Anda di halaman 1dari 8

TUGAS TUTON 2

PDGK4505
PEMBAHARUAN DALAM
PEMBELAJARAN DI SD

RISKI ANNI TRI MUSLIMAH


856080837
S1-PGSD
UPBJJ-BATAM

1.
1. Pembelajaran berbasis budaya menjadikan budaya sebagai metode bagi
siswa untuk mentransformasikan hasil observasi mereka ke dalam bentuk
dan prinsip yang kreatif tentang alam. Pembelajaran berbasis budaya
dibedakan menjadi tigas macam, yaitu belajar tentang budaya, belajar
dengan budaya, dan belajar melalui budaya. Jabarkan perbedaan ketiganya
dan berilah masing-masing contoh!
Jawab :
Pembelajaran berbasis budaya merupakan pendekatan pendidikan yang
memanfaatkan budaya sebagai sumber daya utama untuk proses pembelajaran.
Dalam konteks ini, terdapat tiga jenis pendekatan pembelajaran berbasis
budaya: belajar tentang budaya, belajar dengan budaya, dan belajar melalui
budaya. Mari kita jabarkan perbedaan dan memberikan contoh untuk setiap
jenisnya:
1. Belajar Tentang Budaya: Pendekatan ini fokus pada pemahaman dan
pengetahuan siswa tentang budaya, termasuk tradisi, nilai, norma, dan
praktik budaya dari kelompok atau masyarakat tertentu. Siswa belajar
tentang budaya secara langsung melalui studi, observasi, dan analisis. Guru
berperan sebagai fasilitator yang menyediakan informasi dan bahan
pembelajaran tentang budaya.
Contoh: Sebuah pelajaran tentang budaya Jepang di mana siswa
mempelajari tentang tradisi, seperti festival Matsuri, adat istiadat, seperti
etiket makan, dan simbol-simbol budaya, seperti bendera nasional dan
lambang negara.
2. Belajar Dengan Budaya: Pendekatan ini melibatkan penggunaan budaya
sebagai konteks atau medium untuk pembelajaran lintas mata pelajaran.
Siswa tidak hanya mempelajari tentang budaya, tetapi juga menggunakan
budaya sebagai alat untuk memahami konsep-konsep dan keterampilan
dalam mata pelajaran tertentu.
Contoh: Sebuah proyek seni di mana siswa menggunakan motif dan teknik
seni tradisional dari budaya Inuit untuk membuat karya seni mereka sendiri.
Dalam proses ini, siswa tidak hanya belajar tentang seni Inuit, tetapi juga
mengembangkan keterampilan seni dan kreativitas mereka.
3. Belajar Melalui Budaya: Pendekatan ini menekankan pada integrasi budaya
ke dalam semua aspek pembelajaran dan kehidupan siswa. Budaya
dianggap sebagai bagian integral dari pengalaman pembelajaran siswa, dan
pembelajaran terjadi melalui interaksi dan pengalaman budaya yang aktif.
Contoh: Sebuah proyek pembelajaran yang menggabungkan elemen-
elemen budaya, ilmu pengetahuan, dan keterampilan praktis, seperti proyek
pembangunan taman komunitas yang memperhatikan nilai-nilai dan tradisi
budaya setempat. Siswa belajar tentang botani, desain taman, dan
keterampilan kerja tim sambil memahami dan menghormati budaya mereka
sendiri.
Dengan demikian, ketiga jenis pembelajaran berbasis budaya ini memberikan
pendekatan yang berbeda dalam memanfaatkan budaya sebagai sumber daya
pendidikan, memungkinkan siswa untuk mengembangkan pemahaman yang
mendalam tentang budaya mereka sendiri serta budaya lainnya, dan mendorong
kreativitas dan aplikasi konsep budaya dalam berbagai konteks pembelajaran.

2. Salah satu contoh pembelajaran berbasis budaya di Indonesia yakni


Pembelajaran SETS (Science, Environment, Technology, and Society).
Jabarkan karakteristik Pembelajaran SETS dan berikan pendapat anda,
apa dampak Pembelajar SETS apabila diterapkan di Sekolah Dasar?
Jawab :
Pembelajaran SETS (Science, Environment, Technology, and Society) adalah
pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan konsep-konsep ilmu
pengetahuan, lingkungan, teknologi, dan masyarakat dalam satu kerangka
pembelajaran. Pendekatan ini menekankan hubungan antara ilmu pengetahuan
dengan lingkungan hidup, teknologi, dan masyarakat, serta mengajak siswa
untuk memahami dampak sosial dan lingkungan dari perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Berikut adalah beberapa karakteristik dari
pembelajaran SETS:

1. Interdisipliner: Pembelajaran SETS mengintegrasikan konsep-konsep


dari berbagai disiplin ilmu, seperti ilmu pengetahuan alam, ilmu sosial,
dan teknologi. Hal ini memungkinkan siswa untuk memahami hubungan
kompleks antara berbagai aspek dalam kehidupan nyata.
2. Kontekstual: Pembelajaran SETS berfokus pada penerapan konsep-
konsep ilmu pengetahuan dalam konteks nyata, seperti lingkungan
sekitar siswa dan masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat.
Siswa diajak untuk memahami hubungan antara ilmu pengetahuan,
teknologi, dan masyarakat dalam konteks kehidupan sehari-hari.

