Anda di halaman 1dari 81

PANDUAN PENGELOLAAN SISTEM

UTILITAS PADA RUMAH SAKIT UMUM


DAERAH BUMIAYU
KABUPATEN BREBES

COVER

PEMERINTAH KABUPATEN BREBES


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUMIAYU
Jl. KH. Ahmad Dahlan KM 01 Telp.(0289) 432347,430004 Fax.(0289) 430014
Bumiayu 52273 E-mail: rsud.bumiayu@yahoo.com

i
DAFTAR ISI

COVER .............................................................................................................................................................................1
DAFTAR ISI .............................................................................................................................................................2
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUMIAYU .........................3
BAB I ..............................................................................................................................................................................6
PENDAHULUAN .................................................................................................................................................6
BAB II.............................................................................................................................................................................8
RUANG LINGKUP ..............................................................................................................................................8
BAB III ............................................................................................................................................................................9
TATA LAKSANA ....................................................................................................................................................9
A. Sistem Air Bersih. ...................................................................................................................................9
 Persyaratan Air Bersih ..................................................................................................................... 10
1. Standar Baku Mutu Air ................................................................................................................. 10
2. Persyaratan Kesehatan Air .......................................................................................................... 15
B. Sistem Listrik. ........................................................................................................................................... 23
C. Instalasi Mekanikal dan Elektrikal ................................................................................... 24
D. Sistem Tata Udara/Penghawaan .......................................................................................... 26
E. Sistem Gas Medis dan Vakum Medik .............................................................................. 34
o DILARANG MEROKOK;................................................................................................................. 51
F. Sistem Limbah Cair ........................................................................................................................... 62
G. Sistem Komunikasi/Sistem Teknologi Informasi............................................. 66
2. Asesmen dan minimalisasi resiko kegagalan sistem pendukung.
79
3. Perencanaan sumber alternatif. ........................................................................................ 79
4. Uji coba ketersediaan dan keandalan sumber darurat listrik dan
air. 80
5. Dokumentasi hasil uji coba. ................................................................................................ 80
BAB IV ........................................................................................................................................................................ 81

ii
PEMERINTAH KABUPATEN BREBES
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUMIAYU
Jl. KH. Ahmad Dahlan KM 01 Telp.(0289) 432347,430004 Fax.(0289) 430014
Bumiayu 52273 E-mail: rsud.bumiayu@yahoo.com

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUMIAYU


NOMOR 995 TAHUN 2022
TENTANG
PEDOMAN SISTEM UTILITAS DI LINGKUNGAN RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH BUMIAYU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUMIAYU,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka upaya menunjang kegiatan


operasional rumah sakit dibutuhkan utilitas yang
selalu dalam keadaan siap dan tersedia, maka
diperlukan pengelolaan sistem utilitas;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana


dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan
Direktur tentang Panduan Sistem Utilitas pada Rumah
Sakit Umum Daerah Bumiayu;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);

2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang


Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5072);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2000 tentang


Penyelenggaraan Telekomunikasi;

4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 32 tahun 2017


tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan
dan Persyaratan Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi,
3
Kolam Renang, Solus Per Aqua dan Pemandian umum;

5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 tahun 2010


tentang Persyaratan Kualitas Air Minum;

6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2306 tahun 2011


tentang Persyaratan Teknis Prasarana Instalasi
Elektrikal Rumah Sakit;

7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 tahun 2016


tentang Penggunaan Gas Medik dan Vakum Medik
Pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan;

8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 66 tahun 2016


tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah
Sakit;

9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor
308);

10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 34 Tahun 2017 tentang Akreditasi Rumah Sakit
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor
1023);

11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 7 tahun 2019


tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit;

12. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor HK.01.07/Menkes/1128/ 2022 tentang
Standar Akreditasi Rumah Sakit;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR TENTANG PEDOMAN SISTEM


UTILITAS DI LINGKUNGAN RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH BUMIAYU

Pasal 1

4
Pedoman Utilitas di Lingkungan Rumah Sakit Umum
Daerah Bumiayu adalah sebagaimana tercantum dalam
lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Direktur ini.

Pasal 2

Pedoman Utilitas di Lingkungan Rumah Sakit Umum


Daerah Bumiayu sebagaimana dimaksud dalam pasal 1
merupakan pedoman bagi petugas IPSRS di Lingkungan
Rumah Sakit Umum Daerah Bumiayu.

Pasal 3

Pedoman tersebut akan dilakukan evaluasi setiap 3 ( tiga


) tahun.

Pasal 4

Peraturan Direktur ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

PLT. DIREKTUR RSUD BUMIAYU,

SYAFII

5
LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR RSUD
BUMIAYU
NOMOR 995 TAHUN 2022 TENTANG
PEDOMAN SISTEM UTILITAS DI
LINGKUNGAN RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH BUMIAYU

PEDOMAN
SISTEM UTILITAS DI LINGKUNGAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUMIAYU

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur
kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Untuk rnerealisasikan
penye1enggaraan pelayanan kesehatan yang rnenyeluruh dan terpadu
diperlukan sarana kesehatan yang rnenurut Undang-undang Republik
Indonesia No. 23 Tahun 1992 Bab I, Pasal 1, butir 4, yang berbunyi "Sarana
kesehatan adalah ternpat yang digunakan untuk rnenyelenggarakan upaya
kesehatan".
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Mengingat
hal tersebut diatas, rnaka suatu pe1ayanan yang diselenggarakan rurnah sakit
harus memiliki suatu standar acuan ditinjau dari segi sarana fisik bangunan,
serta prasarana atau infrastrukturjaringan penunjang yang rnernadai.

B. Definisi
Sistem utilitas merupakan kebutuhan penting yang diperlukan di RSUD
Bumiayu untuk mendukung dan menyiapkan standar pelayanan pasien yang
berkualitas tinggi dengan memanfaatkan sumber daya secara efisien dan
biaya yang efektif. Dokumen ini mengidentifikasi perencanaan manajemen

6
utilitas yang digunakan untuk memastikan bahwa layanan penting ini selalu
tersedia.
1. Sistem utilitas utama adalah peralatan/sistem maupun sumber daya
utama yang diperlukan dalam menunjang keberlangsungan operasional
rumah sakit meliputi listrik dan air bersih;
2. Sistem utilitas adalah peralatan/sistem maupun sumber daya yang
diperlukan dalam menunjang keberlangsungan operasional rumah sakit
meliputi sistem tata udara/penghawaan, sistem gas medik, sistem limbah
dan sistem komunikasi/teknologi informasi;
3. Sistem pengelolaan air bersih adalah suatu sistem perpipaan yang
memasok dan menyalurkan air yang digunakan untuk keperluan sehari-
hari di dalam rumah sakit yang kualitasnya dan kuantitasnya memenuhi
syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak;
4. Sistem pengelolaan listrik adalah suatu sistem pengelolaan rangkaian
peralatan penyediaan daya listrik untuk memenuhi kebutuhan daya listrik
di lingkungan rumah sakit;
5. Sistem tata udara atau penghawaan adalah keseluruhan sistem yang
mengkondisikan udara di dalam gedung dengan mengatur besaran termal
seperti temperatur dan kelembaban relatif, serta kesegaran dan
kebersihannya, sedemikian rupa sehingga diperoleh kondisi ruangan yang
nyaman;
6. Sistem pengelolaan gas Medik adalah sistem pengelolaan gas dengan
spesifikasi khusus yang dipergunakan untuk pelayanan medis pada
fasilitas pelayanan kesehatan;
7. Sistem pengelolaan limbah adalah sistem pengelolaan terhadap limbah
yang dihasilkan rumah sakit mulai mulai dari sumber, pengolahan sampai
pengelolaan tahap akhir sesuai dengan peraturan perundang- undangan;
8. Sistem komunikasi/teknologi informasi adalah sistem yang berfungsi
sebagai alat komunikasi/teknologi informasi antar instalasi dalam rumah
sakit maupun luar rumah sakit;

7
BAB II
RUANG LINGKUP

A. Rumah sakit menerapkan proses pengelolaan sistem utilitas


Rumah sakit menerapkan proses pengelolaan sistem utilitas yang meliputi
berikut
a) Ketersediaan air dan listrik 24 jam setiap hari dan dalam waktu 7 (tujuh)
hari dalam seminggu secara terus menerus;
b) Membuat daftar inventaris komponen-komponen sistem utilitas,
memetakan pendistribusiannya, dan melakukan update secara berkala;
c) Pemeriksaan, pemeliharaan, serta perbaikan semua komponen utilitas
yang ada di daftar inventaris;
d) Jadwal pemeriksaan, uji fungsi, dan pemeliharaan semua sistem utilitas
berdasar atas kriteria seperti rekomendasi dari pabrik, tingkat risiko, dan
pengalaman rumah sakit;
e) Pelabelan pada tuas-tuas kontrol sistem utilitas untuk membantu
pemadaman darurat secara keseluruhan atau sebagian saat terjadi
kebakaran.

B. Rumah sakit melakukan pengkajian risiko sistim utilitas dan komponen


kritikalnya secara proaktif setiap tahun yang didokumentasikan dalam
daftar risiko/risk register

8
BAB III
TATA LAKSANA

A. Identifikasi Sistem Utilitas


Mengidentifikasi peralatan, sistem dan tempat yang potensial menimbulkan
risiko tertinggi terhadap pasien dan staf. Antara lain yaitu mengidentifikasi
area yang memerlukan sistem air bersih, sistem listrik, sistem
penghawaan/sistem tata udara, sistem telepon dan sistem gas medik.
Sistem Utilitas utama dan sistem utilitas di RSUD Bumiayu antara lain yaitu
:
1. Sistem Air Bersih.
 Kebutuhan air bersih harus dipastikan ketersediaannya di rumah
sakit dalam 24 jam sehari dan 7 hari seminggu.
 Kualitas air dipantau setiap hari untuk parameter pH dan suhu di
beberapa tempat tertentu yang ditentukan berdasarkan
peruntukannya.
 Pemeriksaan kualitas air bersih untuk parameter lengkap baik secara
fisik, kimia dan mikrobiologi dilakukan setiap 2 bulan sekali oleh
laboratorium rujukan disertai hasil yang didokumentasi untuk
memastikan keamanan air yang digunakan oleh rumah sakit.
 Dilakukan uji terhadap kesiapan air alternatif sebagai pengganti
sumber air regular dua kali dalam setahun oleh petugas yang
bertanggung jawab dan ada dokumentasinya.
 Air bersih dari sumber air yang tersedia ditampung kedalam
penampungan air bersih yang berupa grountank, watertank, rooftank
ataupun tourent.
 Akses penampung air (groundtank, watertank, rooftank, tourent)
dilindungi dengan trail terkunci untuk mencegah terjadinya bahaya
yang ditimbulkan oleh faktor kesengajaan, seperti dimasukkannya
bahan beracun dan diberi tulisan disetiap pintu yang terkunci bahwa
selain petugas dilarang masuk.
 Air bersih yang sudah tertampung di dalam penampungan air
dialirkan kedalam tourent air menggunakan pompa air bersih,
selanjutnya air akan didistribusikan dari tourent air bersih ke setiap
ruangan dengan sistem perpipaan.
 Sistem perpipaan air bersih akan dibagi per-grup berdasarkan
kedekatan ruangan dan akan diberi stopkran pada setiap ruangan

9
untuk memudahkan perawatan.
 Sumber air bersih RSUD Bumiayu berasal dari :
a) PDAM Perumda Tirta Baribis Kab. Brebes cabang Bumiayu;
b) Sumber air bersih lain didapatkan melalui adanya perjanjian
kerjasama dengan PDAM Perumda Tirta Baribis apabila terjadi
gangguan distribusi air melalui perpipaan yaitu dengan pengiriman
tangki air bersih;
c) Sumber air bersih yang lain bisa didapatkan dari sumur dalam
atau mata air yang memenuhi ketentuan sesuai peraturan yang
ada apabila memang memungkinkan di sekitar daerah Bumiayu.
 Persyaratan Air Bersih
Harus tersedia air bersih yang cukup dan memenuhi syarat kesehatan,
atau dapat mengadakan pengolahan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
1. Tersedia air bersih minimal 200-300 Lt/tempat tidur/hari;
2. Air minum dan air bersih tersedia pada setiap tempat kegiatan
yang membutuhkan secara berkesinambungan;
3. Tersedia penampungan air (reservoir) bawah atau atas;
4. Distribusi air bersih di setiap ruangan/kamar harus menggunakan
jaringan perpipaan yang mengalir dengan tekanan positif;
5. Pemeriksaan kimia air bersih dilakukan minimal 3 (tiga) bulan
sekali;
6. Tersedia air bersih untuk keperluan pemadaman kebakaran
dengan mengikuti ketentuan yang berlaku;
 Sistem Plumbing air bersih/air minum dan air buangan/air kotor
mengikuti persyaratan teknis sesuai SNI (Standar Nasional Indonesia).
1. Standar Baku Mutu Air
a. Standar baku mutu air untuk minum sesuai dengan ketentuan
Peraturan Menteri Kesehatan yang mengatur mengenai standar
baku mutu air minum.
b. Standar baku mutu air untuk keperluan higiene sanitasi sesuai
dengan ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan yang mengatur
mengenai standar baku mutu air untuk keperluan higiene
sanitasi.
c. Air untuk pemakaian khusus yaitu hemodialisis dan kegiatan
laboratorium.
d. Air untuk pemakaian khusus adalah air yang dibutuhkan untuk
10
kegiatan yang bersifat khusus di rumah sakit yang memerlukan
persyaratan tertentu dan berbeda dengan air minum. Standar
baku mutu air untuk hemodialisis meliputi parameter biologi
dan kimia, sedangkan standar baku mutu air untuk kegiatan
laboratorium meliputi parameter fisik, biologi dan kimia.
Tabel 1 berikut ini merupakan rincian kadar maksimum
parameter biologi untuk setiap jenis media yang dipakai untuk
hemodialisis dengan satuan colony forming unit (CFU) per mili
liter media atau CFU/ml yang mengacu pada American
National Standards Institute (ANSI) dan Association for the
Advancement of Medical Instrumentation (AAMI).
Tabel 1
Standar Baku Mutu Kualitas Biologi Air untuk Hemodialisis

No Jenis Media Parameter ANSI/AAMI


1 Air Angka Kuman ≤ 200 CFU/ml
Angka endotoksin < 2 CFU/ml
Ultrapure Angka Kuman < 0,1 CFU/ml
untuk flux
Angka endotoksin < 0,03 CFU/ml
2 Dialysate Angka Kuman < 200 CFU/ml
Ultrapure Angka Kuman < 0,1 CFU/ml
untuk flux
Angka endotoksin < 0,03 CFU/ml

Standar baku mutu kimia air untuk hemodialisis yang


dinyatakan dalam kadar maksimum setiap parameter kimia
dengan satuan miligram perliter (mg/l) dapat dilihat di Tabel
2, terdapat 20 jenis parameter kimia yang mengacu pada
rujukan American National Standards Institute (ANSI) dan
Association for the Advancement of Medical Instrumentation
(AAMI) tahun 2015.

11
Pada saat ini RSUD Bumiayu belum ada
pelayanan Hemodialisa, apabila di kemudian hari ada
pelayanan Hemodialisa, maka akan menyesuaikan
dengan regulasi ini.

