Anda di halaman 1dari 10

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Peta dan Pemetaan

Peta adalah suatu representasi/gambaran unsur-unsur atau kenampakan- kenampakan abstrak


objek-objek yang dipilih dari permukaan bumi, atau yang ada kaitannya dengan permukaan bumi, dan
umumnya digambarkan pada suatu bidang datar yang diperkecil/diskalakan ( International Carto-graphic
Association, 1973).

Pengertian pemetaan secara harfiah menurut kamus besar BahasaIndonesia (1987 : 859) adalah suatu
proses, cara, perbuatan membuat peta,kegiatan pemotretan yang dilakukan melalui udara dimana
dalam kegiatantersebut bertujuan meningkatkan hasil pencitraan yang baik tentang suatudaerah.
( Yusuf, et. al, 1957 : 452). Pengertian lain tentang pemetaan adalah pengelompokkan suatu kumpulan
wilayah yang berkaitan dengan beberapa letak geografis wilayah yang meliputi dataran tinggi,
pegunungan, sumber daya dan potensi pendudukyang berpengaruh terhadap sosial kultural yang
memilki ciri khas khusus dalam penggunaan skala yang tepat. (soekidjo,1994 : 34).

Kegunaan peta antara lain untuk kepentingan pelaporan, peragaan, analisis dan pemahaman dalam
interaksi dari obyek atau kenampakan secara keruangan (Sinaga, 1992). Kegunaan peta atau fungsi peta
yang lain yaitu sebagai alat yang diperlukan dalam proses perencanaan wilayah, alat yang membantu
dalam penelitian, alat peraga untuk proses pembelajaran dikelas dan sebagai media untuk belajar secara
mandiri (Juhadi dan dewi L.S, 2001) Peta mempunyai peranan yang sangat penting bagi manusia
terutama dalam melakukan pengamatan lapangan, laporan penelitian, atau dalam mempelajari berbagai
fenomena yang berkaitan dengan kehidupan manusia.

Data-data yang dapat dibuat peta adalah data-data yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Data
kuantitatif dapat diwujudkan di dalam bentuk diagram atau simbol peta yang mencerminkan nilai atau
jumlah. Sedangkan data kualitatif merupakan suatu data mengenai fenomena-fenomena sosial.

Proses Pemetaan adalah suatu proses untuk menghasilkan suatu peta , yang melalaui beberapa
tahapan kerja .

Tahapan pemetaan pada umumnya terdiri atas tahapan sebagai berikut.

a. Pengumpulan Data.

Pengumpulan data dapat di lakukan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengumpulan secara
langsung yakni di lakukan dengan cara observasi atau pengukuran langsung di lapangan guna
mendapatkan detail alam maupun buatan.

b. Pengolahan Data
Pengolahan data terdiri dari prosese perhitungan dan analisis data lapangan baik secara manual maupun
komputerisasi. Sampai saat ini cara manual masih banyak di pakai, terutama untuk perhitungan yang
sederhana dan tidak kompleks. Dewasa ini pemakaian komputer sudah merupakan bagian integral
dalam pengolahan data, terutama untuk perhitungan dan analisis yang komplek, cara manual sudah
semakin di tinggalkan. Kelebihan lain dari komputer adalah adanya Bank data (Data Base) yang mudah di
cari untuk keperluan up date (pembaharuan) jika suatu saat terdapat revisi.

c. Presentasi

Data yang telah di kumpulkan lalu diolah dan di analisis secara sistematik. Pada tahap selanjutnya adalah
presentasi dalam bentuk peta-peta yang di maksud. Penggambaran seperti halnya pengolahan data
dapat secara manual maupun otomatis. Penggambaran secara manual selain memerlukan waktu yang
lama juga tidak mudah melakukan refisi. Penggunaan plotter ataupun automatic drafting equitment
kemampuan resolousinya sudah sangat tinggi, sehingga tidak kalah hasilnya di bandingkan dengan cara-
cara manual. Selain lebih cepat, juga kemampuannya untuk teknik overlay,menjadikan peta dapat
berfungsi sebagai alat analisis yang memadai.

2.2 Kehutanan

Menurut Helms (1998) hutan merupakan sebuah ekosistem yang dicirikan oleh penutupan pohon-
pohon yang cukup rapat dan luas, sering kali terdiri dari tegakan-tegakan yang beraneka ragam sifat,
seperti: komposisi jenis, struktur, kelas umur, dan proses-proses yang berhubungan; pada umumnya
mencakup: padang rumput,sungai, ikan, dan satwa liar. Hutan mencakup pula bentuk khusus,seperti:
hutan industri, hutan milik non industri, hutan tanaman, hutan publik, hutan lindung, dan hutan kota.
Suatu ekosistem yang bercirikan liputan pohon yang cukup luas, baik yang lebat atau kurang lebat.

2.2.1 Berdasarkan Penekanan pada Status Hukum Menurut Undang-Undang

· UU No. 5 Tahun 1967 Ketentuan-Ketentuan Pokok Kehutanan

Suatu hamparan lapangan bertumbuhan pohon-pohon yang secara keseluruhan merupakan


persekutuan hidup alam hayati beserta alam lingkungannya dan yang ditetapkan oleh Pemerintah
sebagai hutan.

· UU No. 41 Tahun 1999 Kehutanan

Suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi
pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.

STATUS HUKUM LAHAN HUTAN

· Hutan negara (state forest ) berada pada tanah yang tidak dibebani hak atas tanah UU No. 41 Tahun
1999 tentang Kehutanan.

· Hutan hak ( private forest ) berada pada tanah yang dibebani hak atas tanah (UUNo. 41 Tahun 1999
tentang Kehutanan) hutan milik
· Hutan adat (traditional law society forest ) berada pada tanah dalam wilayah masyarakat hukum adat.
Dalam UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan termasuk ke dalam hutan negara.

· Hutan masyarakat (community forest ) hutan yang dimiliki pada umumnya dikelola oleh masyarakat
( community ), yang setiap anggotanya dapat berperanserta dalam pengelolaan dan mendapatkan
manfaat dari hutan tersebut (Helms1998).

· Hutan komunal (communal forest ) hutan yang dimiliki dan umumnya dikelola oleh pemegang
kekuasaan di desa, kota, masyarakat adat, atau pemerintah setempat, yang setiap anggotanya dapat
ikut mendapatkan manfaatnya dan berperan serta dalam pengelolaan, baik melalui penyertaan modal
berupa uang atau barang lain yang diperlukan (Helms 1998).

· Hutan rakyat (social forest ) lahan milik rakyat atau milik adat atau ulayat yang secara terus menerus
diusahakan untuk usaha perhutanan, yaitu jenis kayu-kayuan, baik yang tumbuh secara alami ataupun
buatan (Departemen Kehutanan1990).

2.2.2 Keadaan Tumbuhan Hutan

· Hutan lebat atau hutan hutan rapat (closed forest) : total penutupan tajuk > 10% dari total luas
permukaan tanah (Bruenig 1996).

· Hutan terbuka atau hutan jarang(open forest) : total penutupan tajuk < 10% dari total luas permukaan
tanah (Bruenig 1996).

· Hutan primer ( primary forest, premival forest, pristine forest, virgin forest, oldgrowth fores) : belum
pernah mendapatkan gangguan manusia, atau telah mendapatkan sedikit gangguan yang dampak
kerusakannya tidak cukup berarti,sehingga hutan tersebut, secara alami, mampu kembali kepada
keadaan semula(Bruenig 1996).

· Hutan sekunder (secondary forest) tumbuh melalui suksesi sekunder alami pada lahan hutan yang
telah mengalami gangguan berat (Bruenig 1996).

2.2.3 Asal Hutan atau Cara Hutan Terbentuk

· Hutan alam (natural forest) : disusun oleh pohon asli, tumbuh secara alami ditempat itu, dan memiliki
struktur yang menyerupai atau identik dengan hutan alam primer (Bruenig 1996).

· Hutan tanaman atau hutan buatan (planted forest) dibangun dengan cara penanaman atau dengan
menyebarkan (biji) yang kemudian dimodifikasi dan dimanipulasikan menjadi hutan (Bruenig 1996).

· Hutan terubusan (coppice forest) : berasal dari terubusan, tunas-tunas mekar, atau keduanya, tumbuh
melalui cara-cara vegetatif (Dephut 1990).