3. Kolaboratif: Pembelajaran SETS mendorong kerja sama antara siswa


dalam memecahkan masalah-masalah kompleks yang terkait dengan
ilmu pengetahuan, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Siswa diajak
untuk bekerja secara tim, berbagi ide, dan menciptakan solusi bersama.

4. Aktif: Pembelajaran SETS menekankan pada peran aktif siswa dalam


proses pembelajaran, melalui eksplorasi, investigasi, eksperimen, dan
diskusi. Siswa diberi kesempatan untuk mengamati, menemukan, dan
mengalami konsep-konsep ilmu pengetahuan dan teknologi secara
langsung.

5. Mengutamakan Sikap dan Nilai: Selain pengetahuan dan keterampilan,


pembelajaran SETS juga menekankan pengembangan sikap dan nilai-
nilai yang positif terkait dengan ilmu pengetahuan, lingkungan, teknologi,
dan masyarakat, seperti kesadaran lingkungan, etika teknologi, dan
tanggung jawab sosial.

Penerapan Pembelajaran SETS di Sekolah Dasar dapat memiliki dampak yang


signifikan. Dengan pendekatan ini, siswa dapat mengembangkan pemahaman
yang holistik tentang hubungan antara ilmu pengetahuan, lingkungan,
teknologi, dan masyarakat sejak usia dini. Mereka dapat belajar untuk
menghargai keberagaman alam, memahami dampak dari tindakan manusia
terhadap lingkungan, dan mengembangkan keterampilan untuk berpikir kritis
dan kreatif dalam memecahkan masalah-masalah kompleks. Selain itu,
Pembelajaran SETS juga dapat membantu siswa untuk mengembangkan
sikap-sikap positif, seperti rasa ingin tahu, kerja sama, dan tanggung jawab
sosial, yang merupakan pondasi penting untuk keberhasilan dalam kehidupan
pribadi dan profesional di masa depan.
3. Pendekatan pembelajaran untuk Pendidikan demokrasi dan HAM harus
berorientasi pada proses berpikir kritis dan pemecahan masalah. Salah
satu model pembelajaran yang secara internasional diterapkan secara
adaptif yakni model “A portofolio-based civic education project”. Menurut
CCE (1998) sebuah model tersebut yang dirancang untuk mempraktikkan
salah satu hak warga negara. Jelaskan secara singkat bagaimana prosedur
penerapan model tersebut!
Jawab :
Model "A portfolio-based civic education project" adalah pendekatan
pembelajaran yang dirancang untuk mempraktikkan salah satu hak warga
negara, dengan fokus pada pengembangan keterampilan berpikir kritis,
pemecahan masalah, serta pemahaman dan penghargaan terhadap hak asasi
manusia (HAM) dan prinsip-prinsip demokrasi. Berikut adalah prosedur umum
penerapan model tersebut:

1. Penetapan Tujuan Pembelajaran: Guru dan siswa bekerja sama untuk


menetapkan tujuan pembelajaran yang terkait dengan konsep-konsep
demokrasi, HAM, dan keterampilan berpikir kritis yang ingin dicapai
melalui proyek.

2. Pemilihan Topik atau Isu: Siswa memilih topik atau isu tertentu yang
relevan dengan hak warga negara atau isu-isu demokrasi dan HAM yang
mereka minati atau ingin teliti lebih lanjut.

3. Penelitian dan Analisis: Siswa melakukan penelitian mendalam tentang


topik yang dipilih, termasuk mempelajari aspek-aspek hukum, sosial,
politik, dan budaya yang terkait. Mereka juga menganalisis berbagai sudut
pandang dan pendapat yang berbeda tentang isu tersebut.

4. Pengembangan Portofolio: Siswa membuat portofolio yang berisi


dokumentasi dari penelitian mereka, termasuk catatan, wawancara,
artikel, dan sumber informasi lainnya. Portofolio ini juga mencakup refleksi
siswa tentang proses pembelajaran dan pemahaman mereka tentang
konsep-konsep demokrasi dan HAM yang terkait.
5. Pembuatan Produk atau Tindakan: Berdasarkan penelitian dan analisis
mereka, siswa kemudian membuat produk atau mengambil tindakan yang
bertujuan untuk mempromosikan atau memperjuangkan hak warga
negara atau memperbaiki situasi terkait dengan isu yang dipilih.

