Anda di halaman 1dari 32

PEDOMAN PELAYANAN

INSTALASI PEMELIHARAAN SARANA

RUMAH SAKIT

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUMIAYU

KABUPATEN BREBES

JL. KH. Ahmad Dahlan KM 01


Telp. (0289) 432347 Fax (0289) 430014
Bumiayu 52273
e-mail: rsud.bumiayu@yahoo.com

I
KATA PENGANTAR

Rumah sakit sebagai institusi pemberi pelayanan Kesehatan kepada


masyarakat harus didukung dengan fasilitas yang memadai. Salah satu
fasilitas yang dibutuhkan adalah tersedianya sara prasarana yang memadai.

Keberhasilan pengelolaan pelayaan IPSRS akan sangat mendukung


keberhasilan pelayanan Kesehatan oleh rumah sakit. Perencanaan,
pengadaan, inventarisasi, pemeliharaan dan perbaikan sarana menjadi hal
penting yang harus diselenggarakan sebagai upaya menjadikan peralatan
selalu dalam keadaan berdaya guna dan berlhasil guna.

Untuk itu diperlukan suatu pedoman dalam penyelenggaraan pelayanan


sarana prasarana di RSUD Bumiayu Kabupaten Brebes. Meski jauh dari
sempurna pedoman ini diharapkan dapat meningkatkan keberhasilan dalam
pelayanan pengelolaan peralatan di RSUD Bumiayu Kabupaten Brebes.

Demikian, semoga bermanfaat.

Penyusun,

II
DAFTAR ISI

PEDOMAN PELAYANAN ........................................................................................ I


KATA PENGANTAR .............................................................................................. II
DAFTAR ISI ........................................................................................................ III
PERATURAN DIREKTUR RSUD BUMIAYU ............................................................V
BAB I .................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG ..................................................................................... 1
B. TUJUAN..................................................................................................... 1
C. RUANG LINGKUP ....................................................................................... 2
D. BATASAN OPERASIONAL ........................................................................... 3
E. LANDASAN HUKUM ................................................................................... 6
BAB II ................................................................................................................. 7
STANDAR KETENAGAAN ..................................................................................... 7
A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA ..................................................... 7
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN ........................................................................ 7
C. PENGATURAN JAM KERJA ........................................................................ 7
BAB III ................................................................................................................ 9
STANDAR FASILITAS ........................................................................................... 9
A. RUANG KERJA........................................................................................... 9
B. STANDAR FASILITAS ................................................................................. 9
BAB IV .............................................................................................................. 10
TATA LAKSANA PELAYANAN ............................................................................. 10
A. SISTEM PERENCANAAN/ PENGADAAN KEBUTUHAN ALAT/ SPARE PART
DAN PEMELIHARAAN ..................................................................................... 10
B. PENGADAAN ............................................................................................ 12
C. UJI FUNGSI DAN UJI COBA UNTUK ALAT BARU ...................................... 12
D. PENYIMPANAN, DISTRIBUSI DAN INVENTARISASI ALAT .......................... 13
E. PEMELIHARAAN ...................................................................................... 13
F. KALIBRASI ............................................................................................... 17
G. PENARIKAN (RECALL) .............................................................................. 19
H. PENGHAPUSAN ....................................................................................... 19
BAB V ............................................................................................................... 21
KESELAMATAN PASIEN DAN STAF .................................................................... 21
A. Identifikasi Resiko .................................................................................... 21

III
B. Analisa, Evaluasi dan Pengelolaan Resiko ................................................. 21
C. Pengendalian Infeksi (Infection Control) ...................................................... 22
BAB VI .............................................................................................................. 23
PENGENDALIAN MUTU ..................................................................................... 23
BAB VII ............................................................................................................. 24
PENUTUP.......................................................................................................... 24

IV
PEMERINTAH KABUPATEN BREBES
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUMIAYU
JL. KH. Ahmad Dahlan KM 01 Telp. (0289) 432347 Fax (0289) 430014
Bumiayu 52273 e-mail: rsud.bumiayu@yahoo.com

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUMIAYU


NOMOR 994 TAHUN 2022
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI PEMELIHARAAN SARANA RUMAH
SAKIT (IPSRS)
DI LINGKUNGAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUMIAYU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUMIAYU,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka tata Kelola Pelayanan Instalasi


Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit di RSUD
Bumiayu, perlu menetapkan Pedoman pelayanan
Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit Pada
Rumah Sakit Umum Daerah Bumiayu dengan
peraturan direktur;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan
Peraturan Direktur tentang Pedoman Pelayanan
Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPSRS)
pada Rumah Sakit Umum Daerah Bumiayu;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 114, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia

V
Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5072);
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 363 Tahun 1998
tentang Pengajuan Dana Kalibrasi Alat Kesehatan
Pada Sarana Pelayanan Kesehatan;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang keselamtan
pasien Rumah Sakit;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 66 Tahun 2016
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah
Sakit
6. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 52 tahun 2018
tentang keselamatan dan Kesehatan kerja di fasilitas
pelayanan Kesehatan;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 432 tahun
2007 tentang Pedoman Manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit;
8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1087 tahun
2010 tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan
Kerja di Rumah Sakit;
9. Peraturan Daerah Kabupaten Brebes Nomor 16
Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan
Perangkat Daerah Kabupaten Brebes (Lembaran
Daerah Kabupaten Brebes Tahun 2016 Nomor 1 Seri
D),
10. Peraturan Bupati Brebes Nomor 49 Tahun 2021
tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan
Fungsi serta Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah
Bumiayu Kabupaten Brebes;
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 363 Tahun 1998
tentang Pengajuan Dana Kalibrasi Alat Kesehatan
Pada Sarana Pelayanan Kesehatan;

VI
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang keselamtan
pasien Rumah Sakit;
13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 66 Tahun 2016
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah
Sakit
14. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 52 tahun 2018
tentang keselamatan dan Kesehatan kerja di fasilitas
pelayanan Kesehatan;
15. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 432 tahun
2007 tentang Pedoman Manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit;
16. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1087 tahun
2010 tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan
Kerja di Rumah Sakit;
17. Peraturan Daerah Kabupaten Brebes Nomor 16
Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan
Perangkat Daerah Kabupaten Brebes (Lembaran
Daerah Kabupaten Brebes Tahun 2016 Nomor 1 Seri
D);
18. Peraturan Bupati Brebes Nomor 49 Tahun 2021
tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan
Fungsi serta Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah
Bumiayu Kabupaten Brebes;

MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR TENTANG PEDOMAN
PELAYANAN INSTALASI PEMELIHARAAN SARANA
RUMAH SAKIT (IPSRS) DI LINGKUNGAN RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH BUMIAYU

VII
Pasal 1
Pedoman pelayanan Instalasi Pemeliharaan Sarana
Rumah Sakit (IPSRS) adalah sebagaimana tercantum
dalam lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Direktur ini.

