Anda di halaman 1dari 15

BAB III

LANDASAN.TEORI

A. Praktik Kerja Lapangan (PKL)


Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan secara tidak langsung akan memberikan
pengetahuan dan pengalaman dalam bekerja. Pengalaman yang diperoleh saat
melaksanakan praktik industri, selain mempelajari bagaimana cara
mendapatkan pekerjaan, juga belajar bagaimana memiliki pekerjaan yang
relevan dengan bakat dan minat yang dimiliki oleh siswa tersebut.

Praktik kerja lapangan menurut Oemar Hambalik (2001: 21) adalah Praktik
kerja lapangan atau di sekolah sering disebut dengan on the job training
merupakan model pelatihan yang bertujuan untuk memberikan kecakapan yang
diperlukan dalam pekerjaan tertentu sesuai dengan tuntutan kemampuan bagi
pekerja. Hal ini sangat berguna sekali bagi para siswa untuk dapat beradaptasi
dan siap terjun ke dunia kerja, sehingga di dalam bekerja nantinya dapat sesuai
dengan tuntutan dunia kerja.

Praktik kerja lapangan merupakan kegiatan yang dulunya disebut dengan


pendidikan sistem ganda yaitu pendidikan dan pelatihan yang dilakukan di
sekolah, di praktikkan di dunia industri, sehingga akan terjadi kesesuaian antara
kemampuan yang diperoleh di sekolah dengan tuntutan di dunia industri
(Minarti dan Usaman 2009: 108).

Wardiman Djojonegoro (1998: 79) PKL adalah suatu bentuk penyelenggaraan


pendidikan dan pelatihan keahlian kejuruan yang memadukan secara sistematik
dan sinkron program pendidikan di sekolah dan program penguasaan keahlian
yang diperoleh melalui bekerja di dunia kerja, terarah untuk mencapai suatu
tingkat keahlian profesional tertentu.

7
8

Dalam hal ini ada dua belah pihak yaitu lembaga pendidikan dan pelatihan, dan
lapangan kerja (industri/perusahaan/instansi tertentu) yang secara bersama-
sama menyelengarakan suatu program pendidikan dan pelatihan kejuruan.
Kedua belah pihak ini, secara sungguh-sungguh terlibat dan bertanggung jawab
dari tahap perencanaan program, tahap penyelenggaraan, sampai tahap
penilaian dan penentuan kelulusan peserta didik, serta upaya pemasaran
tamatannya.

B. Sistem Rem
Brake system atau sistem pengereman berfungsi mengendalikan kecepatan laju
kendaraan dengan menerapkan sistem mekanik. Sistem pengereman ini
merupakan bagian yang sangat penting dalam kendaraan. Dalam proses
kerjanya, sistem ini melibatkan banyak komponen.
1. sistem rem Tromol
Secara umum, ada dua jenis sistem pengereman, yakni sistem rem cakram
dan Rem tromol. Tapi yang akan dibahas disini yaitu rem tromol. Sistem
rem tromol bekerja melalui sepasang brake shoes (sepatu rem) yang
menekan bagian dalam brake drum (tromol rem) sehingga menghasilkan
gaya gesek untuk memperlambat dan menghentikan putaran roda.

2. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Rem Tromol


Kelebihannya:
a. Sistem perangkatnya tertutup sehingga kotoran tidak mudah menempel
pada rem tersebut.
b. Rem Tromol dapat bertahan lebih lama karena rem tromol memiliki luas
kontak gesekan yang lebih besar daripada rem cakram.

Kekurangannya:

a. Sistem rem yang kurang presisi.


b. Pemanasan yang berlebihan dapat terjadi karena pengereman yang berat
yang kemudian dapat menyebabkan terdistorsinya tromol.
9

3. Cara Kerja Sistem Rem Tromol


Rem tromol bekerja dengan prinsip gesekan. Gesekan ini akan mengubah
energi putar pada tromol rem menjadi energi panas. Sehingga putaran roda
akan berhenti dan temperature sekitar rem akan meningkat.

