Anda di halaman 1dari 5

TUGAS TUTORIAL 2

PDGK4407/PENGANTAR PENDIDIKAN ANAK


BERKEBUTUHAN KHUSUS

BENNY SAPUTRA SIMAMORA


(856053736)

PGSD-S1
UPBJJ-12/Medan
FKIP
(FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN)
S1-PGSD
Universitas Terbuka
2024

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menganugerahkan banyak nikmat sehingga saya dapat Mengerjakan laporan tugas
tutorial 2 dengan baik. Oleh karena itu saya sampaikan terima kasih atas waktu,
tenaga dan pikirannya yang telah diberikan.Dalam penyusunan laporan ini, saya
menyadari bahwa hasil laporan tugas tutorial 2 ini masih jauh dari jawaban yang
sempurna.
SOAL

1. Anak tuna netra memiliki keterkaitan dengan beberapa indera karena


kekurangannya pada salah satu indera penglihatan. Jelaskan keterkaitan indera
pendengaran dan perabaan dengan anak tuna netra!
2. Seorang guru dituntut untuk memberikan layanan yang maksimal pada seluruh
peserta didiknya tidak terkecuali anak tuna netra. Berikan salah satu contoh
media yang dapat digunakan guru untuk membimbing anak netra dan jelaskan
penggunaan media tersebut!
3. Sistem Pendidikan segregasi, system Pendidikan inklusi dan system
Pendidikan integrasi merupakan sIstem Pendidikan yang dapat diterapkan
pada anak tuna rungu. Menurut Saudara sIstem Pendidikan manakah yang
paling tepat digunakan untuk anak tuna rungu dan berikan alasannya!
4. Jelaskan Chronological age dan mental age yang berkaitan dengan
penyandang tunagrahita dan buatlah bagannya!
5. Terdapat beberapa strategi pembelajaran yang dapat diterapkan pada anak tuna
grahita seperti strategi pengajaran diindividualisasikan, strategi kooperatif, dan
strategi modifikasi tingkah laku. Buatlah skenario pembelajaran yang
sederhana dari salah satu strategi tersebut yang menurut Saudara paling tepat
diterapkan pada anak tunagrahita!

Selamat Mengerjakan!

Catatan: Kerjakan dalam file dokumen word Times New Roman, Size 12). Sertakan
sumber setiap Anda mengutip tulisan/karya orang lain.

JAWABAN

1). Anak tuna netra memiliki keterkaitan antara indera pendengaran dan perabaan
karena kekurangannya pada indera penglihatan. Meskipun kemampuan
penglihatannya terbatas, anak tuna netra mengandalkan indera pendengaran dan
perabaan untuk memahami sekitar mereka. Berikut penjelasan lebih lanjut:

Indera Pendengaran:

Anak tuna netra mengandalkan pendengaran untuk mendeteksi suara dan memahami
lingkungan sekitar.

Mereka dapat mengenali suara orang, kendaraan, atau benda lain yang berada di sekitarnya.

Indera Perabaan (Sentuhan):


Anak tuna netra menggunakan perabaan untuk mengenali bentuk, tekstur, dan posisi objek
di sekitar mereka.

Sentuhan membantu mereka dalam berorientasi dan berinteraksi dengan lingkungan.

Keterkaitan indera pendengaran dan perabaan ini memungkinkan anak tuna netra
untuk beradaptasi dan berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari meskipun memiliki
keterbatasan penglihatan.

2). Media Pembelajaran untuk Anak Tuna Netra

Sebagai guru, memilih media pembelajaran yang tepat untuk anak tuna netra sangat
penting agar mereka dapat memahami materi dengan baik. Berikut adalah salah satu
contoh media yang dapat digunakan dan penjelasan penggunaannya:

Buku Braille:

Deskripsi: Buku Braille adalah buku khusus yang menggunakan sistem tulisan Braille, yang
terdiri dari titik-titik yang dapat diraba dengan ujung jari.

Penggunaan:

- Guru dapat menggunakan buku Braille untuk mengajarkan huruf, angka, dan konsep
lainnya.

- Anak tuna netra dapat meraba titik-titik Braille untuk membaca teks dan memahami isi
buku.

- Buku Braille juga dapat digunakan untuk mengajarkan bahasa, matematika, dan ilmu
pengetahuan.

