dengan usia atau tingkat perkembangan tertentu.
Sebagai contoh, jika anak usia 10 tahun dapat menyelesaikan tes kognitif
dengan tingkat kesulitan yang sesuai dengan anak usia 12 tahun, maka mental
age mereka adalah 12 tahun.

Berikut adalah bagan yang mengilustrasikan hubungan antara chronological age dan
mental age:
Dalam bagan ini, terdapat perbedaan antara chronological age dan mental age. Ini
dapat menunjukkan bahwa individu tersebut memiliki tingkat perkembangan kognitif
yang lebih lambat atau lebih cepat daripada usia kronologis mereka. Bagi penyandang
tunagrahita, perbedaan antara chronological age dan mental age dapat digunakan
untuk menentukan tingkat keparahan dan jenis dukungan yang diperlukan dalam
pendidikan dan kehidupan sehari-hari.

5. Terdapat beberapa strategi pembelajaran yang dapat diterapkan pada anak


tuna grahita seperti strategi pengajaran diindividualisasikan, strategi kooperatif,
dan strategi modifikasi tingkah laku. Buatlah skenario pembelajaran yang
sederhana dari salah satu strategi tersebut yang menurut Saudara paling tepat
diterapkan pada anak tunagrahita!
Jawab :
Saya akan membuat skenario pembelajaran sederhana menggunakan strategi
pengajaran diindividualisasikan, yang merupakan salah satu strategi yang paling tepat
diterapkan pada anak tunagrahita.
o Strategi Pembelajaran: Pengajaran Diindividualisasikan
o Tujuan Pembelajaran: Siswa akan dapat mengidentifikasi dan memahami
konsep warna melalui pengalaman langsung.
o Kelas dan Materi: Kelas pra-sekolah dengan tema "Pengenalan Warna". Materi
pembelajaran adalah berbagai benda atau gambar yang berwarna-warni.
o Skenario Pembelajaran:

1. Persiapan: Guru menyiapkan berbagai benda atau gambar yang


berwarna-warni, seperti balon, mainan, buku bergambar, atau lembar
kerja dengan pola warna.
2. Pengenalan Konsep: Guru memulai pelajaran dengan memperkenalkan
konsep warna kepada siswa. Guru menggunakan gambar atau contoh
benda untuk menunjukkan berbagai warna dan memberikan contoh
penggunaannya dalam kalimat sederhana.
3. Pengalaman Langsung: Setelah pengenalan konsep, siswa diberi
kesempatan untuk mengalami langsung berbagai warna. Guru mengajak
siswa untuk memegang, merasakan, dan mengamati benda-benda
berwarna-warni yang telah disiapkan. Guru membimbing siswa untuk
mengidentifikasi warna-warna tersebut dengan menyebutkan nama
warna dan mencocokkannya dengan gambar atau objek yang sesuai.
4. Aktivitas Interaktif: Guru memfasilitasi aktivitas interaktif di mana siswa
berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang melibatkan penggunaan
warna. Misalnya, siswa diminta untuk menempelkan stiker warna yang
sesuai pada gambar, atau menyusun benda-benda berwarna menjadi
rangkaian pola warna yang berbeda.
5. Penguatan dan Evaluasi: Guru memberikan penguatan positif kepada
siswa ketika mereka berhasil mengidentifikasi dan menggunakan warna
dengan benar. Guru juga melakukan evaluasi informal dengan
mengamati partisipasi dan pemahaman siswa selama aktivitas.

Catatan Tambahan : Dalam pengajaran diindividualisasikan, guru harus


memperhatikan kebutuhan dan tingkat perkembangan setiap siswa secara individual.
Guru dapat memberikan dukungan tambahan kepada siswa yang membutuhkannya,
seperti menggunakan alat bantu visual atau memberikan instruksi yang lebih
terperinci. Selain itu, guru juga dapat menyesuaikan aktivitas pembelajaran sesuai
dengan preferensi dan minat siswa untuk meningkatkan keterlibatan mereka dalam
pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai