Tugas Tutorial 2 Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus PDGK4407
Tugas Tutorial 2 Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus PDGK4407
PGSD-S1
UPBJJ-12/Medan
FKIP
(FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN)
S1-PGSD
Universitas Terbuka
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menganugerahkan banyak nikmat sehingga saya dapat Mengerjakan laporan tugas
tutorial 2 dengan baik. Oleh karena itu saya sampaikan terima kasih atas waktu,
tenaga dan pikirannya yang telah diberikan.Dalam penyusunan laporan ini, saya
menyadari bahwa hasil laporan tugas tutorial 2 ini masih jauh dari jawaban yang
sempurna.
SOAL
Selamat Mengerjakan!
Catatan: Kerjakan dalam file dokumen word Times New Roman, Size 12). Sertakan
sumber setiap Anda mengutip tulisan/karya orang lain.
JAWABAN
1). Anak tuna netra memiliki keterkaitan antara indera pendengaran dan perabaan
karena kekurangannya pada indera penglihatan. Meskipun kemampuan
penglihatannya terbatas, anak tuna netra mengandalkan indera pendengaran dan
perabaan untuk memahami sekitar mereka. Berikut penjelasan lebih lanjut:
Indera Pendengaran:
Anak tuna netra mengandalkan pendengaran untuk mendeteksi suara dan memahami
lingkungan sekitar.
Mereka dapat mengenali suara orang, kendaraan, atau benda lain yang berada di sekitarnya.
Keterkaitan indera pendengaran dan perabaan ini memungkinkan anak tuna netra
untuk beradaptasi dan berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari meskipun memiliki
keterbatasan penglihatan.
Sebagai guru, memilih media pembelajaran yang tepat untuk anak tuna netra sangat
penting agar mereka dapat memahami materi dengan baik. Berikut adalah salah satu
contoh media yang dapat digunakan dan penjelasan penggunaannya:
Buku Braille:
Deskripsi: Buku Braille adalah buku khusus yang menggunakan sistem tulisan Braille, yang
terdiri dari titik-titik yang dapat diraba dengan ujung jari.
Penggunaan:
- Guru dapat menggunakan buku Braille untuk mengajarkan huruf, angka, dan konsep
lainnya.
- Anak tuna netra dapat meraba titik-titik Braille untuk membaca teks dan memahami isi
buku.
- Buku Braille juga dapat digunakan untuk mengajarkan bahasa, matematika, dan ilmu
pengetahuan.
Dengan menggunakan buku Braille, anak tuna netra dapat belajar dengan lebih efektif
dan merasa inklusif dalam proses pembelajaran.
3). Sistem Pendidikan untuk Anak Tuna Rungu: Segregasi, Inklusi, atau
Integrasi?
Dalam konteks pendidikan anak tuna rungu, kita perlu mempertimbangkan sistem
pendidikan yang paling sesuai untuk memastikan mereka mendapatkan pengalaman
belajar yang optimal. Berikut adalah penjelasan tentang tiga sistem pendidikan yang
dapat diterapkan:
Deskripsi: Anak tuna rungu ditempatkan dalam sekolah khusus yang terpisah dari anak-anak
tanpa kekurangan penglihatan.
Alasan: Meskipun dapat memberikan perhatian khusus pada kebutuhan anak tuna rungu,
sistem ini dapat membatasi interaksi sosial dan kesempatan untuk belajar dari teman sebaya
tanpa kekurangan penglihatan.
Deskripsi: Anak tuna rungu mengikuti pendidikan di sekolah umum bersama dengan
anak-anak lain.
Alasan: Inklusi memungkinkan anak tuna rungu untuk berinteraksi dengan teman
sebaya, memperoleh pengalaman sosial, dan mengembangkan keterampilan adaptasi
yang lebih baik.
Deskripsi: Anak tuna rungu mengikuti pendidikan di sekolah umum dengan dukungan
tambahan dari guru khusus atau fasilitas yang memadai.
Alasan: Integrasi memadukan keuntungan dari inklusi (interaksi sosial) dengan perhatian
khusus pada kebutuhan anak tuna rungu.
Kesimpulan: Sistem pendidikan inklusi atau integrasi lebih tepat untuk anak tuna
rungu karena memungkinkan mereka berpartisipasi dalam lingkungan yang lebih luas,
sambil tetap memperoleh dukungan yang diperlukan.
Penjelasan: Ini adalah usia yang kita hitung berdasarkan kalender, mulai dari hari kelahiran
hingga saat ini.
Definisi: Mental age adalah tingkat perkembangan intelektual seseorang yang diukur dengan
tes IQ.
Penjelasan: Mental age menggambarkan sejauh mana seseorang menguasai materi dan
keterampilan yang sesuai dengan usianya secara intelektual.
Dalam grafik di atas, kita dapat melihat perbandingan antara chronological age dan
mental age. Anak dengan mental age yang lebih rendah dari chronological age
mungkin mengalami ketunagrahitaan.
5). Skenario Pembelajaran dengan Strategi Kooperatif untuk Anak Tuna
Grahita
Skenario Pembelajaran:
2.Kelompok Kooperatif: Siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil (misalnya 4-5 siswa
per kelompok).
3.Tugas Kooperatif:
- Siswa dalam kelompok berdiskusi dan membantu satu sama lain untuk menyelesaikan soal.
Dengan strategi kooperatif, anak tuna grahita dapat belajar secara aktif, berinteraksi
dengan teman sebaya, dan memperoleh dukungan dari kelompoknya.