Tabel 2
Standar Baku Mutu Kimia Air untuk Hemodialisis

No Parameter SBM Satuan


(Maksimum)
1 Kalsium 2 mg/liter
2 Magnesium 4 mg/liter
3 Sodium 70 mg/liter
(garam)
4 Kalium 8 mg/liter
5 Fluorida 0,2 mg/liter
6 Khlorida 0,5 mg/liter

No Parameter SBM Satuan


(Maksimum)
7 Khloramin 0,1 mg/liter
8 Nitrat 2,0 mg/liter
9 Sulfat 100 mg/liter
10 Perak (copper) 0,1 mg/liter
11 Barium 0,1 mg/liter
12 Seng (zinc) 0,1 mg/liter
13 Alumunium 0,01 mg/liter
14 Arsen 0,00 mg/liter
5
15 Timbal 0,00 mg/liter
5
16 Perak 0,00 mg/liter
5
17 Kadmium 0,00 mg/liter
1
18 Kromium 0,01 mg/liter
4
19 Selenium 0,09 mg/liter
20 Merkuri 0,0002 mg/liter
Kualitas air untuk kegiatan laboratorium berbeda dengan
kualitas air minum, air untuk keperluan higiene sanitasi, air
untuk hemodialisis karena air untuk laboratorium harus
memenuhi kemurnian tertentu dan memenuhi maksimum kadar

12
kontaminan ion tertentu agar tidak menjadi katalisator. Dengan
demikian kontaminan ion dalam air tersebut tidak bereaksi
dengan bahan laboratorium yang dapat mengganggu fungsi
peralatan laboratorium. Selain itu hasil pemeriksaannya tetap
sesuai dengan spesitivitas, akurasi dan presisi uji laboratorium.
Standar baku mutu air untuk kegiatan laboratorium hanya
meliputi parameter fisik dan kimia. Kemurnian air secara fisik
dan kimia untuk laboratorium biasanya diukur dengan daya
hantar listrik (conductivity), resistivity (daya tahan listrik), dan
konsentrasi ion tertentu yang dianggap sebagai kontaminan.
Daya hantar listrik (DHL) adalah kecenderungan air yang
mengandung ion menghantarkan listrik, dengan unit/satuan
Siemen(S), microsiemens/centimeter (μS/cm) or micromho/cm
pada suhu 25°C. Sedangkan resistivity adalah kebalikan dari DHL
yang artinya kemampuan air untuk menahan hantaran listrik
dalam penggunaan reagen maupun alat pengujian laboratorium
dalam unit/satuan megohmcentimeter (MΩ-cm), pada suhu 25°C.
Demikian pula kemurnian air untuk laboratorium secara
mikrobiologi ditentukan dengan menggunakan uji endotoksin
yang sangat baik untuk indikator adanya bakteri gram negatif,
mikroba hasil samping, jamur dan algae.
Spesifikasi kemurnian air untuk laboratorium telah
ditetapkan oleh American Society for Testing and Materials
(ASTM) D1193, ASTM D5196, ISO (International Organization for
Standardization) 3696-1987 and CLSI® (Clinical and Laboratory
Standards Institute C3-A4). ASTM mengelompokkan tingkat
kemurnian menjadi tiga tipe, yang paling tinggi digolongkan
sebagai Tipe I, sedangkan tingkat yang lebih rendah digolongkan
menjadi tipe II dan tipe III. Namun jika air yang ada tidak dapat
memenuhi kualitas tipe I sampai dengan tipe III, maka kualitas
air tipe IV dapat digunakan karena standarnya lebih rendah
(hanya memenuhi daya tahan listrik, daya hantar listrik, pH,
suhu dan Natrium maksimum.
Tabel 3 memuat SBM fisik air yang meliputi parameter
daya tahan listrik dan daya hantar listrik sesuai tipe air I, tipe
air II, tipe air III dan tipe air IV. Pada umumnya kegiatan
laboratorium hanya memerlukan ke tiga tipe air yaitu I, II dan
13
III. Tipe air I biasa disebut dengan ultrapure water (air yang
sangat murni) yang digunakan untuk peralatan laboratorium
yang sensitif seperti High Performance Liquid Chromatography
(HPLC), Atomic Absorption Spectroscopy (AAS), dan biakan sel
mamalia. Sedangkan tipe air II disebut purified water (air yang
dimurnikan) dan biasanya digunakan untuk kegiatan
laboratorium secara umum seperti preparasi media dan
pembuatan larutan penyangga (buffer).
Tabel 3 :
Standar Baku Mutu Fisik Air Untuk Kegiatan Laboratorium

NO Parameter SBM SBM SBM SBM Satuan


Tipe I Tipe II Tipe III Tipe IV
1 Resistivity 18 1,0 4,0 0,2 MΩ-cm,
(daya suhu
tahan listrik) 25°C

2 Conductivi ty 0,056 1,0 0,25 5,2


(daya hantar
listrik)

Tabel 4 memuat tentang lima parameter kimia


untuk kegiatan laboratorium yang meliputi pH,
senyawa organik total, natrium, silika dan khlorida.
Masing-masing tipe air membutuhkan spesifikasi
saringan membrane berbeda atau cara penyiapannya
tertentu seperti Air Tipe II disiapkan dengan distilasi.

14
Tabel 4
Standar Baku Mutu Kimia Air Untuk Kegiatan
Laboratorium

SBM SBM SBM SBM


NO Parameter Tipe I* Tipe II*** Tipe Tipe IV Satuan
(maks) (maks) III*** (maks)
(maks)
1 pH pada - - - 5,0-8,0
suhu
25°C
2 Senyawa 50 50 200 Tidak µg/l
organic ada
total batas
(TOC)
3 Sodium/n 1 5 10 50 µg/l
atrium
4 Silika 3 3Tidak 500 µg/l
ada
batas
5 Khlorida 1 5 10 50 µg/l
* : memerlukan penggunaan membrane filter 0,2µm
** : disiapkan dengan distilasi
*** : memerlukan penggunaan membrane filter 0,45µm

1. Persyaratan Kesehatan Air


a. Air untuk keperluan air minum, untuk higiene
sanitasi, dan untuk keperluan khusus harus
memberikan jaminan perlindungan kesehatan dan
keselamatan pemakainya. Air merupakan media
penularan penyakit yang baik untuk penyebaran
penyakit tular air (water related diseases). Untuk itu
penyehatan air perlu dilakukan dengan baik untuk
menjaga agar tidak terjadi kasus infeksi di rumah
sakit dengan menyediakan air yang cukup secara
kuantitas dan kualitas sesuai parameter yang
ditetapkan.

b. Secara kuantitas, rumah sakit harus menyediakan


air minum minimum 5 liter per tempat tidur per
hari. Dengan mempertimbangkan kebutuhan ibu
yang sedang menyusui, penyediaan volume air bisa
sampai dengan 7,5 liter per tempat tidur perhari.

c. Volume air untuk keperluan higiene dan sanitasi


Minimum volume air yang disediakan oleh rumah
15
sakit pertempat tidur perhari dibedakan antara
rumah sakit kelas A dan B dengan rumah sakit kelas
C dan D, karena perbedaan jenis layanan kesehatan
yang diberikan antar ke dua kelas rumah sakit tersebut
seperti yang tercantum pada Tabel 5.
Tabel 5
Standar Kebutuhan Air menurut Kelas Rumah
Sakit dan Jenis Rawat
No Kelas Rumah SBM Satuan Keterangan
Sakit/
Jenis Rawat
1 Semua Kelas 5 – 7,5 L/TT/Hari Kuantitas air
minum
Kuantitas air
2 A–B 400 – 450 L/TT/Hari untuk
keperluan
higiene dan
sanitasi
Kuantitas air
3 C–D 200 – 300 L/TT/Hari untuk
keperluan
higiene dan
Sanitasi
Termasuk
4 Rawat Jalan 5 L/org/Hari dalam SBM
volume air
sesuai kelas
RS

1) Rumah sakit kelas A dan B harus menyediakan


air minimum 400 liter/tempat tidur/hari dan
maksimum
450 liter/tempat tidur/hari. Volume maksimum
ini dimaksudkan agar rumah sakit mempunyai
upaya untuk menghemat pemakaian air agar
ketersediaannya tetap terjamin tanpa
mengorbankan kepentingan pengendalian
infeksi.
2) Rumah sakit kelas C dan D harus menyediakan
air untuk keperluan higiene sanitasi minimum
200 liter/tempat tidur/hari dan maksimum 300
liter/tempat tidur/hari.
3) Volume air untuk kebutuhan rawat
jalan adalah 5 liter/orang/hari. Penyediaan air
untuk rawat jalan sudah diperhitungkan
16
dengan keperluan air untuk higiene sanitasi
seperti tercantum pada butir 1) dan 2).
4) Keperluan air sesuai kelas rumah sakit dan
peruntukannya tersebut harus dapat dipenuhi
setiap hari dan besaran volume air untuk
higiene sanitasi tersebut sudah
memperhitungkan kebutuhan air untuk
pencucian linen, dapur gizi,
kebersihan/penyiraman dan lainnya.
d. Rumah sakit harus mempunyai cadangan sumber
air untuk mengatasi kebutuhan air dalam keadaan
darurat.
e. Pemeriksaan air untuk keperluan higiene sanitasi
untuk parameter kimia dilaksanakan setiap 6 (enam)
bulan sekali dan untuk parameter biologi setiap 1
(satu) bulan sekali.
f. Air yang digunakan untuk menunjang operasional
kegiatan pelayanan rumah sakit harus memenuhi
standar baku mutu air yang telah ditentukan, antara
lain untuk :
1) Ruang operasi
Bagi rumah sakit yang menggunakan air yang
sudah diolah untuk keperluan operasi perlu
melakukan pengolahan tambahan dengan
teknologi yang dapat menjamin penyehatan air
agar terpenuhinya standard baku mutunya
seperti dengan menggunakan teknologi reverse
osmosis (RO).
2) Ruang hemodialisis
Uji laboratorium/pemeriksaan kualitas air
untuk hemodialisis dilakukan dengan cara:
1. Pemeriksaan kesadahan (magnesium dan
kalsium) dilakukan sebelum dan sesudah
pengolahan setiap 6 bulan sekali, atau pada
awal disain dan jika ada penggantian media
karbon.
2. Pemeriksaan khlorin dilakukan pada saat
17
penggunaan alat baru dan setiap pergantian
shift dialysis.
3. Pemeriksaan bakteria (jumlah kuman)
dilakukan pada saat penggunaan alat baru
dan setiap bulan sekali.
4. Pemeriksaan endotoksin (jumlah
endotoksin) dilakukan pada saat
penggunaan alat baru dan setiap 1 bulan
sekali, khusus rumah sakit yang membutuhkan
untuk di akreditasi.
5. Pemeriksaan kimia dan logam berat pada
saat penggunaan alat baru, setiap 6 bulan
atau saat perubahan reverse osmosis (RO).
3) Ruang farmasi
Air yang digunakan di ruang farmasi harus
menggunakan air yang dimurnikan untuk
menjamin keamanan dan kesehatan dalam
penyiapan obatdan layanan farmasi lainnya.
4) Ruang boiler
Air untuk kegunaan boiler harus berupa air lunak
(soft water), yakni dengan kandungan bahan
fisika kimia tertentu sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang- undangan.
5) Ruang Menara Pendingin (Cooling Tower)
Menara pendingin dan kondensor evaporasi
berpotensi untuk menjadi tempat berkembang
biaknya Legionella, karena kondisi sistemnya
cocok untuk pertumbuhan dan aplifikasi berbagai
bakteri termasuk Legionella. Air yang memercik
keluar dari menara dalam bentuk aerosol dan
kabut yang dapat menyebarkan Legionella.
Proses evaporasi, waktu tinggal dan suhu yang
hangat dapat meningkatkan pertumbuhan dan
reproduksi organisme. Selain itu kontak dengan
korosi sebagai akibat dari hasil samping
disinfeksi dan adanya sedimen dapat
menimbulkan biofilm (lendir dalam air yang
18
menetap) memberikan kenyamanan berkembang
pada Legionella. Pencegahan Legionella dalam
menara pendingin dapat dilakukan dengan desain
yang benar, pembersihan berkala, pemeliharaan
berkala dan pengolahan air yang efektif.

Langkah-langkah untuk mencegah perkembangan


Legionella adalah sebagai berikut:

1) Kimia air dan pemeliharaan sistem menara


pendingin harus dimonitor dengan baik untuk
pengurangan korosi, kotoran dan penempelan
mikroba pada air yang tidak mengalir.
• Pemberian biosida dapat mengendalian
pertumbuhan mikroba walaupun tidak
spesifik untuk Legionella dan efikasinya
tidak 100%.
• Pemberian biodispersan dapat mengurangi
Legionella karena berfungsi untuk
melepaskan mikroba yang menempel pada
sedimen, lumpur, lendir dan sejenisnya serta
berfungsi untuk pembersihan air dalam
sistemnya. Namun penggunaan biodispersan
harus dikombinasikan dengan biosida
untuk mengendalikan Legionella.
2) Proses disinfeksi menara pendingin
dilakukan pada awal pemeliharaan, setelah
dioperasikan, dan setiap pembersihan rutin
yang dijadwalkan.
3) Disinfeksi dilakukan jika hasil monitoring
mengindikasikan meningkatnya koloni
Legionella.
4) Disinfeksi dilakukan jika ada dugaan kasus
infeksi Legionella atau adanya kasus infeksi
Legionella yang telah dikonfirmasi.
5) Prosedur disinfeksi dilakukan sebagai berikut:
• Matikan kipas dari menara pendingin
• Jaga katup air pengganti terbuka dan

19
pompa sirkulasi air berfungsi
• Dekatkan mulut pipa air pengisi dalam
jarak 30 meter dari menara pendingin
• Upayakan konsentrasi awal pemberian sisa
khlor bebas minimum 50 mg/l
• Tambahkan biodispersan paling tidak 15
menit setelah khlorinasi, selanjutnya
konsentrasi sisa khlor bebas sebesar 10
mg/l selama 24 jam Kuras air menara dan
isi ulang airnya kemudian lanjutkan langkah
(d) dan (e) minimum sekali agar semua
kumpulan sel organisme yang kelihatan seperti
algae hilang
• Gunakan sikat dan semprotan air dan
bersihkan semua dinding atau bagian yang
kontak dengan air
• Sirkulasikan sisa khlor bebas 10 mg/l
selama satu jam dan bilas hingga semua
sedimen hilang
• Isi ulang sistem menara dengan air dan
fungsikan kembali menara seperti biasa
 Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi

Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk


media Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi meliputi
parameter fisik, biologi, dan kimia yang dapat berupa
parameter wajib dan parameter tambahan. Parameter wajib
merupakan parameter yang harus diperiksa secara berkala
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, sedangkan parameter tambahan hanya
diwajibkan untuk diperiksa jika kondisi geohidrologi
mengindikasikan adanya potensi pencemaran berkaitan
dengan parameter tambahan. Air untuk Keperluan Higiene
Sanitasi tersebut digunakan untuk pemeliharaan
kebersihan perorangan seperti mandi dan sikat gigi, serta
untuk keperluan cuci bahan pangan, peralatan makan,
dan pakaian. Selain itu Air untuk Keperluan Higiene

20
Sanitasi dapat digunakan sebagai air baku air minum.
Tabel 1 berisi daftar parameter wajib untuk parameter fisik
yang harus diperiksa untuk keperluan higiene sanitasi.

Tabel 1
Parameter Fisik dalam Standar Baku Mutu Kesehatan
Lingkungan untuk Media Air untuk Keperluan Higiene
Sanitasi
Standar Baku
No. Parameter Wajib Unit
Mutu
(kadar maksimum)
1. Kekeruhan NTU 25
2. Warna TCU 50
3. Zat padat terlarut mg/l 100
(Total Dissolved 0
Solid)
Standar Baku
No. Parameter Wajib Unit
Mutu (kadar
maksimum)
4. Suhu oC suhu udara ± 3
5. Rasa tidak berasa
Tabel 2 berisi daftar parameter wajib untuk parameter
biologi yang harus diperiksa untuk keperluan higiene
sanitasi yang meliputi total coliform dan escherichia coli
dengan satuan/unit colony forming unit dalam 100 ml
sampel air.

Tabel 2.

Parameter Biologi dalam Standar Baku Mutu


Kesehatan Lingkungan untuk Media Air untuk
Keperluan Higiene Sanitasi

Standar Baku
No. Parameter Wajib Unit Mutu (kadar
maksimum)
1. Total coliform CFU/100 5
ml
2. E. coli CFU/100 0
ml

Tabel 3 berisi daftar parameter kimia yang harus


diperiksa untuk keperluan higiene sanitasi yang meliputi
10 parameter wajib dan 10 parameter tambahan.
Parameter tambahan ditetapkan oleh pemerintah daerah
kabupaten/kota.

