41.panduan Utilitas Rsud Bumiayu TH 2022
41.panduan Utilitas Rsud Bumiayu TH 2022
COVER
i
DAFTAR ISI
COVER .............................................................................................................................................................................1
DAFTAR ISI .............................................................................................................................................................2
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUMIAYU .........................3
BAB I ..............................................................................................................................................................................6
PENDAHULUAN .................................................................................................................................................6
BAB II.............................................................................................................................................................................8
RUANG LINGKUP ..............................................................................................................................................8
BAB III ............................................................................................................................................................................9
TATA LAKSANA ....................................................................................................................................................9
A. Sistem Air Bersih. ...................................................................................................................................9
Persyaratan Air Bersih ..................................................................................................................... 10
1. Standar Baku Mutu Air ................................................................................................................. 10
2. Persyaratan Kesehatan Air .......................................................................................................... 15
B. Sistem Listrik. ........................................................................................................................................... 23
C. Instalasi Mekanikal dan Elektrikal ................................................................................... 24
D. Sistem Tata Udara/Penghawaan .......................................................................................... 26
E. Sistem Gas Medis dan Vakum Medik .............................................................................. 34
o DILARANG MEROKOK;................................................................................................................. 51
F. Sistem Limbah Cair ........................................................................................................................... 62
G. Sistem Komunikasi/Sistem Teknologi Informasi............................................. 66
2. Asesmen dan minimalisasi resiko kegagalan sistem pendukung.
79
3. Perencanaan sumber alternatif. ........................................................................................ 79
4. Uji coba ketersediaan dan keandalan sumber darurat listrik dan
air. 80
5. Dokumentasi hasil uji coba. ................................................................................................ 80
BAB IV ........................................................................................................................................................................ 81
ii
PEMERINTAH KABUPATEN BREBES
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUMIAYU
Jl. KH. Ahmad Dahlan KM 01 Telp.(0289) 432347,430004 Fax.(0289) 430014
Bumiayu 52273 E-mail: rsud.bumiayu@yahoo.com
MEMUTUSKAN :
Pasal 1
4
Pedoman Utilitas di Lingkungan Rumah Sakit Umum
Daerah Bumiayu adalah sebagaimana tercantum dalam
lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Direktur ini.
Pasal 2
Pasal 3
Pasal 4
SYAFII
5
LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR RSUD
BUMIAYU
NOMOR 995 TAHUN 2022 TENTANG
PEDOMAN SISTEM UTILITAS DI
LINGKUNGAN RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH BUMIAYU
PEDOMAN
SISTEM UTILITAS DI LINGKUNGAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUMIAYU
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur
kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Untuk rnerealisasikan
penye1enggaraan pelayanan kesehatan yang rnenyeluruh dan terpadu
diperlukan sarana kesehatan yang rnenurut Undang-undang Republik
Indonesia No. 23 Tahun 1992 Bab I, Pasal 1, butir 4, yang berbunyi "Sarana
kesehatan adalah ternpat yang digunakan untuk rnenyelenggarakan upaya
kesehatan".
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Mengingat
hal tersebut diatas, rnaka suatu pe1ayanan yang diselenggarakan rurnah sakit
harus memiliki suatu standar acuan ditinjau dari segi sarana fisik bangunan,
serta prasarana atau infrastrukturjaringan penunjang yang rnernadai.
B. Definisi
Sistem utilitas merupakan kebutuhan penting yang diperlukan di RSUD
Bumiayu untuk mendukung dan menyiapkan standar pelayanan pasien yang
berkualitas tinggi dengan memanfaatkan sumber daya secara efisien dan
biaya yang efektif. Dokumen ini mengidentifikasi perencanaan manajemen
6
utilitas yang digunakan untuk memastikan bahwa layanan penting ini selalu
tersedia.
1. Sistem utilitas utama adalah peralatan/sistem maupun sumber daya
utama yang diperlukan dalam menunjang keberlangsungan operasional
rumah sakit meliputi listrik dan air bersih;
2. Sistem utilitas adalah peralatan/sistem maupun sumber daya yang
diperlukan dalam menunjang keberlangsungan operasional rumah sakit
meliputi sistem tata udara/penghawaan, sistem gas medik, sistem limbah
dan sistem komunikasi/teknologi informasi;
3. Sistem pengelolaan air bersih adalah suatu sistem perpipaan yang
memasok dan menyalurkan air yang digunakan untuk keperluan sehari-
hari di dalam rumah sakit yang kualitasnya dan kuantitasnya memenuhi
syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak;
4. Sistem pengelolaan listrik adalah suatu sistem pengelolaan rangkaian
peralatan penyediaan daya listrik untuk memenuhi kebutuhan daya listrik
di lingkungan rumah sakit;
5. Sistem tata udara atau penghawaan adalah keseluruhan sistem yang
mengkondisikan udara di dalam gedung dengan mengatur besaran termal
seperti temperatur dan kelembaban relatif, serta kesegaran dan
kebersihannya, sedemikian rupa sehingga diperoleh kondisi ruangan yang
nyaman;
6. Sistem pengelolaan gas Medik adalah sistem pengelolaan gas dengan
spesifikasi khusus yang dipergunakan untuk pelayanan medis pada
fasilitas pelayanan kesehatan;
7. Sistem pengelolaan limbah adalah sistem pengelolaan terhadap limbah
yang dihasilkan rumah sakit mulai mulai dari sumber, pengolahan sampai
pengelolaan tahap akhir sesuai dengan peraturan perundang- undangan;
8. Sistem komunikasi/teknologi informasi adalah sistem yang berfungsi
sebagai alat komunikasi/teknologi informasi antar instalasi dalam rumah
sakit maupun luar rumah sakit;
7
BAB II
RUANG LINGKUP
8
BAB III
TATA LAKSANA
9
untuk memudahkan perawatan.
Sumber air bersih RSUD Bumiayu berasal dari :
a) PDAM Perumda Tirta Baribis Kab. Brebes cabang Bumiayu;
b) Sumber air bersih lain didapatkan melalui adanya perjanjian
kerjasama dengan PDAM Perumda Tirta Baribis apabila terjadi
gangguan distribusi air melalui perpipaan yaitu dengan pengiriman
tangki air bersih;
c) Sumber air bersih yang lain bisa didapatkan dari sumur dalam
atau mata air yang memenuhi ketentuan sesuai peraturan yang
ada apabila memang memungkinkan di sekitar daerah Bumiayu.
Persyaratan Air Bersih
Harus tersedia air bersih yang cukup dan memenuhi syarat kesehatan,
atau dapat mengadakan pengolahan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
1. Tersedia air bersih minimal 200-300 Lt/tempat tidur/hari;
2. Air minum dan air bersih tersedia pada setiap tempat kegiatan
yang membutuhkan secara berkesinambungan;
3. Tersedia penampungan air (reservoir) bawah atau atas;
4. Distribusi air bersih di setiap ruangan/kamar harus menggunakan
jaringan perpipaan yang mengalir dengan tekanan positif;
5. Pemeriksaan kimia air bersih dilakukan minimal 3 (tiga) bulan
sekali;
6. Tersedia air bersih untuk keperluan pemadaman kebakaran
dengan mengikuti ketentuan yang berlaku;
Sistem Plumbing air bersih/air minum dan air buangan/air kotor
mengikuti persyaratan teknis sesuai SNI (Standar Nasional Indonesia).
1. Standar Baku Mutu Air
a. Standar baku mutu air untuk minum sesuai dengan ketentuan
Peraturan Menteri Kesehatan yang mengatur mengenai standar
baku mutu air minum.
b. Standar baku mutu air untuk keperluan higiene sanitasi sesuai
dengan ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan yang mengatur
mengenai standar baku mutu air untuk keperluan higiene
sanitasi.
c. Air untuk pemakaian khusus yaitu hemodialisis dan kegiatan
laboratorium.
d. Air untuk pemakaian khusus adalah air yang dibutuhkan untuk
10
kegiatan yang bersifat khusus di rumah sakit yang memerlukan
persyaratan tertentu dan berbeda dengan air minum. Standar
baku mutu air untuk hemodialisis meliputi parameter biologi
dan kimia, sedangkan standar baku mutu air untuk kegiatan
laboratorium meliputi parameter fisik, biologi dan kimia.
Tabel 1 berikut ini merupakan rincian kadar maksimum
parameter biologi untuk setiap jenis media yang dipakai untuk
hemodialisis dengan satuan colony forming unit (CFU) per mili
liter media atau CFU/ml yang mengacu pada American
National Standards Institute (ANSI) dan Association for the
Advancement of Medical Instrumentation (AAMI).
Tabel 1
Standar Baku Mutu Kualitas Biologi Air untuk Hemodialisis
11
Pada saat ini RSUD Bumiayu belum ada
pelayanan Hemodialisa, apabila di kemudian hari ada
pelayanan Hemodialisa, maka akan menyesuaikan
dengan regulasi ini.
Tabel 2
Standar Baku Mutu Kimia Air untuk Hemodialisis
12
kontaminan ion tertentu agar tidak menjadi katalisator. Dengan
demikian kontaminan ion dalam air tersebut tidak bereaksi
dengan bahan laboratorium yang dapat mengganggu fungsi
peralatan laboratorium. Selain itu hasil pemeriksaannya tetap
sesuai dengan spesitivitas, akurasi dan presisi uji laboratorium.
Standar baku mutu air untuk kegiatan laboratorium hanya
meliputi parameter fisik dan kimia. Kemurnian air secara fisik
dan kimia untuk laboratorium biasanya diukur dengan daya
hantar listrik (conductivity), resistivity (daya tahan listrik), dan
konsentrasi ion tertentu yang dianggap sebagai kontaminan.
Daya hantar listrik (DHL) adalah kecenderungan air yang
mengandung ion menghantarkan listrik, dengan unit/satuan
Siemen(S), microsiemens/centimeter (μS/cm) or micromho/cm
pada suhu 25°C. Sedangkan resistivity adalah kebalikan dari DHL
yang artinya kemampuan air untuk menahan hantaran listrik
dalam penggunaan reagen maupun alat pengujian laboratorium
dalam unit/satuan megohmcentimeter (MΩ-cm), pada suhu 25°C.
Demikian pula kemurnian air untuk laboratorium secara
mikrobiologi ditentukan dengan menggunakan uji endotoksin
yang sangat baik untuk indikator adanya bakteri gram negatif,
mikroba hasil samping, jamur dan algae.
Spesifikasi kemurnian air untuk laboratorium telah
ditetapkan oleh American Society for Testing and Materials
(ASTM) D1193, ASTM D5196, ISO (International Organization for
Standardization) 3696-1987 and CLSI® (Clinical and Laboratory
Standards Institute C3-A4). ASTM mengelompokkan tingkat
kemurnian menjadi tiga tipe, yang paling tinggi digolongkan
sebagai Tipe I, sedangkan tingkat yang lebih rendah digolongkan
menjadi tipe II dan tipe III. Namun jika air yang ada tidak dapat
memenuhi kualitas tipe I sampai dengan tipe III, maka kualitas
air tipe IV dapat digunakan karena standarnya lebih rendah
(hanya memenuhi daya tahan listrik, daya hantar listrik, pH,
suhu dan Natrium maksimum.
Tabel 3 memuat SBM fisik air yang meliputi parameter
daya tahan listrik dan daya hantar listrik sesuai tipe air I, tipe
air II, tipe air III dan tipe air IV. Pada umumnya kegiatan
laboratorium hanya memerlukan ke tiga tipe air yaitu I, II dan
13
III. Tipe air I biasa disebut dengan ultrapure water (air yang
sangat murni) yang digunakan untuk peralatan laboratorium
yang sensitif seperti High Performance Liquid Chromatography
(HPLC), Atomic Absorption Spectroscopy (AAS), dan biakan sel
mamalia. Sedangkan tipe air II disebut purified water (air yang
dimurnikan) dan biasanya digunakan untuk kegiatan
laboratorium secara umum seperti preparasi media dan
pembuatan larutan penyangga (buffer).