Pasal 2
Pedoman pelayanan Instalasi Pemeliharaan Sarana
Rumah Sakit (IPSRS) sebagaimana dimaksud dalam pasal
1 merupakan pedoman bagi Instalasi Pemeliharaan
Sarana Rumah Sakit (IPSRS) di Lingkungan Rumah Sakit
Umum Daerah Bumiayu.

Pasal 3
Pedoman tersebut akan dilakukan evaluasi setiap 3 (
tiga ) tahun.

Pasal 4
Peraturan Direktur ini berlaku sejak tanggal
ditetapkan.

PLT. DIREKTUR RSUD BUMIAYU,

SYAFII

VIII
LAMPIRAN

PERATURAN DIREKTUR RSUD


BUMIAYU KABUPATEN BREBES
NOMOR 994 TAHUN 2022 TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI
PEMELIHARAAN SARANA RUMAH
SAKIT (IPSRS) DI LINGKUNGAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
BUMIAYU

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Keberhasilan organisasi mencapai tujuan didukung oleh pengelolaan


faktor-faktor antara lain Man, Money, Machine, Methode, dan Material.
Pengelolaan yang seimbang dan baik dari kelima faktor tersebut akan
memberikan kepuasan kepada costumer baik costumer internal maupun
eksternal. Rumah sakit yang telah berstatus Badan Layanan Umum
seharusnya telah memiliki pengelolaan yang baik dan terstandar
termasuk lima faktor tersebut.
Keberhasilan pengelolaan peralatan rumah sakit tergantung pada
kompetensi dan Instalasi Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
mempunyai fungsi antara lain mengidentifikasi, merencanakan,
menyimpan, mendistribusikann edukasi menginventaris, memelihara,
mengusulkan, kalibrasi, merecall alat rusak/ tidak layak pakai,
penghapusan, keselamatan pasien dan staf dan laporan hasil kegiatan.
Pengadaan alat yang tepat dan berfungsi dengan baik akan memperlancar
kegiatan pelayanan pasien sehingga berdampakbagi peningkatan mutu
pelayanan secara umum.
Instalasi Pemeliharaan Sarana dan Prasarana juga harus mampu
mengantisipasi kejadian darurat, membuat skala prioritas serta
melakukan perubahan yang dibutuhkan untuk pencapaian tujuan umum
rumah sakit. Instalasi Pemeliharaan Sarana dan Prasarana harus
memiliki kemampuan untuk mecegah atau memininimalkan pemborosan,
kerusakan, kadaluarsa, kehilangan alat tersebut yang akan memiliki
dampak kepada pengeluaran ataupun biaya operasional rumah sakit.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum
1
Sebagai acuan dalam penyusunan kebijakan dan prosedur dalam
pengelolaan peralatan yang efektif dan efisien, sehingga Rumah Sakit
Umum Daerah Bumiayu Kebupaten Brebes dapat menyediakan sarana
dan prasarana yang selalu dalam kondisi siap pakai, aman digunakan,
2. Tujuan khusus
a. Memastikan setiap perencanaan dalam program pengelolaan
peralatan di Rumah Sakit Umum Daerah Bumiayu Kabupaten
Brebes yang mencangkup perencanaan, pengadaan,
penyimpanan, pendistribusian, inventaris, pemeilharaan,
kalibrasi, penarikan alat/recall dan penghapusan dapat berjalan
dengan baik dan tepat
b. Terselenggaranya penyimpanan peralatan yang baik dan aman
c. Terselenggaranya pendistribusian peralatan yang sesuai dengan
kebutuhan
d. Terselenggaranya inventarisasi alat Kesehatan dan sarana
lainnya yang mampu mengetahui letak alat, keadaannya dan
harga perolehannya
e. Terselenggaranya proses pemeliharaan (preventive maintenance)
peralatan yang mampu menjamin hasil yang akurat dan sebagai
hasil akhir adalah penanganan pasien yang lebih baik.
f. Mengusahakan jumlah kerusakan alat serendah mungkin, baik
yang disebabkan karena pemeliharaan yang kurang baik atau
oenggunaan yang tidak tepat prosedur.
g. Tercapainya tingkat penggunaan alat Kesehatan secara optimal,
tidak under-utilization
h. Terselenggaranya proses kalibrasi sehingga alat Kesehatan dan
peralatan penunjang lainnya aman untuk pasien, pengguna dan
segala pihak yang berkaitan dengan pengelolaan peralatan
tersebut.
i. Terselenggaranya proses penghapusan peralatan yang
semestinya sehingga dapat menggambarkan jumlah asset secara
rill
j. Terciptanya keamana pada pasien dan staf sehubungan dengan
pemakaian peralatan.
k. Terselenggaranya laporan hasil kegiatan secara kontinyu

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pedoman pelayanan IPS.RS ini meliputi perencanaan,


pemyampaian, distribusi, inventaris, pemeliharaan, merecall alat rusak/

2
tidak layak pakai, penghapusan, keselamatan pasien dan staf serta
laporan hasil kegiatan.
Adapun lingkup kegiatan yang dikelola IPSRS meliputi, Peralatan
Elektromedik, Gas Medik, Instalasi Listrik, AC, Gedung dan bangunan
serta peralatan rumah tangga lainnya.

D. Batasan Operasional

Pengertian:
Pengertian yang digunakan dalam buku pedoman ini perlu dijelaskan
agar pembaca memiliki pengertian yang sama dengan maksud yang
terkandung dalam buku ini.
1. IPSRS adalah salah satu unut fungsional untuk melaksanakan
kegiatan agar fasilitas yang menunjang pelayanan Kesehatan rumah
sakit yaitu sarana prasarana, dan peralatan selalu dalam kondisi laik
pakai.
2. Instalasi Pemeliharaan Sarana dan Prasarana adalah suatu unit
pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah Bumiayu Kabupaten
Brebes dibawah langsung Direktur yang berfungsi melaksanakan
pengelolaan peralatan medis.
3. Pedoman adalah acuan penyelenggaraan pelayanan di IPSRS
4. Safa Condition adalah peralatan yang selalu siap pakai, aman
digunakan untuk melakukan tindakan Pelayanan.
5. Pemeliharaan (Maintenance)
Adalah kegiatan melakukan perawatan peralatan (prasarana) baik
perawatan terencana maupun tidak terencana
6. Inspeksi (inspection)
Adalah suatu kegiatan pengecekan peralatan secara terjadwal
dengan tujuan alat tersebut siap pakai, aman sebelum digunakan.
7. Uji fungsi (Test Function) untuk alat medis
Adalah pengetesan seluruh fungsi alat Kesehatan, mulai dari sumber
listrik masuk ke system alat sampai alat dapat berfungsi baik.
8. Uji coba (Test trial) adalah pengetesan peralatan saat sebelum
digunakan secara menyeluruh, untuk mengecek kehandalan alat.
9. Kalibrasi (Calibration) adalah kegiatan peneraan untuk menentukan
kebenaran nilai penunjukan alat ukur dan atau bahan ukur.
10. Plan Preventive Maintenace
Adalah suatu kegiatan pemeliharaaan terencana dan terjadwal yang
dilakukan oleh teknisi dengan tujuan agr peralatan siap pakai aman
digunakan, sebelum diguanakan.
11. Corrective Maintenace

3
Adalah suatu kegiatan pemeliharaaan dengan melakukan perbaikan,
baik penggantian spare part ataupun sampai turun mesin (over houl).
12. Pengoperasiaan adalah berisikan Langkah/Langkah/petunjuk cara
menggunakan peralatan agar dapat berfungsi baik.
13. Peralatan Kesehatan adalah bahan, instrument, apparatus, mesin
serta impian yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk
mencegah, mendiagnosa, menyembuhkan dan meringankan
penyakit, merawat orang sakit serta memulihkan Kesehatan pada
manusa dan/ atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi
tubuh (UU No. 44 Tahun 2009).
14. Peralatan medik adalah peralatan yang digunakan untuk keperluan
diagnose, terapi, rehabilitas dan penelitian medik baik secara
langsung maupun tidak langsung (UU No. 44 Tahun 2009).
15. Elektromedik adalah semua peralatan Kesehatan yang menggunakan
catu daya listrik (KMK no/371/Menkes/sk/III/2017)
16. Peralatan listik adalah semua alat yang emnggunakan catu daya
listrik.
17. Listrik adalah rangkaian fenomena fisika yang berhubungan dengan
kehadiran dan aliran muatan listrik.
18. Gas medis adalah gas dengan spesifikasi khusus yang digunakan
untuk pelayanan medis pada sarana Kesehatan (KMK no
1439/Menkes/SK/XI/2002)
19. Instalasi gas medis adalah seperangkat perlengkapan jaringan
system gas medis mulai dari sentral gas medis, instalasi pemipaan
sampai ke outlet diruang tindakan/perawatan (Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 1439 Menke/SK/XI/2002)
20. Sentral gas medis adalah seperangkat prasarana sumber gas
medis/tabung/liquid atau jenis gas lainnya yang menyimpan
beberapa gas tertentu yang dapat disalurkan melalui pemipaan
instalasi gas medis. (Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1439/Menkes/SK/XI/2002)
21. Gedung adalah wujud fisik dari hasil pekerjaan konstruksi yang
menyatu dengan tempat kedudukannya, Sebagian atau seluruhnya
berada diatas dan atau dibawah tanah dan atau diair yang berfungsi
sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya baik untuk tempat
tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial budaya
maupun kegiatan khusus. (Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 28 tahun 2002)
22. Bangunan adalah sturktur yang berupa lantai, dinding dan atap yang
didirikan secara permanen disuatu tempat

4
23. Air Conditioner adalah system atau mesin yang dirancang untuk
menstabilkan suhu udara dan kelembapan suatau area
24. Spesifikasi adalah data menguraikan kemampuan kapasitas,
teknologi, system, fungsi, aksesoris, keselamatan dan aspek teknis
lainnya dari suatu alat.
25. Instalasi adalah tahap kegiatan mulai dari penempatan/peletakkan,
perakitan, pemasangan, penyetelan, adjustment, pengukuran
keluaran samapai alat berfungsi baik.
26. Commissioning
Kegiatan melakukan pemastian kemampuan suatu alat yang terdiri
dari uji fungsi dan uji coba alat Kesehatan, yang meruapakan suatu
bagaian dari siklus hidup teknologi pearalatan medik.
27. Cara distribusi alat Kesehatan yang baiak adalah pedoman yang
diguanakan dalam rangkaian kegiatan distribusi dan pengendalian
mutu yang bertujuan menjamin agar produk alat Kesehatan yang
didistribusikan senantiasa memenuhi persyaratan yang digunakan
sesuai tujuan penggunaannya.
28. Keselamayan pasien (Patient safety)
Adalah suatu system dimana asuhan pasien lebih aman yang
meliputi assessment risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasen, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melakukan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil ((Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1691
Tahun 2011).
29. Perencanaan
Adalah penentuan cara-cara pencapaian tujuan yaitu apa yang akan
dilakukan, kapan, bagaimana dan oleh siapa.
30. Pengganggaran
Adalah suatu rencana kerja yang dinyatakn secara kuantitaf yang
diukur dalam satuan moneter standar dan satuan ukuran yang lain
mencakup jangka waktu satu tahun.
31. Inventarisasi
Adalah kegiatan untuk memperoleh data atas seluruh alat Kesehatan
yang dimiliki atau dikuasai atau diurus oleh organisasi, baik yang
diperoleh dari usaha pembuatan sendiri, pembelian, pertukaran,
hadiah, maupun hibah, baik berkaitan dengan jenis dan
spesifikasinya, jumlah, sumber, waktu pengadaan, harga, tempat,
dan kondisi serta perubahan-perubahan yang terjadi guna

5
mendukung proses pengendalian dan pengawasan alat Kesehatan
serta mendukung efektivitas dan efisien dalam upaya pencapaian
tujuan organisasi.
32. Distribusi
Adalah penyaluran barang dari produsen kepada
pelanggan/costumer.
33. Pelatihan pengguna/user
34. Adalah proses pencapaian kemampuan tertentu bagi pengguna/user
dalam hal kemampuan untuk mengoperasikan alat medik yang baru
diadakan
35. Decommisioning disposal
Adalah peralatan yang dsortir untuk disingkirkan dan diadakan
pengganti (recall)
36. Customer
Customer adalah para user (pengguna Alat Kesehatan) yang perlu
difasilitasi oleh Instalasi Pemeliharaan Sarana dan Prasarana,
melalui satuan kerja seperti Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Rawat
Jalan, Instalasi Rawat Inap dan unitpenunjang lainnya.
37. Utilisasi
Adalah suatu perhitungan penilaian tingkat pemakaian alat
Kesehatan dengan kapasitas penggunaan selama alat dapat
beroperasi untuk penilaian pengganti spare part atau menghitung
(life time) umur alat.

