Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PERAN BIMBINGAN KONSELING ANAK DISLEKSIA

Disusun oleh :
Eem Sulaemah Mathar

Dosen Pengampu : -

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA MADIUN
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Alhamdulillah, puji dan syukur tidak lupa kita panjatkan kehadirat Allah
SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya kami dapat menyusun makalah ini
dengan segala kemampuan dan keterbatasan yang kami miliki. Materi makalah
yang kali ini kami akan sampaikan ialah berjudul “PERAN BIMBINGAN
KONSELING ANAK DISLEKSIA”.
Dalam penulisan makalah ini kami mendapat bantuan dari berbagai pihak,
baik itu dari dosen mata kuliah dan teman-teman sekalian, karenanya kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah turut andil
dalam penulisan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu kami berharap pembaca dapat memberikan kritik dan
saran yang bersifat membangun, agar dalam penyusunan makalah berikutnya
kami dapat lebih baik lagi.
Akhir kata, semoga makalah kami ini dapat bermanfaat dan berguna bagi
para pembaca. Terima kasih dan selamat membaca.

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………………. 2


Daftar Isi ……………………………………………………… 3
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang …………………………………………… 4
B. Rumusan Masalah ……………………………………….. 5
C. Tujuan Pembahasan ……………………………………… 5
Bab II Pembahasan
A. Pengertian Disleksia ……………………………………… 6
B. Karakteristik Anak Disleksia ……………………………. 8
C. Penyebab Anak Disleksia ……………………………….... 9
D. Klasifikasi Anak Disleksia ……………………………….. 10
E. Terapi Anak Disleksia ……………………………………. 14
F. Peran Bimbingan Konseling Terhadap Anak Disleksia …18
Bab III Penutup
A. Kesimpulan …………………………………………..…. 22
B. Saran …………………………………………………….. 22
Daftar Pustaka ……………………………………………….. 23
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesulitan belajar pada umumnya dari kesulitan belajar spesifik
khususnya pada anak merupakan masalah, baik di sekolah maupun di
lingkungan sosialnya. Bila tidak ditangani dapat merupakan masalah seumur
hidupnya. Salah satu dari kesulitan belajar spesifik yang mendapat perhatian
adalah kesulitan membaca atau disleksia, karena kemampun membaca
merupakan dasar atau fondasi untuk memperoleh kepandaian skolastik lainnya
(Rapin, 1993). Frank Wood (1993) bahkan menyatakan dalam penelitian
epidemiologisnya, kesulitan membaca merupakan lebih dari 90% dari kelainan
non-psikiatris pada anak – anak sekolah. Pada anak-anak disebut disleksia
perkembangan karena terjadinya pada masa perkembangan anak.
Disleksia perkembangan merupakan salah satu gangguan
perkembangan fungsi otak yang terjadi sepanjang rentang hidup
(developmental disorders across the life span). Tidak jarang anak-anak yang
mengalami disleksia terutama yang ringan dianggap atau “dicap” sebagai anak
yang bodoh, malas, kurang berusaha, ceroboh, sehingga timbul rasa rendah
diri, kurang percaya diri dan mengalami gangguan emosional sekunder.
Padahal tidak jarang penyandang disleksia mempunyai intelingensi yang tinggi
seperti antara lain Nelson Rockefeller, Albert Einstein, Churchiil yang
disebut Gifted dyslexics.
Negara-negara yang sudah berkembang membenuk asosiasi
disleksia dan “dyslexia centres” untuk esesmen dan penanganan penyandang
desleksia. Di Singapura misalnya didirikan DAS-Dyslexia Association
Singapore Learning Centre (The Straits Time, 28 march 1994).
Di Indonesia kesulitan membaca atau disleksia pada umumnya
sudah dikenal, namun jenis atau tipe disleksia masih kurang dikenal sehingga
program penanganan yang diberikan kurang terstruktur, komprehensif, dan
mendalam yang menyebabkan hasil kurang optimal.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Disleksia ?
2. Apa saja ciri-ciri anak Disleksia ?
3. Apa penyebab anak Disleksia ?
4. Apa saja macam/ tipe Disleksia ?
5. Apa saja terapi untuk anak Disleksia ?

C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui pengertian dan latar belakang terjadinya kesulitan belajar
khususnya Disleksia.
2. Mengetahui ciri, penyebab, dan macam-macam anak Disleksia.
3. Menjelaskan peran penting orang tua terhadap perkembangan anaknya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN DISLEKSIA (Dyslexia)


Dyslexia berasal dari kata yunani (Greek), “dys” berarti kesulitan, “lexis”
berarti kata-kata. Disleksia merupakan kesulitan belajar yang primer
berkaitan dengan masalah bahasa tulisan seperti membaca, menulis, mengeja,
dan pada beberapa kasus kesulitan dengan angka, karena adanya kelainan
neurologis yang kompleks -kelainan struktur dan fungsi otak. (Abigail
Masrhall, 2004).
Dapat pula merupakan kelainan bawaan (constitutional in
origin),keturunan (genetic). Bila salah satu dari kembar identik mengalami
disleksia, maka 85 hingga 100 persen kemungkinan anak kembar yang lain
mengalami disleksia pula. Bila salah satu orang tua mengalami disleksia,
sekitar 25-50% dari anaknya dapat mengalami disleksia pula.
Secara garis besar Disleksia adalah kondisi ketika perbedaan kerja otak
yang membuat seorang individu dengan disleksia memproses informasi yang
diterima dari otak dengan cara yang berbeda. Akibatnya, orang dengan
disleksia mengalami kesulitan memproses informasi. Perbedaan tersebut
membuat dirinya harus berusaha lebih keras dalam mengerjakan tugas seperti
membaca dan menulis, yang mengakibatkan disabilitas pada area tersebut.
Maka dengan kata lain, disleksia merupakan gangguan membaca dan
mengeja. Anak-anak yang tidak mengalami disleksia mengembangkan bahasa
ketika mereka mengembangkan kemampuan kognitif lainnya, dengan secara
aktif mencoba mengerti apa yang mereka dengar, melihat pola-pola, dan
membuat aturan untuk menyatukan potongan-potongan bahasa yang rumit.
Namun, hal ini tidak berlaku pada anak disleksia. Gangguan disleksia tidak
akan berdiri sendiri, karena adanya disleksia juga akan memengaruhi
keterampilan lainnya, seperti gangguang menulis (disgrafia), dan gangguan
berhitung (diskalkulia).
Biasanya pada anak disleksia ada tiga tanda pokok yang perlu diamati
yang bias menjadi acuan apakah anak itu mengalami disleksia atau tidak, di
antaranya sebagai berikut :
1. Tidak bisa membedakan huruf (susah membedakan huruf yang mirip,
contoh : huruf b dan huruf d)
2. Tidak bisa mengeja (biasanya mereka mengeja secara terbalik,
contoh : ubi dibaca ibu)
3. Tidak paham tentang bacaan (mereka tidak mampu menjelaskan yang
mereka baca, akibatnya mereka susah konsentrasi, maka mereka
lebih suka bermain dan sering mengganggu temannya)
Kadang karena kurangnya pemahaman orang tentang disleksia, orang akan
menilai anak disleksia seperti anak keterbelakangan mental, padahal
sebenarnya justru mereka anak yang cerdas pada kemampuan lainnya.
Misalnya, kemampuan bersosialisasi dan kemampuan dalam menyelesaikan
masalah. Karena disleksia sendiri tidak disebabkan oleh tingkat kecerdasan
anak yang rendah. Cuma mereka dalam membaca dan menulis dibawah anak-
anak pada umumnya.

B. KARAKTERISTIK ANAK DISLEKSIA


Disleksia sering dikait-kaitkan dengan ADHD (Attention Deficit
Hyperactivity Disorder) sebab sebesar 15% penderita disleksia ternyata juga
merupakan penderita ADHD, dan sekitar 35% dari penderita ADHD
merupakan anak dengan disleksia. Penderita disleksia memilki beberapa
karakteristik. Karakteristik tersebut adalah:
1. Karakteristik Penderita Disleksia dalam Mengeja
 Susah membedakan huruf, terutama yang memiliki bentuk dan
bunyi yang hampir sama, seperti “p”, “b”, “d”, dan “g” atau “f”
dan “s” misalnya.
 Kesulitan mengingat dan melafalkan bunyi yang dibentuk dari
setiap komponen vokal.
 Kesulitan bila diminta mengeja tulisan secara terbalik (dari
belakang ke depan).
2. Karakteristik Penderita Disleksia dalam Membaca
 Kesulitan membaca kata secara terpisah.
 Kesulitan membaca kata-kata yang jarang digunakan, baik
secara terpisah maupun dalam sebuah teks.
 Tidak lancar membaca, hal ini ditandai dengan kecepatan
membaca yang lambat, kesulitan memahami isi bacaan (tidak
akurat), serta kesulitan ketika diminta membaca keras (reading
aloud).
 Penderita disleksia juga biasanya membaca suatu kalimat
dengan acak, seperti misalnya “saya hendak pergi bertamasya”
menjadi “saka mendak bergi pertaman saya”, huruf-huruf yang
ada ditulisan disubtitusi dengan huruf lain, atau urutan-
urutannya dipindah.
 Tidak bisa membaca dalam waktu yang lama.
3. Karakteristik dalam Visual dan Penulisan
 Menulis kalimat secara berantakan, tanpa spasi, atau ukuran
huruf yang tidak konsisten.
 Melihat tulisan seakan-akan semua berbaur, atau sebaliknya
terpenggal-penggal sehingga merasa kebingungan ketika harus
membaca.
 Menulis dengan bentuk yang terbalik.

C. PENYEBAB ANAK DISLEKSIA


Hingga saat ini para ahli neurologis belum dapat mengetahui fungsi otak
manusia secara keseluruhan, baru beberapa bagian saja yang sudah dikenali
fungsinya secara pasti dan memiliki keterkaitan satu sama lain, pada saat
manusia melakukan kegiatan pemrosesan bahasa, aktivitas pada hemisfer
bagian kiri akan tampak lebih besar dari pada hemisfer bagian kanan,
sedangkan pada orang yang mengalami gangguan disleksia, aktivitas hemisfer
kedua bagian menjadi sama besar (Devaraj, 2006:35)
Salah satu penyebab terhambatnya anak disleksia dalam melakukan
pemrosesan bahasa adalah karena terjadinya pemusatan pada perjalanan saraf
penghubung atau confusing traffic jam of nerve signal menjadikan proses
penginformasian antarsaraf semakin lama (Devaraj, 2006:36). Berikut adalah
hasil scanning FMRI (Fungctional Magnetic Resonance Imaging) anak
disleksia pada saat melakukan pemrosesan kegiatan membaca.