· Tegakan hutan tinggi (high forest) berasal dari anakan yang tumbuh secara normal dan memiliki tajuk
yang tinggi dan tertutup (Dephut 1990).
2.2.4 Klasifikasi Fungsi Hutan

Undang-undang no 5 tahun 1967 tentang ketentuan-ketentuan pokok kehutanan pasal 3


menyebutkan bahwasanya berdasarkan fungsinya hutan ditetapkan sebagai hutan lindung, hutan
produksi, hutan suaka, dan hutan untuk wisata.

1. Hutan lindung adalah kawasan hutan yang karena keadaan sifat alamnya diperuntukkan guna
pengaturan tata air, pencegahan bahaya banjir dan erosi, serta pemeliharaan kesuburan tanah.

2. Hutan produksi adalah kawasan hutan untuk memenuhi keperluan masyarakat pada umumnya dan
khususnya untuk pembangunan industri dan ekspor. Pemungutan hasil hutan harus berdasarkan asas
kelestarian hutan.

3. Hutan suaka alam ialah kawasan yang karena sifatnya yang khas diperuntukkan secara khusus untuk
perlindungan hayati.

4. Hutan wisata adalah hutan yang karena sifatnya yang khas diperuntukkan untuk untuk dibina dan
dipelihara guna kepentingan pariwisata.

Menurut keputusan direktur jendral kehutanan No. 143/kpts/DJ/I/74 tanggal 10 oktober 1974
tentang peraturan inventarisasi hutan jati dan 11 peraturan penyusunan rencana pengaturan kelestarian
hutan menyebutkan bahwa klasifikasi fungsi hutan dibedakan atas:

1. Bukan untuk produksi

Kelas hutan ini adalah kawasan hutan yang karena berbagai sebab tidak dapat disediakan untuk
penghasilan kayu jati dan atau hasil hutan yang lainnya. Kelas hutan ini dibedakan menjadi 4 kelas:

a. Lapangan dengan tujuan istimewa (LDTI)

Golongan ini termasuk jalan rel kereta api dan jalan mobil, pekarangan-pekarangan,tempat penimbunan
kayu, lapangan penggembalaan ternak,kuburan yang terletak dikawasan hutan.

b. Hutan suaka alam dan hutan wisata (HS/HW)

hutan suaka alam yaitu hutan yang diperuntukkan untuk perlindungan hayati. Sedangkan hutan wisata
adalah hutan yang digunakan untuk pariwisata.

c. Hutan lindung (HL)

hutan yang diperuntukkan untuk pengaturan tata air, pencegahan banjir dan erosi, serta pemeliharaan
kesuburan tanah.

2. Untuk produksi

a. Untuk produksi kayu jati


Kawasan hutan ini merupakan lapangan untuk menghasilkan kayu jati dan atau hasil hutan yang lainnya.
Kelas hutan ini dibedakan menjadi 2 golongan:

Ø Produktif

kawasan hutan ini adalah kawasan yang ditumbuhi oleh hutan jati yang produktif. Kelas ini dibagi
menjadi 3 kelas yaitu:

a. Kelas umur I – XII (KU)

Semua hutan jati yang memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu kedalam 12 kelas umur. Masing-
masing meliputi 10 tahun.

b. Masak tebang (MT)

Tegakan yang berumur 120 tahun atau lebih dan perkembangannya baik.

c. Miskin riap (MR)

Hutan yang berdasarkan keadaannya tidak memuaskan yaitu tidak ada harapan. Batang dan tajuk pohon
mempunyai banyak cacat.