Tabel 3 :
Standar Baku Mutu Fisik Air Untuk Kegiatan Laboratorium
14
Tabel 4
Standar Baku Mutu Kimia Air Untuk Kegiatan
Laboratorium
19
pompa sirkulasi air berfungsi
• Dekatkan mulut pipa air pengisi dalam
jarak 30 meter dari menara pendingin
• Upayakan konsentrasi awal pemberian sisa
khlor bebas minimum 50 mg/l
• Tambahkan biodispersan paling tidak 15
menit setelah khlorinasi, selanjutnya
konsentrasi sisa khlor bebas sebesar 10
mg/l selama 24 jam Kuras air menara dan
isi ulang airnya kemudian lanjutkan langkah
(d) dan (e) minimum sekali agar semua
kumpulan sel organisme yang kelihatan seperti
algae hilang
• Gunakan sikat dan semprotan air dan
bersihkan semua dinding atau bagian yang
kontak dengan air
• Sirkulasikan sisa khlor bebas 10 mg/l
selama satu jam dan bilas hingga semua
sedimen hilang
• Isi ulang sistem menara dengan air dan
fungsikan kembali menara seperti biasa
Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi
20
Sanitasi dapat digunakan sebagai air baku air minum.
Tabel 1 berisi daftar parameter wajib untuk parameter fisik
yang harus diperiksa untuk keperluan higiene sanitasi.
Tabel 1
Parameter Fisik dalam Standar Baku Mutu Kesehatan
Lingkungan untuk Media Air untuk Keperluan Higiene
Sanitasi
Standar Baku
No. Parameter Wajib Unit
Mutu
(kadar maksimum)
1. Kekeruhan NTU 25
2. Warna TCU 50
3. Zat padat terlarut mg/l 100
(Total Dissolved 0
Solid)
Standar Baku
No. Parameter Wajib Unit
Mutu (kadar
maksimum)
4. Suhu oC suhu udara ± 3
5. Rasa tidak berasa
Tabel 2 berisi daftar parameter wajib untuk parameter
biologi yang harus diperiksa untuk keperluan higiene
sanitasi yang meliputi total coliform dan escherichia coli
dengan satuan/unit colony forming unit dalam 100 ml
sampel air.
Tabel 2.
Standar Baku
No. Parameter Wajib Unit Mutu (kadar
maksimum)
1. Total coliform CFU/100 5
ml
2. E. coli CFU/100 0
ml
21
Tabel 3.
Parameter Kimia dalam Standar Baku Mutu Kesehatan
Lingkungan untuk Media Air untuk Keperluan Higiene
Sanitasi
2. Sistem Listrik.
Listrik tersedia setiap waktu 24 jam sehari, 7 hari seminggu,
yang dipastikan ketersediaannya baik melalui sumber
listrik negara maupun sumber listrik alternatif yang
disediakan rumah sakit (Genset).
24
pengantarnya;
Suhu Kelembaban
No Ruang/Unit Tekanan
(%)
(oC)
1 Operasi 22-27 40- 60 positif
2 Bersalin 24-26 40- 60 positif
3 PemuIihan/perawata 22-23 40- 60 seimbang
4 Observasi bayi 27-30 40- 60 seimbang
5 Perawatan bayi 32-34 40- 60 seimbang
6 Perawatan 32-34 40- 60 positif
7 ICU 22-23 40- 60 positif
8 Jenazah/Autopsi 21-24 40- 60 negatif
9 Penginderaan medis 21-24 40- 60 seimbang
10 Laboratorium 20-22 40- 60 negatif
27
11 Radiologi 17-22 40- 60 seimbang
12 Sterilisasi 21-30 40- 60 negatif
13 Dapur 22-30 40- 60 seimbang
14 Gawat darurat 20-24 40- 60 positif
15 Administrasi, 20-28 40- 60 seimbang
16 Ruang Iuka bakar 24-26 40- 60 positif
28
bangunan dan halaman di rumah sakit berpotensi
menyebabkan penularan penyakit. Untuk itu, ruang
bangunan dan halaman di rumah sakit harus
memenuhi persyaratan kesehatan kualitas udara ruang
sebagai berikut :
a. Pemeliharaan kualitas udara ruangan rumah sakit
untuk menjamin agar udara tidak berbau (terutama
bebas dari H 2S dan amoniak) dan tidak
mengandung debu asbes.
b. Penghawaan dan pengaturan udara ruangan
Penghawaan ruang bangunan adalah aliran udara
di dalam ruang bangunan yang memadai untuk
menjamin kesehatan penghuni ruangan. Persyaratan
penghawaan untuk masing- masing ruang sebagai
berikut:
1) Ruang-ruang tertentu seperti ruang operasi,
perawatan bayi, laboratorium, perlu mendapat
perhatian yang khusus karena sifat pekerjaan
yang terjadi di ruang-ruang tersebut.
2) Ventilasi ruang operasi dan ruang isolasi
pasien dengan imunitas menurun harus dijaga
pada tekanan lebih positif sedikit (minimum
0,10 mbar) dibandingkan dengan ruang- ruang
lain di rumah sakit.
3) Ventilasi ruang isolasi penyakit menular harus
dijaga pada tekanan lebih negatif dari
lingkungan luar.
4) Pengukuran suhu, kelembaban, aliran dan
tekanan udara ruangan dapat dilakukan
secara mandiri menggunakan peralatan ukur
kesehatan lingkungan yang sesuai, atau dapat
dilakukan oleh alat ukur dari laboratorium luar
yang telah terakreditasi nasional.
5) Ruangan yang tidak menggunakan AC,
maka pengaturan sirkulasi udara segar dalam
ruangan harus memadai dengan mengacu pada
Pedoman Sarana dan Prasarana Rumah Sakit
29
atau Standar Nasional Indonesia.