E. Landasan Hukum

Sebagai dasar hukum dalam pedoman pelayanan Alat Kesehatan ini,


diambil dari peraturan perundangan sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nommor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 72 Tahun 1998 Tentang
Pengamanan Sediaan Farmasi dan Peralatan Kesehatan.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1184/Menkes/Per/X/2004 Tentang Pengamanan Alat Kesehatan dan
Perbekalan Kesehatan Rumah Tsnggs.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
363/Menkes/Per/IV/1998 Tentang Pengujian dan Kalibrasi Alat
Kesehatan Pada Sarana Pelayanan Kesehatan
5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 371/Menkes/SK/III/2017
standar pelayanan elektromedik
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1439/Menkes/SK/XI/2022
Tentang instalasi gas medis.

6
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

Instalasi Pemeliharaan Sarana dan Prasarana mempunyai tugas sebagai


pengelola dan pemeliharaan alat Kesehatan tentunya perlu tenaga yang
mempunyai kompetensi dibidang alat kesahatan dengan susunan
kualifikasi seperti table berikut.
NO TINGKATAN PENDIDIKAN MINIMAL
1. Ka. Instalasi Pemeliharaan D.III Teknik Elektromedik
Sarana dan Prasarana
2. Fungsional Elektromedik D. 3 Teknik Elektromedik
Pelaksana
3. Administrasi teknis D3 Teknik Elektromedik

B. Distribusi Ketenagaan
Klasifikasi Ketenagaan IPSRS RSUD Bumiayu Kabupaten Brebes
NO JENIS SDM JML KUALIFIKASI KET
1. Kepala 1 orang  D.3 Teknik CPNS
Instalasi Elektromedik
2. Koordinator 1 Orang  SMK Jurusan BLUD
Mekanikal Mekanik
Elektrikal Otomotif
3. Koordinator 1 orang  D III Teknik CPNS
alat medis Elektromedis
4. Administrasi 0 orang
5. Pelaksana 1 orang  SMK Listrik BLUD
Mekanikal
Elektrikal

C. PENGATURAN JAM KERJA

Pagi
 Senin s.d Kamis : Pkl. 07.30 s.d 14.00 WIB
 Hari Jum’at : Pkl. 07.30 s.d 11.00 WIB
 Hari Sabtu : Pkl. 07.30 s.d 12.30 WIB
Shift (petugas gas medis)
Pagi Sore Malam
07.30 s.d 14.00 14.00 s.d 21.00 21.00 s.d 07.30

7
Shift Elektromedis
pagi Sore
07.30 s.d 14.00 On Call

8
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Ruang Kerja

Ruang Administrasi / kantor terdiri dari Ruang Kepala Instalasi dan staf
1. Bengkel/Work Shop
2. Gudang Alat
3. R. Administrasi
4. R. Istirahat

B. Standar Fasilitas

1. Tool Set Elektronik


2. Multi Meter
3. Tool set listrik
4. Tool set bangunan
5. Mesin gerinda
6. Mesin bor listrik/batere
7. Tool set AC
8. Komresor AC
9. Gerenda duduk

9
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Sistem Perencanaan/ Pengadaan Kebutuhan Alat/ Spare Part Dan


Pemeliharaan

Dalam rangka melaksanakan suatu kegiatan pemeliharaan dan


perbaikan sarana, prasarana dan peralatan rumah sakit lainnya,
memerlukan suatu system yang melibatkan bagian bagian lain yang
saling berhubungan satu sama lain.
1. Perencanaan/ pengadaan
a. Merancang rencana kebutuhan sarana, prasarana dan peralatan
lainnya yang digunakan dalam program pelayanan Kesehatan serta
kebutuhan sukku cadang yang dipergunakan dalam program
pemeliharaan dan perbaikan.
b. Mengadakan sarana prasarana perbengkelan yang memadai untuk
digunakan oleh teknisi rumah sakit dalam proses pemeliharaan dan
perbaikan serta tenaga-tenaga terampil dan berkualitas.
2. Pemeliharaan
a. Upaya pemeliharaan yang bersifat pencegahan dilakukan oleh
operator
b. Pemeliharaan rutin harian dilakukan oleh operator
c. Pemeliharaan rutin berkala dilakukan oleh teknisi rumah sakit
d. Kegiatan perbaikan / korektif dilakukan oleh teknisi rumah sakit
yang berkompeten
e. Melaksanakan perbaikan ke bengkel rujukan dalam hal ini pihak
ke III persyaratan yang berlaku
3. Pembinaan
a. Memberikan himbauan kepada operator untuk menjaga kebersihan
terhadap Sarana prasarana dan peralatan rumah sakit lainnya yang
dilakukan secara rutin setiap hari dan berkesinambungan
b. Meningkatkan system pemeliharaan dan perbaikan sarana,
prasarana, dan peralatan rumah sakit lainnya melalui pendidikan
dan pelatihan untuk menunjang pengembangan diri dalam rangka
pelaksanaan program pelayanan Kesehatan.
c. Berpartisipasi dala program penyuluhan, pembinaan tentang
pemanfaatn sarana, prasarana dan peralatan rumah sakit lainnya
secara umum terhadap pasien penunjang dan karyawan baik
secara langung maupun melalui pamflet stiker dan lain lain.

Konsep perencanaan pemenuhan kebutuhan

1. Daftar Inventaris

10
Mempunyai data Inventaris pemeliharaan dan peralatan, bertujuan
untuk membuat kebijakan cara pengelolaan yang baik dalam
memutuskan perencanaan pemeliharaan dan pemenuhan
kebutuhan, serta memberlakukan recall (disposal) / penghapusan.
2. Membuat usulan kebutuhan spare part/pemeliharaan untuk
seluruh unit kerja
Membuat usulan kebutuhan spare part adalah Langkah awal
perencanaan pengadaan yang diputuskan untuk segera diadakan
dengan alokasi anggaran yang sudah ditetapkan
3. Menyusun perencanaan sesuai alokasi angaran tersedia
Setelah mendapatkan alokasi anggaran dari rumah sakit yang
terdiri dari :
a. Alokasi anggaran dari sumber dana BLU (dana pendapatan RS)
b. Alokasi anggaran dari sumber dana APBN/APBD
c. Merencanakan dengan system Kerja sama operasional

Seluruh alokasi anggaran adalah merupaan sumber alokasi yang


akan dijadikan bahan perencanaan kebutuhan pemeliharaan
peralatan, sarana, prasarana yang akan diadakan harus disusun
sesuai aturan prioritas dengan memperhatikan:

a. Pembelian untuk Penggantian karena alat yang tersedia sudah


tidak layak pakai.
b. Pembelian untuk penambahan karena alat yang tersedia dengan
utilitinya cukup tinggi.
c. Pembelian untuk pengembangan pelayanan, harus didukung
dengan peralatan
d. Apabila anggaran perencanaan pengadaan pembelian Alat
Kesehatan tidak mencukupi, maka diupayakan dengan
memperlakukan kerja sama operasional (KSO) dengan Investor.