Arah gerakan rem tromol itu saling menjauhi, artinya saat rem ditekan maka
dua buah kampas rem akan bergerak ke arah luar (saling menjauhi).
Gerakan tersebut akan membuat kampas rem menekan permukaan dalam
tromol rem. Sehingga terjadilah gesekan yang akan menghentikan putaran
tromol dan roda.

Gambar 3.1 Cara Kerja Rem Tromol

4. Komponen-komponen Rem Tromol


a. Brake Drum
Brake drum merupakan komponen pada bagian rem tromol yang
memiliki tekstur kerasa karena memiliki bahan dasar baja tuang.
Komponen ini berbentuk seperti drum atau tabung. Komponen ini
berfungsi sebagai media gesekan kampas rem ketika pengereman
terjadi. Komponen ini terletak pada bagian tengah roda kendaraan.
10

Tromol atau brake drum terbuat dari bahan dasar yang tahan terhadap
hawa panas.

Gambar 3.2Brake Drum

b. Brake Lining
Brake lining merupakan salah satu komponen pada rem tromol yang
memiliki fungsi sebagai media bergeseknya tromol rem. Selama
pengereman terjadi, kampas rem semakin lama semakin menipis. Oleh
karena itu kita harus melakukan cek secara berkala.

Gambar 3.3 Brake Lining


11

c. Brake Shoe
Brake shoe atau yang bisa dibilang dengan sepatu rem berguna sebagai
tempat kampas. Kampas pada rem tromol berbeda dengan kampas pada
piringan. Kampas tromol memiliki bentuk yang persegi panjang dan
sedikit melengkung. Brake shoe pada umumnya dapat dibeli beserta
dengan kampasnya. Sehingga apabila kampas menipis dan harus
diganti, penggantiannya juga dilakukan beserta brake shoe.

Gambar 3.4 Brake shoe

d. Brake Cam Lever


Ketika tuas rem ditarik atau ditekan, brake cam lever akan menggerakan
sepatu rem sehingga rem tromol ikut tertekan. Komponen ini akan
bekerja melalui brake cam yang dimana bagian ujungnya saling
terhubung.

Gambar 3.5 Brake Cam Lever


12

e. Brake Cam
Komponen ini memiliki fungsi sebagai penahan brake shoe ketika tuas
ditekan yang terletak pada bagian ujung brake cam lever.

Gambar 3.6 Brake Cam

f. Return Spring
Komponen selanjutnya dari rem tromol adalah return spring. Komponen
ini memiliki fungsi untuk mengembalikan posisi brake shoe setelah
pengereman terjadi. Komponen ini terletak di antara kedua sepatu rem
dalam sistem rem tromol.

Gambar 3. 7 Return Spring


13

g. Tuas Penghubung
Komponen berikutnya adalah tuas penghubung, yang merupakan
komponen yang terletak di luar sistem. Memiliki bentuk seperti
batangan besi yang menghubungkan tuas penggerak dengan pedal rem.

Gambar 3.8 Tuas Penghubung

h. Anchor Pin
Anchor pin pada rem tromol memiliki fungsi untuk center sepatu rem.
Komponen ini memiliki letak di bagian pangkal brake shoe. Anchor pin
akan menjaga sepatu rem agar gerakan membuka menutupnya berjalan
dengan lancar.

Gambar 3.8 Anchor Pin


14

i. Tuas / Pedal Rem


Tentu saja rem tromol membutuhkan tuas atau pedal rem untuk
membantu pengendara melakukan pengereman. Pedal rem ada dua
macam, yaitu pedal injak pada motor bebek dan pedal rem pada motor
matic.

Gambar 3.9 Tuas /Pedal Rem

C. Pengereman Hidrolik
1. Rem hidrolik
Rem hidrolik adalah system pengereman yang mengandalkan tekanan
fluida, biasanya minyak rem, untuk menghentikan atau melambatkan
gerakan kendaraan. System ini umum digunakan dalam berbagai jenis
kendaraan, termasuk mobil, motor, dan sepeda.

Prinsip kerjanya sederhana : ketika pengendara menekan tuas rem, tekanan


ditransfer ke master silinder yang berisi minyak rem. Tekanan ini lalu
menggerakan fluida melalui selang rem ke caliper rem.

2. Fungsi Rem Hidrolik


Rem berfungsi untuk mengurangi kecepatan kendaraan atau menghentikan
kendaraan melalui mekanisme gesekan antara komponen rem dengan roda
yang berputar.
15

3. Kelebihan dan Kekurangan Rem Hidrolik


a. Kelebihan Rem Hidrolik
Tidak mengalami pemuaian karena rem hidrolik menggunakan fluida
bukan kabel kawat. Tidak menimbulkan bunyi atau suara yang
mengganggu saat melakukan pengereman. Daya pengereman menjadi
lebih maksimal.

b. Kekurangan Rem Hidrolik


Komponen yang digunakan pada rem hidrolik lebih komplek. Apabila
terjadi kebocoran pada fluida bisa merusak komponen lain karena
memiliki sifat asam. Proses kerja rem hidrolik berbeda dari system
pengereman mekanik yang menggunakan kawat. Pada sistem hidrolik,
model tuas rem yang digukan berbeda dengan sistem pengereman
mekanik.

c. Komponen-Komponen Rem Hidrolik


1) Piringan Cakram (Disc)
Disc adalah komponen dari rem hidrolik yang terbuat dari besi
tuang. Fungsinya adalah untuk menerima gesekan dari brake pad
saat pengereman dilakukan. Komponen ini dihubungkan dengan
roda yang berputar melalui sambungan baut. Sehingga disc ikut
berputar.
2) Master Silinder
Master silinder bertugas mengubah gerak tuas rem ke dalam tekanan
hidraulis terhadap piston. Komponen ini bekerja dengan cara
memompakan fluida dari reservoir ke caliper rem melalui selang
rem. Bagian-bagian yang terdalam dalam master silinder antara lain
reservoir tank untuk isi minyak rem, piston, silinder dan handle
untuk memberikan tekanan minyak rem.
16

3) Kaliper Rem
Komponen selanjutnya pada rem hidrolik motor adalah kaliper rem.
Bagian ini berguna untuk menerima dan meneruskan gaya
pengereman dari minyak rem untuk memberikan tekanan pada
sepatu rem. Pada kaliper rem juga terdapat piston yang berfungsi
menerima tekanan dari minyak rem dan akan bergerak maju-keluar
untuk menekan sepatu rem.
4) Kampas Rem (brake pad)
Brake pad berperan penting dalam sistem pengereman. Letaknya
melekat pada kampas rem atau bahan friksi yang bersinggungan
langsung dengan disk serta menerima gaya tekan dari kaliper rem.
5) Pipa atau Selang Rem
Saluran ini berfungsi menyalurkan tekanan hidrolik fluida dari
master silinder ke kaliper.
6) Minyak Rem
Minyak rem merupakan fluida yang berfungsi sebagai media
penerus gaya pengereman dalam bentuk tekanan hidraulik ke brake
piston pada kaliper.

D. Sistem Tranmisi Otomatis (CVT)


a. Pengertian Continous Variable Transmission (CVT)
CVT adalah sistem pemindahan daya dari mesin menuju ban belakang
menggunakan sabuk yang menghubungkan antara drive pulley dengan
driven pulley menggunakan prinsip gaya gesek. Pengoperasiannya
dilakukan secara otomatis dengan memanfaatkan gaya sentrifugal. Tidak
seperti kopling manual, CVT tidak memakai gearbox yang berisi
serangkaian roda gigi maka CVT tidak memiliki pengunci gigi untuk
menentukan rasio gear yang dipakai. Fungsi dari CVT adalah untuk
memudahkan pengendara motor dalam mengatur kecepatan karena
pengendara tidak mengoperasikan transmisi dalam pengaturan
kecepatannya..
17

b. Cara Kerja Sistem Transmisi Otomatis (CVT)