21
Tabel 3.
Parameter Kimia dalam Standar Baku Mutu Kesehatan
Lingkungan untuk Media Air untuk Keperluan Higiene
Sanitasi

No. Parameter Unit Standar Baku Mutu


(kadar maksimum)
Wajib
1. pH mg/l 6,5 - 8,5
2. Besi mg/l 1
3. Fluorida mg/l 1,5
4. Kesadahan mg/l 500
(CaCO3)
5. Mangan mg/l 0,5
6. Nitrat, sebagai N mg/l 10
7. Nitrit, sebagai N mg/l 1
8. Sianida mg/l 0,1
9. Deterjen mg/l 0,05
10. Pestisida total mg/l 0,1

Standar Baku Mutu


No. Parameter Unit
(kadar maksimum)
Tambahan
1. Air raksa mg/l 0,001
2. Arsen mg/l 0,05
3. Kadmium mg/l 0,005
4. Kromium (valensi 6) mg/l 0,05
5. Selenium mg/l 0,01
6. Seng mg/l 15
7. Sulfat mg/l 400
8. Timbal mg/l 0,05
9. Benzene mg/l 0,01
10 Zat organik mg/l 10
(KMNO4)

Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi


1) Air dalam keadaan terlindung dari sumber pencemaran,
binatang pembawa penyakit, dan tempat
perkembangbiakan vector.
a. Tidak menjadi tempat perkembangbiakan vektor dan
binatang pembawa penyakit.
b. Jika menggunakan kontainer sebagai penampung
air harus dibersihkan secara berkala minimum 1 kali
dalam seminggu.
2) Aman dari kemungkinan kontaminasi
a. Jika air bersumber dari sarana air perpipaan, tidak
boleh ada koneksi silang dengan pipa air limbah di
bawah permukaan tanah;
22
b. Jika sumber air tanah non perpipaan, sarananya
terlindung dari sumber kontaminasi baik limbah
domestik maupun industry;
c. Jika melakukan pengolahan air secara kimia, maka
jenis dan dosis bahan kimia harus tepat.

2. Sistem Listrik.
 Listrik tersedia setiap waktu 24 jam sehari, 7 hari seminggu,
yang dipastikan ketersediaannya baik melalui sumber
listrik negara maupun sumber listrik alternatif yang
disediakan rumah sakit (Genset).

 Seluruh genset yang ada di pastikan kesiapannya dengan


melakukan uji minimal dua kali dalam setahun dan ada
dokumentasinya.
 Pasokan listrik di RSUD Bumiayu berasal dari :
1) Sistem tegangan rendah (TR) dalam gedung adalah 3 fase
220/380 Volt, dengan frekuensi 50 Hertz. Sistem tegangan
menengah (TM) dalam gedung adalah 20 KV atau kurang,
dengan frekuensi 50 Hertz, mengikuti ketentuan yang
berlaku. Untuk Rumah Sakit yang memiliki kapasitas
daya listrik tersambung dari PLN minimal 200 KVA
disarankan agar sudah memiliki sistem jaringan listrik
Tegangan Menengah 20 KV (jaringan listrik TM 20 KV),
sesuai pedoman bahwa Rumah Sakit Kelas D mempunyai
Kapasitas daya listrik ± 300 KVA s/d 600 KVA, dengan
perhitungan 3 KVA per Tempat Tidur (TT);
2) Instalasi listrik tegangan menengah tersebut antara lain :
a) Penyediaan bangunan gardu listrik rumah sakit (ukuran
sesuai standar gardu PLN);
b) Peralatan Transformator (kapasitas sesuai daya
terpasang);
c) Peralatan panel TM 20 KV dan aksesorisnya;
d) Peralatan pembantu dan sistem pengamanan (grounding).

3) Harus tersedia peralatan UPS (Uninterruptable Power


Supply) untuk melayani Kamar Operasi (IBS) dan Ruang
Perawatan Intensif (Intensive Care Unit);
Persyaratan :
23
- Harus tersedia Ruang UPS minimal (2 X 3) m2 (sesuai
kebutuhan) terletak di Gedung IBS;
- Kapasitas UPS setidaknya 30 KVA.
4) Sistem Penerangan Darurat (emergency lighting) harus
tersedia pada ruang-ruang tertentu;
5) Harus tersedia sumber listrik cadangan berupa diesel
generator (Genset). Genset disediakan 1 (satu) unit
dengan kapasitas minimal 40% dari jumlah daya
terpasang pada masing-masing unit. Genset dilengkapi
sistem AMF (Automatic Main Failure) dan ATS (Automatic
Transfer Switch);
6) Sistem kelistrikan RS Kelas D harus dilengkapi dengan
transformator isolator dan kelengkapan monitoring sistem IT
kelompok 2E minimal berkapasitas 5 KVA untuk titik-titik
stop kontak yang mensuplai peralatan- peralatan medis
penting (lifesupport medical equipment);
7) Sistem Pembumian (grounding system) harus terpisah
antara grounding panel gedung dan panel alat. Nilai
grounding peralatan tidak boleh kurang dari 0,2Ohm.

3. Instalasi Mekanikal dan Elektrikal


Instalasi mekanikal dan elektrikal pada bangunan rumah
sakit meliputi:
a. Instalasi transportasi vertikal;
 Instalasi transportasi vertikal terdiri atas lift, eskalator,
dan lift pelayan (dumbwaiter);

 Lift terdiri atas lift pasien, lift pengunjung, dan lift


servis;

 Jumlah, kapasitas, ukuran, dan konstruksi lift harus


berdasarkan fungsi dan luas bangunan rumah sakit,
jumlah pengguna ruang, dan keselamatan pengguna
bangunan rumah sakit;

 Luas lift pasien paling kecil berukuran 1,50 x 2,30


meter dengan lebar pintu tidak kurang dari 1,20
meter untuk memungkinkan lewatnya tempat tidur dan
brankar/tempat tidur pasien bersama-sama dengan

24
pengantarnya;

 Dalam hal lift pengunjung digunakan sebagai lift


pasien, ukuran lift pengunjung harus sama dengan lift
pasien;

 Setiap bangunan rumah sakit yang menggunakan lift


harus menyediakan lift khusus kebakaran yang dimulai
dari lantai dasar bangunan (ground floor);

 Apabila rumah sakit tidak memiliki lift khusus


kebakaran, lift pasien, lift pengunjung, atau lift servis
dapat diatur pengoperasiannya sehingga dalam
keadaan darurat dapat digunakan khusus oleh
petugas kebakaran;

 Ketentuan teknis lift kebakaran dilaksanakan sesuai


dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

b. Instalasi sistem pencahayaan;

 Instalasi sistem pencahayaan sebagaimana dimaksud


dalam terdiri atas sistem pencahayaan alami,
pencahayaan buatan dan pencahayaan darurat;

 Sistem pencahayaan alami dan buatan diterapkan


pada ruangan baik di dalam bangunan maupun di luar
bangunan rumah sakit;

 Sistem pencahayaan alami harus optimal disesuaikan


dengan fungsi bangunan rumah sakit dan fungsi
masing-masing ruang di dalam bangunan rumah sakit;

 Sistem pencahayaan buatan harus direncanakan


berdasarkan tingkat iluminasi yang dipersyaratkan
sesuai fungsi ruang bangunan rumah sakit dengan
mempertimbangkan efisiensi, penghematan energi yang
digunakan, dan penempatannya tidak menimbulkan
efek silau atau pantulan;

 Sistem pencahayaan buatan harus dilengkapi dengan


pengendali manual atau otomatis dan ditempatkan
pada tempat yang mudah dicapai/dibaca oleh
pengguna ruang.
25
 Sistem pencahayaan darurat harus dipasang pada
bangunan rumah sakit dengan fungsi tertentu dan
dapat bekerja secara otomatis, serta mempunyai tingkat
pencahayaan yang cukup untuk evakuasi yang aman.
c. Instalasi sistem kelistrikan;
 Instalasi sistem kelistrikan harus memenuhi
persyaratan yang meliputi:
a. sumber daya listrik;
b. panel hubung bagi;
c. jaringan distribusi listrik;
d. perlengkapan serta Instalasi listrik untuk memenuhi
kebutuhan bangunan rumah sakit yang terjamin
terhadap aspek keselamatan manusia;
e. keamanan Instalasi listrik beserta perlengkapannya;
f. keamanan rumah sakit serta isinya;
g. perlindungan lingkungan dari bahaya listrik.
 Ketentuan lebih lanjut mengenai Instalasi kelistrikan
Di rumah sakit dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
d. Instalasi proteksi petir.
Instalasi proteksi petir bertujuan untuk mengurangi secara
nyata risiko kerusakan yang disebabkan oleh petir
terhadap bangunan rumah sakit, termasuk manusia,
peralatan dan perlengkapan bangunan lainnya dalam
bangunan rumah sakit.

4. Sistem Tata Udara/Penghawaan


1. Instalasi tata udara pada b angunan rumah sakit meliputi :
a. Instalasi ventilasi;
b. Instalasi sistem pengkondisian udara.
2. Instalasi ventilasi terdiri atas ventilasi alami dan ventilasi
mekanik/buatan yang memenuhi syarat sesuai dengan
fungsinya.
3. Sistem Instalasi tata udara pada bangunan rumah sakit
harus dirancang tidak menyebabkan terjadinya penularan
penyakit.
4. Pemasangan Instalasi tata udara di rumah sakit harus
26
mempertimbangkan prinsip-prinsip penghematan energi
dan ramah lingkungan.
 Standar baku mutu parameter mikrobiologi udara
Standar baku mutu parameter mikrobiologi udara
menjamin kualitas udara ruangan memenuhi ketentuan
angka kuman dengan indeks angka kuman untuk setiap
ruang/unit.Pemeriksaan jumlah mikroba udara
menggunakan alat pengumpul udara (air sampler),
 Standar baku mutu parameter fisik udara
Standar baku mutu parameter fisik untuk udara
menjamin kualitas udara ruangan memenuhi ketentuan
laju ventilasi, suhu, kelembaban, tekanan dan partikulat
sesuai dengan jenis ruangan, berdasarkan tabel sebagai
berikut.

Tabel Standar Baku Mutu Ventilasi Udara menurut Jenis


Ruangan

Suplai Pertukara n Kecepatan


No Ruang/Unit Udara Udara Laju Udara
(M3/Jam (Kali/Jam) (m/detik)
/ Orang)
1 Operasi 2,8 Minimal 10 0,3 - 0,4
2 Perawatan 2,8 0,15 - 0,25
bayi
premature
3 Ruang Iuka 2,8 Minimal 5 0,15 - 0,25
bakar

Tabel Standar Baku Mutu Suhu, Kelembaban, dan


Tekanan Udara menurut Jenis Ruang

Suhu Kelembaban
No Ruang/Unit Tekanan
(%)
(oC)
1 Operasi 22-27 40- 60 positif
2 Bersalin 24-26 40- 60 positif
3 PemuIihan/perawata 22-23 40- 60 seimbang
4 Observasi bayi 27-30 40- 60 seimbang
5 Perawatan bayi 32-34 40- 60 seimbang
6 Perawatan 32-34 40- 60 positif
7 ICU 22-23 40- 60 positif
8 Jenazah/Autopsi 21-24 40- 60 negatif
9 Penginderaan medis 21-24 40- 60 seimbang
10 Laboratorium 20-22 40- 60 negatif

27
11 Radiologi 17-22 40- 60 seimbang
12 Sterilisasi 21-30 40- 60 negatif
13 Dapur 22-30 40- 60 seimbang
14 Gawat darurat 20-24 40- 60 positif
15 Administrasi, 20-28 40- 60 seimbang
16 Ruang Iuka bakar 24-26 40- 60 positif

Tabel Standar Baku Mutu Partikulat Udara Ruang


Rumah Sakit
Konsentrasi
Parameter Rata-rata Waktu
No Maksimal sebagai
Fisik Pengukuran
Standar
8jam 150 µg/m3
1 PM10 24jam ≤ 70 µg/m3*
2 PM2.5 24 jam 35 µg/m3*

 Standar Baku Mutu Parameter Kimia Udara


Standar baku mutu parameter kimia udara menjamin
kualitas udara dengan konsentrasi gas dalam udara
ruangan tidak melebihi konsentrasi maksimum seperti
dalam tabel berikut:
Tabel Standar Baku Mutu Kualitas Kimia Bahan
Pencemar Udara Ruang
Konsentrasi
Rata-rata
Maksimum
No Parameter Kimiawi Waktu
sebagai Standar
Pengukuran

1 Karbon 8 jam 10.000 µg/m3


monoksida(CO)
2 Karbon dioksida (CO2) 8 jam 1 ppm
3 Timbal (Pb) 1 tahun 0,5 µg/ m3
4 Nitrogen Dioksida 1 jam 200 µg/ m3
(N02)
5 Radon (Rn) - 4pCi/liter
6 Sulfur Dioksida (S02) 24 jam 125 µg/ m3
7 Formaldehida (HCHO) 30 menit 100 µg/ m3

8 Total senyawa organik 8 Jam 3 ppm


yang mudah
menguap (T.VOC)

 Persyaratan Kesehatan Udara


Kondisi kualitas udara ruang dan kegiatan di ruang

28
bangunan dan halaman di rumah sakit berpotensi
menyebabkan penularan penyakit. Untuk itu, ruang
bangunan dan halaman di rumah sakit harus
memenuhi persyaratan kesehatan kualitas udara ruang
sebagai berikut :
a. Pemeliharaan kualitas udara ruangan rumah sakit
untuk menjamin agar udara tidak berbau (terutama
bebas dari H 2S dan amoniak) dan tidak
mengandung debu asbes.
b. Penghawaan dan pengaturan udara ruangan
Penghawaan ruang bangunan adalah aliran udara
di dalam ruang bangunan yang memadai untuk
menjamin kesehatan penghuni ruangan. Persyaratan
penghawaan untuk masing- masing ruang sebagai
berikut:
1) Ruang-ruang tertentu seperti ruang operasi,
perawatan bayi, laboratorium, perlu mendapat
perhatian yang khusus karena sifat pekerjaan
yang terjadi di ruang-ruang tersebut.
2) Ventilasi ruang operasi dan ruang isolasi
pasien dengan imunitas menurun harus dijaga
pada tekanan lebih positif sedikit (minimum
0,10 mbar) dibandingkan dengan ruang- ruang
lain di rumah sakit.
3) Ventilasi ruang isolasi penyakit menular harus
dijaga pada tekanan lebih negatif dari
lingkungan luar.
4) Pengukuran suhu, kelembaban, aliran dan
tekanan udara ruangan dapat dilakukan
secara mandiri menggunakan peralatan ukur
kesehatan lingkungan yang sesuai, atau dapat
dilakukan oleh alat ukur dari laboratorium luar
yang telah terakreditasi nasional.
5) Ruangan yang tidak menggunakan AC,
maka pengaturan sirkulasi udara segar dalam
ruangan harus memadai dengan mengacu pada
Pedoman Sarana dan Prasarana Rumah Sakit
29
atau Standar Nasional Indonesia.
6) Penghawaan atau ventilasi di rumah sakit
harus mendapat perhatian yang khusus,
terutama untuk ruangan tertentu misalnya
ruang operasi, ICU, kamar isolasi dan ruang
steril. Ruang-ruang tersebut harus dilengkapi
dengan HEPA filter. Jika menggunakan sistem
pendingin, hendaknya dipelihara dan
dioperasikan sesuai buku petunjuk, sehingga
dapat menghasilkan suhu, aliran udara, dan
kelembaban yang nyaman bagi pasien dan
karyawan. Untuk rumah sakit yang
menggunakan pengatur udara sentral harus
diperhatikan cooling tower-nya agar tidak
menjadi perindukan bakteri legionella dan
untuk AHU (Air Handling Unit) filter udara
harus dibersihkan dari debu dan bakteri atau
jamur.
7) Suplai udara dan exhaust hendaknya
digerakkan secara mekanis, dan exhaust fan
hendaknya diletakkan pada ujung sistem
ventilasi.
8) Ruangan dengan volume 100m3 sekurang-
kurangnya 1 (satu) fan dengan diameter 50 cm
dengan debit udara 0,5 m3/detik, dan frekuensi
pergantian udara perjam adalah 2 (dua) sampai
dengan 12 kali.
9) Pengambilan suplai udara dari luar,
kecuali unit ruang individual, hendaknya
diletakkan sejauh mungkin, minima l7,50 meter
dari exhauster atau perlengkapan pembakaran.
10) Tinggi intake minimal l0,9 meter dari atap.
11) Sistem hendaknya dibuat keseimbangan
tekanan.
12) Suplai udara untuk daerah sensitif: ruang
operasi, perawatan bayi, diambil dekat langit-
langit dan exhaust dekat lantai, hendaknya
30
disediakan 2 (dua) buah exhaust fan dan
diletakkan minimal 7,50 cm dari lantai.
13) Suplai udara di atas lantai.
14) Suplai udara koridor atau buangan exhaust
fan dari tiap ruang hendaknya tidak digunakan
sebagai suplai udara kecuali untuk suplai udara
ke WC,toilet, dan gudang.
15) Ventilasi ruang-ruang sensitif hendaknya
dilengkapi dengan saringan 2 beds. Saringan I
dipasang di bagian penerimaan udara dari luar
dengan efisiensi 30% dan saringan II (filter
bakteri) dipasang 90%. Untuk mempelajari
sistem ventilasi sentral dalam gedung
hendaknya mempelajari khusus central air
conditioning system.
16) Penghawaan alamiah, lubang ventilasi
diupayakan sistem silang (cross-ventilation) dan
dijaga agar aliran udara tidak terhalang.
17) Penghawaan ruang operasi harus dijaga agar
tekanannya lebih tinggi dibandingkan ruang-
ruang lain dan menggunakan cara mekanis (air
conditioner).
18) Penghawaan mekanis dengan menggunakan
exhaust fan atau air conditioner dipasang pada
ketinggian minimum 2,00 meter di atas lantai
atau minimum 0,20 meter dari langit- langit.