Dari urutan peralatanyang akan dibeli atau diputuskan untuk KSO,


Maka perlu di buat sekala prioritas berdasarkan:

a. Jumlah pasien perhari


b. Jumlah kasus perhari
c. Jumlah produk layanan perhari
d. Jumlah alat sesuai standar yang dibutuhkan
e. Utility (penggunaan) sangat tinggi
f. Uunit cost sangat menguntungkan dengan memperhatikan
Break Event Point
4. Menyusun spesifikasi dan pagu anggaran
Cara penyusunan spesifikasi adalah sbb:

11
a. Spesifikasi disusun seara umum tidak menjerumus ke salah
satu merk
b. User mengajukan meinimal 3 merk alat untuk disusum
spesifikasinya
c. Spesifikasi disusun berdasarkan komparasi parameter ukur
dengan sistim jangkauan (range)
d. Pagu anggaran ditentukan berdasarkan spesifikasi alat yang
dipilih minimal ada tiga penawaran dari supplier.

B. Pengadaan

Pelaksanaan pengaduan dilakukan oleh Pejabat Pengadaan atau Unit


Layanan Pengadaan (ULP).
Adapun mekanisme usulan pengadaan adalah sebagai berikut:
1. User / staf Medis mengusulkan pengadaan Alat Kesehatan kepada
Kepala Bidang Pelayanan dan Penunjang melalui Kepala Seksi
Penunjang Medis dan Non Medis.
2. Kepala Bidang Pelayanan dan Penunjang membuat telaah dan
mengusulkan pengadaan Alat Kesehatan kepada Pejabat Pelaksana
Teknis Kegiatan (PPTK).
3. PPTK meneruskan usulan kepada Direktur selaku Pengguna Anggaran
(PA) untuk dimintakan persetujuan.
4. Usulan yang sudah disetujui direktur dimintakan persetujuan pada
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
5. Panitia Pengadaan / ULP melaksanakan pengadaan. Melalui E
Purchasing sesuai dengan peraturan yang berlaku
6. Panitia pengadaan / ULP melaksanakan pengadaan melalui
penunjukan langsung dan berdasarkan survei standar harga pasar
jika alat yang akan di adakan tidak masuk dalam E Phurchasing.

C. Uji Fungsi Dan Uji Coba Untuk Alat Baru


Uji fungsi dilaksanakan setelah unit dilakukan perakitan atau instalasi
yang dilakukan oleh penyedia alat/ vendor. Uji fungsi bertujuan untuk
mengetahui apakah unit berfungsi sesuai dengan specifikasi yang
ditawarkan oleh penyedia.
Uji coba alat adalah percobaan fungsi semua parameter dan diaplikasikan
menggunakan obyek yang sebenarnya atau menggunakan obyek simulai,
uji coba dilakukan setelah melalui proses instalasi dan uji fungsi dan
penyedia/vendor dan diketahui pihak Rumah sakit. Uji coba juga sebagai
sarana pengajaran terhadap user agar memahami alat yang akan mereka
gunakan.

12
Tujuan uji coba adalah:
 Memberikan kesempatan kepada operator yang telah mengikuto
training uji fungsi, untuk membiasakan pengoperasian alat, dengan
pasien/ beban sesuai kebutuhan.
 Mengetahui kemampuan fungsi dan kemampuan teknisi alat
Program pelatihan uji coba bagi tenaga operator/pengguna alat
adalah:
 Cara pengoperasian alat
 Penjelasan fungsi masing-masing bagian alat
 Penyusunan program pemeliharaan berkala user
 Perbaikan ringan user
 Pengenalal dan penggantian suku cadang
 Penyusunan SPO pemantauan fungsi, SPO pemeliharaan dan SPO
perbaikan

D. Penyimpanan, Distribusi Dan Inventarisasi Alat

1. Penerimaan barang oleh Bendahara Barang setelah melalui Panitia


Penerimaan Hasil Pekerjaan (PPHP), kemudian melakukan verifikasi
sesuai Surat Pesanan/Kontrak pengadaan.
2. Instal (pasang) Alat sehingga siap operasional
3. Dilakukan uji fungsi dan uji coba oleh penjual alat
4. Bila verifikasi sesuai dicatat dalam Buku Keluar Masuk Barang nama
alat, jumlah, merek, dan harga alat/barang. Jika tidak sesuai
dikembalikan kepada rekanan untuk disesuaikan dengan permintaan.
5. Bendahara Barang lalu menyimpan alat/barang sesuai kondisi yang
dianjurkan di Gudang Barang.
6. Pengajuan Pengambilan Alat oleh Kepala Instalasi/ Ruang di Gudang
Barang. Petugas Gudang mencocokkan anatara Bon Alat Kesehatan
dan alat yang dimaksud, bila telah sesuai alat dapat diserah terimakan
kepada user.
7. Pemberian nomor inventaris alat/barang oleh Petugas Pengurus
Barang sebelum alat diserahkan pada User/pengguna.
8. Pelapor tentang keluar masuknya barang di Gudang Barang oleh
Bendahara Barang kepada Sub. Bag. Keuangan.
9. Perekapan laporan keluar masuknya Alat Kesehatan dikompilasi
menjadi Laporan tahunan disampaikan kepada Direktur melalui Sub
bag Keuangan untuk pencatatan asset.

E. PEMELIHARAAN

1. Kerangka Konsep Sistem Pemeliharaan

13
Konsep sistim pemeliharaan dengan menggunakan skema

KERANGKA KONSEP PEMELIHARAAN KESEHATAN

INPUT PROSES OUTPUT OUTCOME

1. Data Inventaris
1. SDM 2. Program kerja 1. alat laik
2. DANA 3. Jadwal Tumbuh dan pakai (aman
3. METHODA Kegiatan berkembangnya digunakan,
4. ALAT 4. Inspection system akurat dan
KERJA 5. Plan Preventive pemeliharaan handal)
5. SUKU 6. Corective Alkes di Rumah 2. efisien&efekt
CADANG Maintenance sakit if utility
7. Calibrasi meningkat

1 2 3 4

Kerangka konsep dalam system pemeliharaan yang perlu diperhatikan


suatu model dari segi input adalah:

Input :

a. Sumber Daya Manusia.