6) Penghawaan atau ventilasi di rumah sakit
harus mendapat perhatian yang khusus,
terutama untuk ruangan tertentu misalnya
ruang operasi, ICU, kamar isolasi dan ruang
steril. Ruang-ruang tersebut harus dilengkapi
dengan HEPA filter. Jika menggunakan sistem
pendingin, hendaknya dipelihara dan
dioperasikan sesuai buku petunjuk, sehingga
dapat menghasilkan suhu, aliran udara, dan
kelembaban yang nyaman bagi pasien dan
karyawan. Untuk rumah sakit yang
menggunakan pengatur udara sentral harus
diperhatikan cooling tower-nya agar tidak
menjadi perindukan bakteri legionella dan
untuk AHU (Air Handling Unit) filter udara
harus dibersihkan dari debu dan bakteri atau
jamur.
7) Suplai udara dan exhaust hendaknya
digerakkan secara mekanis, dan exhaust fan
hendaknya diletakkan pada ujung sistem
ventilasi.
8) Ruangan dengan volume 100m3 sekurang-
kurangnya 1 (satu) fan dengan diameter 50 cm
dengan debit udara 0,5 m3/detik, dan frekuensi
pergantian udara perjam adalah 2 (dua) sampai
dengan 12 kali.
9) Pengambilan suplai udara dari luar,
kecuali unit ruang individual, hendaknya
diletakkan sejauh mungkin, minima l7,50 meter
dari exhauster atau perlengkapan pembakaran.
10) Tinggi intake minimal l0,9 meter dari atap.
11) Sistem hendaknya dibuat keseimbangan
tekanan.
12) Suplai udara untuk daerah sensitif: ruang
operasi, perawatan bayi, diambil dekat langit-
langit dan exhaust dekat lantai, hendaknya
30
disediakan 2 (dua) buah exhaust fan dan
diletakkan minimal 7,50 cm dari lantai.
13) Suplai udara di atas lantai.
14) Suplai udara koridor atau buangan exhaust
fan dari tiap ruang hendaknya tidak digunakan
sebagai suplai udara kecuali untuk suplai udara
ke WC,toilet, dan gudang.
15) Ventilasi ruang-ruang sensitif hendaknya
dilengkapi dengan saringan 2 beds. Saringan I
dipasang di bagian penerimaan udara dari luar
dengan efisiensi 30% dan saringan II (filter
bakteri) dipasang 90%. Untuk mempelajari
sistem ventilasi sentral dalam gedung
hendaknya mempelajari khusus central air
conditioning system.
16) Penghawaan alamiah, lubang ventilasi
diupayakan sistem silang (cross-ventilation) dan
dijaga agar aliran udara tidak terhalang.
17) Penghawaan ruang operasi harus dijaga agar
tekanannya lebih tinggi dibandingkan ruang-
ruang lain dan menggunakan cara mekanis (air
conditioner).
18) Penghawaan mekanis dengan menggunakan
exhaust fan atau air conditioner dipasang pada
ketinggian minimum 2,00 meter di atas lantai
atau minimum 0,20 meter dari langit- langit.
42
menyebutkan :
1) Sifat gas;
2) Peringatan–peringatan;
3) Pertolongan pertama;
4) Nama Produsen.
3. Alat Penunjang Untuk Pengoperasian Tabung Gas
Medik :
a. 1 (satu) buah slang (tubing);
b. 1 (satu) buah masker (nasal);
c. 1 (satu) buah kunci regulator dan kunci tabung;
d. 1 (satu) buah dorongan (trolley) dengan pengaman;
e. 1 (satu) buah pengaman tabung;
f. Flowmeter dengan spesifikasi :
maksimal flow2,5 LPM untuk neonatal dan
peadiatrik maksimal flow10 atau 15 LPM untuk
adult.
4. Persyaratan Penyimpanan Tabung GasMedik
a. Tabung-tabung Gas Medik harus disimpan
berdiri, dipasang pengaman kran dan dilengkapi
tali pengaman untuk menghindari jatuh pada saat
terjadi goncangan;
b. Lokasi penyimpanan harus khusus dan masing–
masing Gas medik dibedakan tempatnya serta
diberi tanda;
c.Penyimpanan tabung Gas Medik isi dan tabung
Gas Medik kosong dipisahkan, untuk
memudahkan pemeriksaan dan penggantian;
d.Lokasi penyimpanan diusahakan jauh dari
sumber panas, listrik dan oli atau sejenisnya, serta
memiliki sirkulasi udara yang baik;
e. Gas campuran yang sudah disimpan lebih dari 1
(satu) tahun agar dilakukan uji/tes kepada
produsen, untuk mengetahui kondisi Gas Medik,
dan memperhatikan masa kadaluarsa Gas Medik
tersebut.
5. Persyaratan Pendistribusian Tabung Gas Medik.
a) Distribusi tabung Gas Medik dilakukan
43
dengan menggunakan trolly;
b) Tabung gas beserta trolly harus bersih dan
memenuhi syarat sanitasi/hygiene;
c) PenggunaanGas Medik system tabung hanya
bisa dilakukan satu tabung untuk satu orang.
44
B. Persyaratan Penggunaan Oksigen Konsentrator Portabel
1. Persyaratan Penyimpanan Oksigen Konsentrator
Portabel
a. Oksigen Konsentrator portabel disimpan
ditempat yang berventilasi cukup;
b. Mesin Oksigen Konsentrator portabel disimpan
dalam keadaan lepas dari sambungan listrik;
c. Jangan tinggalkan mesin Oksigen Konsentrator
portable dalam keadaan ON (hidup) dan tidak
terpakai;
d. Posisi Mesin Oksigen Konsentrator portabel
harus disimpan dalam posisi berdiri;
e. Dilarang merokok disekitar Oksigen
Konsentrator portable, pasangkan tanda
“DILARANG MEROKOK” pada daerah sekitar
mesin Oksigen Konsentrator portabel sedang
disimpan;
f. Jauhkan mesin Oksigen Konsentrator portabel
dari segala bahan-bahan yang mudah terbakar,
seperti : oli, bensin, cat, minyak, aerosol saat
sedang disimpan;
g. Selalu simpan mesin Oksigen Konsentrator
portabel dalam keadaan bersih. Bersihkan
setelah setiap pemakaian;
h. Jauhkan selang oksigen dari apapun yang
mudah terbakar, termasuk lilin, kompor,
termasuk dalam mobil dengan udara panas.
Selalu tempatkan dengan ventilasi baik.
2. Persyaratan Penggunaan Oksigen Konsentrator
Portabel
a. Jangan menggunakan alat-alat elektronik
lainnya seperti alat cukur, alat pengering rambut
(hair drier), dan lainnya yang menggunakan
mesin pada saat anda menggunakan Oksigen
Konsentrator portable;
b. Jangan menempatkan Oksigen Konsentrator
portable dibawah kursi, karpet, ataupun ditutup
45
kain apabila digunakan;
c. Dilarang merokok disekitar Oksigen
Konsentrator portabel sedang digunakan;
d. Jauhkan mesin Oksigen Konsentrator portabel
dari segala bahan-bahan yang mudah terbakar,
seperti : oli,bensin, cat, minyak, aerosol saat
sedang digunakan;
e. Apabila terdengar suara bising/tajam dari
tangki atau tangki terlalu cepat kosong, ini
dapat menandakan bahwa adanya kebocoran
oksigen pada tangki. Apabila ini terjadi, jauhi
tangki dan buka jendela agar oksigen yang
berlebihan dapat keluar dari ruangan
tersebutdan hubungi agen penjual atau
perusahaan servis.
3. Persyaratan Pemeliharaan Oksigen Konsentrator
Portabel
a. Oksigen Konsentrator portabel menggunakan
filter untuk menahan debu danpartikel dari
udara yang dihisap secara terus-menerus
setiap pemakaian mesin, sehingga filter ini
harus sering dibersihkan atau diganti bila
perlu. Apabila filter kotor, akan tersumbat dan
mengakibatkan mesin bekerja keras,
mengurangi umur dari mesin dan
mempercepat risiko kerusakan mesin;
b. Pada udara yang bersih, filter Oksigen
Konsentrator portabel dibersihkan setiap
minggu. Namun di udara yang mengandung
polusi tinggi, termasuk apabila terdapat
pembangunan di wilayah dekatnya, adanya
binatang, maka filter harus diganti lebih
sering. Biasanya cara pembersihan filter
hanya dengan menyiram dengan air hangat
tanpa sabun. Keringkan filter sebelum
dipasang kembali ke unit;
c. Pemeliharaan dan servis mesin Oksigen
46
Konsentrator portabel secara teratur sangat
penting guna keandalan dan keawetan mesin;
48
Pintu ruangan yang berisi system pasokan
sentral atau silinder yang hanya berisi oksigen
atau udara medik harus berlabel sebagai berikut
:
50
- Ruangan harus bersih dan tertata rapih;
- Apabila system suplai ini dekat tempat
pembakaran, incinerator atau ruang boiler,
konstruksinya harus menghindari temperatur
dengan melebihi 400C;
- Beratap dan berpagar keliling;
- Ruangan tidak boleh dalam satu area dengan
elektrikal terbuka seperti konduktor atau trafo;
- Ruangan tidak boleh mendekati tangki oli;
- Harus dengan lantai konkret. Pintu dan pagar
harus lebih tinggi dari 1,75 m;
- Harus ada tanda-tanda di tempatkan di pintu
untuk 2 sisi :
o DILARANG MEROKOK;
o DILARANG MASUK : HANYA PETUGAS
YANG BERKEPENTINGAN.
- Kendaraan untuk mengantar harus mudah di
akses dan selevel dengan ruangan (tergantung
metode yang ingin digunakan;
- Ruangan harus dapat jarak minimal 3 (tiga) meter
dengan akses jalanan umum;
- Alat untuk mengangkut harus di desain sesuai
untuk pengangkatan tabung dan keamanannya;
- Sistem suplai harus terinstal oleh
manufaktur/agen resmi mengikuti aturan dari
manufaktur;
- Khusus untuk penempatan di basement :
o Harus ada ventilasi;
o Udara bebas yang cukup.
4) Persyaratan Kelengkapan Sentral Kompresor Udara
Medik
- 2 (dua) unit kompressor bebas minyak udara medic;
- 2 (dua) unit pendingin udara (after cooler);
- 1 (satu) unit tangki udara tekan lengkap
dengan assesoris (automaticdrain, pressuregauge,
safety valve, pressure switch, valve) dan dicat
warna hijau;
- 2 (dua) unit pengering udara;
51
- 2 (dua) unit filter udara;
- 2 (dua) unit filter bakteri/karbon;
- 1 (satu) unit Regulator;
- Dew point monitor;
- CO (Karbon Monoksida) monitor;
- Panel kontrol dengan dilengkapi :
o Indikator lampu (hijau jika motor jalan,
merah jika motor berhenti dan kuning jika
motor bermasalah);
o Pengaman arus (MCB/Miniatur Circuit Breaker);
o Indikator jam operasional masing-masing
motor;
o Alarm untuk indikasi jika motor bermasalah.
5) Persyaratan Kelengkapan Udara hisap (medical
suction):
- 2 (dua) unit vakum pump
- 1 (satu) unit tangki vakum lengkap dengan
asesoris (valve, pressure gauge) dan dicat warna
kuning;
- 2 (dua) unit bakteria filter;
- Panel kontrol dengan dilengkapi :
o Indikator lampu (Hijau jika motor jalan,
Merah jika motor berhenti dan Kuning jika
motor bermasalah);
o Pengaman arus (MCB/Miniatur Circuit Breaker);
o Indikator jam operasional masing-masing
motor;
o Alarm untuk indikasi jika motor bermasalah.
6) Manifold adalah seperangkat alat pengaturan
tekanan gas medis dari tekanan tinggi (2200 psi)
menjadi tekanan rendah (55 psi ), jenis- jenis
manifold terdiri dari :
a. Manifold Otomatis Penuh adalah manifold
yang memiliki minimal 2 (dua) regulator dengan
tekanan tinggi dan 1 (satu) atau 2 (dua)
regulator dengan tekanan rendah. Carakerja
manifoldjenis ini apabila tekanan atau gas pada
tabung manifold sebelah kanan habis, maka
52
akan berpindah secara otomatis ke tabung
manifold sebah kiri, berlaku kebalikannya.
Manifold jenis ini dilengkapi juga dengan
headerbar, katup searah (checkvalve), katup
pengaman/pelepas tekanan, sinyal indicator
tekanan LED atau Analog dan pigtail yang
disesuaikan dengan jumlah tabung/silinder.
53
Manifold Otomatis Penuh
54
pigtail yang disesuaikan dengan
jumlah tabung/silinder;
55
tekanan, sinyal indicator tekanan, valve dan
pigtail
yang disesuaikan dengan jumlah tabung/
silinder.
Manifold Manual
7) Buangan Sisa Gas Anestesi Harus Mempunyai
Sistem Pembuangan Tersendiri.
Jenis-Jenis Pembuangan Sisa Gas Anestesi:
a. Pembuangan dengan system motor blower,
yaitu system yang menggunakan motor
blower untuk mengalirkan sisa gas anestesi
ke udara bebas dengan menggunakan
jaringan pipa tembaga/PVC;
58
pemakaian maksimal;
- Penyambungan pipa harus dilas dengan
menggunakan kawat las perak, agar
sambungan pipa rapat sempurna dan tahan
lama. Gas yang dipergunakan adalah campuran
oksigen, Acetyline dan pada proses pengelasan
harus dialiri gas Nitrogen;
- Penyambungan antar pipa harus
menggunakan
fitting tembaga :
o Fitting Sock;
o Fitting Elbow;
o Fitting Tee;
o Fitting Reducer;
o Fitting Dop.
- Pemotongan pipa harus menggunakan
cutter/pemotong pipa khusus;
- Pemasangan instalasi pipa Gas Medik dalam
dinding harus dilindungi pipa PVC;
- Seluruh jaringan pipa Gas Medik dan Vakum
Medik harus dilakukan pengetesan tekanan
minimal 1,5 kali tekanan kerja selama1 kali
24 jam dengan gas nitrogen pada saat selesai
pemasangan jaringan pipa Gas Medik;
- Seluruh IGVM harusdilakukan tes kebocoran.
11) Pemasangan Outlet Gas Medik dan Inlet Vakum
Medik
a. Wall Outlet Gas Medik dan Inlet Vakum Medik
- Outlet Gas Medik dan inlet Vakum Medik
jenis wall dipasang/ ditanam pada dinding
dengan ketinggian antara 140 s/d 150 cm
di atas lantai;
- Bila digunakan untuk melayani 1 (satu)
bed, maka diletakkan di sebelah kanan
kepala pasien dan bila digunakan untuk
melayani 2 (dua) bed maka wall
outlet/inlet diletakkan ditengah– tengah 2
59
(dua) bed tersebut;
- Untuk pemakaian dikamar
operasi, walloutlet/inlet dipasang di dinding
dekat dengan bagian kepala pasien pada
meja operasi;
- Untuk pemakaian dibagian lain
walloutlet/inlet dipasang pada dinding
yang berdekatan dengan peralatan
kedokteran yang digunakan.
b. Ceilingoutlet dipasang pada plafon dan dekat
dengan titik pemakaian, biasanya dekat
dengan bagaian kepala dari tempat tidur
pasien pada ruangan newborn room dan
premature room;
c. Ceiling column,Penempatan/pemasangan
ceiling column sama dengan ceiling outlet,
berhubung ceilingcolumn memiliki beban
yang cukup berat±
100 kg, maka harus digantung pada
konstruksi yang kuat menahan beban
tersebut;
d. Pemasangan outlet pada ruang
operasi/bedah maupun peralatan harus
berfungsi secara otomatis, outlet akan
tertutup rapat pada saat tidak terpakai dan
terbuka apabila telah disambungkan dengan
alat penyalur Gas Medik;
e. Urutan pemasangan outlet Gas Medik harus
tetap.
- Oksigen (O2);
- Dinitrogen oksida, (N20);
- Udara tekan medik ( UTM / MA);
- Udara tekan alat (UTA /TA );
- Vakum medik (udara hisap), (VAK/SAC);
- Karbon dioksida, (CO2);
- Nitrogen, (N);
- Buangan sisa gas anestesi (BSGA/WAGD).
60
f. Pemasangan setiap outlet Gas Medik/inlet
Vakum Medik diberi nama, warna yang
berbeda, ukuran drat/sekrup yang berbeda
pula atau pin holeindex yang berbeda;
g. Setiap ruangan yang terdapat lebih dari 1
(satu) pemasangan outlet Gas Medik harus
dilakukan pengetesan silang, untuk
memastikan tidak terdapat kesalahan jenis
gas pada outlet;
h. Setiap titik outlet/inlet harus dilakukan
pengetesan
65
Penaatan terhadap frekuensi sampling limbah cair
yakni 1 (satu) kali per bulan.
Penaatan terhadap jumlah parameter yang diuji
laboratorium, sesuai dengan baku mutu yang
dijadikan acuan.
Penaatan kualitas limbah cair hasil pemeriksaan
laboratorium terhadap baku mutu limbah cair,
dengan mengacu pada peraturan perundang-
undangan.
c. Setiap laporan yang disampaikan disertai dengan
bukti tanda terima laporan.
7. Sistem Komunikasi/Sistem Teknologi Informasi
1. Sistem informasi di rumah sakit harus didesain dengan
sistem keamanan yang optimal untuk menjamin aplikasi
hanya dapat diakses oleh petugas yang berwenang.
2. Sistem komunikasi dalam bangunan rumah sakit
dimaksudkan sebagai penyediaan sistem komunikasi baik
untuk keperluan internal bangunan maupun untuk
hubungan ke luar pada saat terjadi kebakaran dan/atau
kondisi darurat lainnya.
3. Sistem komunikasi antara lain sistem telepon, sistem
tata suara, sistem panggil perawat, dan sistem voice
evacuation.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem informasi dan
system komunikasi dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Persyaratan komunikasi dalam rumah sakit
dimaksudkan sebagai penyediaan sistem komunikasi
baikuntuk keperluan internal bangunan maupun untuk
hubungan keluar,pada saat terjadi kebakaran dan/atau
kondisi darurat lainnya. Termasuk antara lain: sistem telepon,
sistem tata suara, sistem voice evacuation, dan sistem panggil
perawat. Penggunaan instalasi tata suara pada waktu
keadaan darurat dimungkinkan asal memenuhi pedoman dan
standar teknis yang berlaku.
Sistem Telepondan Tata Suara.
1) Sistem instalasi komunikasi telepon dan sistem tata
66
komukasi gedung,penempatannya harus mudah
diamati,dioperasikan, dipelihara, tidak membahayakan,
mengganggu dan merugikan lingkungan dan bagian
bangunan serta system instalasi lainnya, serta
direncanakan dandilaksanakan berdasarkan standar,
normalisasi teknik dan peraturan yang berlaku;
2) Peralatan dan instalasi sistem komunikasi harus tidak
memberi dampak, dan harus diamankan terhadap
gangguan seperti interferensi gelombang
elektromagnetik, dan lain-lain;
3) Secara berkala dilakukan pengukuran/pengujian
terhadap EMC (Electro MagneticCampatibility). Apabila
hasil pengukuran terhadap EMC melampaui ambang
batas yang ditentukan, maka langkah penanggulangan
dan pengamanan harus dilakukan;
4) Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum
mempunyai SNI, dapat digunakan standar baku dan
pedoman teknis yang diberlakukan oleh instansi yang
berwenang.
Persyaratan Teknis Instalasi Telepon
67
udaranya cukup dan tidak boleh kena sinar matahari
langsung, serta memenuhi persyaratan untuk tempat
peralatan;
2) Tidak boleh digunakan cat dinding yang mudah
mengelupas;
3) Tersedia ruangan untuk petugas sentral dan
operator telepon.
d. Ruang bateray system telepon harus bersih, terang,
mempunyai dinding dan lantai tahan asam, sirkulasi
udara cukup dan udara buangnya harus dibuang ke
udara terbuka dan tidak ke ruang publik, serta tidak
boleh kena sinar matahari langsung.
Persyaratan Teknis Instalasi Tata Suara
a. Setiap bangunan rumah sakit dengan ketinggian 4
lantai atau14m keatas, harus dipasang sistem tata suara
yang dapat digunakan untuk menyampaikan
pengumuman dan instruksi apabila terjadi kebakaran
atau keadaan darurat lainnya.
b. Sistem peralatan komunikasi darurat sebagaimana
dimaksud pada butir diatas harus menggunakan sistem
khusus, sehingga apabila sistem tata suara umum
rusak, maka sistem telepon darurat tetap dapat bekerja.
c. Kabel instalasi komunikasi darurat harus terpisah dari
instalasi lainnya, dan dilindungi terhadap bahaya
kebakaran, atau terdiri dari kabel tahan api.
d. Harus dilengkapi dengan sumber/pasokan daya listrik
untuk kondisi normal maupun pada kondisi daya
listrik utama mengalami gangguan, dengan kapasitas
dan dapat melayani dalam waktu yang cukup sesuai
ketentuan yang berlaku.
e. Persyaratan system komunikasi dalam gedung harus
memenuhi
:
1) UU No.36 tahun1999, tentang Telekomunikasi;
2) PPNo.52/2000, tentang Telekomunikasi Indonesia.
Sistem Panggil Perawat (Nurse Call)
1) Peralatan system panggil perawat dimaksudkan untuk
memberikan pelayanan kepada pasien yang memerlukan
68
bantuan perawat, baik dalam kondisi rutin atau darurat;
2) Sistem panggil perawat bertujuan menjadi alat
komunikasi antara perawat dan pasien dalam bentuk
visual dan audible (suara), dan memberikan sinyal pada
kejadian darurat pasien.
PersyaratanTeknis :
1. Peralatan Sistem Panggil Perawat (SPP).
a. Panel Kontrol SPP harus:
1) J e n i s audio dan visual;
2) Penempatannya diatas meja;
3) Perlengkapan yang ada pada panel kontrol SPP
sebagai berikut:
a) Mempunyai mikrofon, speaker dan handset.
Handset dilengkapi kabel dengan panjang 910
mm (3 ft). Handset harus mampu
menghubungkan dua arah komunikasi antara
perawat dan pos pemanggil yang dipilih.
Mengangkat handset akan mematikan
mikrofon/speaker;
b) Tombol penunjuk atau layar sentuh dengan
bacaan digital secara visual memberitahu lokasi
panggilan dan menempatkannya dalam sistem,
meliputi:
1) Nomor ruang;
2) Kamar;
3) Tempat tidur;
4) Prioritas panggilan.
69
c) Panggilan dari pos darurat yang ditempatkan di
dalam
toilet atau kamar mandi;
d) Mampu menampilkan sedikitnya 4 (empat)
panggilan yang datang;
e) Modul mengikuti perawat. Apabila modul
mengikuti perawat ditempatkan di bedside
ruang rawat inap pasien diaktifkan, semua
panggilan yang ditempatkan dalam sistem secara
visual atau audible diteruskan ke bedside yang
dikunjungi;
f) Berfungsi menjawab secara otomatis atau selektif;
g) Fungsi prioritas panggilan yang datang. Sinyal
visual atau audible akan menandai adanya suatu
panggilan rutin atau darurat dan akan menerus
sampai panggilan itu dibatalkan. Panggilan
darurat harus dibatalkan hanya di pos darurat
setempat;
h) Fungsi pengingat (memory). Dapat menyimpan
sementara suatu panggilan yang ditempatkan
dan menghasilkan sinyal visual berupa nyala
lampu dome dikoridor yang dihubungkan dengan
bedside dengan cara mengaktifkan fungsi/sirkit
pengingat. Sinyal visual ini akan mati dan
panggilan yang tersimpan terhapus dari memory
ketika panggilan itu dibatalkan di pos setempat;
i) Kemampuan menghasilkan sinyal audible dan
visual untuk menandai adanya panggilan yang
dating dari pos yang terhubung:
1) Dapat menghentikan atau melemahkan sinyal
audible melalui rangkaian
mematikan/melemahkan saat panel kontrol
sedang digunakan untuk menjawab atau
menempatkan suatu panggilan. Sinyal
audible ntuk panggilan yang datang dan tidak
terjawab harus secara otomatis
disambungkan kembali ketika panel control
70
SPP dikembalikan ke modus siaga;
2) Sinyal visual untuk panggilan yang datang
harus tetap ditampilkan pada setiap saat
sampai panggilan terjawab atau dibatalkan
pada pos pemanggilan.
3) Sinyal audible dan sinyal visual untuk
panggilan rutin dan darurat harus jelas
berbeda;
4) Tampilan visual untuk menunjukkan lokasi
pos panggilan harus muncul pada panel
control SPP;
j) Tombol sentuh, atau serupa membolehkan
perawat memilih pos panggilan dan melakukan
komunikasi suara dua arah. Tombol sentuh juga
harus memberikan program status prioritas dan
kemampuan fungsi lain yang ada, yaitu:
1) Kemampuan memonitor bedside;
2) Kemampuan berhubungan minimum 10 pos
bedside
secara serempak;
3) Mampu menerima panggilan dari 10 pos
panggilan terkait secara serempak;
4) Kemampuan untuk menjawab.
k) Dengan mengangkat handset atau mengaktifkan
satu fungsi panggilan untuk menjawab,
berikutnya akan secara otomatis mengizinkan
perawat untuk berkomunikasi dengan pos
berikutnya di dalam urutan prioritas panggilan,
atau
l) Dengan memilih jawaban dari setiap pos
panggilan yang ditempatkan di dalam urutan.
m) Sedikitnya ditambahkan 10% untuk
mengakomodasi tambahan pasien, dan pos
darurat didalam setiap panel kontrol SPP;
n) Panel Kontrol SPP yang menggunakan daya listrik
arus bolak balik haruslah disambungkan ke
panel daya listrik darurat arus bolak balik.
71
Suatu UPS harus disediakan dilokasi panel
kontrol SPP untuk menyediakan daya darurat.
f. Cordset
Setiap cordset, harus:
1) panjangnya 1,8meter atau 2,4meter, jenis kabel
fleksibel;
2) tidak korosif;
3) apabila cordset dilepas, panggilan darurat harus
secara otomatis memberitahukan panel kontrol SPP.
Sinyal audible dan visual harus tetap diaktifkan
sampai cordset disisipkan kembali, atau alat lain
disisipkan yang secara teknis dapat mematikan fitur
panggilan otomatis;
4) gaya tarikan untuk mengaktifkan cordset sebesar
0,5kg (1 lb);
5) tidak berubah warna.
Cordset dengan aksi tombol
tekan Setiap cordset harus
73
disediakan:
a) sambungan ke kotak kontak bedside cordset;
b) berisi tombol tekan untuk panggilan pada ujung
cordset-nya.
g. Sistem distribusi
Setiap kabel yang digunakan dalam SPP harus asli
dan bersertifikat, diberi label pada setiap rel dan
disetujui oleh instansi terkait.
h. Perlengkapan Instalasi
1) Kabel.
Kabel harus termasuk semua penyambung, tali
pengikat, penggantung, klem dan sebagainya yang
dibutuhkan untuk melengkapi kerapihan instalasi.
2) Konduit.
Perlengkapan harus termasuk konduit, duct
(saluran) kabel, rak kabel, kotak penyambung, roset,
plat penutup dan perangkat keras lain yang
diperlukan untuk melengkapi kerapihan dan
keamanan, dan memenuhi SNI 04-0225-2000,
tentang Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL
2000).
3) Label.
Setiap komponen dari subsistem harus diberi label.
2. Pemasangan peralatan dani nstalasi sistem panggil
perawat.
a. Pengiriman.
Pengiriman bahan-bahan ke lokasi harus dalam
kontainer asli tertutup, jelas terlabel nama pengirim,
model peralatan dan nomor seri identifikasi, dan logo
standar. Pengawasakan meneliti peralatan SPP pada
saat itu dan akan menolak terhadap item yang tidak
memenuhi syarat.
b. Penyimpanan.
Peralatan SPP harus disimpan dengan benar sebelum
dipasang, terlindung terhadap kerusakan.
c. Pemasangan.
1) SPP dan system alarm kebakaran tidak boleh
diletakkan dalam satu konduit, satu rak kabel atau
74
jalur yang sama;
2) Kontraktor harus menyediakan filter, trap dan pad
yang sesuai untuk meminimalkan interferensi dan
untuk balancing amplifier dan sitem distribusi.
Item yang digunakan untuk balancing dan
meminimalkan interferensi harus mampu
menyalurkan bunyi, sinyal data dan kontrol dalam
kecepatan dan frekuensi yang dipilih, dalam arah
yang ditentukan, dengan kerugian gesek yang kecil,
isolasi tinggi dan dengan perlambatan minimum
dari sistem poling atau subcarrier frequency;
3) Pasokan daya listrik darurat (contoh : bateray, UPS)
harus dipasang dalam kabinet/lemari terpisah.
Kabinet/lemari ini harus disediakan dekat dengan
panel kontrol SPP;
4) Apabila bedside unit buatan pabrik yang
digunakan, kontraktor harus meminta izin pada
pengawas untuk melakukan pemasangan instalasi
SPP;
5) Semua peralatan harus dihubungkan sesuai
spesifikasi untuk memastikan terminasi, isolasi,
dan impedansinya sesuai dan terpasang dengan
benar;
6) Pemasangan semua peralatan untuk setiap lokasi
diidentifikasi sesuai dengan gambar;
7) Semua saluran utama, distribusi dan interkoneksi
harus diterminasi pada kondisi dapat memfasilitasi
fitur perluasan sistem;
8) Semua jalur vertikal dan horizontal harus
diterminasi sehingga memudahkan perluasan
sistem.
9) Terminasi resistor harus digunakan untuk
terminasi semua cabang yang tidak digunakan.
80
BAB IV
DOKUMENTASI
SYAFII
81