Disleksia secara etiologi diyakini oleh para pakar bahwa gangguan


disleksia lebih disebabkan oleh faktor keturunan, 23-64% orang tua atau
kerabat yang mengidap disleksia cenderung menjadi penyebab seseorang
mengalami disleksia yang diturunkan melalui kromosom (Syahwitz, 2008:
458). Penemuan tersebut menjadisalah satu implikasi mengenai tanda
kesulitan membaca pada anak disleksia yang dapat dirunut dari orang tua atau
kerabat yang juga mengalami gangguan disleksia.
D. KLASIFIKASI ANAK DISLEKSIA
Pada penderita gangguan disleksia, gejala yang dapat ditemukan adalah
kesulitan untuk dapat membaca dengan lancar. Gejala ini mulai dapat
ditemukan saat penderita memasuki usia sekolah dan mulai belajar membaca.
Sering kali, gur-guru dan orang tua mengira penderita hanya kurang latihan
membaca sehingga tidak lancar dan salah dalam membaca. Padahal, kesulitan
membaca tetap dialami walaupun penderita telah diajarkan cara membaca
dengan baik. Selain itu, penderita juga sering melakukan kesalahan dalam
membaca soal-soal yang diberikan sehingga nilainya tidak terlalu bagus.
Pada penderita gangguan disleksia, tidak ditemukan adanya gangguan
terhadap tingkat kepandaian, penglihatan, pendengaran, dan mereka sehat
secara fisik.
Ada dua tipe disleksia, yaitu developmental dyslexsia (bawaan sejak lahir)
dan aquired dyslexsia (didapat karena gangguan atau perubahan cara otak kiri
membaca). Developmental dyslexsia diderita sepanjang hidup pasien dan
biasanya bersifat genetik. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa penyakit
ini berkaitan dengan disfungsi daerah abu-abu pada otak. Disfungsi tersebut
berhubungan dengan perubahan konektivitas di area fonologis (membaca).
Beberapa tanda-tanda awal disleksia bawaan adalah telat berbicara, artikulasi
tidak jelas dan terbalik-balik, kesulitan mempelajari bentuk dan bunyi huruf-
huruf, bingung antara konsep ruang dan waktu, serta kesulitan mencerna
instruksi verbal, cepat, dan berurutan. Pada usia sekolah, umumnya penderita
disleksia dapat mengalami kesulitan menggabungkan huruf menjadi kata,
kesulitan membaca, kesulitan memegang alat tulis dengan baik, dan kesulitan
dalam menerima.
Hingga saat ini, telah ditemukan beberapa alat bantu untuk dapat
melakukan, mengenali dan menyaring penderita, bahkan untuk anak-anak
yang belum memasuki usia sekolah.
Dari dua tipe disleksia diatas, kiranya dapat dijabarkan lagi tentang tipe-
tipe disleksia, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Disleksia Perifer
a) Disleksia Tipe Neglect
Pada tipe ini, penderita tidak membaca atau salah membaca 1-2
huruf pertama sebuah kata. Contohnya :
 ‘dan’ dibaca ‘ban’
 ‘malam’ dibaca ‘alam’
 ‘mulut’ dibaca ‘lutut’
b) Disleksia Tipe Attention
Pada tipe ini, penderita kesulitan untuk membaca beberapa kata
secara berurutan. Penderita merasa huruf-huruf dalam kata tersebut
berpindah-pindah dan membentuk kata baru. Contohnya : pada kata
‘malas’ dan ‘salam’ dibaca menjadi ‘malam’.
c) Disleksia Tipe Letter by Letter
Pada tipe ini, penderita tidak dapat membaca huruf sesuai dengan
fonetiknya atau bunyi yang dihasilkan oleh manusia, tetapi sesuai
dengan nama huruf tersebut. Disleksia tipe inin lebih mudah
dicontohkan ke dalam bahasa inggris karena nama huruf dan pelafalan
huruf dalam bahasa inggris berbeda. Contohnya : pada kata ‘van’
huruf V dibaca ‘VEH’, tetapi oleh penderita dibaca menjadi ‘VEE’
seperti pada penamaan huruf tersebut.

2. Disleksia Tipe Sentral


Menurut teori dual route, terdapat 2 rute untuk dapat membaca
sebuah bacaan, sebagai berikut :
a) Non-Lexical/Non-Semantic
Rute ini bertanggung jawab terhadap pengenalan bentuk huruf dan
pelafalan huruf. Rute ini menyebabkan seseorang dapat membaca
sebuah kata yang ada dan tidak ada dalam bahasa Indonesia dengan
menggunakan pembelajaran.
b) Lexical/Semantic
Rute ini menyebabkan seseorang dapat membaca kata yang ada
dalam bahasa Indonesia, tetapi tidak dapat membaca dengan baik kata
yang tidak ada dalam bahasa Indonesia.
3. Disleksia Tipe Nonsemantic Reading
Pada disleksia tipe ini, pemahaman terhadap isi dari bacaan buruk,
tetapi penderita masih dapat membaca kata-kata dari bacaan dengan
baik.
4. Disleksia Tipe Surface
Pada tipe ini, penderita akan membaca kata-kata yang sudah
dikenal dan diketahui seakan-akan kata tersebut sulit. Kata tersebut
lalu dicoba untuk dibaca dengan cara mengeja atau
mengelompokannya kedalam suku kata agar lebih mudah.
5. Disleksia Tipe Phonological
Pada disleksia ini, penderita kesulitan untuk membaca kata baru
dan kata yang baru dikenal. Tipe disleksia ini berlawanan dengan
disleksia tipe surface.
6. Disleksia Tipe Deep
Pada tipe ini, penderita lebih mudah untuk membaca kata-kata
yang memiliki bentuk secara nyata dan dapat dibayangkan, seperti
‘buku’ dan ‘rumah’, daripada kata-kata yang bersifat lebih abstrak,
seperti ‘kejujuran’ dan keadilan’.

E. TERAPI ANAK DISLEKSIA


Penyebab terjadinya kesalahan fungsi saraf pada anak disleksia dan
gangguan belajar hingga kini masih menjadi misteri. Anak disleksia pun
belum bisa dikatakan mengalami keabnormalan, tetapi yang jelas mereka
berbeda dengan anak lainnya dalam hal belajar. Itu sebabnya, mereka juga
dimasukkan dalam kategori ABK. Untuk para orang tua bisa mengatasi anak
dengan disleksia dengan beberapa terapi. Diantaranya adalah :
1. Terapi integrasi sensori, karena disleksia dan LO itu mengalami
gangguan memproses sensori atau penginderaaan. Terapi ini menjadi
pondasi untuk membantu si kecil memperbaiki masalah integrasi
sensori. Anak anda akan dijelaskan tentang kesulitan yang dialaminya,
selanjutnya membangun strategi untuk mengatasinya.
Misalnya, dia terganggu dengan suara yang berisik karena hipersensitif
dari pendengarannnya, maka ajarkan cara mengatasi yang sesuai
dengan dirinya. Strategi atau cara itu harus bisa diaplikasi si kecil
untuk kehidupannya agar melekat dan jadi bagian dirinya.
2. Terapi orthopaedagogy. Sering kali orang mengartikan terapi ini
sebagai terapi remedial atau pengulangan. Padahal terapi ini untuk
memperbaiki kemampuan dasar belajar. Ada 12 sikap belajar yang
perlu anak kembangkan, yakni konsentrasi, ketelitian, tempo
kerja/belajar, percaya diri, kemandirian, respons instruksi, respons
pertanyaan, kooperatif, komunikatif, daya memori, daya juang dan
pemecahan masalah
3. Dyslexia treatment. Terapi ini merupakan terapi yang dikembangkan
secara khusus oleh para ahli untuk mengatasi masalah Dyslexia yang
masih menjadi misteri dalam dunia kedokteran. Terapi ini dirancang
dengan stimulus pada gelombang otak yang sudah disesuaikan
sehingga sangat efektif untuk anda gunakan dalam mengatasi masalah
Dyslexia tersebut. Terapi ini diproduksi dalam bentuk CD dan DVD
dengan tujuan agar anda bisa mendapatkan dan menggunakannya
secara mudah.

Disleksia bisa terjadi pada anak disemua tingkatan kecerdasan, baik itu
pada anak dengan kecerdasan dibawah rata-rata maupun diatas rata-rata.
Namun, kebanyakan disleksia terjadi pada keluarga yang meiliki gen
disleksia. Sampai sekarangpun masih belum diketahui secara pasti penyebab
disleksia yang terjadi pada sebuah keluarga yang berlangsung secara turun-
temurun.
Kesulitan belajar pada anak disleksia, biasanya ditandai dengan gejala-
gejala awal seperti kesulitan mengingat huruf, kesulitan membedakan huruf
dan sering terbalik dalam menggunakan huruf yang hamper sama seperti
b,d,p,q,u,n. kesulitan inilah yang mengakibatkan anak disleksia mengalami
masalah dalam membaca dan menulis.
Ada beberapa cara yang bisa anda lakukan untuk mengatasi kesulitan
belajar pada anak disleksia. Berikut ini beberapa cara yang bisa anda jadikan
refrensi untuk mengatasi kesulitan belajar pada anak disleksia :
 Menggunakan Media Belajar
Cara mengatasi kesulitan belajar pada anak disleksia yang
pertama adalah dengan menggunakan media belajar. Seperti yang
sudah dijelaskan sebelumnya, anak disleksia cenderung lebih
mudah memahami sesuatu dengan gambar untuk
membantumemudahkan dalam mengenalkan huruf, membedakan
huruf hingga akhirnya anak disleksia mampu membaca dan
menulis dengan lancar.

 Tingkatkan Motivasi Belajar Pada Anak


Cara yang kedua adalah dengan meningkatkan motivasi belajar
pada anak bisa anda lakukan dengan membacakan sebuah cerita
atau dongeng, kemudian memberitahukan segala manfaat dan
keuntungan yang bisa diperoleh dari membaca dan menulis.
Dengan demikian, anak akan termotivasi dan terdorong untuk
bisa membaca dan menulis sendiri.
 Tingkatkan Rasa Percaya Diri Anak
Kondisi anak disleksia yang mengakibatkan kesulitan menulis
dan membaca membuat sebagian anak disleksia mengalami
depresi dan kehilangan rasa percaya diri karena kesulitan
mengikuti pelajaran di sekolah dan terkadang juga dikucilkan
oleh teman-temannya. Penting meningkatkan rasa percaya diri
pada anak disleksia, karena dengan mengembalikan dan
meningkatkan rasa percaya diri anak, akan membuat anak
disleksia memiliki semangat belajar yang lebih tinggi untuk
mengatasi kesulitan belajar yang dialaminya.
 Jangan Pernah Menyalahkan Anak atas Kondisi yang
Dialaminya
Beberapa orang tua yang tidak siap memiliki anak dengan
disleksia cenderung menyalahkan anak karena kondisi yang
dideritanya. Padahal kondisi disleksia yang menyebabkan anak
mengalami kesulitan belajar bukan merupakan kesalahan yang
dilakukan oleh anak, tetapi karena adanya kesalahan dalam otak
anak. Menyalahkan anak atas kondisi yang dialaminya justru akan
membuat anak semakin depresi.
 Selalu Dampingi Anak dalam Belajar
Cara berikutnya adalah dengan mendapingi anak dalam belajar.
Dengan selalu mendampingi anak dalam belajar, anak akan lebih
mengingat apa yang dipelajarinya. Selain itu, pendampingan
belajar anak secara rutin juga dapat meningkatkan rasa percaya
diri dan motivasi anak untuk selalu belajar.

Sampai saat ini belum ditemukan obat yang bisa langsung mengatasi
anak disleksia, untuk itu terapi merupakan bentuk penanganan yang paling
tepat untuk mengatasi kesulitan belajar pada anak disleksia. Terapi yang bisa
anda gunakan untuk mengatasi kesulitan belajar anak disleksia adalah Terapi
Gelombang Otak Dyslexia Treatment yaitu, terapi yang sudah dirancang
khusus oleh para ahli untuk membantu mengatasi kesulitan membaca dan
menulis pada penderita Disleksia.

F. PERAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP ANAK


DISLEKSIA
Bimbingan dan Konseling Perkembangan adalah layanan bimbingan dan
konseling yang dirancang dengan memfokuskan pada kebutuhan, kekuatan
atau kelemahan, minat, dan isu-isu yang berkaitan dengan tahapan
perkembangan peserta didik dan merupakan bagian penting dan integral dari
keseluruhan program pendidikan. Konselor sebagai pendidik professional
memberikan pelayanan konseling kepada peserta didik di satuan pendidikan
pada jenjang pendidikan dasar, menengah, dan tinggi. Salah satu masalah
dalam perkembangan peserta didik sekolah dasar adalah Disleksia.
Bimbingan dan konseling bertujuan membantu peserta didik agar memiliki
kompetensi mengembangkan potensi dirinya seoptimal mungkin atau
mewujudkan nilai-nilai dalam tugas perkembangan yang harus dikuasai
seoptimal mungkin.
Layanan konseling individu merupakan sebuah layanan konseling yang
diberikan secara langsung dengan berhadapan muka antara konselor dengan
konseli. Layanan ini bertujuan membantu konseli menemukan jalan keluar
atau solusi dari permasalahannya, konselor membantu konseli menemukan
aspek-aspek penting dari permasalahan dengan membentuk konsep diri dari
konseli.
Pelayanan bimbingan konseling bagi ABK akan amat erat kaitannya
dengan pengembangan kecakapan hidup sehari-hari (daily living activities)
yang tidak akan terisolasi dari konteks. Oleh karena itu, pelayanan bimbingan
konseling bagi ABK merupakan pelayanan intervensi tidak langsung yang
akan lebih terfokus pada upaya mengembangkan lingkungan pengembangan
(in reach-outreach) bagi kepentingan fasilitasi konseli, yang akan melibatkan
banyak pihak didalamnya (Sunaryo, dkk: 2007, 33).
Dalam memberikan layanan konseling individu terdapat beberapa teknik
yang harus dikuasai oleh konselor. Teknik-teknik yang digunakan dalam
kegiatan konseling individu adalah sebagai berikut :
1. Teknik attending, perilaku attending disebut juga perikalu
menghampiri klien yang mencakup komponen kontak mata, bahasa
tubuh, dan bahasa lisan.
2. Teknik empati, yaitu kemampuan konselor untuk merasakan apa yang
dirasakan klien, merasa dan berpikir bersama klien dan bukan untuk
atau tentang klien.
3. Teknik refleksi, yaitu teknik memantulkan kembali kepada klien
tentang perasaan, pikiran, dan pengalaman sebagai hasil pengamatan
terhadap perilaku verbal dan nonverbalnya.
4. Teknik eksplorasi, yaitu teknik untuk menggali perasaan, pikiran, dan
pengalaman klien.
5. Teknik paraphrasing, yaitu teknik yang menyatakan kembali esensi
atau inti dari ungkapan klien kepada konselor dengan menggunakan
kalimat yang mudah dan sederhana.
6. Teknik pertanyaan terbuka, yaitu teknik untuk memancing klien
agar mengungkapkan perasaan, pengalaman, dan pemikiran mereka.
7. Teknik pertanyaan tertutup, yaitu teknik bertanya dengan tujuan
untuk mengumpulkan informasi, menjernihkan sesuatu, dan
menghentikan pembicaraan.
8. Teknik dorongan minimal, yaitu teknik memberikan suatu dorongan
langsung dan singkat terhadap segala hal yang diungkapkan klien.
9. Teknik interprestasi, yaitu teknik untuk mengulas pemikiran,
perasaan, dan pengalaman klien dengan merujuk pada teori-teori bukan
pandangan subjektif konselor.
10. Teknik mengarahkan, yaitu teknik untuk mengajak dan mengarahkan
klien untuk melakukan sesuatu.
11. Teknik memimpin, yaitu teknik mengarahkan pembicaraan dalam
wawancara konseling sehingga tujuan konseling tercapai.
12. Teknik fokus, yaitu teknik membantu klien memusatkan perhatian
pada pokok pembicaraan konseling.
13. Teknik informasi, yaitu teknik konselor untuk mendorong klien
mengadakan penelitian diri secara jujur, meningkatkan potensi klien,
dan membawa kepada klien kesadaran bahwa didalam dirinya terdapat
konflik atau pertentangan yang harus diatasi.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Disleksia adalah sebuah kondisi ketidakmampuan belajar pada seseorang
yang disebabkan oleh kesulitan pada orang tersebut dalam melakukan aktivitas
membaca dan menulis. Para ahli meyakini bahwa faktor terbesar pada
gangguan disleksia ini lebih disebkan oleh faktor keturunan, 23-64% orang tua
yang mengidap disleksia cenderung akan memiliki anak yang disleksia juga.
Pentingnya peran orang tua/ guru dalam membantu mengatasi kesulitan
belajar pada anak disleksia, karena anak disleksia ini bukanlah anak bodoh atau
malas, tetapi cara belajar mereka yang berbeda dengan anak normal lainnya.

B. SARAN
Anak-anak yang dicurigai mengalami disleksia sebaiknya dites oleh ahli
pendidikan yang terlatih atau psikolog. Dengan menggunakan beragam tes,
akan dapat diketahui jenis kekeliruan yang kerap dilakukan anak tersebut dan
dapat didiagnosis masalahnya. Adapun jika anak itu memang disleksia, dapat
diajukan rekomendasi untuk penanganannya, seperti tutuorial, speech terapi,
atau rekomendasi mengenai penempatan anak tersebut di kelas khusus.
DAFTAR PUSTAKA

Jati Rinakri Atmaja, M.Pd. 2017. Pendidikan Dan Bimbingan Anak Berkebutuhan
Khusus. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
http://muzdalifahindahsari.blogspot.com/2015/03/kesulitan-belajar-disleksia-dan-
upaya.html (diakses tanggal 11 Mei 2023)
https://edukasi.kompas.com/read/2010/08/03/09255726/Apa.Itu.Disleksia.
(diakses tanggal 11 Mei 2023)
https://www.alodokter.com/disleksia.html (diakses tanggal 11 Mei 2023)
https://www.tentorku.com/mengenali-karakteristik-dan-gejala-disleksia/ (diakses
tanggal 11 Mei 2023)
http://sintungtelu.blogspot.com/2017/08/makalah-disleksia.html (diakses tanggal
11 Mei 2023)

Anda mungkin juga menyukai