Dalam melaksanakan kegiatan pemeliharaan Alat Kesehatan
diperlukan jumalh SDM yang memadai, jumlah SDM yang memadai
harus dapat memperhitungkan beban kerja pemeliharaan. Sedangkan
kompetisi yang diperlukan untuk pemeliharaan harus sesuai
denganbidang pekerjannya.
b. Biaya
Kegiatan pemeliharaan perlu didukung oleh biaya yang memadai,
perhitung biaya yang dibutuhkan itu harus berdasarkan jumlah
sparepart yang harus sering diganti, perkiraan biaya perbaikan bila
alat harus sering diganti, perkiraan biaya perbaikan bila alat
dioverhoul, perkiraan biaya kalibrasi.
c. Peralatan kerja
Peralatan kerja emeliharaan perlu didukung dengan sarana prasarana
kerja pemeliharaan, mempunyai tempat bengkel kerja yang memadai,
alat kerja mekanikal dan elektrikal, alat kerja elektronik dan
elektromedik serta alat-alat kalibrasi.
d. Material kerja
Material kerja pemeliharaan perlu didukung, untuk medapatkan
material yang tersedia diperlukan data kongkrit inventaris peralatan
yang sparepart perlu diganti.

14
e. Metode kerja
Dalam melaksanakan kegiatan diperlukan metode kerja seperti,
pedoman dan panduan kerja, program kegiatan kerja, standar
prosedur operasional kerja, lembar kerja. Setiap kegiatan kerja
terdokumentasi, dilaporkan dievaluasi dan dilakukan tindak lanjut
perbaikan.

Proses:

a. Data Inventaris
Data inventaris sangat diperlukan, tujuannya untuk menghitung
beban kerja pemeliharaan, kebutuhan biaya pemeliharaan dan data
equipment record (Riwayat alat) dan ketetapan untuk digantikan
dengan alat yang baru.
b. Membuat program kerja pemeliharaan
Setiap kegiatan harus dibuat program kerja, tanpa ada program tidak
ada acuan dan target yang dicapai dalam pemeliharaan.
c. Membuat jadwal pemeliharaan
Jadwal pemeliharaan sangat diperlukan agar pemeliharaan dapat
dikoordinasikan dengan user kapan jadwal tersebut harus di pelihara.
d. Melakukan pemeliharaan promitif
Pemeliharaan promitif adalah kegiatan pemeliharaan yang sifatnya
promosi seperti setiap alat diberikan cara petunjuk pemakaian yang
benar, setiap user mendapatkan pelatihan cara-cara menggunakan
dan memeliharaan sarana dan pemeliharaannya.
e. Melakukan Inspeksi (pemantauan fungsi alat) atau Inspection
Inspeksi adalah suatu kegiatan pemeliharaan pemantauan fungsi alat
, dilakukan untuk mengetahui apakah alat tersebut dapat berfungsi
dengan baik, kegiatan ini dilakukan oleh penganggung jawab alat
(user) dan oleh teknisi.
f. Testing
Setiap peralatan harus dilakukan kelayakannya atau ditest setiap alat
akan digunakan.
g. Melakukan pemeliharaan preventif
Pemeliharaan preventif adalah kegiatan pemeliharaan yang dilakukan
secara terjadwal dan terencana minimal dilakukan 2 kali dalam
setahun setiap alat.
h. Melakukan pemeliharaan korektif/perbaikan
Pemeliharaan korektif adalah kegiatan perbaikan karena harus
menggantikan sparepart atau sampai overhoul, kegiatan ini dilakukan

15
secara terjadwal atau tidak terjadwal bila alat rusak tidak terprediksi
(Emergency Maintenance)
i. Membuat laporan bulanan, semesteran dan tahunan
Setiap kegiatan dalam pemeliharaan harus dapat dicatat dan
didokumentasikan untuk dijadikan bahan laporan kepada Direktur
rumah sakit.
j. Membuat evaluasi kerja
Hasil laporan harus dapat dievaluasi, untuk mencapai suatu tujuan
yang dikembangkan dalam proses tindak lanjut.

Output:

Tumbuh kembangnya system pemeliharaan Alat Kesehatan dengan


mengacu pada prinsip efisien dan efektif.

Outcome:

Alat Kesehatan siap pakai dan aman digunakan

Impact:

Doker, perawat, radiographer, fisioteraphys, analis keseharan, dan


seluruh pengguna Alat Kesehatan merasa aman terjamin dengan alat
Kesehatan yang terpelihara dengan baik.

2. System Pemeliharaan
sistem pemeliharaaan dibagi menjadi 2 kelompok pekerjaan
a. Kelompok pekerjaan yang dilakukan secara swakelola
Artinya setiap kegiatan pemeliharaan dilakuakn oleh tenaga rumah
sakit yang sudah mempunyai kompetensi utntuk jelas kegiatan
pemeliharaan, setiap melakukan inspeksi, pemeliharaan preventif,
dan apabila melakukan pemeliharaan korektif/[erbaikan dilakukan
oleh agen penjual alat (pabrik penjual alat) dikarenakan tingkat
perbaikannya cukup berat dan menggunakan spare part yang
mahal serta hanya sol agent yang mempunyai sapre part tersebut.
b. Kelompok pekerjaan yang dilakukan oleh Pihak III/ (kontrak
service)
Artinya setiap alat yang mempunyai tingkat kecanggihannya tinggi
dilakukan oleh pihak III atau secara kontrak service, baik jenis
kegiatan pekerjaan Inspeksi, pemeliharaan prenventif dan
korektif/perbaikan.
3. Penyediaan Spare Part (Logistik)
Penyediaan spare part yang efektif adalah hal yang mendasar, dalam
operasional harian pemeliharaan peralatan. Upaya manajemen
diperlukan untuk mencegah kelebihan stok dan menjamin

16
ketersediaan spare part kapanpun sehingga bilamna terjadi
kerusakan, maka bisa disiapkan untuk penggantian spare part-nya.
Hanya suku cadang yangdiperlukan secara kontinyu yang disimpan
dalam Gudang Instalasi Pemeliharaan Sarana dan Prasarana. Jika
Pemeliharaan terjadwal diselenggarakan dengan benar, banyak suku
cadang perbaikan yang diperlukan, terutama suku cadang yang mahal
dapat diantisipasi secara lebih dini. Pengecualiaan tertentu dapat
dibenarkan, untuk mendukung pemeliharaan terhadap perbaikan
yang harus dilakukan dengan segera, yaitu untuk peralatan
pendukung-pendukung (life support), resusitasi darurat, atau alat yang
beroperasi secara terus menerus.