Sistem transmisi merupakan bagian komponen mesin sepeda motor yang
berfungsi sebagai pemindah tenaga dan mesin ke roda belakang. Sepeda
motor matik menggunakan sistem transmisi otomatis, yaitu tenaga dari
poros engkol diteruskan ke roda belakang lewat bantuan dua pulley yang
dihubungkan dengan drive belt. Pada sistem transmisi otomatis tidak
diperlukan adanya pemindah gigi (persneling) seperti pada sepeda motor
umumnya.
Teknologi yang digunakan pada sistem transmisi otomatis dikenal dengan
sebutan CVT. Pada teknologi ini, tenaga dari mesin dapat tersalurkan
dengan sempurna ke roda belakang dengan menyesuaikan perubahan 8
kecepatan dan perubahan torsi kendaraan, tentunya dengan rasio yang
sangat tepat, sehingga percepatan yang dihasilkan lebih konstan dan bebas
hentakan. Transmisi CVT disalurkan melalui sabuk yang disebut drive belt.
Sabuk drive belt terbuat dari campuran serat dan bahan kimia dengan karet
khusus yang mempunyai daya tahan tinggi, awet, dan efisien.

c. Komponen-Komponen Transmisi Otomatis (CVT)


1. Primary sheave
Disebut juga pulley primer, yaitu komponen CVT yang menyatu
dengan poros engkol (crankshaft). Pulley primer bekerja akibat adanya
putaran putaran dari mesin melalui poros engkol. Ketika putaran mesin
meningkat, weight roller akan tertekan keatas oleh slide piece yang
terletak pada ramp plate. Akibat gaya sentrifugal, weight roller akan
menekan movable drive face, sehigga celah kedua pulley menyempit.
Hal ini mengakibatkan perubahan diameter drive belt.
2. Pinion Starter
Pinion starter adalah type dinamo konvensional yang masih
menggunakan sliding-gear starter-type system, masih menggunakan
dinamo starter sehingga dapat menimbulkan hentakan suara kasar pada
18

saat menghidupkan mesin. Pada sliding-gear starter-type system


terdapat dua buah gear berukuran kecil dan besar yang harus
bergesekan satu sama lain untuk menggerakan piston.
3. Gigi ratchet starter
Gigi ratchet starter adalah komponen yang akan menjepit face drive
yang akan berhubungan dengan pinion gear saat starter awal. Dan gigi
racthet starter sebagai penerus starter awal saat manual
starter/kickstarter, karena pada tutup CVT atau cover CVT yaitu
komponen gear komp, akan berhubungan dengan gigi racthet starter
pada crankshaft.
4. Fin drive face
Fin drive face adalah plat tipis bentuknya menyerupai kipas yang
berputar dengan menempel drive pulley face dan dikunci dengan mur
drive pulley face, tujuannya adalah membantu proses pendinginan pada
ruang
5. Drive Pulley Face
Drive pulley face adalah bagian dari pulley primer yang tidak bergerak,
berfungsi sebagai penahan drive belt. Drive pully face yang berbentuk
piringan dan bagian sisi atasnya berbentuk gigi yang terhubung dengan
starter pinion saat awal mesin di hidupkan.
6. V-belt
Disebut V-belt karena memiliki potongan seperti huruf v, V-belt terbuat
dari canvas, rubber dan cord, V-belt banyak digunakan untuk
memindah beban antara pulley yang berjarak pendek. Gaya jepit
ditimbulkan oleh bentuk alur v. Gaya tarik atau load yang lebih besar
menghasilkan gaya jepit yang kuat.
7. Boss Movable Drive Face
Boss movable drive face komponen ini berfungsi sebagai poros dinding
dalam pulley agar dinding dalam dapat bergerak mulus sewaktu
bergeser.
19