Ø Tidak produktif

Kawasan hutan yang tidak ditumbuhi dengan hutan jati yang produktif. Kelas hutan ini dibedakan
menjadi 3 kelas yaitu:

a). Lapangan tebang habis masa lampau (LTJL)

Lapangan ini adalah lapangan bekas tebangan yang baru ditanami dalam tahun yang berikutnya. Jika
dalam tahun berikutnya tidak ditanami juga maka lapangan bekas tebang habis dimasukkan dalam kelas
hutan ini.

b). Tanah kosong (TK)

Keadaan lapangan yang gundul atau hampir gundul. Lapangan ini ditanami semak belukar.

c). Hutan jati bertumbuhan kurang (HJBK)

Lapangan yang beertumbuhan jati yang dianggap gagal atau tidak memuaskan hasilnya.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 PEMETAAN DALAM BIDANG KEHUTANAN

Gambar 1

Contoh Hutan Indonesia

Peta adalah penyajian unsur-unsur di muka bumi berupa unsur alam dan atau buatan manusia
dalam format spasial (keruangan) yang memiliki referensi geografis dan digambarkan secara kartografis
pada suatu bidang datar dengan skala tertentu. Peta merupakan alat untuk komunikasi antara pembuat
peta dan pengguna peta, sehingga dalam peta harus disajikan fungsi dan informasi dari objek yang
digambarkan secara optimal. Peta merupakan representasi atau gambaran unsur – unsur atau
kenampakan abstrak yang dipilih dari permukaan bumi atau yang ada kaitannya dengan permukaan
bumi atau benda – benda angkasa, dan umumnya digambarkan pada suatu bidang datar dan atau
diperkecil atau diskalakan.

Peta memiliki banyak manfaat dan digunakan dibanyak disiplin ilmu, salah satu bidang ilmu yang
menggunakan peta adalah dibidang kehutanan, kegunaan peta dibidang kehutanan diantantaranya :

1. Peta tata guna lahan


Peta tata guna lahan bertujuan memberi informasi penggunaan lahan, seperti lahan pertanian, lahan
perkebunan, lahan pemukiman, lahan hutan produksi, lahan tambang dan lainya.

2. Peta batas wilayah hutan

Peta batas wilayah hutan menunjukkan batas – batas wilayah yang menjadi peruntukan hutan tersebut,
baik sebagai hutan produksi, hutan lindung. Peta ini juga untuk menunjukkan batas – batas dari wilayah
hutan dari perusahaan yang memiliki izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu (IUPHHK)

3. Peta penutupan lahan

Peta penutupan lahan bertujuan untuk mengetahui penutupan lahan pada suatu wilayah, yang
selanjutnya digunakan untuk berbagai kebijakan, salah satunya untuk menentukan wilayah yang harus
direhabilitasi hutan dan lahan.

4. Peta daerah aliran sungai

5. Peta daerah konservasi

6. Peta kelas lereng

7. Peta kelas erosi

Pengukuran dan pemetaan hutan terdiri dari dua kegiatan yaitu pengukuran hutan dan pemetaan
hutan. Dua kegiatan tersebut sangat berkaitan. Jika dilihat dari urutannya pengukuran berkaitan dengan
kegiatan hulu sedangkan pemetaan adalah kegiatan hilir. Pemetaan dengan arti lain akan bisa dilakukan
manakala pengukuran telah selesai dilakukan. Kegiatan pengukuran dan pemetaan di kalangan
masyarakat lebih dikenal dengan nama survei dan pemetaan. Pengukuran hutan adalah kegiatan
menentukan titik batas di atas permukaan bumi (tanah atau perairan) dari suatu areal hutan untuk
memisahkan kawasan hutan dengan selain kawasan hutan, atau membagi jenis kawasan hutan yang
memiliki perbedaan fungsi atau peruntukan. Ilmu yang mendasari pengukuran hutan ini adalah ilmu
ukur tanah. Ilmu ukur tanah tersebut merupakan sebagian kecil dari ilmu yang lebih luas yang
dinamakan Ilmu Geodesi.

Pemetaan hutan adalah kegiatan menggambarkan suatu kawasan hutan yang ditransformasikan ke
dalam media datar dan diperkecil yang didasari dengan seni dan teknik kartografi. Ilmu Kartografi sendiri
memiliki definisi sebagai gabungan dari ilmu, seni dan teknik dalam pembuatan (penggambaran) peta
sehingga jelas untuk melakukan pemetaan hutan dasar ilmu yang akan dipelajari adalah Ilmu Kartografi.
Guna mengenal lebih jauh tentang ilmu yang mendasari pemetaan hutan yaitu ilmu ukur tanah dan ilmu
yang mendasari pemetaan hutan yaitu kartografi

Manfaat ilmu ukur tanah dan pemetaan dalam dunia kehutanan yaitu terutama bagi para surveyor
dan peneliti, ilmu ini tentu sangat berguna sebagai alat bantu untuk mengetahui gambaran kawasan
yang akan disurvei atau diteliti serta membantu menentukan lokasi-lokasi yang mungkin akan
ditempatkan petak percobaan, lokasi penelitian, rute jalan, base camp dan lain-lain. Membantu untuk
menuju lokasi atau letak tempat-tempat yang akan dituju. Sebagai alat untuk memasukan data yang
dijumpai di lapangan. Untuk data-data yang terkait dengan keruangan, seperti lokasi temuan spesies,
lokasi kawasan yang terganggu sangat membantu apabila datanya langsung dimasukan kedalam peta.
Sebagai alat untuk melaporkan hasil penelitian atau survey.

pemetaan dalam hutan juga bertujuan untuk mengukur luasan tanah untuk dibatasi sebagai batas
hutan lindung, batas hutan produksi, juga untuk menentukan tempat yang di rehabilitasi hutannya ,
untuk tujuan konservasi sangat berkaitan erat dengan peta tataguna lahan, terutama dalam pengaturan
ruang dimana suatau komunitas berada. Dengan peta dapat diajukan sebuah usulan perbaikan dalam
pengaturan, khususnya untuk menjaga keseimbangan alam dan keberlanjutan daya dukung alam bagi
kelangsungan hidup mahluk hidup disekitarnya.

Dilihat dari manfaat peta dibidang kehutanan seperti yang dijelaskan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa peta menjadi barang yang sangat penting untuk dimiliki oleh bidang kehutanan.
Untuk itu Departemen Kehutanan (Dephut) telah bekerjasama dengan Badan Koordinasi Survey dan
Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) guna memenuhi kebutuhan data dan informasi sumber daya hutan
yang berkualitas yakni data dan informasi yang akurat, terbaru, lengkap, konsisten dan terpadu.
Kesepakatan itu tertera lewat nota kesepahaman Nomor OT.02/62.KA/IX/2003 pada tanggal 11
September 2003. Sebagai tindak lanjut nota kesepahaman tersebut telah berhasil disusun Peta Dasar
Tematik Kehutanan secara nasional pada skala 1 : 250.000, dengan memanfaatkan teknologi Remote
Sensing (citra landsat 7 ETM+, SRTM), Geographic Information System (GIS) dan GPS. Kini Peta Dasar
Tematik tersebut telah dikoreksi dan diverifikasi serta telah dinyatakan layak untuk dasar pemetaan
pada skala 1 : 250.000 oleh Bakosurtanal.

Peta Dasar Tematik Kehutanan dimaksud akan digunakan sebagai satu-satunya acuan atau kerangka
dasar yang harus digunakan untuk seluruh pemetaan tematik kehutanan pada skala 1 : 250.000,
sehingga kedepan akan terwujud Basis Data Spasial Kehutanan yang handal dalam mendukung
Pengelolaan Hutan Lestari. Disamping itu Peta Dasar Tematik Kehutanan itu juga mendorong peran serta
aktif Dephut dalam pembangunan infrastruktur Data Spasial Nasional yang telah dirintis oleh
Bakosurtanal. Untuk meningkatkan kerjasama dalam penyediaan data dan informasi penginderaan jarak
jauh (inderaja) dengan LAPAN (Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional), Departemen Kehutanan
sedang mempersiapkan Nota Kesepahaman Pemanfaatan Teknologi Penginderaan Jarak Jauh Satelit
untuk Bidang Kehutanan.

MoU tersebut mempunyai arti penting guna memantapkan kerjasama Dephut - LAPAN yang telah
berjalan sejak tahun 1989 melalui proyek NFI (National Forest Inventory). Sampai saat ini Antara Dephut
dan LAPAN telah berjalan kerjasama metodologi pemanfaatan data MODIS (skala peta 1 : 1000.000)
untuk pemantauan SDH secara periodik (setiap 3 - 6 bulan), pemanfaatan data landsat dan atau SPOT4
(skala 1 : 250.000) untuk pemetaan setiap 3 tahun, pemetaan 3 dimensi, mitigasi bencana dengan data
citra multi resolusi, serta penjajagan pemanfaatan data resolusi tinggi dan sangat tinggi (IKONOS,
QuickBird, SPOT5, EROS, dsb).
3.2 LEGENDA PETA KEHUTANAN

Untuk menyajikan data atau informasi dalam bentuk simbol dan notasi dibidang Kehutanan maka
digunakan Legenda Peta Kehutanan.