F. KALIBRASI

Kegiatan mentera atau mengukur uji kehandalan suatu alat yang harus
dilakukan selayaknya setiap melakukan pemeliharaan preventif, dan
setelah dilakukan pemeliharaan korektif/perbaikan, namun karena alat
kerja kalibrasi tidak memiliki oleh rumah sakit, maka kalibrasi dilakukan
oleh pihak kedua yang sudah mempunyai ijin dan teralreditasi, aturan
kalibrasi dilakukan setiap alat minimal setahun sekali.
1. Alat wajib kalibrasi
Berkaitan dengan kegiatan penguji atau kalibrasi, secara teknis
peralatan Kesehatan dapat dibedakan ke dalam alat Kesehatan yang
memiliki acuan besaran dan alat Kesehatan yang tidak memiliki acuan
besaran. Acuan besaran dapat dipergunakan sebagai pembanding
terhadap nilai terkur. Tahap alat Kesehatan yang memiliki acuan
besaran dilakukan kalibrasi, contoh : ECG, Cardiotocgraph, X-Rey,
ESU, dll. Permenkes No. 363/Per/IV/1998 telah menetapkan
sebanyak 125 alat Kesehatan wajib diuji atau dikalibrasi, seperti yang
terdapat pada daftar alat Kesehatan wajib uji atau kalibrasi pada
lampiran. Selain alat Kesehatan alat listrik seperti trafo tegangan tinggi
dan panel distirbusi juga wajib dilakukan inspeksi sesuai dengan PP
no 64 tahun 2019 selain itu sesuai PP tersebut peralatan gas medis
seperti sentral gas medis, instalasi listrik medis serta mesin diesel juga
oerlu dilakukan verifikasi uji kelayakan dan keamanan.
2. Tanda Laik atau Tidak laik pakai
Setelah alat medik, listrik medik, gas medik selesai dikalibrasi/di
inspeksi/ verifikasi akan diberikan evaluasinya dalam bentuk
perincian hasil pengukuran dan disertai dengan stiker ditempel
langsung di alat bersangkutan, stiker tersebut bertuliskan “LAIK

17
PAKAI” tetapi bila dinyatakan tidak laik pakai maka stikernya akan
berwarna merah dan bertuliskan “TIDAK LAIK PAKAI”
Alat dinyatakan lulus pengujian atau kalubrasi/inspeksi/verifikasi
apabila:
a. Penyimpanan hasil pengukuran dibandingkan dengan nilai yang
diabadikan pada alat tersebut, tidak melebihi penyimpanan yang
diijinkan.
b. Nilai hasil pengukuran keselamatan kerja, berada dalam nilai
ambang batas yang diijinkan.

Pengujian, kalibrasi, inspeksi, verifikasi peralatan rumah sakit hanya


dapat dilaksanakan oleh tenaga profesional, menggunakan alat ukur
dan besaran standar yang terkalibrasi.

3. Petugas
Yang dapat melakukan pengujian kalibrasi adalah institusi penguji
yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta harus
memenuhi persyaratan anatara lain :
 Berbadan Hukum
 Memiliki sumber daya manusia yang ahli dalam pengujian dan
kalobrasi alat medik dan alat rumah sakit lainnya
 Memiliki fasilitas kerja meliputi laboratorium serta peralatan uji
dan kalibrasi untuk alat medik dan alat rumah sakit lainnya.
 Memperoleh ijin dari DEPKES RI
4. Waktu kalibrasi
Sebagaimana telah ditetapkan pada Permenkes No.
363/MENKES/Per/IV/1998 alat Kesehatan dan alat rumah sakit
lainnya yang dipergunakan disarana pelayanan Kesehatan wajib diuji
atau dikalibrasi secara berkala, sekurang-kurangnya 1 (satu) kali
setiap tahun. Pengujian atau kalibrasi wajib dilakukan terhadap alat
Kesehatan dengan kriteria:
 Belum memiliki sertifikat dan tanda lulus pengujian atau
kalibrasi
 Masa berlaku sertifikat dan tanda lulus pengujian atau kalibrasi
telah habis
 Diketahui penunjukannya atau keluarannya atau kinerjanya
(performance) atau keamananya (Safety) tidak sesuai lagi,
walaupun sertifikat dan tanda masih berlaku.
 Telah mengalami perbaikan, walaupun sertifikat dan tanda
masih berlaku

18
G. PENARIKAN (RECALL)

Penarikan alat yang diapaki dan disingkirkan dari rumah sakit sesering
pasien yang datang dan pergi. Instalasi Pemeliharaan Sarana dan
Prasarana dan management rumah sakit harus bisa mengikuti
perubahan teknologi Alat Kesehatan yang ada sehingga mengakibatkan
peralatan harus ditinjau ulang apakah akan diganti dengan yang lebih
baru atau tidak. Ada beberapa alasan untuk alat Kesehatan perlu adanya
penggantian (recall):
a. Bersangkutan mengenai alat yang disupply akan di Tarik (recall) ke
pabrik dengan alasan Perubahan dalam standar pelayanan,
prosedur klinis yang baru dapat menyebabkan peralatan menjadi
kuno. Kemajuan teknologi dengan kriteria unjuk kerja atau akurasi
yang lebih baik, membuat rumah sakit membeli peralatan dengan
teknologi yang lebih memenuhi kebutuhan.
b. Faktor keamanan alat, yang dapat menambah resiko kecelakaan
pasien, satf atau pengunjung.
c. Masalah-masalah pemeliharaan, setiap perbaikan yang sering atau
mahal dan dan waktu nganggur yang berlebihan.
d. Usai pakai dari alat Kesehatan telah mencapai 5 sampai 10 tahun
(sesuai dengan batas maksimal usai pakai alat kesehatan)
e. Riwayat penggantian spare part tinggi (history kerusakan tinggi)
f. Tidak tersediannya lagi spare part baik di pasar umum ataupun
sampai di pabrik asal alat Kesehatan itu dibuat.
g. Biaya operasional tinggi.
h. Adanya kebijakan atau permintaan dari vendor alat tertentu

H. PENGHAPUSAN

1. Peralatan rumah sakit yang dimiliki oleh institusi pemerintah adalah


kekayaan negara, karena itu Alat Kesehatan dicatat pada akuntasi
kekayaan negara. Setiap penambahan alat Kesehatan yang memenuhi
persyaratan akuntasi, akan menambah kekayaan negara demikian
juga pada saat pengurangan alat Kesehatan, akan mengurangi
kekayaan negara.
2. Pengurangan kekayaan negara dapat dilakukan dengan melakukan
penghapusan alat Kesehatan dari daftar kekayaan negara yang harus
dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3. Maksud dan tujuan penghapusan alat rumah sakit adalah agar
pemanfaatan alat di rumah sakit efektif dan efisien serta penata
usahaan alat akuntabel serta membebaskan pengguna dan atau kuasa