Dengan menggunakan buku Braille, anak tuna netra dapat belajar dengan lebih efektif
dan merasa inklusif dalam proses pembelajaran.

3). Sistem Pendidikan untuk Anak Tuna Rungu: Segregasi, Inklusi, atau
Integrasi?

Dalam konteks pendidikan anak tuna rungu, kita perlu mempertimbangkan sistem
pendidikan yang paling sesuai untuk memastikan mereka mendapatkan pengalaman
belajar yang optimal. Berikut adalah penjelasan tentang tiga sistem pendidikan yang
dapat diterapkan:

Sistem Pendidikan Segregasi:

Deskripsi: Anak tuna rungu ditempatkan dalam sekolah khusus yang terpisah dari anak-anak
tanpa kekurangan penglihatan.
Alasan: Meskipun dapat memberikan perhatian khusus pada kebutuhan anak tuna rungu,
sistem ini dapat membatasi interaksi sosial dan kesempatan untuk belajar dari teman sebaya
tanpa kekurangan penglihatan.

Sistem Pendidikan Inklusi:

Deskripsi: Anak tuna rungu mengikuti pendidikan di sekolah umum bersama dengan
anak-anak lain.

Alasan: Inklusi memungkinkan anak tuna rungu untuk berinteraksi dengan teman
sebaya, memperoleh pengalaman sosial, dan mengembangkan keterampilan adaptasi
yang lebih baik.

Sistem Pendidikan Integrasi:

Deskripsi: Anak tuna rungu mengikuti pendidikan di sekolah umum dengan dukungan
tambahan dari guru khusus atau fasilitas yang memadai.

Alasan: Integrasi memadukan keuntungan dari inklusi (interaksi sosial) dengan perhatian
khusus pada kebutuhan anak tuna rungu.

Kesimpulan: Sistem pendidikan inklusi atau integrasi lebih tepat untuk anak tuna
rungu karena memungkinkan mereka berpartisipasi dalam lingkungan yang lebih luas,
sambil tetap memperoleh dukungan yang diperlukan.

4). Chronological Age dan Mental Age pada Penyandang Tunagrahita

Chronological Age (Usia Kronologis):

Definisi: Chronological age adalah usia seseorang berdasarkan tanggal lahirnya.

Penjelasan: Ini adalah usia yang kita hitung berdasarkan kalender, mulai dari hari kelahiran
hingga saat ini.

Mental Age (Usia Kecerdasan):

Definisi: Mental age adalah tingkat perkembangan intelektual seseorang yang diukur dengan
tes IQ.

Penjelasan: Mental age menggambarkan sejauh mana seseorang menguasai materi dan
keterampilan yang sesuai dengan usianya secara intelektual.

Dalam grafik di atas, kita dapat melihat perbandingan antara chronological age dan
mental age. Anak dengan mental age yang lebih rendah dari chronological age
mungkin mengalami ketunagrahitaan.
5). Skenario Pembelajaran dengan Strategi Kooperatif untuk Anak Tuna
Grahita

Strategi Kooperatif: Mengelompokkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil dan


mereka saling membantu satu sama lainnya. Kelompok yang dapat mencapai hasil
belajar maksimal diberikan penghargaan dengan tujuan untuk meningkatkan motivasi
siswa dalam belajar.

Skenario Pembelajaran:

1.Materi: Penjumlahan bilangan bulat.

2.Kelompok Kooperatif: Siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil (misalnya 4-5 siswa
per kelompok).

3.Tugas Kooperatif:

- Setiap kelompok mendapatkan beberapa soal penjumlahan.

- Siswa dalam kelompok berdiskusi dan membantu satu sama lain untuk menyelesaikan soal.

- Kelompok yang berhasil menyelesaikan dengan benar mendapatkan poin.

4.Presentasi Hasil: Setiap kelompok mempresentasikan cara mereka menyelesaikan soal


kepada seluruh kelas.

5.Penghargaan: Kelompok dengan poin tertinggi mendapatkan penghargaan kecil (misalnya


stiker atau pujian dari guru).

Dengan strategi kooperatif, anak tuna grahita dapat belajar secara aktif, berinteraksi
dengan teman sebaya, dan memperoleh dukungan dari kelompoknya.

Senin, 07 Mei 2024

Tanda tangan mahasiswa

BENNY SAPUTRA SIMAMORA


NIM.856053736

Anda mungkin juga menyukai