6. Evaluasi dan Refleksi: Siswa mengevaluasi hasil proyek mereka, baik


dalam hal kualitas produk atau tindakan yang dihasilkan maupun dalam
hal pembelajaran yang dicapai. Mereka juga merefleksikan pengalaman
mereka dalam proyek tersebut, termasuk kesulitan yang mereka hadapi
dan pelajaran yang mereka ambil.

Melalui prosedur ini, siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan tentang


demokrasi dan HAM, tetapi juga mengembangkan keterampilan berpikir kritis,
pemecahan masalah, dan advokasi sosial yang sangat penting untuk
berpartisipasi secara aktif dalam masyarakat demokratis.

4. Secara keilmuan, pendidikan demokrasi dan HAM merupakan bagian


integral dari pendidikan kewarganegaraan. Salah satu model yang
digunakan adalah PKKBI (Praktik-belajar Kewarganegaraan … Kami Bangsa
Indonesia). Model PKKBI membelajarkan siswa memiliki kepekaan sosial
dan memahami permasalahan yang terjadi dilingkungan secara cerdas.
Jelaskan apa saja yang menjadi fokus perhatian dari model PKKBI dan
bagaimana langkah strategi instruksionalnya?
Jawab :
Model PKKBI (Praktik-belajar Kewarganegaraan ... Kami Bangsa Indonesia)
adalah pendekatan pembelajaran kewarganegaraan yang dikembangkan untuk
mengajarkan siswa memiliki kepekaan sosial dan memahami permasalahan yang
terjadi di lingkungan mereka secara cerdas. Fokus perhatian dari model PKKBI
meliputi:
1. Pengembangan Kesadaran Kewarganegaraan: Model PKKBI bertujuan
untuk mengembangkan kesadaran kewarganegaraan pada siswa,
termasuk pemahaman tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara
Indonesia, serta nilai-nilai demokrasi dan HAM.

2. Pengenalan Masalah Sosial: Model ini menekankan pada pengenalan dan


pemahaman masalah sosial yang terjadi di masyarakat, seperti
kemiskinan, ketimpangan sosial, diskriminasi, dan masalah lingkungan.
Siswa diajak untuk mengidentifikasi akar penyebab masalah-masalah ini
dan mencari solusi yang sesuai.

3. Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis dan Empati: PKKBI membantu


siswa mengembangkan keterampilan berpikir kritis dalam menganalisis
masalah sosial dan mencari solusi yang efektif. Selain itu, model ini juga
mendorong pengembangan empati terhadap orang lain yang terkena
dampak masalah sosial tersebut.

4. Pemberdayaan Siswa untuk Bertindak: Salah satu tujuan utama dari PKKBI
adalah memberdayakan siswa untuk bertindak dan berpartisipasi dalam
upaya penyelesaian masalah-masalah sosial. Siswa didorong untuk
menjadi agen perubahan positif di masyarakat melalui tindakan nyata yang
mempromosikan hak asasi manusia dan nilai-nilai demokrasi.

Langkah strategi instruksional yang digunakan dalam model PKKBI mencakup:

1. Pengamatan dan Penelitian: Siswa diberi kesempatan untuk mengamati


dan melakukan penelitian tentang masalah-masalah sosial yang ada di
sekitar mereka. Mereka belajar tentang akar penyebab masalah dan
dampaknya terhadap masyarakat.

2. Diskusi dan Debat: Diskusi dan debat digunakan sebagai sarana untuk
mendorong siswa berpikir kritis tentang masalah sosial yang kompleks dan
mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam.
3. Simulasi dan Peran: Siswa terlibat dalam simulasi atau peran berbagai
situasi sosial yang memungkinkan mereka untuk memahami sudut
pandang orang lain dan mengembangkan empati.

4. Proyek Aksi Sosial: Siswa didorong untuk merancang dan melaksanakan


proyek aksi sosial yang bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah sosial
yang telah mereka identifikasi. Mereka belajar tentang kerjasama,
kepemimpinan, dan tanggung jawab sosial melalui pengalaman nyata ini.

Dengan menggabungkan pendekatan pembelajaran aktif, reflektif, dan berbasis


tindakan, model PKKBI mendorong siswa untuk menjadi warga negara yang
bertanggung jawab, peka terhadap masalah sosial, dan aktif dalam
memperjuangkan nilai-nilai demokrasi dan HAM di masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai