Anda di halaman 1dari 3

Unsur Budaya Adat Suku Jawa, Padang, dan Batak dalam

Keterkaitan dengan Materi Senyawa dan Campuran


Budaya adat memiliki banyak sekali unsur yang mencerminkan nilai-nilai, tradisi, dan
kepercayaan masyarakat. Menariknya, beberapa unsur budaya adat tersebut ternyata memiliki
kaitan erat dengan materi senyawa dan campuran dalam ilmu kimia. Berikut adalah beberapa
contohnya:

Suku Jawa:

Upacara Sekaten/ upacara adat labuh suci: Upacara Sekaten merupakan tradisi tahunan
yang dirayakan oleh masyarakat Jawa untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.
Upacara ini berlangsung selama tujuh hari, dimulai dari tanggal 12 Rabiul Awal hingga 17
Rabiul Awal dalam kalender Islam. Upacara Sekaten banyak diwarnai dengan berbagai
kegiatan, seperti pawai, pertunjukan seni, dan pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur'an.

Salah satu bagian menarik dari Upacara Sekaten adalah pembuatan gunungan atau wadah
yang terbuat dari berbagai macam bahan makanan, seperti beras, ketan, tepung, gula merah,
dan buah-buahan. Gunungan ini kemudian dibagikan kepada masyarakat setelah doa bersama
pada puncak acara Sekaten.

Pembuatan gunungan Sekaten melibatkan beberapa prinsip kimia, seperti:

 Pencampuran: Berbagai bahan makanan dicampur dan diaduk hingga rata untuk
menghasilkan adonan yang homogen.
 Pemanasan: Adonan dimasak dengan api untuk mengubah tekstur dan rasa bahan-
bahan makanan.
 Reaksi kimia: Selama proses memasak, terjadi berbagai macam reaksi kimia antara
bahan-bahan makanan, menghasilkan senyawa-senyawa baru yang memberikan rasa
dan aroma yang khas.
 Pembentukan: Adonan yang telah matang dibentuk menjadi berbagai macam bentuk,
seperti gunung, bunga, dan binatang.
 Dekorasi: Gunungan dihiasi dengan berbagai macam dekorasi, seperti buah-buahan,
kain berwarna, dan lampu-lampu.

Berikut adalah beberapa contoh campuran kimia yang terdapat dalam pembuatan gunungan
Sekaten:

 Campuran tepung beras dan tepung ketan: Campuran ini menghasilkan adonan
yang kenyal dan mudah dibentuk.
 Campuran gula merah dan air: Campuran ini menghasilkan sirup yang manis dan
kental.
 Campuran buah-buahan: Campuran ini memberikan rasa dan aroma yang segar
pada gunungan.
 Campuran pewarna makanan: Campuran ini memberikan warna yang menarik
pada gunungan.

Upacara Sekaten tidak hanya memiliki makna spiritual, tetapi juga menunjukkan keahlian
masyarakat Jawa dalam mengolah bahan-bahan makanan menjadi karya seni yang indah dan
lezat. Upacara ini merupakan contoh nyata bagaimana ilmu kimia dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.

 Membuat Batik: Batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang
terkenal di seluruh dunia. Proses pembuatan batik melibatkan beberapa langkah yang
menggunakan senyawa dan campuran kimia, seperti:
o Pelarutan: Kain dicelupkan ke dalam larutan soda abu untuk menghilangkan
kotoran dan minyak.
o Pemalaman: Kain dilapisi dengan lilin malam untuk membuat pola batik.
o Pewarnaan: Kain dicelupkan ke dalam larutan pewarna yang terbuat dari
tumbuhan atau bahan sintetis.
o Pencucian: Lilin malam dilelehkan dengan air panas untuk membuka pola
batik.
 Proses pembuatan batik melibatkan beberapa prinsip kimia, seperti:
 * **Pelarutan:** Soda abu melarutkan kotoran dan minyak pada kain.
 * **Reaksi kimia:** Lilin malam bereaksi dengan pewarna untuk
menghasilkan warna yang diinginkan pada kain.
 * **Pemisahan:** Lilin malam dipisahkan dari kain dengan cara
dilelehkan dengan air panas.
 Membuat Jamu: Jamu merupakan minuman tradisional Jawa yang terbuat dari
campuran berbagai bahan alami, seperti rempah-rempah, daun-daunan, dan akar-
akaran. Campuran bahan-bahan ini menghasilkan berbagai macam senyawa yang
memiliki khasiat obat yang bermanfaat bagi kesehatan.