19) Untuk mengurangi kadar kuman dalam udara


ruang (indoor) harus didisinfeksi menggunakan
bahan dan metode sesuai ketentuan.

20) Pemantauan kualitas udara ruang minimum 2


(dua) kali setahun dilakukan pengambilan
sampel dan pemeriksaan parameter kualitas
udara (kuman, debu, dan gas).
 Penyelenggaraan Penyehatan Udara
Untuk mencapai pemenuhan standar baku mutu dan
persyaratan penyehatan udara dalam penyelenggaraan
31
kesehatan lingkungan rumah sakit, maka harus
menjalankan upaya sebagai berikut:
1) Kualitas udara ruangan harus selalu dipelihara
agar tidak berbau, tidak mengandung debu dan
gas, termasuk debu asbes yang melebihi
ketentuan.
2) Seluruh ruangan di rumah sakit didesain agar
memenuhi ketentuan penghawaan ruangan,
terutama ruang-ruang tertentu seperti ruang
operasi, ruang intensif, ruang isolasi, perawatan
bayi, laboratorium, ruang penyimpanan B3,
dan ruangan lain yang memerlukan persyaratan
khusus.
3) Pengukuran mikrobiologi udara dapat dilakukan
secara mandiri menggunakan peralatan
laboratorium dan peralatan ukur yang sesuai, atau
dapat dilakukan oleh laboratorium luar yang telah
terkreditasi secara nasional.
4) Pengukuran mikrobiologi udara dilakukan:
a) Sebagai salah satu metode investigasi bila
terjadi wabah dan lingkungan dianggap sebagai
media transmisi/penularan atau sumber
infeksi. Hasil pemeriksaan tersebut menjadi
salah satu faktor yang menentukan program
penanggulangan wabah.
b) Pengawasan/monitor adanya potensi
tersebarnya mikroba membahayakan dan
evaluasi keberhasilan proses pembersihan.
Misalnya rumah sakit menangani pasien
dengan antraks yang menggunakan peralatan
rumah sakit atau alat bantu pasien, kemudian
dilakukan sterilisasi pada alat. Sebelum
digunakan untuk pasien lain maka dilakukan
uji sterilitas untuk memastikan spora
antraks sudah musnah.
c) Sebagai quality assurance untuk evaluasi
metode pembersihan yang baru atau
32
memastikan bahwa sistem atau alat baru
bekerja sesuai spesifikasinya.
5) Pengukuran suhu, kelembaban, aliran dan tekanan
udara ruangan dapat dilakukan secara mandiri
menggunakan peralatan ukur kesehatan lingkungan
yang sesuai, atau dapat dilakukan oleh alat ukur dari
laboratorium luar yang telah terakreditasi nasional.
6) Suhu dan kelembaban udara di area khusus harus
dipantau secara rutin setiap hari dan dibuktikan
dengan laporan pemantauannya
7) Ruangan yang tidak menggunakan AC, maka
pengaturan sirkulasi udara segar dalam ruangan
harus memadai dengan mengacu pada ketentuan
peraturan perundang-undangan.
8) Penghawaan atau ventilasi di rumah sakit harus
mendapat perhatian yang khusus. Bila
menggunakan sistem pendingin, hendaknya
dipelihara dan dioperasikan sesuai buku petunjuk.
Sehingga dapat menghasilkan suhu, aliran udara,
dan kelembaban nyaman bagi pasien dan karyawan.
Untuk rumah sakit yang menggunakan pengatur
udara (AC sentral harus diperhatikan cooling tower-
nya agar tidak menjadi perindukan bakteri legionella
dan untuk AHU (Air Handling Unit) filter udara harus
dibersihkan dari debu dan bakteri atau jamur.
9) Suplai udara dan exhaust hendaknya digerakkan
secara mekanis, dan exhaust fan hendaknya
diletakkan pada ujung sistem ventilasi.

10) Ruangan dengan volume 100 m3 sekurang-


kurangnya 1 (satu) fan dengan diameter 50 cm
dengan debit udara 0,5 m3/detik, dan frekuensi
pergantian udara per jam adalah 2 (dua) sampai
dengan 12 (dua belas) kali.
11) Pengambilan supply udara dari luar, kecuali unit
ruang individual, hendaknya diletakkan sejauh
mungkin, minimal 7,50 meter dari exhauster atau
perlengkapan pembakaran.
33
12) Tinggi intake minimal 0,9 meter dari atap.
13) Sistem hendaknya dibuat keseimbangan tekanan.
14) Suplai udara untuk daerah sensitif: ruang operasi,
perawatan bayi, diambil dekat langit-langit dan
exhaust dekat lantai, hendaknya disediakan 2 (dua)
buah exhaust fan dan diletakkan minimal 7,50 cm
dari lantai.
15) Suplai udara di atas lantai.
16) Suplai udara koridor atau buangan exhaust fan dari
tiap ruang hendaknya tidak digunakan sebagai
suplai udara kecuali untuk suplai udara ke WC,
toilet, gudang.
17) Ventilasi ruang-ruang sensitif hendaknya
dilengkapi dengan saringan 2 beds. Saringan I
dipasang dibagian penerimaan udara dari luar
dengan efisiensi 30 % dan saringan II (filter bakteri)
dipasang 90%. Untuk mempelajari system ventilasi
sentral dalam gedung hendaknya mempelajari khusus
central air conditioning system.
18) Penghawaan alamiah, lubang ventilasi diupayakan
sistem silang (cross ventilation) dan dijaga agar aliran
udara tidak terhalang.
19) Penghawaan ruang operasi harus dijaga agar
tekanannya lebih tinggi daripada ruang lain dan
menggunakan cara mekanis (air conditioner).
20) Penghawaan mekanis dengan menggunakan exhaust
fan atau air conditioner dipasang pada ketinggian
minimum 2,00 meter di atas lantai atau minimum
0,20 meter dari langit - langit.
21) Untuk mengurangi kadar kuman dalam udara ruang
(indoor) harus didisinfeksi menggunakan bahan dan
metode sesuai ketentuan.
22) Pemantauan kualitas udara ruang minimal 1 (satu)
kali setahun dan jika perubahan penggunaan
desinfektan dilakukan pengambilan sampel dan
pemeriksaan parameter kualitas udara (kuman,
debu dan gas).
34
5. Sistem Gas Medis dan Vakum Medik
Gas Medis adalah gas dengan spesifikasi khusus yang
dipergunakan untuk pelayanan medis pada fasilitas pelayanan
kesehatan di RSUD Bumiayu. Kebutuhan gas medis tersedia
selama 24 jam sehari dan 7 hari dalam seminggu, dan
dikuatkan dalam bentuk MOU maupun KSO.
 Instalasi Gas Medik dan Vakum Medik
1. Instalasi gas medik dan vakum medik meliputi :
a) sumber gas medik dan vakum medik;
b) jaringan pemipaan sistem gas medik dan vakum
medik; dan
c) terminal sistem gas medik dan vakum medik.
2. Sumber gas medik dan vakum medik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi :
a. silinder medik;
b. oksigen konsentrator;
c. kompresor udara;
d. pompa vakum; dan
e. pompa buangan sisa gas anastesi.
3. Silinder medik sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a meliputi silinder gas, silinder gas cair (PGS), dan
container cair (cryogenik).
4. Jaringan pemipaan sistem gas medik dan vakum medik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi
:
a. katup;
b. rakitan buatan pabrik;
c. rel gas medik (rgm) yang terpasang pada permukaan;
d. indikator tekanan dan vakum;
e. sistem peringatan;
f. distribusi; dan
g. penamaan dan identifikasi
5. Terminal sistem gas medik dan vakum medik
sebagaimana dimaksud pada poin (1) huruf c meliputi:
a. stasiun outlet dan inlet; dan

b. regulator tabung, yang dipergunakan langsung ke


pasien melalui tabung gas medik.
35
6. Ketentuan lebih lanjut mengenai Instalasi gas medik
dan vakum medik di Rumah Sakit dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Jenis gas medik dan vakum medik :
 Gas medik terdiri atas gas medik murni dan gas
medik campuran;
 Gas Medik murni meliputi :
- Oksigen (O2);
- Dinitrogen oksida/nitrous oxide (N2O);
- Nitrogen (N2);
- Karbon dioksida (CO2);
- Helium (He)
- Argon (Ar);
- Udara Tekan Medik (medical compressed air); dan
- Udara tekan alat (instrument air)
 Gas medik campuran merupakan campuran dari gas
medik murni;
 Vakum medik meliputi sebuah rakitan dari peralatan
vakum secara sentral dan jaringan pemipaan untuk
pemakaian penghisapan cairan tubuh pada pasien
secara medik, bedah medik, dan buangan sisa gas
anestesi;
 Buangan sisa gas anestesi merupakan proses
penangkapan dan penyaluran gas yang dibuang dari
sirkuit pernapasan pasien selama operasi normal gas
anestesi atau peralatan analgesi;
 Gas medik dan vakum medik harus memenuhi
persyaratan kualitas dan spesifikasi sebagai berikut
:
A. Persyaratan Kualitas dan Spesifikasi Oksigen (O2)
1) Kualitas Oksigen (O2) dari Oksigen
cair/Pabrikan
a. Standar keluaran tekanan kerja : 4 – 5 bar;
b. Komposisi Unsur :
1 Oksigen (O2) pabrikan : > 99,5%
2 Karbon Dioksida (CO2) : < 5,0 Ppm
3 Karbon Monoksida : < 5,0 Ppm
36
(CO)

4 Nitrogen (N2) : <100,0


Ppm
5 Argon (Ar) : < 0,5 Ppm
6 Methane (CH4) : < 50,0Ppm
7 Hidrogen (H2) : < 5,0 Ppm
8 Nitrogen Oksida (N2O) : < 5,0 Ppm
9 Moisture (H2O) : < 25,0Ppm
c. O2 harus dijauhkan dari minyak, oli,
gemuk dan bahan lain yang mudah
terbakar;
d. Tabung O2harus dijauhkan dari suhu
panas yang tinggi, karena bisa meledak
jika terkena panas yang tinggi dan
dijauhkandari zat-zat yang dapat
menyebabkan terjadinya
karatan/kerusakan. Suhu silinder harus
dijaga tidak boleh melampaui 52 oC.
2) Kualitas Oksigen (O2) dari Oksigen Konsentrator.
a. Standar keluaran tekanan kerja : 4 – 5 bar;
b. Komposisi Unsur :
1 Oksigen (O2) Konsentrator : > 90,0%
2 Karbon Dioksida (CO2) : < 5,0 Ppm
3 Karbon Monoksida (CO) : < 5,0 Ppm
4 Nitrogen (N2) : <100,0
Ppm
5 Argon (Ar) : < 0,5 Ppm
6 Methane (CH4) : < 50,0Ppm
7 Hidrogen (H2) : < 5,0 Ppm
8 Nitrogen Oksida (N2O) : < 5,0 Ppm
9 Moisture (H2O) : < 25,0Ppm
B. Persyaratan Kualitas dan Spesifikasi Dinitrogen
Oksida/NitrousOxide (N20)
a. Standar Keluaran tekanan kerja : 4 – 5 bar;
b. Komposisi Unsur
1 Nitrous Oksida (N2O) : > 99,0%
2 Oksigen (O2) : < 0,1%
3 Nitrogen (N2) : < 0,9%
37
4 Karbon Monoksida (CO) : < 10 Ppm
5 Nitric Oxsida/Nitrogen : < 1 Ppm
Oksida
6 Moisture : < 65 Ppm
7 Methane : niil
c. N2O harus dijauhkan dari minyak, oli, gemuk
dan bahan lain yang mudah terbakar, metal
garam, metal oksida, peroksida dan basa;
d. Tabung N 2O harus dijauhkan dari suhu
panas yang tinggi, karena bias meledak jika
terkena panas yang tinggi serta suhu silinder
harus dijaga tidak boleh melampaui 520C;
e. N20 Bersifat narkotik dalam konsentrasi yang
tinggi. Dan dapat membentuk campuran yang
ekplosif dengan udara.

C. Persyaratan Kualitas dan Spesifikasi Nitrogen (N2)


a. Standar keluarantekanan kerja : 4 – 5 bar;
b. Komposisi Unsur
1 Nitrogen (N2) : > 99,5%

2 Oksigen (O2) : < 1Ppm

3 Hidrogen (H2) : < 1Ppm

4 Argon (Ar) : < 5Ppm

5 Helium (He) : < 1Ppm


6 Neon (Ne) : < 1 Ppm
7 Karbon Dioksida : < 0,5 Ppm
(CO2)
8 Hidro karbon : > 1 Ppm
(methane)
c. N2 harus dijauhkan dari minyak, oli, gemuk
dan bahan lain yang mudah terbakar;
d. Tabung N2 harus dijauhkan dari suhu panas
yang tinggi, karena bias meledak jika terkena
panas yang tinggi dan dijauhkan dari zat- zat
yang dapat menyebabkan terjadinya
karatan/kerusakan;
e. N2 bersifat mencekik bila terhirup langsung
dalam jumlah besar menyebabkan orang
38
susah bernafas, lemah, pusing, muntah dan
bahkan pingsan.

D. Persyaratan Kualitas dan Spesifikasi Karbon


dioksida (CO2)

a. Standar keluaran tekanan kerja : 4 – 5 bar;


b. Komposisi Unsur
1. Karbon dioksida (CO2) : > 99,9
2. Oksigen (O2) : < 0,02 %
3. Nitrogen (N2) : < 0, 1 %
4. Argon (Ar) : < 10 Ppm
5. Hidrogen (H2) : < 5 Ppm
6. Karbon Monoksida : < 10 Ppm
(CO)
7. Sulphur Compound : < 10 Ppm
8. Methana (CH4) : > 0,1 Ppm
9. Hidro karbon lainnya : > 100 Ppm
c. Tabung CO2 harus dijauhkan dari suhu
panas yang tinggi, karena bias meledak jika
terkena panas yang tinggi dan dijauhkan dari
zat zat yang dapat menyebabkan terjadinya
karatan/kerusakan;
d. CO2 bersifat mencekik bila terhirup langsung
dalam jumlah besar menyebabkan orang
susah bernafas, lemah, pusing, muntah dan
bahkan pingsan/koma.