Legenda Peta Kehutanan memuat keterangan simbol tentang :

· Informasi dasar, baik alam maupun buatan seperti : permukiman (kota provinsi, kota kabupaten,
kampung), Perairan (sungai, danau dll), Perhubungan (Jalan umum, jalan angkutan kayu , jalan kereta,
jalan lori, dll), Relief dan titik pasti (garis kontur, garis bentuk lapangan, gunung, titik tinggi, titik
trianggulasi, titik dopler, titik GPS dll), dan Batas wilayah administrasi pemerintahan (batas provinsi,
kabupaten,dan kecamatan).

2. Informasi tematik kehutanan, seperti Fungsi kawasan hutan (Hutan Suaka Alam dan Wisata , Hutan
Lindung, Hutan Produksi Terbatas, Hutan Produksi, Hutan Produksi yang Dapat Dikonversi), Penutupan
Lahan (Hutan primer, bekas tebangan , semak, belukar dll), Kelas Lereng (datar, landai, agak curam,
curam, sangat curam), Batas Pemanfaatan dan Penggunaan kawasan hutan (yang belum ditata batas
dan sudah ditata batas), Batas KPH, Batas DAS dan Batas zonasi Taman Nasional.

Apabila ada unsur yang akan disajikan tetapi belum tercantum dalam legenda

dimaksud, dapat dibuat simbol atau anotasi tersendiri dengan ketentuan sbb :

1. Simbol vegetasi, pada prinsipnya dapat dibuat dengan ketentuan sebagai berikut:

a. bentuk cukup besar maka simbolnya dibuat menyerupai vegetasi/pohon;

b. bentuknya kecil maka simbol yang dibuat dapat menyerupai buah atau bijinya.

2. Simbol yang merupakan obyek seperti kebun/perkebunan dapat dibuat berupa anotasi (Pkb -X),
dimana X adalah singkatan nama vegetasi ybs.

3. Simbol lainnya, dibuat dengan simbol yang menyerupai wujudnya (spesifik).

Bidang kehutanan sangat erat hubungannya dengan data spasial maka peta menjadi suatu barang yang
harus didalami oleh seorang ahli kehutanan. Hutan yang ada di Indonesia harus ditentukan kawasannya,
apabila tidak maka berbagai kasus perambahan hutan akan marak terjadi.

Batas-batas hutan pun harus jelas agar tidak terjadi konflik antar berbagai pemangku kepentingan.
Apabila terjadi kebakaran hutan, seorang ahli kehutanan haruslah bisa menentukan dari lokasi mana
titik api berasal. Perencanaan hutan pun membutuhkan data spasial, seperti luas lahan, kawasan yang
bisa ditanami, kawasan yang harus dilindungi, dan lain sebagainya.

Berbagai alasan tersebut maka seorang ahli kehutanan haruslah mengerti bagaimana memahami peta
(map), bahkan harus bisa membuatnya, baik secara digital atau konvensional
Tabel 2

Kerincian Kelas Unsur dan Simbolisasi Kawasan Lindung

BAB V

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Berdasarakan hasil pengkajian mengenai perpetaan dalam bidang kehutanan maka di simpulkan:

· Peta kehutanan merupakan peta tematik atau peta pendukung dalam perencanaan sebuah wilayah.

· Perpeta berfungsi dalam bidang kehutanan untuk menemtukan lokasi penelitian, mengetahui
kerusakan yang terjadi, jenis-jenis hutan, sebagai data penlitian, untuk mengukur luas dan batasan-
batasan lahan hutan.

· Peta kehutanan memiliki simbol-simbol tersendiri yang berupa informasi dasar an informasi tematik
agar memudahkan semua orang untuk membaca peta tersebut

Anda mungkin juga menyukai