Suku Padang:

 Upacara Adat Makan Bajamba: Dalam upacara ini, masyarakat Padang menyantap
hidangan bersama-sama dari satu nampan besar. Hidangan yang disajikan biasanya
terdiri dari berbagai macam masakan tradisional Padang yang terbuat dari campuran
berbagai bahan alami, seperti daging, ikan, sayur-sayuran, dan rempah-rempah.
Campuran bahan-bahan ini menghasilkan berbagai macam senyawa yang memberikan
rasa dan aroma yang khas.
 Membuat Rendang: Rendang merupakan salah satu masakan tradisional Padang
yang terkenal di seluruh Indonesia. Proses pembuatan rendang melibatkan beberapa
langkah yang menggunakan senyawa dan campuran kimia, seperti:
o Membumbui: Daging sapi dicampur dengan berbagai macam bumbu rempah-
rempah, seperti cabai merah, bawang merah, bawang putih, jahe, lengkuas,
dan serai. Bumbu-bumbu ini mengandung berbagai macam senyawa yang
memberikan rasa dan aroma yang khas.
o Memasak: Daging sapi dimasak dengan santan dan air dengan api kecil
selama berjam-jam. Proses memasak ini menyebabkan senyawa-senyawa
dalam daging dan bumbu bercampur dan bereaksi satu sama lain,
menghasilkan rasa dan aroma yang semakin kaya.
 Membuat Teh Talua: Teh talua merupakan minuman tradisional Padang yang
terbuat dari campuran teh, telur, dan gula. Campuran bahan-bahan ini menghasilkan
berbagai macam senyawa yang memberikan rasa dan aroma yang khas.

Suku Batak:
 Upacara Adat Mangaris: Dalam upacara ini, masyarakat Batak mempersembahkan
hewan kurban kepada leluhur mereka. Hewan kurban biasanya berupa babi, kerbau,
atau sapi. Hewan kurban ini diolah menjadi berbagai macam masakan tradisional
Batak yang terbuat dari campuran berbagai bahan alami, seperti daging, sayur-
sayuran, dan rempah-rempah. Campuran bahan-bahan ini menghasilkan berbagai
macam senyawa yang memberikan rasa dan aroma yang khas.
 Membuat Ulos: Ulos merupakan kain tradisional Batak yang terbuat dari campuran
benang kapas dan sutra. Proses pembuatan ulos melibatkan beberapa langkah yang
menggunakan senyawa dan campuran kimia, seperti:
o Pemintalan: Benang kapas dan sutra dipintal menjadi benang yang lebih
halus.
o Pencelupan: Benang dicelupkan ke dalam larutan pewarna yang terbuat dari
tumbuhan atau bahan sintetis.
o Penanaman: Benang yang telah dicelup ditanamkan pada alat tenun
tradisional Batak.
o Penyaingan: Benang ditenun menjadi kain ulos yang indah.
 Membuat Tuba: Tuba merupakan minuman tradisional Batak yang terbuat dari getah
pohon aren. Getah pohon aren mengandung senyawa yang bersifat racun, sehingga
tuba perlu diolah dengan cara yang benar agar aman untuk dikonsumsi. Proses
pengolahan tuba melibatkan beberapa langkah, seperti:
o Pembusukan: Getah pohon aren difermentasi selama beberapa hari.
o Penyaringan: Getah pohon aren yang telah difermentasi disaring untuk
memisahkan ampas dari airnya.

Anda mungkin juga menyukai