E. Persyaratan Kualitasdan Spesifikasi Udara Tekan


Medik (Medical Compressed Air)
a. Standar keluaran tekanan kerja : 4 – 5 bar
b. Komposisi unsur
1. Oksigen (O2) : 21 % ± 1 %
2. Nitrogen (N2) : 78 % ± 1 %
3. Argon (Ar) : < 1 %
4. Karbon dioksida : 350 ppm
(CO2)
5. Methane (CH4) : < 2 ppm
6. Karbon monoksida : < 1 ppm
(CO)
39
7. Moisture : <25 ppm

8. Kandungan olimaksimum (Maximum oil

content) : max 5 mg/m3

F. Persyaratan Kualitas dan Spesifikasi Udara Tekan


Alat
a. Standar keluaran tekanan kerja : 7 – 9 bar
b. Komposisi unsur
1 Oksigen (O2) : 21 % ± 1 %
2 Nitrogen (N2) : 78 % ± 1 %
3 Argon (Ar) : <1 %
4 Karbon Dioksida (CO2) : 350ppm
5 Methane (CH4) : < 2ppm
6 Karbon monoksida (CO) : < 1ppm
7 Moisture : < 25ppm
8 Maximum pressuredew : max -10 °C
point
9 Kandungan oli : max 5 mg/m3
maksimum
(Maximum oil content)
G. Spesifikasi Vakum Medik dan Buangan Sisa
Gas Anestesi (BSGA)
Daya hisap tertinggi di unit pelayanan : - 600 mm
Hg
 Penggunaan gas medik dan Vakum medik
 Penggunaan gas medik dan vakum medik di fasilitas
pelayanan kesehatan dilakukan melalui :
a. Sistem instalasi gas medik dan vakum medik;
b. Tabung gas medik;
c. Oksigen konsentrator portabel; dan/atau
d. Alat vakum medik portabel.
 Dalam hal penggunaan gas medik dan vakum medik
pada fasilitas pelayanan kesehatan di ruang operasi,
ruang intensif dan ruang gawat darurat harus
dilakukan melalui penyaluran pada sistem instalasi
gas medik dan vakum medik;
 Penggunaan gas medik dan vakum medik harus
memenuhi persyaratan penggunaan sebagaimana
40
tercamtum dalam lampiran II Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 04 Tahun 2016;
 Dalam penggunaan gas medik dan vakum medik
wajib dioperasikan oleh petugas fasilitas pelayanan
kesehatan yang memiliki kompetensi di bidang gas
medik dan vakum medik atau menunjuk pihak lain
yang berkompeten;
 Pengoperasian gas medik dan vakum medik pada
fasilitas pelayanan kesehatan oleh petugas seperti
penjelasan di bawah ini;
 Persyaratan Penggunaan Gas Medik Dan Vakum Medik
A. Persyaratan Penggunaan Tabung Gas Medik
1. Persyaratan TabungGas Medik :
a. Tabung gas memiliki sertifikat test yang
masih berlaku;
b. Kepala tabung memiliki segel dan pengaman;
c. Kran/valve tabung mempunyai ulir yang baik
dan jenis ulir yang berbeda sesuai dengan jenis
gas yaitu :
1) Oksigen, ulir dalam;
2) Nitrous Oxide/Dinitrogen oksida (N2O), ulir luar;
3) Karbon dioksida, ulir luar;
4) Udara tekan, ulir dalam;
5) Nitrogen N2, ulir dalam.
d. Tabung baja Gas Medik dicat dengan warna
yang berbeda dan diberi label sesuai dengan
jenis gas yaitu
:
1) Oksigen medis berwarna putih;
2) Dinitrogen oksida berwarna biru tua;
3) Karbon dioksida berwarna abu- abu;
4) Nitrogen berwarna hitam;
5) Argon berwarna hijau;
6) Helium bewarna coklat.
2. Kelengkapan Tabung Gas Medik
Tabung Gas Medik harus dilengkapi dengan :
a. Identifikasi Stamp Pada Botol Baja meliputi :
41
1) Identitas / Merk Pabrik;
2) Jenis Gas yang diisikan;
3) Bulan – Tahun Pembuatan;
4) Tekanan Pengetesan(dalam Kg / cm2);
5) Tekanan Pengisian (dalam Kg / cm2);
6) Nomor seri silinder;
7) Volume Kapasitas air (dalam liter);
8) Berat silinder kosong (tanpa kran dan tutup).

b. Diberikan label yang jelas meliputi :


1) Nama Perusahaan;
2) Nama Gas;
3) Kandungan purity;
4) Volume (isi tabung);
5) Tekanan gas;
6) Tanggal pengisian;
7) Nomor Tabung;
8) Masa uji tabung.
c. Diberikan stiker tanda “ Hazard “ yang

42
menyebutkan :
1) Sifat gas;
2) Peringatan–peringatan;
3) Pertolongan pertama;
4) Nama Produsen.
3. Alat Penunjang Untuk Pengoperasian Tabung Gas
Medik :
a. 1 (satu) buah slang (tubing);
b. 1 (satu) buah masker (nasal);
c. 1 (satu) buah kunci regulator dan kunci tabung;
d. 1 (satu) buah dorongan (trolley) dengan pengaman;
e. 1 (satu) buah pengaman tabung;
f. Flowmeter dengan spesifikasi :
maksimal flow2,5 LPM untuk neonatal dan
peadiatrik maksimal flow10 atau 15 LPM untuk
adult.
4. Persyaratan Penyimpanan Tabung GasMedik
a. Tabung-tabung Gas Medik harus disimpan
berdiri, dipasang pengaman kran dan dilengkapi
tali pengaman untuk menghindari jatuh pada saat
terjadi goncangan;
b. Lokasi penyimpanan harus khusus dan masing–
masing Gas medik dibedakan tempatnya serta
diberi tanda;
c.Penyimpanan tabung Gas Medik isi dan tabung
Gas Medik kosong dipisahkan, untuk
memudahkan pemeriksaan dan penggantian;
d.Lokasi penyimpanan diusahakan jauh dari
sumber panas, listrik dan oli atau sejenisnya, serta
memiliki sirkulasi udara yang baik;
e. Gas campuran yang sudah disimpan lebih dari 1
(satu) tahun agar dilakukan uji/tes kepada
produsen, untuk mengetahui kondisi Gas Medik,
dan memperhatikan masa kadaluarsa Gas Medik
tersebut.
5. Persyaratan Pendistribusian Tabung Gas Medik.
a) Distribusi tabung Gas Medik dilakukan
43
dengan menggunakan trolly;
b) Tabung gas beserta trolly harus bersih dan
memenuhi syarat sanitasi/hygiene;
c) PenggunaanGas Medik system tabung hanya
bisa dilakukan satu tabung untuk satu orang.

44
B. Persyaratan Penggunaan Oksigen Konsentrator Portabel
1. Persyaratan Penyimpanan Oksigen Konsentrator
Portabel
a. Oksigen Konsentrator portabel disimpan
ditempat yang berventilasi cukup;
b. Mesin Oksigen Konsentrator portabel disimpan
dalam keadaan lepas dari sambungan listrik;
c. Jangan tinggalkan mesin Oksigen Konsentrator
portable dalam keadaan ON (hidup) dan tidak
terpakai;
d. Posisi Mesin Oksigen Konsentrator portabel
harus disimpan dalam posisi berdiri;
e. Dilarang merokok disekitar Oksigen
Konsentrator portable, pasangkan tanda
“DILARANG MEROKOK” pada daerah sekitar
mesin Oksigen Konsentrator portabel sedang
disimpan;
f. Jauhkan mesin Oksigen Konsentrator portabel
dari segala bahan-bahan yang mudah terbakar,
seperti : oli, bensin, cat, minyak, aerosol saat
sedang disimpan;
g. Selalu simpan mesin Oksigen Konsentrator
portabel dalam keadaan bersih. Bersihkan
setelah setiap pemakaian;
h. Jauhkan selang oksigen dari apapun yang
mudah terbakar, termasuk lilin, kompor,
termasuk dalam mobil dengan udara panas.
Selalu tempatkan dengan ventilasi baik.
2. Persyaratan Penggunaan Oksigen Konsentrator
Portabel
a. Jangan menggunakan alat-alat elektronik
lainnya seperti alat cukur, alat pengering rambut
(hair drier), dan lainnya yang menggunakan
mesin pada saat anda menggunakan Oksigen
Konsentrator portable;
b. Jangan menempatkan Oksigen Konsentrator
portable dibawah kursi, karpet, ataupun ditutup

45
kain apabila digunakan;
c. Dilarang merokok disekitar Oksigen
Konsentrator portabel sedang digunakan;
d. Jauhkan mesin Oksigen Konsentrator portabel
dari segala bahan-bahan yang mudah terbakar,
seperti : oli,bensin, cat, minyak, aerosol saat
sedang digunakan;
e. Apabila terdengar suara bising/tajam dari
tangki atau tangki terlalu cepat kosong, ini
dapat menandakan bahwa adanya kebocoran
oksigen pada tangki. Apabila ini terjadi, jauhi
tangki dan buka jendela agar oksigen yang
berlebihan dapat keluar dari ruangan
tersebutdan hubungi agen penjual atau
perusahaan servis.
3. Persyaratan Pemeliharaan Oksigen Konsentrator
Portabel
a. Oksigen Konsentrator portabel menggunakan
filter untuk menahan debu danpartikel dari
udara yang dihisap secara terus-menerus
setiap pemakaian mesin, sehingga filter ini
harus sering dibersihkan atau diganti bila
perlu. Apabila filter kotor, akan tersumbat dan
mengakibatkan mesin bekerja keras,
mengurangi umur dari mesin dan
mempercepat risiko kerusakan mesin;
b. Pada udara yang bersih, filter Oksigen
Konsentrator portabel dibersihkan setiap
minggu. Namun di udara yang mengandung
polusi tinggi, termasuk apabila terdapat
pembangunan di wilayah dekatnya, adanya
binatang, maka filter harus diganti lebih
sering. Biasanya cara pembersihan filter
hanya dengan menyiram dengan air hangat
tanpa sabun. Keringkan filter sebelum
dipasang kembali ke unit;
c. Pemeliharaan dan servis mesin Oksigen

46
Konsentrator portabel secara teratur sangat
penting guna keandalan dan keawetan mesin;

d. Pada saat mesin dibersihkan, gunakan hanya


kain pembersih dengan sedikit air hangat,
jangan menggunakan pembersih yang
mengandung kimia seperti wax, cleaning
sprays atau cairan pembersih lainnya;
e. Setiap tahun, periksa ulang/cek purityO 2,
flow rate
dan pressure dan atau ganti filter;
f. Setiap tahun periksa ulang/cek filter inlet
decompressor jika perlu diganti;
g. Setiap tahun periksa ulang/cek filter
antibakteri jika perlu diganti;
h. Setiap tahun periksa/cek alarm listrik.
C. Persyaratan Penggunaan Instalasi Gas Medik Dan
Vakum Medik (IGVM)
Dalam Instalasi Gas Medik dan Vakum Medik
(IGVM) terdapat seperangkat Sentral Gas Medik dan
Vakum Medik, instalasi pipa, katup penutup dan
alarm gas medic sampai ke titik outlet medic dan inlet
medik.
Sentral Gas Medik dan Vakum Medik adalah
seperangkat peralatan yang meliputi tabung gas,
atau tabung cair dan atau Oksigen generator,
Manifold, system udara tekan medik, system udara
tekan alat, system vakum medik, dan sistem
buangan sisa gas anestesi (BSGA). Sistem udara
tekan medik dan/atau udara tekan alat adalah
seperangkat alat yang terdiri dari; mesin kompresor
non oli, pengering udara, filter, tangki, dew point dan
CO monitor, regulator tekanan dan panel control alat
yang dipergunakan sebagai penggerak alat medic dan
pernafasan medik, udara tekan medic dan udara
tekan alat adalah system yang berbeda, untuk itu
jaringan instalasi pipa tembaga dan titik outlet harus
dibedakan.
47
1) Persyaratan Ruang Sentral Gas Medik
 Lokasi ruang sentral gas medic mudah
dijangkau transportasi untuk pengiriman dan
pengambilan tabung;
 Harus aman/jauh dari kegiatan yang
memungkinkan terjadinya ledakan/kebakaran;
 Aman dari sumber panas, oli dan sejenisnya;
 Luas ruangan Gas Medik disesuaikan dengan
jumlah dan jenis Gas Medik yang dipergunakan
dan memperhatikan kelonggaran bergerak bagi
operator/ petugas pada saat
penggantian/pemindahan tabung dan kegiatan
pemeliharaan, sehingga ukuran ruangan Gas
Medik sebagai berikut:
- Untuk ruangan yang 2 jenis Gas
menggunakan
Medik ukuran minimal 4 x 6 x 3
m;
- Untuk ruangan yang 3 jenis Gas
menggunakan
Medik ukuran minimal 6 x 8x 3
m;
- untuk ruangan yang > jenis Gas
menggunakan 4
Medik ukuran minimal 8 x 10 x 3
m.
 Bangunan ruangan Gas Medik harus memenuhi
persyaratan:
- Konstruksi bangunan permanen;
- Penerangan yang memadai;
- Sirkulasi udara yang baik;
- Lantai terbuat dari bahan yang kuat, tidak
licin, dan datar.
 Pada pintu ruangan yang berisi Gas Medik selain
dari oksigen dan udara medik harus berlabel
sebagai berikut:

48
 Pintu ruangan yang berisi system pasokan
sentral atau silinder yang hanya berisi oksigen
atau udara medik harus berlabel sebagai berikut
:

2) Persyaratan Penataan Ruang Sentral Gas Medis


a. Harus diatur penempatan tabung–tabung kosong
dan tabung berisi;
b. Dilarang menyimpan barang–barang selain untuk
keperluan penanganan gas pada ruangan
penyimpanan gas dan sentral gas;
c. Apabila tabung tidak dipergunakan atau tidak
dihubungkan ke instalasi perpipaan Gas Medik,
katup tabung harus selalu tertutup, walaupun
tabung dalam keadaan kosong;
d. Apabila header bar dalam keadaan kosong atau
terhubung dengan tabung kosong katup header
bar harus selalu tertutup dengan benar;
e. Setiap tabung harus diberi tanda kondisi tabung
isi atau kosong;
f. Tabung harus diberi pengaman/terikat ke
konstruksi permanen;
g. Silinder dan kontainer yang boleh digunakan
49
hanya yang dibuat, diuji dan dipelihara sesuai
spesifikasi dan peraturan atau standar yang
berlaku;
h. Isi silinder harus diidentifikasi dengan suatu
label atau cetakan yang ditempelkan pada
silinder dan kontainer yang menyebutkan isi
silinder sesuai ketentuan yang berlaku;
i. Sebelum digunakan isi silinder dan kontainer
harus dipastikan;
j. Label tidak boleh dirusak, diubah, atau dilepas,
dan fiting penyambung tidak boleh dimodifikasi.

3) Persyaratan Ruang Sentral Oksigen Konsentrator


- Ventilasi ruang yang memadai terlindungi dari
cuaca yang buruk, dan berpagar serta terlindungi
dari potensi kebakaran;
- Lantai ruang manifold tabung atau tempat
penyimpanan tabung harus rata dan kuat
untuk memudahkan mobilisasi tabung;
- Pintu ruangan tersebut harus dapat dibuka dari
dalam di keadaan apapun, kunci pengamanan
diperlukan tetapi bisa dibuka dari dalam, dan
juga terbuka arah keluar;
- Ruangan mesin oksigen konsentrator tidak
boleh digunakan untuk hal lainnya;
- Hanya orang yang mempunyai otorisasi yang
dapat masuk, dan mengoperasikan supply
mesin oksigen konsentrator;
- Kontainer yang berisi tabung liquid dan juga
tabung dengan unsur terbakar tidak
diperbolehkan berada dalam satu ruangan
dengan lokasi sistem suplai mesin oksigen
konsentrator;
- Elektrikal dalam ruangan harus ditempatkan di
posisi yang tetap atau terlindungi untuk
meminimalisir resiko kerusakan fisik;
- Alat untuk pemadam api harus disediakan;

50
- Ruangan harus bersih dan tertata rapih;
- Apabila system suplai ini dekat tempat
pembakaran, incinerator atau ruang boiler,
konstruksinya harus menghindari temperatur
dengan melebihi 400C;
- Beratap dan berpagar keliling;
- Ruangan tidak boleh dalam satu area dengan
elektrikal terbuka seperti konduktor atau trafo;
- Ruangan tidak boleh mendekati tangki oli;
- Harus dengan lantai konkret. Pintu dan pagar
harus lebih tinggi dari 1,75 m;
- Harus ada tanda-tanda di tempatkan di pintu
untuk 2 sisi :
o DILARANG MEROKOK;
o DILARANG MASUK : HANYA PETUGAS
YANG BERKEPENTINGAN.
- Kendaraan untuk mengantar harus mudah di
akses dan selevel dengan ruangan (tergantung
metode yang ingin digunakan;
- Ruangan harus dapat jarak minimal 3 (tiga) meter
dengan akses jalanan umum;
- Alat untuk mengangkut harus di desain sesuai
untuk pengangkatan tabung dan keamanannya;
- Sistem suplai harus terinstal oleh
manufaktur/agen resmi mengikuti aturan dari
manufaktur;
- Khusus untuk penempatan di basement :
o Harus ada ventilasi;
o Udara bebas yang cukup.
4) Persyaratan Kelengkapan Sentral Kompresor Udara
Medik
- 2 (dua) unit kompressor bebas minyak udara medic;
- 2 (dua) unit pendingin udara (after cooler);
- 1 (satu) unit tangki udara tekan lengkap
dengan assesoris (automaticdrain, pressuregauge,
safety valve, pressure switch, valve) dan dicat
warna hijau;
- 2 (dua) unit pengering udara;
51
- 2 (dua) unit filter udara;
- 2 (dua) unit filter bakteri/karbon;
- 1 (satu) unit Regulator;
- Dew point monitor;
- CO (Karbon Monoksida) monitor;
- Panel kontrol dengan dilengkapi :
o Indikator lampu (hijau jika motor jalan,
merah jika motor berhenti dan kuning jika
motor bermasalah);
o Pengaman arus (MCB/Miniatur Circuit Breaker);
o Indikator jam operasional masing-masing
motor;
o Alarm untuk indikasi jika motor bermasalah.
5) Persyaratan Kelengkapan Udara hisap (medical
suction):
- 2 (dua) unit vakum pump
- 1 (satu) unit tangki vakum lengkap dengan
asesoris (valve, pressure gauge) dan dicat warna
kuning;
- 2 (dua) unit bakteria filter;
- Panel kontrol dengan dilengkapi :
o Indikator lampu (Hijau jika motor jalan,
Merah jika motor berhenti dan Kuning jika
motor bermasalah);
o Pengaman arus (MCB/Miniatur Circuit Breaker);
o Indikator jam operasional masing-masing
motor;
o Alarm untuk indikasi jika motor bermasalah.
6) Manifold adalah seperangkat alat pengaturan
tekanan gas medis dari tekanan tinggi (2200 psi)
menjadi tekanan rendah (55 psi ), jenis- jenis
manifold terdiri dari :
a. Manifold Otomatis Penuh adalah manifold
yang memiliki minimal 2 (dua) regulator dengan
tekanan tinggi dan 1 (satu) atau 2 (dua)
regulator dengan tekanan rendah. Carakerja
manifoldjenis ini apabila tekanan atau gas pada
tabung manifold sebelah kanan habis, maka

52
akan berpindah secara otomatis ke tabung
manifold sebah kiri, berlaku kebalikannya.
Manifold jenis ini dilengkapi juga dengan
headerbar, katup searah (checkvalve), katup
pengaman/pelepas tekanan, sinyal indicator
tekanan LED atau Analog dan pigtail yang
disesuaikan dengan jumlah tabung/silinder.

53
Manifold Otomatis Penuh

b. Manifold Semi Otomatis adalah manifold yang


memiliki minimal 2 (dua) unit regulator
dengan tekanan tinggi dan 1 (satu) atau 2 (dua)
regulator dengan tekanan rendah. Cara kerja
manifold jenis ini apabila tekanan atau gas
pada tabung manifold sebelah kanan habis,
maka akan berpindah secara otomatis
ketabung manifold sebelah kiri, berlaku
kebalikannya, namun tuas indikator harus
dipindahkan secara manual. Manifold jenis ini
dilengkapi juga dengan header bar, katup
pengaman/pelepas tekanan, indicator tekanan
dan

54
pigtail yang disesuaikan dengan
jumlah tabung/silinder;

Manifold Semi Otomatis

c. Manifold Manual adalah manifold yang memiliki


2 (dua) unit regulator yang mampu
menurunkan tekanan dari tekanan tinggi
menjadi tekanan rendah, dan setiap regulator
ini mewakili jalur kiridan kanan. Cara kerja
manifold jenis ini apabila tekanan atau gas
pada tabung manifold sebelah kanan habis,
maka katup header barsebelah kanan ditutup
kemudian katup header bar sebelah kiri
dibuka, berlaku kebalikannya. Manifold jenis
ini dilengkapi juga denganheader bar, katup
pengaman/pelepas

55
tekanan, sinyal indicator tekanan, valve dan
pigtail
yang disesuaikan dengan jumlah tabung/
silinder.

Manifold Manual
7) Buangan Sisa Gas Anestesi Harus Mempunyai
Sistem Pembuangan Tersendiri.
Jenis-Jenis Pembuangan Sisa Gas Anestesi:
a. Pembuangan dengan system motor blower,
yaitu system yang menggunakan motor
blower untuk mengalirkan sisa gas anestesi
ke udara bebas dengan menggunakan
jaringan pipa tembaga/PVC;

b. Pembuangan dengan sistem outlet venturi,


yaitu system yang memanfaatkan aliran udara
tekan alat yang dirubah menjadi tekanan
negatif, sehingga menimbulkan buangan sisa
gas anestesi mengalir ke udara bebas
56
menggunakan jaringan pipa tembaga/PVC;
c. Pembuangan dengan sistem outlet waste
anesthesia gas disposal, yaitu system
pembuangan yang memanfaatkan tenaga
buang dari mesin anestesi itu sendiri yang
dialirkan melalui outlet tersebut dengan
jaringan pipa tembaga/PVC.
8) Persyaratan Kelengkapan Jaringan Saluran Gas
Medik Dan Vakum Medik :
- 1(satu) unit katup induk (mainvalve) dipasang
pada sentral Gas Medik;
- 1 (satu) unit katup distribusi (distribution valve)
dipasang pada tiap bagian pemakaian;
- Sekurangnya1(satu) unit katup pembagi
(zonevalve) dipasang sesuai dengan pembagian
instalasi;
- 1 (satu) unit indikator tekanan induk
(pressure gauge) dipasang pada sentral;
- 1 (satu) unit indikator tekanan induk
(pressuregauge) di setiap jalur distribusi utama;
- Sekurangnya 1 (satu) unit katup darurat
(emergency valve) dipasang pada setiap ruang
bedah dan ruang intensif.
9) Persyaratan Alarm Pada IGVM (Instalasi Gas
Medik dan Vakum Medik) :
a. Alarm lokal, yaitu alarm yang dipasang
untuk memonitor fungsi sistem kompresor
udara, sistem pompa vakum bedah-medik,
sistem BSGA (British Sign and Graphics
Association) dan sistem udara alat. Dapat
ditempatkan pada atau dalam panel control
untuk peralatan mesin yang dimonitor,
dan/atau didalam suatu alatmonitor,
dan/atau pada suatu panel alarm terpisah;
b. Alarm utama, yaitu alarm yang dipasang
untuk memonitor pengoperasian dan
kondisi dari sumber pasokan, sumber
57
cadangan (bila ada), dan tekanan dalam
saluran utama dari masing-masing sistem
pemipaan Gas Medik. Alarm utama harus
ditempatkan diruang kantor atau ruang kerja dari
petugas yang bertanggung jawab terhadap
pemeliharaan sistem IGVM;
c. Alarm wilayah, yaitu alarm yang ditempatkan
di setiap wilayah tertentu seperti dipos
perawat atau lokasi lainnya yang akan
memberikan pengawasan secara terus
menerus.
10) Persyaratan Pipa Gas Medik :
- Pipa yang dipergunakan harus terbuat dari
tembaga dengan kadar ± 99% (sembilan
puluh sembilan persen) atau stainless steel,
yang dinyatakan dengan Sertifikat Asal Negara
(Certificate Of Origin) dan Sertifikat Pabrikasi
(Certificate Of Manufacture, ASTM B 819 ,
BSEN13348, JIS 3300, Type L/K);
- Pipa yang akan dipasang harus bersih dari
debu, gram/serbuk besi (sisa pemotongan
pipa dan oli), dan diflushing dengan nitrogen;
- Pipa Gas Medik harus diberi label sesuai
dengan Gas Medik yang dialirkan;
- Pipa Gas Medik harus memenuhi keamanan
terhadap struktur dan utilitas dari bangunan
unit fasilitas pelayanan kesehatan;
- Pemasangan pipa Gas Medik harus
menggunakan gantungan pipa yang
terbuatdari baja dengan jarak antara
gantungan maksimum 2,5 m;
- Pemasangan instalasi pipa diatas plafon
harus dilengkapi dudukan dan gantungan
yang diikat kuat pada dak beton.
- Ukuran pipa disesuaikan dengan
kebutuhan/desain yang benar agar menjamin
tekanan Gas Medik tidak berkurang pada saat

58
pemakaian maksimal;
- Penyambungan pipa harus dilas dengan
menggunakan kawat las perak, agar
sambungan pipa rapat sempurna dan tahan
lama. Gas yang dipergunakan adalah campuran
oksigen, Acetyline dan pada proses pengelasan
harus dialiri gas Nitrogen;
- Penyambungan antar pipa harus
menggunakan

fitting tembaga :
o Fitting Sock;
o Fitting Elbow;
o Fitting Tee;
o Fitting Reducer;
o Fitting Dop.
- Pemotongan pipa harus menggunakan
cutter/pemotong pipa khusus;
- Pemasangan instalasi pipa Gas Medik dalam
dinding harus dilindungi pipa PVC;
- Seluruh jaringan pipa Gas Medik dan Vakum
Medik harus dilakukan pengetesan tekanan
minimal 1,5 kali tekanan kerja selama1 kali
24 jam dengan gas nitrogen pada saat selesai
pemasangan jaringan pipa Gas Medik;
- Seluruh IGVM harusdilakukan tes kebocoran.
11) Pemasangan Outlet Gas Medik dan Inlet Vakum
Medik
a. Wall Outlet Gas Medik dan Inlet Vakum Medik
- Outlet Gas Medik dan inlet Vakum Medik
jenis wall dipasang/ ditanam pada dinding
dengan ketinggian antara 140 s/d 150 cm
di atas lantai;
- Bila digunakan untuk melayani 1 (satu)
bed, maka diletakkan di sebelah kanan
kepala pasien dan bila digunakan untuk
melayani 2 (dua) bed maka wall
outlet/inlet diletakkan ditengah– tengah 2

59
(dua) bed tersebut;
- Untuk pemakaian dikamar
operasi, walloutlet/inlet dipasang di dinding
dekat dengan bagian kepala pasien pada
meja operasi;
- Untuk pemakaian dibagian lain
walloutlet/inlet dipasang pada dinding
yang berdekatan dengan peralatan
kedokteran yang digunakan.
b. Ceilingoutlet dipasang pada plafon dan dekat
dengan titik pemakaian, biasanya dekat
dengan bagaian kepala dari tempat tidur
pasien pada ruangan newborn room dan
premature room;
c. Ceiling column,Penempatan/pemasangan
ceiling column sama dengan ceiling outlet,
berhubung ceilingcolumn memiliki beban
yang cukup berat±
100 kg, maka harus digantung pada
konstruksi yang kuat menahan beban
tersebut;
d. Pemasangan outlet pada ruang
operasi/bedah maupun peralatan harus
berfungsi secara otomatis, outlet akan
tertutup rapat pada saat tidak terpakai dan
terbuka apabila telah disambungkan dengan
alat penyalur Gas Medik;
e. Urutan pemasangan outlet Gas Medik harus
tetap.
- Oksigen (O2);
- Dinitrogen oksida, (N20);
- Udara tekan medik ( UTM / MA);
- Udara tekan alat (UTA /TA );
- Vakum medik (udara hisap), (VAK/SAC);
- Karbon dioksida, (CO2);
- Nitrogen, (N);
- Buangan sisa gas anestesi (BSGA/WAGD).
60
f. Pemasangan setiap outlet Gas Medik/inlet
Vakum Medik diberi nama, warna yang
berbeda, ukuran drat/sekrup yang berbeda
pula atau pin holeindex yang berbeda;
g. Setiap ruangan yang terdapat lebih dari 1
(satu) pemasangan outlet Gas Medik harus
dilakukan pengetesan silang, untuk
memastikan tidak terdapat kesalahan jenis
gas pada outlet;
h. Setiap titik outlet/inlet harus dilakukan
pengetesan

flow dan tekanan gas.


12) Instalasi dan pengawatan listrik yang
digunakan dalam IGVM harus memenuhi
Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL) edisi
terakhir.
 Penggunaan gas medik dan vakum medik pada
fasilitas pelayanan kesehatan harus didokumentasi
dan dievaluasi secara berkala dan berkesinambungan.
Pengujian
 Instalasi gas medik dan vakum medik harus diuji
dan diperiksa sebelum dioperasionalkan untuk
pertama kali;
 Selain diuji dan diperiksa sebelum dioperasionalkan
untuk pertama kali, instalasi gas medik dan vakum
medik harus diuji dan diperiksa secara berkala paling
sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) tahun.tabung gas
medik, oksigen konsentrator portabel dan alat
vakum medik portabel harus diuji dan/atau
dikalibrasi secara periodik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
 Instalasi gas medik dan vakum medik yang
dinyatakan lulus pengujian dan pemeriksaan harus
diberikan sertifikat laik operasi yang dikeluarkan oleh
instansi yang berwenang;
 Instalasi gas medik dan vakum medik yang
dinyatakan belum lulus pengujian dan pemeriksaan
61
harus diberikan surat keterangan atau rekomendasi
dilakukan perbaikan dalam jangka waktu tertentu.

6. Sistem Limbah Cair


Pengamanan limbah cair adalah upaya kegiatan
penanganan limbah cair yang terdiri dari penyaluran dan
pengolahan dan pemeriksaan limbah cair untuk mengurangi
risiko gangguan kesehatan dan lingkungan hidup yang
ditimbulkan limbah cair. Limbah cair yang dihasilkan kegiatan
rumah sakit memiliki beban cemaran yang dapat
menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan hidup dan
menyebabkan gangguan kesehatan manusia. Untuk itu,
air limbah perlu dilakukan pengolahan sebelum dibuang ke
lingkungan, agar kualitasnya memenuhi baku mutu air
limbah yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang- undangan. Limbah Cair rumah sakit juga
berpotensi untuk dilakukan daur ulang untuk tujuan
penghematan penggunaan air di rumah sakit. Untuk itu,
penyelenggaraan pengelolaan limbah cair harus memenuhi
ketentuan di bawah ini :
1) Rumah sakit memiliki Unit Pengolahan Limbah Cair (IPAL)
dengan teknologi yang tepat dan desain kapasitas olah
limbah cair yang sesuai dengan volume limbah cair yang
dihasilkan.
2) Unit Pengolahan Limbah Cair harus dilengkapi
dengan fasilitas penunjang sesuai dengan ketentuan.
3) Memenuhi frekuensi dalam pengambilan sampel limbah
cair, yakni 1 (satu) kali per bulan.
4) Memenuhi baku mutu efluen limbah cair sesuai
peraturan perundang-undangan.
5) Memenuhi pentaatan pelaporan hasil uji laboratorium
limbah cair kepada instansi pemerintah sesuai ketentuan
minimum setiap 1 (satu) kali per 3 (tiga) bulan.
6) Unit Pengolahan Limbah Cair:
a. Limbah cair dari seluruh sumber dari
bangunan/kegiatan rumah sakit harus diolah dalam Unit
Pengolah Limbah Cair (IPAL) dan kualitas limbah cair
62
efluennya harus memenuhi baku mutu sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan sebelum
dibuang ke lingkungan perairan. Air hujan dan limbah
cair yang termasuk kategori limbah B3 dilarang
disalurkan ke IPAL.
b. IPAL ditempatkan pada lokasi yang tepat, yakni di area
yang jauh atau tidak menganggu kegiatan pelayanan
rumah sakit dan diupayakan dekat dengan badan air
penerima (perairan) untuk memudahkan pembuangan.
c. Desain kapasitas olah IPAL harus sesuai dengan
perhitungan debit maksimal limbah cair yang dihasilkan
ditambah faktor keamanan (safety factor) + 10 %.
d. Lumpur endapan IPAL yang dihasilkan apabila dilakukan
pembuangan atau pengurasan, maka penanganan
lanjutnya harus diperlakukan sebagai limbah B3.
e. Untuk rumah sakit yang belum memiliki IPAL, dapat
mengolah limbah cairnya secara off-site bekerjasama
dengan pihak pengolah limbah cair yang telah memiliki
izin. Untuk itu, maka rumah sakit harus menyediakan
bak penampung sementara air limbah dengan kapasitas
minimal 2 (dua) kali volume limbah cair maksimal yang
dihasilkan setiap harinya dan pengangkutan limbah cair
dilaksanakan setiap hari.
f. Untuk limbah cair dari sumber tertentu di rumah sakit
yang memiliki karateristik khusus harus di lengkapi
dengan pengolahan awal (pre-treatment) sebelum
disalurkan menuju IPAL. Limbah cair tersebut meliputi:
• Limbah cair dapur gizi dan kantin yang memiliki
kandungan minyak dan lemak tinggi harus dilengkapi
pre- treatment berupa bak penangkap lemak/minyak
• Limbah cair laundry yang memiliki kandungan bahan
kimia dan deterjen tinggi harus dilengkapi pre-
treatmen berupa bak pengolah deterjen dan bahan
kimia
• Limbah cair laboratorium yang memiliki kandungan
bahan kimia tinggi harus dilengkapi pre-treatmenya
berupa bak pengolah bahan kimia
63
• Limbah cair radioterapi yang memiliki materi bahan
radioaktif tertentu harus dilengkapi pre-treatment
berupa bak penampung untuk meluruhkan waktu
paruhnya sesuai dengan jenis bahan radioaktifnya
dengan mengikuti ketentuan peraturan perundang-
undangan.
g. Jaringan pipa penyaluran limbah cair dari sumber menuju
unit pengolahan air limbah melalui jaringan pipa
tertutup dan dipastikan tidak mengalami mengalami
kebocoran.

7) Kelengkapan Fasilitas Penunjang Unit Pengolahan Limbah


Cair

a. IPAL harus dilengkapi dengan fasilitas penunjang sesuai


dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Kelengkapan fasilitas penunjang tersebut adalah:
1. Bak pengambilan contoh air limbah yang dilengkapi
dengan tulisan “Tempat Pengambilan Contoh Air
Limbah Influen” dan/atau “Tempat Pengambilan
Contoh Air Limbah Efluen”.
2. Alat ukur debit air limbah pada pipa inflen dan/atau
pipa efluen.
3. Pagar pengaman area IPAL dengan lampu penerangan
yang cukup dan papan larangan masuk kecuali yang
berkepentingan.
4. Papan tulisan titik koordinat IPAL menggunakan
Global Positioning Sistem (GPS).
5. Fasilitas keselamatan IPAL.
8) Penaatan frekuensi pengambilan contoh limbah cair sebagai
berikut:
a) Setiap rumah sakit harus melakukan pemeriksaan
contoh limbah cair di laboratorium, minimal limbah cair
efluennya dengan frekuensi setiap 1 (satu) kali per bulan.
b) Apabila diketahui hasil pemeriksaan laboratorium
menunjukkan kualitas limbah cair tidak memenuhi baku
mutu, segera lakukan analisis dan penyelesaian masalah.
9) Penaatan kualitas limbah cair agar memenuhi baku mutu
limbah cair sebagai berikut:
64
a) Dalam pemeriksaan kualitas air limbah ke laboratorium,
maka seluruh parameter pemeriksaan air limbah baik
fisika, kimia dan mikrobiologi yang disyaratkan harus
dilakukan uji laboratorium.
b) Pemeriksaan contoh limbah cair harus menggunakan
laboratorium yang telah terakreditasi secara nasional.
c) Pewadahan contoh air limbah menggunakan jirigen
warna putih atau botol plastik bersih dengan volume
minimal 2 (dua) liter.
d) Rumah sakit wajib melakukan swapantau harian air
limbah dengan parameter minimal DO, suhu dan pH.
e) IPAL di rumah sakit harus dioperasikan 24 (dua puluh
empat) jam per hari untuk menjamin kualitas limbah
cair hasil olahannya memenuhi baku mutu secara
berkesinambungan.
f) Petugas kesehatan lingkungan atau teknisi terlatih
harus melakukan pemeliharaan peralatan mekanikal dan
elektrikal IPAL dan pemeliharaan proses biologi IPAL agar
tetap optimal.
g) Dilarang melakukan pengenceran dalam pengolahan
limbah cair, baik menggunakan air bersih dan/atau air
pengencer sumber lainnya.
h) Melakukan pembersihan sampah-sampah yang masuk
bak penyaring kasar di IPAL.
i) Melakukan monitoring dan pemeliharaan terhadap
fungsi dan kinerja mesin dan alat penunjang proses
IPAL.
10) Penaatan pelaporan limbah cair adalah :
a. Rumah sakit menyampaikan laporan hasil uji
laboratorium limbah cair efluent IPAL minimum setiap 1
(satu) kali per 3 (tiga) bulan. Laporan ditujukan kepada
instansi pemerintah sesuai ketentuan yang ditetapkan.
Instansi pemerintah tersebut bisa Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Lingkungan
Hidup atau Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan
Dinas Kesehatan Provinsi atau Kabupaten/Kota;
b. Isi laporan berisi :

65
 Penaatan terhadap frekuensi sampling limbah cair
yakni 1 (satu) kali per bulan.
 Penaatan terhadap jumlah parameter yang diuji
laboratorium, sesuai dengan baku mutu yang
dijadikan acuan.
 Penaatan kualitas limbah cair hasil pemeriksaan
laboratorium terhadap baku mutu limbah cair,
dengan mengacu pada peraturan perundang-
undangan.
c. Setiap laporan yang disampaikan disertai dengan
bukti tanda terima laporan.
7. Sistem Komunikasi/Sistem Teknologi Informasi
1. Sistem informasi di rumah sakit harus didesain dengan
sistem keamanan yang optimal untuk menjamin aplikasi
hanya dapat diakses oleh petugas yang berwenang.
2. Sistem komunikasi dalam bangunan rumah sakit
dimaksudkan sebagai penyediaan sistem komunikasi baik
untuk keperluan internal bangunan maupun untuk
hubungan ke luar pada saat terjadi kebakaran dan/atau
kondisi darurat lainnya.
3. Sistem komunikasi antara lain sistem telepon, sistem
tata suara, sistem panggil perawat, dan sistem voice
evacuation.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem informasi dan
system komunikasi dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Persyaratan komunikasi dalam rumah sakit
dimaksudkan sebagai penyediaan sistem komunikasi
baikuntuk keperluan internal bangunan maupun untuk
hubungan keluar,pada saat terjadi kebakaran dan/atau
kondisi darurat lainnya. Termasuk antara lain: sistem telepon,
sistem tata suara, sistem voice evacuation, dan sistem panggil
perawat. Penggunaan instalasi tata suara pada waktu
keadaan darurat dimungkinkan asal memenuhi pedoman dan
standar teknis yang berlaku.
 Sistem Telepondan Tata Suara.
1) Sistem instalasi komunikasi telepon dan sistem tata
66
komukasi gedung,penempatannya harus mudah
diamati,dioperasikan, dipelihara, tidak membahayakan,
mengganggu dan merugikan lingkungan dan bagian
bangunan serta system instalasi lainnya, serta
direncanakan dandilaksanakan berdasarkan standar,
normalisasi teknik dan peraturan yang berlaku;
2) Peralatan dan instalasi sistem komunikasi harus tidak
memberi dampak, dan harus diamankan terhadap
gangguan seperti interferensi gelombang
elektromagnetik, dan lain-lain;
3) Secara berkala dilakukan pengukuran/pengujian
terhadap EMC (Electro MagneticCampatibility). Apabila
hasil pengukuran terhadap EMC melampaui ambang
batas yang ditentukan, maka langkah penanggulangan
dan pengamanan harus dilakukan;
4) Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum
mempunyai SNI, dapat digunakan standar baku dan
pedoman teknis yang diberlakukan oleh instansi yang
berwenang.
 Persyaratan Teknis Instalasi Telepon

a. Saluran masuk sistem telepon harus memenuhi


persyaratan:
1) Tempat pemberhentian ujung kabel harus terang,
tidak ada genangan air, aman dan mudah dikerjakan;
2) Ukuran lubang orang (manhole) yang melayani
saluran masuk ke dalam gedung untuk instalasi
telepon minimal berukuran 1,50mx0,80m dan harus
diamankan agar tidak menjadi jalan air masuk
kerumah sakit pada saat hujan dll;
3) Diupayakan dekat dengan kabel catu dari kantor
telepon dan dekat dengan jalan besar.
b. Penempatan kabel telepon yang sejajar dengan kabel
listrik, minimal berjarak 0,10m atau sesuai ketentuan
yang berlaku;
c. Ruang PABX/TRO sistem telepon harus memenuhi
persyaratan:
1) Ruang yang bersih, terang, kedap debu, sirkulasi

67
udaranya cukup dan tidak boleh kena sinar matahari
langsung, serta memenuhi persyaratan untuk tempat
peralatan;
2) Tidak boleh digunakan cat dinding yang mudah
mengelupas;
3) Tersedia ruangan untuk petugas sentral dan
operator telepon.
d. Ruang bateray system telepon harus bersih, terang,
mempunyai dinding dan lantai tahan asam, sirkulasi
udara cukup dan udara buangnya harus dibuang ke
udara terbuka dan tidak ke ruang publik, serta tidak
boleh kena sinar matahari langsung.
 Persyaratan Teknis Instalasi Tata Suara
a. Setiap bangunan rumah sakit dengan ketinggian 4
lantai atau14m keatas, harus dipasang sistem tata suara
yang dapat digunakan untuk menyampaikan
pengumuman dan instruksi apabila terjadi kebakaran
atau keadaan darurat lainnya.
b. Sistem peralatan komunikasi darurat sebagaimana
dimaksud pada butir diatas harus menggunakan sistem
khusus, sehingga apabila sistem tata suara umum
rusak, maka sistem telepon darurat tetap dapat bekerja.
c. Kabel instalasi komunikasi darurat harus terpisah dari
instalasi lainnya, dan dilindungi terhadap bahaya
kebakaran, atau terdiri dari kabel tahan api.
d. Harus dilengkapi dengan sumber/pasokan daya listrik
untuk kondisi normal maupun pada kondisi daya
listrik utama mengalami gangguan, dengan kapasitas
dan dapat melayani dalam waktu yang cukup sesuai
ketentuan yang berlaku.
e. Persyaratan system komunikasi dalam gedung harus
memenuhi
:
1) UU No.36 tahun1999, tentang Telekomunikasi;
2) PPNo.52/2000, tentang Telekomunikasi Indonesia.
 Sistem Panggil Perawat (Nurse Call)
1) Peralatan system panggil perawat dimaksudkan untuk
memberikan pelayanan kepada pasien yang memerlukan
68
bantuan perawat, baik dalam kondisi rutin atau darurat;
2) Sistem panggil perawat bertujuan menjadi alat
komunikasi antara perawat dan pasien dalam bentuk
visual dan audible (suara), dan memberikan sinyal pada
kejadian darurat pasien.
PersyaratanTeknis :
1. Peralatan Sistem Panggil Perawat (SPP).
a. Panel Kontrol SPP harus:
1) J e n i s audio dan visual;
2) Penempatannya diatas meja;
3) Perlengkapan yang ada pada panel kontrol SPP
sebagai berikut:
a) Mempunyai mikrofon, speaker dan handset.
Handset dilengkapi kabel dengan panjang 910
mm (3 ft). Handset harus mampu
menghubungkan dua arah komunikasi antara
perawat dan pos pemanggil yang dipilih.
Mengangkat handset akan mematikan
mikrofon/speaker;
b) Tombol penunjuk atau layar sentuh dengan
bacaan digital secara visual memberitahu lokasi
panggilan dan menempatkannya dalam sistem,
meliputi:
1) Nomor ruang;
2) Kamar;
3) Tempat tidur;
4) Prioritas panggilan.

69
c) Panggilan dari pos darurat yang ditempatkan di
dalam
toilet atau kamar mandi;
d) Mampu menampilkan sedikitnya 4 (empat)
panggilan yang datang;
e) Modul mengikuti perawat. Apabila modul
mengikuti perawat ditempatkan di bedside
ruang rawat inap pasien diaktifkan, semua
panggilan yang ditempatkan dalam sistem secara
visual atau audible diteruskan ke bedside yang
dikunjungi;
f) Berfungsi menjawab secara otomatis atau selektif;
g) Fungsi prioritas panggilan yang datang. Sinyal
visual atau audible akan menandai adanya suatu
panggilan rutin atau darurat dan akan menerus
sampai panggilan itu dibatalkan. Panggilan
darurat harus dibatalkan hanya di pos darurat
setempat;
h) Fungsi pengingat (memory). Dapat menyimpan
sementara suatu panggilan yang ditempatkan
dan menghasilkan sinyal visual berupa nyala
lampu dome dikoridor yang dihubungkan dengan
bedside dengan cara mengaktifkan fungsi/sirkit
pengingat. Sinyal visual ini akan mati dan
panggilan yang tersimpan terhapus dari memory
ketika panggilan itu dibatalkan di pos setempat;
i) Kemampuan menghasilkan sinyal audible dan
visual untuk menandai adanya panggilan yang
dating dari pos yang terhubung:
1) Dapat menghentikan atau melemahkan sinyal
audible melalui rangkaian
mematikan/melemahkan saat panel kontrol
sedang digunakan untuk menjawab atau
menempatkan suatu panggilan. Sinyal
audible ntuk panggilan yang datang dan tidak
terjawab harus secara otomatis
disambungkan kembali ketika panel control
70
SPP dikembalikan ke modus siaga;
2) Sinyal visual untuk panggilan yang datang
harus tetap ditampilkan pada setiap saat
sampai panggilan terjawab atau dibatalkan
pada pos pemanggilan.
3) Sinyal audible dan sinyal visual untuk
panggilan rutin dan darurat harus jelas
berbeda;
4) Tampilan visual untuk menunjukkan lokasi
pos panggilan harus muncul pada panel
control SPP;
j) Tombol sentuh, atau serupa membolehkan
perawat memilih pos panggilan dan melakukan
komunikasi suara dua arah. Tombol sentuh juga
harus memberikan program status prioritas dan
kemampuan fungsi lain yang ada, yaitu:
1) Kemampuan memonitor bedside;
2) Kemampuan berhubungan minimum 10 pos
bedside
secara serempak;
3) Mampu menerima panggilan dari 10 pos
panggilan terkait secara serempak;
4) Kemampuan untuk menjawab.
k) Dengan mengangkat handset atau mengaktifkan
satu fungsi panggilan untuk menjawab,
berikutnya akan secara otomatis mengizinkan
perawat untuk berkomunikasi dengan pos
berikutnya di dalam urutan prioritas panggilan,
atau
l) Dengan memilih jawaban dari setiap pos
panggilan yang ditempatkan di dalam urutan.
m) Sedikitnya ditambahkan 10% untuk
mengakomodasi tambahan pasien, dan pos
darurat didalam setiap panel kontrol SPP;
n) Panel Kontrol SPP yang menggunakan daya listrik
arus bolak balik haruslah disambungkan ke
panel daya listrik darurat arus bolak balik.

71
Suatu UPS harus disediakan dilokasi panel
kontrol SPP untuk menyediakan daya darurat.

b. Peralatan Komunikasi pada Kabinet Bedside (Bedside


Communication Equipment).
1) Setiap bedside harus menyediakan:
a) microphone/speaker;
b) lampu pos pemanggil;
c) tombol reser;
d) kotak kontrol untuk cordset.
2) Setiap microphone/speaker harus mati jika
handset
disambungkan ke bedside;
3) Panggilan dari bedside harus menghasilkan sinyal
panggilan visual rutin pada lampu dome di koridor;
c. Pos darurat.
1) Pos darurat dengan kabel tarik harus disediakan
dalam setiap kloset dan setiap pancuran (shower)
kamar mandi. Pos darurat ini harus dipasang kurang
lebih 50 cm (18 inci) dari kepala pancurannya
(showerhead) dan/atau 180cm (72inci) diatas lantai
jadi. Setiap pos darurat yang di area pancuran atau
toilet harus kedap air.
2) Posdarurat harus disediakan dengan:
a) Kabel tarikan yang diuji tarik dengan gaya sebesar
5kg (10 lbs) dan pendant dihubungkan ke gerakan
sakelar ON/OFF pada pos darurat. Kabel tarikan
yang gantung yang terbawah harus dipasang 15cm
(6inci) dari lantai jadi;
b) Gaya tarikan untuk mengaktifkan sakelar
minimum 0,4kg;
c) Pada pos darurat dilengkapi fungsi "reset/cancel";
d) Lampu darurat merah dengan nyala mati-hidup
secara bergantian dengan interval waktu 1 detik
ditempatkan pada bagian luar dari kamar mandi
atau toilet, dipasang pada ketinggian 2 meter dari
lantai jadi;
e) Pada pos darurat, ditempel atau ditempatkan
72
secara permanen dengan plat kalimat "Panggilan
Darurat Perawat". Tinggi huruf minimal 4mm (1/8
inci).
d.Armatur Lampu Domedi Koridor

1) Tutup lampu harus tembus cahaya, tidak berubah


warna atau berubah bentuk karena panas, atau
rusak karena penggunaan zat pembersih.
2) Lampu dome harus berisi lampu yang cukup
membedakan:
a) Panggilan rutin dari bedside.
b) Panggilan darurat daripos perawat kamar mandi
atau
toilet.
c) Sinyal visual untuk panggilan rutin dan
panggilan darurat harus dibedakan.
e. Armatur Lampu Dome dengan isi dua lampu di Koridor
Dua lampu dalam satu armature lampu dome berisi
minimum dua lampu untuk mengidentifikasikan
panggilan setempat dalam sistem. Sinyal visual untuk
panggilan rutin dan panggilan darurat harus jelas
perbedaannya.

f. Cordset
Setiap cordset, harus:
1) panjangnya 1,8meter atau 2,4meter, jenis kabel
fleksibel;
2) tidak korosif;
3) apabila cordset dilepas, panggilan darurat harus
secara otomatis memberitahukan panel kontrol SPP.
Sinyal audible dan visual harus tetap diaktifkan
sampai cordset disisipkan kembali, atau alat lain
disisipkan yang secara teknis dapat mematikan fitur
panggilan otomatis;
4) gaya tarikan untuk mengaktifkan cordset sebesar
0,5kg (1 lb);
5) tidak berubah warna.
Cordset dengan aksi tombol
tekan Setiap cordset harus

73
disediakan:
a) sambungan ke kotak kontak bedside cordset;
b) berisi tombol tekan untuk panggilan pada ujung
cordset-nya.
g. Sistem distribusi
Setiap kabel yang digunakan dalam SPP harus asli
dan bersertifikat, diberi label pada setiap rel dan
disetujui oleh instansi terkait.
h. Perlengkapan Instalasi
1) Kabel.
Kabel harus termasuk semua penyambung, tali
pengikat, penggantung, klem dan sebagainya yang
dibutuhkan untuk melengkapi kerapihan instalasi.
2) Konduit.
Perlengkapan harus termasuk konduit, duct
(saluran) kabel, rak kabel, kotak penyambung, roset,
plat penutup dan perangkat keras lain yang
diperlukan untuk melengkapi kerapihan dan
keamanan, dan memenuhi SNI 04-0225-2000,
tentang Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL
2000).
3) Label.
Setiap komponen dari subsistem harus diberi label.
2. Pemasangan peralatan dani nstalasi sistem panggil
perawat.
a. Pengiriman.
Pengiriman bahan-bahan ke lokasi harus dalam
kontainer asli tertutup, jelas terlabel nama pengirim,
model peralatan dan nomor seri identifikasi, dan logo
standar. Pengawasakan meneliti peralatan SPP pada
saat itu dan akan menolak terhadap item yang tidak
memenuhi syarat.
b. Penyimpanan.
Peralatan SPP harus disimpan dengan benar sebelum
dipasang, terlindung terhadap kerusakan.
c. Pemasangan.
1) SPP dan system alarm kebakaran tidak boleh
diletakkan dalam satu konduit, satu rak kabel atau
74
jalur yang sama;
2) Kontraktor harus menyediakan filter, trap dan pad
yang sesuai untuk meminimalkan interferensi dan
untuk balancing amplifier dan sitem distribusi.
Item yang digunakan untuk balancing dan
meminimalkan interferensi harus mampu
menyalurkan bunyi, sinyal data dan kontrol dalam
kecepatan dan frekuensi yang dipilih, dalam arah
yang ditentukan, dengan kerugian gesek yang kecil,
isolasi tinggi dan dengan perlambatan minimum
dari sistem poling atau subcarrier frequency;
3) Pasokan daya listrik darurat (contoh : bateray, UPS)
harus dipasang dalam kabinet/lemari terpisah.
Kabinet/lemari ini harus disediakan dekat dengan
panel kontrol SPP;
4) Apabila bedside unit buatan pabrik yang
digunakan, kontraktor harus meminta izin pada
pengawas untuk melakukan pemasangan instalasi
SPP;
5) Semua peralatan harus dihubungkan sesuai
spesifikasi untuk memastikan terminasi, isolasi,
dan impedansinya sesuai dan terpasang dengan
benar;
6) Pemasangan semua peralatan untuk setiap lokasi
diidentifikasi sesuai dengan gambar;
7) Semua saluran utama, distribusi dan interkoneksi
harus diterminasi pada kondisi dapat memfasilitasi
fitur perluasan sistem;
8) Semua jalur vertikal dan horizontal harus
diterminasi sehingga memudahkan perluasan
sistem.
9) Terminasi resistor harus digunakan untuk
terminasi semua cabang yang tidak digunakan.

 Saluran (duct), Konduit dan Sinyal.


a) Konduit.
1) Instalasi harus dipasang dengan cara yang benar.
75
Ukuran diameter minimum conduit 25mm (1inci) untuk
distribusi primer sinyal dan 19mm (3/4inci) untuk
sambungan jauh (contoh lampu dome, tombol darurat,
dan sebaginya);
2) Semua kabel harus dipasang dalam konduit terpisah.
Campuran kabel SPP dan kabel alarm kebakaran
tidak dibolehkan;
3) Isi konduit harus tidak melebihi 40%;
4) Jalur kabel harus bebas tersambung antara
sambungan conduit dan kotak interface dan lokasi
peralatan.
b) Saluran (duct) sinyal, saluran (duct) kabel dan rak kabel.

1) Harus dapat menggunakan saluran (duct) sinyal,


saluran (duct) kabel dan/ataurak kabel;
2) Saluran (duct) sinyal dan/atau saluran (duct) kabel
harus berukuran minimal 10cmx10cm (4inci x4 inci)
yang dapat dilepas tutup atas atau sampingnya. Pada
sudut-sudut yang tajam harus diberi proteksi;
3) Rak kabel sepenuhnya harus tertutup, apabila rak
kabel juga digunakan untuk sirkuit elektronik lainnya,
harus diberi partisi;
4) Tidak diperbolehkan menarik kabel melalui kotak fitting
atau selubung jika terjadi perubahan ukuran konduit.
Radius bengkokan harus tepat;
5) Selubung kabel yang tergores tidak dapat diterima.
Ujung tutup kabel yang keluar melalui lubang rangka
dari lemari/kabinet, ataurak, selubung, kotak tarikan
atau kotak persimpangan harus menggunakan plastic
atau bahan nylon grommeting;
6) Semua persimpangan kabel harus mudah dijangkau.
Digunakan tutup kotak persimpangan dengan ukuran
minimum15cm x 15cm x 10cm (6inci x 6inci x 4inci)
diletakkan pada saluran (duct) sinyal.
 Kabel distribusi sinyal dari sistem.
- Kabel harus dipasang dengan cara yang praktis
seperti pemasangan kabel untuk proteksi kebakaran
atau sistem darurat yang teridentifikasi. Kabel harus
76
mampu menahan kondisi lingkungan yang merugikan
tanpa perubahan bentuk. Apabila pintu kontrol,
kabinet/lemari ataurak, dibuka atau ditutup, tidak
mengganggu pemasangan kabel;
- Jalannya kabel antara peralatan SPP ke lemari/kabinet,
rak, saluran (duct) kabel, saluran (duct) sinyal atau rak
kabel harus dipasang dengan conduit yang terpasang
pada struktur bangunan;
- Semua kabel harus terinsulasi untuk mencegah induksi
sinyal atau arus yang dibawa oleh konduktor dan 100%
terlindung. Pemasangan kabel harus lurus, dibentuk
dan dipasang dengan ikatan yang kuat, disesuaikan
dalam hubungan horizontal atau vertical keperalatan,
kontrol, komponen atau terminator;
- Penggunaan kabel yang dipilin tidak dibolehkan.
Setiap penyambungan kabel harus menggunakan
terminator;
- Kabel harus dikelompokkan sesuai pelayanannya. Kabel
control dan kabel sinyal boleh dijadikan satu kelompok.
Kabel harus dibentuk rapih dan posisinya harus tidak
berubah dalam kelompok. Kabel yang menggantung
tidak diperkenankan. Kabel yang ditempatkan di
saluran (duct) sinyal, konduit, saluran (duct) kabel atau
rak harus dibentuk rapih, diikat pada jarak antara 60
cm sampai 90 cm (24 inci sampai 36 inci), dan harus
tidak berubah posisinya dalam kelompok;
- Kabel distribusi harus dipasang dan dikencangkan
tanpa menyebabkan bengkokan yang tajam dari kabel
terhadap ujung yang tajam. Kabel harus dikencangkan
dengan perangkat keras yang tidak akan mengganggu;
- Kabel harus diberi label dengan tanda permanen pada
terminal dari elektronik dan peralatan pasif dan pada
setiap persimpangan dengan huruf pada diagram
rekaman;
- Pengujian lengkap kabel setelah semua instalasi dan
penggantian kabel yang rusak.
- Polaritas input dan output system seperti
77
direkomendasi pabrik.
 Kotak outlet, kotak belakang dan plat muka.
a) Kotak outlet;
Kotak sinyal, kotak daya, kotak interface, kotak
sambungan, kotak distribusi, kotak persimpangan harus
disediakan seperti dipersyaratkan oleh rancangan
sistem.
b) Kotak belakang;
Kotak belakang harus disediakan langsung dari
manufaktur seperti dipersyaratkan oleh rancangan
system yang disetujui.
c) Plat muka (atau plat penutup).
Plat muka harus dari jenis standar. Konektor dan jack
yang muncul pada plat muka harus jelas dan ditandai
permanen.
 Konektor.
Setiap konektor harus dirancang untuk ukuran kabel
khusus yang digunakan dan dipasang dengan perkakas
yang disetujui manufaktur.
 Daya listrik arus bolak balik.
Kabel daya listrik arus bolak balik harus berjalan terpisah
dengan kabel sinyal.
 Pembumian.
Semua peralatan yang dipasang harus dibumikan untuk
mengurangi bahaya kejutan. Total tahanan pembumian
maksimal harus 0,1O hm.
 Jika tidak ada netral arus bolak balik, salah satu panel
daya atau kotak kontak outlet, digunakan untuk kontrol
sistem, atau acuan pembumian.
 Menggunakan konduit, saluran (duct) sinyal atau rak
kabel sebagai system pembumian listrik tidak
dibolehkan. Item ini dapat dipakai hanya untuk
pelepasan internal static yang dibangkitkan.
 Kabinet/lemari.
Pembumian yang umum menggunakan kabel tembaga
solid berukuran 10 AWG (American Wire Gauge)/setara
dengan 2,59 mm, harus digunakan pada seluruh
78
kabinet/lemari peralatan dan dihubungkan kesistem
pembumian. Perlu disediakan sambungan pembumian
yang terpisah dan terisolasi dari setiap pembumian
kabinet/lemari peralatan kesistem pembumian. Jangan
mengikat kabel pembumian peralatan bersama-sama.
2. Asesmen dan minimalisasi resiko kegagalan sistem pendukung.
 Sistem utilitas yang ada di rumah sakit harus dijaga
ketersediaannya dan selalu dilakukan pemantauan untuk
menghindari kegagalan sistem. Apabila terjadi suatu
kegagalan sistem agar dilakukan perbaikan dan penataan
kembali sistem yang gagal tersebut.
 Pengoperasian sistem pendukung dan sistem kunci lainnya di
rumah sakit harus aman, efektif dan efisien. Hal ini sangat
diperlukan bagi keselamatan pasien, keluarga, staf dan
pengunjung, serta untuk memenuhi kebutuhan asuhan pasien.
 Sistem utilitas yang tidak memadai dapat menimbulkan
resiko bahaya, antara lain :
 Kontaminasi limbah di area penyiapan makanan dapat
menyebabkan kontaminasi pada makanan;
 Ventilasi yang tidak adekuat di ruang laboratorium klinis;
 Penyimpanan tabung oksigen yang tidak aman dan
kebocoran pipa oksigen dapat menimbulkan
ledakan/kebakaran;
 Kabel listrik yang tidak rapih dan terkelupas dapat
menyebabkan bahaya kebakaran.
 Sistem air bersih, listrik, tata udara, telepon, gas medis,
limbah cair dan sistem kunci lainnya harus diperiksa dan
dipelihara secara teratur. Apabila diperlukan dapat
ditingkatkan dengan sistem yang lebih baik dan bermutu.
3. Perencanaan sumber alternatif.
 Rumah sakit harus dapat merencanakan sumber alternatif
khususnya untuk air dan listrik, sehingga apabila kedua
sumber tersebut tidak tersedia dalam suatu waktu tertentu
maka sumber alternatif dapat langsung menggantikan
sumber pasokan utama agar kebutuhan listrik dan air selalu
tersedia;
 Dalam jangka panjang, rumah sakit dapat merencakan
79
mengganti atau meningkatkan sistem utilitas.
4. Uji coba ketersediaan dan keandalan sumber darurat listrik dan
air.
 Rumah sakit melakukan uji coba sumber air minum
alternatif sekurang-kurangnya setahun sekali atau lebih
disesuaikan dengan kondisi ketersediaan sumber air bersih.
Uji coba juga dilakukan pada sumber listrik alternative;
 Uji coba sumber alternatif dilakukan untuk mengantisipasi
keadaan dimana sumber utama tidak dapat berjalan
sebagaimana mestinya.
5. Dokumentasi hasil uji coba.
Hasil pelaksananaa uji coba ketersediaan sumber alternative
didokumentasikan

6. Pelaksanaan pengujian alternatif sumber air dan listrik.

 Pada uji coba sumber alternatif, perhatian khusus ditujukan


pada komponen kritis dari suatu sistem. Sumber listrik
emergensi dan cadangan diuji coba dalam lingkungan yang
direncanakan dan mensimulasikan beban aktual yang
dibutuhkan;
 Peningkatan dilakukan sesuai kebutuhan, misalnya adanya
penambahan pelayanan listrik di area yang mempunyai
peralatan baru;
 Pengujian sumber air alternatif dilakukan untuk
mengantisipasi pasokan air dari unit PDAM mati atau karena
adanya pencemaran air atau perubahan kualitas air secara
mendadak.

80
BAB IV
DOKUMENTASI

1. Berupa data pengelolaan air bersih, listrik, pemantauan lingkungan, gas


medik, telepon dan limbah cair;

2. Laporan analisa pengelolaan air bersih, listrik, pemantauan lingkungan, gas


medik, telepon dan limbah cair;

3. Dokumentasi uji coba sumber alternatif.

PLT. DIREKTUR RSUD BUMIAYU,

SYAFII

81

Anda mungkin juga menyukai