19
pengguna barang dari tanggung jawab administrasi dan fisik barang
yang berada dalam penguasaannya.
4. Mekanisme Penghapusan:
a. Pengurus barang melaksanakan inventarisasi alat yang akan
dihapus
b. Pengurus barang mengusulkan penghapusan ke Direktur RSUD
Bumiayu melalui Kasubbag Umum dan Kepegawaian.
c. Direktur mengusulkan penghapusan ke Pemerintah Daerah
Kabupaten Brebes melalui Bagian Aset Sekda Kabupaten Brebes
d. Bagian Aset Sekda Kabupaten Brebes melaksanakan penghapusan

20
BAB V
KESELAMATAN PASIEN DAN STAF
Dalam pengelolaan peralatan rumah sakit dibuat penilaian risiko keselamatan
dan keamanan (Risk Assessment) terhadap staf, pasien dan pengujung dengan
urutan sebgai berikut:

A. Identifikasi Resiko

Dalam mengidentifikasi risiko keselamatan pada proses pengelolaan


peralatan rumah sakit yang lebih beresiko adalah jenis pekerjaan
pemeliharaan, yang meliputi jenis Inspeksi dilakukan setiap satu bulan
sekali oleh teknisi, melakukan testing alat setiap mau menggunakan alat
oleh user atau teknisi, melakukan pemeliharaan preventif minimal
setahun 2 kali, melakukan pemeliharaan korektif/perbaikan dan
melakukan kalibrasi, dari seluruh kegiatan yang dilakukan dalam
maintenance ini penuh dengan resiko keselamatan dan infeksi, baik
untuk staf, pengunjungan, pasien, bahkan pihak diluar rumah sakit.
Resiko-resiko tersebut adalah:
1. Resiko keselamatan bagi pengunjung dan pasien:
a. Terpapar radiasi sinar-x
b. Kerusakan alat pada saat digunakan
c. Ketaidak akuratan alat Kesehatan
2. Resiko Keselamatan Staff (staff Safety)
a. Terpapar Bahan Kimia atau cairan tubuh pasien
b. Terpapar Infeksi terutama air-borne.
c. Terpapar Radiasi Sinar X
d. Tersengatnya arus listrik
e. Tergores dan tertusuk benda tajam
f. Low Back Pain karena proses mengangkat yang tidak tepat.
g. Security hazard dari pasien/pengunjung.

B. Analisa, Evaluasi dan Pengelolaan Resiko

Manajemen resiko adalah pendekatan proaktif untuk mengidentifikasi,


menganalisa, mengevalusai dan mengelola resiko utnuk mengurangi
cedera dan kerugian pada pasien, karyawan rumah sakit, pengunjung
dan organisasi sendiri. Upaya mengurangi resiko tersebut diantaranya
adalah dengan:
1. Selalu ada perlatihan dan sosiaisasi cara menangggulangi resiko.
2. Membuat aturan yang dituangkan dalam Standar Prosedur
Operasional (SPO), yang dapat dipahami Bersama.
3. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)
4. Mengenal, mengetahui dan membuat tanda isyarat.

21
5. Pelatihan kompetensi cara pemeliharaan peralatanrumah sakit
6. Pelatihan Keselamatan Kerja
7. Memastikan kecukupan tenaga
8. Pengadaan material alat kerja yang memadai dan maksimal.
9. Penanaman budaya safety, safety meeting & awareness.
10. Melakukan dengan baik dan tepat preventive maintenance untuk alat
Kesehatan
11. Kalibrasi alat Kesehatan secara teratur sesuai ketentuan.

C. Pengendalian Infeksi (Infection Control)

Pemeliharaan peralatan, sarana prasarana rumah sakit menerapkan


kebijakan dan prosedur pencegahan dan pengendalian infeksi sesuai
dengan kebijakan rumah sakit, dengan selalu berkoordinasi dengan
Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi. Beberapa aktivitas dasar
sehubungan dengan pencegahan dan pengendalian infeksi meliputi:
1. Pembudayaan cuci tangan sesuai ketentuan
2. Penggunaan alat pelindung diri sesuai kebijakan Rumah Sakit.
3. Koordinasi untuk pemakaian B3 yang diperlukan selama
pemeliharaan dan perbaikan alat Kesehatan.

22
BAB VI
PENGENDALIAN MUTU

Dalam upaya pengendalian mutu dilakukan monitoring pelayanan peralatan,


sarana, prasarana rumah sakit sehingga dapat ditetapkan beberapa indicator
baik klinis maupun manajerial sebagai berikut:

Proses Output
Mutu 1. Keberhasilan pengumpulan data Jumlah
kebutuhan peralatan rumah sakit pemeliharaan
2. Keberhasilan penyususnan kajian Peralatan Medik
realisasi pemenuhan kebutuhan spare per bulan
part
3. Keberhasilan membuat kajian kondisi
peralatan
4. Keberhasilan ketetapan pencatatan
utilsasi penggunaan peralatan rumah
sakit
5. Keberhasilan kecepatan waktu
menanggapi kerusakan Alat dan yang
dibutuhkan mulai laporan alat rusak
diterima sampai dengan petugas
melakukan pemeriksaan terhadap alat
rusak untuk tindak lanjut perbaikan,
maksimal 15 menit harus sudah
ditanggapi.
6. Keberhasilan pemenuhan pemeliharaan
dan perbaikan seluruh peralatan,
saranam prasarana rumah sakit
7. Keberhasilan ketetapan waktu kalibrasi
Alat Kesehatan. Dan alat penunjang
lainnya
Monitoring dilakukan dengan mengintegrasikan pengumpulan data dalam
aktivitas sehari-haru, kemudian rekapitulasi dilakukan setiap 3 bulan, dan
dilaporkan setiap enam bulan sekali.

23
BAB VII
PENUTUP

Demikian pedoman Pelayanan Instaklasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit


(IPSRS) ini disusun, semoga pedoman ini dapat memberikan arah dan kendali
bagi pelaksanaan kegiatan pelayanan pemeliharaan sarana dan prasarana di
RSUD Bumiayu Kabupaten Brebes.

Kami sadari pedoman ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan saran
sangat kami harapkan.

PLT. DIREKTUR RSUD BUMIAYU,

SYAFII

24

Anda mungkin juga menyukai