8. Ramp Plate
Ramp plate adalah komponen yang berfungsi untuk tempat slide piece
dan berfungsi juga untuk menahan gerakan dinding dalam agar dapat
bergeser ke arah luar sewaktu terdorong oleh roller.
9. Slide Piece
Slide piece adalah komponen yang berfungsi menggerakan weight
roller untuk mendorong movable drive face. Pada putaran yang tinggi,
slide piece akan mendorong weight roller ke bagian atas movable drive
face, sehingga slide piece menggerakan drive belt
10. Weight Roller
Disebut juga roller yang berfungsi sebagai pendorog movable drive
face. Roller bekerja akibat adanya putaran yang tinggi dan adanya gaya
sentrifugal, sehingga slide piece mendorong roller dan menekan
movable drive face. Roller adalah bagian paling umum dalam tuning
skuter matik. Secara umum roller berpengaruh terhadap akselerasi.
Roller pada skuter matik berjumlah 6 buah dan terletak di dalam pulley
atau sering disebut rumah roller (movable drive face)
11. Secondary sheave
Disebut juga pulley sekunder, bekerja dengan meneruskan putaran
mesin dari pulley primer yang dihubungkan oleh drive belt ke bagian
gigi reduksi (roda belakang). Pada situasi normal pegas yang melekat
pada poros akan 19 menekan movable driven face, sehingga diameter
drive belt membesar. Namun pada saat putaran tinggi drive belt
menekan movable driven face yang ditahan oleh pegas, sehingga
diameter drive belt mengecil. Berikut ini komponen yang menyusun
pulley sekunder.
a) Outer Clutch
Outer clutch disebut juga rumah kopling, berfungsi meneruskan
putaran ke primary drive gear shaft (poros roda belakang). Apabila
mesin membutuhkan torsi yang lebih atau bertemu jalan yang
menanjak maka beban di roda belakang meningkat dan
20

kecepatannya menurun. Dalam kondisi seperti ini posisi belt akan


kembali seperti semula, pada keadaan diam. Driven pulley akan
membuka sehingga dudukan belt membesar, sehingga kecepatan
turun saat inilah torsi ramp plate bekerja.
b) Clutch carier
Cluth carier disebut juga sepatu kopling, berfungsi meneruskan
dan memutuskan putaran ke poros roda belakang sesuai dengan
tinggi rendahnya putaran. Putaran yang tinggi akan menyebabkan
sepatu kopling terlempar dan menempel pada rumah kopling (gaya
sentrifugal).
c) Movable Driven Face
Movable driven face sama seperti pulley primer movable driven
face pada puli sekunder berbentuk piringan yang bergerak atau
bergeser menekan drive belt.
d) Driven Face
Driven face adalah piringan yang berfungsi menahan drive belt.
e) Pegas Driven Face
Pegas driven face merupakan pegas yang berfungsi mendorong
movable driven face.
f) Pin Roller Guide
Pin roller guide adalah sejenis pasak yang berfungsi menahan torsi.
Pin roller guide yaitu dua komponen yang berpasangan yang
bekerja sama dengan adanya roller guide mengurangi gesekan pada
pin guide bekerja otomatis dengan menekan movable driven face,
gaya putar diperlukan, misalnya saat kondisi jalan menanjak atau
penambahan akselerasi.

d. Kekurangan dan Kelebihan CVT


1. Kelebihan CVT
a) Lebih mudah dalam mengatur kecepatan yang dibutuhkan
pengendara.
21

b) Perjalanan dengan perpindahan gigi menjadi lebih halus dengan


perpindahan gigi yang halus.
c) Ramah lingkungan karena lebih sedikit power loss yang dihasilkan
oleh transmisi CVT
d) Tidak perlu rpm tinggi untuk menghentak ketika melakukan
transmisi

2. Kekurangan CVT
a) Perawatan yang lebih mahal jika dibandingkan dengan jenis
manusal.
b) Hanya cocok digunakan dengan intensitas rendah. Pasalnya,
kendaraan dengan sistem CVT tidak perlu memiliki torsi yang
besar. Oleh karena itu power mobil CVT tidak lebih baik.
c) Tidak dapat melakukan akselerasi tinggi.
d) Tidak memiliki banyak bengkel CVT. Hal ini dapat menyebabkan
kendaraan yang memiliki transmisi CVT nantinya akan kesulitan
menemukan bengkel yang cocok. Pasalnya, bengkel yang mampu
menangani CVT masih sangat sedikit.

….

Anda mungkin juga menyukai